Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH KARAKTERISTIK PASIEN YANG TERPASANG KATETER

INTRAVENA TERHADAP KEJADIAN PHLEBITIS (FLEBITIS)


The Effect of Patient Characteristics with Intravenous Catheter To Phlebitis

Nella Mega Fadhilah Haritya Akbar1, Muhammad Atoillah Isfandiari2


1
FKM UA, nella.mega-13@fkm.unair.ac.id
2
Departemen Epidemiologi FKM UA, m.atoillah@gmail.com
Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Terapi intravena merupakan salah satu prosedur invasif yang bertujuan sebagai akses pemberian cairan, obat,
vitamin, komponen darah, dan mengontrol status hemodinamik. Pasien yang mendapatkan terapi intravena
dalam jangka panjang berisiko tinggi infeksi, flebitis dan ekstravasasi vena yang dapat berpengaruh pada status
klinis dan outcome pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik pasien yang
terpasang kateter intravena terhadap kejadian flebitis. Desain penelitan ini adalah case control dengan besar
sampel 45 pasien pada kelompok kasus dan kontrol. Sampel kasus pada penelitian ini adalah pasien yang
terdiagnosa flebitis sedangkan sampel kontrol adalah pasien yang tidak terdiagnosa flebitis di RSU Haji
Surabaya pada bulan Januari - April 2017. Variabel independen adalah umur, jenis kelamin, status gizi,
hipertensi dan DM sedangkan variabel dependen adalah kejadian flebitis. Pengolahan data menggunakan
analisis regresi logistik berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 5 faktor yang terkait dengan
karakteristik pasien hanya 3 faktor yang berpengaruh terhadap kejadian flebitis yaitu jenis kelamin (p = 0,043;
OR = 3,448; 95%CI =1,039<OR< 11,437), umur (p = 0,016; OR = 4,1; 95%CI =1,300< OR< 12,932) dan status
DM (p = 0,000; OR = 9,783; 95%CI = 2,982< OR< 32,093), sedangkan 2 faktor yang tidak berpengaruh
terhadap kejadian flebitis adalah status gizi (p = 0,736; OR = 0,793; 95%CI = 0,207 < OR< 3,042) dan status
hipertensi (p = 0,178; OR = 2,345; 95%CI = 0,677< OR< 8,133). Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa
faktor yang dominan dan berpengaruh terhadap kejadian flebitis adalah status DM. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi acuan bagi RSU Haji Surabaya, terutama dalam prosedur pemasangan dan perawatan
terapi intravena yang perlu mempertimbangkan kondisi pasien.

Kata Kunci: intravaskular, karakteristik, pengaruh, flebitis, terapi intravena

ABSTRACT
Intravenous therapy is one of the invasive procedure as access in giving fluids, drugs, blood products, nutrition
and monitoring hemodynamic status. A long duration of intravenous therapy with complications risk that can
influence the clinical status and outcome of the patient. The aims of this research is to analyze the effect of
patient’s characteristics on intravenous catheter to plebitis. This study design is case control with sample size
45 for each group, case and control sample. Case samples were patients who diagnosed with phlebitis while
control samples were patients with no phlebitis at RSU Haji Surabaya in January - April 2017. Independent
variables were age, sex, nutritional status, hypertension and DM. Dependent variable was phlebitis. Those
variables was analyzed with logistic regression. The results of this study showed that from 5 factors related to
the characteristics of patients, including the gender (p = 0.043; OR = 3.448; 95%CI =1.039<OR< 11.437), the
age (p = 0.016; OR = 4.1; 95%CI =1.300< OR< 12.932) and DM status (p = 0.000; OR = 9.783; 95%CI =
2.982< OR< 32.093). While the two factors that have no effect to phlebitis is nutritional status (p = 0.736; OR
= 0.793; 95%CI = 0.207 < OR< 3.042) and hypertension status (p = 0.178; OR = 2.345; 95%CI = 0.677<
OR< 8.133). It can conclude that the dominant factor and influenced to phlebitis is DM status. The results of
this study as reference for RSU Haji Surabaya, especially in the insertion procedure and treatment of
intravenous therapy.

Keywords: intravascular, characteristics, influences, phlebitis, intravenous therapy

©2018 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC BY – SA license doi: 10.20473/jbe.v6i1.2018. 1-12
Received 30 September 2017, received in revised form 23 October 2017, Accepted 23 October 2017, Published online: 18 March 2018
2 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 1-12

PENDAHULUAN Sardjito Yogyakarta sebesar 27,19%, RSUD


Purworejo sebesar 18,8%, RSUD Purworejo
Kemajuan sains dan teknologi kedokteran telah
sebesar 18,8%, RSCM Jakarta sebesar 17,11%,
disertai dengan perkembangan penggunaan alat
RSUD Prof. Dr. Aloe Saboe Gorontalo sebesar
terapeutik dan diagnostik baru. Tujuan dari
7,51%, RSUD Dr. Soetomo sebesar 14,06%, RS
perkembangan di bidang kesehatan adalah untuk
AR Bunda Prambulih sebesar 12,25%.
meningkatkan kualitas pelayanan dan perawatan
Angka kejadian flebitis merupakan indikator
bagi pasien, tetapi dalam pengimplementasiannya
mutu keperawatan. Standar kejadian flebitis
tidak lepas dari permasalahan dan komplikasi
berdasarkan Infusion Nurses Society (2011) adalah
akibat prosedur tindakan medis yang sering
sebesar 5%. Konsekuensi bagi rumah sakit dengan
diberikan pada pasien. Salah satu prosedur invasif
angka kejadian flebitis lebih dari standar INS adalah
yang sering dilakukan untuk mengatasi berbagai
pencabutan izin operasional dan menurunkan mutu,
kondisi pasien selama menjalani masa perawatan di
kualitas pelayanan dan perawatan di rumah sakit
rumah sakit di seluruh dunia adalah terapi Intravena
tersebut (Newman, 2008).
(Uslusoy et al., 2008).
Kualitas pelayanan dan perawatan di rumah
Tujuan dari pemberian terapi intravena adalah
sakit perlu diperhatikan guna menjamin
untuk menggantikan kebutuhan cairan, menyuplai
keselamatan pasien selama menjalani masa
obat, nutrisi, komponen darah, vitamin dan
perawatan di rumah sakit. Hal ini didukung oleh
memonitor status hemodinamik pasien (Broker,
adanya Peraturan Menteri Kesehatan Republik
2008). Pasien yang mendapatkan terapi intravena
Indonesia No. 1691/MENKES/PER/VII/2011
dalam jangka panjang berisiko tinggi terjadinya
tentang keselamatan pasien (patient safety) di
komplikasi seperti ekstravasasi, ekimosis,
rumah sakit. Berdasarkan bab IV pasal 8 yang
hematoma dan flebitis (Oliveira et al., 2010).
menjelaskan salah satu sasaran dari keselamatan
Flebitis adalah infeksi lokal yang ditandai dengan
pasien adalah pengurangan risiko infeksi terkait
adanya gejala yang meliputi kemerahan, nyeri
dengan pelayanan kesehatan.
tekan, bengkak, teraba lunak indikasi dari adanya
Pencegahan dan pengendalian infeksi sangat
peradangan (inflamasi) pada pembuluh darah vena
diperlukan untuk meminimalisasi adanya kejadian
akibat pemasangan terapi intravena (LaRue, 2011).
infeksi dan berorientasi pada peningkatan
Sekitar 20 juta dari 40 juta pasien yang dirawat
pelayanan dan keselamatan pasien. Rumah Sakit
di rumah sakit di Amerika Serikat dilaporkan
Umum Haji Surabaya merupakan salah satu rumah
menerima terapi intravena (O’Grandy et al., 2011).
sakit yang telah menerapkan surveilans Healthcare
Persentase kejadian flebitis akibat pemberian terapi
Associated Infections (HAIs) untuk mengobservasi
intravena dilaporkan mencapai 67,2% (Macklin,
adanya kejadian luar biasa dan infeksi yang terjadi
2009) dan 68,8% (O’Grandy et al., 2011).
di rumah sakit.
Berdasarkan laporan tersebut menunjukkan bahwa
Data laporan kejadian flebitis di RSU Haji
angka kejadian flebitis cukup tinggi dan perlu
Surabaya periode tahun 2015 sampai dengan 2016
diminimalisasi.
didapatkan persentase kejadian flebitis dibawah
Persentase kejadian flebitis di Asia Tenggara
standar INS (2011) yaitu sebesar 3,20% ditahun
setiap tahunnya mencapai 10%. Data dari CDC
2015 dan 2,26% ditahun 2016. Ditinjau berdasarkan
(2017), kejadian flebitis menempati urutan keempat
ruang perawatan masih terdapat beberapa ruang
sebagai infeksi yang sering ditemukan pada pasien
perawatan yang memiliki angka kejadian flebitis
selama menjalani masa perawatan di rumah sakit.
melebihi standar INS (2011). American Journal of
Angka kejadian flebitis tertinggi terdapat di negara
Infection Control, menegaskan bahwa semakin
– negara berkembang seperti India (27,91%) Iran
banyak pasien yang terpasang alat invasif baik
(14,2%), Malaysia (12,7%), Filipina (10,1%), dan
kateter urin, kateter infus, maupun ventilator maka
Indonesia (9,8%).
risiko terjadinya infeksi akibat pemasangan alat
Penelitian yang dilakukan oleh Turmudhi
akan semakin tinggi (Alexander et al., 2011).
(2008), terkait dengan kejadian flebitis di Indonesia
Faktor penyebab flebitis erat kaitannya dengan
menunjukkan persentase angka kejadian flebitis di
adanya interaksi dari host, agent dan environment.
beberapa rumah sakit yaitu Rumah Sakit Cipto
Menurut Mermel et al., (2009), flebitis disebabkan
Mangkusumo Jakarta sebesar 53,8%, RSUD
oleh banyak faktor (multifaktor) mulai dari
Nella Mega F H A., M Atoillah Isfandiari., Pengaruh Karakteristik Pasien Yang Berhubungan... 3

karakteristik pasien, mikroorganisme, prosedur berpasangan menurut Sastroasmoro (2010).


perawatan dan pemasangan kateter intravena. Berdasarkan perhitungan didapatkan estimasi besar
Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan sampel sebanyak 45 pasien untuk kelompok kasus
dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis dan 45 pasien untuk kelompok kontrol.
pengaruh karakteristik pasien yang terpasang Pengambilan sampel kasus maupun kontrol
kateter intravena dengan kejadian flebitis. menggunakan non probability sampling (pemilihan
sampel tidak secara random) dengan metode
METODE purposive sampling, dimana pengambilan sampel
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dilakukan atas dasar pertimbangan peneliti dengan
yaitu penelitian epidemiologi yang bertujuan untuk variabel-variabel yang dikehendaki dalam
memperoleh penjelasan tentang faktor-faktor risiko penelitian sudah ada dalam anggota sampel yang
(exposure) dan penyakit (outcome) serta peneliti diambil (Sudijono, 2010).
tidak melakukan intervensi pada sampel yang Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa
diteliti. Desain penelitian ini adalah case control, data sekunder yang diperoleh dari rekam medik
yaitu studi yang mempelajari hubungan antara pasien di RSU Haji Surabaya. Instrumen penelitian
paparan (exposure) dan penyakit (outcome) dengan berupa lembar pengumpulan data yang terdiri dari
cara membandingkan kelompok kasus dengan variabel dependen yaitu kejadian flebitis dan
kelompok kontrol (Nursalam, 2008). variabel independen yaitu umur pasien, jenis
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari kelamin, status gizi, hipertensi dan diabetes melitus.
populasi kasus dan populasi kontrol. Populasi kasus Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli
adalah semua pasien yang terpasang kateter Tahun 2017 di RSU Haji Surabaya.
intravena dan terdiagnosis flebitis pada bulan Data hasil penelitian diolah dalam bentuk tabel
Januari - April 2017 di RSU Haji Surabaya. dan dinarasikan, sedangkan analisis data terdiri dari
Populasi kontrol adalah semua pasien yang analisis univariat (deskriptif), analisis bivariat
terpasang kateter intravena dan tidak terdiagnosis untuk menganalisis p-value dan besar risiko pada
flebitis pada bulan Januari - April 2017 di RSU Haji masing-masing variabel independen yaitu umur
Surabaya. pasien, jenis kelamin, status gizi, hipertensi dan
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah diabetes melitus dan analisis multivariat yang
pasien yang menjalani rawat inap pada bulan dilakukan dengan uji regresi logistik ganda dengan
Januari - April 2017, tidak mempunyai riwayat menggunakan aplikasi komputer untuk
flebitis sebelumnya dan kelompok umur remaja menganalisis pengaruh antara variabel independen
awal sampai dengan manula. Kriteria eksklusi terhadap variabel dependen, serta untuk
dalam penelitian ini adalah pasien luka bakar dan menganalisis faktor yang mempunyai risiko paling
apnoe. besar terhadap kejadian flebitis di RSU Haji
Sampel pada penelitian terdiri dari sampel kasus Surabaya. Variabel umur pasien dikategorikan
dan sampel kontrol. Sampel kasus adalah pasien menjadi ≥ 60 tahun dan < 60 tahun, status gizi
yang terpasang kateter intravena dan terdiagnosis dikategorikan menjadi malnutrisi dan normal, status
flebitis pada bulan Januari - April 2017 di RSU Haji hipertensi dikategorikan menjadi hipertensi dan
Surabaya. Sampel kontrol adalah pasien yang tidak hipertensi, serta status DM dikategorikan
terpasang kateter intravena dan tidak terdiagnosis menjadi DM dan tidak DM.
flebitis pada bulan Januari - April 2017. Penelitian ini telah dinyatakan lolos kaji etik
Penentuan besar sampel pada penelitian ini oleh Komisi Etik Penelitian Fakultas Kesehatan
menggunakan perbandingan jumlah kasus dan Masyarakat Universtas Airlangga dengan nomor
kontrol yaitu 1:1. Besar sampel kasus dan kontrol 374-KEP.
menggunakan rumus pada case control study tidak
4 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 1-12

HASIL orang), berjenis kelamin perempuan dengan


persentase sebesar 82,2% (37 orang), berstatus gizi
Analisis Deskriptif
malnutrisi dengan persentase sebesar 68,9% (31
Hasil analisis deskriptif terkait dengan pengaruh orang), memiliki riwayat penyakit hipertensi
karakteristik pasien yang terpasang kateter dengan persentase sebesar 75,6% (34 orang) dan
intravena dengan kejadian flebitis yang meliputi diabetes melitus dengan persentase sebesar 86,7%
umur pasien, jenis kelamin, status gizi, hipertensi (39 orang).
dan diabetes seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Kelompok kontrol pada penelitian ini sebanyak
Tabel 1 mendeskripsikan bahwa penelitian yang 45 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dengan
dilakukan pada 90 pasien yang terpasang kateter karakteristik yang meliputi sebagian besar pasien
intravena dan menjalani perawatan pada bulan yang tidak terdiagnosis flebitis adalah pasien
Januari - April 2017. Diperoleh data kejadian berumur < 60 tahun dengan persentase sebesar
flebitis berdasarkan karakteristik pasien yang 73,3% (33 orang), berjenis kelamin laki - laki
meliputi umur pasien, jenis kelamin pasien, status dengan persentase sebesar 51,1% (23 orang),
gizi, hipertensi dan DM. berstatus gizi normal dengan persentase sebesar
Kelompok kasus pada penelitian ini sebanyak 45 64,4% (29 orang), tidak memiliki riwayat penyakit
pasien yang memenuhi kriteria inklusi dengan hipertensi dengan persentase sebesar 66,7% (30
karakteristik yang meliputi sebagian besar pasien orang) dan diabetes melitus dengan persentase
yang terdiagnosis flebitis adalah pasien berumur ≥ sebesar 73,3% (33 orang).
60 tahun dengan persentase sebesar 77,8% (35

Tabel 1. Distribusi Kejadian Flebitis Berdasarkan Karakteristik Pasien yang Terpasang Kateter Intravena pada
Kelompok Kasus dan Kelompok Kontrol di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya pada Januari - April
Tahun 2017

Kejadian Flebitis
Karakteristik Ya Tidak p value OR ( 95% CI)
n % n %
Umur Pasien
≥ 60 tahun 35 77,8 12 26,7 0,000 9,625 (3,668<OR<25,253)
< 60 tahun 10 22,2 33 73,3
Jenis Kelamin
Perempuan 37 82,2 22 48,9 0,002 4,835 (1,847<OR<12,655)
Laki – laki 8 17,8 23 51,1
Status Gizi
Malnutrisi 31 68,9 16 35,6 0,003 4,013 (1,668<OR<9,656)
Normal 14 31,1 29 64,4
Status Hipertensi
Hipertensi 34 75,6 15 33,3 0,000 6,182 (2,464<OR<15,512)
Tidak hipertensi 11 24,4 30 66,7
Status Diabetes Mellitus
DM 39 86,7 12 26,7 0,000 17,875 (6,045<OR<52,852)
Tidak DM 6 13,3 33 73,3
Total 45 100,0 45 100,0

Analisis Bivariat internal yang berasal dalam tubuh pasien, seperti


umur, jenis kelamin, status gizi, dan riwayat
Salah satu faktor risiko pada host (penjamu)
penyakit seperti hipertensi dan DM.
terkait dengan kejadian flebitis adalah karakteristik
pasien yang erat hubungannya dengan faktor–faktor
Nella Mega F H A., M Atoillah Isfandiari., Pengaruh Karakteristik Pasien Yang Berhubungan... 5

Hasil analisis bivariat antar variabel independen diperoleh nilai Odds Ratio (OR) sebesar 6,182
pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa pada variabel dengan nilai 95% Confidence Interval (CI)
umur pasien yang dikategorikan menjadi dua 2,464<OR<15,512 artinya pasien dengan hipertensi
kelompok umur, yaitu ≥ 60 tahun dan < 60 tahun. mempunyai risiko 6,182 kali mengalami infeksi
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil flebitis dibandingkan dengan yang tidak menderita
perhitungan besar risiko diperoleh nilai Odds Ratio hipertensi. Nilai OR pada variabel ini bermakna
(OR) sebesar 9,625 dengan nilai 95% Confidence terhadap kejadian flebitis karena 95% CI tidak
Interval (CI) 3,668<OR<25,253 artinya pasien melewati angka 1,00.
yang berumur ≥ 60 tahun mempunyai risiko 9,625 Status diabetes melitus dikategorikan menjadi
kali mengalami infeksi flebitis dibandingkan DM dan tidak DM. Hasil penelitian menunjukan
dengan pasien yang berumur < 60 tahun. Nilai OR bahwa hasil perhitungan besar risiko diperoleh nilai
pada variabel ini bermakna terhadap kejadian Odds Ratio (OR) sebesar 17,875 dengan nilai 95%
flebitis karena 95% CI tidak melewati angka 1,00. Confidence Interval (CI) 6,045<OR<52,852 artinya
Variabel jenis kelamin yang dikategorikan pasien dengan DM mempunyai risiko 17,875 kali
mengalami infeksi flebitis dibandingkan dengan
menjadi kelompok perempuan dan laki-laki. Hasil
yang tidak DM. Nilai OR pada variabel ini
penelitian menunjukan bahwa hasil perhitungan
bermakna terhadap kejadian flebitis karena 95% CI
besar risiko diperoleh nilai Odds Ratio (OR) sebesar tidak melewati angka 1,00.
4,835 dengan nilai 95% Confidence Interval
1,847<OR<12,655 yang artinya kelompok Analisis Multivariat
perempuan mempunyai risiko 4,835 kali
mengalami infeksi flebitis dibandingkan dengan Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda
kelompok laki-laki. Nilai OR pada variabel ini Hasil analisis bivariat didapatkan bahwa
bermakna terhadap kejadian flebitis karena 95% CI variabel independen yang meliputi umur pasien,
tidak melewati angka 1,00. jenis kelamin, status gizi, hipertensi dan DM
Penentuan kategori status gizi dalam penelitian mempunyai p value < 0,25, sehingga pada tahap
ini menggunakan perhitungan Body Mass Index selanjutnya kelima variabel tersebut dilakukan
(BMI), yaitu indeks sederhana yang dihitung dari analisis multivariat untuk menganalisis variabel
berat dan tinggi seseorang, berikut ini adalah rumus independen yang mempunyai pengaruh dan besar
BMI yaitu berat badan (kg) / [tinggi badan (m)]2. risiko paling tinggi terhadap kejadian flebitis.
Menurut WHO (2004), Pengkategorian BMI Hasil analisis multivariat pada variabel
meliputi berat badan kurang (Underweight), independen yang meliputi umur pasien, jenis
normal, berat badan berlebih (overweight) dan kelamin, status gizi, hipertensi dan DM dengan
obesitas. Body Mass Index merupakan salah satu variabel dependen yaitu kejadian flebitis, diperoleh
metode pengukuran proporsi tubuh seseorang hasil seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.
berdasarkan berat dan tinggi badan, sehingga BMI Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel status gizi
dapat mewakili gambaran status gizi seseorang. dan status hipertensi mempunyai p value > 0,05
Penelitian ini mengkategorikan status gizi sehingga pada tahap selanjutnya variabel tersebut
menjadi 2 yaitu malnutrisi (yang mencakup dikeluarkan dari model. Kesimpulan menunjukkan
underweight, overweight maupun obesitas) dan bahwa variabel status gizi dan status hipertensi
normal. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak mempunyai pengaruh terhadap kejadian
perhitungan besar risiko diperoleh nilai Odds Ratio flebitis. Nilai p value pada variabel umur pasien,
(OR) sebesar 4,013 dengan nilai 95% Confidence jenis kelamin dan status DM sebesar p < 0,05
Interval (CI) 1,668<OR<9,656 artinya pasien yang artinya umur pasien, jenis kelamin dan status DM
berstatus gizi yaitu malnutrisi mempunyai risiko berpengaruh terhadap kejadian flebitis.
4,013 kali mengalami infeksi flebitis dibandingkan
dengan pasien yang berstatus gizi normal. Nilai OR
pada variabel ini bermakna terhadap kejadian
flebitis karena 95% CI tidak melewati angka 1,00.
Status hipertensi dikategorikan menjadi
hipertensi dan tidak hipertensi. Hasil penelitian
menunjukan bahwa hasil perhitungan besar risiko
6 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 1-12

Tabel 2. Hasil Uji Regresi Logistik Karakteristik Pasien Terpasang Kateter Intravena terhadap Kejadian
Flebitis di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Bulan Januari-April 2017

Karakteristik Koefisien p value OR 95% CI


Umur Pasien 1,411 0,016 4,100 1,300< OR< 12,932
Jenis Kelamin 1,238 0,043 3,448 1,039<OR< 11,437
Status Gizi -0,231 0,736 0,793 0,207 < OR< 3,042
Status Hipertensi 0,853 0,178 2,347 0,677< OR< 8,133
Status DM 2,282 0,000 9,783 2,982< OR< 32,093
Konstanta -2,922 0,000 0,054

Hasil regresi logistik berganda menunjukan (hipertensi, diabetes melitus, gagal ginjal kronik,
bahwa variabel status DM mempunyai risiko paling kanker), dan status imunitas. Faktor agent erat
besar terhadap kejadian flebitis ( p = 0,000) dengan kaitannya dengan adanya kolonisasi bakteri
nilai Odds Ratio (OR) sebesar 9,783 artinya bahwa sedangkan faktor environment erat kaitannya
pasien yang dengan status DM memiliki risiko dengan prosedur pemasangan dan perawatan kateter
9,783 kali untuk mengalami infeksi flebitis intravena, tingkat pengetahuan perawat dalam
dibandingkan dengan pasien tidak menderita DM. melakukan upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi (Mermel et al., 2009).
PEMBAHASAN
Umur Pasien
Pemberian terapi intravena ditujukan untuk
Faktor umur merupakan salah satu penyumbang
memperbaiki dan menggantikan cairan didalam
kejadian flebitis pada pasien (Rizky, 2014). Seiring
tubuh pasien melalui pemberian vitamin, komponen
dengan bertambahnya usia, terutama pada usia
darah, obat, nutrisi dan disesuaikan dengan kondisi
lanjut sering terjadi peningkatan kerentanan
kehilangan cairan pada pasien (Potter, 2008).
terhadap infeksi penyakit akibat penurunan sistem
Terapi intravena merupakan prosedur invasif yang
imunitas disertai adanya perubahan fungsi tubuh
sering diberikan untuk mengatasi beberapa kondisi
baik secara anatomi maupun fisiologi.
pasien dan dilakukan oleh tenaga medis yang ahli
Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian
(Berman et al., 2009).
besar pasien yang terdiagnosis flebitis berumur ≥ 60
Pemberian terapi intravena dalam jangka waktu
tahun dengan persentase sebesar 77,8 % dan OR
yang lama pada pasien memicu adanya komplikasi
sebesar 9,625 yang artinya pasien berumur ≥ 60
yang ditandai oleh adanya kemerahan, nyeri,
tahun mempunyai risiko 9,625 kali mengalami
indurasi, rasa hangat dan bengkak disepanjang
infeksi flebitis dibandingkan dengan pasien
daerah insersi (O’Grandy et al., 2011). Flebitis
berumur < 60 tahun. Berdasarkan hasil analisis
merupakan inflamasi pada dinding vena yang
multivariat menggunakan uji regresi logistik
disebabkan oleh iritasi baik secara mekanik, kimia
berganda, umur pasien merupakan salah satu faktor
ataupun kontaminasi mikroorganisme melalui titik
yang berpengaruh terhadap kejadian flebitis dengan
akses ke sirkulasi dalam periode waktu tertentu
nilai OR sebesar 4,100 artinya pasien yang berumur
(Rizky, 2014).
≥ 60 tahun mempunyai risiko 4,100 kali mengalami
Flebitis merupakan infeksi yang sering dijumpai
infeksi flebitis dibandingkan dengan pasien
pada pasien selama menjalani masa perawatan di
berumur < 60 tahun.
rumah sakit dengan persentase angka kejadian yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
meningkat sebesar 10% setiap tahunnya (CDC,
yang dilakukan oleh Sepvi (2015), bahwa pasien
2017). Faktor penyebab terjadinya flebitis erat
yang berumur ≥ 60 tahun lebih rentan terjadi
kaitannya dengan interaksi
flebitis. Hal ini terkait dengan kondisi vena pasien
yang cenderung rapuh, tidak elastis dan mudah
antara host, agent dan environment. Faktor host
hilang (kolaps). Selain itu, umur pasien merupakan
sering dikaitkan dengan faktor yang berasal dari
salah satu faktor pemicu timbulnya trombus dan
internal seperti karakteristik pejamu yang meliputi
umur, jenis kelamin, status gizi, riwayat penyakit
Nella Mega F H A., M Atoillah Isfandiari., Pengaruh Karakteristik Pasien Yang Berhubungan... 7

hiperkoagulasi sehingga meningkatkan risiko Secara fisiologis dan anatomi perempuan


terjadinya flebitis. cenderung menyimpan kelebihan lemak pada
Menurut Rickard et al., (2013), pasien yang subkutan kulit didukung dengan adanya produksi
berusia lanjut dengan umur ≥ 60 tahun mengalami hormon esterogen dan progesteron sehingga mudah
penurunan sistem imunitas di dalam tubuh mengalami flebitis sedangkan pada laki – laki
(immunocompetence) dan degenerasi sel tubuh. secara anatomi dan fisiologi hanya memproduksi
Fungsi dari sistem imunitas dalam tubuh adalah hormon andorogen berfungsi untuk merangsang
sebagai benteng pertama yang membantu mencegah kelenjar minyak lebih aktif sehingga tidak mudah
infeksi dengan menghasilkan antibodi mengalami flebitis (Bunnert, 2010).
(immunoglobulin) untuk melindungi tubuh dari Penelitian ini sesuai dengan teori oleh Wienstein
invasi dan infeksi bakteri, virus, parasit, jamur, dan (2011), yang menyatakan bahwa flebitis cenderung
mikroorganisme lainnya. Pada usia lanjut (umur ≥ terjadi pada pasien dengan jenis kelamin
60 tahun) terjadi penurunan fungsi sistem imunitas perempuan. Secara anatomi struktur tubuh dan
dalam tubuh terutama pada sel T-limfosit yang masa otot perempuan jauh lebih rendah
merupakan kekebalan seluler sehingga dibandingkan laki-laki. Flebitis pada perempuan
meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi, dipengaruhi oleh kekuatan otot, kelenturan,
kanker, kelainan autoimun, atau penyakit kronik. kekenyalan kulit, jaringan adiposa subkutis dan
penggunaan alat kontrasepsi kombinasi.
Jenis Kelamin
Status Gizi
Karakteristik pasien lainnya yang terkait dengan
faktor risiko kejadian flebitis adalah jenis kelamin Hasil penelitian menyebutkan bahwa sebagian
(Pasaribu, 2008). Risiko terjadinya flebitis besar pasien yang terdiagnosis flebitis berstatus gizi
meningkat pada pasien dengan jenis kelamin yaitu malnutrisi dengan persentase sebesar 68,9 %
perempuan, hal ini sering dikaitkan dengan faktor dan OR sebesar 4,013 yang artinya pasien dengan
hormonal dalam tubuh (Rizky, 2016). malnutrisi mempunyai risiko 4,013 kali mengalami
Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian flebitis dibandingkan dengan pasien dengan status
besar pasien yang terdiagnosis flebitis berjenis gizi normal. Hasil analisis multivariat
kelamin perempuan dengan persentase sebesar 82,2 menggunakan uji regresi logistik berganda, status
% dan OR sebesar 4,835 yang artinya pasien dengan gizi bukan merupakan salah satu faktor yang
jenis kelamin perempuan mempunyai risiko 4,835 berpengaruh terhadap kejadian flebitis dengan p
kali mengalami infeksi flebitis dibandingkan value 0,736 ( p > 0,05).
dengan pasien dengan jenis kelamin laki-laki. Hasil Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil
analisis multivariat menggunakan uji regresi penelitian Macklin (2009), yang menyatakan bahwa
logistik berganda, jenis kelamin merupakan salah karakteristik pasien yang erat kaitannya dengan
satu faktor yang berpengaruh terhadap kejadian lanjut usia, jenis kelamin perempuan, neutropenia,
flebitis dengan nilai OR sebesar 3,448; artinya malnutrisi, imunosupresi dan gangguan peredaran
pasien dengan jenis kelamin perempuan darah dapat meningkatkan risiko flebitis. Pasien
mempunyai risiko 3,448 kali mengalami infeksi dengan malnutrisi baik berstatus gizi kurang
flebitis dibandingkan pasien dengan jenis kelamin (underweight) maupun lebih (overweight)
laki – laki. cenderung memiliki vena yang rapuh dan tidak
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian elastis. Selain itu, fungsi fagositosit adalah
yang dilakukan oleh Ningsih (2013), dimana pasien mensekresi antibodi dan produksi sitokinin di
dengan jenis kelamin perempuan lebih berisiko 6,00 dalam tubuh mengalami penurunan sehingga
kali mengalami flebitis dibandingkan pasien mudah mengalami flebitis (Maki, 2010).
dengan jenis kelamin laki – laki. Risiko terjadinya Penelitian Mirwati (2010), menegaskan bahwa
flebitis meningkat pada pasien dengan jenis status gizi berpengaruh pada kejadian flebitis.
kelamin perempuan karena tingkat mobilisasi yang Produksi sel CD4 dan sel CD8 pada pasien dengan
tinggi, hormonal, peningkatan kelenjar minyak malnutrisi cenderung berkurang sehingga mudah
yang cenderung sedikit bila dibandingkan dengan terkena infeksi. Hasil analisis data pada penelitian
laki – laki. ini tidak sejalan dengan teori yang ada.
8 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 1-12

Status Hipertensi jika pasien mengalami aterosklerosis yang


mengakibatkan gangguan pada aliran darah ke
Penyakit dasar yang diderita pasien dapat
pembuluh darah perifer sehingga jika mengalami
mempengaruhi terjadinya flebitis. Kejadian flebitis
luka akibat insersi terapi intravena akan mudah
didahului dengan adanya trombus pada dinding
mengalami flebitis (Darmawan, 2008).
intravena yang erat kaitannya dengan gangguan
sistem peredaran darah dan produksi koagulasi Status Diabetes Melitus
dalam darah (Bakta, 2008).
Kejadian flebitis erat kaitannya dengan riwayat
Flebitis ditinjau dari faktor penyebabnya
penyakit kronis yang diderita pasien. Pasien dengan
terutama yang terkait dengan host yaitu
riwayat penyakit kronis lebih berisiko tinggi dan
karakteristik pasien sering dikaitkan dengan
rentan terkena infeksi penyakit (Smeltzer, 2008).
beberapa faktor internal yang berasal dari dalam
Status DM merupakan salah satu faktor risiko
tubuh pasien seperti umur, jenis kelamin, riwayat
dalam kejadian flebitis. Pada pasien DM cenderung
penyakit kronis, kondisi psikologis, status gizi
terjadi peningkatan produksi kadar glukosa dalam
maupun status imunitas dalam tubuh (Gayatri,
darah dan gangguan granulosit yang tidak secara
2009).
langsung menyebabkan penurunan kemampuan
Sistem imunitas dalam tubuh mempunyai fungsi
fagositosis mikroorganisme patogen. Pemberian
yang kompleks, salah satunya adalah sebagai
terapi intravena pada pasien selama menjalani masa
benteng pertahanan utama dari adanya invasi dan
perawatan memungkinkan adanya kolonisasi
infeksi oleh mikroorganisme, jamur, parasit dan
bakteri yang dapat menginvasi tubuh pasien melalui
virus (Baratawidjaja, 2009). Mekanisme sistem
lokasi insersi (Tenke et al., 2014).
imunitas didalam tubuh untuk melindungi tubuh
Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian
dari infeksi adalah pembentukan antibodi
besar pasien yang terdiagnosis flebitis menderita
(immunoglobulin), seiring dengan bertambahnya
DM dengan persentase sebesar 86,7 % dan OR
usia, pola hidup yang tidak sehat maka tubuh rentan
sebesar 17,875 yang artinya pada pasien DM
terkena infeksi dan penyakit. Salah satu gangguan
mempunyai risiko 17,875 kali mengalami flebitis
yang sering ditemukan adalah gangguan tekanan
dibandingkan dengan pasien yang tidak DM.
darah baik hipertensi maupun hipotensi (Alexander
Berdasarkan hasil analisis multivariat
et al., 2011).
menggunakan uji regresi logistik berganda, status
Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian
DM merupakan faktor risiko dominan dan paling
besar pasien yang terdiagnosa flebitis menderita
berpengaruh terhadap kejadian flebitis dengan nilai
hipertensi dengan persentase sebesar 75,6 % dan
OR sebesar 9,783 yang artinya pasien DM
OR sebesar 6,182 yang artinya pasien dengan
mempunyai risiko 19,783 kali mengalami flebitis
hipertensi mempunyai risiko 6,182 kali mengalami
dibandingkan dengan pasien yang tidak DM.
infeksi flebitis dibandingkan dengan pasien yang
Hasil penelitian ini seusai dengan teori yang
tidak hipertensi. Hasil analisis multivariat
dikemukakan oleh Lee et al., (2013), yaitu pada
menggunakan uji regresi logistik berganda
pasien DM terjadi penurunan kemampuan
menyatakan bahwa status hipertensi bukan
granulosit yang memicu peningkatan jumlah
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
mikroorganisme patogen pada sel epitelium
terhadap kejadian flebitis dengan p value 0,178 ( p
sehingga risiko terjadinya flebitis meningkat.
> 0,05).
Risiko terjadinya flebitis pada pasien dengan DM
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
sering dikaitkan dengan rendahnya aliran darah ke
Agustini (2013), yang menyatakan bahwa 38%
perifer yang memicu timbulnya aterosklerosis.
persen responden menderita hipertensi dan
Selain itu, luka akibat insersi terapi intra vena yang
terinfeksi flebitis, namun berdasarkan hasil analisis
tidak kunjung sembuh sebagai port of entry
data didapatkan p value 0,643 yang artinya
mikroorganisme sehingga dapat menginvasi dan
hipertensi bukan termasuk faktor risiko flebitis.
menginfeksi pembuluh daerah pasien terutama di
Faktor pasien yang dapat mempengaruhi terjadinya
daerah sepanjang lokasi insersi (Sepvi, 2015).
infeksi flebitis meliputi usia, jenis kelamin dan
Pasien yang terdiagnosis flebitis dan
riwayat penyakit terutama diabetes melitus dan luka
mempunyai riwayat penyakit DM berisiko tinggi
bakar. Hipertensi dapat memicu terjadinya flebitis
mengalami penurunan perfusi jaringan yang
Nella Mega F H A., M Atoillah Isfandiari., Pengaruh Karakteristik Pasien Yang Berhubungan... 9

mengakibatkan rendahnya pasokan oksigen dan Risiko kejadian flebitis pada pasien berumur ≥ 60
nutrisi dalam sirkulasi darah yang berujung pada tahun sebesar 4,100 dibandingkan dengan pasien
kerusakan jaringan, sehingga berpengaruh pada berumur < 60 tahun. Pasien yang terdiagnosis
kemungkinan terjadinya flebitis pada area flebitis mayoritas berjenis kelamin perempuan.
pemasangan infus (Brunner, 2010). Risiko kejadian flebitis pada pasien dengan jenis
Diabetes Melitus dapat menyebabkan gangguan kelamin perempuan sebesar 3,448 dibandingkan
pasien dengan jenis kelamin laki-laki.
pada sistem imunitas dalam tubuh yang
mencetuskan terjadinya kegagalan migrasi sel,
Saran
intracellular killing, fagositosis dan kemotaksis
pada leukosit polymorphonuclear serta Tindakan keperawatan di Rumah Sakit Umum
melemahkan mekanisme pertahanan alamiah lokal Haji Surabaya terkait pemasangan dan pemberian
sehingga pasien dengan DM lebih rentan terkena terapi intravena pada pasien selama menjalani masa
infeksi (Smeltzer dan Bare, 2008). perawatan di rumah sakit perlu ditingkatkan dalam
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian upaya pencegahan dan pengendalian infeksi akibat
Zavareh (2014), yang menemukan adanya pemasangan kateter intravena. Kualitas perawatan
hubungan antara status DM dan flebitis. Pada dan prosedur pemasangan terapi intravena perlu
penelitian ini pasien dengan DM lebih berisiko 7,8 diperhatikan terutama pasien yang memiliki risiko
kali terinfeksi flebitis daripada pasien non DM. dan rentan terinfeksi seperti pasien usia lanjut,
Pernyataan ini didukung dengan konfirmasi temuan malnutrisi dan pasien yang memiliki riwayat
beberapa penelitian lainnya dari Mirwati (2010) dan penyakit kronis.
penelitian oleh Rizky (2016), yang menyatakan Perlu adanya observasi secara berkala mengenai
bahwa peningkatan risiko flebitis lebih tinggi pada kondisi kateter intravena dan monitor faktor risiko
pasien DM terkait dengan adanya kemungkinan dengan memantau setiap kejadian dan
terjadinya kerusakan endotel yang diinduksi oleh mendokumentasikannya didalam formulir bundle
DM sebagai faktor predisposisi dan pencentus prevention IVL (Intravenous Line) sebagai salah
inflamasi pada dinding vena. satu upaya kewaspadaan dan pengendalian infeksi
flebitis, sehingga nantinya bisa meminimalisasi
SIMPULAN DAN SARAN kejadian flebitis melalui upaya dan program –
program pencegahan infeksi yang tepat, efektif, dan
Simpulan sesuai dengan kondisi pasien.
Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa Sebaiknya bagi pasien yang berusia ≥ 60 tahun,
dari karakteristik pasien terpasang kateter intravena terutama pasien dengan riwayat penyakit kronis
yang meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, baik itu hipertensi maupun DM, malnutrisi,
hipertensi dan DM; terdapat tiga faktor yang diperlukan pemantauan secara rutin dan
berpengaruh terhadap kejadian flebitis dengan p penggantian fiksasi secara baik minimal 24 jam
value < 0,05 yaitu umur, jenis kelamin dan status serta perlu diperhatikan kecepatan pemberian
DM, sedangkan dua faktor lainnya tidak cairan, lokasi insersi, jenis cairan dan ukuran kanula
berpengaruh terhadap kejadian flebitis karena p dan dilakukan rotasi tempat pemasangan infus
value > 0,05 yaitu status gizi dan status hipertensi. setiap 48 hari sampai dengan 72 jam guna
Berdasarkan distribusi karakteristik pasien membatasi potensi infeksi dengan perawatan
terpasang kateter intravena didapatkan hasil bahwa optimal pada area penusukan dan menghindari
sebagian besar pasien yang terdiagnosis flebitis lokasi insersi yang dapat memperbesar peluang
pada bulan Januari - April 2017 di RSU Haji terjadinya flebitis.
Surabaya yaitu pasien berumur ≥ 60 tahun, jenis
kelamin perempuan, malnutrisi, menderita REFERENSI
hipertensi dan DM. Agustini, C. 2013. Analisis Faktor Yang
Faktor yang paling berpengaruh dan dominan Berhubungan Dengan Kejadian Phlebitis
terhadap kejadian flebitis adalah status DM, dengan
Pada Pasien Yang Terpasang Infus Di Ruang
besar risiko 9,783 kali dibandingkan dengan pasien
Medikal Chrysant Rumah Sakit Awal Bros
yang tidak DM. Pasien yang terdiagnosis flebitis
didominasi dengan pasien berumur ≥ 60 tahun. Pekanbaru. Journal Ners and Midwifery
10 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 1-12

Indonesia, 4(2): pp. 102-108. Kesehatan Masyarakat Universitas


http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/ar Airlangga.
ticle/viewFile/3525/3420 [Sitasi 12 Mei Gayatri, D., Handiyani, H. 2009. Hubungan Jarak
2017]. Pemasangan Terapi Intravena Dari
Alexander, M., Burns, L. A., Dellinger, E. P., Persendian Terhadap Waktu Terjadinya
Garland, J., Heard, S. Saint, S. 2011. Flebitis. Jurnal Keperawatan Indonesia,
Guidelines For The Prevention Of 11(1): pp. 1-5.
Intravascular Catheter-Related Infections. Infusion Nurses Society. 2011. Infusion Nursing
American Journal of Infection Control, Standards Of Pratice. Journal of Infusion
39(4): pp. 1-34. Nursing, 34(1): pp. 1-12.
www.ajic.co.id/journal/2011/01.003 [Sitasi www.journalofinfusionnursing.com [Sitasi
11 April 2017]. 16 Juli 2017].
Bakta, M. 2008. Thrombosis Dan Usia Lanjut, Kemenkes RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan
Divisi Hematologi Dan Onkologi Medik Nomor 1691 Tahun 2011 Tentang
Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Jakarta.
RS Sanglah. Journal Penyakit Dalam, 9(2): Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
pp. 149-159. LaRue, G., Peterson, M. 2011. Complications Due
ejournal.unud.ac.id/.../6_thrombosis%2 0dan To Peripheral Venous Catheterization:
%20 usia%lanjut.pdf [Sitasi 15 agustus Prospective Study. Presse Medicale, 32(10):
2017]. pp. 450-456.
Baratawidjaja, KG., Rengganis, I. 2009. Imunologi http://europepmc.org/abstract/med/12733305
Dasar. Jakarta. Universitas Indonesia. [Sitasi 20 September 2017].
Berman., Shirlee, J., Synder., Barbara., Kozier., Macklin, D. 2009. Phlebitis A Painful Complication
Glenora Erb. 2009. Buku Ajar Praktik Of Peripheral IV Catheterization That May
Keperawatan Klinis. Jakarta. Penerbit Buku Be Prevented. American Journal of Nursing,
Kedokteran EGC. 103(2): pp. 55-60.
Broker, R., Pellowe. 2008. Good Practice In Maki, DG., Ringer, M. 2010. Risk Factors For
Management Of Patients : Fundamental Infusion-Related Phlebitis With Small
Nursing. Nursing Management, 22(8): pp. Peripheral Venous Catheters. A Randomized
25-29. Controlled Trial. American Journal of
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2390 Infection Control, 20(2): pp. 845- 854.
1871 [ Sitasi 15 Agustus]. http://www.ajicjournal.org/article/S0196-
Brunnert, A S., Suddart. 2010. Peripheral Teflon 6553(05)80008-2> [Sitasi 17 Juli 2017].
Catheters: Factors Determining Incidence Of Mermel, LA., Reis, PED., Stokowski, G. 2009.
Phlebitis And Duration Of Cannulation. Clinical Practice Guidelines For The
Infection Control Hospital Epidemiology, Diagnosis And Management Of
23(5): pp. 249-253. Intravascular Catheter-Related Infection. The
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1202 Infectious Diseases Society of America,
6149> [Sitasi 15 Agustus 2017]. 49(1): pp. 1-45.
CDC. 2017. Guidelines For The Prevention Of Mirwati., Debiya, R. 2010. Faktor – Faktor Yang
Intravascular Catheter-Related Infections. Berhubungan Dengan Kejadian Plebitis Pada
Washington DC. Department of Health and Pemberian Nutrisi Parentral Di Ruang Bedah
Human Services. Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. Skripsi.
https://www.cdc.gov/nhsn/pdfs/pscmanual/1 Semarang. Universitas Muhammadiyah
7pscnosinfdef_current.pdf [Sitasi 15 Agustus Semarang.
2017]. Newman, D K. 2008. Clinical Practice Guidelines
Darmawan, I. 2008. Flebitis, Apa Penyebabnya For The Management Of Pain, Agitation,
Dan Bagaimana Cara Mengatasinya Edisi 2. And Delirium In Adult Patients In The
Jakarta. Yayasan Bina Pustaka. Intensive Care Unit. Critical Care Medicine
Fadhilah, N.M. 2017. Hubungan Faktor Intrinsik, Journal, 41(1): pp. 264-306.
Kimia Dan Mekanik Pada Pasien Terpasang http://www.uphs.upenn.edu/surgery/Clinical/
Kateter Intravena Di Rumah Sakit Umum Practitioners/CV/Newman.pdf [Sitasi 26
Haji Surabaya. Skripsi. Surabaya. Fakultas September 2017].
Ningsih, H.S. 2013. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Terjadinya Flebitis Pada
Nella Mega F H A., M Atoillah Isfandiari., Pengaruh Karakteristik Pasien Yang Berhubungan... 11

Pasien Yang Terpasang Infus Di Ruang http://www.socinorte.com/wp–content/


Rawat Inap Rumah Sakit Tingkat III R.W. uploads/2013/02/2012_Lancet_Catheter_Ind
Mongisidi. Journal Keperawatan, 2(1): pp. icaci%C3%B3nCl%C3%ADnicavsRecambi
1-6. oSistem%C3%A1tico.pdf [Sitasi 30
http://download.portalgaruda.org/article.php September 2017].
?article=147002&val=5798 [Sitasi 26 Rizky., Wahyu. 2016. Analisis Faktor Yang
September 2017]. Berhubungan Dengan Kejadian Phlebitis
Nursalam, 2008. Konsep Dan Penerapan Pada Pasien Yang Terpasang Kateter
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Intravena Di Ruang Bedah Rumah Sakit Ar.
Jakarta. Salemba Medika. Bunda Prabumulih. Journal Ners And
O'Grady, N. P., Alexander, M., Burns, L. A., Midwifer Indonesia, 4(2): pp. 102-108.
Dellinger, E. P., Garland, J., Heard, S. O., et http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI
al. 2011. Guidelines For The Prevention Of [Sitasi 29 September 2017].
Intravascular Catheter-Related Infections. Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. 2016. Laporan
American Journal of Infection Control, Kejadian Plebitis RSU Haji Surabaya.
39(4): pp. 1-34. Surabaya. Unit Pencegahan dan
http://www.ajic.com/10.1016/j.ajic.2011.01. Pengendalian Infeksi (PPI).
003 [Sitasi 12 Mei 2017]. Sastroasmoro., Sudigdo., Sofyan, I. 2010. Dasar –
Oliveira, A. S., Parreira, P., Veiga, P. 2010. Dasar Metode Penelitian Klinis Edisi 3.
Incidence Of Phlebitis In Patients With Jakarta. CV Sagung Seto.
Peripheral Intravenous Catheters : The Sepvi, F. 2015. Faktor Yang Mempengaruhi
Influence Of Some Risk Factors. Australian Terjadinya Phlebitis Di Rumah Sakit
Journal Of Advanced Nursing, 30(2): pp. 32 Bhayangkara Tk Ii. H.S. Samsoeri Mertojoso
-39. Surabaya. Jurnal Berkala Epidemiologi,
https://pdfs.semanticscholar.org/13bb/06e2a 3(2): pp. 217-229.
11330596fc50e08e763a4442b806391.pdf http://e-journal.unair.ac.id/index.php/JBE/
[Sitasi 28 September 2017]. article/viewFile/1663/1280 [Sitasi 30
Pasaribu, M. 2008. Analisis Pelaksanaan Standar September 2017].
Operasional Prosedur Pemasangan Infus Smeltzer, SC., Bare, BG. 2008. Textbook Of
Terhadap Kejadian Plebitis Di Ruang Rawat Medical-Surgical Nursing, 8th Ed.
Inap Rumah Sakit Medan. Tesis. Medan. Philadelphia. Lippincott Williams &
Universitas Sumatra Utara. Wilkins.
Potter, PA., Perry AG. 2008. Knowladge: http://trove.nla.gov.au/work/17025728
Fundamentals Of Nursing, 8th Ed. Mosby. [Sitasi 26 September 2017].
Vital Book file pp 1-136. Turmudhi, M., Rimawati, E. 2008. Faktor – Faktor
https://www.elsevier.com/books/fundamenta Yang Berhubungan Dengan Kejadian Plebitis
ls-of-nursing/potter/978-0-323-07933-4> Pada Pasien Di Unit Rawat Inap Di Rumah
[Sitasi 20 September 2017]. Sakit Roemani Semarang. Jurnal Visikes,
Rickard, C. M., Webster, J., Wallis, M. C., Marsh., 8(1): pp. 16-23.
McGrail, M. R., French, V., Whitby, M. Tenke, P., Kovacs, B., Bjerklund, T.E., Matsumoto,
2013. Routine Versus Clinically Indicated T., Tambyah, PA., Naber, K.G. 2014.
Replacement Of Peripheral Intravenous European And Asian Guidelines On
Catheters: A Randomised Controlled Management And Prevention Of Intravenous
Equivalence Trial Lancet. Australian Catheter. Internation Journal Of
National Health and Medical Research, Antimicroba Agent, 31(1): pp. 68-78
380(9847): pp. 1066-1074. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1800
6279 [Sitasi 21 Juni 2017].
12 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 1-12

Uslusoy., Esin, C., Mete., Saniye. 2008. Wienstein., Sharon., Ada., Lawrence, P. 2007. Buku
Predisposing Factors To Phlebitis In Patients Saku Terapi Intravena. Jakarta. Penerbit
With Peripheral Intravenous Catheters : A Buku Kedokteran EGC.
Desciptive Study. Journal of the American Zavareh., Nassaji M., Ghorbani, R. 2014. Peripheral
Acedemy of Nurse Practitioners, 43(3): pp. Intravenous Catheterrelated Phlebitis And
172-180. Related Risk Factors. Singapore Medical
https://www.researchgate.net/publication/54 Journal, 48(8): pp. 733-736.
65571> [Sitasi 13 agustus 2017]. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
[Sitasi 18 Agustus 2017].

Anda mungkin juga menyukai