Submitted : 3 Mei 2021 Revised : 9 Nov 2021 Accepted : 18 Nov 2021 Published : 30 Nov 2021
Analisis Kandungan Serat Pangan dan Daya Terima Formula Minuman Healthy Boba
Analysis of Dietary Fiber Content and Acceptability of Healthy Boba Drink Formula
ABSTRAK
Latar Belakang: Minuman boba milk tea merupakan salah satu minuman yang mengandung tinggi kalori, gula
dan lemak serta rendah serat yang dapat meningkatkan faktor risiko gangguan gula darah tinggi. Perlu
modifikasi dengan menambahkan tepung glukomanan porang dan kappa karagenan sebagai bahan pangan tinggi
serat.
Tujuan: Mengetahui kandungan serat pangan dan daya terima formula minuman healthy boba.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode true eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu
faktor dengan tiga perlakuan. Data kandungan serat pangan dianalisis menggunakan uji One Way ANOVA dan
Post Hoc Duncan Multiple Range Test (DMRT). Uji daya terima dianalisis menggunakan Kruskal-Wallis Test.
Hasil: Kandungan serat pangan dalam 1 porsi minuman formula Healthy Boba adalah F1 (1,1663 g), F2 (1,8079
g), F3 (1,7527 g). Variasi penambahan tepung glukomanan porang dan kappa karaginan berpengaruh nyata
terhadap kandungan serat pangan formula Minuman Boba Sehat (p=0,000). Tidak ada perbedaan daya terima
panelis terhadap warna (p=0,977), aroma (p=0,846), rasa (p=0,109) dan tekstur (p=0,148). Tingkat penerimaan
minuman healthy boba adalah 90% konsumen dapat menghabiskan 75% porsi F1, 77% pada F2 dan 73% pada
F3.
Kesimpulan: Kandungan serat pangan tertinggi pada formula Healthy Boba Drink dapat memenuhi 4,9%
kebutuhan serat pada remaja pradiabetes, dan dapat direkomendasikan sebagai minuman alternatif dalam
pencegahan pradiabetes.
Kata kunci: minuman boba, tepung glukomanan porang, kappa karagenan, serat pangan, daya terima..
ABSTRACT
Background: Boba milk tea is a drink that contains high calories, sugar and fat and low fiber which can
increase the risk factors for high blood sugar disorders. It needs to be modified by adding porang glucomannan
flour and kappa carrageenan as high-fiber food ingredients.
Objective: To determine the dietary fiber content and the acceptability of the healthy boba drink formula.
Method: The study used a true experimental method with a one-factor completely randomized design (CRD)
with three treatments. Food fiber content data were analyzed using One Way ANOVA and Post Hoc Duncan
Multiple Range Test (DMRT). Acceptance data was analyzed using the Kruskal-Wallis Test.
Results: The dietary fiber content of 1 serving of Healthy Boba drink formula is F1 (1.1663 g), F2 (1.8079 g),
F3 (1.7527 g). Variations in the addition of glucomannan porang flour and kappa carrageenan had a
significant effect on the dietary fiber content of the Healthy Boba Drink formula (p=0.000). There was no
difference in panelists' acceptance of color (p=0.977), aroma (p=0.846), taste (p=0.109) and texture (p=0.148).
The level of acceptance of the Healthy Boba drink is 90% of consumers can spend 75% of the portion of F1,
77% in F2 and 73% in F3.
Conclusion: The highest dietary fiber content in the Healthy Boba Drink formula can meet 4.9% of the fiber
needs in prediabetes adolescents, and can be recommended as an alternative drink in the prevention of
prediabetes.
Keywords: boba drink; porang glucomannan flour; kappa carrageenan; dietary fiber; acceptability.
Perbandingan Efektivitas Media…
karagenan sebesar 10:2:1. Sedangkan nilai panelis yang dapat menghabiskan ≥75% porsi
rerata terendah dari kategori aroma adalah yang diujikan lebih rendah dari F1, namun
Minuman Healthy Boba F2 dengan masih tergolong tinggi yaitu sebesar 77%.
perbandingan penggunaan tepung tapioka : Sedangkan untuk formula Minuman Healthy
tepung glukomanan porang : kappa Boba F3 prosentase jumlah panelis yang dapat
karagenan sebesar 7:2:1. Uji statistik menghabiskan ≥75% porsi yang diujikan lebih
menunjukkan bahwa tidak terdapat rendah dari F1 dan F2 dan tingkat penerimaan
pengaruh yang signifikan (p=0,846) antar tergolong rendah yaitu sebesar 73%.
perlakuan. Semua aroma formula Minuman Walaupun hasil diketahui bahwa semakin
Healthy Boba masuk ke dalam kategori banyak penambahan tepung glukomanan
yang sama, yaitu kategori suka. porang dan kappa karagenan tingkat
3) Rasa penerimaan produk semakin menurun, data uji
Berdasarkan hasil analisis data dapat tingkat penerimaan formula Minuman Healthy
diketahui bahwa rasa formula Minuman Boba berdistribusi tidak normal sehingga
Healthy Boba dengan nilai rerata tertinggi dianalisis menggunakan Kruskal-Wallis Test
adalah Minuman Healthy Boba F1 dengan dan menunjukkan hasil bahwa variasi
perbandingan penggunaan tepung tapioka : penambahan tepung glukomanan porang dan
tepung glukomanan porang : kappa kappa karagenan tidak berpengaruh nyata
karagenan sebesar 10:2:1. Sedangkan nilai terhadap tingkat penerimaan Formula
rerata terendah dari kategori aroma adalah Minuman Healthy Boba (p=0,110), sehingga
Minuman Healthy Boba F2 dengan Uji Post Hoc tidak perlu dilakukan.
perbandingan penggunaan tepung tapioka :
tepung glukomanan porang : kappa Tabel 3. Hasil Analisis Daya Terima (Uji Tingkat
karagenan sebesar 7:2:1. Uji statistik Penerimaan/ Besar Porsi yang Dihabiskan) Formula
menunjukkan bahwa tidak terdapat Minuman Healthy Boba
pengaruh yang signifikan (p=0,109) antar
perlakuan. Semua rasa formula Minuman Jumlah Panelis
Healthy Boba masuk ke dalam kategori Besar Porsi
yang sama, yaitu kategori suka. F1 (10:2:1) F2 (7:2:1) F3 (3:2:1)
4) Tekstur
Berdasarkan hasil analisis data dapat < 75% 3 (10%) 7 (23%) 8 (27%)
diketahui bahwa tekstur formula Minuman ≥ 75% 27 (90%) 23 (77%) 22 (73%)
Healthy Boba dengan nilai rerata tertinggi Total 30 (100%) 30 (100 %) 30 (100 %)
adalah Minuman Healthy Boba F1 dengan
perbandingan penggunaan tepung tapioka : Pembahasan
tepung glukomanan porang : kappa
karagenan sebesar 10:2:1. Sedangkan nilai 1. Kandungan Serat Pangan Formula Minuman
rerata terendah dari kategori aroma adalah Healthy Boba
Minuman Healthy Boba F3 dengan Serat pangan merupakan susunan
perbandingan penggunaan tepung tapioka : polisakarida dengan ikatan β (1-4) yang tidak
tepung glukomanan porang : kappa dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia
karagenan sebesar 3:2:1. Uji statistik (enzim amilase), namun dapat dimetabolisme
menunjukkan bahwa tidak terdapat oleh bakteri yang terdapat pada usus besar. Serat
pengaruh yang signifikan (p=0,148) antar pangan umumnya dibedakan menjadi dua, yakni
perlakuan. Semua tekstur formula serat pangan tidak larut (insoluble dietary
Minuman Healthy Boba masuk ke dalam fiber/IDF) dan serat pangan larut (soluble dietary
kategori yang sama, yaitu kategori suka. fiber/SDF) yang terdiri dari gum, mucilage
(selulosa, lignin, dan hemiselulosa) pektin dan
b. Uji tingkat penerimaan turunannya (19). Salah satu bahan makanan
Hasil uji tingkat penerimaan formula tinggi serat pangan adalah tepung glukomanan
Minuman Healthy Boba sesuai pada Tabel 9. umbi porang(10). Serat pangan dalam tepung
menunjukkan bahwa formula Minuman glukomanan porang berbentuk glukomanan(20),
Healthy Boba yang paling diterima (prosentase (21)
. Kandungan glukomanan pada tepung
tertinggi dari jumlah panelis yang dapat glukomanan komersil sangat tinggi, yaitu sebesar
menghabiskan ≥75% besar porsi yang 94,39 %(10). Kandungan serat pangan
diujikan) adalah formula dengan perbandingan (glukomanan) yang tinggi pada tepung porang
penggunaan tepung tapioka : tepung terbukti dapat mengendalikan kadar glukosa
glukomanan porang : kappa karagenan = darah. Glukomanan merupakan polisakarida larut
10:2:1 (F1) yaitu 90%. Untuk formula air, berserat tinggi dan rendah kalori yang
Minuman Healthy Boba F2 prosentase jumlah diharapkan dapat bermanfaat bagi tubuh.
Berbagai penelitian menunjukkan efek manfaat paling rendah kandungan serat pangannya
dari glukomanan pada tepung porang terhadap dibanding formula lainnya, yaitu 1,1663 g, dan
kadar glukosa darah dan profil lipid penderita formula Minuman Healthy Boba dengan
diabetes mellitus tipe 2, yaitu kaitannya dengan substitusi tepung glukomanan porang dan kappa
efek fisik intrinsik serat larut di saluran karagenan terbanyak (F3) yaitu dengan
pencernaan dan fermentasi oleh mikroflora di perbandingan tepung tapioka: tepung glukomanan
usus besar yang memicu produksi beberapa porang dan kappa karagenan 3:2:1, kandungan
hormon usus. Produk fermentasi serat (Short serat pangannya tidak lebih besar dibanding
Chain Fatty Acids/ Asam Lemak Rantai Pendek) formula 2 (F2) yaitu 1,7527 g. Walaupun
dapat meningkatkan sensitivitas insulin melalui berdasarkan hasil uji Post Hoc tidak
persaingan dengan asam lemak bebas dan menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
meningkatkan ekspresi GLUT 4 di jaringan F2 dan F3.
sensitif insulin, sehingga glukomanan dalam Hasil uji di atas menunjukkan bahwa
porang memiliki potensi besar menjadi makanan substitusi tepung glukomanan porang dan kappa
fungsional untuk manajemen DM tipe 2(22). karagenan terbanyak (F3) menghasilkan
Tepung glukomanan umbi porang dapat kandungan serat pangan yang tidak lebih tinggi
dimanfaatkan sebagai pembentuk gel karena dari formula ke dua, atau formula dengan
viskositas yang cukup tinggi dan dapat larut pada substitusi tepung glukomanan porang dan kappa
air panas atau dingin(13). Untuk meningkatkan karagenan yang lebih sedikit dibanding formula
elastisitas gel yang dibentuk, glukomanan dapat 3. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
dikombinasikan dengan karagenan. Selain sebelumnya yang dilakukan oleh Mahirdini dan
meningkatkan elastisitas gel, kombinasi Afifah tahun 2016 yang menunjukkan bahwa
glukomanan dengan karagenan juga akan kandungan serat pangan biskuit tertinggi dengan
membentuk gel yang lebih cepat, kuat dan stabil penambahan tepung porang sebesar 40%, lebih
ketika disimpan pada suhu ruang dibandingkan tinggi dibandingkan biskuit dengan tepung
dengan kombinasi glukomanan dengan gelling porang 0%. Namun pada biskuit dengan
agent lainnya (locust bean gum) (23). Pada penambahan tepung porang 70% dan 100% ,
beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kadar serat pangan semakin menurun. Penurunan
penambahan kappa karagenan dapat serat pangan dapat disebabkan karena proses
meningkatkan kadar serat pangan suatu produk pemanasan yang menyebabkan terlarutnya
makanan dan jika digunakan dengan bahan tinggi komponen non serat seperti gula sederhana,
antioksidan terbukti dapat berkontribusi dalam asam-asam gula, dan komponen lainnya, dimana
efek menurunkan kadar glukosa darah lebih baik serat pangan juga mengandung gula seperti
pada tikus dengan diabetes(16), (17), (18). Dalam 100 glukosa, galaktosa, xilosa, manosa, arabinosa,
gram kappa karagenan mengandung 240 kkal, 60 rhamnosa, dan fukosa, serta asam-asam gula
g karbohidrat (serat pangan), sodium 230 mg, dan seperti manuronat, galakturonat, glukuronat,
iron 15%(24). guluronat, dan asam 4-o-metilglukuronat(25). Pada
Uji kandungan serat pangan dilakukan di penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa
Laboratorium Chem-Mix Pratama, Bantul, terdapat penurunan yang signifikan pada serat
Yogyakarta menggunakan metode enzimatis. pangan sampel biji teratai Nymphaea (Lin)
Berdasarkan hasil uji statistik One Way Anova olahan (perebusan) dibandingkan dengan sampel
terdapat pengaruh yang signifikan antara variasi yang tidak diolah/ diproses(26).
penambahan tepung glukomanan porang dan Hasil uji serat pangan pada penelitian ini
kappa karagenan (formula 1 (F1), formula 2 (F2) tidak sejalan dengan beberapa penelitian
dan formula 3 (F3)) terhadap kandungan serat sebelumnya. Penelitian sebelumnya menyebutkan
pangan produk Minuman Heathy Boba bahwa terdapat peningkatan yang signifikan
(p=0,000). Uji Post Hoc Duncan Multiple Range terhadap penambahan kappa karagenan (0,3%,
Test (DMRT) menunjukkan bahwa terdapat 0,6% dan 0,9%) pada pembuatan fruit leather
perbedaan yang nyata antara F1 dengan F2 dan pisang kapok dan fruit leather nanas dan wortel
(16), (17)
F3, namun tidak berbeda nyata antara F2 dan F3. . Hal tersebut dapat disebabkan karena
Dari ketiga formulasi, Minuman Healthy Boba beberapa perlakuan dalam proses pembuatan
dengan perbandingan penggunaan tepung tapioka Minuman Healthy Boba, antara lain adalah proses
: tepung glukomanan porang : kappa karagenan pemanasan (perebusan boba) dan penyaringan jus
sebesar 7:2:1 (F2) merupakan formula yang buah naga merah menjadi sari buah naga merah
paling tinggi kandungan serat pangannya tanpa biji buah naga. Diketahui bahwa sebagian
dibanding formula lainnya yaitu sebesar 1,8079 g. besar serat pangan pada buah naga bersumber
Formula Minuman Healthy Boba dengan dari biji dalam buah naga(27), jika biji tersebut
perbandingan penggunaan tepung tapioka : dibuang/ tidak terdapat pada minuman Healthy
tepung glukomanan porang : kappa karagenan Boba maka akan terjadi penurunan kadar serat
sebesar 10:2:1 (F1) merupakan formula yang pangan Minuman Healthy Boba hasil uji serat
ikut menentukan penerimaan sebuah produk tapioka sebagai bahan utama, tepung
(Mervina 2013 dalam(25)). Pada kategori glukomanan porang dan kappa karagenan
aroma, Minuman Healthy Boba F1 dengan sebagai bahan substitusi dan cocoa dark
perbandingan penggunaan tepung tapioka : powder sebagai bahan tambahan untuk
tepung glukomanan porang : kappa memberi warna cokelat pada boba. Bahan
karagenan sebesar 10:2:1 mendapatkan skor utama dan bahan substitusi dalam membuat
tertinggi dibandingkan dengan formulasi boba pada formula Minuman Healthy Boba
lainnya. Walaupun demikian aroma pada tiap cenderung tidak memiliki rasa atau netral,
formula Minuman Healthy Boba berdasarkan sedangkan cocoa dark powder yang
hasil analisa statistik tidak menunjukkan digunakan cenderung memiliki rasa yang
perbedaan yang signifikan. Berdasarkan agak pahit dan sedikit asin. Walaupun
pengamatan peneliti, aroma boba sebelum demikian penggunaan bahan tambahan
dimasukkan ke dalam cairan memiliki aroma (cocoa dark powder) kosentrasinya hanya
yang khas, yaitu aroma perpaduan antara sedikit sehingga rasa boba tetap cenderung
tepung glukomanan porang, kappa karagenan netral (tidak manis, asin ataupun pahit).
dan cocoa dark powder yang digunakan Dalam pembuatan cairan/ minuman pada
(yaitu sedikit agak amis). Diketahui bahwa formula Minuman Healthy Boba terdiri dari
tepung rumput laut (karagenan) memiliki susu kedelai dan susu sapi segar murni
aroma yang relatif tidak disukai karena sebagai bahan utama, pemanis stevia dan sari
rumput laut memiliki aroma khas amis(36), buah naga merah sebagai bahan tambahan.
ditambah dengan aroma tepung glukomanan Susu kedelai memiliki rasa yang manis
porang yang juga memiliki aroma sedikit dikarenakan pemanis stevia digunakan dalam
amis. Aroma pada boba dalam Minuman pembuatan susu kedelai. Susu sapi segar
Healthy Boba tertutupi oleh aroma susu murni memiliki rasa yang hambar/ tidak
kedelai dan aroma buah naga yang khas, manis. Sari buah naga merah memiliki rasa
sehingga berdasarkan hasil uji daya terima manis alami dan jika dikombinasikan dengan
formula Minuman Healthy Boba susu kedelai dan susu sapi segar murni akan
menunjukkan kategori suka, dengan rerata terasa manis segar alami. Sebagian panelis
F1 sebesar 3,83; F2 3,73; dan F3 3,77. berpendapat bahwa rasa formula Minuman
Rasa merupakan hasil dari indera Healthy Boba sudah memiliki rasa manis
pengecap/ lidah, yang menjadi satu faktor yang pas, namun sebagian yang lain
utama penerimaan suatu produk makanan. berpendapat bahwa rasa formula Minuman
Lidah atau alat indera pengecap terbagi Healthy Boba dirasa kurang manis.
menjadi empat cecapan utama yaitu asam, Walaupun demikian rasa pada tiap formula
pahit, asin dan manis (Zuhra, 2006 Minuman Healthy Boba berdasarkan hasil
dalam(35)). Pada kategori rasa, Minuman analisa statistik tidak menunjukkan
Healthy Boba F1 dengan perbandingan perbedaan yang signifikan dan berdasarkan
penggunaan tepung tapioka : tepung hasil uji daya terima, rasa pada semua
glukomanan porang : kappa karagenan formula Minuman Healthy Boba masuk
sebesar 10:2:1 mendapatkan rerata skor dalam kategori disukai oleh panelis, dengan
tertinggi dibandingkan dengan formulasi rerata F1 sebesar 4,30; F2 3,93; dan F3 4,10.
lainnya. Formula Minuman Healthy Boba Tekstur adalah penginderaan yang
dengan rerata skor penilaian terendah adalah dihubungkan dengan indera peraba. Tekstur
F2 dengan perbandingan penggunaan tepung merupakan salah satu faktor yang
tapioka : tepung glukomanan porang : kappa mempengaruhi daya terima makanan,
karagenan sebesar 7:2:1. Hal tersebut terlebih jika tekstur menjadi salah satu
dikarenakan tingkat kematangan buah naga karakteristik ikonik pada sebuah produk
yang digunakan pada pembuatan Minuman makanan (De Man, 1997 dalam(35)). Seperti
Healthy Boba sedikit berbeda dengan buah pada pengujian tekstur boba pada minuman
naga yang digunakan pada F1 dan F3. F2 healthy boba penting untuk dipertimbangkan
menggunakan buah naga yang sudah matang karena boba dikenal sebagai produk makanan
namun belum terlalu manis, sedangkan F1 dengan tingkat kekenyalan yang cukup
dan F3 menggunakan buah naga yang lebih tinggi. Tekstur juga dinilai dari kemudahan
matang dan memiliki rasa yang lebih manis. dikunyah dan digigit. Tekstur pada boba
Boba dalam Formula Minuman Healthy boba dapat mengalami pengerasan jika komponen
memiliki rasa yang netral sehingga dirasa banyaknya bahan yang digunakan tidak
cukup pas jika dipadukan dengan cairan/ tepat(35). Pada kategori tekstur, Minuman
minuman yang cenderung manis. Dalam Healthy Boba F1 dengan perbandingan
pembuatan boba pada formula Minuman penggunaan tepung tapioka : tepung
Healthy Boba hanya menggunakan tepung glukomanan porang : kappa karagenan
sebesar 10:2:1 mendapatkan rerata skor Tepung tapioka seperti yang diketahui juga
tertinggi dibandingkan dengan formulasi merupakan bahan yang dapat menyebabkan
lainnya. Formula Minuman Healthy Boba kekenyalan suatu produk meningkat,
dengan rerata skor penilaian terendah adalah dikarenakan tepung tapioka memiliki
F3 dengan perbandingan penggunaan tepung kemampuan untuk menyerap air, sehingga
tapioka : tepung glukomanan porang : kappa air dalam butir-butir pati tidak dapat
karagenan sebesar 3:2:1. Hal tersebut bergerak bebas lagi dan hal tersebutlah yang
menunjukkan bahwa semakin banyak menyebabkan kekenyalan produk meningkat
penggunaan tepung glukomanan porang dan (Sahubawa dkk., 2006 dalam(39)), sehingga
kappa karagenan sebagai substitusi, semakin penambahan tepung glukomanan dan kappa
rendah nilai kesukaan panelis terhadap karagenan pada pembuatan boba dengan
tekstur Minuman Healthy Boba, dikarenakan tepung tapioka cenderung membuat boba
panelis merasa kurang mudah dalam semakin kenyal sehingga sedikit sulit untuk
menggigit maupun mengunyah boba. Dengan digigit dan dikunyah. Walaupun demikian
kata lain, penggunaan tepung tapioka dengan tekstur pada tiap formula Minuman Healthy
level yang lebih banyak akan menghasilkan Boba berdasarkan hasil analisa statistik tidak
boba yang kenyal namun tetap mudah untuk menunjukkan perbedaan yang signifikan dan
digigit dan dikunyah. Tepung glukomanan berdasarkan hasil uji daya terima, tekstur
umbi porang dapat dimanfaatkan sebagai pada semua formula Minuman Healthy Boba
pembentuk gel karena viskositas yang cukup masuk dalam kategori disukai oleh panelis
tinggi dan dapat larut pada air panas atau dengan rerata F1 sebesar 4,20; F2 3,97; dan
dingin(13). Untuk meningkatkan elastisitas gel F3 3,98.
yang dibentuk, glukomanan dapat b. Uji Tingkat Penerimaan
dikombinasikan dengan karagenan. Selain Tingkat penerimaan panelis dapat
meningkatkan elastisitas gel, kombinasi dilihat dari besar porsi yang dimakan/ yang
glukomanan dengan karagenan juga akan dihabiskan oleh panelis. Jika produk dapat
membentuk gel yang lebih cepat, kuat dan dihabiskan lebih dari ¾ porsi atau 75% porsi,
stabil ketika disimpan pada suhu ruang maka penerimaan produk tersebut tergolong
dibandingkan dengan kombinasi glukomanan tinggi, begitu juga sebaliknya jika produk
dengan gelling agent lainnya (locust bean hanya dihabiskan <¾ porsi atau <75% porsi
gum)(23). Glukomanan merupakan maka penerimaan produk tersebut tergolong
hidrokoloid yang dapat berfungsi sebagai rendah (Hasanah and Fitriani, 2020). Dalam
binding agents yang dapat mengikat penelitian ini tingkat penerimaan dinilai
komponen atau bahan baku yang digunakan berdasarkan prosentase jumlah panelis dalam
dalam pembuatan suatu makanan. Pada menghabiskan formula yang diujikan, jika
penelitian yang dilakukan oleh Dwi Risti prosentase jumlah panelis yang
Utami, dkk tahun 2017 naget ayam dengan menghabiskan formula ≥75% porsi sebanyak
penambahan tepung glukomanan ≥75% maka tingkat penerimaan formula
menyebabkan sifat kekenyalan naget tersebut tergolong tinggi, begitu juga
semakin kuat(37). Ditambahkan oleh sebaliknya, jika prosentase jumlah panelis
penelitian Agustin tahun 2011, hidrokoloid yang menghabiskan formula ≥75% porsi
pada glukomanan menyebabkan kemudahan sebanyak <75% maka tingkat penerimaan
pembentukan gelatinisasi, terutama pada formula tersebut tergolong tinggi. Uji daya
beberapa produk daging yang jika terima (tingkat penerimaan) dilakukan oleh
disubstitusi dengan hidrokoloid, seperti 30 panelis konsumen dengan 3 formula
karagenan, pati, glukomanan konjak, Minuman Healthy Boba yang diujikan. Data
flaxseed gum, dan alginat diperoleh nilai tingkat penerimaan produk diperoleh dari
kekenyalan yang lebih baik(37), seperti pada laporan panelis terhadap seberapa persen (%)
pembuatan bakso dengan substitusi tepung besar porsi yang dapat panelis habiskan pada
porang(38). Namun pada pembuatan boba tiap harinya. Dari ketiga formulasi, Minuman
khususnya formula Minuman Healthy Boba Healthy Boba dengan perbandingan
tidak sejalan dengan penelitian-penelitian penggunaan tepung tapioka : tepung
tersebut. Hal ini diperkirakan disebabkan glukomanan porang : kappa karagenan
karena pada pembutan boba pada formula sebesar 10:2:1 (F1) merupakan formula yang
Minuman Healthy Boba, murni hanya paling diterima panelis. F1 merupakan
menggunakan tepung tapioka, tepung formula Minuman Healthy Boba dengan
glukomanan porang, kappa karagenan dan perbandingan penggunaan tepung tapiokan
cocoa dark powder, tanpa menggunakan terbanyak, dan penggunaan tepung
bahan protein nabati maupun protein hewani glukomanan porang dan kappa karagenan
seperti pada pembuatan bakso maupun naget.
paling sedikit diantara dua formula Minuman panelis) dan tingkat penerimaan panelis 90%
Healthy Boba lainnya. (tergolong tinggi) sehingga formula Minuman Healthy
Walaupun hasil diketahui bahwa Boba dapat direkomendasikan sebagai minuman
semakin banyak penambahan tepung altenatif dalam pencegahan prediabetes.
glukomanan porang dan kappa karagenan
tingkat penerimaan produk semakin Saran
menurun, analisis statistik data uji tingkat
penerimaan formula Minuman Healthy Boba Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai uji
menggunakan Kruskal-Wallis Test kadar flavonoid (isoflavon), nilai indeks glikemik dan
menunjukkan hasil bahwa variasi beban glikemik formula Minuman Healthy Boba
penambahan tepung glukomanan porang dan dengan penggunaan tepung glukomanan porang dan
kappa karagenan tidak berpengaruh nyata kappa karagenan yang lebih tinggi prosentasinya.
terhadap tingkat penerimaan Formula
Minuman Healthy Boba (p=0,110). Menurut Daftar Pustaka
peneliti hal tersebut terjadi dikarenakan
penambahan tepung glukomanan porang dan 1. Ambarita AT. Pengaruh Penambahan Tepung
kappa karagenan berdasarkan hasil uji Ceker Ayam Ras terhadap Daya Terima dan
hedonik juga menunjukkan penurunan Kandungan Gizi Mutiara Tapioka (Tapioca
tingkat kesukaan panelis terhadap formula Pearl). Medan; 2018.
walaupun tidak berpengaruh nyata jika
dianalisis dengan software (uji Kruskall- 2. Tandra H. Pintar Memilih Minuman
Wallis Test). Rasa dari produk Minuman Antiobesitas dan Diabetes No More Juice &
Healthy Boba secara keseluruhan adalah Boba. 1st ed. F DC, editor. Yogyakarta:
sama, yaitu manis segar yang berasal dari Rapha Publishing; 2020. 1-110 p.
pemanis alami buah naga merah dan pemanis
stevia. Tingkat penerimaan formula 3. Fortune Business Insights. Bubble Tea Market
Minuman Healthy Boba dipengaruhi karena Size, Share & COVID 19 Impact Analysis, By
tekstur boba pada tiap formula yang berbeda- Type (Black Tea, Green Tea, Oolong Tea, and
beda. Dua formula (F1 dan F2) masih dapat White Tea), Flavor (Original, Fruit,
diterima oleh panelis dengan kategori Chocolate, Coffe, and Others), and Regional
penerimaan tinggi dikarenakan penggunaan Forecast, 2020-2027 [Internet]. 2020 [cited
tepung glukomanan porang dan kappa 2021 Aug 11]. p. 1. Available from:
karagenan yang masih tergolong sedikit https://www.fortunebusinessinsights.com/indu
sehingga tekstur dari boba pada produk stry-reports/bubble-tea-market-101564
Minuman Healthy Boba tidak terlalu berbeda
4. Wibowo AF, Riyadi ESH. Pengaruh Gaya
dari boba-boba yang ada di sekitar
Hidup, Prestise dan Kelompok Referensi
masyarakat yaitu tergolong kenyal dan masih
Terhadap Keputusan Pembelian (Studi pada
dapat diterima panelis. Tingkat penerimaan
Konsumen Taiwan Tea House Semarang). In:
F3 tergolong rendah dikarenakan boba pada
Seminar Nasional Riset Manajemen & Bisnis
F3 menggunakan lebih banyak subsitusi
2017 “Perkembangan Konsep dan Riset E-
tepung glukomanan porang dan kappa
Business di Indonesia". Salatiga; 2017.
karagenan (dibandingkan F1 dan F3)
sehingga boba lebih kenyal dan sedikit lebih 5. Min JE, Green DB, Kim L. Calories and
susah untuk dikunyah. Sugars in Boba Milk Tea: Implications for
Obesity Risk in Asian Pacific Islanders. Food
Simpulan Sci Nutr. 2017;5(1):38–45.
Kandungan serat pangan 1 porsi Minuman 6. Ma J, Jacques PF, Meigs JB, Fox CS, Rogers
Healthy Boba paling tinggi terdapat pada formula GT, Smith CE, et al. Sugar-Sweetened
Minuman Healthy Boba dengan perbandingan Beverage but Not Diet Soda Consumption Is
penggunaan tepung tapioka, tepung glukomanan Positively Associated with Progression of
porang dan kappa karagenan sebesar 7:2:1 (F2), yaitu Insulin Resistance and Prediabetes. J Nutr
sebesar 1,808 g (4,9% dari kebutuhan serat remaja Nutr Epidemiol. 2016;146:2544–50.
prediabetes), sedangkan daya terima formula
Minuman Healthy Boba paling tinggi dan paling 7. Paramita DP, Lestari A. W. Pengaruh Riwayat
diterima oleh panelis adalah formula Minuman Keluarga Terhadap Kadar Glukosa Darah
Healthy Boba dengan perbandingan penggunaan pada Dewasa Muda Keturunan Pertama dari
tepung tapioka, tepung glukomanan porang dan kappa Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di
karagenan sebesar 10:2:1 (F1), dengan total skor Denpasar Selatan. E-JURNAL Med [Internet].
penilaian uji hedonik adalah 4,14 (disukai oleh 2019;8(1). Available from:
323735 2010.
27. Jayanti PR. Kajian Kandungan Senyawa 34. Wenno MR, LourethaThenu J, Lopulalan
Fungsional dan Karakteristik Sensoris Es CGC. Karakteristik Kappa Karaginan dari
Goyang Buah Naga Super Merah (Hylocereus Kappaphycus Alvarezii pada Berbagai Umur
Costaricensis). Surakarta; 2010. Panen. JPB Perikan. 2012;7(1):61–7.
28. Persedia, Perkeni. Pedoman Pengelolaan dan 35. Lamusu D. Uji Organoleptik Jalangkote Ubi
Pencegahan Prediabetes di Indonesia 2019. S Jalar Ungu ( Ipomoea Batatas L) Sebagai
AT, editor. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Upaya Diversifikasi Pangan. J Pengolah
Percetakan UNAIR; 2020. 1-62 p. Pangan. 3(1):9–15.
29. Sunarwati DA. Pengaruh Substitusi Tepung 36. Ulfah M. Pemanfaatan Iota Karaginan
Sukun Terhadap Kualitas Brownies Kukus. (Eucheuma Spinosum) dan Kappa Karaginan
Semarang; 2011. (Kappaphycus Alvarezii) Sebagai Sumber
Serat untuk Meningkatkan Kekenyalan Mie
30. Hasniar, Rais M, Fadilah R. Analisis Kering. Bogor; 2009.
Kandungan Gizi dan Uji Organoleptik pada
Bakso Tempe dengan Penambahan Daun 37. Utami DR, Aprilia V, Nisa FZ. Sifat fi sik,
Kelor (Moringa Oleifera). J Pendidik Teknol kadar serat, dan daya terima naget dengan
Pertan. 2019;5:S189–200. penggunaan glukomanan dari porang
(Amorphophallus oncophyllus) untuk
31. Wardhani DH, Atmadja AA, Nugraha CR. substitusi daging ayam. J Gizi dan Diet
Pencegahan Pencoklatan Enzimatik pada Indones [Internet]. 2017;5(1):9–16. Available
Porang Kuning (Amorphophallus from:
oncophyllus). Reaktor [Internet]. http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJND
2017;17(2):104–10. Available from:
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/reaktor/ 38. Dewi NRK, Widjanarko SB. Studi Proporsi
Tepung Porang : Tapioka dan Penambahan
32. Zhao J, Zhang D, Srzednicki G, Kanlayanarat NaCl Terhadap Karakteristik Fisik Bakso
S, Borompichaichartkul C. Development of A Sapi. J Pangan dan Agroindustri.
Low-Cost Two-Stage Technique for 2015;3(3):855–64.
Production of Lowsulphur Purified Konjac
Flour. Int Food Res J [Internet]. 39. Saskiawan I, Sally, Kiyat W El, Widhyastuti
2010;17:1113–24. Available from: N. Karakterisasi Kwetiau Beras dengan
https://www.researchgate.net/publication/285 Penambahan Tepung Tapioka dan Tepung
837635 Jamur Tiram. J Biol Indones [Internet].
2018;14(2):227–34. Available from:
33. Mulyono E. Peningkatan Mutu Tepung Iles- https://www.researchgate.net/publication/330
Iles (Amorphophallus Oncophillus) 898050
(Foodgrade: Glukomannan 80%) Sebagai
Bahan Pengelastis Ml (4% = Meningkatkan
Elastisitas Ml 50%) dan Pengental (1% =
16.000 Cps) Melalui Teknologi Pencucian
Bertingkat dan Enzimatis pada Kapas. Bogor;