Anda di halaman 1dari 42

88

Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik pada


Kantor Kemenag (Kementerian Agama) di Kabupaten Blitar (Studi
tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian
Agama di Kabupaten Blitar) Berdasarkan Peraturan Menteri Agama
(PMA) Nomor: 13 Tahun: 2012
(Main Tasks and Functions of Catholic Religious Affairs at the Ministry of
Religion (Ministry of Religion) in Blitar District (Study of Organization and Work
Procedure of Vertical Institutions of the Ministry of Religion in Blitar District)
Based on Minister of Religion Regulation Number: 13 Years: 2012)

Denny Charollus
----------------------------------------

ABSTRACT

This research I do to know the Implementation Organization and Work Flow of Vertical Ministry of Religious Affairs in Blitar In Task
Guidance Society Catholic (Guidance Catholic) in the Office Kemenag Blitar (PMA: Regulation of the Minister of Religion, Number:
13 Year: 2012, Article: 497 verse: 3). In addition, to determine how the relationship a research focus on the successful implementation
of a public policy on Guidance (Guidance Society) Catholic at MORA Office (Ministry of Religious) in Blitar. Many problems / many
short comings encountered Guidance (Guidance society) Catholic in office MORA (MORA) Blitar is divided into three functions. The
problems are divided into three functions, among others:
a. Administration functions:
1) Lack of acceptance CPNS formation (candidate for Civil Servants) to the ranks Guidance (Guidance society) Catholic.
2) The lack of a representative office.
3) Lack of HR (Human Resources).
4) Lack of infrastructure / facilities.
b. Function of Religious Affairs:
1) The lack of allocation of funds for the functioning of religious life maid.
2) Geographical wide enough (there are 22 Districts in the whole territory of Blitar).
3) There are still many church buildings are not air-IMB (Building Permit).
4) Lack of operational support religious institutions.
c. The function of Catholic Religious Education (PAK)
1) The limited number of Teachers PAK (Catholic Religious Education).
2) Lack of implementation of operational funds and Supervisory Teacher certification PAK (Catholic Religious Education).
3) Low public understanding of the PP. No. 55, Year. 2007.
4) The absence of the allocation of special funds for poor students (specifically a religious / menggereja in Catholic).
5) Lack of educational facilities (PAK: Catholic Religious Education) in the Blitar.
The aim of this study is to describe and analyze the implementation of the policy at the Catholic Community Guidance Office MORA
(MORA), Blitar. Therefore, research that I would do this with regard to the problems within the Guidance (Guidance society) Catholic
Office Kemenag Blitar this, it aims to increase the participation of Guidance (Guidance Society) Catholic in national development
through the activities of religious support and counseling development through religious language, as well as the provision of information
and the implementation of cooperation with Agencies / Institutions non-Catholic. In the Task Catholic Community Guidance (Guidance
Catholic) in Blitar Kemenag Office (PMA: Regulation of the Minister of Religion, Number: 13 Year: 2012, Article: 497, Verse: 3). This
type of research used in this research is a descriptive study, using a qualitative approach. As for the technique of collecting data using
interview techniques / interviews, observation, documentation, and library/library research. Results of research planning and budgeting
is an integrated series of activities. Program to be implemented by the Government shall be set out in an action plan. The provisions of
this planning regulated in the Act (the Act), No. 25, Year: 2004, About the National Development Planning System in Catholic Religious
Guidance Office MORA (MORA) Blitar. Furthermore, the obstacle is the lack of personnel, facilities and infrastructure for operational
insufficient, the need to improve the Human Resources (HR) in understanding the task, the principal, and the function (Auth).

Keywords: Implementation, Tasks, Principles and Functions (Auth), as well as the vision and mission of the Catholic Mass Guidance for
Public Policy
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 89

RINGKASAN

Penelitian ini saya lakukan untuk mengetahui Implementasi Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama di
Kabupaten Blitar Pada Bidang Tugas Bimbingan Masyarakat Katholik (Bimas Katholik) di Kantor Kemenag Kabupaten Blitar (PMA:
Peraturan Menteri Agama, Nomor: 13 Tahun: 2012, pasal: 497, ayat: 3). Di samping itu, untuk mengetahui bagaimana hubungan suatu
fokus penelitian terhadap keberhasilan implementasi suatu kebijakan publik pada Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik pada Kantor
Kemenag (Kementerian Agama) di Kabupaten Blitar. Banyaknya permasalahan/ setiap kekurangan yang dihadapi Bimas (Bimbingan
masyarakat) Katholik di Kantor Kemenag (Kementerian Agama) Kabupaten Blitar ini dibagi menjadi 3 fungsi. Permasalahan yang
dibagi menjadi 3 fungsi ini, antara lain:
a. Fungsi Administrasi:
1) Terbatasnya formasi penerimaan CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) untuk jajaran Bimas (Bimbingan masyarakat) Katholik.
2) Kurang tersedianya ruang kerja yang representative.
3) Kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia).
4) Kurang tersedianya sarana prasarana/ fasilitas.
b. Fungsi Urusan Agama:
1) Kurangnya alokasi dana untuk fungsi pelayan hidup beragama.
2) Letak Geografis yang cukup luas (ada 22 Kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten Blitar).
3) Masih banyaknya bangunan Gereja yang belum ber-IMB (Izin Mendirikan Bangunan).
4) Kurangnya bantuan operasional lembaga keagamaan.
c. Fungsi Pendidikan Agama Katholik (PAK)
1) Terbatasnya jumlah Guru PAK (Pendidikan Agama Katholik).
2) Belum tersedianya dana operasional penyelenggaraan sertifikasi Guru dan Pengawas PAK (Pendidikan Agama Katholik).
3) Rendahnya pemahaman publik tentang PP. No. 55, Tahun. 2007.
4) Belum adanya alokasi dana khusus bagi siswa miskin (khusus yang beragama/menggereja di Katholik).
5) Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan (PAK: Pendidikan Agama Katholik) di lingkungan Kabupaten Blitar.
Tujuan Penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis implementasi kebijakan pada Bimas Katholik di Kantor Kemenag
(Kementerian Agama), Kabupaten Blitar. Maka dari itu, penelitian yang akan saya lakukan ini yang berkaitan dengan permasalahan
di dalam lingkungan Bimas (Bimbingan masyarakat) Katholik di Kantor Kemenag Kabupaten Blitar ini, bertujuan untuk meningkatkan
peran serta Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik dalam pembangunan nasional melalui kegiatan bimbingan keagamaan dan
penyuluhan pembangunan melalui bahasa agama, serta pemberian informasi dan pelaksanaan kerja sama dengan Instansi/ Lembaga
non-Katholik. Pada Bidang Tugas Bimbingan Masyarakat Katholik (Bimas Katholik) di Kantor Kemenag Kabupaten Blitar (PMA:
Peraturan Menteri Agama, Nomor: 13 Tahun: 2012, Pasal: 497, Ayat: 3). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan untuk tehnik pengumpulan data menggunakan tehnik
wawancara/ interview, observasi, dokumentasi, dan kepustakaan/library research. Hasil penelitian Perencanaan dan penganggaran
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terintegrasi. Program yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah wajib dituangkan dalam
suatu rencana kerja. Ketentuan tentang perencanaan ini diatur dalam Undang-Undang (UU), Nomor: 25 Tahun: 2004, Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional pada Bimas Agama Katholik di Kantor Kemenag (Kementerian Agama) Kabupaten Blitar. Selanjutnya
yang menjadi hambatan adalah kurangnya personel, sarana dan prasarana untuk operasional kurang memadai, perlunya peningkatan
Sumber Daya Manusia (SDM) dalam memahami Tugas, pokok, dan fungsi (Tupoksi).

Kata kunci: Implementasi, Tugas, Pokok, dan Fungsi (Tupoksi), serta Visi dan Misi Kebijakan Publik Bimas Katholik

PENDAHULUAN Fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat itu


terjadinya suatu pelayanan publik yang tidak memuaskan
Latar Belakang Masalah
dan terutama di bidang keagamaan yang masih terjadinya
Sebagai ujung tombak pembangunan bidang agama, “diskriminatif” dan adanya Perda (Peraturan Daerah) yang
khususnya pembangunan Masyarakat/Umat Katholik di dinilai kurang toleransi terhadap pemeluk agama lain ataupun
seluruh Indonesia, kita memiliki peranan yang sangat kepercayaan lain. Contoh dari Perda (Peraturan Daerah) yang
penting dan tidak tergantikan. Di pundak kita, pembangunan kurang toleransi itu, seperti Pelarangan Pemeluk Ahmadiyah
Masyarakat/Umat Katholik menjadi tanggung jawab dari untuk melaksanakan ajaran keagamaannya dan dilarang untuk
pelaksanaan tugas dan fungsi kita sebagai aparatur di membangun rumah Ibadahnya sendiri. Termasuk adanya
Bimas (Bimbingan masyarakat) Agama Katholik, Kantor pelayanan pendidikan yang menguntungkan pihak agama
Kementerian Agama (Kemenag), Kabupaten Blitar. Hasil dari lain, tetapi cenderung mendiskreditkan penganut agama lain.
kerja kita, diharapkan bahkan diharuskan untuk memberikan Termasuk adanya campur tangan pihak Politikus di Blitar,
manfaat bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat tentang aturan untuk mengikuti Sertifikasi Agama dan
Katholik yang menjadi subyek layanan kita.
90 Humaniora, Vol. 15 No. 2 Desember 2018: 88–129

Kampanye Partai Politik (ParPol) di Tempat Ibadah masing- membagikan ilmu yang dimiliki maka Anda akan semakin
masing untuk semua penduduk di Blitar. Yang berujung pada menguasai ilmu tersebut.
Politisasi Keagamaan di Blitar. Maka dari itu, pelayanan publik bagi Masyarakat/
Permasalahan dan persoalan pelayanan publik merupakan Umat Katholik tentunya tidak bisa dilepaskan dari proses
sebuah isu yang senantiasa aktual untuk dikaji lebih lanjut. perencanaan yang matang. Undang-Undang Nomor 25 tahun
Hal tersebut dikarenakan pelayanan publik sendiri merupakan 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah menyebutkan bahwa Perencanaan adalah suatu proses
berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui
Artinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya
pemerintah harus meningkatkan kualitas pelayanan publik yang tersedia. Dalam kaitan dengan Program Bimbingan
terlebih dahulu. Termasuk adanya Politisasi Agama dan Masyarakat (Bimas) Katholik, perencanaan anggaran yang
Politisasi Gereja yang menyebabkan ketidakjelasan hukum baik mutlak diperlukan di dalam mengelola Sumber Daya
dan administrasi di dalam negara maupun agama, contohnya Manusia (SDM) yang tersedia terutama berasal dari APBN
pada kasus Jemaat Ahmadiyah dan GKI (Gereja Kristen untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi Masyarakat/
Injili) Yasmin di Bekasi dan Bogor, Provinsi Jawa Barat Umat Katholik.
itu, yang dilarang untuk memiliki dan menempati bangunan Kaitannya dengan penganggaran, sejak tahun 2010 telah
Rumah Ibadahnya oleh Pemerintah Daerah dan Organisasi diterapkan sistem dan Penganggaran yang Berbasis Kinerja
Politik daerah setempat. Termasuk kasusnya SMAK (Sekolah (Performance Based Budgeting). Hal ini ditandai dengan
Menengah Atas Katholik) Diponegoro, Kota Blitar yang akan pemberlakuan Restrukturisasi Program dan Kegiatan yang
disegel oleh Kemenag Kota Blitar, MUI (Majelis Ulama dikelola dan menjadi tanggung jawab Unit Eselon I dan
Indonesia) Kota Blitar, dan juga PemKot Blitar (Pemerintah selanjutnya diimplementasikan di lingkup daerah melalui
Kota Blitar) pada tahun: 2013 kemarin, yang sarat dengan Para Kabid/Pembimas dan Kasi/Penyelenggara Katholik
muatan Politis (Politisasi Pendidikan Agama). Selain itu, di secara berjenjang. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa
dalam Pemerintahan kita, baik di Pusat maupun di Daerah kita menjadi perencana Program Bimbingan Masyarakat
itu, selalu tidak adanya batasan-batasan yang jelas antara Katholik pada wilayah masing-masing, karena hanya Bimas
kepentingan agama maupun negara/politik bernegara. (Bimbingan masyarakat) Katholik di Kantor Kemenag
Pemisahan secara tegas antara Agama dengan Negara (Kementerian Agama) Kabupaten Blitar yang paling mengerti
hampir tidak dikenal dimana pun di seantero dunia, karena seluk-beluk kebutuhan masyarakat Katholik di tempat kita
agama selalu hadir dalam negara dan negara berkepentingan bertugas.
dengan agama. dalam suatu masyarakat politik dimana pun Kodrat bangsa Indonesia memang berbeda-beda dalam
tidak ada pembatasan yang jelas antara agama dan negara, kesatuan. Hal tersebut dirumuskan dengan sangat bijak dan
wacana publik bukannya menuntut adanya dominasi politik tepat oleh bangsa Indonesia, yakni “Bhineka Tunggal Ika”
terhadap agama atau sebaliknya, melainkan menekankan yang berarti beranekaragam namun satu. Kenyataannya
peranan pemerintahan untuk mewujudkan hubungan dan keberadaan bangsa Indonesia memang berbeda-beda namun
tanggung jawab yang mengikuti tuntutan nilai-nilai yang tetap satu bangsa. Bangsa yang utuh dan bersatu serta yang
berlandaskan kehidupan spiritual. Makalah ini bertujuan berbeda-beda itu adalah saudara sebangsa dan setanah air.
untuk memenuhi Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Bimas Selanjutnya, ada dua hal yang harus disadari bersama
(Bimbingan Masyarakat) Katholik di Kantor Kemenag, secara terus menerus oleh seluruh bangsa Indonesia, yakni :
Kabupaten Blitar dan untuk lebih memahami tentang a. Kesatuan tidak sama dengan keseragaman
hubungan agama, politik dan negara. Kami berharap setelah Dalam sejarah bangsa kita terdapat gejala-gejala
pembaca membaca makalah ini, pembaca dapat menambah dari rezim tertentu (OrBa: Orde Baru, pada mulai
pengetahuan yang baru, dan dapat menerapkannya di dalam dari tahun:1966–1998) yang mencoba menekan
kehidupan bermasyarakat yang majemuk ini.. keanekaragaman bangsa ini dan mencoba menggiring
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian kita bersama bangsa kita kepada keseragaman demi stabilitas.
adalah sebagai berikut: Ikuti seluruh proses Bimbingan b. Kebhinekatunggalikaan itu bukan hal yang sudah selesai,
Teknis Penyusunan Program dan Anggaran dari awal hingga tuntas sempurna, dan statis, tetapi perlu terus menerus
akhir; Berperan serta secara aktif dalam kegiatan, jadikanlah dipertahankan, diperjuangkan, diisi, dan diwujudkan
seluruh Peserta, Panitia, Narasumber dan Pendamping terus menerus. Menjaga Kebhinekaan, keutuhan,
sebagai rekan belajar, jangan segan untuk bertanya untuk kesatuan dan keharmonisan kehidupan merupakan
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Terapkan ilmu panggilan tugas bangsa Indonesia. Keberagaman
yang didapatkan dan selalu meng-update informasi untuk adalah kekayaan, sedang kesatuan persaudaraan sejati
meningkatkan kemampuan yang telah dimiliki; Bagikan adalah semangat dasar. Kehidupan yang berbeda-beda
ilmu yang diperoleh di tempat ini kepada rekan kerja kita itu harus saling menyumbang dalam kebersamaan dan
di daerah, karena ada ungkapan yang menyatakan bahwa kesejahteraan bersama.
kekuatan ilmu terletak di mana ia berbagi. Semakin Anda
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 91

Berdasarkan Konstitusi Negara kita Republik Indonesia menjadi 3 fungsi. Masalah-masalah yang dibagi menjadi 3
ini adalah di dalam UUD 45, pasal: 29, ayat: 1 dan 2 fungsi ini, antara lain:
ditulis: a. Fungsi Administrasi:
a. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa 1) Terbatasnya formasi penerimaan CPNS (Calon
b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk Pegawai Negeri Sipil) untuk jajaran Bimas
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat (Bimbingan masyarakat) Katholik.
menurut agamanya dan kepercayaannya itu. 2) Ku r a ng t e r s e d ia nya r u a ng ke r ja ya ng
representative.
Dengan ayat-ayat itu ingin dikatakan :
3) Kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia).
a. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama
4) Kurang tersedianya sarana prasarana/ fasilitas.
karena didasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh
e. Fungsi Urusan Agama:
karena itu, orang harus beragama atau berkepercayaan.
1) Kurangnya alokasi dana untuk fungsi pelayan hidup
b. Setiap warga Negara bebas memeluk dan menjalankan
beragama.
ibadat sesuai dengan agama masing-masing.
2) Letak Geografis yang cukup luas (ada 22
c. Setiap umat beragama wajib menghormati dan member
kecamatan).
kebebasan pihak lain untuk melaksanakan ibadatnya.
3) Masih banyaknya bangunan Gereja yang belum ber-
d. Setiap agama dilarang memaksa seseorang atau
IMB (Izin Mendirikan Bangunan).
sekelompok untuk menganut agamanya.
4) Kurangnya bantuan operasional lembaga
Peningkatan mutu keberagamaan Katholik serta keagamaan.
pengembangan wawasan dan semangat kebangsaan f. Fungsi Pendidikan Agama Katholik (PAK)
yang kuat diharapkan menjadi sumbangan, bagian dari 1) Terbatasnya jumlah Guru PAK (Pendidikan Agama
upaya mewujudkan masyarakat Indonesia baru yang adil, Katholik).
makmur, cerdas, bersatu, dan bermartabat. Upaya tersebut 2) Belum tersedianya dana operasional penyelenggaraan
searah dengan kebijakan Pastoral Keagamaan Katholik di sertifikasi Guru dan Pengawas PAK (Pendidikan
Indonesia, mewujudkan Umat/Masyarakat Katholik yang Agama Katholik).
sepenuh-penuhnya beriman Katholik dan seutuh-utuhnya 3) Rendahnya pemahaman publik tentang PP. No. 55
berjiwa Indonesia (PGKI No. 16), melalui pengembangan Thn. 2007.
Kelompok Basis yang terbuka, berdialog, menuju Indonesia 4) Belum adanya alokasi dana khusus bagi siswa miskin
Baru (SAGKI 2000), dalam upaya membangun habitus (khusus yang beragama/ menggereja di Katholik).
baru bangsa Indonesia (SAGKl 2005). Melalui program dan 5) Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan (PAK:
kegiatan di bidang Urusan Agama Katholik. Diharapkan dapat Pendidikan Agama/ Katholik) di lingkungan
tercipta Umat/ Masyarakat Katholik yang “seratus persen Kabupaten Blitar.
(100%) Katholik dan seratus persen (100%) warga Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang Pancasilais Maka dari itu, penelitian yang akan saya lakukan ini
dalam wadah negara Kesatuan yang Ber-Bhineka Tunggal yang berkaitan dengan permasalahan di dalam lingkungan
Ika” (Visi Ditjen Bimas Katholik), menuju Indonesia yang Bimas (Bimbingan masyarakat) Katholik di Kantor Kemenag
maju, bersaudara, dan bermartabat. Kabupaten Blitar ini, bertujuan untuk meningkatkan peran
Perencanaan dan penganggaran merupakan suatu serta Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik dalam
rangkaian kegiatan yang terintegrasi. Program yang akan pembangunan nasional melalui kegiatan bimbingan
dilaksanakan oleh Pemerintah wajib dituangkan dalam suatu keagamaan dan penyuluhan pembangunan melalui bahasa
rencana kerja. Ketentuan tentang perencanaan ini diatur dalam agama, serta pemberian informasi dan pelaksanaan kerjasama
Undang-Undang (UU), Nomor: 25, Tahun: 2004, Tentang dengan instansi/ lembaga non-Katholik. Pada Bidang Tugas
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pada Bimas Bimbingan Masyarakat Katholik (Bimas Katholik) di Kantor
Agama Katholik di Kantor Kemenag (Kementerian Agama) Kemenag Kabupaten Blitar (PMA: Peraturan Menteri Agama,
Kabupaten Blitar. Nomor: 13 Tahun: 2012, pasal: 497, ayat: 3).
Pemberdayaan Umat Katholik diarahkan pada peningkatan Maka Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi), Penyelenggara
peran Umat Katholik dalam kegiatan kemasyarakatan sebagai Katholik adalah melakukan pelayanan dan bimbingan teknis,
ungkapan dan perwujudan iman Katholik. Tetapi disetiap pembinaan serta pengelolaan data dan informasi di bidang
pelayanan juga terjadinya kekurangan di sana-sini/di setiap Bimbingan masyarakat Katholik (Bimas Katholik). Dari Tugas
lini lembaga/organisasi yang berlindung di bawah Bimas dan Pokok tersebut Penyelenggara Katholik melaksanakan 3
(Bimbingan masyarakat) Katholik, Kemenag Kabupaten Fungsi: Fungsi Kesekretariatan/ Administrasi, Fungsi Urusan
Blitar. Banyaknya permasalahan/ setiap kekurangan yang Agama Katholik dan Fungsi Pendidikan Agama Katholik
dihadapi Bimas (Bimbingan masyarakat) Katholik di Kantor (PAK). Dari tupoksi diatas Penyelenggara Katholik juga
Kemenag (Kementerian Agama) Kabupaten Blitar ini dibagi melaksanakan:
92 Humaniora, Vol. 15 No. 2 Desember 2018: 88–129

a. Perumusan Visi dan Misi kebijakan teknis di bidang Katholik di Kantor Kemenag (Kementerian Agama)
Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katholik. Kabupaten Blitar.
b. Perencanaan program serta pengendalian dan
pengamanan teknis operasional di bidang Bimbingan Kegunaan Penelitian
masyarakat (Bimas) Katholik. a. Bagi (Bimas Katholik di Kantor Kemenag, Kabupaten
c. Pembinaan yang meliputi pemberian bimbingan, Blitar)
pelayanan, perijinan dan penyajian informasi yang 1) Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
menyangkut data, serta pelaksanaan tugas. meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui
Peraturan Menteri Agama (PMA), Nomor: 13,
Sesuai dengan Peraturan Presiden RI. Nomor 24 Tahun
Tahun 2012, Tentang Organisasi dan Tata Kerja
2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi
Instansi Vertikal Kementerian Agama (Kemenag)
dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Negara serta
bagi masyarakat di Kabupaten Blitar.
susunan organisasi tugas dan fungsi Eselon I Kementerian
2) Dapat digunakan sebagai tambahan masukan
Negara.dan Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 13 Tahun:
mengidentifikasi masalah serta alternatif-alternatif
2012, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
pemecahan masalah dari hambatan dalam proses
Kementerian Agama. (Pasal: 397).
penerapan Peraturan Menteri Agama (PMA), Nomor:
Implementasi suatu program pada dasarnya adalah
13, Tahun: 2012, Tentang Organisasi dan Tata Kerja
untuk mengetahui bagaimana sebenarnya suatu kebijakan
Instansi Vertikal Kementerian Agama (Kemenag) di
dioperasionalkan dan mempermasalahkan faktor-faktor
Kabupaten Blitar.
yang memengaruhi keberhasilan atau kegagalan kebijakan
b. Bagi para pembuat kebijakan, pemerhati dan praktisi,
dalam mencapai tujuan dan sasaran. Di samping itu, untuk
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
mengetahui bagaimana hubungan suatu variabel tertentu
pertimbangan dan masukan yang berkenaan dengan
terhadap keberhasilan implementasi suatu kebijakan.
pelayanan publik.
Dari tupoksi (Tugas, Pokok dan Fungsi) Bimbingan
c. Bagi masyarakat khususnya penggunaan layanan,
masyarat (Bimas) Katholik diatas, Penyelenggara Katholik
penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana informasi
di lingkungan Kantor Kemenag (Kementerian Agama),
mengenai Peraturan Menteri Agama (PMA), Nomor:
Kabupaten Blitar ini juga melaksanakan:
13, Tahun 2012, Tentang Organisasi dan Tata Kerja
a. Perumusan Visi dan Misi kebijakan teknis di bidang
Instansi Vertikal Kementerian Agama (Kemenag)
Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katholik.
bagi Masyarakat/Umat Katholik di seluruh wilayah
b. Perencanaan program serta pengendalian dan
Kabupaten Blitar itu.
pengamanan teknis operasional di bidang Bimbingan
d. Manfaatnya: Studi Implementasi mengenai Peraturan
Masyarakat (Bimas) Katholik.
Menteri Agama (PMA), Nomor :13, Tahun 2012, Tentang
c. Pembinaan yang meliputi pemberian bimbingan,
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian
pelayanan, perizinan dan penyajian informasi yang
Agama di lapangan bagi pengguna layanan dan penyedia
menyangkut data, serta pelaksanaan tugas.
layanan adalah:
1) Dapat mengkritisi pelayanan publik yang dilakukan
Rumusan Masalah
oleh Kantor Kemenag (Kementerian Agama)
a. Bagaimana implementasi kebijakan Tugas, Pokok dan tentang Bimbingan Masyarakat Katholik (Bimas
Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik pada Kantor Katholik) di lingkungan Kabupaten Blitar itu, dengan
Kemenag (Kementerian Agama) di Kabupaten Blitar. menggunakan teori-teori pada disiplin ilmu yang
Berdasarkan/ menurut (PMA: Peraturan Menteri Agama, telah dipelajari.
Nomor 13 Tahun: 2012, pasal: 497 ayat: 3)? 2) Dapat digunakan sebagai bahan pemikiran dan
b. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendorong dan referensi bagi kegiatan penelitian selanjutnya yang
penghambat implementasi kebijakan dalam pelaksanaan berkenaan dengan pelayanan publik.
Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi) pada Bimas e. Bagi para pembuat kebijakan, pemerhati dan praktisi,
(Bimbingan Masyarakat) Katholik di Kantor Kemenag penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
(Kementerian Agama) Kabupaten Blitar? pertimbangan dan masukan yang berkenaan dengan
pelayanan publik.
Tujuan Penelitian
f. Bagi masyarakat khususnya penggunaan layanan,
a. Mendeskripsikan dan menganalisis implementasi penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana informasi
kebijakan pada Bimas Katholik di Kantor Kemenag mengenai Studi Implementasi mengenai Peraturan
(Kementerian Agama), Kabupaten Blitar. Menteri Agama (PMA), Nomor: 13, Tahun: 2012,
b. Mendeskripsikan dan menganalisis hal apa saja yang Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
menjadi pendorong implementasi kebijakan pada Bimas Kementerian Agama masyarakat di Kabupaten Blitar.
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 93

g. Bagaimana implementasi Studi Implementasi mengenai merupakan kontribusi yang berarti bagi kelangsungan instansi
Peraturan Menteri Agama (PMA), Nomor :13, Tahun: publik yang bersangkutan.
2012, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Sehubungan dengan hal tersebut, ada prinsip-prinsip
Kementerian Agama di lapangan: kebijakan publik yang harus diterapkan oleh aparatur
1) Untuk memberikan kepastian pelayanan yang meliputi pemerintah sebagai pelayan publik sehingga diperoleh
waktu, biaya, prosedur, dan cara pelayanan; suatu pelayanan yang memuaskan. Menurut Islamy (2000
2) Untuk memberikan informasi mengenai hak dan : 5) dilihat dari aspek internal organisasi ada beberapa
kewajiban pengguna layanan, penyedia pelayanan, prinsip pokok dalam memberikan kebijakan. Prinsip-prinsip
dan stakeholders lainnya dalam keseluruhan proses kebijakan publik tersebut antar lain:
penyelenggaraan pelayanan; a. Prinsip aksesibilitas, yaitu bahwa pada hakekatnya
3) Untuk mempermudah pengguna layanan, warga, setiap jenis pelayanan harus dapat dijangkau oleh setiap
dan stakeholders lainnya mengontrol praktik pengguna pelayanan. Tempat, jarak, dan sistem pelayanan
penyelenggaraan pelayanan; harus sedapat mungkin dekat dan mudah dijangkau oleh
4) Untuk mempermudah manajemen pelayanan pengguna pelayanan.
memperbaiki kinerja penyelenggaraan pelayanan; b. Prinsip kontinuitas, yaitu bahwa setiap jenis pelayanan
5) Unt u k memba nt u ma najemen p elaya na n harus secara terus- menerus tersedia bagi masyarakat
mengidentifikasi kebutuhan, harapan, dan aspirasi dengan kepastian dan kejelasan ketentuan yang berlaku
pengguna layanan dan stakeholders lainnya. bagi proses pelayanan tersebut.
c. Prinsip teknikalitas, yaitu bahwa setiap jenis pelayanan
proses pelayanannya harus ditangani oleh tenaga yang
TINJAUAN PUSTAKA benar-benar memahami secara teknis pelayanan tersebut
Kebijakan Publik berdasarkan kejelasan, ketepatan dan kemantapan sistem,
prosedur dan instrumen pelayanan.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pelayanan publik
d. Prinsip profitabilitas, yaitu bahwa proses pelayanan pada
maka perlu adanya batasan antara privat dan publik. Di dalam
akhirnya harus dapat dilaksanakan secara efektif dan
Teori Dozenman sebagaimana dikutip Soeprapto (2002:
efisien serta memberikan keuntungan ekonomi dan sosial
15) berpendapat bahwa semua organisasi bersifat sampai
baik bagi pemerintah maupun masyarakat luas.
pada suatu tingkat, yakni terbatas pada aktivitas ekonomi.
e. Prinsip akuntabilitas, yaitu bahwa proses, produk
Selebihnya merupakan aktivitas publik karena otoritas politik
dan mutu pelayanan yang telah diberikan harus dapat
memengaruhi perilaku dan proses yang dijalankan organisasi
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, karena
perusahaan.
aparat pemerintah itu pada hakekatnya mempunyai tugas
Governance and Decentralization System (GDS) 2002,
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada
salah satu institusi yang mengkaji implementasi pelayanan
masyarakat.
publik keagamaan menemukan tiga masalah penting dalam
penyelenggaraan pelayan publik yaitu besarnya diskriminasi Agar masyarakat dapat merasakan kepuasan atas
pelayanan, tidak adanya kepastian pelayanan, serta rendahnya pelayanan publik yang diberikan perlu terus diupayakan
tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik. peningkatan mutu pelayanan tersebut, menurut Kotler dalam
Penyelenggaraan pelayanan publik sangat dipengaruhi oleh Zauhar (2001:9) upaya untuk meningkatkan pelayanan
hubungan pertemanan, kesamaan afiliasi politik, etnis dan kepada masyarakat tersebut harus memperhatikan hal-hal
agama. sebagai berikut:
Permasalahan pelayanan publik merupakan sebuah isu a. Tempat: Penataan fisik dalam organisasi harus menurut
yang senantiasa aktual untuk dikaji lebih lanjut. Hal tersebut pada pelayanan yang cepat dan efisien. Tata letak meja
dikarenakan pelayanan publik sendiri merupakan salah dan arus keluar masuk pegawai harus ditata rapi, antrean
satu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah berkaitan nasabah hendaknya tidak terlalu panjang.
dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Artinya untuk b. Pegawai: Pegawai harus sibuk, mempunyai sikap ramah
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pemerintah harus dan cekatan dalam melayani masyarakat.
meningkatkan kualitas pelayanan publik terlebih dahulu. c. Peralatan: Peralatan yang digunakan hendaknya
merupakan peralatan canggih untuk menunjang
Prinsip-Prinsip Kebijakan Publik pelayanan yang lebih cepat dan efisien.
Kebijakan publik yang berorientasi pada kepentingan d. Bahan komunikasi: Bahan komunikasi harus ditata
orang banyak haruslah sesuai dengan tata cara yang sebaik dengan efisien.
mungkin sesuai dengan peraturan formal yang berlaku. Hal e. Lambang: Suatu organisasi harus memiliki nama dan
ini penting karena menyangkut kepuasan masyarakat sebagai lambang bagi pelayanannya.
pihak yang dilayani dan kepuasan atas kebijakan tersebut f. Harga atau biaya: Hendaknya biaya pelayanan disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat.
94 Humaniora, Vol. 15 No. 2 Desember 2018: 88–129

Menurut Moenir (2002: 47) pelayanan publik yang secara politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta
umum didambakan adalah: cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi di mana
a. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam
dengan pelayanan yang cepat. batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut
b. Memperoleh pelayanan yang wajar tanpa gerutuan, (Jenkins dalam Abdul Wahab, 1990: 4)”.
sindiran atau dengan kata lain semacam itu yang nadanya Menurut pandangan Moenir (2002:197) agar pelayanan
mengarah pada permintaan sesuatu, baik untuk alasan tersebut dapat memuaskan orang atau sekelompok orang
dinas atau untuk kesejahteraan. yang dilayani, maka pelaku yang bertugas melayani harus
c. Mendapatkan perlakuan yang sama dalam pelayanan memenuhi kriteria antar lain: a) tingkah laku yang sopan,
terhadap kepentingan yang sama. b) cara penyampaian sesuatu berkaitan dengan apa yang
d. Pelayanan yang jujur dan terus terang. seharusnya diterima oleh orang yang bersangkutan c) waktu
penyampaian yang tepat dan, d). keramahtamahan.
Makna Kebijakan Publik Agar masyarakat dapat merasakan kepuasan atas
Kebijakan dapat diartikan sebagai arah tindakan yang pelayanan publik yang diberikan perlu terus diupayakan
mempunyai tujuan yang diambil oleh aktor atau sejumlah peningkatan mutu pelayanan tersebut, menurut Kotler dalam
aktor dalam mengatasi suatu masalah atau persoalan Zauhar (2001:9) upaya untuk meningkatkan pelayanan
(Winarno, 2002: 31). Ada beberapa pendekatan dalam studi kepada masyarakat tersebut harus memperhatikan hal-hal
kebijakan publik, dan salah satunya adalah pendekatan sebagai berikut:
kelembagaan. Suatu kebijakan tidak menjadi suatu kebijakan a. Tempat: Penataan fisik dalam organisasi harus menurut
publik sebelum kebijakan itu ditetapkan dan dilaksanakan pada pelayanan yang cepat dan efisien. Tata letak meja
oleh suatu lembaga pemerintah. Lembaga-lembaga dan arus keluar masuk pegawai harus ditata rapi, antrean
pemerintah memberi dua karakteristik yang berbeda terhadap nasabah hendaknya tidak terlalu panjang.
kebijakan publik (Winarno, 2002: 42–43). b. Pegawai: Pegawai harus sibuk, mempunyai sikap ramah
Pertama, pemerintah memberi legitimasi kepada dan cekatan dalam melayani masyarakat.
kebijakan-kebijakan. Kebijakan-kebijakan pemerintah c. Peralatan: Peralatan yang digunakan hendaknya
secara umum dipandang sebagai kewajiban yang sah merupakan peralatan canggih untuk menunjang
yang menuntut loyalitas warga negara. Rakyat mungkin pelayanan yang lebih cepat dan efisien.
memandang kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh d. Bahan komunikasi. Bahan komunikasi harus ditata
kelompok-kelompok dan asosiasi-asosiasi lain dalam dengan efisien.
masyarakat. Tetapi hanya kebijakan-kebijakan pemerintah e. Lambang, suatu organisasi harus memiliki nama dan
sajalah yang membutuhkan kewajiban-kewajiban yang sah. lambang bagi pelayanannya.
Kedua, kebijakan-kebijakan pemerintah memerlukan f. Harga atau biaya Hendaknya biaya pelayanan disesuaikan
formalitas/secara resmi Hanya kebijakan-kebijakan dengan kebutuhan masyarakat.
pemerintah yang menjangkau dan dapat menghukum secara
sah orang-orang yang melanggar kebijakan tersebut. Dengan Implementasi Kebijakan Publik
demikian, kebijakan yang dilahirkan oleh pemerintah James P. Lester dan Joseph Stewart (dalam Winarno,
mempunyai kemampuan membuat kebijakan yang 2002: 101) menjelaskan konsep implementasi kebijakan
mengatur seluruh masyarakat dan memonopoli penggunaan sebagai alat administrasi hukum di mana berbagai aktor,
kekuatan secara sah yang mendorong individu-individu organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama
dan kelompok membentuk pilihan-pilihan mereka dalam untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau
kebijakan. Kebijakan yang lahir juga harus dianalisis, karena tujuan yang diinginkan. Sementara itu, Van Meter dan Van
dengan melakukan itu, maka para analisis kebijakan dapat Horn (dalam Winarno, 2002: 102) membatasi implementasi
memproduksi informasi mengenai nilai-nilai dan serangkaian kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
tindakan yang dipilih (Dunn, 2000: 97). individu-individu (atau kelompok) pemerintah ataupun
Kebijakan menurut Laswell dan Kaplan (dalam Islamy, swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
1988: 17) adalah suatu program pencapaian tujuan, telah ditetapkan dalam keputusan kebijakan sebelumnya.
nilai-nilai dan praktek-praktek yang terarah. Akan tetapi Perlu ditekankan di sini adalah bahwa tahap implementasi
dewasa ini istilah kebijaksanaan lebih sering dan secara luas kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan
dipergunakan dalam kaitannya dengan tindakan-tindakan sasaran-sasaran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-
atau kegiatan-kegiatan pemerintah serta perilaku negara keputusan kebijakan.
pada umumnya (Johnson dalam Abdul Wahab, 1990: 13). Implementasi suatu program pada dasarnya adalah
Definisi lain menyebutkan bahwa: “Kebijaksanaan negara untuk mengetahui bagaimana sebenarnya suatu kebijakan
adalah serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang dioperasionalkan dan mempermasalahkan faktor-faktor
diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok aktor yang memengaruhi keberhasilan atau kegagalan kebijakan
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 95

dalam mencapai tujuan dan sasaran. Di samping itu, untuk 2) Melaksanakan (application) program dengan
mengetahui bagaimana hubungan suatu fokus penelitian mendayagunakan struktur-struktur dan personalia,
terhadap keberhasilan implementasi suatu kebijakan. dana serta sumber-sumber lainnya, prosedur dan
Implementasi kebijakan publik itu sesungguhnya metode yang tepat.
bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme 3) Membangun sistem penjadwalan, monitoring dan
penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur- sarana-sarana pengawasan yang tepat guna serta
prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan evaluasi (hasil) pelaksanaan kebijakan (Tachjan,
lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan 2006:35) dikutip dari buku Teori Implementasi.
dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijaksanaan
(Grindle dalam Abdul Wahab, 1990 : 59). Menurut Hukum Negara Republik Indonesia UUD 1945
Grindle (dalam Wibawa, 22: 1990) berpendapat bahwa pasal 29 ayat 1 dan 2 Dalam UUD 45 pasal 29 ayat 1 dan
keberhasilan implementasi dipengaruhi oleh dua hal, yaitu: 2 ditulis:
content of policy dan contexts of policy. Content of policy 1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
(kebijakan publik) berisi enam variabel, yaitu: 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
a. Kepentingan yang dipengaruhi oleh kebijakan, memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
b. Tipe keuntungan dan kebijakan, menurut Agama-Nya dan Kepercayaan-Nya itu.
c. Tingkat perubahan yang diharapkan Dengan ayat-ayat itu ingin dikatakan :
d. Kedudukan pembuatan kebijakan, a. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama
e. Implementor program karena didasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh
f. Sumber daya yang dikerahkan. karena itu, orang harus beragama atau berkepercayaan.
Kotler dalam Soeprapto (2002:18) memberikan pengertian b. Setiap Warga Negara Indonesia (WNI) bebas memeluk
jasa adalah “setiap tindakan atau kegiatan yang ditawarkan dan menjalankan ibadat sesuai dengan agama masing-
oleh suatu pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak masing.
mengakibatkan kepemilikan apapun kebijakan publiknya”. c. Setiap umat beragama wajib menghormati dan member
Ada beberapa pakar yang memberikan definisi mengenai kebebasan pihak lain untuk melaksanakan ibadatnya.
kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan. Oleh Engel d. Setiap agama dilarang memaksa seseorang atau
(dalam Soeprapto, 2002: 33) menyatakan bahwa kepuasan sekelompok untuk menganut agamanya.
pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif
yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui Ajaran/Pandangan Gereja Katholik
harapan pelanggan. Sedangkan ketidakpuasan akan timbul Dari Kitab Suci/Alkitab
apabila hasil (outcomes) tidak memenuhi harapan. Kotler Dalam Kitab Suci/Alkitab, khususnya Kitab suci
(dalam Soeprapto, 2002: 33) menjelaskan bahwa kepuasan Perjanjian Lama, diceritakan bahwa bangsa terpilih sering
pelanggan adalah “the level of person’s state resulting from kali menghayati rasa satu bangsa, satu Tuhan, satu negeri,
comparing a product’s perceived performance (or outcomes) satu tempat ibadat, dan satu tata hokum (lihat. UI. 12). Dari
in relation to the person’s expectations”. Unsur utama dari sejarahnya ternyata ketika mereka bersatu, mereka menjadi
kepuasan pelanggan adalah kinerja yang dihasilkan oleh kuat, sanggup mengalahkan musuh dan menjadikan dirinya
perusahaan dan harapan setiap pelanggan. Dengan demikian bangsa yang jaya. Tetapi, ketika mereka tidak bersatu,
dalam kepuasan pelanggan terkandung pula adanya evaluasi mereka menjadi bangsa yang tak berdaya dan tiap kali secara
sebagaimana dinyatakan oleh Wilkie (dalam Soeprapto, gampang dikalahkan oleh musuh-musuh mereka.
2002:33-34) bahwa kepuasan pelanggan sebagai suatu Kitab Suci/Alkitab menceritakan bahwa ketika mereka
tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman dari Mesir memasuki tanah Kanaan di bawah pimpinan
konsumsi suatu produk atau jasa. Dengan demikian dapat Yosua, mereka sungguh bersatu dan dapat merebut Tanah
disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan pada dasarnya Terjanji itu. (lih. Yos 6: 1–15. 63). Ketika mereka sudah
mencakup perbedaan antara harapan dan kerja atau yang menempati Tanah Terjanji dan membagi-baginya menurut
dirasakan. suku-suku keturunan Yakub, mereka lama kelamaan terpecah
Menurut Tachjan (2006: 26) dikutip dari buku Teori dan dan menjadi lemah. Pada saat-saat lemah itu, mereka sudah
Implementasi menjelaskan tentang unsur-unsurnya. untuk dikalahkan oleh musuh-musuhnya. Mereka pernah
a. Program dalam konteks implementasi terdiri dari bersatu di bawah pimpinan raja Daud dan menjadi bangsa
beberapa tahap yaitu: yang kuat dan jaya. Kemudian mereka terpecah lagi dan
1) Merancang bangun (design) program beserta menjadi bangsa yang lemah.
perincian tugas dan perumusan tujuan yang jelas, Pada saat Mesias/Tuhan Yesus Kristus datang, mereka
penentuan ukuran prestasi yang jelas serta biaya dan bahkan sudah dijajah oleh bangsa Romawi, karena mereka
waktu. lemah dan terpecah belah. Ketika Tuhan Yesus Kristus
96 Humaniora, Vol. 15 No. 2 Desember 2018: 88–129

ingin mempersatukan mereka dalam suatu Kerajaan dan Gereja Katholik ada imam Diosesan (sebutan
Bangsa yang baru yang bercorak rohani, Tuhan Yesus yang sering dipakai imam praja/ Pr) dan imam
Kristus mengeluh bahwa betapa sulit untuk mempersatukan religius (ordo atau kongregasi). Imam/ Romo/
bangsa ini. Mereka seperti anak-anak ayam yang kehilangan Pastor Diosis adalah Imam/ Romo/ Pastor
induknya (lihat. Mat, 23: 37 38). Keuskupan (Diosis) yang terikat dengan salah
Tuhan Yesus Kristus sendiri, bahkan berusaha untuk satu keuskupan tertentu dan tidak termasuk
menyapa suku yang dianggap bukan Yahudi lagi seperti ordo atau kongregasi tertentu. Imam/ Romo/
orang-orang Samaria. Kita tentu masih ingat akan sapaan Pastor religius (misalnya: SJ, MSF, OFM, dan
dan dialog Tuhan Yesus Kristus dengan wanita Samaria di sebagainya) adalah imam yang tidak terikat
sumur Yakub. dengan keuskupan tertentu, melainkan lebih
terikat pada aturan ordo atau kongregasinya.
Dasar, Struktur, Fungsi dan Corak Kepemimpinan b) Para Diakon/Frater, tingkat hierarki yang lebih
(Hierarki) dalam Gereja Katolik rendah terdapat para diakon yang ditumpangi
tangan bukan untuk imamat, melainkan untuk
a. Struktur Kepemerintahan Hierarki di dalam Gereja pelayanan. Diakon adalah pembantu Uskup/
Katholik di seluruh dunia: Episkopos dan Romo/ Pastor/ Imam dalam
1) Paus/ Patriarch Vatican pelayanan terhadap umat beriman. Mereka
Konsili Vatikan II menegaskan: “Adapun dewan atau ditahbiskan untuk mengambil bagian dalam
badan para uskup hanyalah berwibawa, bila bersatu imamat jabatan. Karena tahbisannya ini, maka
dengan imam agung di Roma, pengganti Petrus, seorang diakon masuk dalam kalangan hierarki.
sebagai kepalanya dan selama kekuasaan primatnya Di Gereja Katholik ada 2 macam Diakon, yaitu:
terhadap semua baik para gembala maupun kaum 1) mereka yang dipersiapkan untuk menerima
beriman, tetap berlaku seutuhnya.” Sebab Bapak tahbisan Imam/ Romo/ Pastor. 2) mereka yang
Gembala Tertinggi yang berpusat di Negara-Gereja, menjadi Diakon untuk seumur hidupnya tanpa
Vatican berdasarkan tugasnya, yakni sebagai wakil menjadi Imam.
Tuhan Yesus Kristus sendiri dan Pemimpin Tertinggi
Catatan: “Kardinal”, Kardinal bukan jabaran hierarkis
Gereja Katholik Se-Dunia, mempunyai kuasa penuh,
dan tidak termasuk struktur hierarkis. Kardinal adalah
tertinggi dan universal terhadap Gereja dan kuasa itu
penasehat Paus/ Patriarch Vatican dan membantu Paus/
selalu dapat dijalankan dengan bebas.
Patriarch Vatican dalam tugas reksa harian seluruh
Tuhan Yesus Kristus sendiri yang telah mengangkat
Gereja. Mereka membentuk suatu dewan Kardinal.
Santo/ Rasul Petrus menjadi pemimpin para rasul.
Jumlah dewan yang berhak memilih Paus dibatasi 120
Paus/ Patriarch pengganti Petrus, adalah pemimpin
orang yang di bawah usia 80 tahun. Seorang Kardinal
para Uskup.
dipilih oleh Paus/ Patriarch Vatican secara bebas.
2) Uskup/ Episkopos (yang bergelar Monsignyor atau
Kardinal adalah merupakan gelar kehormatan. Kata
Diocessan)
“kardinal” berasal dari kata Bahasa Latin”cardo”
Konsili Vatikan II merumuskan dengan jelas:
yang berarti “engsel”, dimana seorang Kardinal dipilih
“Masing-masing uskup menjadi asas dan dasar
menjadi asisten-asisten kunci dan penasehat dalam
kelihatan bagi kesatuan dalam Gerejanya”. Tugas
berbagai urusan gereja. Kardinal dapat dipilih dari
pokok, dan fungsi (Tupoksi) seorang Uskup
kalangan Imam ataupun Uskup. Di Indonesia telah ada
Diosesan/Uskup Sufragan adalah mempersatukan
2 orang Kardinal, yaitu Yustinus Kardinal Darmojuwono
dan mempertemukan umat. Tugas pemersatu itu
Pr (alm.) dan Julius Kardinal Darmaatmaja SJ.
dibagi menjadi tiga khusus yakni: tugas pewartaan,
perayaan dan pelayanan. Tugas utama para uskup b. Fungsi Khusus Hierarki/ Struktural Gereja.
adalah pewartaan Injil. Uskup yaitu memimpin umat Fungsi khusus hierarki Gereja Katholik adalah:
dalam kalangan pastoral Keuskupan. 1) Menjalankan tugas gerejani yakni tugas-tugas yang
3) Pembantu Uskup: Imam/ Romo/ Pastor dan Diakon/ secara langsung dan eksplisit menyangkut kehidupan
Frater beriman Gereja seperti melayani sakramen-sakramen,
a) Para Imam/ Romo/ Pastor adalah wakil Uskup mengajar agama dan sebagainya.
(yang bergelar Monsignyor/Diocessan) di setiap 2) Menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi
jemaat setempat. Tugas konkret para imam iman. Hierarkis mempersatukan umat dalam iman
adalah pewartaan, perayaan dan pelayanan umat. dengan petunjuk, nasihat dan teladan.
Para imam ditahbiskan untuk mewartakan Injil c. Corak Kepemimpinan dalam Gereja
dan menggembalakan umat beriman. 1) Kepemimpinan dalam Gereja merupakan suatu
Imam/Romo/ Pastor Katholik merupakan panggilan khusus, dimana campur tangan Tuhan
“penolong dan organ Para Uskup Diosesan/ merupakan unsur yang dominan. Oleh sebab itu,
Uskup Sufragan” (Lumen Gentium) Di dalam kepemimpinan dalam Gereja tidak diangkat oleh
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 97

manusia berdasarkan suatu bakat, kecakapan atau Tegasnya, dewan para Uskup / Episkopos
prestasi tertentu. Kepemimpinan dalam Gereja tidak (Monsignyor) menggantikan dewan para rasul.
diperoleh oleh kekuatan manusia sendiri. “Bukan Yang menjadi pimpinan Gereja adalah dewan para
kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih uskup. Seseorang diterima menjadi uskup karena
kamu”. Kepemimpinan dalam masyarakat dapat diterima ke dalam dewan itu. Itulah Tahbisan uskup,
diperjuangkan oleh manusia, tetapi di dalam Gereja “Seorang menjadi anggota dewan para Uskup
tidaklah demikian. Diosesan dengan menerima tahbisan sakramental
2) Kepemimpinan dalam Gereja bersifat mengabdi dan dan berdasarkan persekutuan hierarkis dengan
melayani dalam arti semurni-murninya, walaupun kepada maupun para anggota dewan” (LG, No: 22).
ia sungguh mempunyai wewenang yang berasal Sebagai sifat kolegial (dalam bahasa Latin disebut
dari Kristus sendiri. Kepemimpinan gerejani adalah dengan Colletive Colegial) ini, tahbisan uskup belalu
kepemimpinan untuk melayani, bukan untuk dilayani. dilakukan oleh paling sedikit tiga uskup, sebab
Kepemimpinan untuk menjadi orang yang terakhir tahbisan uskup berarti bahwa seorang anggota baru
bukan yang pertama. Kepemimpinan untuk mencuci diterima kedalam dewan para Uskup (LG: Lumen
kaki sesama saudara. Gentium).
3) Kepemimpinan hierarki berasal dari Tuhan, maka
Untuk itu Gereja Katholik memperjuangkan pembaharuan
tidak dapat dihapus oleh manusia.
politik dengan menekankan :
4) Hierarki di dalam Gereja Katholik, secara
a. Perubahan politik citra dan politik uang menjadi politik
Administrasi Publik:
kompetensi dan pengabdian.
Menurut Ajaran resmi Gereja struktur Hierarki
b. Perubahan politik sektarian dan premordialis menjadi
termasuk hakikat kehidupan-nya juga. Perutusan
politik yang terbuka dan pluralistik.
ilahi, yang dipercayakan Kristus kepada para rasul
c. Perubahan dari “politik top down” menjadi “politik
itu, akan berlangsung sampai akhir zaman (lihat
bottom up”.
Injil Matius 28:20). Sebab Injil, yang harus mereka
d. Perubahan dari politik struktural authoritatif menjadi
wartakan, bagi Gereja merupakan asas seluruh
politik konstitusional fungsional dan demokratis.
kehidupan untuk selamanya. Maka dari itu dalam
e. Peranan setiap komponen dalam Gereja
himpunan yang tersusun secara hierarkis yaitu para
Rasul telah berusaha mengangkat para pengganti Untuk mewujudkan perubahan tersebut di atas, setiap
mereka. Maka, Konsili mengajarkan bahwa “atas anggota Gereja perlu berperan aktif sebagai “garam dan
penetapan ilahi para uskup menggantikan para terang dunia”, sesuai tugas serta tanggung jawab, situasi
rasul sebagai gembala Gereja ”Kepada mereka itu dan kemampuannya masing-masing, serta sesuai aturan
para Rasul berpesan, agar mereka menjaga seluruh yang berlaku. Dalam hal ini semua anggota Gereja
kawanan, tempat Roh Kudus mengangkat mereka Katholik dikelompokkan dalam tiga komponen, yaitu:
untuk menggembalakan jemaat Allah Pengganti kaum Klerus (untuk para biarawan-biarawati) dan kaum
meraka yakni, para Uskup, dikehendaki-Nya menjadi awam/ Umat Katholik itu sendiri. Semua komponen
gembala dalam Gereja-Nya hingga akhir jaman (LG dapat dan perlu memaiankan peranannya sesuai hak
18). dan kewajibannya sebagai warga masyarakat/negara dan
Struktur Hierarkis Gereja yang sekarang terdiri dari serentak warga Gereja. Selain itu secara khusus kaum
dewan para Uskup dengan Paus/ Patriarch sebagai Klerus (untuk Para Biarawan dan Biarawati) berperan
kepalanya, dan para imam serta diakon sebagai secara formatif dan tak langsung, sebagai pembina,
pembantu uskup. pengawal dan pengontrol, sedangkan kaum awam
5) Dewan Para Uskup Agung/ Archbishop’s berperan secara praktis dan langsung, sebagai politisi,
(Kardinal/ Metropolitan dari seluruh dunia yang pemimpin eksekutif dan birokrat.
berkedudukan di dalam Kuriae Romano): d. Tujuan Kebijakan Bimas (Bimbingan Masyarakat)
Pada akhir zaman Gereja perdana, sudah diterima Katholik di lingkungan Kantor Kemenag (Kementerian
cukup umum bahwa para Uskup/ Episkopos adalah Agama), Kabupaten Blitar
pengganti para rasul, seperti juga dinyatakan dalam Perumusan Visi - Misi, arah kebijakan, dan program di
Konsili Vatikan II. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa bidang Urusan Agama Katholik bertujuan :
hanya ada dua belas uskup (karena duabelas rasul). 1) Memberi gambaran komperehensif tentang
Disini dimaksud bukan rasul satu persatu diganti penyelenggaraan urusan agama Katholik dalam
oleh orang lain, tetapi kalangan para rasul sebagai kerangka pelaksanaan tugas dan fungsinya sesuai
pemimpin Gereja diganti oleh kalangan para uskup. kebijakan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat
hal tersebut juga di pertegas dalam Konsili Vatikan (Bimas) Katholik
II.
98 Humaniora, Vol. 15 No. 2 Desember 2018: 88–129

2) Sebagai acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, yang beragama Katholik di seluruh wilayah Kabupaten
dan evaluasi program dan kegiatan di bidang Blitar sendiri).
Urusan Agama Katholik di lingkungan Ditjen Bimas b. Kelompok Layanan Barang yaitu layanan yang
Katholik. menghasilkan berbagai bentuk / jenis yang digunakan
3) Sebagai pedoman dalam mewujudkan kerjasama oleh publik. Misalnya jaringan telepon, penyediaan
dengan mitra kerja Ditjen Bimas Katholik di bidang tenaga listrik, air bersih dan sebaginya. (Bagi yang
Urusan Agama Katholik. beragama Katholik di seluruh wilayah Kabupaten Blitar
sendiri).
Menurut salah satu kajian yang dilakukan oleh Komisi c. Kelompok Layanan Jasa yaitu layanan yang menghasilkan
Hukum Nasional (KHN), pelayanan publik diartikan sebagai: berbagai jasa yang dibutuhkan oleh publik. Misalnya
“suatu kewajiban yang diberikan oleh konstitusi atau Undang– pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan
Undang (UU) kepada pemerintah untuk memenuhi hak–hak transportasi, pos dan sebagainya. (Bagi yang beragama
dasar warga Negara atau penduduk atas suatu layanan (publik/ Katholik di seluruh wilayah Kabupaten Blitar sendiri).
Masyarakat Katholik)”. Pengertian menurut KHN ini secara
tegas menekankan bahwa pelayanan publik merupakan Dalam penyelenggaraannya, pelayanan publik dilandasi
kewajiban pemerintah (Negara Republik Indonesia). Batasan dengan prinsip–prinsip yang tercantum dalam NPM (New
ini berbeda dengan batasan yang diberikan oleh Menpan R.B Public Management) dan NPS (New Public Service). Prinsip–
(Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi prinsip itu adalah :
Birokrasi) yang mendefinisikan pelayanan publik hanya a. Memperoleh penanganan urusan–urusannya secara tidak
sebagai kegiatan instansi pemerintah. memihak, adil dan dalam waktu yang wajar.
Pada hakekatnya pelayanan publik merupakan amanat b. Hak untuk didengar sebelum tindakan individual apapun
dari rakyat kepada pemerintah. Oleh sebab itu pemahaman yang akan merugikan dirinya diputuskan.
mengenai pelayanan publik haruslah dipahami secara benar. c. Hak atas akses untuk memperoleh berkas milik pribadi
Pemahaman tersebut harus dijadikan sebagai dasar kegiatan dengan tetap menghormati kepentingannya yang sah atas
guna meningkatkan akuntabilitas pelayanan. Kebijakan kerahasiaan dan atas kerahasiaan profesionalitasnya.
pelayanan publik harus bersifat menghormati, melindungi d. Kewajiban pihak Aparatur Negara untuk memberikan
dan memenuhi hak–hak dasar manusia. Menurut Jim St. alasan–alasan yang mendasari keputusannya.
George (2003:48), pengertian hak–hak dasar tersebut sebagai e. Memperoleh ganti rugi yang ditimbulkan oleh lembaga
hak ekonomi, sosial dan budaya, yakni hak–hak dasar yang atau aparatur pemerintah yang menjalankan tugasnya.
harus dipenuhi oleh setiap individu untuk membebaskan Selain prinsip, pelayanan publik juga memiliki beberapa
dirinya dari kemiskinan, keterasingan dan keterbelakangan. asas yang perlu untuk diterapkan dalam pemberian pelayanan.
Termasuk di dalamnya adalah hak untuk memperoleh Adapun asas dari pelayanan publik tersebut adalah:
makanan, pakaian, pendidikan, kesehatan, perumahan dan a. Transparansi
pekerjaan. Penghormatan, perlindungan dan pemenuhan Transparansi disini berarti pelayanan publik bersifat
hak–hak dasar itulah yang harus menjadi prioritas terpenting terbuka yaitu mudah untuk diakses oleh semua orang
dari pemerintah dalam menetapkan anggaran publik sebagai yang membutuhkan pelayanan.
produk kebijakan. b. Akuntabilitas
Permasalahan pelayanan publik ini juga tercantum Adanya pertanggung jawaban yang bersifat bottom up.
dalam lampiran ke 3 Keputusan Menpan No. 63/Kep./M. Artinya ada pertanggung jawaban dari penyedia layanan
PAN/7/2003, paragraf 1 butir: c, tentang Pedoman Umum kepada pengguna layanan yang dilaksanakan sesuai
Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Pelayanan publik oleh peraturan perundang–undangan.
pemerintah tentang Kementerian Agama (Kemenag) dan c. Kondisional
Aparatur Publik yang lainnya itu dibedakan menjadi tiga Sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan pemberi
sebagai berikut: dan penerima layanan namun tetap berpegang terhadap
a. Kelompok Layanan Administratif, yaitu layanan yang prinsip efisiensi dan efektifitas.
menghasilkan bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan d. Keseimbangan hak dan kewajiban
oleh publik. Misalnya: status kewarganegaraan,sertifikat Artinya penyedia layanan dan pengguna layanan harus
kompetensi, kepemilikan dan penguasaan terhadap memiliki hak dan kewajiban masing–masing.
suatu barang dan sebagainya. Dokumen-dokumen e. Kesamaan hak
iniantara lain: Kartu Tanda Penduduk (KTP), akte Tidak ada tindakan diskriminatif dalam pemberian
kelahiran, keterangan kematian, Buku Kepemilikan layanan. Artinya pemberian layanan tidak membedakan
kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Ijin Mengemudi agama, ras, suku bangsa dan golongan.
(SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), f. Partisipatif
Ijin MendirikanBangunan (IMB),paspor,sertikat Asas partisipatif mendorong peran masyarakat dalam
kepemilikan/ penguasaan tanah dan sebagainya. (Bagi proses pelayanan publik. Dengan lebih memperhatikan
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 99

aspirasi, kebutuhan serta harapan masyarakat terhadap Fungsi Kesekretariatan/ Administrasi, Fungsi Urusan Agama
perbaikan pelayanan. Katholik dan Fungsi Pendidikan Agama Katholik (PAK).
Dari tupoksi di atas Penyelenggara Katholik juga
Untuk meningkatkan kualitas masyarakat maka
melaksanakan :
dibutuhkan sebuah tolls (alat pemerintahan negara) untuk
a. Perumusan Visi dan Misi kebijakan teknis di bidang
mencapai hal tersebut. Adapun cara yang dapat dilakukan
Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katholik.
untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan melembagakan
b. Perencanaan program serta pengendalian dan
program Kementerian Agama (Kemenag).
pengamanan teknis operasional di bidang Bimbingan
Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Bimas (Bimbingan
masyarakat (Bimas) Katholik.
Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian
c. Pembinaan yang meliputi pemberian bimbingan,
Agama) Kabupaten Blitar. Dalam Peraturan Menteri Agama
pelayanan, perijinan dan penyajian informasi yang
Rl (PMA), Nomor:10, Tahun: 2010 , tentang Organisasi
menyangkut data, serta pelaksanaan tugas.
dan Tata Kerja Kementerian Agama RI, ditegaskan bahwa
Direktorat Urusan Agama Katholik (DITJENBIMAS Pelayanan publik dan implementasi bagi Masyarakat/
Katholik) mempunyai tugas: “melaksanakan perumusan Umat Katholik tentunya tidak bisa dilepaskan dari proses
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, standarisasi, pemberian perencanaan yang matang. Undang-Undang (UU) Nomor:
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang urusan agama 25, Tahun: 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Katholik” (Pasal 514). Dalam melaksanakan tugas, tersebut, Nasional menyebutkan bahwa Perencanaan adalah suatu
Direktorat Urusan Agama Katholik menyelenggarakan proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,
fungsinya berdasarkan Tugas Bimas Katholik (Peraturan melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber
Menteri Agama (PMA), Nomor 13, Tahun: 2012, pasal: daya yang tersedia. Dalam kaitan dengan Program Bimbingan
497, ayat: 3). Masyarakat (Bimas) Katholik, perencanaan anggaran yang
Dari pandangan Bimas Katholik ini, menunjukkan baik mutlak diperlukan di dalam mengelola sumber daya yang
bahwa penerapan implementasi organisasi dan tata kerja tersedia terutama berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan
intansi vertikal yang religius di Kantor Kementerian dan Belanja Negara) untuk memberikan pelayanan yang
Agama (Kemenag) di Kabupaten Blitar, berdasarkan PMA terbaik bagi masyarakat/ Umat Katholik. Tetapi juga masih
(Peraturan Menteri Agama), Nomor: 13, Tahun: 2012 ada kendala/ permasalahan yang terjadi di dalam Program
telah membawa banyak perubahan menyangkut tata cara Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katholik dan apa solusinya,
dan prosedur pelayanan serta nilai dan etika pelayanan. berdasarkan Tugas Bimas Katholik (Peraturan Menteri Agama
Dengan diterapkannya kontrol pelayanan menjadikan (PMA), Nomor 13, Tahun: 2012,pasal: 497, ayat: 3):
pelayanan prima sebagaimana tujuan yang ingin dicapai Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Bimas (Bimbingan
dalam rangka memberikan kepuasan kepada masyarakat Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian
pengguna layanan. Citra pelayanan publik yang dilakukan Agama) Kabupaten Blitar. Dalam Peraturan Menten Agama
oleh instansi pemerintah yang selama ini terkesan tidak Rl (PMA), Nomor:10, Tahun: 2010 ,tentang Organisasi
transparan, tidak berkepastian serta berbelit-belit berhasil dan Tata Kerja Kementerian Agama RI, ditegaskan bahwa
diubah dengan menggunakan pendekatan kekeluargaan Direktorat Urusan Agama Katholik (DITJENBIMAS
dan religius. Dengan memberikan kepastian, keramahan Katholik) mempunyai tugas “melaksanakan perumusan
dan keterbukaan, maka akan dapat memberikan kepuasan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, standarisasi, pemberian
kepada masyarakat pengguna layanan. Semakin tinggi tingkat bimbingan teknis dan evaluasi di bidang urusan agama
kerohanian masyarakat Katholik di wilayah Kabupaten Blitar Katholik” (Pasal: 514). Dalam melaksanakan tugas, tersebut,
ini sebagai pengguna layanan maka, semakin baik juga Direktorat Urusan Agama Katholik menyelenggarakan
kualitas pelayanan yang diberikan oleh Bimas (Bimbingan fungsinya antara lain:
Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian a. Perumusan kebijakan di bidang kelembagaan, penyuluhan
Agama), Kabupaten Blitar tersebut. dan pemberdayaan Umat/ Masyarakat Katholik;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan,
Pengkajian Teoritis penyuluhan dan pemberdayaan Umat/ Masyarakat
Bidang Tugas Bimas Katholik di lingkungan Kemenag Katholik;
Kabupaten Blitar. Tugas Bimas Katholik (Peraturan Menteri c. Penyusunan norma, standar prosedur, dan kriteria di
Agama (PMA), Nomor 13, Tahun: 2012, pasal: 497, ayat: bidang kelembagaan, penyuluhan dan pemberdayaan
3). Maka tugas pokok Penyelenggaraan KatHolik adalah Umat/ Masyarakat Katholik;
melakukan pelayanan dan bimbingan teknis pembinaan, d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
serta pengelolaan data dan informasi di bidang Bimbingan kelembagaan, penyuluhan, dan pemberdayaan Umat/
masyarakat (Bimas) Katholik. Dari Tugas dan Pokok tersebut Masyarakat Katholik; dan
Penyelenggaraan Katholik melaksanakan tiga Fungsi: e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga
Direktorat Urusan Agama Katholik.
100 Humaniora, Vol. 15 No. 2 Desember 2018: 88–129

Tabel 1. Permasalah dan Solusi Penyelenggara Katolik Kantor Kementerian Agama Kabupaten Blitar
PERMASALAHAN/ KEADAAN YANG PEMECAHAN PERMASALAHAN/ KEADAAN YANG DIINGINKAN
DIHADAPI
ADMINISTRASI
Terbatasnya formasi penerimaan CPNS Perlu peningkatan formasi CPNS (Pengangkatan Tenaga Administrasi, Penyuluh
untuk jajaran Bimas Katholik Agama Katholik dan Guru PAK)
Kurang tersedianya ruang kerja yang
Perlu adanya penambahan ruang Penyelenggaraan Katholik yang representative
representative
Penambahan dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional baik
Kurangnya Sumber Daya Manusia
penguasaan Teknology informasi maupun tenaga administrasi dan tenaga pendidik
(SDM)
dan kependidikan
Penyediaan Fasilitas penunjang tupoksi, sarana penunjang kegiatan Administrasi
Kurang tersedianya sarana prasarana dalam hal ini penunjang alat pengolah data (Laptop), transportasi (kendaraan roda
dua)
URUSAN AGAMA
Kurangnya alokasi dana untuk fungsi
Perlu peningkatan alokasi dana
pelayan hidup beragama
Letak Geografis yang cukup luas (ada Perlu adanya pengalokasian dana dan sarana yang memadai untuk peningkatan
22 Kecamatan) pelayanan Penyelenggara Katholik.
Masih banyaknya bangunan Gereja Perlu adanya komunikasi yang baik dengan pengurus Gereja (BGKP) untuk segera
yang belum ber-IMB mengurus pendirian Rumah Ibadah (gedung Gereja).
Kurangnya bantuan operasional
Perlu adanya peningkatan bantuan operasional lembaga keagamaan
lembaga keagamaan
PENDIDIKAN AGAMA KATHOLIK
(PAK)
Terbatasnya jumlah Guru Pendidikan
Perlu adanya pengangkatan guru Pendidikan Agama Katholik (PAK)
Agama Katholik (PAK)
Belum tersedianya dana operasional Perlu adanya pengalokasian dana untuk penyelenggaraan sertifikasi Guru dan
penyelenggaraan sertifikasi Guru dan Pengawas PAK untuk menghindari adanya pungutan-pungutan dari peserta sertifikasi
Pengawas PAK di daerah guru
Rendahnya pemahaman Publik tentang
Perlu disosialisasikan PP NO.55 th 2007 kelembaga pendidikan Katholik
PP No. 55 th 2007

Belum adanya alokasi dana khusus


Bantuan beasiswa bagi siswa miskin (Katholik)
bagi siswa miskin (Katholik)

Kurangnya sarana dan prasarana


Perlu penyediaan sarana prasarana pendidikan yang memadai
pendidikan
(Sumber: Buku Pedoman Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katholik dan Buku Profil Bimas Katholik pada Kantor Kemenag (Kementerian
Agama), Kabupaten Blitar).

METODE PENELITIAN Maka Tugas, pokok dan fungsi/ Tupoksi (Peraturan


Menteri Agama (PMA), Nomor 13, Tahun: 2012, pasal
Dalam bagian ini diuraikan tentang metode penelitian
497, ayat 3) Penyelenggaraan Katholik adalah melakukan
untuk fenomena-fenomena penelitiannya. Misalnya:
pelayanan dan bimbingan teknis, pembinaan serta pengelolaan
Survei, Eksperimen dan sebagainya atau menjelaskan
data dan informasi di bidang Bimbingan masyarakat
perspektif pendekatan penelitian yang akan dilakukan.
(Bimas) Katholik. Dari Tugas Pokok tersebut Penyelenggara
Penelitian kualitatif, data yang ada berbentuk kata, kalimat,
Katholik melaksanakan tiga Fungsi: Fungsi Kesekretariatan/
skema dan gambar (Sugiyono; 2002:7). Dengan demikian
Administrasi, Fungsi Urusan Agama Katholik dan Fungsi
penelitian ini berupaya mendeskripsikan, menguraikan,
Pendidikan Agama Katholik (PAK).
dan menginterprestasikan permasalahan serta kemudian
mengambil kesimpulan dari permasalahan tersebut yang Ruang Lingkup
disajikan dalam bentuk tulisan secara sistematis tentang
upaya peningkatan mutu pelayanan Bimas Katholik kepada Mengutarakan secara singkat tentang pembatasan
Masyarakat/ Umat Katholik di wilayah Kabupaten Blitar. keluasan dan kedalaman cakupan penelitian. Fenomena
Sebagaimana dalam Peraturan Menteri Agama (PMA), No. penelitian adalah suatu gejala yang mendasar atau suatu
13, Thn. 2012.
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 101

kejadian, peristiwa tentang perilaku-perilaku yang diamati, penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya
atau proses aksi interaksi yang saling berkaitan. adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lainnya.
a. Data primer dalam penelitian ini merupakan data yang
Fokus Penelitian diperoleh penulis dari pengamatan (observasi) langsung di
Fokus penelitian adalah unsur-unsur yang membatasi lapangan atau rekaman wawancara yang penulis lakukan
keluaran dan kedalaman data yang diteliti. Fokus Penelitian secara langsung. Data ini diperoleh dari responden antara
juga merupakan pemusatan konsentrasi terhadap tujuan lain Banyaknya permasalahan/ setiap kekurangan yang
penelitian yang sedang dilakukan. Fokus penelitian harus dihadapi Bimas (Bimbingan masyarakat) Katholik di
diungkapkan secara eksplisit untuk mempermudah peneliti Kantor Kemenag (Kementerian Agama) Kabupaten
sebelum melaksanakan observasi. Fokus penelitian adalah Blitar ini dibagi menjadi 3 fungsi. Permasalahan dibagi
garis besar dari penelitian, jadi observasi serta analisa hasil menjadi 3 fungsi ini, antara lain:
penelitian akan lebih terarah. 1) Fungsi Administrasi/ Kesekretariatan:
Dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan a) Terbatasnya formasi penerimaan CPNS (Calon
kualitatif dapat diperoleh gambaran yang mendalam mengenai Pegawai Negeri Sipil) untuk jajaran Bimas
suatu permasalahan. Akan tetapi, menurut Moelong (2000: (Bimbingan masyarakat) Katholik.
62), fokus penelitian tetap diperlukan dengan tujuan: b) Kurang tersedianya ruang kerja yang
1. Fokus penelitian akan membatasi studi; representative.
2. Menentukan kriteria masukan-masukan suatu informasi c) Kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia).
yang diperoleh di lapangan. d) Kurang tersedianya sarana prasarana/ fasilitas.
2) Fungsi Urusan Agama:
Permasalah dan fokus penelitian merupakan dua hal a) Kurangnya alokasi dana untuk fungsi pelayan
terkait, sehingga permasalahan dalam penelitian dijadikan hidup beragama.
sebagai acuan dalam penelitian fokus walaupun pada b) Letak Geografis yang cukup luas (ada 22
akhirnya fokus dapat berubah dan berkembang di lapangan Kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten
sesuai dengan perkembangan permasalahan yang ditemukan Blitar).
di lapangan. c) Masih banyaknya bangunan Gereja yang belum
Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Bimas (Bimbingan ber-IMB (Izin Mendirikan Bangunan).
Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian d) Kurangnya bantuan operasional lembaga
Agama) Kabupaten Blitar. Dalam Peraturan Menteri Agama keagamaan.
Rl (PMA), Nomor:10, Tahun: 2010, Tentang Organisasi 3) Fungsi Pendidikan Agama Katholik (PAK)
dan Tata Kerja Kementerian Agama RI, ditegaskan bahwa a) Terbatasnya jumlah Guru PAK (Pendidikan
Direktorat Urusan Agama Katholik, (DITJENBIMAS Agama Katholik).
Katholik) mempunyai tugas “melaksanakan perumusan b) B e l u m t e r s e d i a ny a d a n a o p e r a s i o n a l
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, standarisasi, pemberian penyelenggaraan sertifikasi Guru dan Pengawas
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Urusan Agama PAK (Pendidikan Agama Katholik).
c) Rendahnya pemahaman publik tentang PP. No.
Katholik” (Pasal: 514). Dalam melaksanakan tugas tersebut,
55 Thn. 2007.
Direktorat Urusan Agama Katholik menyelenggarakan
d) Belum adanya alokasi dana khusus bagi siswa
fungsinya antara lain:
miskin (khusus yang beragama/ menggereja di
a. Perumusan kebijakan di bidang kelembagaan, penyuluhan
Katholik).
dan pemberdayaan Umat/ Masyarakat Katholik; e) Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan, (PAK: Pendidikan Agama Katholik) di
penyuluhan dan pemberdayaan Umat/ Masyarakat lingkungan Kabupaten Blitar.
Katholik;
c. Penyusunan norma, standar prosedur, dan kriteria di b. Data Sekunder dalam penelitian ini merupakan dokumen-
bidang kelembagaan, penyuluhan dan pemberdayaan dokumen resmi, buku dan majalah ilmiah dan arsip. Data
Umat/ Masyarakat Katholik; tersebut diambil dari Buku Pedoman Bimas Katholik
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang di Kemenag, Kabupaten Blitar, Buku Profil Bimas
kelembagaan, penyuluhan, dan pemberdayaan Umat/ (Bimbingan Masyarakat) Katholik di Kantor Kemenag,
Masyarakat Katholik; dan Kabupaten Blitar, dan buku-buku tentang Manajemen di
e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga dalam Gereja Katholik yang lainnya.
Direktorat Urusan Agama Katholik.
Instrumen Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam analisis data dan dari Pada bagian ini berisi penjelasan tentang spesifikasi
mana data diperoleh beserta alasannya. Menurut Lofland alat yang digunakan dalam pengumpulan data (misalnya:
(dalam Moelong, 2000:112) sumber data utama dalam kuesioner). Apabila perlu disertai tentang reliabilitas dan
102 Humaniora, Vol. 15 No. 2 Desember 2018: 88–129

validitas dari alat ukur yang digunakan. Pada dasarnya lakukan secara langsung. Data ini diperoleh dari reponden
keberhasilan pengumpulan data adalah tergantung pada antara lain Banyaknya permasalahan/ setiap kekurangan
instrumen penelitian itu sendiri. Menurut Moelong (2000:167) yang dihadapi Bimas (Bimbingan masyarakat) Katholik
menyatakan bahwa salah satu ciri utama penelitian kualitatif, di Kantor Kemenag (Kementerian Agama) Kabupaten
yaitu manusia sangat berperan dalam keseluruhan proses Blitar ini dibagi menjadi 3 fungsi. Permasalahan dibagi
penelitian, termasuk dalam pengumpulan data, bahkan menjadi 3 fungsi ini, antara lain:
itulah instrumennya. Dalam hal ini peneliti merupakan 1) Fungsi Administrasi/ Kesekretariatan:
instrumen utama. Di samping instrumen utama digunakan a) Terbatasnya formasi penerimaan CPNS (Calon
pula instrumen pembantu seperti tape recorder, handycam, Pegawai Negeri Sipil) untuk jajaran Bimas
alat pencatat (buku, pensil, pulpen) dalam pengumpulan data, (Bimbingan masyarakat) Katholik.
sehingga data yang didapatkan dapat dianalisis. b) Kurang tersedianya ruang kerja yang
representative.
c) Kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia).
TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN d) Kurang tersedianya sarana prasarana/ fasilitas.
2) Fungsi Urusan Agama:
Tinjauan Pustaka
a) Kurangnya alokasi dana untuk fungsi pelayan
Permasalah dan tinjauan pustaka merupakan dua hal hidup beragama.
terkait, sehingga permasalahan dalam penelitian dijadikan b) Letak Geografis yang cukup luas (ada 22
sebagai acuan dalam penelitian fokus walaupun pada Kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten
akhirnya fokus dapat berubah dan berkembang di lapangan Blitar).
sesuai dengan perkembangan permasalahan yang ditemukan c) Masih banyaknya bangunan Gereja yang belum
di lapangan. ber-IMB (Izin Mendirikan Bangunan).
Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Bimas (Bimbingan d) Kurangnya bantuan operasional lembaga
Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian keagamaan.
Agama) Kabupaten Blitar. Dalam Peraturan Menteri Agama 3) Fungsi Pendidikan Agama Katholik (PAK)
Rl (PMA), Nomor:10, Tahun: 2010, Tentang Organisasi a) Terbatasnya jumlah Guru PAK (Pendidikan
dan Tata Kerja Kementerian Agama RI, ditegaskan bahwa Agama Katholik).
Direktorat Urusan Agama Katholik, (DITJENBIMAS b) B e l u m t e r s e d i a ny a d a n a o p e r a s i o n a l
Katholik) mempunyai tugas “melaksanakan perumusan penyelenggaraan sertifikasi Guru dan Pengawas
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, standarisasi, pemberian PAK (Pendidikan Agama Katholik).
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Urusan Agama c) Rendahnya pemahaman publik tentang PP. No.
Katholik” (Pasal: 514). Dalam melaksanakan tugas tersebut, 55 Thn. 2007.
d) Belum adanya alokasi dana khusus bagi siswa
Direktorat Urusan Agama Katholik menyelenggarakan
miskin (khusus yang beragama/menggereja di
fungsinya antara lain:
Katholik).
a. Perumusan kebijakan di bidang kelembagaan, penyuluhan
e) Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan
dan pemberdayaan Umat/ Masyarakat Katholik;
(PAK: Pendidikan Agama Katholik) di
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan, lingkungan Kabupaten Blitar.
penyuluhan dan pemberdayaan Umat/ Masyarakat
Katholik; b. Data Sekunder dalam penelitian ini merupakan dokumen-
c. Penyusunan norma, standar prosedur, dan kriteria di dokumen resmi, buku dan majalah ilmiah dan arsip. Data
bidang kelembagaan, penyuluhan dan pemberdayaan tersebut diambil dari Buku Pedoman Bimas Katholik
Umat/ Masyarakat Katholik; di Kemenag, Kabupaten Blitar, Buku Profil Bimas
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang (Bimbingan Masyarakat) Katholik di Kantor Kemenag,
kelembagaan, penyuluhan, dan pemberdayaan Umat/ Kabupaten Blitar, dan buku-buku tentang Manajemen di
Masyarakat Katholik; dan dalam Gereja Katholik yang lainnya.
e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga
1) Tim Pingkal Blitar
Direktorat Urusan Agama Katholik.
(Kesepakatan Rapat Se-Kevikepan Blitar Raya,
Jenis data yang digunakan dalam analisis data dan dari Jum’at, 14 Nopember 2014)
mana data diperoleh beserta alasannya. Menurut Lofland Masa tugas Tim Pingkal 3 tahun terhitung sejak 14
(dalam Moelong, 2000:112) sumber data utama dalam Nopember 2014 sampai dengan 13 Nopember 2017.
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya a) Devisi DPP
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lainnya. Koordinator: Antonius Boyni
a. Data primer dalam penelitian ini merupakan data yang Sekretaris: Catharina Sartiyah
diperoleh penulis dari pengamatan (observasi) langsung Bidang Formatio
di lapangan atau rekaman wawancara yang penulis
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 103

1. Y.Lulus Widada H. (Lulus) 2) Pengurus Kevikepan Se-Blitar Raya (II)


2. Endro Sujatmiko (Endro) Pengurus Inti:
3. Odelia Larasati (Melan) Vikaris Episkopalis : RP. Antonius Sapta
Bidang Sumber Widada, CM
1. Katarina Sartiyah (Katrin) Sekretaris : RP. Mistrianto, CM
2. Antonius V. Harsono (Sony) Bendahara : RD. Suryandoko,
3. J. Eddy Purwanto (resapombo) CM
Bidang Kerasulan Khusus
Bidang Pastoral
1. Yohanes Supriyo (Pri)
Bidang Formatio:
2. Antonius Boyni (Boy)
1. Bina Iman anak : RD. Herman Wisanjaya, Pr
3. Markus Subakir (Resapombo)
2. Remaja Katolik : RP. Mistrianto, CM
Bidang Kerasulan Umum
3. Orang Muda Kat. : RD. Sabas Kusnugroho, Pr
1. Fx. Sumadi (Madi)
4. Keluarga : RD. Petrus Katiran, Pr
2. Petrus Irenius Supariyanto (Totok)
3. B. Kasimin (Kasimin) Bidang Sumber:
1. Katekese : RP. Belo Lino, SDB + RD.
b) Devisi BGKP, untuk urusan-urusan : 1.
A. Puri Anggoro, CM
Administrasi dan kepegawaian, 2. Asset dan
2. Liturgi : RD. Boedi Prasetyo, Pr +
Hukum, 3. Rumah Tangga, 4. Usaha dan dana.
RP. Antok, SDB
Koordinator : A g u s t i n u s Ku k u h A n d r i
3. Kitab Suci (KKS) : RD. Antonius Yanuardy
Suprianto (Kukuh).
Hendro Wibowo, Pr
Sekretaris : Ta r s i s i u s A g u s S u s e n o
(Agus) Bidang Kerasulan Khusus:
Anggota : SP. Suryadi 1. Komsos : RD. Hans Kurniawan, CM
IC. Endang Purwo + RD. Agustinus Eka, Pr
J. Soenarwoko 2. Pendidikan : RD. M. Suwarno, Pr + RD.
Angelina Asri Wardani Satriyo, Pr
(081234539316) 3. Misioner : RP. Kurniawan, Pr
Yulius Suwarno
Bidang Kerasulan Umum:
Yahya Cucuk P
1. PSE + APP : RD. Eustachius Kusdiyanto
YB. Sunarto
Tana, Pr + RD. Herman
Anastasia Dwi Ratnawati
Wisanjaya, Pr
(087755261655)
2. Hak + Kerawam : RP. Djoko Pranoto, SDB +
Fransisca Endang Sjahantini
RD. Eustachius Kusdiyanto
(08125914480)
Tana, Pr.
c) Devisi Animasi dan Kesekretariatan
Kategorial
Koordinator : Kristo
1. Biarawan/ Biarawati
Anggota : Andre Saktiyanto
(Kaum Klerus) : RD. Boedi Prasetyo, Pr.
Theodorus Erwin Nirwana
2. PDPKK Santa
Nadia
Maria Blitar : RP. Antonius Sapto Widodo,
Vero
CM
d) Kesepakatan Acara ke Depan Keterangan: Susunan nama-nama Petugas/ PNS (Pegawai
1. Pendampingan Tim Pingkal kepada DPP dan Negeri Sipil), Para Guru-Guru Agama/ Gereja Katholik,
BGKP Paroki, 1 tahun 2 kali atau 6 bulan dan Para Romo/ Pastor Katholik, serta Para Pengurus
1 kali. Untuk 6 Paroki wilayah Kevikepan Yayasan Katholik Santo Yohanes Gabriel ini. Yang bertugas
Blitar. di seluruh wilayah Kabupaten Blitar, sudah tercantum dan
2. Pembekalan perdana pada DPP dan BGKP diimplementasikan di dalam PMA (Peraturan Menteri
Paroki Santo Yusup, bulan antara Januari– Agama), Nomor: 13, Tahun: 2012, Tentang Organisasi
Pebruari 2015. dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama
3. Persiapan bersama, di Paroki Santa Maria, (Kemenag) di seluruh wilayah Bimas (Bimbingan
Jum’at, 12 Desember 2014. PK. 17.00. Masyarakat) Katholik, Kabupaten Blitar dan sesuai
undangan lewat SMS. dengan KHK (Kitab Hukum Kanonik) tentang hubungan
4. Saat pertemuan Desember tiap Paroki antara Hierarki (Tokoh dan Susunan Agamawan) di dalam
harus membawa hasil inventaris kebutuhan Gereja Katholik Romawi (Katholik) dengan Pejabat Publik
di negara ini (Republik Indonesia), khususnya Kemenag
dan masalah perjalanan kinerja DPP dan
(Kementerian Agama) di Kabupaten Blitar sendiri.
BGKP.
104 Humaniora, Vol. 15 No. 2 Desember 2018: 88–129

Sumber: Buku Pedoman dan Buku Profil Bimas Kementerian Agama Kabupaten Blitar adalah
(Bimbingan Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag Penyelenggara Katolik yang mempunyai tugas
(Kementerian Agama), Kabupaten Blitar. Tahun: 2013- menyelenggarakan pimbinaan bimbingan kepada
2015.
masyarakat Katolik secara khusus di Kabupaten
3) Visi dan Misi Bimas Katholik, Kabupaten Blitar: Blitar.
a) Visi Kementerian Agama Sejak adanya unit Kerja Bimas Katolik di Kantor
Terwujudnya masyarakat Indonesia yang taat Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Blitar,
beragama, rukun, cerdas. Mandiri dan sejahtrera sesuai dengan Peraturan Menteri Agama No. 13
lahir dan batin. tahun 2012. Sampai saat ini sudah silih berganti
b) Misi Kementerian Agama para Pejabat Bimas Katolik yang menjabat sebagai
1. M e n i n g k a t k a n k u a l i t a s k e h i d u p a n Penyelenggara Katolik di Kantor Kementerian
beragama. Agama Kabupaten Blitar, antara lain :
2. Meningkatkan kualitas kerukunan umat a) Takrip Birowo (almarhum) menjabat Urusan
beragama. Agama Katolik pada Kantor Departemen Agama
3. Meningkatkan kualitas raudhatul sthfai, Kabupaten Blitar s.d. 1964.
madrasah, perguruan tinggi agama, b) Yohanes Sukardi (almarhum) menjabat Urusan
pendidikan agama dan pendidikan Agama Katolik pada Kantor Departemen Agama
keagamaan Kabupaten Blitar 1965 s.d. 1967.
4. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan c) Urusan Agama Katolik pada Kantor Departemen
haji. Agama Kabupaten Blitar kosong 1968 s.d.
5. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang 1972.
bersih dan berwibawa. Menghormati. d) Bpk. Jauku Pilipus Nerius Simbolon, menjabat
c) Visi Bimas Katholik, Kabupaten Blitar: Penyelenggara Bimas Katolik dari tahun 1973
Terwujudnya masyarakat Katolik yang 100% s.d. 1985
Katholik dan 100% Pancasilais dalam negara e) Ibu Agustina Maria Jatini menjabat Plh.
ber-Bhineka Tunggal Ika. Misi tersebut terwujud Penyelenggara Bimas Katolik tahun 1986 s.d.
dalam: 1988
1. Terwujudnya masyarakat/ umat Katholik f) Ibu AM. Jatini menjabat PJ. Penyelenggara
yang beriman dan bertagwa Bimas Katolik tahun 1989 s.d. 1990
2. Terwujudnya kerukunan hidup beragama g) Ibu AM. Jatini menjabat Penyelenggara Bimas
masyarakat Katolik dalam bingkai persatuan Katolik tahun 1991 s.d. 2007
dan kesatuan h) Bpk. Theodorus Endro Sujadmiko S.Ag,
3. Tertatanya pranata-pranata keagamaan menjabat Penyelenggara Bimas Katolik dari
Katholik Tahun 2008 sampai dengan April 2013.
4. Terkristalnya semangat kemandirian umat i) Bpk. Theodorus Endro Sujadmiko S.Ag,
Katolik dan kesetiakawanan sosial atas dasar menjabat Penyelenggara Katholik dari bulan
persaudaraan sejati April 2013 sampai dengan sekarang.
5. Terwujudnya pemahaman, penghayatan dan 5) Bidang Tugas Bimas Katolik Kabupaten Blitar
pengamalan agama Katolik secara dewasa Tugas Bimas Katholik (PMA nomor 13 tahun 2012
6. Terwujudnya pemahaman, penghayatan pasal 497 ayat 3) di Kantor Kemenag (Kementerian
dan pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai Agama), Kabupaten Blitar.
warga negara. (Terutama hak dan kewajiban Maka, Tugas, pokok dan fungsi (Tupoksi)
asasi yang secara eksplisit diatur dalam UUD
Penyelenggara Katholik adalah melakukan pelayanan
1945 yang diamandemen)
dan bimbingan teknis, pembinaan serta pengelolaan
d) Misi Bimas Katholik, Kabupaten Blitar:
data dan informasi di bidang bimbingan masyarakat
Mengajak masyarakat Katholik untuk berperan
Katholik. Dari Tugas, pokok, dan fungsi (Tupoksi)
serta secara aktif dan dinamis dalam mencapai
tujuan pembangunan bangsanya. tersebut Penyelenggara Katholik melaksanakan
1. Mewujudkan masyarakat Katolik yang tiga Fungsi: Fungsi Kesekretariatan, Fungsi Urusan
beriman dan bertagwa Agama Katholik dan Fungsi Pendidikan Agama
2. Mewujudkan kerukunan hidup beragama Katholik Dari tupoksi diatas Penyelenggara Katholik
masyarakat Katolik dalam bingkai persatuan juga melaksanakan:
dan kesatuan a) Perumusan Visi dan Misi kebijakan teknis di
bidang Bimbingan Masyarakat Katholik (Bimas
4) Sejarah Bimas Katholik, Kabupaten Blitar Katholik).
Salah satu unit kerja di lingkungan Kantor
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 105

Tabel 1.1 Penjabaran Tugas Penyelenggara Katholik di lingkungan Kemenag (Kementerian Agama), Kabupaten Blitar
No Bidang Tugas Program Kegiatan Sasaran
1 Bidang Organisasi dan SDM: Memberikan bimbingan dan pelayanan di bidang organisasi dan a. Seluruh pegawai Bimas
S u m b e r D a y a M a n u s i a pengembangan SDM pegawai. Katholik baik tenaga
(Layanan Perkantoran) a. Menerima, mencatat dan meneruskan surat keluar masuk fungsional serta Guru
b. Pembinaan penyuluh agama Katolik Non PNS dan Juru Pendidikan Agama
penerang Agama Katolik Non PNS b. Instansi terkait
c. Mengadakan Retret dan rekoleksi kepada Guru Pendidikan
Agama Katolik yang dilaksanakan 3 tahun sekali
d. Mengirim pegawai pada diklat-diklat (kalau ada permintaan
dari Kanwil / Kemenag RI)
e. Memproses mutasi dan kenaikan pangkat pegawai.
f. Mengadakan pendataan secara terkait tenaga Guru Pendidikan
Agama/ Gereja Katholik (PAK).
g. Melaksanakan kerjasama dalam pendataan keagamaan dengan
Paroki.
h. Melaksanakan kerjasama dengan Seksi-seksi yang ada di Paroki
dalam kegiatan-kegiatan keagamaan.
i. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Dinas Pendidikan
Kabupaten Blitar sehubungan dengan Insentif Tokoh Umat
Katolik.
j. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan bidang-bidang
lain dalam lingkup Kanmenag maupun dengan Kantor Dinas
di Pemda Kabupeten Blitar.
2 Urusan Agama dan Keagamaan a. Memberikan bimbingan dan pelayanan kepada masyarakat a. Masyarakat Katolik
Katolik (Administrasi) dalam bidang urusan agama katolik: b. Lembaga-lembaga
b. Pendataan tentang perkembangan jumlah umat, Gereja dan keagamaan Katolik
tenaga keagamaan Katolik. c. Paroki dan Stasi
c. Pendataan organisasi sosial keagamaan Katolik d. Tokoh Agama Katolik
d. Pendataan organisasi ke masyarakat Katolik dan Umat Katolik
e. Memberikan rekomendasi bantuan keagamaan Gereja. e. Gereja (Paroki dan
f. Mengadakan pertemuan dengan Romo/ Pastor Se-Kevikepan Lingkungan/ Stasi)
Blitar Raya dan Paroki secara berkala f. Pemuka-pemuka Agama
g. Melaksanakan pertemuan dengan tokoh-tokoh agama
Katolik.
h. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan keagamaan melalui
media elektronik.
i. Memberikan bimbingan dan pembinaan seksi-seksi yang ada
dalam gereja Katholik.
j. Menyalurkan Kitab Suci dan buku-buku referensi
keagamaan.
k. Melaksanakan pertemuan dialogis dengan tokoh-tokoh agama
melalui FKAUB (Forum Kerukunan Antar Umat Beragama)
dan BAMAG (Badan Musyawarah Antar Gereja) di wilayah
Kabupaten Blitar.
l. Memelopori dan melaksanakan Ibadat Ekumene/Oikumene
(Persekutuan Umat Kristen Protestan dan Katholik)
m. Mendorong masyarakat/ Umat Katholik untuk berperan serta
dalam kegiatan musyawarah, dialog antar umat beragama,
n. Mendorong masyarakat/ umat Katholik untuk pro-aktif
mengadakan kerjasama yang baik dengan masyarakat /
kelompok umat beragama lain di bidang sosial kemasyarakatan,
sosial, ekonomi dan budaya,
o. Mendorong pemuka agama/gereja Katholik Romawi (Katholik)
untuk saling silaturahmi dengan pemuka agama/umat lainnya
pada hari-hari besar keagamaan.
p. Memelopori kegiatan Natal bersama PNS, TNI-POLRI (ABRI)
dan masyarakat
q. Memelopori kegiatan Paskah bersama PNS, TNI-POLRI
(ABRI).
106 Humaniora, Vol. 15 No. 2 Desember 2018: 88–129

3 Urusan Pendidikan Agama a. Memberikan bimbingan dan pelayanan di bidang pendidikan a. Guru Agama katolik, baik
Katolik agama katolik. PNS (NIP 15,13, Pemda)
b. Pendataan sekolah-sekolah, guru agama katolik (Guru PAK maupun Non-PNS.
Kanmenag, Pemda dan Non-PNS) b. Pengawas Pendidikan
c. Mengadakan pertemuan (Rakor) dengan Sekolah Katolik/ Agama Katolik
Yayasan Katolik. c. Ya y a s a n P e n d i d i k a n
d. Pendataan dan penempatan Guru Pendidikan Agama Katholik Katolik
menurut formasi yang tersedia.
e. Mengadakan pembinaan dan bimbingan pada Guru Pendidikan
Agama Katolik, secara rutin melalui KKG (Kelompok Kerja
Guru)
f. Bekerjasama dengan Guru PAK menyusun Prota (Program
Tahunan) dan Promes untuk Sekolah.
g. Melakukan monitoring dan kepengawasan pelaksanaan PAK.
h. Menyalurkan buku-buku Pendidikan Agama Katolik, baik
untuk guru maupun siswa.
i. Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar
menyusun soal-soal Ulangan Umum Bersama Tingkat Dasar
dan Menengah
(Sumber: Buku Pedoman dan Buku Profil Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian Agama),
Kabupaten Blitar)

b) Perencanaan program serta pengendalian dan (Kantor Wilayah) Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik
pengamanan teknis operasional di bidang di Propinsi Jawa Timur ini, akhir-akhir ini menilai bahwa
Bimbingan Masyarakat Katholik (Bimas para klerus perlu ikut berperan dalam bidang politik dan
Katholik). pemerintahan, bukan sebagai politisi atau penguasa eksekutif,
c) Pembinaan yang meliputi pemberian bimbingan, tetapi sebagai pembina, pengarah dan pengontrol.
pelayanan, perijinan dan penyajian informasi Misalnya memberi pendidikan politik, memberi
yang menyangkut data, serta pelaksanaan pencerahan dan arahan kepada umat dan masyarakat untuk
tugas memilih calon yang tepat menurut penilaian Keuskupan atau
6) Data Tempat Ziarah sesuai dengan kriteria yang digariskan Keuskupan. Menurut
Tempat ziarah sebagai sarana rekreasi iman yang Peraturan KWI (Konferensi Wali Gereja Indonesia) Pada
bertujuan untuk memupuk dan menguatkan iman tanggal 13 Maret 2009 yang telah disampaikan oleh Pembina
umat kepada Bunda Maria yang berpuncak pada sekaligus Kakanwil (Kepala Kantor Wilayah) Bimas
kecintaannya terhadap Yesus Kristus yang merupakan Katholikdi Jawa Timur oleh Bapak Robertus Angkowo
pusat iman Kristiani. Tempat Ziarah yang ada antara adalah: “dalam suatu pertemuan di Langgur dengan para
lain Goa Maria Lourdes, Sendang Rejo Ngadirejo di Karyawan/ Karyawati dan tokoh-tokoh awam Katholik (PNS:
Gereja Katholik Romawi, Paroki Santa Maria Blitar, Pegawai Negeri Sipil yang beragama Katholik), harus bisa
Kabupaten Blitar melayani masyarakat Katholik secara sungguh-sungguh dan
7) Data Rumah Doa tetap religius.
Rumah doa yang dimanfaatkan oleh umat Katholik Sementara itu, menurut Uskup Diocesan/ Sufragan
sebagai tempat menguatkan imannya yaitu: Rumah Surabaya Msgr Vincentius Sutikno Wisaksono, Pr:
Doa Adorasi Abadi ”Griya Palereman ” di Gereja menegaskan bahwa para Romo/ Pastor/ Imam harus
Katholik Romawi, Paroki Santo Yusup Blitar, menjadi Kemitraan dan sebagai Pembina Bimas (Bimbingan
Kabupaten Blitar. Masyrakat) Katholik yang baik, disiplin, dan tulus dalam
melayani masyarakat, khusunya umat Katholik di lingkungan
Pembahasan
Kabupaten Blitar sendiri (wawancara ini saya lakukan pada
Bagian ini menjelaskan semua hasil penelitian yang tanggal 20 Juli 2015)”. Penegasan ini hendaknya dipahami
relevan dengan masalah, tujuan hipotesis penelitiannya secara secara tepat, diterima dengan ihklas, dan dilaksanakan secara
deskriptif pada saat penelitian maupun keadaan masa lalu bijak dalam konteks tugas tanggungjawab para romo/ pastor/
yang menyangkut obyek penelitian. Penyajian dapat disertai imam Dalam kesatuannya dengan Uskup sebagai “raja”
tabel, grafik, foto atau penyajian data yang lain dengan tata (pemimpin/ pelayan masyarakat), “imam” (pengudus) dan
cara penyajian sesuai dengan ketentuan. “nabi” (pengajar) dari Gereja”.
Bila kita cermati dengan teliti dan mendalam bunyi kanon Menurut Uskup Diocesan/ Sufragan Surabaya (63 tahun):
tersebut, maka bukan semata-mata soal boleh atau tidak boleh “Sebagai pemimpin Gereja, pengajar, pejuang dan penjaga
yang jadi fokus perhatian tetapi Soal perlu atau tidak perlu. nilai-nilai kemanusiaan dan tatanan kehidupan manusia,
Otoritas Gereja Keuskupan Diossesan Surabaya dan Kanwil sesuai iman Gereja, Uskup Diocesan/ Sufragan Surabaya,
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 107

dibantu oleh para Romo/ Pastor/ Imam (Kaum Klerus), Politisasi Keagamaan. Kita bersyukur bahwa: ASG (Ajaran
mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk menilai dan Sosial Gereja) sebetulnya berusaha untuk menyadarkan
mengatakan siapa yang layak dan siapa yang tidak layak kita lagi akan peranan masing-masing pribadi untuk terlibat
untuk dipilih sebagai pemimpin legislatif maupun eksekutif, dalam pergumulan bangsa dan benar-benar memperhatikan
yang tak lain adalah pelayanan publik, pengabdi atau pejuang Kesejahteraan Umum (bonum commune) serta mengorbankan
kebaikan umum (khususnya kepada semua masyarakat/ umat egoisme pribadi demi keberadaan Gereja. Mungkin saatnya
Katholik di seluruh wilayah Kabupaten Blitar sendiri). kita hidupkan lagi sistem pengaderan yang dulu pernah ada
Sementara itu, menurut Bapak Andreas Sugiarto, S.Ag dan memberi pengaruh yang cukup signifikan di dalam hidup
selaku Penyuluh Pendidikan Agama Katholik (PAK) di perpolitikan di tanah air kita. di sisi lain, kiranya Gereja,
Kantor Kemenag Kabupaten Blitar mengatakan bahwa: khususnya Hierarki, perlu mendorong umatnya agar mereka
birokrasi kenegaraan sama sekali tidak memiliki maksud melibatkan diri di dalam kehidupan sosial. Semakin awamnya
untuk menyingkirkan dari Gereja atau persekutuan Umat aktif menurut hemat saya semakin Gereja Katholik Romawi
Allah mereka yang tidak layak dipilih dan melayani (Katholik) itu hidup.
keagamaannya (khususnya kepada semua masyarakat/ umat Menurut Romo Djoko, SDB selaku Kemitraan Bimas
Katholik di seluruh wilayah Kabupaten Blitar sendiri). Begitu Katholik dari Gereja Katholik, Paroki Santo Yusup Blitar
pula sebaliknya Uskup dan para Romo/ Pastor/ Imam tidak yang juga sebagai Pengamat Bimas Katholik ini mengatakan:
bermaksud untuk menjunjung tinggi atau mengistimewakan “sistem di dalam Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik
mereka yang dianggap layak untuk dipilih dan melayani pada Kantor Kemenag, Kabupaten Blitar dan juga Gereja
masyarakatnya. Apa yang dilaksanakan adalah “semata- Katholik Romawi (Katholik) semuanya adalah peninggalan
mata sebagai perwujudan dari tugas kenabian dalam bidang pemerintahan massa/ rezim Orde Baru (tahun: 1966–1998).
politik dan pemerintahan demi kebaikan umum/ kepentingan Bahkan ada yang menyatakan bahwa Gereja Katholik dan
seluruh Umat Katholik di Indonesia”. juga Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik di Kantor
Analisis data penelitian ini memakai penelitian Deskriptif- Kemenag (Kementerian Agama) pada umumnya dilihat
Kualitatif. Peneliti menginterprestasikan data. Menurut H. sebagai cabang dari pusat/ ibukota rohani Gereja Katholik
Hadawi (1992:108) adalah: “yaitu melakukan kegiatan atau Romawi seluruh dunia yaitu: Negara-Gereja, di Vatikan
proses menjaring informasi dari kondisi sewajarnya dalam (Roma). Malah ada sebutan “sistem organisasi keagamaan
kehidupan suatu obyek dihubungkan dengan pemecahan peninggalan pemerintahan zaman penjajahan Kolonial
suatu masalah, baik sudut pandang teoritis maupun praktis” Hindia Belanda/ Nederlandsche’ Indie” yang sarat dan
Teknik Analisis Data dapat pula diartikan sebagai bahwa banyak berhubungan dengan kepentingan Kampanye Politik
Gereja tidak secara langsung terjun ke dalam politik praktis atau yang populer disebut dengan Politisasi Keagamaan.
maupun birokrasi kenegaraan, seperti pendapat Rasul Kita bersyukur bahwa awam-awam Katolik cukup berperan
Paulus di atas. Tetapi Gereja hanya Bermitra Kerja sama dalam hidup bermasyarakat. Keterlibatan itu tentu saja akan
dengan Partai Politik (ParPol) manapun dan juga Birokrasi membawa pengaruh yang sangat besar dalam menanamkan
kenegaraan (PNS, temasuk Kemenag). Bahkan Gereja keberadaan Gereja di Indonesia sehingga pelan-pelan Gereja
terlalu ikut campur di dalam suatu bentuk atau sistem Katolik Romawi (Katholik) dikenal dan diterima baik oleh
politik dan birokrasi kenegaraan (PNS) yang tepat untuk masyarakat Indonesia”.
masyarakat luas. Namun Gereja mendorong kaum awam/ Seperti yang saya teliti dan saya bicarakan bersama
Umat Katholik untuk terjun dalam berpolitik praktis maupun dengan Romo/ Pastor Y. Eko Budi Susilo, Pr. Perwakilan
birokrasi kenegaraan (PNS maupun Kemenag). Kaum awam Keuskupan Surabaya tentang HAK (Hubungan Antar Agama
harus mampu menyuarakan visi hidup bermasyarakat dan dan Kepercayaan). Sementara di tingkat Kepausan sendiri
bermartabat berdasarkan iman Katholik yang benar. Yang terdapat Ponitificium Consiliüm Pro Dialogo inter Religiones
berpolitik dan menjadi seorang Birokrat/ Aparatur Negara (yang dalam bahasa Latin diartikan: Dewan Kepausan
(PNS) ini adalah anggota/ aktifis Gerejanya, yakni: awamnya/ Antar Umat Beragama). Di tingkat KWI (Konferensi Wali
umat Katholik sendiri. Merekalah yang membawa iman itu Gereja Indonesia), Keuskupan, dan Kevikepan disebut
secara tegas ke dalam “pasar kehidupan”. Komisi Hubungan Antar Umat Beragama dan Kepercayaan,
Dalam konteks Indonesia, peranan ASG (Ajaran Sosial sedangkan di tingkat Paroki Seksi Hubungan Antar Agama
Gereja) sangat mendorong Umat Katolik Indonesia untuk dan Kepercayaan (Seksi HAK KWI: Konferensi Wali Gereja
mempromosikan diri sebagai Umat Katolik Indonesia dan Indonesia).
bukan Umat Katolik di Indonesia. Keberadaan Gereja Menurut Romo Y. Eko Budi Susilo menyatakan bahwa:
Katholik Romawi (Katholik) yang semula membonceng pada “Komisi HAK adalah salah satu wadah /lembaga yang
Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda (Nederlandsche’ dibentuk oleh Para Romo/ Pastor/ Imam setempat yang
Indie) membawa “luka” sejarah tersendiri bagi Umat Katolik/ menjadi perpanjangan tangan Bapak Uskup Diosesan
Kristiani, terutama di zaman Orde Baru (1966-19998), yaitu Surabaya, Msgr. Vincentius Sutikno Wisaksono, Pr. untuk
yang sarat dan banyak berhubungan dengan kepentingan menjalankan tugas pastoral didalam menjalin kerjasamadan
Kampanye Politik atau yang populer disebut dengan meningkatkan semangat persaudaraan sejati dengan agama
108 Humaniora, Vol. 15 No. 2 Desember 2018: 88–129

dan kepercayaan lain”. (wawancara ini saya lakukan pada Agama (PMA), Nomor: 13, Tahun: 2012 ini. Harus tetap
tanggal 13 Juli 2015) Selain itu, menurut beliau Komisi HAK bepatokan kepada pandangan pelayanan prima diantaranya:
( bertanggung Jawab kepada: di tingkat Keuskupan kepada a. Standar pelayanan.
bapak Uskup Surabaya sendiri, di tingkat Se-Kevikepan Standar pelayanan adalah ukuran yang disepakati oleh
Blitar Raya kepada Romo/ Pastor Vikep, sedangkan di tingkat penyedia layanan, pengguna layanan dan stakeholders
Paroki Seksi HAK bertanggungjawab kepada Romo Kepala lainnya mengenai berbagai aspek pelayanan, misalnya
Paroki. Hubungan Komisi HAK dengan seksi HAK Paroki waktu, biaya, cara, dan pelayanan. Standar pelayanan
adalah Hubungan Koordinatif. meliputi :
Berdasarkan pendapat dan pernyataan dari Romo/ 1) Sikap penyedia layanan terhadap pengguna layanan
Pastor Y. Eko Budi Susilo, Pr selaku Perwakilan Keuskupan dalam praktik pemberian pelayanan, misalnya
Surabaya tentang HAK (Hubungan Antar Agama dan menyapa dengan ramah dan sopan.
Kepercayaan). Tujuan diadakan Komisi HAK (Hubungan 2) Persyaratan pelayanan dan hak-hak yang dimiliki
Antar Agama dan Kepercayaan) itu adalah: oleh pengguna layanan harus dipenuhi.
a. Agar umat siap mengadakan hubungan kerjasama dengan 3) Biaya pelayanan yang harus dibayarkan oleh
penganut agama/ kepercayaan lain, dengan memberi pengguna layanan untuk memperoleh pelayanan.
kemampuan, ketegasan, dan pengetahuan agama yang 4) Waktu pelayanan yang diperlukan untuk memperoleh
tangguh. pelayanan.
b. Agar hubungan kerjasama dengan penganut agama/ 5) Mekanisme untuk menyampaikan keluhan atas
kepercayaan lain berjalan sehat sehingga tercipta ketidakpuasan terhadap praktik penyelenggaraan
persaudaraan, dan umat tetap teguh pada iman pelayanan.
katholiknya. 6) Tersedia informasi pelayanan yang dapat diakses oleh
c. Agar kerjasama, dialog dengan penganut agama/ pengguna layanan dan stakeholders lainnya.
kepercayaan lain terkoordinir dan terarah. b. Informasi dan keterbukaan.
Informasi yang akurat dan lengkap mengenai bagaimana
Sementara itu di lingkungan Bimas Katholik (Bimbingan pelayanan publik dilakukan, berapa biayanya, seberapa
Masyarakat) Katholik, Kabupaten Blitar sendiri. Juga memiliki baik mereka akan melakukannya, dan siapa yang
Komisi/ Seksi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan bertanggung jawab, tersedia dalam bahasa yang
(HAK). Tugas dari Komisi ini menurut Bapak Teodorus sederhana.
Endro Sudjatmiko, S.Ag. selaku Kepala Bimas Katholik di c. Pilihan dan konsultasi.
Kantor Kemenag, Kabupaten Blitar adalah: Sektor pemerintah harus menyediakan pilihan yang
a. Memberikan pendampingan/arah kepada umat dalam praktis. Harus ada konsultasi yang teratur dan sistematis
mengadakan kerjasama dengan penganut agama/ dengan pengguna jasa. Pandangan pengguna mengenai
kepercayaan lainnya. jasa, dan menjadi prioritas untuk perbaikannya, harus
b. M e n g u s a h a k a n timbul dan berkeseimbangnya dipertimbangkan dalam keputusan final mengenai
kesadaran berdialog pada umat sehingga memungkinkan standar.
hidupnya hubungan baik dengan penganut agama dan d. Ketulusan dan keramahan.
kepercayaan lain. Dialog tersebut bisa lewat dialog Pelayanan yang tulus dan ramah dari pegawai negeri/
kehidupan, dialog ilmiah, dan dialog pengalaman penyedia layanan yang biasanya menggunakan tanda
rohani. nama. Pelayanan yang ramah dan tulus harus tersedia
c. Mengadakan hubungan kerja sama persaudaraan dengan bagi siapa saja yang datang kepadanya.
umat Kristen lain secara sehat (Ekumene/ Persekutuan e. Meletakkan secara tepat.
Ibadat Rohani) Jika ada sesuatu yang salah, perlu ada permintaan
d. Mempersiapkan umat agar mampu mengadakan maaf, penjelasan yang lengkap dan ketangkasan
hubungan baik dengan penganut agama/ kepercayaan serta pemulihan yang efektif. Prosedur keluhan yang
lain, dengan memberi kemampuan Agama/ Gereja dipublikasikan dengan jelas serta mudah diikuti dengan
Katholik Romawi (Katholik) yang memadai. kajian dari orang independen atau berdiri sendiri/
e. Mengusahakan hubungan kerjasama persaudaraan perseorangan, apabila mungkin.
dengan umat beragama / kepercayaan lain non-Kristen/ f. Nilai untuk uang.
Kristiani. Penyampaian pelayanan publik yang efisien dan ekonomis
Dalam pelayanan yang berkaitan tentang Tugas, Pokok, dalam batas-batas sumber daya yang bisa disediakan oleh
dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik Pada Kantor negara. Perlu ada validasi kinerja terhadap standar.
Kemenag (Kementerian Agama) di Kabupaten Blitar (Studi
Permasalahan pelayanan publik ini juga tercantum
Implementasi Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
dalam lampiran ke 3 Keputusan Menpan No. 63/Kep./M.
Kementerian Agama yang berdasarkan Peraturan Menteri
PAN/7/2003, paragraf 1 butir: c, tentang Pedoman Umum
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 109

Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Pelayanan publik oleh c. Kondisional


pemerintah tentang Kementerian Agama (Kemenag) dan Sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan pemberi
Aparatur Publik yang lainnya itu dibedakan menjadi tiga dan penerima layanan namun tetap berpegang terhadap
sebagai berikut: prinsip efisiensi dan efektifitas.
a. Kelompok Layanan Administratif, yaitu layanan yang d. Keseimbangan hak dan kewajiban
menghasilkan bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan Artinya penyedia layanan dan pengguna layanan harus
oleh publik. Misalnya: status kewarganegaraan, sertifikat memiliki hak dan kewajiban masing-masing.
kompetensi, kepemilikan dan penguasaan terhadap suatu e. Kesamaan hak
barang dan sebagainya. Dokumen-dokumen ini antara Tidak ada tindakan diskriminatif dalam pemberian
lain: Kartu Tanda Penduduk (KTP), akte kelahiran, layanan. Artinya pemberian layanan tidak membedakan
keterangan kematian, Buku Kepemilikan kendaraan agama, ras, suku bangsa dan golongan.
Bermotor (BPKB), Surat Ijin Mengemudi (SIM), Surat f. Partisipatif
Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Ijin Mendirikan Asas partisipatif mendorong peran masyarakat dalam
Bangunan (IMB), paspor, sertikat kepemilikan/ proses pelayanan publik. Dengan lebih memperhatikan
penguasaan tanah dan sebagainya (bagi yang beragama aspirasi, kebutuhan serta harapan masyarakat terhadap
Katholik di seluruh wilayah Kabupaten Blitar). perbaikan pelayanan.
b. Kelompok Layanan Barang yaitu layanan yang
menghasilkan berbagai bentuk/ jenis yang digunakan Analisis Hasil Penelitian
oleh publik. Misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga Pada bagian ini menjelaskan hasil analisis, menggunakan
listrik, air bersih dan sebagainya (bagi yang beragama analisis statistik hanya dimuat tampilan akhir yang
Katholik di seluruh wilayah Kabupaten Blitar). menunjukkan hasilnya. Sedangkan perhitungan statistik
c. Kelompok Layanan Jasa yaitu layanan yang menghasilkan (manual atau software computer) dimuat sebagai lampiran.
berbagai jasa yang dibutuhkan oleh publik. Misalnya Analisis data penelitian ini memakai deskriptif-kualitatif.
pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan Peneliti menginterprestasikan data. Menurut H. Hadawi
transportasi, pos dan sebagainya (bagi yang beragama (1992:108) “yaitu melakukan kegiatan atau proses menjaring
Katholik di seluruh wilayah Kabupaten Blitar). informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu
obyek dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik
Dalam penyelenggaraannya, pelayanan publik dilandasi
sudut pandang teoritis maupun praktis”. Tentang bagaimana
dengan prinsip–prinsip yang tercantum dalam The Charter
implementasi kebijakan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi)
of Fundamental Right of the European Union dalam pasal:
Urusan Agama/ Gereja Katholik pada Kantor Kemenag
14. Prinsip–prinsip itu adalah :
(Kementerian Agama) di Kabupaten Blitar. Berdasarkan
a. Memperoleh penanganan urusan–urusannya secara tidak
(PMA: Peraturan Menteri Agama, Nomor 13 Tahun: 2012,
memihak, adil dan dalam waktu yang wajar.
pasal: 497 ayat: 3).
b. Hak untuk didengar sebelum tindakan individual apapun
Permasalahan pelayanan publik merupakan sebuah isu
yang akan merugikan dirinya diputuskan.
yang senantiasa aktual untuk dikaji lebih lanjut. Hal tersebut
c. Hak atas akses untuk memperoleh berkas milik pribadi
dikarenakan pelayanan publik sendiri merupakan salah satu
dengan tetap menghormati kepentingannya yang sah atas
cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah berkaitan dengan
kerahasiaan dan atas kerahasiaan profesionalitasnya.
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Artinya, untuk
d. Kewajiban pihak Aparatur Negara untuk memberikan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pemerintah harus
alasan-alasan yang mendasari keputusannya.
meningkatkan kualitas pelayanan publik terlebih dahulu. Jika
e. Memperoleh ganti rugi yang ditimbulkan oleh lembaga
dilihat dari Ilmu Administrasi Negara/ Administrasi Publik,
atau aparatur pemerintah yang menjalankan tugasnya.
pelayanan publik dipahami sebagai salah satu kegiatan
Selain prinsip, pelayanan publik juga memiliki beberapa layanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah sebagai
asas yang perlu untuk diterapkan dalam pemberian pelayanan. upaya pemenuhan kebutuhan orang, masyarakat, instansi,
Adapun asas dari pelayanan publik tersebut adalah : pemerintah dan badan hokum sebagai pelaksanaan ketentuan
a. Transparansi peraturan perundang–undangan. Dalam era globalisasi
Transparansi disini berarti pelayanan publik bersifat dengan kondisi persaingan yang cukup ketat dan penuh
terbuka yaitu mudah untuk diakses oleh semua orang tantangan, Aparatur Publik pemerintah (khususnya para
yang membutuhkan pelayanan. PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan Guru Pendidikan Agama/
b. Akuntabilitas Pengajar Katholik (PAK) di dalam lingkungan Bimas
Adanya pertanggung jawaban yang bersifat bottom up. Katholik di Kantor Kemenag, Kabupaten Blitar sendiri).
Artinya ada pertanggung jawaban dari penyedia layanan Permasalahan pelayanan publik merupakan sebuah isu
kepada pengguna layanan yang dilaksanakan sesuai yang senantiasa aktual untuk dikaji lebih lanjut. Hal tersebut
peraturan perundang–undangan. dikarenakan pelayanan publik sendiri merupakan salah satu
110 Humaniora, Vol. 15 No. 2 Desember 2018: 88–129

Tabel 1.2 Penjabaran Tugas Penyelenggara Katholik di lingkungan Kemenag (Kementerian Agama), Kabupaten Blitar
No Bidang Tugas Program Kegiatan Sasaran
1 Bidang Organisasi dan Memberikan bimbingan dan pelayanan di bidang organisasi dan a. S e l u r u h p eg awa i
SDM: Sumber Daya pengembangan SDM pegawai. Bimas Katholik baik
Manusia (Layanan a. Menerima, mencatat dan meneruskan surat keluar masuk tenaga fungsional
Perkantoran) b. Pembinaan penyuluh agama Katolik Non PNS dan Juru penerang serta Guru Pendidikan
Agama Katolik Non PNS Agama
c. Mengadakan Retret dan rekoleksi kepada Guru Pendidikan Agama b. Instansi terkait
Katolikyang dilaksanakan 3 tahun sekali
d. Mengirim pegawai pada diklat-diklat (kalau ada permintaan dari
Kanwil / Kemenag RI)
e. Memproses mutasi dan kenaikan pangkat pegawai.
f. Mengadakan pendataan secara terkait tenaga Guru Pendidikan Agama/
Gereja Katholik (PAK).
g. Melaksanakan kerjasama dalam pendataan keagamaan dengan Paroki.
h. Melaksanakan kerjasama dengan Seksi-seksi yang ada di Paroki dalam
kegiatan-kegiatan keagamaan.
i. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Dinas Pendidikan
Kabupaten Blitar sehubungan dengan Insentif Tokoh Umat Katolik.
j. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan bidang-bidang lain
dalam lingkup Kanmenag maupun dengan Kantor Dinas di Pemda
Kabupeten Blitar
2 Urusan Agama dan Memberikan bimbingan dan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang a. Masyarakat Katolik
Keagamaan Katolik urusan agama katolik : b. Lembaga-lembaga
(Administrasi) a. Pendataan tentang perkembangan jumah umat, Gereja dan tenaga keagamaan Katolik
keagamaan Katolik. c. Paroki dan Stasi
b. Pendataan organisasi sosial keagamaan Katolik d. Tokoh Agama
c. Pendataan organisasi ke masyarakat Katolik Katolik dan Umat
d. Memberikan rekomendasi bantuan keagamaan Gereja. Katolik
e. Mengadakan pertemuan dengan Romo/ Pastor Se-Kevikepan Blitar Raya e. Gereja (Paroki dan
dan Paroki secara berkala Lingkungan/ Stasi)
f. Melaksanakan pertemuan dengan tokoh-tokoh agama Katolik. f. Pemuka-pemuka
g. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan keagamaan melalui media Agama
elektronik.
h. Memberikan bimbingan dan pembinaan seksi-seksi yang ada dalam
gereja Katholik.
i. Menyalurkan Kitab Suci dan buku-buku referensi keagamaan.
j. Melaksanakan pertemuan dialogis dengan tokoh-tokoh agama melalui
FKAUB (Forum Kerukunan Antar Umat Beragama) dan BAMAG (Badan
Musyawarah Antar Gereja) di wilayah Kabupaten Blitar.
k. Mempelopori dan melaksanakan Ibadat Ekumene/ Oikumene
(Persekutuan Umat Kristen Protestan dan Katholik)
l. Mendorong masyarakat/ Umat Katholik untuk berperan serta dalam
kegiatan musyawarah, dialog antar umat beragama,
m. Mendorong masyarakat/ umat Katholik untuk pro-aktif mengadakan
kerjasama yang baik dengan masyarakat/kelompok umat beragama lain
di bidang sosial kemasyarakatan, sosial, ekonomi dan budaya,
n. Mendorong pemuka agama/ gereja Katholik Romawi (Katholik) untuk
saling silaturahmi dengan pemuka agama/umat lainnya pada hari-hari
besar keagamaan.
o. Memelopori kegiatan Natal bersama PNS, TNI-POLRI (ABRI) dan
masyarakat
p. Memelopori kegiatan Paskah bersama PNS, TNI-POLRI (ABRI).
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 111

3 Urusan Pendidikan Memberikan bimbingan dan pelayanan di bidang pendidikan agama a. Guru Agama katolik,
Agama Katolik katolik. baik PNS (NIP 15,13,
a. Pendataan sekolah-sekolah, guru agama katolik (Guru PAK Kanmenag, Pemda) maupun
Pemda dan Non-PNS) Non-PNS.
b. Mengadakan pertemuan (Rakor) dengan Sekolah Katolik/Yayasan b. Pengawas Pendidikan
Katolik. Agama Katolik
c. Pendataan dan penempatan Guru Pendidikan Agama Katholik menurut c. Yayasan Pendidikan
formasi yang tersedia. Katolik
d. Mengadakan pembinaan dan bimbingan pada Guru Pendidikan Agama
Katolik, secara rutin melalui KKG (Kelompok Kerja Guru)
e. Bekerjasama dengan Guru PAK menyusun Prota (Program Tahunan) dan
Promes untuk Sekolah.
f. Melakukan monitoring dan kepengawasan pelaksanaan PAK.
g. Menyalurkan buku-buku Pendidikan Agama Katolik, baik untuk guru
maupun siswa.
h. Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar menyusun
soal-soal Ulangan Umum Bersama Tingkat Dasar dan Menengah
(Sumber: Buku Pedoman dan Buku Profil Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian Agama),
Kabupaten Blitar. Tahun: 2013-2015).

cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah berkaitan dengan 3) Masih banyaknya bangunan Gereja yang belum ber-
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Artinya, untuk IMB (Izin Mendirikan Bangunan).
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pemerintah harus 4) Kurangnya bantuan operasional lembaga
meningkatkan kualitas pelayanan publik terlebih dahulu. Jika keagamaan.
dilihat dari Ilmu Administrasi Negara/ Administrasi Publik, c. Fungsi Pendidikan Agama/ Gereja Katholik (PAK)
pelayanan publik dipahami sebagai salah satu kegiatan 1) Terbatasnya jumlah Guru PAK (Pendidikan Agama/
layanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah sebagai Gereja Katholik).
upaya pemenuhan kebutuhan orang, masyarakat, instansi, 2) Belum tersedianya dana operasional penyelenggaraan
pemerintah dan badan hokum sebagai pelaksanaan ketentuan sertifikasi Guru dan Pengawas PAK (Pendidikan
peraturan perundang-undangan. Dalam era globalisasi dengan Agama/ Gereja Katholik).
kondisi persaingan yang cukup ketat dan penuh tantangan, 3) Rendahnya pemahaman publik tentang PP. No. 55
Aparatur Publik pemerintah (khususnya para PNS (Pegawai Thn. 2007.
Negeri Sipil) dan Guru Pendidikan Agama/ Pengajar 4) Belum adanya alokasi dana khusus bagi siswa miskin
Katholik (PAK) di dalam lingkungan Bimas Katholik di (khusus yang beragama/ menggereja di Katholik).
Kantor Kemenag, Kabupaten Blitar sendiri) dituntut untuk 5) Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan (PAK:
bisa memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada Pendidikan Agama/ Gereja Katholik) di lingkungan
masyarakat dan berorientasi kepada kebutuhan masyarakat. Kabupaten Blitar.
Kualitas pelayanan kepada masyarakat ini menjadi salah satu
indikator dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan. Dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan
Banyaknya masalah-masalah/ setiap kekurangan yang kualitatif dapat diperoleh gambaran yang mendalam mengenai
dihadapi Bimas (Bimbingan masyarakat) Katholik di Kantor suatu permasalahan. Akan tetapi, menurut Moloeng (2000:
Kemenag (Kementerian Agama) Kabupaten Blitar ini dibagi 62), penyajian data tetap diperlukan dengan tujuan:
menjadi 3 fungsi. Masalah-masalah yang dibagi menjadi 3 a. Tugas Fungsi Pendidikan Agama dan Keagamaan
fungsi ini, antara lain: Katholik:
a. Fungsi Administrasi: 1) Tugas Lembaga Pendidikan Agama dan Keagamaan/
1) Terbatasnya formasi penerimaan CPNS (Calon Gereja Katholik
Pegawai Negeri Sipil) untuk jajaran Bimas a) Penyelenggaraan pembinaan keimanan dan
(Bimbingan masyarakat) Katholik. keesaan Gereja Katolik:
1. Menyusun rumusan dan rencana program
2) Kurang tersedianya ruang kerja yang representative.
pembinaan keimanan dan keesaan Gereja
3) Kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia).
Katholik.
4) Kurang tersedianya sarana prasarana/ fasilitas.
2. Menyelenggarakan program pembinaan
b. Fungsi Urusan Agama:
keimanan dan keesaan Gereja Katolik
1) Kurangnya alokasi dana untuk fungsi pelayan hidup 3. Melakukan koordinasi dengan Gereja dan
beragama. instansi terkait
2) Letak Geografis yang cukup luas (22 kecamatan).
112 Humaniora, Vol. 15 No. 2 Desember 2018: 88–129

4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh 2) Bimbingan Masyarakat Katolik melalui Penyuluhan
Pimpinan a) Menyusun rumusan dan rencana program
5. Melaporkan hasil tugas kepada pimpinan Bimbingan Masyarakat Katolik Melalui
b) Penyelenggaraan Pendidikan dan Penyuluh Penyuluhan
Agama Katholik (PAK): b) Menyelenggarakan Program Bimbingan
1. Menyusun rumusan dan rencana program Masyarakat Katolik (Bimas) Katholik Melalui
Penyelenggaraan Pendidikan dan Penyuluhan Penyuluhan
Agama Katholik. c) Melakukan koordinasi dengan Gereja dan
2. Menyelenggarakan program pembinaan Instansi terkait
Penyelenggaraan Pendidikan dan Penyuluhan d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
Agama/ Gereja Katholik. Pimpinan
3. Melakukan koordinasi dengan Gereja dan e) Melaporkan hasil tugas kepada Pimpinan
Instansi terkait 3) Bimbingan Masyarakat Katolik melalui Pemberdayaan
4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Umat
Pimpinan a) Menyusun rumusan dan rencana program
5. Melaporkan hasil tugas kepada Pimpinan Bimbingan Masyarakat Katholik (Bimas
c) Penyelenggaraan Bimbingan dan Pembinaan Katholik) Melalui Pemberdayaan Umat
bagi Pendidik Agama/ Guru Pendidikan Katholik b) Menyelenggarakan Program Bimbingan
(PAK): Masyarakat Katolik (Bimas Katholik) Melalui
1. Menyusun rumusan dan rencana program Pemberdayaan Umat
Penyelenggaraan Pendidikan dan Penyuluhan c) Melakukan koordinasi dengan Gereja dan
Agama/ Gereja Katolik. Instansi terkait
2. Menyelenggarakan program pembinaan d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
Penyelenggaraan Pendidikan dan Penyuluhan Pimpinan
Agama/ Gereja Katholik. e) Melaporkan hasil tugas kepada Pimpinan
3. Melakukan koordinasi dengan Gereja dan c. Tugas Kegiatan Administrasi Perkantoran (Proses TPP
Instansi terkait Guru dan Pengawas)
4. Melaksanakan tugas Lain yang diberikan 1) Proses TPP Guru dan Pengawas
oleh Pimpinan a) Menyusun rumusan dan rencana Preses TPP
5. Melaporkan hasil tugas kepada Pimpinan Guru dan Pengawas Pendidikan Agama/ Gereja
d) Penyelenggaraan pembinaan seni keagamaan Katholik
Katolik b) Menyelenggarakan Proses TPP Guru dan
1. Menyusun rumusan dan rencana program Pengawas Pendidikan Agama/ Gereja Katholik
Penyelenggaraan Pembinaan seni keagamaan c) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait
Katholik. d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
2. Menyelenggarakan Program Pembinaan Pimpinan
Penyelenggaraan Pembinaan seni keagamaan e) Melaporkan hasil tugas kepada Pimpinan
Katholik. d. Tujuan Jabatan
3. Melakukan koordinasi dengan Gereja dan 1) Terlaksananya Visi dan Misi Kementerian Agama di
Instansi terkait Penyelenggara Bimas Katholik, Kabupaten Blitar.
4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh 2) Terciptanya pelayanan yang prima
Pimpinan
e. Bahan Kerja
5. Melaporkan hasil tugas kepada Pimpinan
1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 55
b. Tugas Pengelolaan dan Pembinaan Urusan Agama
Tahun 2007
Katholik
2) PMA, RI. (Peraturan Menteri Agama, Republik
1) Bimbingan Masyarakat Katolik melalui Lembaga
Indonesia), Nomor 13 Tahun 2012, Tentang Struktur
Agama
Kementerian Agama
a) Menyusun rumusan dan rencana program
3) KHK. (Kitab Hukum Kanonik) Konferensi Para
Bimbingan Masyarakat Katolik Melalui Lembaga
Uskup Seluruh Indonesia yang dikenal dengan nama
Agama.
b) Menyelenggarakan Program Bimbingan KWI (Konferensi Wali Gereja Indonesia)
Masyarakat Katolik Melalui Lembaga Agama f. Peralatan Kerja
c) Melakukan koordinasi dengan Gereja dan 1) Gedung /Ruang Penyelenggara Bimas Katolik dan
Instansi terkait Interiornya.
d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh 2) Mebel, air, Computer/ Internet, ATK dan lain-
Pimpinan lainnya
e) Melaporkan hasil tugas kepada Pimpinan 3) P3K
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 113

g. Hasil Kerja Kinerja seseorang ditentukan oleh modal dasar yang


1) Terwujudnya Pelayanan dan Penyelenggaraan dimilikinya berupa kemampuan, yakni kemampuan fisik
Bimbingan Masyarakat Katolik (Bimas Katholik) (physical intelligence), kemampuan emosional (emotional
2) Terwujudnya Pelayanan Prima intelligence), dan kemampuan spiritual.
h. Wewenang Peningkatan mutu keberagamaan Katholik serta
1) Melakukan Pengawasan Pelaksanaan Tugas pengembangan wawasan dan semangat kebangsaan
Penyelenggara Bimas Katolik yang kuat diharapkan menjadi sumbangan, bagian dari
2) Melakukan evaluasi dan alibi kinerja Penyelenggara upaya mewujudkan masyarakat Indonesia baru yang adil,
Bimas Katolik makmur, cerdas, bersatu, dan bermartabat, Upaya tersebut
i. Tanggung jawab searah dengan kebijakan pastoral Gereja Katholik Indonesia,
1) Bertanggung jawab kepada atasan langsung mewujudkan umat Katholik yang sepenuh-penuhnya berimam
2) Berpedoman pada aturan perundangan yang katolik dan seutuh-utuhnya berjiwa Indonesia (PGKI No. 16),
berlaku melalui pengembangan Kelompok Basis yang terbuka,
j. Dimensi Jabatan berdialog, menuju Indonesia Baru (SAGKI 2000), dalam
1) Finansial DIPA Penyelenggara Bimas Katolik upaya membangun habims baru bangsa (SAGKl 2005).
k. Hubungan Kerja Melalui program dan kegiatan di bidang urusan agama
1) Vertikal dengan eselon III (Kepala Kantor dan Katholik. Diharapkan dapat tercipta masyarakat Katholik
Pembimas Katolik) yang“seratus persen Katholik dan seratus persen warga negara
2) Horisontal dengan Pengawas Pendidikan Agama Kesatuan Republik Indonesia yang Pancasilais dalam wadah
Katolik Kankemenag (Kantor Kementerian negara Kesatuan yang berbhinneka tunggal ika” (Visi Ditjen
Agama) Bimas Katholik), menuju Indonesia yang maju, bersaudara, dan
3) Diagonal dengan Kepala Seksi dan Penyelenggaraan bermartabat.
Asim (Asisten Imam Paroki) yang bertempat di Studi Implementasi mengenai Keputusan Menteri Agama
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Blitar serta (KMA), Nomor : 13, Tahun: 2012, Tentang Organisasi dan
instansi terkait. Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama. Dasar
l. Masalah dan Tantangan Jabatan Hukum dan sekaligus dasar kebijakan publik di Bimas
1) Anggaran terbatas, SDM kurang mendukung Katholik:
2) Sarana yang kurang memadai a. Peraturan Pemerintah Rl Nomor 20 Tahun 2004 tentang
3) Data yang kurang akurat. Rencana Kerja Pemerintah;
m. Risiko Bahaya b. Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 tentang
1) Penyalahgunaan wewenang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2) Tuntutan masyarakat yang terlalu tinggi (RPJMN) Tahun 2010-2014,
3) Masyarakat yang heterogen. c. Keputusan Menkowasbangpan No. 54/Kep/MK.
n. Isyarat Jabatan Waspan/9/1999 tanggal 30 september 1999 tentang
1) Pangkat /golongan Penata (III/C) jabatan fungsional penyuluhan agama dan angka
2) Pendidikan Formal Minimal S.1 Sarjana Agama dan kreditnya.
Teologi-filsafat d. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 168 Tahun 2000
3) Pengalaman kerja minimal pernah menduduki tugas tentang Pedoman Perbaikan Pelayanan Masyarakat di
Pengawas Pendidikan Agama/ Gereja Katholik Lingkungan Departemen Agama;
(PAK) dan Penyuluh Agama / Gereja Katholik e. Peraturan Menteri Agama RI Nomor 10 Tahun 2010
(PAK) di lingkungan Bimas (Bimbingan Masyarakat) tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama
Katholik di Kantor Kemenag (Kementerian Agama), RI;
Kabupaten Blitar. f. Peraturan Bersama Menteri Agama (PMA) dan Menteri
4) Persyaratan Umum Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun 2006
a) Minimal 35 Tahun tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/
b) Maksimal 55 Tahun Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan
5) Persyaratan Kompetensi Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat
a) Attitude/ sikap, kepribadian yang dewasa, Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat;
bermoral, beriman, berprinsip dan berwawasan g. Keputusan Dirjen Bimas Katholik Nomor 109/2005
luas tentang Visi dan Misi sebagai Arah Kebijakan Direktorat
b) Pengetahuan dan kemampuan manajerial Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katholik
c) Keahlian/memahami hukum Pemerintah dan Departemen Agama.Rumusan Masalah: Bagaimana
Gereja implementasi kebijakan Tugas Pokok dan Fungsi
114 Humaniora, Vol. 15 No. 2 Desember 2018: 88–129

(Tupoksi) Urusan Agama Katholik pada Kantor Kemenag a. Kelompok Layanan Administratif, yaitu layanan yang
(Kementerian Agama) di Kabupaten Blitar. menghasilkan bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan
1) Tujuan oleh publik. Misalnya: status kewarganegaraan, sertifikat
Perumusan Visi - Misi, arah kebijakan, dan program kompetensi, kepemilikan dan penguasaan terhadap suatu
di bidang Urusan Agama Katolik bertujuan : barang dan sebagainya. Dokumen-dokumen ini antara
a) Memberi gambaran komperehensif tentang lain: Kartu Tanda Penduduk (KTP), akte kelahiran,
penyelenggaraan urusan agama/ Gereja Katholik keterangan kematian, Buku Kepemilikan kendaraan
Romawi (Katholik) dalam kerangka pelaksanaan Bermotor (BPKB), Surat Ijin Mengemudi (SIM), Surat
tugas dan fungsinya sesuai kebijakan Direktur Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Ijin Mendirikan
Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Bangunan (IMB), paspor, sertikat kepemilikan/
Katholik penguasaan tanah dan sebagainya (Bagi yang beragama
b) Sebagai acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, Katholik di seluruh wilayah Kabupaten Blitar).
dan evaluasi program dan kegiatan di bidang b. Kelompok Layanan Barang yaitu layanan yang
Urusan Agama/ Gereja Katholik Romawi di menghasilkan berbagai bentuk/ jenis yang digunakan oleh
lingkungan Ditjen Bimas Katholik. publik. Misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga
c_ Sebagai pedoman dalam mewujudkan kerjasama
listrik, air bersih dan sebagainya (Bagi yang beragama
dengan mitra kerja Ditjen Bimas Katholik di
Katholik di seluruh wilayah Kabupaten Blitar).
bidang Urusan Agama/ Gereja Katholik Romawi
c. Kelompok Layanan Jasa yaitu layanan yang menghasilkan
(Katholik).
berbagai jasa yang dibutuhkan oleh publik. Misalnya
Menurut salah satu kajian yang dilakukan oleh Komisi pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan
Hukum Nasional (KHN), pelayanan publik diartikan sebagai: transportasi, pos dan sebagainya (Bagi yang beragama
“suatu kewajiban yang diberikan oleh konstitusi atau Katholik di seluruh wilayah Kabupaten Blitar).
Undang-undang (UU) kepada pemerintah untuk memenuhi
Disini, Kantor Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik
hak–hak dasar warga Negara atau penduduk atas suatu layanan
di Kantor Kemenag, Kabupaten Blitar sendiri. Dapat
(publik/ masyarakat Katholik)”. Pengertian menurut KHN ini
menjadi penjembatan antara masyarakat Katholik di seluruh
secara tegas menekankan bahwa pelayanan publik merupakan
Kabupaten Blitar dengan Instansi Pemerintah Daerah (Kantor
kewajiban pemerintah (Negara Republik Indonesia). Batasan
milik Pemerintah/ Lembaga Pemerintahan) di Kabupaten
ini berbeda dengan batasan yang diberikan oleh Menpan R.B
Blitar yang lainnya. Dalam penyelenggaraannya, pelayanan
(Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi
publik dilandasi dengan prinsip–prinsip yang tercantum
Birokrasi) yang mendefinisikan pelayanan publik hanya
dalam The Charter of Fundamental Right of the European
sebagai kegiatan instansi pemerintah.
Union dalam pasal: 14. Prinsip-prinsip itu adalah :
Pada hakekatnya pelayanan publik merupakan amanat
1) Memperoleh penanganan urusan–urusannya secara tidak
dari rakyat kepada pemerintah. Oleh sebab itu pemahaman
memihak, adil dan dalam waktu yang wajar.
mengenai pelayanan publik haruslah dipahami secara benar.
2) Hak untuk didengar sebelum tindakan individual apapun
Pemahaman tersebut harus dijadikan sebagai dasar kegiatan
yang akan merugikan dirinya diputuskan.
guna meningkatkan akuntabilitas pelayanan. Kebijakan
3) Hak atas akses untuk memperoleh berkas milik pribadi
pelayanan publik harus bersifat menghormati, melindungi
dengan tetap menghormati kepentingannya yang sah atas
dan memenuhi hak–hak dasar manusia. Menurut Jim St.
kerahasiaan dan atas kerahasiaan profesionalitasnya.
George (2003:48), pengertian hak–hak dasar tersebut sebagai
4) Kewajiban pihak Aparatur Negara untuk memberikan
hak ekonomi, sosial dan budaya, yakni hak–hak dasar yang
alasan–alasan yang mendasari keputusannya.
harus dipenuhi oleh setiap individu untuk membebaskan
5) Memperoleh ganti rugi yang ditimbulkan oleh lembaga
dirinya dari kemiskinan, keterasingan dan keterbelakangan.
atau aparatur pemerintah yang menjalankan tugasnya.
Termasuk di dalamnya adalah hak untuk memperoleh
makanan, pakaian, pendidikan, kesehatan, perumahan dan Selain prinsip, pelayanan publik juga memiliki beberapa
pekerjaan. Penghormatan, perlindungan dan pemenuhan asas yang perlu untuk diterapkan dalam pemberian pelayanan.
hak–hak dasar itulah yang harus menjadi prioritas terpenting Adapun asas dari pelayanan publik tersebut adalah :
dari pemerintah dalam menetapkan anggaran publik sebagai a. Transparansi
produk kebijakan. Transparansi disini berarti pelayanan publik bersifat
Permasalahan pelayanan publik ini juga tercantum terbuka yaitu mudah untuk diakses oleh semua orang
dalam lampiran ke 3 Keputusan Menpan No. 63/Kep./M. yang membutuhkan pelayanan.
PAN/7/2003, paragraf 1 butir: c, tentang Pedoman Umum b. Akuntabilitas
Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Pelayanan publik oleh Adanya pertanggung jawaban yang bersifat bottom up.
pemerintah tentang Kementerian Agama (Kemenag) dan Artinya ada pertanggungjawaban dari penyedia layanan
Aparatur Publik yang lainnya itu dibedakan menjadi tiga kepada pengguna layanan yang dilaksanakan sesuai
sebagai berikut: peraturan perundang-undangan.
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 115

c. Kondisional semakin baik juga kualitas pelayanan yang diberikan oleh


Sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan pemberi Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag
dan penerima layanan namun tetap berpegang terhadap (Kementerian Agama), Kabupaten Blitar tersebut.
prinsip efisiensi dan efektivitas. Sebaiknya pelayanan publik di lingkungan Bimas
d. Keseimbangan hak dan kewajiban (Bimbingan Masyarakat) Penyelenggara Katholik yang
Artinya penyedia layanan dan pengguna layanan harus secara umum didambakan dan menjadi acuan bagi pelayanan
memiliki hak dan kewajiban masing-masing. yang lebih prima di Kantor Kemenag (Kementerian Agama)
e. Kesamaan hak Kabupaten Blitar itu, adalah :
Tidak ada tindakan diskriminatif dalam pemberian a. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan
layanan. Artinya pemberian layanan tidak membedakan dengan pelayanan yang cepat.
agama, ras, suku bangsa dan golongan. b. Memperoleh pelayanan yang wajar tanpa gerutuan,
f. Partisipatif sindiran atau dengan kata lain semacam itu yang nadanya
Asas partisipatif mendorong peran masyarakat dalam mengarah pada permintaan sesuatu, baik untuk alasan
proses pelayanan publik. Dengan lebih memperhatikan dinas atau untuk kesejahteraan.
aspirasi, kebutuhan serta harapan masyarakat terhadap c. Mendapatkan perlakuan yang sama dalam pelayanan
perbaikan pelayanan. terhadap kepentingan yang sama.
d. Pelayanan yang jujur dan terus terang.
Untuk meningkatkan kualitas masyarakat maka
dibutuhkan sebuah tolls untuk mencapai hal tersebut. Adapun Selain itu kontrol pelayanan rohani/ keagamaan yang
cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut religius di dalam Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik
adalah dengan melembagakan program Kementerian Agama di lingkungan Kabupatan Blitar dan juga di sekitar Kantor
(Kemenag). Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Bimas Instansi/ Lembaga milik PemKab (Pemerintah Kabupaten)
(Bimbingan Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag Blitar itu, juga terdapatnya beberapa dinamika. Dinamika
(Kementerian Agama) Kabupaten Blitar. Dalam Peraturan itu antara lain:
Menten Agama Rl (PMA), Nomor:10, Tahun: 2010 ,
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama Dinamika Gereja
RI, ditegaskan bahwa Direktorat Urusan Agama/ Gereja Mencermati kondisi dan kebutuhan umat/ masyarakat
Katholik Romawi, DITJENBIMAS Katholik mempunyai Katolik pada umumnya, maka dapat disebutkan beberapa
tugas: “melaksanakan perumusan kebijakan, pelaksanaan hal:
kebijakan, standarisasi, pemberian bimbingan teknis dan a. Umat atau masyarakat Katolik Indonesia sebagai bagian
evaluasi di bidang urusan agama/ Gereja Katholik Romawi integral dari masyarakat Indonesia, tersebar di seluruh
(Katholik)” (Pasal 514). Dalam melaksanakan tugas, wilayah Nusantara dengan penyebaran yang tidak
tersebut, Direktorat Urusan Agama/ Gereja Katholik Romawi merata. Di beberapa Daerah masyarakat Katolik menjadi
(Katholik) menyelenggarakan fungsinya berdasarkan Tugas kelompok masyarakat dengan jumlah yang tergolong
Bimas Katholik yang berhubungan dengan Peraturan Menteri besar, namun di banyak Daerah, masyarakat Katolik
Agama (PMA), Nomor 13, Tahun: 2012, pasal: 497, ayat: menjadi kelompok kecil di tengah-tengah kelompok yang
3. lebih besar. Kondisi ini merupakan tantangan tersendiri
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa penerapan bagi pembinaan masyarakat Katolik.
implementasi organisasi dan tata kerja intansi vertikal b. Berdasarkan dokumen-dokumen Gereja, para katekis/
yang religius di Kantor Kementerian Agama (Kemenag) tenaga pastoral awam mempunyai peranan yang sangat
di Kabupaten Blitar, berdasarkan PMA (Peraturan Menteri penting dalam Gereja, sebagai Pembina/pendamping
Agama), Nomor: 13, Tahun: 2012 telah membawa banyak umat. Tenaga-tenaga tersebut adalah “orang-orang
perubahan menyangkut tata cara dan prosedur pelayanan penting dalam Gereja Katolik” (Duta Vatikan dalam
serta nilai dan etika pelayanan. Dengan diterapkannya kontr Pertemuan Nasional katekis 2010 di Sawangan - Bogor).
menjadikan pelayanan prima sebagaimana tujuan yang Namun dalam kenyataan, jumlah tenaga Pastoral awam
ingin dicapai dalam rangka memberikan kepuasan kepada yang diangkat oleh Gereja (Keuskupan/ Paroki) dalam
masyarakat pengguna layanan. Citra pelayanan publik beberapa tahun terakhir mengalami penurunan tajam.
yang dilakukan oleh instansi pemerintah yang selama ini Hal tersebut tidak sebanding dengan pertumbuhan
terkesan tidak transparan, tidak berkepastian serta berbelit- Gereja dan program pengembangan Komunitas Basis
belit berhasil diubah dengan menggunakan pendekatan Gerejani (KBG) yang dicanangkan oleh Organisasi
kekeluargaan dan religius. Dengan memberikan kepastian, Gereja SAGKI tahun: 2005 dan 2010. Pada sisi lain,
keramahan dan keterbukaan maka akan dapat memberikan tenaga-tenaga teknis keagamaan Katolik yang diangkat
kepuasan kepada masyarakat pengguna layanan. Semakin oleh Pemerintah seperti Penyuluh Agama Katholik
tinggi tingkat kerohanian masyarakat Katholik di wilayah (PAK), Juru Penerang Agama Katolik dan Guru Agama
Kabupaten Blitar ini sebagai pengguna layanan maka, Katolik, mengalami peningkatan. Dalam kondisi seperti
116 Humaniora, Vol. 15 No. 2 Desember 2018: 88–129

ini, peranan Penyuluh dan Juru Penerang Agama Katolik yang mendasarnya. Dunia global merupakan lingkungan
sangat penting. Tenaga-tenaga Pastoral PNS diharapkan kehidupan yang diwarnai persaingan ketat dan kerjasama
dapat berperan penting dalam rangka pengembangan kemitraan sekaligus. Dalam dunia global, hubungan dan
Komunitas Basis, memberikan bimbingan keagamaan saling pengaruh antar bangsa dan antar kelompok masyarakat
dan penyuluhan pembangunan melalui bahasa agama. merupakan keniscayaan dimana kualitas pribadi/ kelompok
c. Keberagaman yang masih formalitas, belum dan kemampuan bekerja sama dengan pihak lain dalam
terimplementasikannya nilai-nilai dan ajaran agama di kemitraan menjadi kata kunci.
tengah-tengah masyarakat, serta semakin menurunnya
kesadaran akan nilai persatuan dan kesatuan bangsa Pembahasan Hasil Penelitian
dalam masyarakat Indonesia yang sangat majemuk akhir- Bagian ini merupakan pembahasan hasil pengujian
akhir ini, juga berdampak pada masyarakat Katholik. penelitian kualitatif atau penjelasan pemecahan masalah
d. Pemahaman Gereja Katholik Romawi (Katholik) tentang (pengujian kebenaran) yang merupakan bagian terpenting
hubungan antara negara dengan agama ikut memengaruhi Bab ini menunjukkan tingkat penguasaan peneliti terhadap
pola kerjasama antara institusi Pemerintahan dengan paradigma, konsep dan teori yang digunakan dan dipadukan
institusi Gereja. Dalam upaya bersama untuk membangun dengan hasil penelitian secara dan empirik sehingga
umat/ masyarakat Katolik Indonesia yang berkualitas, dapat menjelaskan rumusan masalah yang diajukan serta
yang “seratus persen Katolik dan seratus persen warga pembahasan hasil penelitian yang dilakukan, dan pengambil
Negara yang Pancasilais” (Visi Bimas Katolik), atau yang kebijakan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian.
“sepenuh-penuhnya beriman Katolik dan seutuh-utuhnya Salah satu unit kerja di lingkungan Kantor Kementerian
berjiwa Indonesia” (PGKI No. 16) dibutuhkan kerjasama Agama Kabupaten Blitar adalah Penyelenggara Katolik yang
yang erat dan sinergis antara lembaga Agama dengan mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan bimbingan
institusi Ditjen Bimas Katolik, baik di Pusat maupun di kepada masyarakat (Bimas) Katholik secara khusus di
Daerah. Sinergi dalam membangun umat/masyarakat seluruh wilayah administratif Kabupaten Blitar. Sejak adanya
Katolik dibangun dengan tetap memahami tugas dan unit Kerja Bimas Katolik di Kantor Kementerian Agama
fungsi serta menghormati otonomi masing-masing pihak (Kemenag), Kabupaten Blitar, sesuai dengan Peraturan
di bidangnya. Menteri Agama (PMA) No. 13 tahun 2012.
Dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan
Dinamika Masyarakat kualitatif dapat diperoleh gambaran yang mendalam mengenai
Bagi bangsa Indonesia yang serba majemuk, persatuan suatu permasalahan. Akan tetapi, menurut Moloeng (2000:
dan kesatuan merupakan nilai yang sangat penting bagi 62), penyajian data tetap diperlukan dengan tujuan:
tetap tegak dan berkembangnya Negara Kesatuan Republik a. Penyajian Data akan membatasi studi;
Indonesia (NKRI). dalam kerangka persatuan dan kesatuan b. Menentukan kriteria masukan-masukan suatu informasi
bangsa tersebut, beberapa faktor yang perlu diwaspadai yang diperoleh di lapangan;
seperti (1) Terjadinya pergeseran nilai persatuan dan kesatuan
Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Bimas (Bimbingan
bangsa, dengan menguatnya kepentingan kelompok, (2)
Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian
Formalisme agama, dimana keberagaman lebih menonjolkan
Agama) Kabupaten Blitar. Dalam Peraturan Menten Agama
simbol-simbol keagamaan dan struktur organisasi dari pada
Rl (PMA), Nomor:10, Tahun: 2010 ,tentang Organisasi
pengamalan nilai-nilai/ ajaran agama, (3) Implementasi
dan Tata Kerja Kementerian Agama RI: “ditegaskan bahwa
hukum agama dalam kehidupan bersama/ bermasyarakat
Direktorat Urusan Agama/ Gereja Katholik Romawi,
melalui Peraturan Daerah (PerDa) bernuansa syariat
DITJENBIMAS Katholik meinpunyai tugas “melaksanakan
yang berbasiskan agama Islam yang radikal. (4) Makin
perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, standarisasi,
terabaikannya Pancasila dan nilai-nilainya sebagai landasan
pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang urusan
hidup bersama dalam masyarakat Indonesia yang majemuk,
agama/ Gereja Katholik Romawi (Katholik)” pada Pasal: 514.
(5) Kemerosotan moral dalam berbagai lapisan masyarakat,
Dalam melaksanakan Tugas, Pokok, dan Fungsi (Tupoksi)
dan lain-lainnya. Lembaga agama dan kelompok-kelompok
tersebut, Direktorat Urusan Agama/ Gereja Katholik Romawi
Kategorial Katholik (KK), serta tenaga teknis keagamaan
(Katholik) menyelenggarakan fungsinya antara lain”:
Katholik harus berperan positip dalam upaya mempertahankan
a. Perumusan kebijakan di bidang kelembagaan, penyuluhan
persatuan dan kesatuan bangsa, keharmonisan hidup, serta
dan pemberdayaan umat Katholik;
memelihara moralitas masyarakat.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan,
penyuluhan dan pemberdayaan umat Katholik;
Globalisasi
c. Penyusunan norma, standar prosedur, dan kriteria di
Globalisasi merupakan suatu istilah untuk bidang kelembagaan, penyuluhan dan pemberdayaan
menggambarkan “dunia tanpa batas” dalam hal arus modal, umat Katholik;
barang, jasa, informasi, manusia dengan gaya hidup dan nilai
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 117

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk
kelembagaan, penyuluhan, dan pemberdayaan umat masa 5 tahun, mulai tahun 2015 kita akan memasuki RPJMN
Katholik; dan tahap ketiga (2015-2019), dan Rencana Kerja Pemerintah
e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga (RKP) untuk masa 1 tahun. Di tingkat Kementerian/
Direktorat Urusan Agama/Gereja Katholik Romawi Lembaga untuk rencana jangka menengah disebut Renstra
(Katholik). Kementerian/Lembaga dan untuk rencana kerja tahunan
dituangkan dalam Rencana Kerja Kementerian/Lembaga
Perencanaan dan penganggaran merupakan suatu (RKA-K/L)
rangkaian kegiatan yang terintegrasi. Program yang akan Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 17 tahun 2003,
dilaksanakan oleh Pemerintah wajib dituangkan dalam anggaran disusun berdasarkan rencana kerja. Dengan demikian,
suatu rencana kerja. Ketentuan tentang perencanaan ini yang memperoleh alokasi anggaran adalah program/kegiatan
diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 25 Tahun 2004 prioritas yang tertuang dalam rencana kerja (RKA-K/L).
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN). Dengan mekanisme demikian, program/kegiatan Pemerintah
Rencana kerja terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka yang direncanakan itulah yang akan dilaksanakan. RKA-K/L
Panjang Nasional (RPJPN) untuk masa 20 tahun, Rencana selanjutnya disampaikan kepada Menteri Keuangan untuk

Tabel 1.3 Permasalahan/kendala dan solusi Penyelenggara Katolik Kantor Kementerian Agama Kab. Blitar
No Permasalahan/Keadaan Yang Dihadapi Pemecahan Permasalahan/ Keadaan yang Diinginkan
I. ADMINISTRASI
Terbatasnya formasi penerimaan CPNS untuk jajaran Perlu peningkatan formasi CPNS (Pengangkatan Tenaga
1.
Bimas Katolik Administrasi, Penyuluh agama dan Guru PAK)
Perlu adanya penambahan ruang Penyelenggaraan Katolik
2. Kurang tersedianya ruang kerja yang representative
yang representative
Penambahan dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang professional baik penguasaan Teknology informasi
3. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM)
maupun tenaga administrasi dan tenaga pendidik dan
kependidikan
Penyediaan Fasilitas penunjang tupoksi, sarana penunjang
4. Kurang tersedianya sarana prasarana kegiatan Administrasi dalam hal ini penunjang alat pengolah
data (Laptop), transportasi (kendaraan roda dua,)
II. URUSAN AGAMA
Kurangnya alokasi dana untuk fungsi pelayan hidup
1. Perlu peningkatan alokasi dana
beragama
Perlu adanya pengalokasian dana dan sarana yang memadai
2. Letak Geografis yang cukup luas (22 Kecamatan)
untuk peningkatan pelayanan penyelenggaraan Katholik.
Perlu adanya komunikasi yang baik dengan pengurus Gereja
3. Masih banyaknya bangunan Gereja yang belum ber-IMB
(BGKP) untuk segera mengurus pendirian rumah ibadah.
Perlu adanya peningkatan bantuan operasional lembaga
4. Kurangnya bantuan operasional lembaga keagamaan
keagamaan
III. PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
Terbatasnya jumlah Guru Pendidikan Agama/Gereja Perlu adanya pengangkatan guru Pendidikan Agama/ Gereja
1.
Katholik Katholik
Perlu adanya pengalokasian dana untuk penyelenggaraan
Belum tersedianya dana operasional penyelenggaraan
2. sertifikasi Guru dan Pengawas PAK untuk menghindari
sertifikasi Guru dan Pengawas PAK di daerah
adanya pungutan-pungutan dari peserta sertifikasi guru
Perlu disosialisasikan PP NO.55 th 2007 kelembagaan
3. Rendahnya pemahaman Publik tentang PP No. 55 th 2007
pendidikan Katholik
Belum adanya alokasi dana khusus bagi siswa miskin
4. Bantuan beasiswa bagi siswa miskin (Katholik)
(Katholik)
5. Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan Perlu penyediaan sarana prasarana pendidikan yang memadai
Keterangan: Permasalah/kendala dan cara mengatasinya yang berada di dalam Kantor Kemenag (Kementerian Agama), terutama Bimas
(Bimbingan Masyarakat) Katholik, Kabupaten Blitar. Sistem ini merupakan cara instansi tersebut untuk mengatasi permasalahan/
kendala di dalam Instansi tersebut. Dengan menggunakan cara yang berada di dalam Tabel di atas ini.
(Sumber: Buku Pedoman dan Buku Profil Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian Agama),
Kabupaten Blitar. Tahun: 2013-2015).
118 Humaniora, Vol. 15 No. 2 Desember 2018: 88–129

dihimpun menjadi RAPBN. Peraturan Pemerintah (PP), untuk membebaskan manusia dari bentuk penindasan dan
Nomor: 90, Tahun: 2010, tentang Penyusunan Rencana Kerja ketidak adilan, justru akan menjadi alat pemerintah yang
dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga menyebutkan menindas dan mengeksploitasi warganya dan membawa
bahwa RKA-K./L adalah dokumen rencana keuangan kepada kesengsaraan. Sosial Politik (SosPol) tidak lagi
tahunan Kementerian/Lembaga yang disusun menurut Bagian tunduk pada agama, bahkan sebaliknya agama dibuat tunduk
Anggaran Kementerian/Lembaga. Pada saat ini, RKA-K/L tak berdaya melawan kekuatan politik. Di pihak lain, adalah
Kementerian Agama Tahun Anggaran 2015 termasuk di kewajiban moral agama untuk mengarahkan politik agar tidak
dalamnya untuk Program Bimbingan Masyarakat Katolik berkembang menurut caranya sendiri yang membawa pada
telah disampaikan ke Menteri Keuangan dan Menteri Agama kerusakan. Disini agama tidak terlibat langsung kedalam
Pusat RI. PROGRAM PRIORITAS dari BIMAS KATHOLIK politik praktis. Karena bila agama berada dalam kooptasi
tentang Lintas Gereja dan Lintas Agama atau Kepercayaan politik, maka agama sebagai kekuatan moral akan hilang dan
maupun Lintas Organisasi di lingkungan Kabupaten Blitar: tidak mampu lagi mengarahkan politik. Maka disini agama
Hubungan Poli k dan Agama. dan politik harus diwaspadai, sehingga keduanya tidak
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berjalan pada posisi yang salah berkaitan dengan pemahaman
sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga Tradisional Agama maupun Konservatif.
disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran Pemakalah akan menjelaskan sedikit tentang agama
kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan tradisional, yaitu dimana dalam sebuah agama ini memiliki
kepercayaan tersebut. Agama sendiri ada dua katagori yaitu pandangan yang konservatif atau memposisikan ajarannya
agama samawi yaitu agama yang diperoleh melalui Wahyu sebagai agama yang memiliki suatu doktrin dan ikatan-
Illahi antara lain Islam, Kristen dan Yahudi. Dan agama ikatan tradisi lama atau kuno yang belum mau bersentuhan
Wad’i atau agama lokal/ Kepercayaan Terhadap Tuhan atau tercampur dengan wacana keilmuan yang selain dari
Yang Maha Esa (Allah Y.M.E) yang juga sering disebut agamanya, contohnya seperti kebanyakan pemikir tokoh
sebagai agama budaya yang diperoleh berdasarkan kekuatan islam. Dalam pandangan konservatif ini elemen-elemen
pikiran atau akal budi manusia antara lain Hindu, Buddha, dasar sosial selain bersumber dari agamanya dianggap bagian
Tao, Khonghucu dan berbagai aliran keagamaan lain atau yang senantiasa berlawanan bahkan dapat mengancam.
kepercayaan. Salah satu tanda dalam pandangan konservatif ini adalah
Adapun politik dan birokrasi pemerintahan itu adalah bahwa agama harus tetap disandingkan dengan negara, baik
seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional dalam bentuk undang-undang, serta pemimpin suatu negara
maupun nonkonstitusional. Namun disini politik juga harus merupakan orang yang mengetahui agama secara
dapat dipandang dari sisi yang berbeda yaitu: 1) Usaha keseluruhan.
yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan Karakteristik dari penganut agama tradisional ini adalah:
bersama (teori klasik Aristoteles), 2) hal yang berkaitan pertama, jika berargumentasi harus jelas dan dalilnya harus
dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara, 3) berasaskan Kitab Suci/ Alkitab. Kedua, penggunaan rasio
merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan harus sesui dengan Alkitab rujukan yang mereka yakini paling
dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat, 4) segala benar. ketiga, dalam konteks keyakinan harus berdasarkan
sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan pada kitab yang diyakini paling benar . Penganut agama
publik. tradisional sumber rujukan pertama adalah kitab sucinya saja,
Di antara pengertian diatas, antara agama dan politik karena itu bersumber dari tuhan secara langsung. Adapun
terdapat perbedaan yang sangat mencolok yaitu agama rasio hanya sebagai pembenar, sebagai saksi, dan bukan
digunakan oleh manusia sebagai sarana untuk memurnikan sebagai penentu. Jadi, dalam pendekatan kaum tradisional,
jiwa bahkan agama menjadi pedoman hidup yang kekal, akal berada dibawah kitab yang diyakininya benar dan iya
sedangkan politik sejatinya digunakan untuk mengatur tidak dapat berdiri sendiri sebagai dalil, tetapi hanya sekedar
pemerintahan yang tujuan akhirnya menyejahterahkan untuk mendekatkan kepada Tuhan Yesus Kristus sendiri.
kehidupan rakyatnya. Kadang kita bertanya dalam hati Untuk mewujudkan Arah kebijakan tersebut, beberapa
apakah ada hubungan antara agama dan politik. Pemakalah program ditetapkan sebagai program prioritas. Penetapan
merasa bahwa setiap orang pasti bertanya akan hal ini. program prioritas tersebut didasarkan atas pertimbangan
Singkatnya dalam konteks kehidupan sosial bermasyarakat akan nilai strategisnya serta dampaknya terhadap program
dan bernegara, hubungan antara agama dan politik memiliki lainnya.
suatu keterkaitan, namun keduanya harus tetap dibedakan. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius
Satu pihak, masyarakat agama memiliki kepentingan sebagaimana termuat dalam ideologi negara, Pancasila,
mendasar agar agama tidak terkontaminasi atau dikotori dan melembaga dalam keberadaan Kementerian Agama
kepentigan sosial politik (sospol), karena bila agama berada RI. Adanya Kementerian Agama RI sebagai salah satu
dalam dominasi politik, kita disini dapat berpikir dengan logis Kementerian Negara yang didirikan tanggal 3 Januari 1946
akan terjadi penyelewengan. Agama yang awalnya bertujuan menunjukkan bahwa bagi bangsa Indonesia, agama menjadi
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 119

bagian penting dan strategis dalam kehidupan berbangsa dan terbuka, berdialog, inennju Indonesia Baru (SAGKI 2000),
bernegara, Agama diharapkan menjadi sumber pembentukan dalam upaya membangun habims baru bangsa (SAGKl
etika dan moralitas bangsa. 2005)”. Melalui program dan kegiatan di bidang urusan
Undang-Undang Dasar Negara Republik (UUD) agama Katholik. diharapkan dapat menciptkan masyarakat/
Indonesia 1945 dalam Pembukaannya mengamanatkan umat Katholik yang“seratus persen Katholik dan seratus
bahwa salah satu tujuan negara Kesaluan Republik Indonesia persen warga negara Kesatuan Republik Indonesia yang
adalah mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan Pancasilais dalam wadah negara Kesatuan yang berbhineka
bidang agama sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan tunggal ika” (Visi Ditjen Bimas Katholik), menuju Indonesia
rakyat raempakan bagian, rangkaian upaya kunci peningkatan yang maju, bersaudara, dan bermartabat. Studi Implementasi
kualitas hidup masyarakat Indonesia (bdk. RPJMN 2010 - mengenai Keputusan Menteri Agama (KMA), Nomor :13,
2014 Bab 11). Demi terwujudnya masyarakat Indonesia Tahun : 2012, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi
yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudáya dan Vertikal Kementerian Agama, khususnya di Kantor
beradab. Pembangunan bidang agama merupakan sub sistem Kemenag, Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik di
pembangunan nasional untuk memperkuat nilai-nilai moral Kabupaten Blitar.
bangsa; memupuk berkembangnya masyarakat bangsa a) Arah Kebijakan dan Strategi.
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha 1. Arah Kebijakan
Esa (YME), rukun, saling menghargai antara sesama warga a. Kelembagaan.
negara dalam masyarakat yang majemuk. Mengacu pada RPJMN 2010 - 2014, maka
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang pembinaan kelembagaan Agama/ Gereja
berdasarkan Pancasila dan berkementerian Agama, bukan Katholik Romawi (Katholik) diarahkan
negara Agama dan bukan negara Sekuler (Sekulerisasi). pada peningkatan kapasitas lembaga agama/
Negara memberi perhatian pada pembangunan bidang Gereja Katholik Romawi (Katholik) dalam
agama, tanpa mencampuri urusan intern agama menyangkut pelayanan dan pembinaan iman umat dengan
inti ajaran masing-masing agama. Dalam pembangunan tujuan: (1) Meningkatkan ketaatan dalam
bidang agama, pemerintah menjalankan peran sebagai pelaksanaan ritual keagamaan/ Gereja Katholik,
fasilitalor. Pemerintah memfasilitasi peningkatan kehidupan (2) Meningkatkan perwujudan kesalehan
sosial sejalan dengan kesalehan ritual (3)
beragama, memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan agama
Meningkatkan Dialog dan kerjasama intern
dan pendidikan keagamaan, serta membangun harmoni
dan antar umat beragama dan Pemerintah, (4)
kehidupan antar umat beragama, warga masyarakat bangsa
Meningkatkan koordinasi antar lembaga agama/
yang serba majemuk.
Gereja Katholik Romawi (Katholik) dan dengan
Sejarah menunjukkan bahwa masyarakat/ Umat Katholik, instansi Pemerintah, (5) Meningkatkan peran
Lembaga agama dan Kelompok Kategorial (KK), serta serta tokoh/ pimpinan Agama/ Gereja Katholik
orang-orang Katholik di seluruh wilayah Kabupaten Blitar Romawi (Katholik) dalam Dialog Lintas
pada umumnya telah ikut serta membangun masyarakat Agama maupun Kepercayaan dan masyarakat
bangsa melalui aneka karya di tengah-tengah masyarakat. dunia internasional, (6) Meningkatkan mutu
Kepedulian tersebut bahkan telah diwujudkan sebelum pengelolaan dan fungsi tempat ibadat Katholik,
Indonesia merdeka. Sejalan dengan perintah Undang- (7) Meningkatkan jaringan dan sistem informasi
Undang (UU) bahwa pembangunan merupakan tanggung lembaga agama dan lembaga keagamaan
jawab Pemerintah dan masyarakat, Ditjen Bimas Katholik Katolik.
tenis berupaya, mengajak dan memfasilitasi peningkatan b. Pemberdayaan Umat.
peran serta masyarakat Katholik melalui lembaga-lembaga Pemberdayaan Umat Katholik diarahkan
agama/ Gereja Katholik Romawi (Katholik), dan Kelompok pada peningkatan peran umat Katholik dalam
Kategorial (KK) itu sendiri. Dalam upaya mewujudkan kegiatan kemasyarakatan sebagai ungkapan
masyarakat/ Umat Katholik yang beriman tangguh, inklusif, dan perwujudan iman Katholik. Kelompok
toleran, dan memiliki rasa kebangsaan yang kokoh. Kategorial diarahkan pada pemberdayaan
Peningkatan mutu keberagamaan Katholik serta melalui pendampingan, pembinaan atau
pengembangan wawasan dan semangat kebangsaan yang memberdayakan masyarakat Katholik sebagai
kuat diharapkan menjadi sumbangan, bagian dari upaya warga Negara dan warga Gereja Katholik
mewujudkan masyarakat Indonesia baru yang adil, makmur, Romawi universal. Kelompok Kategorial
cerdas, bersatu, dan bermartabat, Upaya tersebut searah diharapkan menjadi pilar pendukung tegak
dan kokohnya Negara Kesatuan Republik
dengan kebijakan pastoral Gereja Katholik Indonesia adalah:
Indonesia (NKRI) yang maju dan sejahtera. Hal
“mewujudkan umat Katholik yang sepenuh-penuhnya
tersebut dilaksanakan melalui (1) Peningkatan
berimcm katolik don seutuh-utuhnya berjiwa Indonesia
wawasan kebangsaan, hak asasi manusia dan
(PGKI No. 16), melalui pengembangan Kelompok Basis yang
kesetaraan gender serta kebhinnekaan, (2)
120 Humaniora, Vol. 15 No. 2 Desember 2018: 88–129

Peningkatan wawasan kemasyarakatan, (3) Kategorial (KK) dengan memperhatikan


Pengembangan pusat kajian keagamaan Katholik potensi dan arah pastoral masing-masing
dan sumber belajar masyarakat Katholik, (4) wilayah Gerejawi/ Keuskupan, serta visi dan
Penguatan peran Kelompok Kategorial dalam misi masing-masing Kelompok. Pusat kajian
pembenrukan karakter dan peradaban bangsa (5) diharapkan dapat mcndorong munculnya tenaga-
Penguatan kapasitas Kelompok Kategorial dalam tenaga penggerak, kader yang berwawasan luas,
menyampaikan dan mengartikulasikan aspirasi berketerampilan, serta bermotivasi tinggi.
Katholik melalui cara damai, (6) Peningkatan c. Optimalisasi Sumber Daya Manusia (SDM)
kerjasama intern, antar lembaga keagamaan Optimalisasi sumber daya mengandalkan adanya
Katholik, dan dengan Pemerintah/Pemerintah pemenuhan kebutuhan pihak yang dilayani.
Daerah dalam pengembangan kerjasama dan Dalam memberikan pelayanan di bidang umsan
persatuan bangsa. agama/ Gereja Katholik Romawi (Katholik),
c. Penyuluhan diusahakan semaksimal mungkin untuk menyerap
Penyuluhan agama/ Gereja Katholik Romawi aspirasi/ kepentingan masyarakat Katholik.
(Katholik) diarahkan pada peningkatan Dalam rangka pelayanan prima, program-
mutu penyuluh dan tenaga teknis agama/ program diprioritaskan pada program/ kegiatan
Gereja Katholik Romawi (Katholik). Hal yang bernilai strategis, berdampak luas, dan
tersebut dilaksanakan melalui (1) Peningkatan berdaya ungkit besar.Dengan demikian, maka
kemampuan memanfaatkan sumber informasi sumberdaya yang tersedia dapat didayagunakan
melalui media massa dan teknologi informasi, secara maksimal, efektif dan efisien.
(2) Peningkatan keterampilan menggunakan Ketiga strategi tersebut di atas dijabarkan
metode dan sarana pembelajaran yang sesuai dalam:
(3) Pengembangan wawasan multi kultural, 1) Peningkatan profesionalisme Penyuluh
(4) Peningkatan pemahaman dan pengamalan agama/ Gereja Katolik Romawi (Katholik).
nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran iman 2) Peningkatan Mutu Juru Penerangan
dan moral Katolik, (5) Peningkatan wawasan dan Tenaga Teknis Keagamaan/ Gereja
keagamaan dan wawasan kebangsaan, (6) Katholik
Peningkatan ketahanan terhadap ekses negatif 3) Optimalisasi dukungan dan pelayanan
ideologi yang tidak sesuai dengan nilai luhur terhadap Lembaga Agama/ Gereja Katholik
bangsa, Romawi (Katholik) dan Kelompok Kategorial
2. Strategi (KK).
a. Pola Kemitraan 4) Pengembangan jaringan komunikasi dan
Dalam mewujudkan program di bidang Urusan koordinasi antar Lembaga Agama dan
Agama/ Gereja Katholik Romawi (Katholik), Kelompok Kategorial (KK).
Direktorat Urusan Agama/ Gereja Katholik 5) Pengembangan Kader penggerak Kelompok
Romawi (Katholik) membangun kerjasama Basis Gerejani (KBG), khususnya melalui
dalam pola kemitraan dengan Lembaga Agama kelompok-kelompok/ wadah pengkaderan..
dan Kelompok Kategorial. Hal ini didasarkan 6) Penyediaan sarana/ prasarana penunjang.
atas pertimbangan bahwa pembinaan umat 7) Penyelenggaraan penerangan Agama/ Gereja
Katolik dalam hal yang menyangkut ajaran iman Katholik Romawi (Katholik) yang terbuka
dan moral merupakan tugas dan kewenangan dan merata dengan mengupayakan bantuan
Gereja, sedangkan Direktorat Jenderal honorarium bagi juru penerang agama/
Bimbingan masyarakat (Bimas) Katholik Gereja Katholik Romawi (Katholik) dan
berfungsi sebagai fasilitator. Pola kerjasama tenaga teknis keagamaan/ Gereja Katolik
kemitraan dikembangkan melalui Perencanaan, lainnya di lingkungan Gereja (Keuskupan,
Pelaksanaan, dan Evaluasi Program/ kegiatan, Paroki, Wilayah, Lingkungan, dan Stasi).
baik pada tingkat Nasional, Regional, maupun 8) Peningkatan peran serta umat/ masyarakat
lokal, dengan tetap menghormati otonomitas Katholik di seluruh wilayah Kabupaten Blitar
masing-masing. itu, di dalam mewujudkan kerukunan hidup
b. Pengembangan Pusat Kajian umat beragama.
Mengingat bahwa baik Lembaga Agama/ Gereja 9) Meningkatkan kerjasama antar Lembaga
Katholik Romawi (Katholik) maupun Kelompok Agama maupun Kepercayaan yang lain dan
Kategorial (KK) memiliki kewenangan otonomi Kelompok Kategorial (KK).
masing-masing, maka dalam meningkatkan
mutu pembinaan umat Katholik, dikembangkan Maka tugas, pokok, dan fungsi (tupoksi)
sinergi melalui pengembangan pusat kajian Penyelenggaraan Katholik adalah melakukan
di lingkungan lembaga agama dan Kelompok pelayanan dan bimbingan teknis, pembinaan
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 121

serta pengelolaan data dan informasi di bidang berdialog dengan umat beragama/kepercayaan
bimbingan masyarakat yang berada di dalam lain adalah: “Bukan hanya berdiskusi tapi juga
Gereja Katholik Romawi (Katholik). Dari meliputi semua hubungan antar agama/ kepercayaan
Tugas, pokok, dan fungsi (Tupoksi) tersebut yang positif dan konstruktif dengan pribadi lepas
Penyelenggara, Bimas Katholik (Bimbingan pribadi dan jemaat-jemaat dari agama/ kepercayaan
Masyarakat) melaksanakan tiga Fungsi : Fungsi (keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa) yang
Kesekretariatan, Fungsi Urusan Agama/ Gereja lainnya, yang diarahkan untuk saling memahami dan
Katholik dan Fungsi Pendidikan Agama/ Gereja saling memperkaya”. Yang dialog bukan agama/
Katholik. kepercayaan yang satu dengan agama/kepercayaan
3. Sikap Umat Kristiani (penganut Kristen/ Nasrani, yang lai, tetapi manusia atau orang-orang penganut
khususnya bagi Umat yang beragama Katholik di agama-agama/ kepercayaan-kepercayaan tadi, maka
wilayah Kabupaten Blitar sendiri) lebih baik dipakai istilah Ada berbagai bentuk dialog
Sikap Yesus harus menjadi sikap setiap orang yang dapat kita kembangkan dengan saudara-saudari
Kristiani (umat/ masyarakat Katholik), maka perlu umat Islam, Hindu, Budha, Kristen, Konghucu, Aliran
diusahakan, antara lain : Kepercayaan dan agama asli (BAKORPAKEM:
a. S i k a p - s i k a p y a n g B e r s i f a t M e n c e g a h Badan Koordinasi Penghayat Aliran Kepercayaan
Perpecahan
Terhadap/ Kepada Tuhan/ Allah Yang Maha Esa).
Upaya-upaya konkret untuk membangun
Berdasarkan dokumen gereja yang paling baru ada
kehidupan bersama harus dikembangkan dengan
empat bentuk dialog antar umat beragama antara
menghapus semangat primodial dan semangat
lain:
sectarian dengan menghapus sekat-sekat
a. Dialog Kehidupan: yaitu cara hidup, yang
dan pengkotak-kotakan masyarakat menurut
ditemui adanya saling menghargai, kerjasama,
kelompok-kelompok agama, etnis, dan lain-
dan hidup rukun bertetangga, meskipun penganut
lainnya.
agama/ kepercayaan yang berbeda-beda.
b. Sikap-sikap yang Positif/ Aktif
b. Dialog Karya: ini terjadi bila umat yang
Dalam masyarakat majemuk, setiap orang harus
berbeda-beda agama ataupun kepercayaannya
berani menerima perbedaan sebagai suatu rahmat.
menjalankan suatu karya bersama, misalnya
Perbedaan keanekaragaman adalah keindahan
koperasi, kerja sama bidang kesenian, politik,
dan merupakan factor yang memperkaya.
kemanusiaan dan lain-lainnya.
Adanya perbedaan itu member kesempatan untuk
c. Dialog para Ahli: yaitu kerjasama antar
berpartisipasi menyumbangkan keunikan dan
para ahli dari bermacam-macam agama/
kekhususannya demi kesejahteraan bersama.
kepercayaan yang membicarakan suatu masalah
Perlu dikembangkan sikap saling menghargai,
berdasarkan visi teologis atau pandangan agama
toleransi, menahan diri, rendah hati, dan rasa
ataupun kepercayaannya, dan bagaimana
solidaritas demi kehidupan yang tentram,
menghayati hidup beragam mereka dalam
harmonis dan dinamis.
hal doa, kontemplasi, iman, dan bagaimana
Setiap orang bahu-membahu menata masa
berbhakti kepada Tuhan Yang Mana Esa, dan
depan yang lebih cerah, lebih adil, makmur,
lain-lainnya.
dan sejahtera.
Mengusahakan tata kehidupan yang adil Sementara itu, dalam pelayanan masyarakat/ umat yang
dan beradab. Mengusahakan kegiatan dan berkaitan tentang Tugas, Pokok, dan Fungsi (Tupoksi) Urusan
komunikasi lintas suku, agama, dan ras. Agama Katholik Pada Kantor Kemenag (Kementerian
4. Usaha-usaha untuk Membangun Persaudaraan Sejati Agama) di Kabupaten Blitar (Studi Implementasi Organisasi
antar Pemeluk Agama dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama yang
a. Usaha-usaha untuk menghindari Kerusuhan
berdasarkan Peraturan Menteri Agama (PMA), Nomor: 13,
1) Kita berusaha agar agama tidak diperalat
Tahun: 2012.
demi kepentingan politik dan ekonomi.
Hasil dari pembahasan tentang penelitian saya ini di
2) Kita mengambil sikap untuk menjauhkan
Bimas (Bimbingan Masyarakat) Penyelenggara Katholik,
diri dari setiap provokasi yang muncul dari
fanatisme buta. Kantor Kemenag (Kementerian Agama) di wilayah
3) Kita menjaga agar tidak terjadi pencemaran Kabupaten Blitar ini menunjukkan bahwa penerapan
terhadap symbol-simbol agama mana pun. implementasi organisasi dan tata kerja intansi vertikal
Usaha-usaha positif mengadakan Berbagai Bentuk yang religius di Kantor Kementerian Agama (Kemenag)
Dialog dan Kerja Sama. Dialog adalah suatu kata di Kabupaten Blitar, berdasarkan PMA (Peraturan Menteri
yang berasal dari bahasa Yunani yaitu Dialogue yang Agama), Nomor: 13, Tahun: 2012 telah membawa banyak
berarti bercakap-cakap atau berbicara. Sedangkan perubahan menyangkut tata cara dan prosedur pelayanan
122 Humaniora, Vol. 15 No. 2 Desember 2018: 88–129

serta nilai dan etika pelayanan. Dengan diterapkannya kontr dan semangat kebangsaan yang kuat diharapkan menjadi
menjadikan pelayanan prima sebagaimana tujuan yang sumbangan, bagian dari upaya mewujudkan Masyarakat/
ingin dicapai dalam rangka memberikan kepuasan kepada Umat Katholik Indonesia baru, khususnya di seluruh wilayah
masyarakat pengguna layanan. Citra pelayanan publik Kabupaten Blitar yang adil, makmur, cerdas, bersatu, dan
yang dilakukan oleh instansi pemerintah yang selama ini bermartabat. Maka dari penelitian saya di Kantor Kemenag
terkesan tidak transparan, tidak berkepastian serta berbelit- (Kementerian Agama), Bimas (Bimbingan Masyarakat)
belit berhasil diubah dengan menggunakan pendekatan Katholik di Kabupaten Blitar itu, maka dari Tesis saya ini
kekeluargaan dan religius. Dengan memberikan kepastian, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
keramahan dan keterbukaan maka akan dapat memberikan 1. Upaya tersebut searah dengan Kebijakan Pastoral
kepuasan kepada masyarakat pengguna layanan. Semakin Katholik di Indonesia, mewujudkan Umat/ Masyarakat
tinggi tingkat kerohanian masyarakat Katholik di wilayah Katholik yang sepenuh-penuhnya beriman Katholik
Kabupaten Blitar ini sebagai pengguna layanan maka, dan seutuh-utuhnya berjiwa Indonesia (Nasionalisme),
semakin baik juga kualitas pelayanan yang diberikan melalui pengembangan Kelompok Basis Gerejani (KBG)
oleh Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik, di Kantor yang terbuka, berdialog, menuju Indonesia Baru (SAGKI
Kemenag (Kementerian Agama), Kabupaten Blitar tersebut. 2000), dalam upaya membangun habitus (kehidupan)
Pelayanan yang tulus-ikhlas, ramah, dan tetap religius dari baru bangsa Indonesia (SAGKl 2005). Melalui program
Para Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau penyedia layanan yang dan kegiatan di Bidang Urusan Agama Katholik.
biasanya menggunakan tanda nama di lingkungan Bimas Diharapkan dapat tercipta Masyarakat/ Umat Katholik
Katholik, Kantor Kemenag di Kabupaten Blitar. Pelayanan yang “100% Katholik dan 100% warga Negara Kesatuan
yang ramah dan tulus harus tersedia bagi siapa saja yang Republik Indonesia (NKRI) yang Pancasilais dalam
datang kepadanya Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik, wadah negara Kesatuan yang Ber-Bhineka Tunggal Ika”
di Kantor Kemenag (Kementerian Agama), Kabupaten Blitar (Visi Ditjen Bimas Katholik), menuju Indonesia yang
ini. maju, bersaudara, dan bermartabat.
Prosedur, alat-alat, dan bahan yang digunakan dalam 2. Perencanaan dan penganggaran merupakan suatu
penelitian yang bersifat khas dan khusus untuk penelitian rangkaian kegiatan yang terintegrasi. Program yang akan
yang dirancang. Sehingga apabila metode ini dilakukan sekali dilaksanakan oleh Pemerintah wajib dituangkan dalam
lagi oleh peneliti yang berbeda, maka akan diperoleh hasil suatu rencana kerja. Ketentuan tentang perencanaan
yang sama dengan peneliti sebelumnya. Ini sesuai dengan ini diatur dalam Undang-Undang (UU), Nomor: 25,
prinsip objektivitas dalam pandangan positivisme. Tahun: 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Apabila metode ini dapat digunakan juga oleh peneliti Nasional pada Bimas Agama Katholik di Kantor Kemenag
lain untuk menyelesaikan masalah yang berbeda (bukan objek (Kementerian Agama), Kabupaten Blitar.
atau fokus yang berbeda) sehingga kemudian menghasilkan 3. Pemberdayaan Umat/ Masyarakat Katholik diarahkan
sesuatu yang berbeda pula, maka metode tersebut tidak tepat, pada peningkatan peran Umat/ Masyarakat Katholik
terlalu umum, tidak khas, dan tidak khusus. Metode penelitian dalam kegiatan kemasyarakatan sebagai ungkapan dan
disusun dengan mengacu pada kerangka pemikiran atau perwujudan iman Katholik. Tetapi di setiap pelayanan
kerangka teori yang telah dibentuk. Alat, bahan, dan prosedur juga terjadinya kekurangan disana-sini (di setiap lini
yang dilakukan dalam penelitian perlu dicantumkan dengan lembaga/ organisasi yang berlindung) di bawah Bimas
jelas dan rinci. Demikian pula model, variabel, construct, (Bimbingan masyarakat) Katholik, Kantor Kemenag
definisi operasional, teknik pengumpulan data, teknik (Kementerian Agama) di wilayah Kabupaten Blitar.
analisis, cara penafsiran, dan penyimpulan hasil penelitian 4. Banyaknya permasalahan/ setiap kekurangan yang
harus khas untuk penelitian tersebut. Hal ini dapat diperoleh dihadapi Bimas (Bimbingan masyarakat) Katholik di
bila peneliti secara konsisten mengikuti kerangka pemikiran Kantor Kemenag (Kementerian Agama) Kabupaten
atau kerangka teori yang telah diperoleh, yang memiliki Blitar ini dibagi menjadi 3 fungsi. Permasalahan yang
benang merah dengan landasan teori, tujuan, masalah, dan dibagi menjadi 3 fungsi ini, antara lain:
latar belakang penelitian. a. Fungsi Kesekretariatan/ Administrasi:
1) Terbatasnya formasi penerimaan CPNS (Calon
Pegawai Negeri Sipil) untuk jajaran Bimas
KESIMPULAN DAN SARAN (Bimbingan masyarakat) Katholik.
Kesimpulan 2) Kurang tersedianya ruang kerja yang
representative.
Berisi ringkasan; simpulan yang merupakan generalisasi 3) Kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia).
dari pembahasan atas hasil penelitian kualitatif yang mencakup 4) Kurang tersedianya sarana prasarana/ fasilitas.
antara lain: jawaban terhadap terhadap rumusan masalah, b. Fungsi Urusan Agama:
dan hal baru yang ditemukan, serta prospeknya. Peningkatan 1) Kurangnya alokasi dana untuk fungsi pelayan
mutu Keberagamaan Katholik serta pengembangan wawasan hidup beragama.
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 123

2) Letak Geografis yang cukup luas (ada 22 dalam lingkungan Kantor Kemenag (Kementerian
Kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten Agama) Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik, di
Blitar). lingkungan Kabupaten Blitar sendiri.
3) Masih banyaknya bangunan Gereja yang belum 2. Memperoleh pelayanan yang wajar tanpa gerutuan,
ber-IMB (Izin Mendirikan Bangunan). sindiran atau dengan kata lain semacam itu yang nadanya
4) Kurangnya bantuan operasional lembaga mengarah pada permintaan sesuatu, baik untuk alasan
keagamaan. dinas atau untuk kesejahteraan.
c. Fungsi Pendidikan Agama Katholik (PAK) 3. Mendapatkan perlakuan yang sama (egaliter) dalam
1) Terbatasnya jumlah Guru PAK (Pendidikan pelayanan terhadap kepentingan dan kebutuhan rohani
Agama Katholik). yang sama juga.
2) B e l u m t e r s e d i a ny a d a n a o p e r a s i o n a l 4. Pelayanan yang tetap jujur dan terus terang atau lebih
penyelenggaraan sertifikasi Guru dan Pengawas terbuka lagi.
PAK (Pendidikan Agama Katholik).
5. Dilengkapinya perpustakaan dan ruang arsip yang
3) Rendahnya pemahaman publik tentang PP. No.
memadahi di lingkungan Bimas Katholik, Kantor
55 Thn. 2007.
Kemenag, Kabupaten Blitar. Supaya para peneliti
4) Belum adanya alokasi dana khusus bagi siswa
selanjutnya, dapat lebih mudah memperoleh data tentang
miskin (khusus yang beragama/menggereja di
Katholik). Bimas Katholik, terutama berkaitan tentang Kemenag
5. Maka Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi), Penyelenggara (Kementerian Agama) di Kabupaten Blitar itu.
Katholik adalah melakukan pelayanan dan bimbingan 6. Semakin akrabnya hubungan antara Bimas Katholik,
teknis, pembinaan serta pengelolaan data dan informasi Kabupaten Blitar itu sendiri, dengan masyarakat/ umat
di bidang Bimbingan masyarakat Katholik (Bimas Katholik di seluruh wilayah Kabupaten Blitar secara
Katholik). Dari Tugas dan Pokok tersebut Penyelenggara merata dan lebih adil.
Katholik melaksanakan 3 Fungsi: Fungsi Kesekretariatan/ 7. Penyelenggara Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik
Administrasi, Fungsi Urusan Agama Katolik dan Fungsi di Kantor Kemenag (Kementerian Agama), Kabupaten
Pendidikan Agama Katholik (PAK). Dari tupoksi diatas Blitar ini. Perlu melakukan langkah penyegaran ilmu
Penyelenggara Katholik juga melaksanakan : pengetahuan dan pemahaman aturan rohani secara
a. Perumusan Visi dan Misi kebijakan teknis di bidang mendalam bagi anggotanya demi meningkatkan keahlian
Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katholik. agar bisa mengenali fenomena yang ada di masyarakat.
b. Perencanaan program serta pengendalian dan 8. Penyelenggara Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik
pengamanan teknis operasional di bidang Bimbingan di Kantor Kemenag (Kementerian Agama), Kabupaten
masyarakat (Bimas) Katholik. Blitar ini Perlu meningkatkan fungsi responsif dengan
c. Pembinaan yang meliputi pemberian bimbingan, jalan berdialog dengan masyarakat tentang masalah apa
pelayanan, perijinan dan penyajian informasi yang yang mendesak untuk mendapatkan penyelesaiannya
menyangkut data, serta pelaksanaan tugas. sehingga produk kebijakan yang dihasilkan bersifat
internal saja.
Saran-saran 9. Bahwa ternyata fungsi kepemimpinan Penyelenggara
Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik di Kantor
Berisi saran-saran yang diusulkan berdasarkan hasil
Kemenag (Kementerian Agama), Kabupaten Blitar
temuan yang diperoleh peneliti dalam penelitiannya, atau
ini. Mempunyai peranan yang sangat penting di dalam
implikasi hasil penelitian terhadap perkembangan ilmu
rangka pembinaan Aparatur Publik melalui pendidikan
pengetahuan dan penggunaan praktis.Saran juga ditujukan
dan pelatihan struktural, pendidikan formal yang harus
kepada peneliti selanjutnya, sebagai hasil pemikiran peneliti
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pegawai
atau keterbatasan penelitian yang telah dilakukan, dan
dan khususnya untuk Pendidikan dan Pelatihan Jabatan
pengambilan kebijakan, atau pihak-pihak yang terkait dengan
(Struktural), agar muatan untuk materi yang berkenaan
penelitian.
dengan pengembangan dan peningkatan kinerja
Menurutsaya sebagai saran dan keinginan pribadi,
pegawainya (PNS).Di Era Reformasi Birokrasi dan
sebaiknya pelayanan publik di lingkungan Bimas (Bimbingan
Aparatur Publik saat ini. Pembinaan Aparatur Negara
Masyarakat) Penyelenggara Katholik yang secara umum
yang berhasil kepada kompetensi, perlu adanya format
didambakan dan menjadi acuan bagi pelayanan yang lebih
penilaian yang lebih obyektif. Karena itu, standart
prima di Kantor Kemenag (Kementerian Agama) Kabupaten
penilaian kinerja pegawai (PNS) Penyelenggara Bimas
Blitar itu, adalah :
(Bimbingan Masyarakat) Katholik di Kantor Kemenag
1. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan
(Kementerian Agama), Kabupaten Blitar itu, perlu
dengan pelayanan yang lebih cepat, tepat, dan efisien.
disempurnakan lagi.
Khususnya bagi Para PNS (Pegawai Negeri Sipil) di
124 Humaniora, Vol. 15 No. 2 Desember 2018: 88–129

Pembahasan Penelitian yang Relevan Nomor :13, Tahun: 2012, Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius Instansi Vertikal Kementerian Agama.
sebagaimana termuat dalam ideologi negara, Pancasila, Sementara yang selama ini dipakai sebagai aturan hukum
dan melembaga dalam keberadaan Kementerian Agama RI di dalam menjalankan kinerja di dalam Bimas Katholik
(Kemenag). Adanya Kementerian Agama sebagai salah satu (Bimbingan Masyarakat) menurut Juklak dan Juknisnya
Kementerian Negara yang didirikan tanggal: 3 Januari 1946 itu, di Kantor Kemenag (Kementerian Agama), wilayah
menunjukkan bahwa bagi bangsa Indonesia, agama menjadi Kabupaten Blitar ini dan arti kata dari Juklak dan Juknis itu
bagian penting dan strategis dalam kehidupan berbangsa dan adalah:
bernegara, Agama diharapkan menjadi sumber pembentukan a. Juklak: adalah tulisan dinas pengaturan yang
etika dan moralitas bangsa. memuat cara pelaksanaan kegiatan, termasuk urutan
Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia pelaksanaannya.
1945 dalam Pembukaannya mengamanatkan bahwa salah satu b. Juknis: adalah tulisan dinas pengaturan yang memuat
tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah hal-hal yang berkaitan dengan teknis kegiatan, tidak
mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan bidang agama menyangkut wewenang dan prosedur
sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat raempakan c. Dasar Hukum dan sekaligus dasar kebijakan publik di
bagian, rangkaian upaya kunci peningkatan kualitas hidup Bimas Katholik:
masyarakat Indonesia (bdk. RPJMN 2010 - 2014 Bab 11), 1) Peraturan Pemerintah Rl Nomor: 20, Tahun: 2004
demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, tentang Rencana Kerja Pemerintah;
bermoral, beretika, berbudaya dan beradab. Pembangunan bidang 2) Peraturan Presiden RI Nomor: 5, Tahun: 2010 tentang
agama merupakan sub sistem pembangunan nasional untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
memperkuat nilai-nilai moral bangsa; memupuk berkembangnya (RPJMN), Tahun: 2010-2014,
masyarakat bangsa yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan 3) Keputusan Menkowasbangpan No. 54/Kep/MK.
Yang Maha Esa, rukun, saling menghargai antara sesama warga Waspan/9/1999 tanggal: 30 September 1999 tentang
negara dalam masyarakat yang majemuk. jabatan fungsional penyuluhan agama dan angka
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kreditnya.
berdasarkan Pancasila dan berkementerian Agama, bukan 4) Keputusan Menteri Agama RI (KMA) Nomor 168
negara Agama dan bukan negara Sekuler (Sekulerisasi). Negara Tahun 2000 tentang Pedoman Perbaikan Pelayanan
memberi perhatian pada pembangunan bidang agama, tanpa Masyarakat di Lingkungan Departemen Agama;
mencampuri urusan intern agama menyangkut inti ajaran 5) Peraturan Menteri Agama RI (PMA) Nomo:r 10
masing-masing agama. Dalam pembangunan bidang agama, Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
pemerintah menjalankan peran sebagai fasilitator. Pemerintah Kementerian Agama RI;
memfasilitasi peningkatan kehidupan beragama, memfasilitasi 6) Peraturan Bersama Menteri Agama (PMA) dan
penyelenggaraan pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun
serta membangun hannoni kehidupan antar umat beragama, 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala
warga masyarakat bangsa yang serba majemuk. Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan
Peningkatan mutu Keberagamaan Katholik serta Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum
pengembangan wawasan dan semangat kebangsaan yang Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah
kuat diharapkan menjadi sumbangan, bagian dariupaya Ibadat;
mewujudkan masyarakat Indonesia baru yang adil, makmur, 7) Keputusan Dirjen Bimas Katholik Nomor: 109/2005
cerdas, bersatu, dan bermartabat. Upaya tersebut searah dengan tentang Visi dan Misi sebagai Arah Kebijakan
kebijakan pastoral Gereja Katholik Indonesia, mewujudkan Umat/ Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas)
Masyarakat Katholik yang sepenuh-penuhnya berimcm Katholik Katholik Departemen Agama.Rumusan Masalah:
don seutuh-utuhnya berjiwa Indonesia (PGKI No. 16), melalui Bagaimana implementasi kebijakan Tugas Pokok
pengembangan Kelompok Basis yang terbuka, berdialog, dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik
menuju Indonesia Baru (SAGKI 2000), dalam upaya membangun pada Kantor Kemenag (Kementerian Agama) di
habitus baru bangsa (SAGKl 2005). Melalui program dan Kabupaten Blitar.
kegiatan di bidang urusan agama Katholik. diharapkan d. Tujuan
dapat menciptakan Masyarakat/ Umat Katholik yang “100% Perumusan Visi-Misi, Arah Kebijakan, dan Program di
Katholik dan 100% warga Negara Kesatuan Republik Indonesia bidang Urusan Agama Katolik bertujuan:
(NKRI) yang Pancasilais dalam wadah Negara Kesatuan 1) Memberi gambaran komperehensif tentang
yang Berbhineka Tunggal Ika” (Visi Ditjen Bimas Katholik), penyelenggaraan urusan agama Katholik dalam
menuju Indonesia yang maju, bersaudara, dan bermartabat. Studi kerangka pelaksanaan tugas dan fungsinya sesuai
Implementasi mengenai Keputusan Menteri Agama (KMA), kebijakan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat
(Bimas) Katholik
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 125

2) Sebagai acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, ini, RKA-K/L Kementerian Agama Tahun Anggaran 2015
dan evaluasi program dan kegiatan di bidang termasuk di dalamnya untuk Program Bimbingan Masyarakat
Urusan Agama Katholik di lingkungan Ditjen Bimas Katolik telah disampaikan ke Menteri Keuangan dan Menteri
Katholik Agama Pusat RI.
3) Sebagai pedoman dalam mewujudkan kerjasama PROGRAM PRIORITAS dari BIMAS KATHOLIK
dengan Kemitraan/ Mitra Kerja Ditjen Bimas tentang Lintas Gereja dan Lintas Agama atau Kepercayaan
Katholik di bidang Urusan Agama Katholik. maupun Lintas Organisasi di lingkungan Kabupaten Blitar :
Hubungan Politik dan Agama.
Tugas, Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Bimas (Bimbingan Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
Masyarakat) Katholik, di Kantor Kemenag (Kementerian sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga
Agama) Kabupaten Blitar. Dalam Peraturan Menteri Agama disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan
Rl (PMA), Nomor:10, Tahun: 2010 , Tentang Organisasi ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian
dan Tata Kerja Kementerian Agama RI, ditegaskan bahwa dengan kepercayaan tersebut. Agama sendiri ada dua
Direktorat Urusan Agama Katholik, (DITJENBIMAS katagori yaitu agama Samawi yaitu agama yang diperoleh
Katholik) mempunyai tugas “melaksanakan perumusan melalui Wahyu Illahi antara lain Islam, Kristen/ Nasrani
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, standarisasi, pemberian (untuk Gereja Katholik) dan Yahudi. Dan agama Wad’i atau
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Urusan Agama agama bumi yang juga sering disebut sebagai agama budaya
Katholik” (Pasal: 514). Dalam melaksanakan tugas, tersebut, yang diperoleh berdasarkan kekuatan pikiran atau akal budi
Direktorat Urusan Agama Katholik menyelenggarakan manusia antara lain Hindu, Buddha, Tao, Khong Hu Chu
fungsinya berdasarkan Tugas Bimas Katholik (Peraturan dan berbagai aliran keagamaan lain atau Kepercayaan Lokal
Menteri Agama (PMA), Nomor: 13, Tahun: 2012, pasal: Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
497, ayat: 3). Antara lain: Untuk mewujudkan Arah kebijakan tersebut, beberapa
Sumber: Buku Pedoman Bimbingan Masyarakat (Bimas) program ditetapkan sebagai program prioritas. Penetapan
Katholik dan Buku Profil Bimas Katholik pada Kantor Kemenag program prioritas tersebut didasarkan atas pertimbangan
(Kementerian Agama), Kabupaten Blitar. akan nilai strategisnya serta dampaknya terhadap program
lainnya. Implementasi Bimas (Bimbingan Masyarakat)
Perencanaan dan penganggaran merupakan suatu Katholik di seluruh wilayah Kabupaten Blitar ini. Tetapi
rangkaian kegiatan yang terintegrasi. Program yang akan juga masih ada kendala/ permasalahan yang terjadi di dalam
dilaksanakan oleh Pemerintah wajib dituangkan dalam suatu Program Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katholik dan apa
rencana kerja. Ketentuan tentang perencanaan ini diatur solusinya, berdasarkan Tugas Bimas Katholik (Peraturan
dalam Undang-Undang (UU) Nomor 25 Tahun 2004 tentang Menteri Agama (PMA), Nomor 13, Tahun: 2012, pasal:
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN). 497, ayat: 3). Sehingga terjadilah hubungan kerja sama dan
Rencana kerja terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka saling koordinatif antara wilayah Kerja Kantor Kemenag
Panjang Nasional (RPJPN) untuk masa 20 tahun, Rencana (Kementerian Agama), Penyelenggara Katholik/ Bimas
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk (Bimbingan Masyarakat) Katholik di Kabupaten Blitar
masa 5 tahun, mulai tahun 2015 kita akan memasuki RPJMN dengan seluruh Gereja Katholik/ Paroki maupun Stasi (yang
tahap ketiga (2015-2019), dan Rencana Kerja Pemerintah masuk di dalam Pengurus Kevikepan Se-Blitar Raya) di
(RKP) untuk masa 1 tahun. Di tingkat Kementerian/ seluruh wilayah Kabupaten Blitar ini. Hubungan itu terjalin
Lembaga untuk rencana jangka menengah disebut Renstra dalam suatu implementasi kebijakan publik dan diwujudkan
Kementerian/Lembaga dan untuk rencana kerja tahunan dalam :
dituangkan dalam Rencana Kerja Kementerian/Lembaga a. Pembinaan Orang Muda Katholik (OMK) dan ASIM
(RKA-K/L) (Asisten Imam).
Berdasarkan Undang-Undang (UU), Nomor: 17, Tahun: Sejarah telah menunjukkan bahwa orang muda
2003, anggaran disusun berdasarkan rencana kerja. Dengan mempunyai peranan strategis dalam perjalanan bangsa
demikian, yang memperoleh alokasi anggaran adalah dan Gereja. Orang muda tidak hanya menjadi “harapan
program/kegiatan prioritas yang tertuang dalam rencana masa depan”, tetapi telah terbukti juga menjadi motor
kerja (RKA-K/L). Dengan mekanisme demikian, program/ penggerak perubahan masyarakat. Peran kaum muda
kegiatan Pemerintah yang direncanakan itulah yang akan tersebut didorong oleh karakteristik mereka, antara
dilaksanakan. RKA-K/L selanjutnya disampaikan ke Menteri lain memiliki semangat kejuangan, sikap kritis, idealis,
Keuangan untuk dihimpun menjadi RAPBN. Peraturan inovatif, progresif, dinamis, reformis dan futuristik
Pemerintah, Nomor: 90, Tahun: 2010 Tentang Penyusunan (RPJMN Bab II). Sidang Agung Gereja Katholik di
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Indonesia (SAGKI Tahun: 2005) merekomendasikan
menyebutkan bahwa RKA-K./L adalah dokumen rencana pengembangan habitus baru bangsa melalui Komunitas
keuangan tahunan Kementerian/Lembaga yang disusun Basis Gerejani (KBG) dengan kaum muda sebagai
menurut Bagian Anggaran Kementerian/Lembaga. Pada saat penggerak utama. Pembinaan Orang Muda Katholik
126 Humaniora, Vol. 15 No. 2 Desember 2018: 88–129

(OMK) dan ASIM (Asisten Imam) memberi tekanan 3) Penyiapa n ba ha n da n sa ra na / prasa ra na


pada aspek produktivitas, kreativitas, inovasi, penyuluhan,
kewirausahaan, dan kemandirian, yang dijiwai iman, 4) Pengembangan dan penguatan jaringan dan Pusat
cinta kasih, kebebasan dan keteladanan. Program ini Informasi Keagamaan Katholik.
diwujudkan melalui: e. Pengembangan Kerja sama Lintas Lembaga dan
1) Pelatihan keterampilan hidup dan jiwa kewirausahaan Kelompok.
OMK dan ASIM, Program ini penting dalam mewujudkan kerjasama
2) Latinan Kepemimpinan bagi penggerak OMK (Orang kemitraan dan mengembangkan sinergi antar Lembaga/
Muda Katholik) dan ASIM (Asisten Imam), Kelompok dalam mewujudkan tujuan yang sama.
3) Peningkatan koordinasi dan kemitraan antar Program ini dilaksanakan melalui
Organisasi Kepemudaan Katholik. 1) Pengembangan ruang kerjasama antar Komisi/
b. Pembinaan Keluarga Lembaga Gereja, Forum Konsultatif Masyarakat
Keluarga merupakan pendidik pertama dan utama Kaitannya dengan penganggaran, sejak Tahun:
dalam kehidupan. Mutu kehidupan keluarga akan 2010 telah diterapkan sistem dan Penganggaran yang
menentukan mutu kehidupan masing-masing anggotanya, Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting).
dan mutu generasi yang akan datang. Melalui keluarga, Hal ini ditandai dengan pemberlakuan Restrukturisasi
nilai-nilai iman dan moral, nilai persatuan dan kesatuan, Program dan Kegiatan yang dikelola dan menjadi
serta nilai-nilai kemanusiaan universal mulai ditanamkan tanggung jawab Unit Eselon I dan selanjutnya
dan dialami. Program ini dilaksanakan melalui: diimplemantasikan di lingkup daerah melalui para
a. Penyiapan kurikulum dan bahan ajar untuk Kursus Kabid/Pembimas dan Kasi/ Penyelenggara secara
Persiapan Perkawinan, berjenjang. Hal ini mengandung konsekuensi
b. Pembinaan para Pembina Pasangan Suami Istri bahwa kita menjadi perencana Program Bimbingan
(Pasutri), Masyarakat (Bimas) Katholik pada wilayah masing-
c. Pengembangan Manajemen Rumah Tangga masing, karena Bapak dan Ibu yang paling mengerti
(Pengembangan relasi dan komunikasi, pelatihan seluk beluk kebutuhan Masyarakat/ Umat Katholik
pengelolaan Ekonomi Rumah tangga). di tempat kita bertugas.
c. Pembinaan Kerukunan. Perkembangan teknologi yang semakin cepat,
Kerukunan hidup intern dan antar umat beragama menuntut responsibilitas dan fleksibilitas kita
merupakan faktor yang sangat penting dalam mewujudkan sebagai pengguna dari teknologi tersebut. Dalam
nilai-nilai iman dan moral, serta nilai-nilai kebangsaan hal pengelolaan APBN, tuntutan perkembangan
dalam upaya mempertahankan tetap tegak dan kokohnya jaman mengharuskan kita untuk mengoptimalkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembinaan penggunaan teknologi yang kita sebut sebagai
Kerukunan diarahkan pada pengembangan sikap saling Sistem Aplikasi RKA-K/L DIPA. Penggunaan
menghormati, toleransi, menghargai kemajemukan, teknologi informasi tersebut diharapkan semakin
saling memahami, mengutamakan musyawarah mufakat mempermudah kita di dalam menyusun perencanaan
dalam menghadapi perbedaan pandangan. Program ini pengelolaan anggaran. Namun perkembangan
dilaksanakan melalui teknologi tersebut seringkali menjadi pisau bermata
1) Dialog dan kerukunan, dua. Teknologi dalam hal ini Aplikasi RKA-K/L
2) Pendampingan terhadap anggota FKAUB (Forum DIPA bisa mempermudah namun bisa menjadi
Kerukunan Antar Umat Beragama) dan BAMAG masalah tersendiri apabila kita belum dapat
(Badan Musyawarah Antar Gereja), menguasainya dengan baik.
3) Kunjungan persahabatan. Untuk itulah kita mengikuti Bimbingan Teknis
d. Pembinaan Penyuluh dan Juru Penerang Agama Penyusunan Program dan Anggaran. Kita akan
Katholik. belajar bersama untuk menyusun program dan
Penyuluh dan juru penerang agama Katholik anggaran berbasis kinerja dengan instrumen Sistem
mempunyai posisi dan peranan yang sangat penting, baik Aplikasi RKA-K/L DIPA. Dengan bimbingan
dalam pembinaan/ pendampingan umat scbagai warga teknis ini diharapkan Bapak dan Ibu sekalian
Gereja, maupun dalam pemberian informasi mengenai dapat semakin mengenal instrumen kerja kita di
pembangunan dan kehidupan berbangsa dan bernegara. dalam menyusun program dan anggaran yang
Program ini dilakukan melalui: pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas RKA-
1) Pembinaan Penyuluh dan Juru Penerang Agama K/L Program Bimbingan Masyarakat/ Umat
Katholik Katholik. Hasil yang diharapkan dari pertemuan ini
2) Penyiapan Pedoman Pelaksanaan Tugas Penyuluh adalah tercapainya pemahaman konsep dan teknis
dan Juru Penerang Agama Katholik, bagaimana mengoperasikan Aplikasi RKA-K/L
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 127

secara efektif untuk Tahun Anggaran 2015. Setelah antar dan intern umat beragama baik secara individu maupun
selesai Bimbingan Teknis ini, kita dapat semakin kelompok dan adanya implementasi kerjasama yang
mengenal aplikasi untuk menghasilkan RKA-K/L harmonis dalam lintas sektoral kehidupan. Bangunan yang
yang berkualitas. akan kita tegakkan adalah membangun kesadaran bersama
Tujuan dibentuknya Forum Kerukunan Umat berlandaskan pada kekuatan hati nurani, bukan sebaliknya
Beragama (FKUB) adalah demi kelangsungan mengedepankan ego dan rasio semata. Kita harus membangun
hidup Pancasila, untuk mengagungkan Tuhan Yang kesejatian dan bukan kepura-puraan dalam kehidupan
Esa, untuk meluhurkan umat manusia, persatuan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di bumi
dalam perbedaan dan untuk menghadapi tantangan pertiwi yang dilandasi ke-Bhinekaan ini. Untuk membangun
jaman. Tujuan tersebut sebagai antisipasi bahwa kesejatian dan menghindari kenyataan yang semu. Kita harus
perbedaan pengalaman, pemahaman dan perumusan membangun keterbukaan. Keberagaman atau pluralisme
menyebabkan perbedaan antara agama. Allah yang tersebut harus ditata dan dikelola sedemikian rupa agar
pada realitasnya hanya satu itu dipahami secara terbangun paradigma baru kesadaran kerukunan antar umat
berbeda-beda, tidak hanya menurut perbedaan beragama. pluralisme bukan menganggap semua agama itu
agamanya tetapi juga terjadi di dalam intern agama. sama, Katolik beda dengan Islam, Kristen, Budha. Hindu
Perjumpaan dengan saudara-saudari yang beragama dan aliran-aliran kepercayaan lainnya. Tidak bisa disamakan
lain akan memperkaya kehidupan beriman dan yang beda biar berbeda dan kita harus menghargai itu semua.
beragama. Perbedaan agama bisa menjadi sumber Itulah manajemen keberagaman.
konflik apabila di antara yang beda tersebut saling
mengklaim kebenaran dan tidak mempunyai wawasan
yang luas dan dalam, serta tanpa mempertimbangkan KESIMPULAN DAN SARAN
aspek sosial dan kemanusiaan. Selama ini konflik Kesimpulan
yang terjadi diantara bangsa Indonesia bukan semata
Pertemuan kita ini memang momentum yang pas dan
karena perbedaan doktrin agama, akan tetapi lebih
strategis, mengingat kondisi masyarakat kita saat ini dan
disebabkan oleh faktor di luar agama, seperti:
tahun-tahun mendatang, yang senantiasa bergerak dalam
politik, ekonomi, individu maupun golongan tertentu,
sebuah “dinamika menjadi” (to be).
yang dikaitkan dengan agama sebagai sektor yang
Pertemuan Nasional Komisi Hubungan Antar Agama
paling gampang disalahgunakan. Kerukunan Umat
dan Kepercayaan yang dihadiri oleh perwakilan dari
Beragama memiliki dasar dari pandangan Agama
seluruh keuskupan di Tanah Air, saya kira untuk menjawab
Katolik, antara lain:
pertanyaan berikut: Apakah Gereja Indonesia selama ini telah
a) Kitab Suci,
tampil dengan postur “Gereja yang ramah, berbelarasa dan
1. tentang kasih (Yoh, 13;34-39, Luk 6;27, Luk
dialogis”? Atau baru menuju? Benarkah?
10;27, Kis 2:41-47).
2. kesamaan martabat (Gal 3;24-29, Ef 4:46, Dalam bedah tema selama beberapa hari oleh semua
Ikon 12:1) utusan dan panduan-panduan dari narasumber, kita harapkan
akan terkonstruksi : “Gereja selama ini seperti apa”?
b) Tradisi Para Rasul
Supaya dengan konstruksi itu, kita “menuju” ke
Doa Aku Percaya, dimana Gereja Katolik
harapan sebagaimana tercantum dalam tema pertemuan ini,
memiliki sifat satu, kudus, katolik dan
apostolik. “Menjadi Gereja yang RAMAH, BERBELA RASA dan
c) Dogma DIALOGIS.” Sinyalemen saya, ada begitu banyak produk
1. Lumen Gentium (LG) art. I Gereja merupakan Gereja selama ini: Refleksi Sidang Tahunan maupun SAGKI.
sakramen yakni tanda dan alat kesatuan (995,2000,2005). Banyak produk yang dihasilkan. Namun
mesra dengan Allah dan persatuan umat dalam implementasi di lapangan belum memadai, terutama
manusia. kepada kelompok-kelompok basis, kelompok doa, maupun
2. Gaudium et Spes (GS) art. 42 bahwa mimbar kotbah.
sakramentalis gereja dihubungkan dengan Gereja lokal Indonesia berkiprah di dalam wilayah NKRI.
kesatuannya terhadap dunia. Artinya, warga Gereja Indonesia dalam diri orang yang sama
adalah Warga Negara Indonesia. Di sinilah, hemat saya, yang
Kerukunan umat beragama adalah kondisi dimana antar menjadi entry point pintu masuk dalam perbincangan kita
pemeluk agama dapat menjalankan ibadah agamanya secara beberapa hari ini.
saling menghormati, toleransi. menjaga ketertiban dalam tata Sebagai warga negara, warga gereja harus setia dan taat
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kondisi terhadap peraturan dan perundang-undangan yang mengatur
tersebut mengandaikan sudah adanya; pemahaman yang warganya. Juga sebagai warga Gereja, setiap orang Katolik
lúas terhadap ajaran agamanya masing-masing, komunikasi harus taat dan setia pada peraturan dan ketentuan-ketentuan
128 Humaniora, Vol. 15 No. 2 Desember 2018: 88–129

Gereja Katolik. Informasi terhadap keduanya harus dimiliki Kepercayaan (HAK), dalam upaya membangun Gereja
secara seimbang. yan;í ramah, berbelarasa dan dialogis itu. Sebuah produk
Tugas para pejabat Gereja dan fungsionaris Gereja harus Surat Keputusan Bersama (SKB) juga perlu dipelajari dan
mengajarkan, menyampaikan keseimbangan ini. Pertanyaan dipahami, seperti SKB 2 (dua) Menteri tentang Pendirian
kita: Apakah hal ini sudah dilaksanakan oleh Gereja? Rumah Ibadah, pada Tahun: 2006 itu. Produk-produk
Menurut pengamatan saya sepintas, hal inilah yang belum demokrasi tersebut harus disosialisasikan, sampai ke desa
menjadi kepedulian sungguh-sungguh Gereja Katolik. Sudah dan kelurahan.
saatnya, dengan semangat “habitus baru”, Gereja Katolik Kesimpulan: Orang Katolik Indonesia (para pejabat,
“menuju” upaya menjaga keseimbangan paham negara dan fungsionaris-fungsionarisnya dan seluruh Umat Katholik),
paham Gereja kepada warga Katolik Indonesia. kiranya harus memiliki referensi tentang paham negara/
Ibu dan Bapak, para Romo sekalian, NKRI sebagai pemerintah yang melaksanakan politik bangsa, dan paham
sebuah institusi dilengkapi oleh berbagai lembaga negara tentang Gereja (termasuk memiliki buku-buku) dalam
(DPR, BPK, dan sebagainya) dan memiliki konstitusi perpustakaan pribadi, untuk memperoleh wawasan dan
sebagai regulasi yang mengatur dan menyelenggarakan khasanah bangsa, juga membantu dalam berbagai bentuk
perikehidupan warganya (termasuk didalamnya warga yang interaksi sosial dengan sesama anak bangsa dalam masyarakat
beragama Katolik). bangsa.
Idealnya para pejabat Gereja bersama seluruh warga Dalam nuansa Kebangkitan Nasional ke-100, mari kita
Gereja harus memahami dengan baik hak dan kewajiban pekikkan lagi: “Bangkit dan Bergeraklah!” Sekian dan
dari setiap warga negara, yang diatur secara normatif dalam terima kasih.
regulasi-regulasi itu.
Negara kita memiliki konstitusi dasar (UUD 1945) dan Saran
peraturan perundang-undangan lainnya sebagai penjabaran Berisi saran-saran yang diusulkan berdasarkan hasil
lanjutan konstitusi dasar itu. Disana dicantumkan hak dan temuan yang diperoleh peneliti dalam penelitiannya, atau
kewajiban pokok setiap warga negara. Misalnya, dalam implikasi hasil penelitian terhadap perkembangan ilmu
naskah UUD 1945 yang mengatur banyak hal, termasuk pengetahuan dan penggunaan praktis. Saran juga ditujukan
hak dan kewajiban serta HAM, seperti: hak beragama, hak kepada peneliti selanjutnya, sebagai hasil pemikiran peneliti
beribadat, hak memperoleh pekerjaan, hak menyatakan atau keterbatasan penelitian yang telah dilakukan, dan
pendapat, hak hidup yang layak. Kewajiban membela negara, pengambilan kebijakan, atau pihak-pihak yang terkait dengan
kewajiban taat pada peraturan yang dihasilkan bersama, penelitian.
kewajiban menyejahterakan kehidupan bersama, kewajiban Menurut saya sebagai saran dan keinginan pribadi,
saling menolong, dan lain-lain. UUD 1945 menurut saya sebaiknya pelayanan publik di lingkungan Bimas (Bimbingan
perlu dibaca, dipelajari, dan dipahami kandungan isinya. Masyarakat) Penyelenggara Katholik yang secara umum
NKRI adalah rumah kita bersama; arena interaksi sosial. didambakan dan menjadi acuan bagi pelayanan yang lebih
Kesenjangan informasi, atau minimnya informasi tentang prima di Kantor Kemenag (Kementerian Agama) Kabupaten
kebijaksanaan haluan negara yang diperoleh para pejabat Blitar itu, adalah:
Gereja bersama umat Katolik, terkadang membuat kita a. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan
kurang bisa memberikan kontribusi positif dalam berkiprah dengan pelayanan yang lebih cepat, tepat, dan efisien.
di tengah masyarakat bangsa dan daerah. Khususnya bagi Para PNS (Pegawai Negeri Sipil) di
Pejabat dan warga Gereja Katolik mestinya paham tentang dalam lingkungan Kantor Kemenag (Kementerian
proses pembentukan dari sebuah UU (RUU) dan Rancangan Agama) Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik, di
Peraturan Daerah (RPD/Raperda). Tahap-tahapnya harus kita lingkungan Kabupaten Blitar sendiri.
ikuti dan jangan cuek dan masa bodoh, setelah jadi UU/Perda b. Memperoleh pelayanan yang wajar tanpa gerutuan,
baru “berteriak (kebakaran jenggot). Terlambat! Maka tidak sindiran atau dengan kata lain semacam itu yang nadanya
ada pendapat yang bisa masuk lagi. RUU berjalan, pendapat mengarah pada permintaan sesuatu, baik untuk alasan
publik tidak terlalu banyak melakukan koreksi. Tanggapilah dinas atau untuk kesejahteraan.
proses dan tahap-tahap tersebut melalui media massa , lobi, c. Mendapatkan perlakuan yang sama (egaliter) dalam
dan lain-lain. pelayanan terhadap kepentingan dan kebutuhan rohani
Karena “fungsi imperatif’ dari sebuah UU adalah : UU yang sama juga.
yang telah disahkan wajib dilaksanakan oleh warga negara d. Pelayanan yang tetap jujur dan terus terang atau lebih
walaupun kurang sesuai dengan kondisi kita. Sebab UU terbuka lagi.
merupakan produk demokrasi, kesepakatan rakyat. Produk e. Dilengkapinya perpustakaan dan ruang arsip yang
demokrasi: UUD, UU dan PP itulah rujukan kita sebagai memadahi di lingkungan Bimas Katholik, Kantor
warga negara mengadakan komunikasi dengan sesama warga Kemenag, Kabupaten Blitar. Supaya para peneliti
negara yang lain, juga dalam Hubungan Antar-agama dan selanjutnya, dapat lebih mudah memperoleh data tentang
Charollus: Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Urusan Agama Katholik 129

Bimas Katholik, terutama berkaitan tentang Kemenag DAFTAR PUSTAKA


(Kementerian Agama) di Kabupaten Blitar itu. 1. Buku Penerapan, dari Bimas Katholik di Kantor Kemenag
f. Semakin akrabnya hubungan antara Bimas Katholik, (Kementerian Agama) Pemerintah Kabupaten Blitar (PemKab. Blitar)
Kabupaten Blitar itu sendiri, dengan masyarakat/ umat di Provinsi Jawa Timur.
2. Buku Profil Bimas (Bimbingan Masyarakat) tentang Agama Katholik
Katholik di seluruh wilayah Kabupaten Blitar secara di Kemenag (Kementerian Agama), Pemerintah Kabupaten Blitar
merata dan lebih adil. (PemKab. Blitar) Tahun. 2012
g. Penyelenggara Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik 3. Mulyana, Deddy. 2003.Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Ilmu
Sosial Lainnya, Cetakan Ketiga. Bandung: Remaja Rosdakarya.
di Kantor Kemenag (Kementerian Agama), Kabupaten 4. Moeloeng, J. Lexy, 2000.MetodePenelitian Kualitatif. Bandung : PT.
Blitar ini. Perlu melakukan langkah penyegaran ilmu Remaja Rosdakarya.
pengetahuan dan pemahaman aturan rohani secara 5. Narbuko, Cholid. dan Achmadi, A, 2009. Metodologi Penelitian.
mendalam bagi anggotanya demi meningkatkan keahlian Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta.
6. Nazir. Mohammad2001, dalam bukunya Metodologi Penelitian.
agar bisa mengenali fenomena yang ada di masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia.
h. Penyelenggara Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik 7. Soeprapto, Riyadi, 2002. Manajemen Pelayanan Publik. Universitas
di Kantor Kemenag (Kementerian Agama), Kabupaten Brawijaya Malang.
8. Sholahuddin, Agus, 2005. Hand Out Kuliah Metodologi Penelitian
Blitar ini Perlu meningkatkan fungsi responsif dengan Sosial I dan II. Magister Administrasi Publik Pasca Sarjana UnMer
jalan berdialog dengan masyarakat tentang masalah apa Malang (tidak dipublikasikan).
yang mendesak untuk mendapatkan penyelesaiannya 9. Van Meter dan Van Horn oleh Winarto, Budi2006. dalam buku
Implementasi dan Kebijakan Publik, Penerbit PT Bumi Aksara,
sehingga produk kebijakan yang dihasilkan bersifat Jakarta.
internal saja. 10. Tachman 2006, tentang Metodologi Penelitian, diterbitkan oleh PT
i. Bahwa ternyata fungsi kepemimpinan Penyelenggara Bumi Aksara, Jakarta.
Bimas (Bimbingan Masyarakat) Katholik di Kantor 11. Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Iman Katolik, Kanisius,
Yogjakarta, 1996
Kemenag (Kementerian Agama), Kabupaten Blitar 12. A. Heuken SJ, Ensiklopedi Gereja. Cipta Loka Caraka: Jakarta,
ini. Mempunyai peranan yang sangat penting di dalam 1991
rangka pembinaan Aparatur Publik melalui pendidikan 13. Alex Lanur. Pancasila sebagai Idiologi Terbuka, Kanisius, Yogjakarta,
1996
dan pelatihan struktural, pendidikan formal yang harus 14. Tim Penulis. “Umat Katholik Indonesia dan wawasan kebangsaan.
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pegawai ”Dalam Orientasi Baru. Pustaka Filsafat dan teologi No. 9 Tahun
dan khususnya untuk Pendidikan dan Pelatihan Jabatan 1995 Kanisius, Yogjakarta, 1995
15. De. P. Hardono Hadi. Hakikat dan Muatan Filsafat Pancasila,
(Struktural), agar muatan untuk materi yang berkenaan Kanisius, Yogjakarta, 1994
dengan pengembangan dan peningkatan kinerja 16. Kitab Suci Agama Katholik/ Alkitab beserta seluruh isinya, mulai
pegawainya (PNS). dari Bab Kejadian sampai dengan Bab Wahyu (Penyingkapan).
17. Anthony Giddens; (The Third Wayiter), Gramedia, Jakarta, 2000
j. Di Era Reformasi Birokrasi dan Aparatur Publik saat
18. Edciy Kristiyanto OFM; Sakramen Politik (Mempertanggungjawabkan
ini. Pembinaan Aparatur Negara yang berhasil kepada Memoria), Lamaiera, Joyjakarta, 2008
kompetensi, perlu adanya format penilaian yang lebih 19. Dr. Haryatmoko; Etika Politik dan Kekuasaan, Kompas, Jakarta,
obyektif. Karena itu, standart penilaian kinerja pegawai 2003
20. I.J.B. Soedarmanta; Pater Beek, SJ-Larut tetapi tidak hanyut (Biografi
(PNS) Penyelenggara Bimas (Bimbingan Masyarakat) 1917-1983), Obor, Jakarta, 2008
Katholik di Kantor Kemenag (Kementerian Agama), 21. J. Komisi Kerasulan Awam KWI; Panggilan dan dasar-dasar
Kabupaten Blitar itu, perlu disempurnakan lagi. Keterlibatan Awam di Bidang Politik (Seri Pembelajaran Politik
Umat 2), 2009
22. Y.B.Mangunwijaya (In memoriam); Manusia Pasca Modern, Semesta
dan Tuhan (Renungan filsafat Hidup manusia Modern), Kanisius,
Jogjakarta, 1999
23. Paulinus Yan Olla MSF; Dipanggil Menjadi Saksi Kasih, Kanisius,
Jogjakarta, 2008

Anda mungkin juga menyukai