METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian true experimental karena peneliti dapat
mengontrol munculnya semua variabel luar yang dapat mempengaruhi proses dan hasil
penelitian (Sudibyo, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan hewan coba tikus
Rancangan ini menggunakan rancangan penelitian the post test only group design.
P0
K0 O0
P1
K1 O1
P-R-S
P2
K2 O2
P3
K3 O3
P4
K4 O4
P5
K5 O5
Keterangan:
P : Populasi
R : Random
S : Sampling
K0 : Kelompok kontrol
K1 : Kelompok 1
K2 : Kelompok 2
K3 : Kelompok 3
K4 : Kelompok 4
K5 : Kelompok 5
P0 : Tanpa perlakuan (CMC-Na)
P1 : Perlakuan 1 (CMC-Na dan streptozotocin 65 mg/kgBB)
P2 : Perlakuan 2 (CMC-Na, streptozotocin 65 mg/kgBB, bakteri P.g 2 ml)
P3 : Perlakuan 3 (streptozotocin 65 mg/kgBB, bakteri P.g 2 ml dan ekstrak Stichopus
hermanii 0,09 mg/grBB)
P4 : Perlakuan 4 (CMC-Na, streptozotocin 65 mg/kgBB, bakteri P.g 2 ml dan terapi oksigen
hiperbarik 100% tekanan 2,4 ATA)
P5 : Perlakuan 5 (streptozotocin 65 mg/kgBB, bakteri P.g 2 ml, terapi Stichopus hermanii
0,09 mg/grBB, dan terapi oksigen hiperbarik 100% tekanan 2,4 ATA)
O0 : Kadar gula darah pada kelompok kontrol
O1 : Kadar gula darah pada kelompok 1
O2 : Kadar gula darah pada kelompok 2
O3 : Kadar gula darah pada kelompok 3
O4 : Kadar gula darah pada kelompok 4
O5 : Kadar gula darah pada kelompok 5
Unit eksperimen pada penelitian ini menggunakan Rattus Norvegicus Strain Wistar yang
1. Jenis hewan coba adalah tikus Rattus Norvegicus Strain Wistar, jenis kelamin jantan
2. Kesehatan fisik ditandai dengan bermata jernih, bulu yang mengkilap, memiliki gerak
keadaan lingkungan laboratorium untuk pemeriksaan tikus yang diberi penyinaran cukup
dan sirkulasi udara keluar dan masuk yang bebas. Makanan dan minuman diberikan pada
4.3.2 Replikasi
2
2 [S ¿¿ x x ( n x −1 ) + S y x (n y −1)]
2
(Sg) = ¿
n x +n y −2
Keterangan:
Untuk penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap, acak kelompok, atau
[ ]
2
( Zα +Zβ ) Sc
n=2
Xt −Xc
Keterangan :
n : Besar Sampel
Zα : Deviat baku alfa
Zβ : Deviat baku beta
Sc : Standar deviasi kelompok kontrol
Xt : Rerata kelompok perlakuan yang bermakna
Xc : Rerata kelompok kontrol
Kemungkinan hewan coba mati (f) kurang dari 10%, sehingga besar sampel
( 1)
n=[r ]
1−f
Keterangan:
n : Banyaknya sampel
r : Replikasi
f : Kemungkinan hewan coba mati (10%)
anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada di dalam populasi
tersebut. Teknik ini dapat dilakukan dalam penelitian bila anggota populasi dianggap homogen
(Sudibyo, 2013).
3. Variabel terkendali
1. Bubuk teripang emas (Stichopus hermanii) adalah teripang emas dari pulau Madura
(Sumenep) yang dikeringkan dengan metode freeze dry dan diblender kemudian dibuat
bubuk. Bubuk teripang emas dibuat menjadi dosis 0,09 mg/grBB dengan menggunakan
2. Oksigen hiperbarik adalah ruang udara bertekanan tinggi berisi oksigen 100% dengan
3. Kadar gula darah adalah kadar gula darah pada pembuluh darah vena tikus Wistar yang
diukur dengan alat glucometer “On Call® EZ II” Blood Glucose Monitoring System
nicotinamide (NAD) sebagai premedikasi sekitar 230 mg/kgBB yang dilarutkan dalam
5. Dosis streptozotocin adalah dosis sebesar 65 mg/kgBB pada tikus putih jantan yang
diinkubasi selama 7 hari. Tikus dinyatakan DM jika kadar gula darah >220 mg/dL.
7. Premedikasi rongga mulut adalah tindakan yang dilakukan untuk pengkondisian flora
normal yang sama pada rongga mulut tikus Wistar dengan memberikan kanamycin (20
mg) ampicilyn (20 mg) dan chlorhexidine glukonat kumur 0,12% untuk menekan
Cell) 33277 sebanyak 2 ml dari 1 x 109 sel/ml bakteri. Teknik induksi P. gingivalis
10. Frekuensi induksi Porphyromonas gingivalis adalah sebanyak 3 kali dalam 4 hari.
Setelah 3 minggu terhitung dari pemberian pertama hasil pemeriksaan Patologi Anatomi
(per sonde) dengan menggunakan syringe yang dimasukkan ke dalam mulut hingga
12. Dosis bubuk teripang emas (Stichopus hermanii) adalah banyaknya bubuk teripang emas
yang diberikan pada tikus Wistar dengan dosis 0,09 mg/grBB (Lampiran 3).
13. Lama pemberian ekstrak teripang emas (Stichopus hermanii) pada tikus Wistar adalah 2
14. Teknik terapi oksigen hiperbarik adalah pemberian oksigen 100% 2,4 ATA 3x30 menit
sehari dengan jeda 5 menit selama 5 hari berturut-turut pada chamber hewan coba
(Harnanik, 2008).
15. Lama pemberian terapi oksigen hiperbarik pada tikus Wistar adalah selama 5 hari
1. Alat yang digunakan untuk menimbang berat badan hewan coba adalah timbangan berat
badan.
2. Alat yang digunakan untuk perawatan dan pemeliharaan hewan coba adalah kandang,
5. Alat untuk induksi bakteri Porphyromonas gingivalis adalah spuit berkanula, spuit 3 cc
6. Alat yang digunakan untuk membuat ekstrak teripang emas (Stichopus hermanii) adalah
freezy dryer, laboratory blender, syringe, timbangan, gelas ukur, kertas saring, labu
erlenmeyer, spatula.
7. Alat yang digunakan untuk pemberian ekstrak teripang emas (Stichopus hermanii) adalah
feeding tube.
8. Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel pembuluh darah vena tikus Wistar untuk
9. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan kadar gula darah adalah glucometer “On
1. Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rattus Norvegicus Strain
Wistar.
3. Nicotinamide (NAD) 230mg/kg BB untuk premedikasi tikus diabetes mellitus agar gula
ATCC 33277.
5. Kanamisin 20 mg, ampisilin 20 mg berupa sirup kering 125 mg/5ml dan chlorhexidin
glukonaten 0,12% untuk premedikasi tikus yang diinduksi bakteri P. gingivalis agar
6. Bahan yang digunakan untuk membuat bubuk teripang emas (Stichopus hermanii) adalah
7. Bahan yang digunakan untuk mengukur kadar gula darah tikus Wistar adalah sampel
Airlangga.
dengan kandang yang cukup udara dan cahaya. Aklimatisasi pada hewan coba dilakukan
selama 7 hari. Tikus Wistar diberi makanan dan minuman setiap hari dengan pakan
ternak standar untuk tikus Wistar dan minum dengan air aquadest yang diberikan secara
diberi CMC-Na.
gingivalis dengan terapi bubuk Stichopus hermanii 0,09 mg/grBB dan oksigen
hiperbarik)
Teripang emas yang telah dibeli dari pulau Madura (Sumenep) dalam kondisi basah
dikeluarkan isi perutnya hingga bersih dan dicuci dibawah air mengalir sehingga yang digunakan
adalah bodywall (dinding tubuh) dari teripang emas, kemudian dipotong kecil-kecil dimasukkan
ke dalam kantong plastik dan ditimbang berat basahnya. Selanjutnya diblender dengan
menggunakan laboratory blender hingga menjadi halus dan dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer dengan spatula dan dilakukan pengeringan dengan freeze dryer (Winarni et al.,
Teripang emas yang telah kering kemudian ditimbang dan diblender kembali dengan
menggunakan laboratory blender hingga menjadi bubuk. Pembuatan bubuk teripang emas
kelompok kecuali kelompok 0 yang merupakan kelompok kontrol. Induksi DM pada tikus putih
jantan yang sudah dipuasakan semalam antara 8-12 jam. dilakukan dengan cara memberikan
nicotinamide (NAD) sekitar 230 mg/kg BB yang dilarutkan dalam cairan PBS selama 10 menit
kemudian diberikan streptozotocin (STZ) sebanyak 65 mg/kg BB pada tikus putih jantan yang
sudah dipuasakan selama 8-12 jam. Induksi pada tikus dilakukan selama 4 hari berturut-turut,
selanjutnya tikus diinkubasi selama 7 hari. Tikus dinyatakan DM jika kadar glukosa darah lebih
premedikasi rongga mulut untuk menekan mikrobiota mulut asli. Dalam masa inkubasi selama 7
hari, air minum tikus diberi kanamycin (20 mg) dan ampicilin (20 mg) setiap hari selama 4 hari,
dan rongga mulut tikus diusap dengan chlorhexidine glukonat kumur 0,12% sebagai antiseptik.
menggunakan Porphyromonas gingivalis dengan nomor ATCC (American Type Culture Cell)
33277. Inokulasi dilakukan dengan mencekokkan 2 ml dari 1 x 109 sel/ml bakteri hidup dalam
PBS ke dalam lambung menggunakan spuit berkanula. Selain itu, dengan cotton bud campuran
bakteri dioleskan di sepanjang tepi gingiva buko-palatal/lingual region molar atas dan bawah,
kiri dan kanan. Bakteri juga dimasukkan lewat anus ke daerah kolorektal dengan spuit berkanula
atau cotton bud. Frekuensi induksi Porphyromonas gingivalis adalah sebanyak 3 kali dalam 4
hari. Setelah 3 minggu terhitung dari pemberian pertama bakteri, hasil pemeriksaan Patologi
5. Perlakuan Terapi
Setelah tikus pada kelompok perlakuan telah selesai diinduksi streptozotocin dan bakteri
P. gingivalis, kemudian diberikan terapi ekstrak teripang emas (Stichopus hermanii) dan terapi
HBO.
Teknik pemberian ekstrak teripang emas (Stichopus hermanii) diberikan secara sistemik
(per sonde) dengan menggunakan syringe yang dimasukkan ke dalam mulut hingga lambung
tikus wistar (Sari and Revianti., 2011) dengan dosis 0,09 mg/grBB selama 7 hari. Terapi HBO
adalah pemberian oksigen 100% 2.4 ATA 3 x 30 menit sehari dengan jeda 5 menit selama 5 hari
(Harnanik, 2008).
Masing-masing tikus pada semua kelompok diambil sampel darah dari vena ekor dengan
cara darah diambil melalui ujung ekor tikus kemudian ujung ekor dipotong kira-kira 5mm
menggunakan gunting bedah. Setelah dipotong, ekor diurut-urut sehingga darah keluar. Darah
yang keluar kemudian diteteskan pada strip glucometer “On Call® Plus” sebanyak ±1µl. Setelah
10 detik, kadar glukosa darah akan terbaca pada layar glukometer dan dinyatakan dalam satuan
Pembagian kelompok
(6 kelompok) Hari ke 8
K0 K1 K2 K3 K4 K5
Tanpa Diberi NAD Diberi NAD Diberi NAD Diberi NAD Diberi NAD
Perlakuan 230 mg/kg 230 mg/kg 230 mg/kg 230 mg/kg 230 mg/kg
BB dan Di BB dan Di BB dan Di BB dan Di BB dan Di
induksi STZ induksi STZ induksi STZ induksi STZ induksi STZ
65 mg/kgBB 65 mg/kgBB 65 mg/kgBB 65 mg/kgBB 65 mg/kgBB
Premedikasi Hari
Kanamycin 20mg, Ampicilyn 20mg, Chlorhexidine Glukonate 0,12% ke 11
Hari
Cek Gula Darah
ke 14
Data diperoleh dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dianalisis menggunakan
statistik deskriptif untuk melihat rata-rata dan standar deviasi yang bertujuan untuk memperoleh
gambaran distribusi dan peringkasan data guna memperjelas penyajian hasil. Selanjutnya
dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji statistik parametrik oleh karena skala data rasio.
Syarat uji statistik parametrik adalah uji normalitas dimana data harus normal dan uji
homogenitas dimana data harus homogen. Uji normalitas yang dilakukan yaitu uji Shapiro-Wilk
karena jumlah sampel kurang dari 50. Kemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas dengan
menggunakan uji Levene statistic. Jadi, jika syarat ini terpenuhi, maka dilanjutkan uji one way
ANOVA karena kelompok sampel pada penelitian ini labih dari 2 dan tidak berpasangan. Jika
hasil one way ANOVA adalah p < 0.05, maka Ho ditolak dan dilanjutkan dengan uji LSD.
Sedangkan bila syarat uji statistik parametrik tidak terpenuhi, maka dilakukan uji non parametrik