Anda di halaman 1dari 9

Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2021 / 2022

KARAKTERISASI GELATIN DARI CEKER AYAM BROILER (Gallus domesticus)


MENGGUNAKAN ASAM BELIMBING WULUH DENGAN VARIASI SUHU PEMANASAN
Intan Naimah1, apt. Revi Yenti, M.Si2, apt. Dedi Nofiandi, M.Farm3
Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Farmasi
Universitas Perintis Indonesia
Email: intannaiamh01@gmail.com

ABSTRAK
Kandungan kolagen yang tinggi pada ceker ayam dapat di kembangkan menjadi bahan baku
alternatif pembuatan gelatin yang halal. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik
gelatin dari ceker ayam broiler dengan memvariasikan suhu pemanasan 60oC, 70oC dan 80oC
menggunakan asam belimbing wuluh. Asam belimbing wuluh yang digunakan pada penelitian ini
sebanyak 2000 mL permasing-masing suhu. Karakteristik yang di uji pada gelatin meliputi
organoleptis, derajat keasaman (pH), kadar air, kadar abu, viskositas, kekuatan gel dan kadar protein.
Dengan uji karakteristik didapatlah hasil terbaik dalam penelitian ini adalah gelatin dengan suhu
pemanasan 80oC dengan hasil rendemen tertinggi yaitu 3,841%, derajat keasaman (pH) 5,32, kadar
air 4,62%, kadar abu 0,727%,viskositas 46 cP, kekuatan gel 60,6526 g bloom, dan kadar protein
sebesar 69,6447%. Gelatin yang dihasilkan memenuhi karakterisasi persyaratan sesuai dengan SNI
meliputi organoleptis, pH, kadar air, kadar abu, kekuatan gel, dan kadar protein, kecuali viskositas.

Kata kunci : Gelatin, Gallus domesticus, Averrhoa belimbi (L)

ABSTRACT
The high collagen content in chicken feet can be developed as an alternative raw material for
making halal gelatin. The purpose of this study was to determine the characteristics of gelatin from
broiler claws by varying the heating temperature of 60oC, 70oC and 80oC using starfruit acid. The
starfruit acid used in this study was 2000 mL each temperatur. Characteristics tested on gelatin
include organoleptic, acidity (pH), moisture content, ash content, viscosity, gel strength and protein
content. With the characteristic test, the best results in this study were gelatin with a heating
temperature of 80oC with the highest yield of 3.841%, acidity (pH) 5.32, water content 4.62%, ash
content 0.727%, viscosity 46 cP, gel strength. 60.6526 g bloom, and protein content of 69.6447%.
The resulting gelatin meets the characterization requirements in accordance with SNI covering
organoleptic, pH, water content, ash content, gel strength, and protein content, except for viscosity.

Key words : Gelatin, Gallus domesticus, Averrhoa belimbi (L)

Page 1
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021
PENDAHULUAN substansi lain.
Penduduk Indonesia mayoritas beragama Pada hasil penelitian (Masa,P 2020) gelatin
islam sehingga masalah kehalalan gelatin yang diperoleh dari tulang ikan tenggiri
menjadi utama. Tulang atau kulit yang menggunakan asam sitrat dari belimbing wuluh
digunakan sebagai bahan baku gelatin sering dengan suhu 70°C dan perendaman selama 3 hari
tidak dicantumkan sumber jenis hewan ternak menghasilkan 6% yield gelatin dengan kadar
yang digunakan. Hal ini disebabkan karena protein sebesar 75,92% dengan kondisi yang
sumber gelatin yang beredar di pasaran berasal optimum pada masa ossein 250 gram dengan
dari kulit babi sebesar 46%, dari kulit sapi waktu ekstraksi 3 jam. Dari kondisi optimum
sebesar 29,4 %,dari tulang sapi sebesar 23,1 %, didapat kadar air 8,83%, kadar abu 3,75%, pH 6,
dandari sumber lainnya sebesar 1,5% seperti kekuatan gel 61,0468%, viskositas 2,9 cp. Dari
kulit, tulang ikan dan ceker ayam.(GME, 2007). parameter uji karakteristik hasil analisa kadar
Komponen utama penyusun ceker ayam abu pada gelatin menunjukkan bahwa kadar abu
yaitu kolagen sebesar 5,64% - 31,39%. tiap kenaikan massa ossein dan waktu ekstraksi
Kandungan kolagen yang tinggi sehingga dapat mengalami penurunan dan nilai yang terkandung
di kembangkan menjadi bahan baku alternatif cukup tinggi dan tidak memenuhi standar nilai
pembuatan gelatin yang halal (Liu,2001). SNI No. 06-3735 Tahun 1995 untuk standar
Pemanfaatan gelatin di bidang farmasi antara gelatin dengan kadar maksimum 3,25%
lain sebagai bahan baku dalam pembuatan kapsul Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan
lunak, kapsul keras, granul, tablet, suplemen penelitian pembuatan gelatin menggunakan asam
makanan, dan sebagai penyalut bagi produk obat belimbing wuluh dengan variasi suhu
lainnya (Miwada & Simpen, 2011) pemanasan.
Pembuatan gelatin dibagi menjadi 2 macam METODOLOGI PENELITIAN
proses, yaitu proses tipe A (asam), B (basa). Penelitian ini sudah dilaksanakan selama
Proses asam bisa mengubah struktur triplehelix lebih kurang 6 bulan (Januari – Juni) 2022 di
menjadi singlehelix. Perbedaan kedua proses ini Laboratorium LLDikti Wilayah X, dan
terletak pada proses perendaman, pH dan suhu. Laboratorium Instrumentasi pusat FATETA
Suhu ekstraksi dengan asam diharapkan bisa Universitas Andalas.
menghasilkan gelatin dengan karakteristik yang
baik. Suhu merupakan salah satu ALAT DAN BAHAN
faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil ALAT
akhir dari pembuatan gelatin. Mutu gelatin Alat yang digunakan dalam penelitian ini
yang tinggi di peroleh dari suhu ekstraksi yang meliputi alat untuk preparasi, wadah kedap udara,
rendah, tetapi suhu dengan ekstraksi yang tinggi pisau, kertas saring, mesh ukuran 60, timbangan
akan meningkatkan rendemen (Rahayu & digital tipe ABJ 2204M (Kem®), aluminium foil,
Fithriyah, 2015). blender (Philips®), pH meter HI 8424 (Hannah), dan
Penggunaan suhu ekstraksi juga merupakan alat gelas lainnya misalnya beaker glass (Pyrex®),
hal yang mempengaruhi gelatin yang dihasilkan. corong kaca (Pyrex®), gelas ukur (Pyrex®),
Ekstraksi dapat dilakukan pada suhu 50- erlenmeyer (Pyrex®), freeze dryer (YamatoDC-801),
100°C(Siregar, 2015). Penggunaan suhu yang texture analyser brookfield CT-3, viskometer KU-3
lebih dari 95°C dapat menurunkan sifat-sifat bookfield stormer, cawan porselen, krus porselen,
gelatin(Retno, 2012). Menurut hasil penelitian
desiccator vacuum DN-150 (Novus), oven UN 55
(Taufik M, 2011). Ceker ayam merupakan salah
(Memmert®), Waterbath wnb 22 (Memmert®), labu
satu hasil pemotongan ayam yang memiliki
kjeldahl (Pyrex®), furnace (Carbolite CWF 12/13),
potensi yang bagus. Ceker ayam terdiri dari
tulang dan kulit yang memiliki kandungan yang seperangkat alat destilasi kjeldahl.
baik. Ditinjau dari komposisi kimianya, kulit
BAHAN
kaki ayam mengandung sekitar 22% protein
kasar; 5,50% lemak; 3,5% abu; 64% air; dan 3% Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ceker ayam broiler sebanyak 6 kg yang dijual

Page 2
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021
di pasar tradisional Lubuk buaya Kota Padang, dan dilakukan dengan objektif (Dirjen POM,
perasan asam belimbing wuluh, aquadest, Selenium 2000).
p.a, H2SO4 Pekat (95-97%) p.a, H3BO3 4% p.a, dan 2. Rendemen
HCl 0,5 N p.a. Nilai rendemen ekstrak didapatkan
dengan membandingkan berat ceker segar
PENGAMBILAN SAMPEL
dengan berat serbuk gelatin yang sudah kering
Sampel yang digunakan pada penelitian ini dan dinyatakan dalam bentuk persen.
adalah ceker ayam broiler. Sampel diperoleh di Pasar 3. Kadar Air
Tradisional Lubuk Buaya, Padang. Krus porselen ditimbang sebagai (A).
Gelatin serbuk ditimbang 2 g dan dimasukkan
IDENTIFIKASI SAMPEL ke dalam krus porselen sebagai (B).
Identifikasi ceker ayam broiler dilakukan di Selanjutnya dimasukkan ke dalam oven,
Museum Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas tutupnya dibuka dan dikeringkan pada suhu
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 105oC selama 1 jam hingga bobot tetap. Krus
Universitas Andalas Padang. didinginkan dalam keadaan tertutup di dalam
desikator hingga suhu ruang. Ditimbang
PREPARASI SAMPEL CEKER AYAM kembali sebagai berat krus porselen ditambah
BROILER sampel setelah dikeringkan (C). Persentase
Sampel ceker ayam ditimbang sebanyak 6000 susut pengeringan dihitung menggunakan
g, dibersikan dan dipotong kukunya, ceker ayam rumus (Kemenkes RI, 2017).
dipotong dengan ukuran 2-3 cm. (𝐵−𝐴)−(𝐶−𝐴)
% Susut Pengeringan × 100 %
(𝐵−𝐴)

PEMBUATAN GELATIN CEKER AYAM 4. Kadar Abu


Ceker ayam direndam menggunakan asam Krus yang akan digunakan dibersihkan,
belimbing wuluh dengan perbandingan I : 2 (ceker dipijar, ditara, dan ditimbang sebagai berat krus
kosong (A). Serbuk Gelatin ditimbang 2 g dan
ayam : asam belimbing wuluh) selama 36 jam.
dimasukkan ke dalam krus. Kemudian
Selanjutnya ceker ayam hasil rendaman dipisahkan
ditimbang sebagai berat krus ditambah sampel
dari asam, kemudian ceker ayam dicuci bersih
sebelum dipijar (B). Krus berisi sampel
dengan air mengalir. Ceker ayam bersih dipanaskan dimasukkan ke dalam furnace dan dipijar pada
dalam waterbath dengan rentang suhu 60oC, 70oC, suhu 6000C selama 4 jam hingga terbentuk abu.
80oC. Larutan hasil pemanasan, disaring dengan Setelah krus dibiarkan dingin, ditimbang
kertas saring, kemudian dinginkan pada lemari kembali sebagai berat krus ditambah sampel
pendingin, lalu pisahkan antara lemak dengan gelatin setelah dipijarkan (C). Persentase kadar abu
(buang bagian atas yang berwarna putih). Gelatin dihitung menggunakan rumus (Dirjen POM,
basah yang diperoleh dikeringkan menggunakan 2000).
freeze dryer dan didapatkan gelatin kering kemudian 𝐶−𝐴
% Kadar abu = 𝐵−𝐴 × 100 %
haluskan dengan blender, lalu diayak dengan ayakan
5. Viskositas
60 mesh dan didapatkan gelatin serbuk. Selanjutnya, Larutan gelatin konsentrasi 6,67% (b/b)
gelatin yang dihasilkan pada masing-masing suhu disiapkan dengan aquadest, kemudian diukur
pemanasan akan disebut dengan GLB 60, GLB 70 viskositasnya menggunakan alat viskometer
dan GLB 80. stormer pada suhu 60°C. Nilai viskositas
dinyatakan dalam satuan centipoise (cP).
UJI KARAKTERISTIK GELATIN 6. pH
1. Organoleptis Gelatin sebanyak 0,2 gram dilarutkan
Dilakukan dengan menggunakan kedalam 20 mL aquadest bersuhu 80oC
pancaindera dengan mengamati bentuk, kemudian dihomogenkan. Nilai pH diukur
warna, dan bau dari gelatin sebagai dengan mencelupkann ujung elektroda pH
pengenalan awal secara sederhana dan meter kedalam larutan gelatin hingga nilai yang

Page 3
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021
terbaca dilayar pH meter stabil. (𝑚𝑙 𝐻𝐶𝐿−𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜)𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝐿 𝑥 14,007
x 100 %
7. Kekuatan gel 𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Sampel gelatin dibuat dalam larutan dengan 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑃𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 (%) =


konsentrasi 6,67% (b/v). Kemudian, diaduk %𝑁 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖
sampai homogen sambil dipanaskan sampai suhu
HASIL DAN PEMBAHASAN
45°C selama 15 menit. Setelah itu, diinkubasi
selama 2 jam pada suhu 10°C. Gel yang Hasil
terbentuk diukur menggunakan Texture Analyser Dari hasil penelitian yang telah di lakukan
dengan kondisi diameter probe 1,3 cm, tentang pembuatan dan karakterisasi gelatin dari
kecepatan penetrasi 2 mm/detik dan jarak ceker ayam broiler (Gallus domesticus)
penetrasi ke permukaan 4 mm. Nilai kekuatan menggunakan asam belimbing wuluh dan
gel yang dihasilakn dalam satuan dyne/cm2. didapatlah hasil sebagai berikut:
Nilai tersebut kemudian dikonversi menjadi 1. Hasil identifikasi hewan yang dilakukan di
satuan g bloom dengan persamaan : Museum Zoolofi Andalas jurusan biologi
Konversi Nilai F : FMIPA Universitas Andalas (UNAND)
1 𝑘𝑔 9,81 𝑁 Padang diperoleh nama latin hewan dari ceker
x 1 𝑘𝑔 x 𝑝𝑒𝑎𝑘𝐿𝑜𝑎𝑑 (𝑔𝑟) ayam broiler yaitu Gallus
1000 𝑔𝑟
= … (𝑁𝑝𝑜𝑖𝑠𝑒) domesticus(lampiran 4) no: 9/K-
ID/MZUA/1/2022. Alasan menggunakan
Nilai D : ceker ayam broiler dikarenakan ceker ayam
𝐹 broiler mudah di dapatkan dan hasil
𝐾𝑒𝑘𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑙 (𝐷) = 𝐺 x 980 𝑁 =
gelatinnya juga lebih banyak di bandingkan
…(𝑑𝑦𝑛𝑒/𝑐𝑚2 )
yang lainnya.
2. Hasil pengamatan organoleptis gelatin ayam
Konversi g bloom dari nilai D :
broiler dengan bentuk yang diperoleh adalah
gram bloom = 20 + 2,86 x 10-3 x (D)
serbuk baik dari Glb 60oC, 70oC dan 80oC.
Dimana F adalah gaya (Newton), G adalah
warna yang diperoleh dari Glb 60oC berwarna
konstanta (0,07) dan D adalah kekuatan gel
kuning pucat, pada Glb 70oC berwarna kuning
(𝑑𝑦𝑛𝑒/𝑐𝑚2 ).
pucat dan pada Glb 80oC berwarna kuning
8. Kadar protein kecoklatan. Bau yang diperoleh dari Glb
Timbang seksama 1 gram sampel dan 60oC, 70oC dan 80oC khas dan juga rasa yang
masukkan ke dalam labu Kjeldahl. Tambahkan diperoleh tidak berasa
10 ml H2SO4 pekat, 1 gram selenium mixture, 3. Hasil rendemen pada gelatin ceker ayam
lalu dipanaskan untuk mengilangkan uap SO2. broiler Glb 60oC 3,746%, Glb 70oC 3,806%,
Destruksi dimulai dengan nyala suhu 410oC api dan pada Glb 80oC 3,841%
kecil lalu api hijau, hingga terbentuk larutan 4. Hasil kadar air gelatin ceker ayam broiler
berwarna jernih kehijauan dan uap SO2 hilang. pada Glb 60oC adalah 9,10 %, Glb 70oC
Kemudian dipindahkan kedalam labu ukur 100 adalah 5,51 % dan Glb 80oC adalah 4,47
ml dan masukan ke dalam labu kjedahl dan %.
tambahkan aquadest sebanyak 40 ml dan 5. Hasil kadar abu pada gelatin ceker ayam
tambahkan 10 ml NaOH 40% lalu destilasi. broiler Glb 60oC 2,39%, Glb 70oC 1,82%,
Destilasi dilakukan sampai uap destilasi tidak dan pada Glb 80oC 0,85%
bereaksi. Hasil destilasi ditampung dalam 6. Hasil nilai derajat keasaman (pH) dari
elemeyer 100 ml yang berisi 10 ml larutan asam gelatin ceker ayam broiler Glb 60oC 4,82 ,
borat 3% yang telah ditambahakan indikator Glb 70oC 5,13 , dan pada Glb 80oC 5,32.
Conway. Lalu dititrasi dengan HCL standar 7. Hasil kekuatan gel pada gelatin ceker ayam
sampai warna biru dari hasil destilasi berubah broiler Glb 60oC 61,0850 g/bloom, Glb 70oC
menjadi warna pink. . 62,9320 g/bloom, Glb 80oC 65,0139
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑁 (%) = g/bloom

Page 4
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021
8. Hasil kekuatan gel pada gelatin ceker ayam tergantung dari tahapan pengeringan yang di
broiler Glb 60oC 61,0850%, Glb 70oC lakukan pada gelatin basah dimasukan ke dalam
62,9320%, 80oC 65,0139% erlemeyer dan di pasangkan pada freez dryer
9. Hasil kadar protein pada gelatin ceker ayam hingga gelatin mengering dan selanjutnya di
broiler Glb 60oC 62,1998%, Glb 70oC haluskan menggunakan blender dan di ayak
66,0811%, 80oC 69,6447% dengan mesh 60 dan didapatlah serbuk gelatin.
Hasil Glb 60oC, 70oC berwarna kuning pucat dan
PEMBAHASAN 80oC berwarna kuning kecoklatan, hal ini
Pada penelitian ini menggunakan ceker menunjukan sesuai dengan ketentuan
ayam yang didapatkan dipasar tradisional Lubuk karakteristik menurut SNI. Perbedaan warna
Buaya, Kota Padang dan telah dilakukan yang dihasilkan pada penelitian ini dipengaruhi
identifikasi hewan vertebrata dimuseum zoology oleh suhu ektraksi, semakin tinggi suhu ektraksi
Universitas Andalas jurusan biologi FMIPA maka gelatin yang di hasilkan juga akan lebih
Universitas Andalas, tujuan identifikasi sampel gelap, dan dapat juga disebabkan oleh perbedaan
adalah untuk menetukan identitas sampel yaitu ukuran partikel (Farmakope Indonesia Edisi IV,
ceker ayam broiler (Gallus gallus domesticus). n.d.) Glb 60oC, 70oC dan 80oC memiliki bau
Dalam penelitian ini yang pertama kali yang khas dan tidak berasa.
dilakukan yaitu pembuatan gelatin dari ceker Tabel 1. Rendemen serbuk gelatin ceker ayam
ayam broiler. Gelatin ini dikategorikan sebagai broiler (Gallus gallus domesticus)
No Jenis Berat Ceker Berat Gelatin % Rendemen
gelatin tipe A, karena pada penelitian ini Gelatin Ayam (g) Kering (g)
digunakan larutan asam dari buah belimbing 1 Glb 60 2000 g 74,9231 g 3,746 %
wuluh yang didapat dari daerah Payakumbuh, 2 Glb 70 2000 g 75,5471 g 3,806 %
3 Glb 80 2000 g 76,2731 g 3,841 %
Sumatra Barat. Selain asam anorganik, terdapat
asam organik yang dapat berpotensi untuk Rendemen yang dihasilkan dalam
digunakan sebagai pengubah serat kolagen. penelitian ini berkisar antara 3,76% - 3,841%.
Setelah didapatkan gelatin dalam bentuk Banyaknya rendemen yang dihasilkan juga
serbuk kering maka dilakukan karakterisasi dipengaruhi oleh banyaknya kolagen yang
gelatin yang bertujuan untuk menentukan apakah terkonversi menjadi gelatin. perbedaan suhu
gelatin yang dihasilkan memenuhi syarat dan ekstraksi memberikan hasil yang berbeda
ketentuan gelatin SNI. terhadap rendemen gelatin. Berdasarkan data
pada tabel di atas menunjukan bahwa semakin
Gambar 1. Serbuk gelatin ceker ayam broiler
meningkat suhu ekstraksi, semakin tinggi juga
(Gallus gallus domesticus)
rendemen gelatin yang dihasilkan. (HW & CL,
60oC 70oC 80oC 2000) menyatakan bahwa suhu ekstraksi yang
tinggi akan meningkatkan rendemen karena
struktur kolagen terbuka akibat beberapa ikatan
dalam molekul proteinnya terlepas. (Taufik M,
2011) menyatakan bahwa suhu yang tinggi
membantu memecah ikatan hidrogen dalam gel
yang terhidrolisis. Struktur kolagen akan menjadi
lebih terbuka karena pembuatan gelatin direndam
Organoleptis merupakan salah satu faktor dalam larutan asam asetat sehingga semakin
penilaian selain sifat fisika dan kimia dari suatu banyak kolagen yang terhidrolisis dan gelatin
produk. Uji organoleptis memiliki hubungan yang terekstrasi. Nilai rendemen yang tertinggi
yang tinggi dengan mutu produk karena yaitu pada Glb 80oC dengan hasil 3,841% dan
berhubungan langsung dengan selera konsumen nilai terendah pada Glb 60oC dengan hasil 3,746.
(Nurhayati, 2015). Hasil pemeriksaan
organoleptis menunjukan bahwa Glb 60oC, 70oC Tabel 2. Hasil Rekapitulasi Karakterisasi
dan 80oC semuanya berbentuk serbuk, hal ini Gelatin Dari Ceker Ayam Broiler

Page 5
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021
Dengan Asam Belimbing Wuluh bahan baku (HW & CL, 2000). bahwa kadar abu
Variasi Suhu Pemanasan gelatin paling rendah yang dihasilkan pada suhu
tertinggi yaitu 0,85%. Kadar abu yang
dihasilakan masih memenuhi standar SNI gelatin
yang berkisar yaitu 2,39% - 0,85%. Semakin
kuat asam yang digunakan dan semakin tinggi
suhu ekstraksi maka kadar abu yang diperoleh
semakin rendah. Hal ini dikarenakan semakin
tinggi suhu ekstraksi yang digunakan maka
jumlah mineral yang terdapat pada ossein
semakin rendah. Nilai kadar abu diduga
dipengaruhi oleh keberadaaan mineral di suatu
bahan, makin banyak mineral maka akan
semakin banyak yang akan diuraikan dan
tertinggal dalam larutan (ekstraksi) yang akan
terukur menjadi kadar abu (Astawan & Mulyani,
2002).
Derajat keasaman (pH) gelatin sangat
menentukan aplikasi gelatin pada produk
pangan, gelatin tipe A lebih cocok untuk
diaplikasikan pada produk farmasi dengan pH
netral (Astawan & Mulyani, 2002). Hasil
penelitian menunjukan bahwa nilai pH gelatin
berkisar antara 4,82 – 5,32, nilai ini masih
memenuhi standar SNI gelatin tipe A (gelatin
Kandungan air dalam bahan pangan ikut dengan proses asam) yaitu antara 4,5 – 6,5 Yang.
menentukan penerimaan, kesegaran dan daya G, (2008), pH gelatin dipengaruhi oleh suhu
tahan bahan tersebut (Winarno, 1997). bahwa ekstrakai yang berbeda-beda pada saat
semakin tinggi suhu ekstraksi maka kadar air pemanasan. Dengan menggunakan asam dan
yang dihasilkan semakin rendah. Menurunnya perlakuan yang berbeda dapat memberikan
kadar air gelatin akibat suhu ekstraksi yang pengaruh terhadap ion H+ yang akan terikat pada
tinggi disebabkan karena proses denaturasi yang protein. Dimana pada proses ekstraksi akan
terjadi akan mengakibatkan perubahan molekul terbawa sehingga mempengaruhi tingkat
dan jumlah air yang terikat menjadi lebih lemah keasaman pada gelatin yang dihasilkan. Hal ini
dan menurun (Soeparno, 2009). Struktur kolagen sejalan dengan (R, 2001) ion H+ yang terserap
yang terbuka dan lemah menghasilkan gelatin dalam kolagen, terperangkap dalam jaringan
dengan struktur yang lemah sehingga daya fibril kolagen sehingga sulit dinetralkan pada
mengikat air pada gelatin kurang kuat. Daya ikat saat pencucian yang akhirnya ikut terhidrolisis
air yang melemah akan membuat air mudah pada proses ekstraksi dan mempengaruhi tingkat
menguap pada saat pengeringan gelatin dan keasaman gelatin yang dihasilkan.
kadar air gelatin kering menjadi lebih rendah Kekuatan gel berhubungan dengan
(Mulyani, 2002). Dengan hasil yang di dapat kemampuan mengubah cairan menjadi padatan
semakin tinggi suhu pada saat ekstraksi maka atau mengubah bentuk sol menjadi gel yang
kadar air yang di hasilkan semakin rendah, nilai bersifat reversible (Taufik M, 2011). Pada
terendah yaitu pada Glb 80oC sebesar 4,47% dan penelitian (SOMPIE, 2015) kekuatan gel yang
masih memenuhi standar SNI dengan nilai didapat lebih tinggi dengan perlakuan suhu yang
maksimum 16%. lebih rendah yaitu 50oC, 55oC dan 60oC dengan
Kadar abu menunjukan kemurnian produk nilai rata-rata pada kisaran 62,44 – 64,42 g
, yang di pengaruhi oleh kandungan mineral Bloom. Pada penelitian ini nilai tertinggi yaitu

Page 6
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021
pada suhu 80oC dengan hasil 60,6526. Hasil dari 62,1955%. Pada penelitian (SOMPIE, 2015)
tabel di atas menunjukan bahwa semakin tinggi kadar protein gelatin yang dihasilkan dari kulit
suhu ekstraksi yang digunakan, maka hasil nilai kaki ayam dengan suhu ekstraksi 50oC, 55oC dan
yang di dapat juga semakin besar. Rendahnya 60oC yaitu berkisar antara 87,05% – 88,93%.
kekuatan gel pada Glb 60oC karena terjadinya Hal ini menunjukan hasil yang di lakukan masih
pemutusan lebih lanjut terhadap molekul gelatin memenuhi standar SNI.
yang menyebabkan semakin pendeknya rantai
asam amino dan mempengaruhi berat molekul KESIMPULAN
pada protein. Hal ini sejalan dengan (H, 2006) Gelatin yang dihasilkan dari variasi suhu
yaitu dengan ekstrak suhu yang tinggi dapat pemanasan menggunakan asam belimbing wuluh
menyebabkan semakin pendeknya rantai asam menghasilkan gelatin dengan organoleptis,
amino dan mempengaruhi berat molekul pada rendemen, kadar air, kadar abu, pH, kekuatan
gelatin, dan juga semakin pendeknya rantai asam gel, dan kadar protein telah memenuhi
amino menyebabkan rendahnya berat molekul karakteristik SNI.
sehingga kekuatan gel menjadi rendah. SARAN
Pengujian viskositas dilakukan untuk Disarankan kepada peneliti selanjutnya
mengetahui tingkat kekentalan gelatin sebagai untuk dapat memvariasikan konsentrasi larutan
larutan pada konsentrasi dan suhu tertentu (M, asam dalam pembuatan gelatin dari ceker ayam
2013). Berdasarkan hasil penelitian, pada agar lebih mendapatkan hasil karakteristik
kecepatan yang sama yaitu 10 rpm diketahui gelatin yang bagus.
nilai viskositas gelatin sampel yang dihasilkan .
pada Glb 60oC sebesar 71 cP, pada Glb 70oC DAFTAR PUSTAKA
sebesar 56 cP dan Glb 80oC sebesar 46 cP, nilai Agastia, A., Arifin, M. Z., & Setyorini, E.
viskositas cenderung meningkat karena kadar (2021). Uji Efektifitas Antimikroba Ekstrak
protein nya yang tinggi. Hal ini menunjukkan Daun Belimbing Wuluh (Avverhoa bilimbi
viskositas yang dihasilkan tidak sesuai dengan L) Terhadap Bakteri Eschericia coli. Jurnal
standar SNI. Dengan penggunaan suhu di Insan Cendekia, 8(1), 29-38.
atas 55oC menyebabkan terjadinya hidrolisis Astawan, M., Hariyadi, P., & Mulyani, A.
lanjutan molekul gelatin menjadi unit rantai lebih (2002). Analisis Sifat Reologi Gelatin dari
kecil sehingga mempengaruhi nilai viskositas Kulit Ikan Cucut. Jurnal Teknologi Dan
(Saputra,R & Supriadi, 2015). Sama hal nya Industri Pangan, 8(1), 38–46.
dalam penelitian ini, hasil yang di dapat tidak Astiana, I., Nurjanah, N., & Nurhayati, T.
memenuhi standar SNI. (2016). Characterization of Acid Soluble
Kadar protein merupakan salah satu syarat Collagen from Redbelly Yellowtail Fusilier
dalam penetuan kualitas gelatin. Persentase Fish Skin (Caesio cuning). Jurnal
kadar protein dari ceker ayam broiler dengan Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia,
perlakuan menggunakan asam dan juga suhu 19(1),79–93.
yang berbeda-beda dapat di lihat pada tabel di CANDRA, S., DK, K., & Widodo, Y. (2012).
bawah. Kolagen mengalami denaturasi ketika Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah
dipanaskan dalam larutan pada suhu 30-40oC. Belimbing Wuluh (Averrhoa blimbi L.)
pada saat protein mengalami denaturasi, tidak Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah
ada ikatan kovalen pada kerangka rantai Tikus Wistar Yang Diinduksi Aloksan.
polipeptida yang rusak sehingga deret asam Jurnal Kedokteran Diponegoro, 1(1).
amino khas protein tetap utuh setelah denaturasi Hidayat, G., Nurcahya Dewi, E., & Rianingsih,
(ockerman dan Hansen 2000). Semakin L. (2016). Characteristics of Bone Gelatin
meningkat suhu ekstraksi, semakin tinggi kadar Tilapia (Oreochromis niloticus) Processed
protein yang dihasilkan. Pada tabel di atas nilai by Using Hydrolysis With Phosphoric Acid
tertinggi berada pada Glb 80oC yaitu sebesar and Papain Enzyme. Jurnal Pengolahan
65,9699% dan nilai terendah pada suhu 60oC Hasil Perikanan Indonesia, 19(1), 69–78.

Page 7
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021
Hiya, N., Zulkifli, Z., & Fadhli, I. (2020). dari tulang ikan nila merah. Seminar Sains
Pengolahan Belimbing Wuluh Menjadi Dan Teknologi, November, 1-6.
Sirup Berkhasiat Serta Pengembangan Retno, D. T. (2012). Pembuatan gelatin dari
Produk Turunannya di Kecamatan Medan tulang ayam boiler dengan proses hidrolisa.
Helvetia Timur. Jurnal Ilmiah Core IT: Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains
Community, 8(5). dan Teknologi. Universitas Pembangunan
Ima Hani, S. (2009). Karakterisasi Mutu Fisika Nasional, Yogyakarta. 177.
Kimia Gelatin Kulit Ikan Kakap Merah Rijai, L. (2012). Beberapa Tumbuhan Obat Asal
(Lutjanus Sp) Hasil Proses Perlakukan Kalimantan Timur Sebagai Sumber Saponin
Asam. Potensial. Journal Of Tropical Pharmacy
Jaziri, A. A., Muyasyaroh, H., & Firdaus, M. And Chemistry, 1(4).
(2019). Karakteristik Fisikokimia Gelatin Rofifah, D. (2020).No. Paper Knowledge .
Kulit Ikan Ayam-ayam ( Abaliste stellaris ) Toward a Media History of Documents, 12–
Dengan Pra-Perlakuan Konsentrasi Asam 26.
Sitrat. Buana Sains, Rohmah, F. (2017). Pengaruh Lama
Liu, D.C, Y.K. Lin, and M. T. C. (2001). Perendaman dengan Asam Sitrat terhadap
Optimum Condition of extrcting collagen Produksi Gelatin Halal dari Tulang Ayam
from Chicken feet and its caracetristics. Broiler ( Gallus domestica ).
Asian-Australasian Journal of Animal Saputra, R., Widiastuti, I., & Supriadi, A. (2015).
Science. Karakteristik Fisik Dan Kimia Gelatin Kulit
M.I. Said, J. C. L. dan M. H. (2011). Pengaruh Ikan Patin (Pangasius Pangasius) Dengan
Waktu Dan Konsentrasi Bahan Curing Kombinasi Berbagai Asam Dan Suhu.
Terhadap Kuantitas Dan Kualitas Gelatin Fishtech.
Kulit Kambing Yang Diproduksi Melalui Siregar, H., Ginting, S., & Limbong, L. N.
Proses Asam. (2015). Effect of solvent type and extraction
M, M. (2013). Pengaruh Konsentrasi Asam temperature of chicken leg on the physical
Asetat dan Lama Demineralisasi Terhadap and chemical characteristic producted
Kuantitas Dan Kualitas Gelatin Tulang gelatine. J. Rekayasa Pangan Dan Pert.,
Ayam. 3(2), 171–177.
Muflih, A. (2014). Gelatin ikan dan Sitompul S. (2004). Analisis Asam Amino dalam
pemanfaatannya. Samakia: Jurnal Ilmu Tepung Ikan dan Bungkil Kedelai. Buletin
Perikanan. Teknik Pertanian, 9(1), 33–37.
Perwitasari, D. S. (2008). Hidrolisis Tulang Sapi Sudarmadji, S., Haryono B., & S. (1996).
Menggunakan HCl untuk Pembuatan Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan
Gelatin. Makalah Seminar Nasional Dan Pertanian.
Soebardjo Brotohardjono “Pengolahan Sukmawati, Ratna, & Fahrizal, A. (2018).
Sumber Daya Alam Dan Energi Analisis cemaran mikroba pada daging
Terbarukan,” 1–9. ayam broiler di kota makassar. Scripta
Protein, K., Dan, K., Kasar, S., & Daun, P. Biologica, 5(1), 51–53.
(2010). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Taufik M. (2011). Kajian Potensi Kulit Kaki
Kelautan Vol. 2,No. 1, April 2010 Ayam Broiler sebagai Bahan Baku Gelatin
Kandungan Protein Kasar Dan Serat Kasar dan Aplikasinya dalam Edible Film Anti
Pada Daun Kangkung Air (. 2(1), 37–43. bakteri. Disertasi. Fakultas Peternakan
Rahayu, Silviana; Susanto, E. E. (2018). Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Pengaruh subsitusi ceker ayam terhadap
kualitas kimia nugget ayam Silviana.
Jurnal Ternak,09(02), 12-16.
Rahayu, F., & Fithriyah, N. H. (2015). Pengaruh
waktu ekstraksi terhadap rendemen gelatin

Page 8
Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS) 2020 / 2021

Page 9

Anda mungkin juga menyukai