Anda di halaman 1dari 4

NAMA : TALITHA SAHDA NATHANIELA

NIM : 18051334030

MATA KULIAH : GIZI & BIOMOLEKULER

1. STRES OKSIDATIF
Stres oksidatif merupakan suatu kondisi yang terjadi karena adanya
ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dengan sistem pertahanan
antioksidan di dalam tubuh (Puspitasari dkk, 2016).
Stres oksidatif merupakan ketidakseimbangan antara radikal bebas (pro
oksidan) dan antioksidan yang dipicu oleh dua kondisi umum yaitu kurangnya
antioksidan dan kelebihan produksi radikal bebas (Rush et al., 2005).
Istilah stres oksidatif juga didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan level Reactive Oxygen Species (ROS). Dalam jumlah normal, ROS
berperan pada berbagai proses fisiologis seperti sistem pertahanan, biosintesis
hormon, fertilisasi, dan sinyal seluler. Akan tetapi, peningkatan produksi ROS yang
dikenal dengan kondisi stres oksidatif memiliki implikasi pada berbagai macam
penyakit seperti hipertensi, aterosklerosis, diabetes, gagal jantung, stroke, dan
penyakit kronis lainnya (Paravicini and Touyz, 2008).
2. HUBUNGAN STRES OKSIDATIF & VARIASI GENETIK MANUSIA

Stres oksidatif → ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dan


antioksidan dalam tubuh yang menyebabkan kerusakan jaringan. Radikal bebas →
sebuah molekul tidak stabil yang menyebabkan kerusakan oksidatif dengan mencuri
elektron dari molekul disekitarnya → mengganggu aktivitas sel-sel tubuh.

Proses metabolisme aerob → sistem oksidasi biologi menghasilkan radikal


bebas / Reactive Oxygen Species (ROS) = 2,5% dari total kebutuhan oksigen / 3,4
kg/hari. Produksi ROS me↑ jika dipicu oleh: sinar rontgen dan UV, hipoksia dan
hiperoksia, obat, polutan, dan senyawa kimia lain. Radikal superoksida dan oksida
nitrat (NO) → untuk merangsang pertahanan antioksidan dalam sel dengan bertindak
sbg molekul sinyal.

Reaksi dari NO dan O2 menghilangkan efek vasodilatasi NO → memberikan


kontribusi bagi pe↑an stres oksidatif. NO juga dapat mengalami auto-oksidasi untuk
membentuk NO2 dan NO3 yang terlibat dalam pe↑an radikal bebas dan stres oksidatif
dalam tubuh. Jika produksi radikal bebas >> kemampuan antioksidan intrasel untuk
menetralkannya maka kelebihan radikal bebas sangat potensial menyebabkan
kerusakan sel.

Antioksidan → setiap zat yang mengurangi / menghambat kerusakan yang


disebabkan oleh oksidasi radikal bebas. Fungsi antioksidan = melindungi dari potensi
berbahaya radikal bebas. Antioksidan = antioksidan enzimatik dan non-enzimatik.
Antioksidan enzimatik → SOD, katalase dan glutation peroksidase. Antioksidan non-
enzimatik → vitamin A, C, E. Contoh bahan makanan sumber antioksidan = apel,
tomat, dan teh hijau. Faktor yg mempengaruhi produksi antioksidan = usia, jenis
kelamin, dan hormon. Usia → mempengaruhi kemunduran fungsi tubuh, termasuk
kekakuan pembuluh darah. Bertambahnya usia → penurunan fungsi hormon estrogen
dan testosteron.

Katalase → berfungsi untuk mendetoksifikasi hidrogen peroksida dan


berbagai molekul lain dengan cara mengkatalisis. Katalase banyak ditemukan dalam
eritrosit, ginjal, limfe, pankreas, otak, jantung, adiposa, kelenjar adrenal dan
konsentrasi terbanyak terdapat pada hati. SOD → mengkatalis dismutasi radikal anion
superoksida menjadi hidrogen peroksida. Aktivitas SOD dihambat oleh H2O2 maka
dalam kerjanya SOD sangat membutuhkan katalase. SOD banyak ditemukan pada
kelenjar adrenalin, ginjal,darah, limfa, pankreas, hati, usus, ovarium, otak dan timus.

Sistem glutation peroksidase terdiri dari beberapa komponen, diantaranya


enzim glutation peroksidase, glutation reduktase, kofaktor glutation (GSH), dan
Nicotinamide Adenosine Dinucleotide Phosphate (NADPH) → efektif menghilangkan
hidrogen peroksida. Penelitian menyatakan GSH memiliki kemampuan sebagai
antioksidan untuk menghambat radikal bebas dengan fungsi secara umum sebagai
buffer redoks, dan kofaktor enzim GPX. Bukti terbaru mengungkapkan bahwa GSH
berperan penting pada DM. Konsentrasi senyawa antioksidan dalam sistem biologis
harus cukup untuk mencegah akumulasi molekul pro-oksidan / sering disebut sebagai
stres oksidatif. Faktor yang menyebabkan stres oksidatif me↑ diantaranya puasa, OR,
psikis, dan inflamasi, serta peran genetik penting sebagai penyebab stres oksidatif

Genetik = sebuah istilah yang mengacu pada gen, unit dasar hereditas biologi
yang terdapat pada kromosom, dan mengarahkan pengembangan dan fungsi dari
seorang individu. Genom manusia diperkirakan mengandung 21.500 gen yang
berbeda. 6.980 gen diketahui lokasinya dalam kromosom termasuk penyakit yang
berhubungan dengan mutasi gen tersebut. Di samping itu > 1.100 penyakit klinis telah
dipetakan pada setiap kromosomnya. Radikal bebas yang berada dalam tubuh memicu
terjadinya ROS akibat dari dinonaktif-kannya enzim-enzim antioksidan seperti SOD,
Katalase, dan Glutation Peroxidase yang berfungsi sebagai antioksidan.

Penelitian → polimorfisme genetik katalase (CAT 1167C / T) dan SOD (SOD


35 A / C) dapat dikaitkan dengan Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2). Kegiatan CAT
dan SOD secara signifikan me↓ pada DMT2 dibandingkan dengan subyek kontrol. T
alel CAT dan C alel dari SOD1 merupakan faktor risiko yang signifikan untuk DMT2

Polimorfisme gen katalase pada daerah promoter (-262C> T) dapat me↓kan


aktivitas enzim katalase sehingga terjadi resiko pengembangan kanker payudara,
asbestosis, dan arsenik yang diinduksi hiperkeratosis. Banyak faktor yang dapat
berperan dalam setiap penyakit, dan membutuhkan pemeriksaan penunjang. Dengan
melihat pola genetik (screening) maka suatu penyakit dapat terdeteksi lebih dini dan
tepat.

KERANGKA TEORI

Penyakit Degeneratif
- Arteriosklerosis - DM
- Kanker - Osteoarthritis
- Jantung - Kardiovaskular

Stres Oksidatif

Produksi Antioksidan Produksi Radikal Bebas

Faktor Gen Lingkungan


Usia Depresi
Jenis Kelamin
Hormon
DAFTAR PUSTAKA

• Pubmed, Google Scholar, dan Elsevier

• Terpublikasi mulai tahun 2003 – 2014

• Kata kuncinya: Oxidative stress, enzimatic antioxidant, gene


polymorphism,degenerative disease.

Anda mungkin juga menyukai