Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KHUSUS UJIAN SARJANA

“PERAN ANTIOKSIDAN TERHADAP TUBUH MANUSIA”

NAMA : AYU ANGGRAINI


NO. BP : 1704109
BIDANG ILMU : FARMAKOLOGI DAN
FARMASI KLINIS
DOSEN PENGUJI : apt. Juni Fitrah. M.Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan khadirat Allah SWT., karena atas rahmat dan

hidayahNya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya, yang merupakan

salah satu TUGAS KHUSUS UJIAN SARJANA maka penyusun mempersembahkan

makalah yang berjudul “PERAN ANTIOKSIDAN TERHADAP TUBUH

MANUSIA”

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen

penguji ujian sarjana pada bidang ilmu FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIS

yang telah memberikan petunjuk dan waktunya dalam penyusunan makalah ini. Akhir

kata, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan

sebagaimana yang kita harapkan. Oleh Karena itu, penyusun mohon maaf yang

sebesar-besar nya jika terdapat kesalahan, kekurangan dan kekeliruan baik dalam

penyusunan maupun penyampaian materi.

Kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah penyusun harapkan

untuk menunjang perbaikan dimasa mendatang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi

penyusun pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, terimakasih.

Padang, 24 Agustus 2022

ii
PERAN ANTIOKSIDAN DIBIDANG PENGOBATAN

Manfaat antioksidan bagi tubuh adalah untuk melindungi sel-sel dari

kerusakan akibat adanya radikal bebas. Antioksidan diperlukan untuk mencegah

terjadinya stres oksidatif, yang berperan penting dalam etiologi terjadinya berbagai

penyakit degeneratif. antioksidan berfungsi untuk mencegah penyakit kanker dan

tumor, penyempitan pembuluh darah, penuaan dini, dan lain-lain (Tamat et al. 2007).

Antioksidan juga mampu menghambat reaksi oksidasi dengan cara mengikat radikal

bebas dan molekul yang sangat reaktif sehingga kerusakan sel dapat dicegah.

Resiko terkena penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler, kanker,

aterosklerosis, osteoporosis dan penyakit degeneratif lainnya bisa diturunkan dengan

mengkosumsi antioksidan dalam jumlah yang cukup. Konsumsi makanan yang

mengandung antioksidan dapat meningkatkan status imunologi dan menghambat

timbulnya penyakit degeneratif akibat penuaan. Kecukupan antioksidan secara

optimal dibutuhkan oleh semua kelompok usia (Winarsi, 2007).

A. Aterosklerosis

Aterosklerosis adalah adanya ateroma (plak kekuningan) yang mengandung lipid

dan kolesterol pada dinding arteri. Dengan kata lain, arteriosklerosis adalah proses

pengerasan dinding arteri dan penyempitan lumen arteri. Faktor risiko aterosklerosis

yang telah dikenal antara lain tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes (kencing

manis), kadar LDL kolesterol tinggi, kadar HDL kolesterol rendah, obesitas, kurang

berolahraga, merokok,dan riwayat penyakit jantung dalam keluarga.

iii
Aterosklerosis juga dapat terjadi melalui proses inflamasi kronik dan stres

oksidatif. Pada dinding pembuluh darah arteri, terdapat sel endotel yang melepaskan

nitric oxide dan bersifat antara lain :

- mengatur kelenturan pembuluh darah,

- menjaga komposisi otot tetap seimbang,

- serta mencegah pembekuan darah sehingga tidak terjadi inflamasi dan

stres oksidatif.

Jika sel endotel mengalami kerusakan, maka nitric oxide berkurang, sistem

keseimbangan dinding pembuluh darah akan terganggu dan terjadi penebalan otot

dinding pembuluh darah sehingga makrofag, trombosit, LDL kolesterol yang

teroksidasi akan membentuk suatu kompleks yang disebut fatty streak. Jika proses ini

terjadi terus-menerus terjadi akan terbentuk plak aterosklerosis. Jika inflamasi dan

stress oksidatif dapat dicegah, maka proses pembentukan aterosklerosis secara teori

inflamasi dan stres oksidatif tentunya dapat dicegah.

Antioksidan sendiri merupakan suatu subtansi yang dapat memperlambat,

mencegah, atau menangkal interaksi oksidan dengan target molekulnya. Antioksidan

terdiri atas dua macam, yaitu antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh terdiri atas

Superoxide dismutase (SOD), katalase, dan glutathione peroxidase(Gpx). Ada pula

antioksidan yang didapatkan dari luar tubuh, yaitu vitamin E,vitamin C,vitamin

A,karotenoid, dan betakaroten.

Namun yang paling penting adalah antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh

kita sendiri, yaitu SOD. SOD adalah enzim yang berfungsi memperbaiki sel dan

mengurangi kerusakan sel yang ditimbulkan oleh seperoksida, yaitu radikal bebas

iv
yang terdapat dalam tubuh. SOD terdapat di bagian luar dan dalam sel serta sebagai

senyawa yang dapat menghasilkan kulit yang sehat. SOD bekerja dengan cara

melindungi sel dan jaringan dari kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radikal

bebas oksigen, seperti anion superoksida, radikal hidroksil, dan hidrogen peroksida.

Enzim SOD berfungsi sebagai katalisator reaksi dismutasi dan anion superoksida

menjadi hidrogen peroksida.

Sebenarnya enzim ini sudah ada dalam tubuh, tetapi memerlukan batuan zat

gizi seperti CU, Mn, dan Zn, agar bisa bekerja optimal. Kolesterol tinggi,tekanan

darah tinggi, merokok, menyebabkan gangguan inflamasi (peradangan) dan stres

oksidasi sehingga tubuh akan mengeluarkan superoxide(O2-) yang akan mengikat

nitric oxide. Padahal nitric oxide mempunyai peranan penting dalam pembuluh darah

sehingga jumlah nitric oxide menjadi menurun.

SOD berperan dalam melawan radikal bebas superoxide dan mengubah

molekul jahat menjadi tidak jahat atau tidak reaktif sehingga keadaan menjadi

seimbang. SOD sebagai enzim yang dihasilkan oleh tubuh, dikeluarkan oleh tubuh

untuk menangkal radikal bebas. Proses inflamasi dan penuaan menyebabkan jumlah

SOD dalam tubuh akan menurun. Padahal, radikal bebas akan terus diproduksi,baik

dari luar maupun dalam tubuh. Antioksidan dari luar dapat meningkatkan jumlah

SOD dalam tubuh. Untuk itu, antioksidan dibutuhkan untuk mengurangi terjadinya

stres oksidatif.

v
B. Penyakit jantung coroner

Proses PJK dimulai dengan terjadinya proses aterosklerosis. Aterosklerosis

adalah proses kompleks yang melibatkan pengendapan lipoprotein plasma dan

proliferasi elemen seluler di dinding arteri. Kondisi kronis ini berkembang melalui

serangkaian tahap yang dimulai dengan fatty streaks (kerak lemak) yang sebagian

besar terdiri dari pembentukan foam cell (sel busa) dan akhirnya berkembang menjadi

timbunan plak yang ditutupi oleh fibrous cap (lesi jaringan ikat). Plak ini memberikan

penghalang untuk aliran darah arteri dan dapat memicu peristiwa klinis, terutama

dalam kondisi yang mendukung ruptur plak dan pembentukan trombus.

Lemak terdiri atas unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O2) dan

memiliki sifat yang larut dalam zat-zat pelarut tertentu. Seperti petroleum benzene

dan eter. Lemak dalam makanan dapat berubah menjadi kolesterol, trigliserida,

fosfolipid, dan asam lemak bebas. Pada saat dicerna oleh usus dengan lipase dan

kemudian diserap agar masuk ke dalam pembuluh darah. Terdapat juga kolesterol,

trigliserida dan fosfolipid yang tidak larut dalam darah sehingga diperlukan ikatan

dengan protein untuk membentuk senyawa yang larut, protein ini disebut dengan

lipoprotein.

Terdapat lipoprotein yang berfungsi mengangkut lemak menuju hati disebut

dengan kilomikron. Pada organ hati, ikatan lemak tersebut akan terurai dan

membentuk kembali unsur-unsur lemak yang ada dan asam lemak yang terbentuk

dapat dipakai sebagai sumber energi, kadang juga jika masih terdapat jumlah yang

berlebih akan disimpan dalam jaringan lemak. Jika sediaan kolesterol tidak

mencukupi, akan diproduksi oleh sel hati. Dari organ hati, low density lipoprotein

vi
(LDL) mengangkut kolesterol kemudian dibawa ke sel-sel organ seperti jantung, otak

dan lain-lain yang memerlukan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Secara endogen, kolesterol dapat disintesis melalui asetil Ko-A dengan

menggunakan Sterol Regulatory Elemen Binding Protein (SREBP-1) dan akan

diserap bersama lemak (trigliserida) melalui suatu senyawa protein yang disebut

dengan kilomikron. Trigliserida dan kolesterol dilepaskan oleh kilomikron dengan

cara meminta bantuan enzim lipoprotein lipase. Enzim ini terdapat dalam pembuluh

darah. Setelah dilepaskan, pada hati terjadi kilomikron berubah menjadi kilomikron

remnant untuk menjadi VLDL. VLDL disintesis di hati dan berfungsi membawa

kolesterol makanan dan Triasilgliserol (TAG) ke pembuluh darah di jaringan otot &

adipose. Jadi, tempat tujuan VLDL pada endotel kapiler jaringan otot dan adipose.

VLDL mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) dan degradasi menjadi

Intermediate Density Lipoprotein (IDL) lalu LDL.

Triasilgliserol VLDL diuraikan lipoprotein lipase (LPL) menjadi IDL

selanjutnya di endositosis hati (triasilgliserol lipase) hati menjadi LDL. Struktur LDL

merupakan lipoprotein dengan karakteristik kandungan penyusun utama berupa

kolesterol dan memiliki fungsi mengangkut kolesterol ke hati dan esterkolesteril ke

jaringan ekstrahepatik. Proses LDL terdapat di hati sekitar 70% dan di jaringan

ekstrahepatik sekitar 30%. Pengambilan kolesterol LDL diserap melalui endositosis

kolesterol diubah menjadi ester kolesterol. LDL berfungsi memelihara membran sel,

penyimpanan kolesterol sebagai ester kolesterol, menekan pembentukan HMG-KoA

reduktase dan sintesis reseptor LDL. LDL juga dengan mudah mengendap dan

vii
teroksidasi dengan senyawa radikal. Inilah yang mengakibatkan terjadinya

peyumbatan.

Secara umum disfungsi jantung, penyakit kardiovaskular, apoptosis dan

nekrosis jantung dapat diakibatkan oleh radikal bebas atau reactive oxygen species

(ROS) dan hiperlipidemia. Dalam sistem kardiovaskular, ROS dapat menyebabkan

hipertrofi pada sel otot polos dan dinding arteri, kerusakan sel kardiomiosit, apoptosis

dan kerusakan miokard. Hal ini dapat terjadi dan dikaitkan dengan peningkatan

denyut jantung serta kenaikan tekanan darah sistolik

Efek Antioksidan Dan Penyakit Jantung Coroner

Untuk mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas, tubuh manusia

memiliki mekanisme pertahanan intrinsik yang dikenal sebagai sistem antioksidan.

Pembentukan oksidan dan peroksidasi lipid dapat dicegah dengan antioksidan dengan

memberikan perlindungan kepada LDL dari proses oksidasi. Antioksidan ini

memiliki reaksi terminasi yaitu dengan cara menangkap radikal hidroksil (*OH) pada

tahap reaksi peroksidasi lemak, protein atau molekul lainnya pada membran sel

normal. Antioksidan juga dapat melindungi jaringan dari kerusakan akibat ROS.

Dalam sel tubuh terdapat antioksidan yang diproduksi secara alami biasanya terdapat

dalam bentuk antioksidan yang enzimatik maupun nonezimatik dan memiliki fungsi

sebagai pertahanan bagi organel-organel sel dari pengaruh kerusakan akibat reaksi

radikal bebas. Antioksidan enzimatik disebut juga antioksidan pencegah, terdiri atas

superoksid dismutase (SOD), katalase, dan glutathione peroxidase. Enzim antioksidan

mengatalisis pemecahan spesies radikal biasanya di lingkungan intraseluler.

viii
Antioksidan preventif mengikat ion logam transisi seperti besi dan tembaga,

mencegah interaksi dengan hidrogen peroksida dan superoksida untuk menghasilkan

radikal hidroksil yang sangat reaktif.

Di sisi lain, antioksidan nonenzimatik disebut juga antioksidan pemecah

rantai yang berasal dari α-tokoferol (vitamin E), β-carotene (vitamin A), askorbat

(vitamin C), glutathione, estrogen, L- tyrosine, L- cysteine, NADPH, ferritin dan

albumin. Berbagai fungsi vitamin C dapat mendukung hipotesis bahwa vitamin C

dapat mengurangi risiko kardiovaskular. Vitamin C (L-asam askorbat) merupakan

antioksidan yang ampuh dikenal untuk melindungi jaringan dari cedera oksidatif.

Vitamin C juga dapat meningkatkan fungsi jantung, meningkatkan

perlindungan jantung selama perbaikan miokardial, menghambat apoptosis sel

endotel pada gagal jantung kongestif, menurunkan tekanan darah diastolik, dan

meningkatkan vasorelaksasi endothelium. Vitamin C juga telah terbukti mengurangi

adhesi monosit ke endotelium, meningkatkan produksi oksida nitrat dari endotelium,

meningkatkan vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah.

C. HIPERTENSI

Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah arteri (sistolik lebih

dari 140mm HG dan atau diastolik lebih dari 90 mm HG) pada pengukuran berulang.

Etiologi hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu hipertensi primer merupakan hipertensi

yang tidak diketahui penyebabnya. Bisa disebabkan oleh genetic, obesitas,

aterisklerosis, kebiasaan hidup (konsumsi garam, stress, merokok, minum alkohol).

ix
Dan hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh obat atau penyakit

lain, yaitu penyakit ginjal.

Antioksidan dengan hipertensi

Flavonoid yang berkhasiat sebagai diuretik bekerja dengan cara membuang

kelebihan air dan natrium melalui pengeluaran urine. Berkurangnya air dalam darah

mengakibatkan volume darah menurun sehingga pekerjaan jantung menjadi ringan

(Widharto, 2007). Berkurangnya jumlah air dan garam dalam tubuh menyebabkan

pembuluh darah mengalami vasodilatasi sehingga tekanan darah perlahan-lahan

mengalami penurunan (Utami, 2008 dalam Faridah, 2014). Selain itu flavonoid juga

bersifat sebagai antioksidan eksogen yang membantu dalam mencegah atau

memperlambat kemajuan berbagai oksidatif stres yang berhubungan dengan penyakit.

Flavonoid dapat bersifat sebagai antioksidan dengan cara menangkap

radikal bebas, sehingga sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan antara

oksidan dengan antioksidan di dalam tubuh (Koncazak et al, 2004 dalam Sumardika

& Jawi, 2012). Flavonoid mampu memerbaiki fungsi endotel pembuluh darah, dapat

mengurangi kepekaan Low Density Lipoprotein (LDL) terhadap pengaruh radikal

bebas dan dapat bersifat hipolipidemik, antiinflamasi serta sebagai antioksidan

(Sumardika & Jawi, 2012). Antioksidan merupakan agen protektif yang secara

signifikan dapat mencegah kerusakan oksidatif. Antioksidan bekerja dengan

menonaktifkan spesies oksigen reaktif (Sulistyowati, 2006).

Flavonoid adalah antioksidan eksogen yang telah dibuktikan bermanfaat

dalam mencegah kerusakan sel akibat stres oksidatif. Mekanisme kerja dari flavonoid

x
sebagai antioksidan secara langsung adalah dengan mendonorkan ion hidrogenik

sehingga dapat menetralisir efek toksik dari radikal bebas. Flavonoid sebagai

antioksidan secara tidak langsung, yaitu dengan meningkatkan ekspresi gen

antioksidan endogen melalui beberapa mekanisme. Salah satu mekanisme

peningkatan ekspresi gen antioksidan adalah melalui aktivasi nucleat factor erythroid

2 related factor 2 (Nrf2) sehingga terjadi peningkatan gen yang berperan dalam

sintesis enzim antioksidan endogen seperti misalnya gen Superoxide Dismutasei

(SOD).

Flavonoid dapat mencegah dan mengurangi stres oksidatif dengan

menangkap radikal bebas dan meningkatkan sintesis Nitrit Oksida (NO). Flavonoid

dapat meningkatkan kemampuan platelet untuk melepaskan NO dan menghambat

pembentukan trombus. NO merupakan senyawa yang bersifat toksik dan berumur

pendek yang berperan penting sebagai regulator kardiovaskuler dan meningkatkan

tekanan darah. Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat penggumpalan

keping-keping darah, merangsang produksi NO yang menyebabkan relaksasi

pembuluh darah, dan untuk menghambat pertumbuhan kanker. Flavonoid dapat

meningkatkan aktivitas dari Nitric Oxide Synthase (NOS) pada sel endotel pembuluh

darah. NO yang disintesa dalam endotel dan otot polos selanjutnya merangsang

guanylate cyclase untuk membentuk cGMP sehingga terjadi vasodilatasi

D. DIABETES

Stres oksidatif adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya

peningkatan produksi radikal bebas atau berkurangnya aktivitas pertahanan

xi
antioksidan atau keduanya. Dalam kaitan dengan kondisi ini dikenal dengan istilah

reactive oxygen species (ROS)dan reactivenitrogen species (RNS). Senyawa tersebut

ada yang bersifat radikal bebas dan ada yang dikatakan sebagai senyawa non-radikal.

Disebut dengan radikal bebas apabilaterdiri dari molekul yang tidak stabil dan

bersifat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul lain seperti lipid,

karbohidrat, protein dan asam nukleat.

Hal ini mengakibatkan stres oksidatif dalam spektrum luas baik dalam

mekanisme molekuler maupun seluler dari berbagai penyakit yang ditemukan pada

manusia. Kondisi stres oksidatif yang diinduksi hiperglikemia pada diabetes melitus

biasa dikaitkan dengan peningkatan apoptosis sel endotel secara in vitro dan in vivo

yang dibuktikan dengan berbagai penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan

pembentukan radikal bebas dan penurunan kapasitas antioksidan. Mekanisme ROS

dalam membuat kerusakan jaringan pada kondisi hiperglikemia dipercepat dengan

empat mekanisme molekuler penting yaitu aktivasi protein kinase C (PKC),

peningkatan jalur heksosamin, peningkatan produk akhir glikasi (AGE), dan

peningkatan jalur poliol. Di dalam sel, kondisi hiperglikemia tersebut akan

merangsang over produksi superoksida pada mitokondria dan overproduksi nitric

oxide (NO), dimana keduanya dapat menginduksi nitric oxide synthase (iNOS) dan

endothelial nitric oxide synthase (eNOS).

Protein kinase C (PKC) and NF-B juga diaktifasi dan mendukung

overekspresi dari enzim NAD(P)H. Selanjutnya, NAD(P)H akan menghasilkan

sejumlah besar superoksida. Produksi superoksida berlebih yang disertai dengan

peningkatan NO akan mendukung terbentuknya oksidan peroksinitrit yang kuat, yang

xii
dapat merusak DNA. Adanya kerusakan pada DNA ini selanjutnya akan menstimulus

aktifasi dari enzim polinuklear polimerase (PARP) sehingga terjadi penurunan

aktifitas glyceraldehyde-3-phosphate dehydrogenase (GAPDH) dan menghasilkan

disfungsi endotel yang pada gilirannya akan menyebabkan komplikasi pada diabetes

melitus.

Di lain pihak, adanya asam lemak bebas yang berlebih atau kondisi

hiperlipidemia juga dapat menyebabkan overproduksi ROS yang selanjutnya dapat

mengakibatkan kerusakan DNA mitokondria dan malfungsi dari sel  pankreas yang

semuanya akan berdampak pada munculnya stres oksidatif pada diabetes.

Overproduksi ROS juga akan merangsang oksidasi LDL (LDLox) yang tidak dapat

dikenali oleh reseptor LDL, sehingga pada akhirnya akan menyebabkan plak

aterosklerotik. Overproduksi ROS pada gilirannya juga dapat meningkatkan ekspresi

NADPH oleh jalur PKC yang diinduksi oleh glukosa, pembentukan produk AGE,

akumulasi sorbitol dan aktivasi NF-B yang menyebabkan munculnya disfungsi

endotel pembuluh darah. Di lain pihak, ROS yang berlebihan juga dapat mengganggu

aktivitas NOS endotel dan proses produksi NO, sehingga terjadi gangguan

vasodilatasi pembuluh darah.

Efek Antioksidan pada Diabetes

Pemberian antioksidan merupakan usaha menghambat produksi radikal

bebas intraseluler atau meningkatkan kemampuan enzim pertahanan terhadap radikal

bebas guna mencegah munculnya stres oksidatif dan komplikasi vaskular terkait

diabetes. Berbagai macam suplemen yang mengandung antioksidan danatau faktor

xiii
yang dapat meningkatkan produksi nitrit oksida (NO) berpotensi untuk memperbaiki

disfungsi endotel dan fungsi mitokondria dalam sel, serta menurunkan aktifitas dari

enzim NAD(P)H oksidase.

Dalam kasus komplikasi makrovaskular/ mikrovaskular pada penderita

diabetes melitus, terapi antioksidan bermanfaat apabila diberikan bersamaan dengan

terapi untuk mengendalikan tekanan darah, kondisi dislipidemia, dan kontrol kadar

glukosa secara optimal. Jenis antioksidan berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi

antioksidan alami/ endogen dan antioksidan eksogen. Termasuk dalam jenis

antioksidan alami yaitu antioksidan enzimatik seperti tembaga, seng, mangan

superoksida dismutase, peroksidase gluthatione, gluthathione reduktase, dan

katalase , sedangkan jenis antioksidan non-enzimatik contohnya yaitu glutathione,

ubichinol, selenium, asam lipoat, dan lain-lain. Sumber antioksidan lain (antioksidan

eksogen) yang sudah banyak diteliti contohnya yaitu asam askorbat (vitamin C) dan

tocopherol (vitamin E).

Kedua jenis vitamin ini bisa didapatkan dari sayuran dan buah selain

komposisi lain yang terdapat didalamnya seperti polifenol, asam fenolik, dan

flavonoid yang juga dapat berfungsi sebagai antioksidan. Hal ini juga didukung

dengan hasil penelitian Montonen, et.al (2004) yang menunjukkan bahwa adanya

pemberian asupan vitamin E pada 4000 subjek non-diabetes selama 23 tahun

memberikan hasil yang signifikan terkait penurunan risiko DMT2. Penelitian lain

yang dilakukan oleh Jacob, et.al (1999) pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang

diberikan asam lipoat secara oral meningkatkan hasil yang signifikan dalam

xiv
meningkatkan proses penyerapan glukosa yang diperantarai insulin dibandingkan

dengan kelompok kontrol

E. Kerusakan ginjal

Tubuh manusia terdiri dari sepasang ginjal, dimana pada setiap ginjal

terdapat kurang lebih satu juta nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Nefron

terdiri dari glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, tubulus

kontortus distal dan juga tubulus kolektivus. Glomerulus merupakan unit kapiler yang

disusun dari tubulus dan membentuk kapsula Bowman. Setiap glomerulus

mempunyai arteriola aferen yang membawa darah masuk glomerulus dan arteriola

efferen yang membawa darah keluar glomerulus.

Endotel glomerulus berfusi dengan epitel kapsula Bowman sehingga cairan

yang difiltrasi keluar kapiler akan langsung masuk ke lumen tubulus.10 Hasil filtrasi

dari kapsula bowman akan mengalir ke tubulus proksimal, kemudian ke ansa henle

yang merupakan suatu segmen berbentuk tikungan yang turun menuju medulla dan

kemudian kembali ke atas. Ansa henle dibagi menjadi dua bagian tipis pars desendens

dan pars asendens. Cairan kemudian masuk ke tubulus distal dan bermuara ke saluran

yang lebih besar yang disebut sebagai duktus koligens. Duktus koligens

meninggalkan korteks melewati medulla dan berakhir di pelvis renal.

Dari pelvis renal, cairan yang difiltrasi dan dimodifikasi, sekarang disebut

sebagai urin, urin mengalir melalui ureter untuk disekresi keluar tubuh. 11 Ginjal

memiliki peranan penting dalam penyaringan darah, menyingkirkan sisa hasil

metabolisme tubuh dan obat dari tubuh. Oleh karena itu, ginjal merupakan organ

xv
yang rentan terhadap kerusakan akibat radikal bebas. Radikal bebas dapat

menyebabkan perubahan keseimbangan redoks potensial dari sel, mempengaruhi

sinyal dari sel, mengganggu aspek fungsional sel, menyebabkan disfungsi organ dan

penyakit seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes, kanker dan penyakit degeneratif

lainnya.

Ketika jumlah radikal bebas terlalu banyak, lama kelamaan antioksidan

endogen akan habis, hal ini disebabkan karena penggunaanya yang lebih besar

daripada regenerasinya. Oleh karena itu, akan terjadi akumulasi ikatan kovalen

membran tubulus dengan radikal bebas sehingga terjadilah kerusakan pada tubulus

ginjal. Kerusakan organ dengan mekanisme ini disebut sebagai stres oksidatif.

Peranan Antioksidan Terhadap Penyakit Ginjal

Antioksidan berperan penting dalam mekanisme perlindungan ginjal dari

toksisitas parasetamol. Antioksidan yang terkandung dalam buah kiwi antara lain :

vitamin C, vitamin E, karoten, lutein, xanthophyll, flavonoid dan klorofil. Vitamin C

adalah antioksidan yang kuat kemampuan reduksinya dan bertindak sebagai

antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi. Vitamin C dapat membantu tubuh

memproduksi glutathione. Kandungan vitamin C inilah yang menyebabkan buah kiwi

disebut memiliki antioksidan yang kuat.

Vitamin E merupakan antioksidan yang mudah memberikan hidrogen dari

gugus hidroksil (OH) pada struktur cincin ke radikal bebas. Vitamin E berada dalam

lapisan fosfolipida membran sel dan memegang peranan biologik utama dalam

melindungi asam lemak-tidak jenuh ganda dan komponen membran sel lain dari

oksidasi radikal bebas. Membran sel sangat mudah dioksidasi oleh radikal bebas, dan

xvi
menyebabkan kerusakan struktur dan fungsi membran sel. Reaksi ini dipercepat oleh

adanya tembaga dan besi. Vitamin E memutuskan rantai proses peroksidasi lipid

dengan menyumbangkan satu atom hidrogen dari gugus OH pada cincinnya ke

radikal bebas sehingga terbentuk radikal vitamin E yang stabil dan tidak merusak.

Vitamin E fungsinya saling melengkapi dengan vitamin C. Buah kiwi

mengandung kedua vitamin ini dalam jumlah besar, yang dapat membantu

melindungi tubuh dari paparan radikal bebas. Flavonoid mampu mendonorkan

hidrogen sehingga merupakan penangkap yang kuat untuk oksidan reaktif dan spesies

nitrogen yang mampu menangkal radikal bebas hasil dari pembentukan NAPQI pada

toksisitas parasetamol. Beta-karoten yang dikonsumsi bersamaan dengan vitamin C

dan vitamin E mampu meningkatkan kemampuan antioksidan. Beta-karoten yang

bereaksi dengan radikal bebas akan menyebabkan radikal bebas menjadi stabil.

Di dalam tubuh, semakin lengkap keberadaan komponen antioksidan, maka

semakin kuat daya kerjanya dalam melawan radikal bebas. Hal tersebut disebabkan

oleh daya sinergisme dari masing-masing antioksidan.

F. Kanker

Kanker merupakan penyakit yang ditandai pertumbuhan sel yang abnormal

dan tidak terkendali. Penyebab kanker terbagi atas faktor endogen dan faktor

eksogen. Faktor endogen antara lain gen dan produk-produk gen, hormon dan enzim

tertentu. Sedangkan faktor eksogen bisa berupa radiasi, senyawa kimia karsinogen

(pemicu kanker), dan virus (Hahn, 2003). Penyebab terjadinya kanker salah satunya

adalah karena adanya zat radikal bebas. Radikal bebas merupakan suatu atom yang

xvii
mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbit terluarnya. Hal

inilah yang menyebabkan radikal bebas bersifat reaktif untuk mendapatkan pasangan

elektronnya.

Dalam jumlah tertentu radikal bebas sangat diperlukan oleh tubuh dalam

membantu proses-proses fisiologis dengan cara transfer elektron. Namun apabila

radikal bebas terdapat dalam jumlah yang berlebihan, maka akan terjadi stres

oksidatif, dimana terjadi ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas dan

antioksidan intrasel (Ames dan Shigenaga, 1992). Peningkatan stres oksidatif

menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan sel. Abnormalitas pertumbuhan sel

dapat terlihat secara morfologi dari nodul yang terbentuk dan secara anatomi ditandai

oleh adanya ukuran sel yang melebihi ukuran normal dan mengalami perubahan

bentuk dari aslinya.

Selain itu, abnormalitas sel juga ditandai oleh adanya nekrosis sel. Sel yang

mengalami nekrosis memperlihatkan adanya penggumpalan kromatin, pembengkakan

organel, kerusakan membran sel dan keluarnya isi sel (Moodie, 2004). Kondisi stress

oksidatif harus segera ditangani untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan.

Tingginya stress oksidatif ditunjukkan oleh rendahnya aktivitas antioksidan yang ada

di dalam tubuh, dan didukung oleh tingginya kadar oksidan seperti Malondialdehide

(MDA) atau lipid peroksida. Kondisi stress oksidatif dapat diketahui melalui kadar

MDA. Tingginya produk MDA ini merupakan bukti rendahnya status antioksidan

tubuh sehingga tidak dapat mencegah aktivitas senyawa radikal bebas (Winarsi,

2010).

xviii
Malondialdehide (MDA) terbentuk dari asam lemak tidak jenuh

yangmengalami proses peroksidasi menjadi peroksida lipid yang kemudian

mengalami dekomposisi (Price dan Lorraine, 2006). Supaya kadar MDA tidak

meningkat, maka diperlukan adanya antioksidan. Antioksidan adalah zat yang

memperlambat atau menghambat stres oksidatif pada molekul. Berdasarkan

sumbernya antioksidan terbagi menjadi antioksidan enzimatik (endogen) dan

antioksidan non enzimatik (eksogen). Antioksidan enzim antara lain Superoksida

dismutase (SOD), glutation peroksidase (GSH-Px), dan katalase. Sedangkan

antioksidan nonenzimatik diantaranya adalah vitamin E, vitamin C, beta karoten,

glutation, ceruloplasmin, albumin, asam urat dan selenium (Priyanto, 2007).

Malondialdehyde (MDA) merupakan senyawa toksik yang merupakansalah satu hasil

akhir dari terputusnya rantai karbon asam lemak pada prosesperoksidasi lipid.

MDA dipakai secara luas sebagai indikator adanya zat oksidan.

Antioksidan enzimatik (endogen) diproduksi oleh tubuh sendiri. Tetapi bila jumlah

radikal bebas dalam tubuh berlebih, maka antioksidan endogen tidak mampu

mengendalikan jumlah radikal bebas sehingga terjadi keadaan stres oksidatif. Oleh

karena itu, tubuh memerlukan antioksidan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini

dapat dilakukan dengan memberi asupan antioksidan dari luar tubuh (antioksidan

eksogen), baik dari sumber alami maupun sintetik untuk membantu dalam proses

pengendalian radikal bebas dalam tubuh. Pengendalian radikal bebas dalam tubuhpun

dapat dibantu dengan mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan produksi

antioksidan endogen berupa sayur-sayuran dan buah-buahan.

Peranan Antioksidan Dalam Kanker

xix
Salah satu contoh senyawa antioksidan adalah senyawa flavonoid. Senyawa

flavonoid umumnya memiliki aktivitas antioksidan karena memiliki gugus hidroksi

fenolik yang mampu menangkap radikal bebas, suatu spesies yang melakukan reaksi

oksidasi di dalam sel(Kumaran, 2005). Dengan sifat antioksidan ini, flavonoid

memiliki potensi untuk menghambat proses inisiasi karsinogenesis dengan cara

menghambat aktivasi karsinogen (Sugiyanto et al., 2003).

G. Penuaan

Cahaya yang berasal dari matahari terdiri dari: cahaya inframerah (56%,

panjang gelombang 780-5000 nm), cahaya tampak (39%, 400-780nm) dan cahaya

ultraviolet (UV) 5% (290-400 nm). Radiasi UV dibagi menjadi UV C (200-290 nm),

UV B (290-320nm) dan UV A (320-400 nm). Ozon menyerap 100% UV C, 90% UV

B, dan tidak ada UV A. Karena penyaringan atmosfer, rasio UV B: UV A mencapai

permukaan wajah adalah 20: 1. UV B sebagian besar diserap dalam epidermis

sedangkan UV A menembus lebih dalam dan juga dapat berinteraksi dengan

fibroblas. Kromopor dalam jaringan menyerap energi dan dapat mengalami

perubahan kimia, mentransfer energinya ke molekul lain atau mengeluarkan energi

tersebut sebagai cahaya atau panas.

UV B mengalami mutagen karena diserap oleh DNA. Mutasi ini mungkin

terkait secara klinis dengan penuaan dini. UV B mengubah DNA melalui

pembentukan spesies oksigen reaktif (ROS) seperti anion superoksida, peroksida dan

oksigen singlet. Metabolisme oksidatif normal juga menghasilkan ROS. ROS

mengoksidasi dan menghambat protein-tirosin fosfatase yang menurunkan reseptor

xx
seperti EGF, IL-1 dan reseptor TNF-a, sehingga reseptor ini diregulasi dalam

keratinosit dan fibroblast. Regulasi ini mengaktifkan jalur pensinyalan MAP kinase

yang menghasilkan aktivasi protein transkripsi. Faktor pengaktif yang menghasilkan

aktivasi protein transkripsi faktor pengaktif 1 (AP-1) dan faktor-kB nuklir (NF-kB).

AP-1 merangsang transkripsi matrix metallopreteinases (MMPs) dalam FBs dan KCs

dan menghambat generasi procollagen tipe-I pada FBs. MMP mendegradasi matriks

ekstraseluler dan termasuk MMP-1 (collagenase) yang memecah kolagen tipe I dan

tipe III (Papanagiotou, 2009).

Photoaging dan penuaan intrinsik terjadi pada kulit wajah, tetapi tingkat perubahan

penuaan yang berbeda jelas dari individu ke individu karena photoaging dipengaruhi

oleh gaya hidup, seperti lamanya waktu terpapar sinar matahari dan jenis perawatan

harian pelindung kulit dan penuaan intrinsik dipengarui oleh faktor genetik dan faktor

internal lainnya (Mitsui, 1997).

Antioksidan dan penuaan

Salah satu senyawa yang berperan sebagai antioksidan adalah flavonoid,

flavonoid dapat menghambat peningkatan metalloproteinase-1 (MMP-1). MMP-1

adalah mediator utama yang mendegradasi kolagen pada kulit yang mengalami

penuaan. Hambatan MMP-1 merupakan salah satu cara untuk mencegah kerusakan

kulit akibat paparan sinar ultraviolet. Flavonoid dalam menghambat dan mencegah

kerusakan kulit akibat radikal bebas dengan cara mengikat oksigen singlet dan

menghambat peroksidasi lipid sehingga sintesis MMP-1 akan berkurang dan proses

degradasi kolagen terhambat sehingga kulit terlindungi dari penuaan dini akibar

paparan isnar matahri.

xxi
Hiperpigmentasi dapat terjadi pada kulit yang menua dan kulit yang belum

menua Karena berbagai sebab. Secara umum flek hitam muncul pada kulit atau

bagian tubuh yang sering terpapar sinar matahri. Semakin lama kulit terkena sinar

matahri dapat menyebabkan terbentuknya melanin, dan kulit menjadi lebih aktif dan

menimbulkan noda pada kulit. Flavonoid memiliki efek antioksidan yang berfungsi

melindungi kulit karena memiliki efek kompetitif terhadap enzim tirosinase inhibitor.

Yaitu menghambat tirosin menjadi dopa dan dopakuinon, sehingga dapat

menghambat peningkatan jumlah melanin dalam sel melanosit dan memiliki efek

antioksidan yang akan melindungi kulit dari radikal bebas.

xxii
DAFTAR PUSTAKA

Ames, B. N., Shigenaga, M. K. 1992, DNA damage by endogenous oxidants and

mitogenesis as causes of aging and cancer. In: Scandalios (ed.), Molecular

Biology of Free Radical Scavenging Systems. Cold Spring Harbor Laboratory

Press.:1-22.

Kumaran, A.; Karunakaran, R.J.: Antioxidant and free radical scavenging activity of

aqous extractof Coleus aromaticus, J. Food Sci 2006, 97, 109- 114.

Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis

Proses-proses Penyakit, Edisi 6. (terjemahan), Peter Anugrah, EGC, Jakarta.

Sulistyowati, Y., 2006. Pengaruh Pemberian Likopen terhadap Status Antioksidan

(Vitamin C, Vitamin E dan Gluthathion Peroksidase) Tikus (Rattus

norvegicus galur Sprague Dawley) Hiperkolesterolemik. Tesis. Program Studi

Magister Ilmu Biomedik. Universitas Diponegoro. Semarang.

xxiii
Sumardika, I.W., dan Jawi, I.M., 2012, Ekstrak Air Daun Ubi Jalar Ungu

Memperbaiki Profil Lipid dan Meningkatkan Kadar SOD Darah Tikus yang

diberi Makanan Tinggi Kolesterol, Medicina, 43(2).

Tamat et al. 2007. Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Senyawa Bioaktif dari

Ekstrak Rumput Laut Hijau Ulva reticulate Forsskal. Jurnal Ilmu

Kefarmasian Indonesia, 5 (1) ; 31-35

Widarto. 2007. Bahaya Hipertensi. Jakarta : PT Sunda Kelapa Pustaka.

Winarsi. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta : Kanisius.

xxiv

Anda mungkin juga menyukai