MEMUTUSKAN:
BAB I
KET ENTUAN UMUM
Pasal 1
41. Jalan Arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata -rata
tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
42. Jalan Kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk
di batasi.
43. Jalan Lokal adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata -rata
rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
44. Jalan Lingkungan adalah jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan
kecepatan rata-rata rendah.
45. Sungai adalah tempat-tempat dan wa dah-wa dah serta jaringan
pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi
kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis
sempa dan.
46. Sempa dan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai,
termasuk sungai buatan, yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai /sungai buatan.
47. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air
irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi
permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pom pa,
dan irigasi tambak.
48. Sempa dan irigasi adalah kawasan sepanjang kiri kanan saluran
irigasi primer dan sekunder yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi saluran.
49. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disingkat RTNH,
adalah ruang terbuka di bagian wilayah perkotaan yang tidak
termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang di perkeras atau
yang berupa ba dan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang
tidak da pat ditumbuhi tanaman atau berpori (cadas, pasir, kapur,
dan lain sebagainya).
- 19 -
50. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses
pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.
51. Dokumen Lingkungan Hidup a dalah dokumen yang memuat
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang terdiri atas
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL-UPL), Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL), Dokumen
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (DPPL), Studi
Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (S EMDAL), Studi
Evaluasi Lingkungan Hidup (S EL), Penyajian Informasi
Lingkungan (PIL), Penyajian Evaluasi Lingkungan (PEL), Dokumen
Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPL), Rencana Pengelolaan
Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL-RPL),
Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH), Dokumen
Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH), dan Audit Lingkungan.
52. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disingkat SPPL a dalah
pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup atas dam pak li ngkungan hidup dari usaha
dan/atau kegiatannya di luar usaha dan/atau kegiatan yang wajib
AMDAL atau UKL -UPL.
53. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan
mengenai besaran pembangunan yang diperbolehkan pa da suatu
zona berdasarkan batasan pengaturan Koefisien Dasar Bangunan
(KDB) atau Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Ketinggian Lantai
Bangunan (TLB), Koefisien Dasar Hijau (KDH), dan/atau aturan
tambahan lainnya berupa Koefisien Tapak Basement (KTB),
Koefisien Wilayah Terbangun Maksimum (KWT), Kepadatan
Bangunan atau Unit Bangunan, dan Kepadatan Penduduk
Minimum.
- 20 -
BAB II
RUAN G LINGKUP
Pasal 2
Pasal 3
BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRAT EGI
Bagian Kesatu
Tujuan
Pasal 4
Bagian Kedua
Kebijakan dan Strategi
Pasal 5
Paragraf 1
Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang Daerah
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Strategi pengembangan sistem sarana dan prasarana yang terintegrasi
dengan sistem regional, Provinsi, dan nasional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf c meliputi:
a. memadukan, meningkatkan, dan/atau membangun jaringan
infrastruktur transportasi darat yang terdiri dari jaringan jalan
beserta pendukungnya, sarana terminal penumpang dan barang,
dan lokasi pergantian moda transportasi barang dan orang secara
terintegrasi dengan jaringan pelayanan transportasi regional,
Provinsi, dan nasional;
- 26 -
Pasal 10
Paragraf 2
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Daerah
Pasal 11
Pasal 13
Paragraf 3
Kebijakan dan Strategi Penetapan Kawasan Strategis Daerah
Pasal 14
BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH DAERAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 15
Bagian Kedua
Sistem Perkotaan
Pasal 16
Paragraf 1
Sistem Pusat Pelayanan
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Paragraf 2
Bagian Wilayah Kota
Pasal 20
(2) BWK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) terdiri atas:
a. BWK I mempunyai luas kurang lebih 255 Ha (dua ratus lima
puluh lima hektare), dengan fungsi utama sebagai kawasan
pusat pelayanan sosial dan ekonomi skala kota, rekreasi
wisata perkotaan, dan permukiman dengan kepa datan
tinggi, dan terdiri dari seluruh Kelurahan Panjang, sebagian
Kelurahan Rejowinangun Utara, seluruh Kelurahan
Rejowinangun Selatan, sebagian Kelurahan Magelang,
sebagian Kelurahan Kemirirejo, sebagian Kelurahan
Magersari, dan sebagian Kelurahan Cacaban;
b. BWK II mempunyai luas kurang lebih 371 Ha (tiga ratus
tujuh puluh satu hektare), dengan fungsi utama pusat
pelayanan permukiman kepa datan tinggi dan sedang,
perguruan tinggi, dan pendidikan angkatan darat, dan
terdiri dari seluruh Kelurahan Potrobangsan, sebagian
Kelurahan Wates, Kelurahan Gelangan, sebagian Kelurahan
Magelang, dan sebagian Kelurahan Cacaban;
c. BWK III dengan luas kurang lebih 383 Ha (tiga ratus delapan
puluh tiga hektare), dengan fungsi pusat pelayanan rekreasi
kota/wisata alam skala regional, pelestarian alam,
pendi dikan angkatan darat, dan permukirnan dengan
kepadatan rendah, dan terdiri dari seluruh Kelurahan
Jurangombo Utara, sebagian Kelurahan Magersari, sebagian
Kelurahan Kemirirejo, dan seluruh Kelurahan Jurangombo
Selatan;
- 38 -
Pasal 21
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Daerah
Pasal 22
Paragraf 1
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
undangan; dan
d. penyelenggaraan Terminal Tipe A sesuai ketentuan
peraturan perundang-un dangan.
(3) Pengembangan Terminal Tipe C, sebagaimana dimaksud pa da
ayat (1) huruf b, dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai
berikut:
a. penyediaan sarana dan prasarana pendukung secara
memadahi dan berkualitas sesuai dengan arahan
penyediaan;
b. pengintegrasian simpul jaringan angkutan umum kawasan
perkotaan dengan kawasan perdesaan sebagai kawasan
pengumpan penumpang dan barang;
c. revitalisasi, pengadaan lahan, dan pembangunan kawasan
Terminal Tipe C yang memenuhi standar kelayakan
berdasarkan peraturan perundang-un dangan; dan
d. penyelenggaraan Terminal Tipe C dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-un dangan.
(4) Pengembangan Terminal Angkutan Barang sebagaimana
dimaksud pa da ayat (1) huruf c, dilaksanakan berdasarkan
arahan sebagai berikut:
a. terminal angkutan barang difungsikan untuk tempat
peristirahatan dan/atau, membongkar barang, memuat
barang, serta perpindahan moda transportasi angkutan
barang;
b. penyediaan sarana dan prasarana utama dan pendukung
terminal angkutan barang berdasarkan arahan penyediaan;
c. pengintegrasian kawasan terminal angkutan barang dengan
pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan untuk
mendukung distribusi barang; dan
d. penyelenggaraan terminal angkutan barang dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-un dangan.
- 44 -
Pasal 28
d. moda yang digunakan berupa bus kecil, bus besar, dan bus
sedang.
(5) Rencana pengembangan trayek Angkutan Kota sebagaimana
dimaksud pa da ayat (3) huruf c, dilaksanakan berdasarkan
arahan sebagai berikut:
a. terintegrasi dengan Terminal Tipe A dan Terminal Tipe C;
b. meningkatkan jangkauan pelayanan yang merata di seluruh
wilayah Daerah;
c. moda yang digunakan adalah mobil penumpang umum dan
bus pe numpang umum; dan
d. pembangunan prasarana pelengkap dan penunjang
angkutan perkotaan.
(6) Pengembangan sistem jaringan trayek Angkutan Khusus
sebagaimana dimaksud pa da ayat (3) huruf d, meliputi angkutan
antar jemput, angkutan karyawan, dan angkutan pemadu moda ,
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(7) Rencana penetapan angkutan umum tidak dalam trayek,
sebagaimana dimaksud pa da ayat (1) huruf b, meliputi:
a. pengembangan Angkutan Taksi ;
b. pengembangan Angkutan Sewa;
c. pengembangan Angkutan Pariwisata; dan
d. pengembangan Angkutan Lingkungan.
(8) Pengembangan Angkutan Taksi sebagaimana dimaksud pa da ayat
(7) huruf a, dilaksanakan dengan arahan wilayah operasi terbatas
sebagai pendukung pa da pusat pelayanan perdagangan dan jasa,
perhotelan dan moda yang digunakan berupa mobil penumpang
umum.
(9) Pengembangan Angkutan Sewa sebagaimana dimaksud pa da ayat
(7) huruf b, dilaksanakan berdasarkan arahan wilayah operasi
tidak dibatasi oleh wilayah administratif dan moda yang
digunakan berupa mobil penumpang um um dan bus penumpang
umum.
- 46 -
Pasal 29
Paragraf 2
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
Pasal 30
Paragraf 3
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
Pasal 31
(1) Rencana sistem jaringan prasarana sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3) huruf b, berpedoman pa da pola
pengelolaan sumber daya air meliputi:
a. pengembangan sungai;
b. pengembangan jaringan irigasi;
c. pengembangan cekungan air tanah; dan
d. pengembangan jaringan air baku untuk air bersih.
Pasal 32
(1) Pengembangan sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
ayat (1) huruf a disusun berdasarkan Wilayah Sungai (WS), yaitu
Wilayah Sungai (WS) lintas provinsi Progo Opak Serang.
Pasal 33
Pasal 34
Pasal 35
Paragraf 4
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi
Pasal 36
Paragraf 5
Rencana Infrastruktur Perkotaan
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44
BAB V
POLA RUAN G WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 45
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 46
Paragraf 1
Kawasan Perlindungan Kawasan Ba wahannya
Pasal 47
Paragraf 2
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 48
Paragraf 3
RTH
Pasal 49
Paragraf 4
Kawasan Perlindungan Suaka Alam
Pasal 50
Paragraf 5
Kawasan Perlindungan Geologi
Pasal 51
Paragraf 6
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Pasal 52
Paragraf 4
Kawasan Rawan Bencana Alam
Pasal 53
Bagian Ketiga
Kawasan Budi daya
Pasal 54
Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Perumahan
Pasal 55
Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa
Pasal 56
Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Perkantoran
Pasal 57
Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 58
Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pasal 59
Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Ruang Terbuka Non Hijau
Pasal 60
Paragraf 7
Kawasan Ruang Peruntukan Evakuasi Bencana
Pasal 61
Paragraf 8
Kawasan Peruntukan Ruang bagi Kegiatan Sektor Informal
Pasal 62
Paragraf 9
Kawasan Peruntukan Pendidikan
Pasal 63
Paragraf 10
Kawasan Peruntukan Kesehatan
Pasal 64
Paragraf 11
Kawasan Peruntukan Periba datan
Pasal 65
Paragraf 12
Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan
Pasal 66
Paragraf 13
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pasal 67
Paragraf 14
Kawasan Peruntukan Pergudangan
Pasal 68
Paragraf 15
Kawasan Peruntukan Olahraga
Pasal 69
BAB VI
PEN ETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 70
Bagian Kedua
Penetapan Kawasan Strategis
Untuk Kepentingan Pertahanan dan Keamanan
Pasal 71
Bagian Ketiga
Penetapan Kawasan Strategis Dari Sudut
Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup
Pasal 72
Bagian Keempat
Penetapan Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi
Pasal 73
Bagian Kelima
Penetapan Kawasan Strategis Sosial dan Budaya
Pasal 74
BAB VII
ARAHAN PEMANFAATAN RUAN G WILAYAH DAERAH
Bagian Kesatu
Pemanfaatan Ruang Wilayah Umum
Pasal 75
Bagian Kedua
Perumusan Kebijakan Strategis Operasionalisasi
Pasal 76
Bagian Ketiga
Prioritas dan Tahapan Pembangunan
Pasal 77
Bagian Kelima
Optimalisasi Aset Pemerintah Daerah
Pasal 78
BAB VIII
KET ENTUAN PENGENDALIAN
PEMAN FAATAN RUAN G WILAYAH DAERAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 79
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Daerah
Paragraf 1
Umum
Pasal 80
b. aturan anjuran;
c. aturan khusus;
d. kode zonasi;
e. aturan kegiatan dan penggunaan lahan; dan
f. penyusunan peta zonasi.
(4) Ketentuan peraturan zonasi dalam RDTRK sebagaimana
dimaksud pa da ayat (3) diatur dengan Peraturan Daerah tentang
Rencana Detail Tata Ruang Kota paling lambat 4 (empat) tahun
setelah Peraturan Daerah ini ditetapkan.
(5) Penyusunan peraturan teknis zonasi sebagaimana dimaksud pa da
ayat (2) huruf a dan huruf b meliputi:
a. aturan dan kegiatan penggunaan lahan;
b. aturan intensitas pemanfaatan ruang;
c. aturan tata masa bangunan;
d. aturan prasarana minimum;
e. aturan lain/tambahan; dan
f. aturan khusus.
(6) Penyusunan peraturan teknis zonasi sebagaimana dimaksud pa da
ayat (5) ditetapkan dengan Peraturan Daerah tersendiri paling
lambat 5 (lima) tahun setelah ditetapkannya Peraturan Daerah
ini.
Paragraf 2
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 81
(1) Ketentuan Umum Peraturan zonasi disusun sebagai pedoman
pengendalian pemanfaatan ruang untuk setiap zona pemanfaatan
ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (1) meliputi
ketentuan umum kegiatan dan ketentuan umum intensitas
ruang.
(2) Ketentuan umum kegiatan dan ketentuan umum intensitas ruang
sebagaimana dimaksud pa da ayat (1) meliputi;
a. kawasan lindung; dan
b. kawasan budidaya.
- 106 -
Paragraf 3
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Lindung
Pasal 82
Pasal 83
Pasal 84
Pasal 85
Pasal 86
Pasal 87
Pasal 88
Pasal 89
Pasal 90
Paragraf 4
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya
Pasal 91
Pasal 92
Pasal 93
Pasal 94
Pasal 95
Pasal 96
Pasal 97
Pasal 98
Pasal 99
Pasal 100
Pasal 101
Pasal 102
Pasal 103
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 104
Bagian Keempat
Ketentuan Pemberian Insentif dan Disinsentif
Pasal 105
Bagian Kelima
Arahan Sanksi
Pasal 106
Pasal 107
Pasal 108
BAB IX
HAK, KEWAJIBAN , PERAN MASYARAKAT,
SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 109
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 111
Pasal 112
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 113
Pasal 114
Pasal 115
Pasal 116
Pasal 117
Pasal 118
Bagian Keempat
Sistem Informasi dan Komunikasi Penataan Ruang
Pasal 119
BAB X
KELEMBAGAAN
Pasal 120
BAB XI
PENGAWASAN PENATAAN RUANG
Pasal 121
Pasal 122
Pasal 123
Pasal 124
BAB XII
PENYELESAIAN S EN GKETA
Pasal 125
BAB XIII
KET ENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 126
BAB XIV
PENYIDI KAN
Pasal 127
BAB XV
KET ENTUAN PIDANA
Pasal 128
(1) Setiap orang yang tidak menaati tata ruang yang telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 huruf a yang
mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipi dana sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan
ruang.
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pa da ayat (1)
mengakibatkan kerugi an terhadap harta benda atau kerusakan
barang, pelaku dipidana sesuai ketentuan peraturan perundang -
undangan di bidang penataan ruang.
(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pa da ayat (1)
mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan
ruang.
Pasal 129
(1) Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 106 huruf b, di pidana sesuai ketentuan
peraturan perundang-un dangan di bi dang penataan ruang.
- 145 -
Pasal 130
Pasal 131
Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik
umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 huruf d, dipidana sesuai
dengan peraturan perundang-un dangan di bidang penataan ruang.
- 146 -
Pasal 132
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128
sampai dengan Pasal 130, dilakukan oleh suatu korporasi, selain
pi dana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang
da pat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda
dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan
ruang.
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pa da ayat (1)
korporasi da pat dijatuhi pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status ba dan hukum.
Pasal 133
Pasal 134
BAB XVI
KET ENTUAN PERALI HAN
Pasal 135
BAB XVII
KET ENTUAN PENUTUP
Pasal 136
Pasal 137
Pasal 138
Dokumen Rencana dan Album Peta dengan tingkat ketelitian paling
rendah 1 : 25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran V dan
Lampiran VI yang merupakan bagian tidak tepisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
- 149 -
Pasal 139
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pa da tanggal diun dangkan.
Ditetapkan di Magelang
pa da tanggal 6 Fe bruari 2012
WALIKOTA MAGELAN G,
SIGIT WIDYONINDITO
Diundangkan di Magelang
pa da tanggal 8 Februari 2012
SEKRETARIS DAERAH KOTA MAGELAN G
SUGIHARTO
WIDHI HARYANI