Analisis Faktor Phlebitis 2
Analisis Faktor Phlebitis 2
ABSTRAK
Terapi intravena merupakan salah satu prosedur invasif yang bertujuan sebagai akses pemberian cairan, obat,
vitamin, komponen darah, dan mengontrol status hemodinamik. Pasien yang mendapatkan terapi intravena
dalam jangka panjang berisiko tinggi infeksi, flebitis dan ekstravasasi vena yang dapat berpengaruh pada status
klinis dan outcome pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik pasien yang
terpasang kateter intravena terhadap kejadian flebitis. Desain penelitan ini adalah case control dengan besar
sampel 45 pasien pada kelompok kasus dan kontrol. Sampel kasus pada penelitian ini adalah pasien yang
terdiagnosa flebitis sedangkan sampel kontrol adalah pasien yang tidak terdiagnosa flebitis di RSU Haji
Surabaya pada bulan Januari - April 2017. Variabel independen adalah umur, jenis kelamin, status gizi,
hipertensi dan DM sedangkan variabel dependen adalah kejadian flebitis. Pengolahan data menggunakan
analisis regresi logistik berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 5 faktor yang terkait dengan
karakteristik pasien hanya 3 faktor yang berpengaruh terhadap kejadian flebitis yaitu jenis kelamin (p = 0,043;
OR = 3,448; 95%CI =1,039<OR< 11,437), umur (p = 0,016; OR = 4,1; 95%CI =1,300< OR< 12,932) dan status
DM (p = 0,000; OR = 9,783; 95%CI = 2,982< OR< 32,093), sedangkan 2 faktor yang tidak berpengaruh
terhadap kejadian flebitis adalah status gizi (p = 0,736; OR = 0,793; 95%CI = 0,207 < OR< 3,042) dan status
hipertensi (p = 0,178; OR = 2,345; 95%CI = 0,677< OR< 8,133). Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa
faktor yang dominan dan berpengaruh terhadap kejadian flebitis adalah status DM. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi acuan bagi RSU Haji Surabaya, terutama dalam prosedur pemasangan dan perawatan
terapi intravena yang perlu mempertimbangkan kondisi pasien.
ABSTRACT
Intravenous therapy is one of the invasive procedure as access in giving fluids, drugs, blood products, nutrition
and monitoring hemodynamic status. A long duration of intravenous therapy with complications risk that can
influence the clinical status and outcome of the patient. The aims of this research is to analyze the effect of
patient’s characteristics on intravenous catheter to plebitis. This study design is case control with sample size
45 for each group, case and control sample. Case samples were patients who diagnosed with phlebitis while
control samples were patients with no phlebitis at RSU Haji Surabaya in January - April 2017. Independent
variables were age, sex, nutritional status, hypertension and DM. Dependent variable was phlebitis. Those
variables was analyzed with logistic regression. The results of this study showed that from 5 factors related to
the characteristics of patients, including the gender (p = 0.043; OR = 3.448; 95%CI =1.039<OR< 11.437), the
age (p = 0.016; OR = 4.1; 95%CI =1.300< OR< 12.932) and DM status (p = 0.000; OR = 9.783; 95%CI =
2.982< OR< 32.093). While the two factors that have no effect to phlebitis is nutritional status (p = 0.736; OR
= 0.793; 95%CI = 0.207 < OR< 3.042) and hypertension status (p = 0.178; OR = 2.345; 95%CI = 0.677<
OR< 8.133). It can conclude that the dominant factor and influenced to phlebitis is DM status. The results of
this study as reference for RSU Haji Surabaya, especially in the insertion procedure and treatment of
intravenous therapy.
©2018 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC BY – SA license doi: 10.20473/jbe.v6i1.2018. 1-12
Received 30 September 2017, received in revised form 23 October 2017, Accepted 23 October 2017, Published online: 18 March 2018
2 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 1-12
Tabel 1. Distribusi Kejadian Flebitis Berdasarkan Karakteristik Pasien yang Terpasang Kateter Intravena pada
Kelompok Kasus dan Kelompok Kontrol di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya pada Januari - April
Tahun 2017
Kejadian Flebitis
Karakteristik Ya Tidak p value OR ( 95% CI)
n % n %
Umur Pasien
≥ 60 tahun 35 77,8 12 26,7 0,000 9,625 (3,668<OR<25,253)
< 60 tahun 10 22,2 33 73,3
Jenis Kelamin
Perempuan 37 82,2 22 48,9 0,002 4,835 (1,847<OR<12,655)
Laki – laki 8 17,8 23 51,1
Status Gizi
Malnutrisi 31 68,9 16 35,6 0,003 4,013 (1,668<OR<9,656)
Normal 14 31,1 29 64,4
Status Hipertensi
Hipertensi 34 75,6 15 33,3 0,000 6,182 (2,464<OR<15,512)
Tidak hipertensi 11 24,4 30 66,7
Status Diabetes Mellitus
DM 39 86,7 12 26,7 0,000 17,875 (6,045<OR<52,852)
Tidak DM 6 13,3 33 73,3
Total 45 100,0 45 100,0
Hasil analisis bivariat antar variabel independen diperoleh nilai Odds Ratio (OR) sebesar 6,182
pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa pada variabel dengan nilai 95% Confidence Interval (CI)
umur pasien yang dikategorikan menjadi dua 2,464<OR<15,512 artinya pasien dengan hipertensi
kelompok umur, yaitu ≥ 60 tahun dan < 60 tahun. mempunyai risiko 6,182 kali mengalami infeksi
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil flebitis dibandingkan dengan yang tidak menderita
perhitungan besar risiko diperoleh nilai Odds Ratio hipertensi. Nilai OR pada variabel ini bermakna
(OR) sebesar 9,625 dengan nilai 95% Confidence terhadap kejadian flebitis karena 95% CI tidak
Interval (CI) 3,668<OR<25,253 artinya pasien melewati angka 1,00.
yang berumur ≥ 60 tahun mempunyai risiko 9,625 Status diabetes melitus dikategorikan menjadi
kali mengalami infeksi flebitis dibandingkan DM dan tidak DM. Hasil penelitian menunjukan
dengan pasien yang berumur < 60 tahun. Nilai OR bahwa hasil perhitungan besar risiko diperoleh nilai
pada variabel ini bermakna terhadap kejadian Odds Ratio (OR) sebesar 17,875 dengan nilai 95%
flebitis karena 95% CI tidak melewati angka 1,00. Confidence Interval (CI) 6,045<OR<52,852 artinya
Variabel jenis kelamin yang dikategorikan pasien dengan DM mempunyai risiko 17,875 kali
mengalami infeksi flebitis dibandingkan dengan
menjadi kelompok perempuan dan laki-laki. Hasil
yang tidak DM. Nilai OR pada variabel ini
penelitian menunjukan bahwa hasil perhitungan
bermakna terhadap kejadian flebitis karena 95% CI
besar risiko diperoleh nilai Odds Ratio (OR) sebesar tidak melewati angka 1,00.
4,835 dengan nilai 95% Confidence Interval
1,847<OR<12,655 yang artinya kelompok Analisis Multivariat
perempuan mempunyai risiko 4,835 kali
mengalami infeksi flebitis dibandingkan dengan Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda
kelompok laki-laki. Nilai OR pada variabel ini Hasil analisis bivariat didapatkan bahwa
bermakna terhadap kejadian flebitis karena 95% CI variabel independen yang meliputi umur pasien,
tidak melewati angka 1,00. jenis kelamin, status gizi, hipertensi dan DM
Penentuan kategori status gizi dalam penelitian mempunyai p value < 0,25, sehingga pada tahap
ini menggunakan perhitungan Body Mass Index selanjutnya kelima variabel tersebut dilakukan
(BMI), yaitu indeks sederhana yang dihitung dari analisis multivariat untuk menganalisis variabel
berat dan tinggi seseorang, berikut ini adalah rumus independen yang mempunyai pengaruh dan besar
BMI yaitu berat badan (kg) / [tinggi badan (m)]2. risiko paling tinggi terhadap kejadian flebitis.
Menurut WHO (2004), Pengkategorian BMI Hasil analisis multivariat pada variabel
meliputi berat badan kurang (Underweight), independen yang meliputi umur pasien, jenis
normal, berat badan berlebih (overweight) dan kelamin, status gizi, hipertensi dan DM dengan
obesitas. Body Mass Index merupakan salah satu variabel dependen yaitu kejadian flebitis, diperoleh
metode pengukuran proporsi tubuh seseorang hasil seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.
berdasarkan berat dan tinggi badan, sehingga BMI Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel status gizi
dapat mewakili gambaran status gizi seseorang. dan status hipertensi mempunyai p value > 0,05
Penelitian ini mengkategorikan status gizi sehingga pada tahap selanjutnya variabel tersebut
menjadi 2 yaitu malnutrisi (yang mencakup dikeluarkan dari model. Kesimpulan menunjukkan
underweight, overweight maupun obesitas) dan bahwa variabel status gizi dan status hipertensi
normal. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak mempunyai pengaruh terhadap kejadian
perhitungan besar risiko diperoleh nilai Odds Ratio flebitis. Nilai p value pada variabel umur pasien,
(OR) sebesar 4,013 dengan nilai 95% Confidence jenis kelamin dan status DM sebesar p < 0,05
Interval (CI) 1,668<OR<9,656 artinya pasien yang artinya umur pasien, jenis kelamin dan status DM
berstatus gizi yaitu malnutrisi mempunyai risiko berpengaruh terhadap kejadian flebitis.
4,013 kali mengalami infeksi flebitis dibandingkan
dengan pasien yang berstatus gizi normal. Nilai OR
pada variabel ini bermakna terhadap kejadian
flebitis karena 95% CI tidak melewati angka 1,00.
Status hipertensi dikategorikan menjadi
hipertensi dan tidak hipertensi. Hasil penelitian
menunjukan bahwa hasil perhitungan besar risiko
6 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 1-12
Tabel 2. Hasil Uji Regresi Logistik Karakteristik Pasien Terpasang Kateter Intravena terhadap Kejadian
Flebitis di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Bulan Januari-April 2017
Hasil regresi logistik berganda menunjukan (hipertensi, diabetes melitus, gagal ginjal kronik,
bahwa variabel status DM mempunyai risiko paling kanker), dan status imunitas. Faktor agent erat
besar terhadap kejadian flebitis ( p = 0,000) dengan kaitannya dengan adanya kolonisasi bakteri
nilai Odds Ratio (OR) sebesar 9,783 artinya bahwa sedangkan faktor environment erat kaitannya
pasien yang dengan status DM memiliki risiko dengan prosedur pemasangan dan perawatan kateter
9,783 kali untuk mengalami infeksi flebitis intravena, tingkat pengetahuan perawat dalam
dibandingkan dengan pasien tidak menderita DM. melakukan upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi (Mermel et al., 2009).
PEMBAHASAN
Umur Pasien
Pemberian terapi intravena ditujukan untuk
Faktor umur merupakan salah satu penyumbang
memperbaiki dan menggantikan cairan didalam
kejadian flebitis pada pasien (Rizky, 2014). Seiring
tubuh pasien melalui pemberian vitamin, komponen
dengan bertambahnya usia, terutama pada usia
darah, obat, nutrisi dan disesuaikan dengan kondisi
lanjut sering terjadi peningkatan kerentanan
kehilangan cairan pada pasien (Potter, 2008).
terhadap infeksi penyakit akibat penurunan sistem
Terapi intravena merupakan prosedur invasif yang
imunitas disertai adanya perubahan fungsi tubuh
sering diberikan untuk mengatasi beberapa kondisi
baik secara anatomi maupun fisiologi.
pasien dan dilakukan oleh tenaga medis yang ahli
Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian
(Berman et al., 2009).
besar pasien yang terdiagnosis flebitis berumur ≥ 60
Pemberian terapi intravena dalam jangka waktu
tahun dengan persentase sebesar 77,8 % dan OR
yang lama pada pasien memicu adanya komplikasi
sebesar 9,625 yang artinya pasien berumur ≥ 60
yang ditandai oleh adanya kemerahan, nyeri,
tahun mempunyai risiko 9,625 kali mengalami
indurasi, rasa hangat dan bengkak disepanjang
infeksi flebitis dibandingkan dengan pasien
daerah insersi (O’Grandy et al., 2011). Flebitis
berumur < 60 tahun. Berdasarkan hasil analisis
merupakan inflamasi pada dinding vena yang
multivariat menggunakan uji regresi logistik
disebabkan oleh iritasi baik secara mekanik, kimia
berganda, umur pasien merupakan salah satu faktor
ataupun kontaminasi mikroorganisme melalui titik
yang berpengaruh terhadap kejadian flebitis dengan
akses ke sirkulasi dalam periode waktu tertentu
nilai OR sebesar 4,100 artinya pasien yang berumur
(Rizky, 2014).
≥ 60 tahun mempunyai risiko 4,100 kali mengalami
Flebitis merupakan infeksi yang sering dijumpai
infeksi flebitis dibandingkan dengan pasien
pada pasien selama menjalani masa perawatan di
berumur < 60 tahun.
rumah sakit dengan persentase angka kejadian yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
meningkat sebesar 10% setiap tahunnya (CDC,
yang dilakukan oleh Sepvi (2015), bahwa pasien
2017). Faktor penyebab terjadinya flebitis erat
yang berumur ≥ 60 tahun lebih rentan terjadi
kaitannya dengan interaksi
flebitis. Hal ini terkait dengan kondisi vena pasien
yang cenderung rapuh, tidak elastis dan mudah
antara host, agent dan environment. Faktor host
hilang (kolaps). Selain itu, umur pasien merupakan
sering dikaitkan dengan faktor yang berasal dari
salah satu faktor pemicu timbulnya trombus dan
internal seperti karakteristik pejamu yang meliputi
umur, jenis kelamin, status gizi, riwayat penyakit
Nella Mega F H A., M Atoillah Isfandiari., Pengaruh Karakteristik Pasien Yang Berhubungan... 7
mengakibatkan rendahnya pasokan oksigen dan Risiko kejadian flebitis pada pasien berumur ≥ 60
nutrisi dalam sirkulasi darah yang berujung pada tahun sebesar 4,100 dibandingkan dengan pasien
kerusakan jaringan, sehingga berpengaruh pada berumur < 60 tahun. Pasien yang terdiagnosis
kemungkinan terjadinya flebitis pada area flebitis mayoritas berjenis kelamin perempuan.
pemasangan infus (Brunner, 2010). Risiko kejadian flebitis pada pasien dengan jenis
Diabetes Melitus dapat menyebabkan gangguan kelamin perempuan sebesar 3,448 dibandingkan
pasien dengan jenis kelamin laki-laki.
pada sistem imunitas dalam tubuh yang
mencetuskan terjadinya kegagalan migrasi sel,
Saran
intracellular killing, fagositosis dan kemotaksis
pada leukosit polymorphonuclear serta Tindakan keperawatan di Rumah Sakit Umum
melemahkan mekanisme pertahanan alamiah lokal Haji Surabaya terkait pemasangan dan pemberian
sehingga pasien dengan DM lebih rentan terkena terapi intravena pada pasien selama menjalani masa
infeksi (Smeltzer dan Bare, 2008). perawatan di rumah sakit perlu ditingkatkan dalam
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian upaya pencegahan dan pengendalian infeksi akibat
Zavareh (2014), yang menemukan adanya pemasangan kateter intravena. Kualitas perawatan
hubungan antara status DM dan flebitis. Pada dan prosedur pemasangan terapi intravena perlu
penelitian ini pasien dengan DM lebih berisiko 7,8 diperhatikan terutama pasien yang memiliki risiko
kali terinfeksi flebitis daripada pasien non DM. dan rentan terinfeksi seperti pasien usia lanjut,
Pernyataan ini didukung dengan konfirmasi temuan malnutrisi dan pasien yang memiliki riwayat
beberapa penelitian lainnya dari Mirwati (2010) dan penyakit kronis.
penelitian oleh Rizky (2016), yang menyatakan Perlu adanya observasi secara berkala mengenai
bahwa peningkatan risiko flebitis lebih tinggi pada kondisi kateter intravena dan monitor faktor risiko
pasien DM terkait dengan adanya kemungkinan dengan memantau setiap kejadian dan
terjadinya kerusakan endotel yang diinduksi oleh mendokumentasikannya didalam formulir bundle
DM sebagai faktor predisposisi dan pencentus prevention IVL (Intravenous Line) sebagai salah
inflamasi pada dinding vena. satu upaya kewaspadaan dan pengendalian infeksi
flebitis, sehingga nantinya bisa meminimalisasi
SIMPULAN DAN SARAN kejadian flebitis melalui upaya dan program –
program pencegahan infeksi yang tepat, efektif, dan
Simpulan sesuai dengan kondisi pasien.
Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa Sebaiknya bagi pasien yang berusia ≥ 60 tahun,
dari karakteristik pasien terpasang kateter intravena terutama pasien dengan riwayat penyakit kronis
yang meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, baik itu hipertensi maupun DM, malnutrisi,
hipertensi dan DM; terdapat tiga faktor yang diperlukan pemantauan secara rutin dan
berpengaruh terhadap kejadian flebitis dengan p penggantian fiksasi secara baik minimal 24 jam
value < 0,05 yaitu umur, jenis kelamin dan status serta perlu diperhatikan kecepatan pemberian
DM, sedangkan dua faktor lainnya tidak cairan, lokasi insersi, jenis cairan dan ukuran kanula
berpengaruh terhadap kejadian flebitis karena p dan dilakukan rotasi tempat pemasangan infus
value > 0,05 yaitu status gizi dan status hipertensi. setiap 48 hari sampai dengan 72 jam guna
Berdasarkan distribusi karakteristik pasien membatasi potensi infeksi dengan perawatan
terpasang kateter intravena didapatkan hasil bahwa optimal pada area penusukan dan menghindari
sebagian besar pasien yang terdiagnosis flebitis lokasi insersi yang dapat memperbesar peluang
pada bulan Januari - April 2017 di RSU Haji terjadinya flebitis.
Surabaya yaitu pasien berumur ≥ 60 tahun, jenis
kelamin perempuan, malnutrisi, menderita REFERENSI
hipertensi dan DM. Agustini, C. 2013. Analisis Faktor Yang
Faktor yang paling berpengaruh dan dominan Berhubungan Dengan Kejadian Phlebitis
terhadap kejadian flebitis adalah status DM, dengan
Pada Pasien Yang Terpasang Infus Di Ruang
besar risiko 9,783 kali dibandingkan dengan pasien
Medikal Chrysant Rumah Sakit Awal Bros
yang tidak DM. Pasien yang terdiagnosis flebitis
didominasi dengan pasien berumur ≥ 60 tahun. Pekanbaru. Journal Ners and Midwifery
10 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 1-12
Uslusoy., Esin, C., Mete., Saniye. 2008. Wienstein., Sharon., Ada., Lawrence, P. 2007. Buku
Predisposing Factors To Phlebitis In Patients Saku Terapi Intravena. Jakarta. Penerbit
With Peripheral Intravenous Catheters : A Buku Kedokteran EGC.
Desciptive Study. Journal of the American Zavareh., Nassaji M., Ghorbani, R. 2014. Peripheral
Acedemy of Nurse Practitioners, 43(3): pp. Intravenous Catheterrelated Phlebitis And
172-180. Related Risk Factors. Singapore Medical
https://www.researchgate.net/publication/54 Journal, 48(8): pp. 733-736.
65571> [Sitasi 13 agustus 2017]. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
[Sitasi 18 Agustus 2017].