Program Intervensi Berbasis Mindfulness Untuk Meni
Program Intervensi Berbasis Mindfulness Untuk Meni
Abstract. Diagnosis cancer in children can be extremely stressful for caregiver. Caregiver
are “hidden patients” who have suffered from physical and psychological problems.
However, only few program address the needs caregivers of children with cancer. This
research aims to enhance psychological well-being (PWB) using mindfulness based
intervention for caregiver. Participants of this study are 6 caregivers of children with cancer
in Yayasan Kanker Anak Yogyakarta. The research design is one group pretest-postest
design. PWB scale used to measure caregiver’s well-being, given before treatment as pre-
test and after treatments as post test. The descriptive statistic using wilcoxon matched-pairs
signed-ranks test showed improvements in psychological well being’s caregiver but were
not statistically significant (Z= -1.051, p= 0.293 (p>0.05). However, caregivers had improved
in self acceptance after mindfulness program (Z= -2.207, p= 0.016 (p< 0.05).
Abstrak. Diagnosis kanker pada anak memberikan dampak yang cukup besar bagi
keluarga. Keluarga yang berperan sebagai caregiver tanpa disadari merupakan “pasien
tersembunyi” yang memiliki banyak permasalahan, baik dari segi kesehatan fisik maupun
psikologis. Beban caregiver tersebut mampu menyebabkan kondisi kesejahteraan psikologis
yang semakin menurun. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
psikologis dengan meningkatkan kemampuan mindfulness pada caregiver. Partisipan dari
penelitian ini adalah 6 caregiver pasien kanker anak di Yayasan Kanker Anak Jogja. Metode
penelitian yang digunakan adalah the one group pretest-posttest design. Analisis yang
digunakan adalah teknik wilcoxon matched-pairs signed-ranks test untuk melihat perbedaan
skor mindfulness dan kesejahteraan psikologis partisipan sebelum dan sesudah pemberian
perlakuan. Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kesejahteraan psikologis yang
tidak signifikan pada caregiver (Z= -1.051, p= 0.293 (p>0.05). Meski demikian, terjadi
peningkatan aspek penerimaan diri pada caregiver setelah program mindfulness
berlangsung (Z= -2.207, p= 0.016 (p< 0.05).
Penyakit kanker hingga saat ini menjadi dan Junior (2012) menyebutkan bahwa
masalah kesehatan yang menjadi diagnosis kanker pada anak berdampak
perhatian dunia. Kanker merupakan pada perubahan dalam dinamika
penyakit kronis yang tidak menular keluarga, di antaranya yaitu tantangan
namun dapat menjadi penyebab dalam biaya finansial, prosedur yang
kematian. Menurut WHO, jumlah dijalani, distres psikologis, serta
kematian akibat penyakit kanker selalu penyesuaian terhadap peran dan
meningkat setiap tahunnya, dari empat tanggung jawab yang baru. Hal ini sesuai
belas juta kasus kanker pada tahun 2012 dengan hasil penelitian Fletcher (2010),
menjadi dua puluh dua juta dalam dua yang menyebutkan bahwa keluarga
dekade berikutnya (Kementerian dihadapkan pada pengeluaran yang besar
Kesehatan Republik Indonesia, 2015). untuk membiayai perawatan anak serta
Berdasarkan statistik pada tahun 2012 berdampak pada kehilangan pekerjaan.
yang diperolah dari data Badan Vrijmoet-Wiersema, et al. (2008)
Internasional untuk Penelitian Kanker menyebutkan bahwa manifestasi emosi
(IARC), diperkirakan 70% kematian akibat yang dialami pada orang tua atau
kanker terjadi di negara-negara ber- keluarga terdekat yaitu seperti kondisi
kembang. Di Indonesia sendiri, kanker ketidakpastian, kecemasan, depresi, dan
menjadi penyebab kematian nomor dua Post Traumatic Stress Syndrome (PTSS).
sebesar 13% setelah penyakit Caregiver juga dihadapkan pada tantangan
kardiovaskular (Kemenkes RI, 2015). komunikasi dengan tenaga profesional
Penyakit kanker dapat menyerang medis terkait penyakit dan perawatan
siapa saja, baik orang dewasa maupun yang dijalani anak. Ketidakpastian dan
anak-anak. Data WHO menyebutkan kesulitan terhadap akses informasi terkait
empat persen dari keseluruhan penderita penyakit, kondisi fisik anak, prosedur
kanker di dunia adalah anak-anak. perawatan, dan efek samping pengobatan
Sebanyak 160.000 kasus baru kanker pada menjadi faktor yang menambah beban
anak ditemukan setiap tahun dan 90.000 caregiver (Kohlsdorf & Junior, 2012).
meninggal dunia. Di Indonesia, setiap Berdasarkan penjelasan di atas,
tahun kurang lebih terdapat 11.000 kasus caregiver dari pasien kanker anak
kanker anak, di mana 650 kasus terjadi di merupakan “pasien tersembunyi” yang
Jakarta (Yayasan Onkologi Anak memiliki banyak permasalahan, baik dari
Indonesia, 2014). Menurut studi yang segi kesehatan fisik maupun dari segi
dilakukan oleh Ali et., al, (2010) selama psikologis. Beban dan tanggung jawab
periode tahun 2000-2009 di Rumah Sakit yang dialami caregiver tersebut jelas
Sardjito, didapatkan temuan bahwa mampu menimbulkan tekanan dan stresor
terdapat 1.124 kasus kanker anak yang tersendiri. Proses penyembuhan yang
terjadi di Yogyakarta. harus dijalani oleh pasien kanker anak
Diagnosis kanker pada anak pada memang menimbulkan efek stres, bahkan
kenyataannya memberikan dampak yang traumatik bagi keluarga (Norberg &
cukup besar bagi keluarga karena Boman, 2008; Vrijmoet-Wiersma et al.,
perannya sebagai caregiver. Dampak yang 2008).
terjadi tidak hanya secara ekonomi, Stres yang terus-menerus tanpa
namun juga secara fisik, psikologis, adanya tindakan lebih lanjut akan
maupun sosial. Hasil penelitian Kohlsdorf menyebabkan munculnya simtom-simtom
psikologis seperti perasaan bersalah terus- well-being (seperti vitalitas, afek positif,
menerus, ketidakberdayaan, kecemasan, dan kepuasan hidup). Jika dihubungkan
PTSD, hingga depresi (Dolgin et al., 2007; dengan aktivitas otak, mindfulness mampu
Norberg & Boman, 2008; Vrijmoet- meningkatkan kemampuan individu
Wiersmaet et al., 2008). Oleh karenanya, untuk mengelola emosi. Partisipan yang
caregiver pasien kanker anak lebih diberikan keterampilan mindfulness
memiliki risiko untuk mengalami menunjukkan penyebaran aktivasi
kecemasan dan depresi dibanding prefrontal korteks dan mengurangi respon
keluarga lain yang tidak mempunyai amygdala selama proses diberikan.
riwayat anak sakit (Okado, Long, & Temuan tersebut menunjukkan bahwa
Phipps, 2014). mindfulness mampu membuat individu
Banyak penelitian menunjukkan merasakan dan menyadari emosi secara
adanya penurunan kondisi kesehatan dan selektif, yaitu memberi jarak atau
kualitas hidup, bahkan meningkatnya detachment terhadap emosi negatif
kematian dan morbiditas pada keluarga (Creswell, Way, Eisenberger, &
caregiver. Lebih lanjut, penelitian juga Lieberman, 2007). Mindfulness juga
menyebutkan bahwa beban caregiver terbukti mampu meningkatkan kapasitas
berhubungan dengan kondisi ke- neuroplasticity, yaitu kemampuan mem-
sejahteraan diri yang semakin menurun bentuk konfigurasi baru neuron di otak.
(Li, Yuan, & Zhang, 2016). Dampak peran Perubahan yang terjadi yaitu penebalan di
sebagai caregiver adalah bahwa individu bagian region otak yang berkaitan dengan
akan sangat mungkin mengabaikan perhatian, fokus, proses sensori, sensivitas
kesehatan dan kondisi kesejahteraan terhadap stimulus internal dalam tubuh
psikologisnya. Hal ini dikarenakan energi (Davis & Hayes, 2011).
mereka sudah habis dalam proses Hölzel, et al., (2011) menyebutkan
melayani kebutuhan anak yang sakit. bahwa kecenderungan untuk merespon
Padahal kondisi kesehatan caregiver sangat masalah secara berkesadaran (mindful)
berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dapat menurunkan aktivitas amigdala,
care-recipient. sehingga ketika dihadapkan pada suatu
Caregiver yang memiliki kesejahtera- permasalahan, respon dari emosi negatif
an psikologis yang tinggi diharapkan menjadi tidak berlebihan. Menurut
memiliki konsentrasi yang penuh dan Asuero, et al. (2014) mindfulness juga dapat
dedikasi tinggi yang berfungsi adekuat menurunkan burnout dan meningkatkan
dalam mendukung peran caregiver mereka kesejahteraan psikologis pada petugas
dalam melayani kebutuhan anak. Oleh medis. Hanley, Warner, dan Garland,
karena itu, sangat penting dibutuhkan (2015) menemukan jika dibandingkan
pelayanan kesehatan untuk caregiver, antara kesejahteraan psikologis (PWB)
terutama untuk meningkatkan ke- dengan kesejahteraan partisipantif (SWB),
sejahteraan psikologis (psychological well - mindfulness berasosiasi lebih dekat dengan
being). PWB.
Brown dan Ryan (2003) menemukan Mindfulness membantu seseorang
bahwa mindfulness berkaitan dengan dalam mengatasi berbagai permasalahan
indikator kognitif dan afektif dari dengan pikiran yang lebih terbuka karena
kesehatan mental, termasuk penurunan mereka memiliki kontrol yang penuh
level gangguan emosi (seperti depresi, terhadap perilaku dan emosinya, sehingga
cemas, dan stres) dan peningkatan level dapat mencegah afek negatif yang secara
otomatis muncul ketika dihadapkan pada menggunakan desain penelitian “the one
stressor (Compton & Hoffman, 2013). group pretest-posttest design” (Shadish,
Praktik mindfulness memberikan ke- Cook, & Campbell, 2002). Kriteria inklusi
mungkinan individu menjadi lebih sadar partisipan yang diterapkan dalam
(aware), secara perlahan mengurangi penelitian ini adalah (1) Partisipan
respon otomatis dalam menghadapi merupakan caregiver pasien kanker anak
sesuatu, memberikan perhatian terhadap di YKAKJ; (2) Partisipan mampu
apa yang sedang terjadi pada tubuh dan melakukan mobilisasi secara memadai
apa yang diinginkan oleh tubuh, dan untuk bergabung dalam kelompok; (3)
memberikan waktu jeda sebelum respon Partisipan mampu berbahasa Indonesia
otomatis keluar. Pada akhirnya dengan baik dan benar secara lisan dan
mindfulness mampu membantu individu tertulis; (5) Partisipan bersedia
untuk memilih reaksi yang tepat, dan berpartisipasi dalam proses penelitian dan
dalam perkara tertentu, membantu memenuhi hak serta kewajiban sebagai
memilih untuk menjadi tidak reaktif, partisipan penelitian yang dibuktikan
terlebih ketika berhubungan dengan anak dengan kesediaannya untuk mengisi
(Bogels & Restifo, 2014). Mindfulness informed consent penelitian.
menjadi hal yang krusial bagi caregiver Instrumen penelitian terdiri dari
pasien kanker anak untuk meningkatkan (1) Lembar informed consent; (2) Skala
well being karena dihadapkan terus mindfulness menggunakan Kentucky
menerus pada situasi emosional dan Inventory Mindfulness Skill (KIMS) oleh
penuh stresor, sehingga mengharuskan Baer, Smith, dan Allen, (2004). Peneliti
dirinya untuk selalu siaga dan tidak menggunakan metode forward translation-
terganggu dengan emosi atau pengalaman back translation untuk mengadaptasi skala
negatif ketika sedang berhadapan dengan tersebut ke Bahasa Indonesia; (3) Skala
anak. kesejahteraan psikologis menggunakan
Penelitian menggunakan intervensi skala yang dimodifikasi berdasarkan
berdasarkan konsep Mindfulness Based teori dari Ryff (1989); (4) Modul
Cognitive Therapy (MBCT) oleh Segal, Intervensi berbasis Mindfulness.
William, dan Teasdale (2002) dengan
memasukkan konsep pola asuh Validasi alat ukur
berkesadaran (mindful parenting) oleh Uji validitas skala mindfulness (KIMS)
Bogels dan Restifo (2014). Intervensi menggunakan validitas isi (content
berbasis mindfulness pada caregiver kanker validity). Hasil uji validitas yang dilakukan
anak ini diharapkan mampu bermanfaat oleh lima orang rater menunjukkan nilai
untuk meningkatkan kesehatan mental Aiken’s V yang berkisar antara 0.65-0.95,
caregiver. Hipotesis yang diajukan dalam dengan nilai rata-rata 0.846. Kemudian
penelitian ini adalah program berbasis hasil uji coba terhadap 50 orang dengan
mindfulness dapat meningkatkan ke- rentang usia 22-56 tahun menunjukkan
sejahteraan psikologis (PWB) caregiver nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach
pasien kanker anak. sebesar 0.815. Sedangkan untuk Skala
Kesejahteraan Psikologis, uji validitas isi
Metode menunjukkan nilai Aiken’s V yang
Partisipan pada penelitian ini adalah enam berkisar antara 0.75-0.95, dengan nilai
orang caregiver pasien kanker anak. rata-rata 0.887. Kemudian hasil uji coba
Penelitian diadakan di Yayasan Kasih menunjukkan nilai koefisien reliabilitas
Anak Kanker Jogja (YKAKJ). Penelitian ini Alpha Cronbach sebesar 0.888.
Tabel 1.
Deskripsi partisipan penelitian
Nama (Inisial) Usia (th) Pendidikan Pekerjaan Lama anak sakit
MR 53 SLTP Swasta Minggu ke 27
MH 33 SD Buruh Minggu ke 75
MM 25 SD Buruh Minggu ke 25
peneliti melakukan uji hipotesis. Peneliti pretest dan postest pada kesejahteraan
menggunakan wilcoxon signed-rank test psikologis partisipan ( Z= -1.051; p= 0.172;
untuk menguji hipotesis yaitu melihat (p>0.05)).
apakah ada perbedaan skor pada
pengukuran pretest dan postest secara Uji analisis tambahan
statistic. Wilcoxon signed-rank test juga Peneliti melakukan uji analisis tambahan
digunakan ketika syarat asumsi untuk mengetahui pengaruh intervensi
parametrik tidak terpenuhi yaitu tidak berbasis mindfulness terhadap setiap aspek
terpenuhinya uji normalitas, uji dari kesejahteraan psikologis. Kesejahtera-
homogenitas, dan jumlah sampel kecil an psikologis memiliki enam aspek, yaitu
(Sani & Todman, 2006). Hasil analisis otonomi, hubungan positif, pemahaman
menunjukkan bahwa tidak terdapat lingkungan, perkembangan pribadi, tujuan
perbedaan yang signifikan antara skor hidup, dan penerimaan diri.
Tabel 4.
Hasil analisis skor aspek kesejahteraan psikologis
No Aspek ∑Skor ∑Skor Z Sign.
pretest postest
1 Otonomi 105 103 0.00 0.625
2 Hubungan Positif 107 100 -948 0.219
3 Pemahaman 101 104 -1.134 0.250
lingkungan
4 Perkembangan 85 90 -962 0.250
pribadi
5 Tujuan hidup 115 113 -406 0.375
6 Penerimaan diri 113 143 -2.207 0.016*
*p<0.05= signifikan
pada caregiver pasien kanker anak.
Berdasarkan Tabel 4 dapat Terdapat peningkatan rerata skor ke-
disimpulkan bahwa dari keenam aspek sejahteraan psikologis setelah mengikuti
kesejahteraan psikologis, hanya aspek program mindfulness namun berdasarkan
penerimaan diri yang mengalami hasil analisis uji statistik menunjukkan
peningkatan secara signifikan (Z=-2.207; peningkatan kesejahteraan psikologis
p=0.016), sedangkan aspek yang lain tidak yang tidak signifikan, yang ditunjukkan
mengalami peningkatan signifikan. Hal dengan nilai Z= -1.051, p= 0.293 (p>0.05).
ini berarti terdapat peningkatan Berdasarkan hasil uji statistik disimpulkan
penerimaan diri yang signifikan pasca bahwa program mindfulness tidak teruji
partisipan setelah mengikuti intervensi. meningkatkan kesejahteraan psikologis
caregiver kanker anak.
Diskusi Hasil yang tidak signifikan dari uji
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian hipotesis diperkirakan karena idealnya
ini adalah program mindfulness dapat intervensi berbasis mindfulness dilaksana-
meningkatkan kesejahteraan psikologis kan dalam 8 minggu dengan total waktu
26 jam. Meski demikian, telah dilaporkan Hasil temuan dari uji analisis
bahwa waktu yang dibutuhkan untuk tambahan dari penelitian ini adalah
komitmen mengikuti proses tersebut yang bahwa partisipan mengalami peningkatan
sering menjadi alasan berkurangnya aspek penerimaan diri setelah men-
jumlah partisipan (Carmody & Baer, 2009). dapatkan intervensi berbasis mindfulness,
Namun di sisi lain, lama program untuk dengan nilai Z=-2.207; p=0.016 (p< 0.05).
partisipan caregiver kanker sendiri dapat Temuan ini didukung oleh Hoppes, Bryce,
dimodifikasi menjadi lebih sedikit yaitu Hellman, & Finlay, (2012) yang
selama 6 minggu dengan 3 minggu menyebutkan bahwa dosis rendah dari
pertemuan tatap muka in class dan 3 pelatihan mindfulness, yaitu 3 minggu
minggu latihan di rumah (Lengacher, et pelatihan secara tatap muka dapat
al., 2012). Lebih lanjut lagi, hasil penelitian meningkatkan penerimaan diri dari
baru-baru ini menyebutkan bahwa hanya caregiver kanker. Penelitian lain dari
dengan sesi single-brief mindfulness pun Carson dan Langer, (2006) juga
dapat menghasilkan efek positif secara menyebutkan bahwa intervensi berbasis
langsung terhadap regulasi emosi, mindfulness mampu memengaruhi
kecemasan, (Keng, Smoski, & Robins, penerimaan diri. Kemudian, Brown dan
2011) dan juga trait mindfulness itu sendiri Ryan (2003) menambahkan bahwa sikap
(Howarth et al., 2016). tanpa penilaian dalam minduflness
Hasil yang tidak signifikan terhadap berkaitan dengan penerimaan individu
efek positif yang dihasilkan oleh program terhadap pengalaman sehingga membuat
mindfulness untuk caregiver pasien kanker individu mampu menghadapi pikiran
sejalan dengan penelitian Lengacher, et al., atau perasaan yang tidak nyaman. Hal ini
(2012). Hasil penelitian Lengacher menunjukkan bahwa mindfulness ber-
menyatakan bahwa caregiver mengalami manfaat bagi partisipan untuk menerima
perubahan kenaikan status psikologis dan kondisi sekarang yang sedang dijalani,
kualitas hidup namun kenaikannya tidak sekaligus menerima perannya sebagai
signifikan. Dari penelitian tersebut, hasil caregiver anak sakit kanker. Partisipan juga
yang tidak signifikan diperkirakan karena mampu menerima keberhasilan maupun
partisipan banyak dropout serta komitmen kegagalannya secara personal.
yang kurang karena terjadi konflik Hasil pengamatan rerata skala ukur
terhadap waktu terkait jadwal kemoterapi diri menunjukkan semua partisipan
dan jadwal kontrol dokter yang berbeda- memahami penjelasan hampir di setiap
beda, serta kurangnya kontrol dari sesi, dapat mengikuti instruksi, dan
karakteristik dari caregiver, seperti kondisi merasakan manfaat setiap sesi. Teknik
fisik, stresor harian, jenis penyakit anak, mindfulness yang paling sering dipraktik-
dan demografis dari partisipan. Hal ini kan oleh partisipan adalah nafas ber-
sejalan dengan apa yang terjadi saat kesadaran, memberi jeda, dan praktik
proses pelaksanaan intervensi dalam kebersyukuran. Praktik nafas berkesadar-
penelitian ini bahwa komitmen yang an adalah teknik yang paling mudah
kurang terhadap waktu intervensi dan dipraktikkan partisipan dan manfaatnya
kurangnya kontrol dari segi karakteristik dapat langsung dirasakan partisipan
partisipan. seperti menenangkan pikiran dan badan
menjadi lebih nyaman. Nafas ber- psikologis maupun finansial. Stres yang
kesadaran seperti praktik 3-minute terus-menerus dialami caregiver kanker
breathing akan membuat nafas mejadi anak akan menyebabkan munculnya
lebih stabil, yang secara bertahap akan simtom-simtom psikologis seperti perasa-
membuat detak jantung dan tekanan an bersalah terus-menerus, ketidak-
darah menjadi lebih teratur (Stahl & berdayaan, kecemasan, trauma, hingga
Goldstein, 2010). depresi (Dolgin et al., 2007; Norberg &
Saat sesi memberi jeda, partisipan Boman, 2008; Vrijmoet-Wiersma et al.,
dapat merasa lebih santai dan perasaan 2008). Keenam pendamping mengalami
senang serta lebih menyadari pola berbagai kesulitan ketika menghadapi
interaksi dengan anak. Praktik memberi kondisi kesehatan anak yang tidak stabil
jeda ini membuat partisipan menjadi lebih dan mudah berubah. Beban psikologis
sadar bagaimana cara merespon situasi mereka sangat berat hingga menimbulkan
stres secara lebih baik. Partisipan yang stres yang berkepanjangan bahkan hingga
menyadari bahwa ia mudah marah karena memungkinkan depresi.
terlampau khawatir dengan kondisi anak, Stres yang dialami oleh orang tua
dengan memberi jeda ini membantunya sebagai caregiver juga dipengaruhi oleh
lebih tenang saat menghadapi masalah fase penyakit yang sedang dialami anak.
dengan anak. Menurut pandangan Orang tua dalam fase diagnosis (kurang
neuropsikolog, praktik memberi jeda ini lebih 2 bulan setelah diagnosis) lebih
membantu kemampuan otak untuk membutuhkan dukungan dari banyak
menghambat respon impulsif, yaitu aspek yaitu secara psikologis, medis,
dengan memberikan waktu lebih banyak finansial, dan kebutuhan informasi.
untuk mengamati situasi (observe) dan Caregiver masa awal ini dilaporkan
kemudian merencanakan respon (Bogels memiliki kerentanan yang lebih besar
& Restifo, 2014). Hal inilah yang mengalami distres psikologis yang lebih
membantu individu menjadi tidak mudah akut seperti kemarahan, kecemasan,
reaktif saat menghadapi situasi stres. ketakutan, bahkan hingga depresi
Sesi kebersyukuran, memberikan (Northouse et al., 2012). Terdapat beberapa
manfaat dengan memunculkan rasa partisipan yang berada pada masa
bersyukur, rasa lebih menerima dan diagnosis awal sehingga masih terlihat
ikhlas, serta lebih mencintai dan bangga penolakan terhadap sakit yang dialami
dengan diri sendiri. Partisipan mampu anaknya. Hal inilah yang turut
melihat sisi positif dari dirinya masing- memengaruhi proses intervensi.
masing dan sisi positif dari kondisi yang Northouse, et al. (2012) menyebutkan
sekarang di alami. Partisipan merasa bahwa kondisi emosi yang berat seperti
berada dalam kondisi yang sulit, namun stres hingga depresi pada caregiver saat
merasa bisa menyikapi setiap kesulitan menjalani pelatihan berpengaruh
dengan lebih baik. terhadap keefektifan pelatihan. Distress
Semua partisipan merupakan psikologis yang semakin memburuk akan
keluarga yang berperan sebagai caregiver semakin menunjukkan kesejahteraan
dari pasien kanker anak. Beban yang psikologis yang diperkirakan akan
dialami sangatlah berat termasuk beban menurun (Ryff, 1989).
Haines, J., Spadaro, K. C., Choi, J., Kesehatan RI. Diunduh melalui
Hoffman, L. A., & Blazeck, A. M. www.depkes.go.id.
(2014). Reducing stress and anxiety Keng, S. L., Smoski, M.J., & Robins, C. J.
in caregivers of lung transplant (2011). Effects of mindfulness on
patients: Benefits of mindfulness psychological health: a review of
meditation. International Journal of empirical studies. Clinical Psychology
Organ Transplantation Medicine, 5(2), Review, 31(6), 1041-56. doi: 10.1016/
50–56. j.cpr.2011.04.006.
Hölzel, B. K., Lazar, S. W., Gard, T., Keyes, C. L. M., Shmotkin, D., Ryff, C. D.
Schuman-Olivier, Z., Vago, D. R., & (2002). Optimizing well-being: The
Ott, U. (2011). How does empirical encounter of two
mindfulness meditation work? traditions. Journal of Personality and
Proposing mechanisms of action Social Psychology, 82(6), 1007-1022.
from a conceptual and neural doi : 10.1037/0022-3514.82.6.1007
perspective. Perspectives on Kohlsdorf, M., & Costa-Junior, A. L.
Psychological Science, 6(6), 537–559. (2012). Psychosocial impact of
Hoppes, S., Bryce, H., Hellman, C., & pediatric cancer on parents: A
Finlay, E. (2012). The effects of brief literature review, Paidéia, 22(51), 119-
mindfulness training on caregivers' 129.
well-being. [Article]. Activities, Landis, J. R., & Koch, G. G. (1977). The
Adaptation & Aging, 36(2), 147-166. measurement of observer agreement
Howarth, A., Perkins-Porras, L., Smith, for categorical data. Biometrics, 33(1),
J.G., Subramaniam, J., Copland, C., 159-174.
Hurley, M., Beith, I., Riaz, M., & Lengacher C. A., Kip K. E., Barta, M., Post-
Ussher, M. (2016). Pilot study White, J., Jacobsen, P. B., Groer M.,
evaluating a brief mindfulness Lehman, B., Moscoso, M.S., Kadel,
intervention for those with chronic R., Le, N., Loftus, L., Stevens, C.A.,
pain: study protocol for a Malafa, M. P., & Shelton, M. M.
randomized controlled trial. BMC (2012). A pilot study evaluating the
Psychology, 17(273), 1-12. doi: effect of mindfulness-based stress
10.1186/s13063-016-1405-2 reduction on psychological status,
Hanley, A., Warner, A., & Garland. E.L. physical status, salivary cortisol, and
(2015). Associations between interleukin-6 among advanced-stage
mindfulness, psychological well- cancer patients and their
being, and subjective well-being caregivers. Journal of Holistic
with respect to contemplative Nursing: Official Journal of the
practice Journal of Happiness Studies: American Holistic Nurses' Association.
An Interdisciplinary Forum on 30, 170-85. doi: 10.1177/08980101114
Subjective Well-Being, 16(6), 1423- 35949
1436. doi: 10.1007/s10902-014-9569-5 Li, G., Yuan, H., & Zhang, W. (2016). The
Kementerian Kesehatan Republik effect of mindfulness-based stress
Indonesia. (2015). Infodatin: Pusat reduction for family caregivers:
Data dan Informasi Kementrian