Anda di halaman 1dari 6

ILMU HIKMAH

(Selamat – Gerak Reflek)


TENTANG IJAZAH

IJAZAH dalam ilmu metafisika dapat diartikan suatu proses belajar, pengesahan
dan serah terima ilmu dari guru ke murid. Biasanya, murid menghadap gurunya
atau dengan cara lain, termasuk melalui alat komunikasi (telepon), dll. Saat
ijazah, Guru memberi petunjuk bagaimana suatu ilmu dilakukan. Terkadang
keduanya saling berberjabat tangan (jika itu ijazah langsung), guru mengucapkan
amalan (doa, aurad, mantra) dan murid menirukannya.

Bagi kalangan orang awam, sering muncul pertanyaan. Kenapa ilmu harus
diijazahkan? Bukankah ilmu itu milik Tuhan, kenapa harus “diminta” kepada
manusia?

Dalam hal ini, almarhum Kiai Cholil Bisri, Rembang berpendapat, mempelajari
ilmu metafisika, tradisi ijazah bertujuan memantapkan hati. Artinya, siapapun
yang ingin mengamalkan ilmu, dari manapun sumbernya, sepanjang ia yakin
dengan yang diamalkan, hukumnya boleh dan sah. Namun seseorang yang
berijazah dianggap lebih baik.

Namun almarhum Gus Maksum dari Lirboyo berpendapat bahwa ijazah mutlak
dilakukan karena ada rahasia-rahasia yang tidak diketahui awam. Yaitu,
perpindahan pancaran “nur ilmu” saat proses ijazah berlangsung. Menurutnya,
tanpa bimbingan guru, seseorang sulit mendapatkan ruhnya ilmu, bahkan bisa
“tersesat” dalam perjalanan yang hendak dituju.

Tentang perlu tidaknya ijazah, Guru hikmah yang lain berpendapat, ilmu yang
tidak perlu ijazah hanyalah doa atau amalan yang diajarkan Rasulullah, melalui
hadis. Namun untuk ilmu yang khos (khusus) seperti ilmu hikmah, ijazah guru
mutlak dilakukan. Apalagi, dalam ilmu metafisika, terdapat aturan main tertentu
yang harus dijelaskan secara detail.

Nah, sekarang saya serahkan kepada Anda. Jika Anda berminat mengamalkan
ilmu yang terdapat dalam e-book ini, bertanyalah pada hati Anda, apakah Anda
sudah yakin hanya dengan mengikuti petunjuk e-book ini atau Anda masih
membutuhkan pembimbing yang dapat memantapkan hati Anda.

RAMBU-RAMBU MEMASUKI DUNIA METAFISIKA


AKTIFKAN IMAJINASI, NON AKTIFKAN LOGIKA

Untuk masuk dunia metafisika, dalam hal ini adalah mempelajari ilmu
supranatural (ghaib), Anda tidak mungkin meraihnya dengan menggunakan
kemampuan otak logika. Metafisik bukan ilmu pasti. Rumusnya tidak selalu 1 + 1
= 2. Dalam rumus metafisika hasilnya bisa berbeda-beda tergantung situasi dan
kondisinya.

Karena itu, 1 + 1 bisa menghasilkan bilangan 0 (gagal). Dilain waktu


menghasilkan bilangan 2 (sesuai perkiraan). Terkadang menghasilkan bilangan
3, 4, bahkan 10, yang berarti hasilnya jauh lebih banyak dari yang diduga
sebelumnya.

1
Kekuatan metafisika itu dapat aktif jika Anda memulainya dengan keyakinan
yang tidak semu, tidak yang dipaksa-paksakan. Untuk itu Anda harus
menggunakan otak kanan (imajinasi, visualisasi, religi, perasaan, visualisasi).
Bukan otak logika Anda.

Orang Tradisional

Cara belajar ilmu metafisika yang berhasil adalah jika kita dapat bersikap
sebagaimana sikap orang tradisional. Bahkan seorang sufi menawarkan konsep
belajar yang berkah melalui cara : Diam – Mendengarkan – Menjalankan –
Mengembangkan.

Orang-orang zaman modern khususnya dari perkotaan, pada umumnya memiliki


ciri khas yang bertentangan dengan konsep tersebut diatas. Mereka hendak
berguru metafisika tetapi konsep yang dijalankan adalah : Banyak Bicara – Kritik
– Ego – Analisis, dan puncaknya bersikap Apriori. Mereka datang dengan
menonjolkan egonya. Jadi, bagaimana mereka dapat berhasil mempelajari hal-
hal yang metafisika?

Namun sebagain dari orang modern ada yang dapat memfungsikan kedua
bagian otaknya ( kiri – kanan ) secara berimbang. Orang dengan tipe ini tidak
terjebak dalam kesombongan intelektual, namun mereka juga tidak terjebak
dalam wilayah mistik yang membabi buta. Intelektualitas mereka tidak akan
hilang dan mereka tetap beruntung karena dapat merasakan manisnya ilmu
metafisika.

Nah, Anda ingin berhasil belajar metafisika? Kata kuncinya adalah : Tergantung
dari sejauhmana Anda dapat mengaktifkan otak imajinasi Anda. Bukan otak
logika Anda.

ILMU SELAMAT/REFLEK
Para ahli ilmu hikmah mengatakan, puncak dari segala ilmu, adalah ilmu
selamat. Artinya, apa yang disebut kanuragan, ilmu kebal, dan sebagainya itu,
tak ada apa-apanya dibandingkan dengan ilmu selamat.

Karena ilmu kebal, boleh jadi kulit anda tidak luka walau dihajar dengan golok.
Namun apakah organ tubuh bagian dalamnya tidak remuk? Dan sepanjang yang
saya ketahui, orang yang pada masa mudanya sering melakukan demo atau
mempertunjukkan ilmu kebalnya, pada hari tuanya sering sakit-sakitan. Itu berarti
kebal pada anggota badan bagian luar, bukan jaminan untuk organ tubuh bagian
dalamnya.

Ilmu tenaga dalam, yang mengajarkan ilmu untuk memukul penyerang dari jarak
jauh, kematangan ilmunya ditentukan oleh empat tahapan. Yaitu :

- Mereka gagal memanfaat ilmu tenaga dalamnya disaat ada bahaya


yang sesungguhnya. Artinya, ia tetap masih dapat dihajar lawan dan
babak belur. Ini adalah tahapan terendah dari ilmu yang dipelajarinya.

- Mereka agak berhasil memanfaatkan ilmunya. Ia tidak berhasil


mementalkan penyerang, namun ia tahan terhadap pukulan/tendangan

2
penyerang. Fungsi tenaga dalamnya labil. Terkadang ia tersermpet
pukulan, terkadang sesekali pukulannya masuk. Ini tingkat menengah.

- Mereka berhasil memanfaatkan ilmunya. Tenaga dalamnya mampu


membuat penyerang sehingga terdorong, terbanting dan tidak mampu
mendekati. Ini termasuk tingkat ilmu tenaga dalam yang sudah tinggi
atau matang.

- Mereka yang karena ilmu yang diamalkannya dapat mempengaruhi


orang-orang yang ada di sekitarnya. Karena ilmu itu, ia mampu
memancarkan “energi lembut” sehingga siapapun tidak mengganggu
dirinya. Segala niat jahat orang lain menjadi luluh dan musnah. Ini
adalah “puncak” dari kematangan ilmunya.

Seorang yang belajar ilmu kasaktian, dapat dikatagorikan sudah mencapai


puncak kematangan ilmu, jika ia dapat mempengaruhi orang-orang yang ada di
sekitarnya menjadi baik, tunduk dan damai.

Dengan demikian, jika ada seseorang yang memegang ilmu kesaktian tetapi ia
masih berkelahi dengan mengadu fisiknya, itu berarti ilmunya belum sempurna.
Sebab, orang yang energi batinnya sudah mapan, hanya dengan sorot matanya
saja, orang yang semula jahat, berubah menjadi baik atau takut.

Sebagian dari para pengamal ilmu hikmah lebih memilih amalan yang memiliki
karakteristik halus dan lembut, yaitu, bagaimana ia dapat menyelesaikan
masalah tanpa harus ribut-ribut, apalagi sampai mengadu fisik.

Dalam istilah mistik Jawa, puncak kematangan ilmu adalah jika seseorang sudah
mampu menguasai ilmu yang membuat dirinya selamat. Yaitu, jika ana seja ora
tumeka yang artinya, jika ada niat jahat tidak akan terjadi (sampai) Sedangkan
tataran atau tahapan ilmu yang lebih rendah adalah lamun tumeka ora tumama
yang artinya jika niat jahat itu dilakukan (oleh orang yang berniat jahat) maka
tidaklah mempan.

Agar selamat dimanapun anda berada, secara fisik, berprilakulah yang baik.
Hidup harus mengikuti aturan agama dan negara. Faktor ini dapat
menyumbangkan 75 presen keselamatan anda. Karena datangnya bahaya itu
lebih sering timbul karena kesalahan-kesalahan yang kita lakukan.

Cara lain agar selalu terhindar dari bahaya, pilihlah amalan atau doa-doa
keselamatan yang memiliki karakter lembut.

Doa Islah
Seorang santri, saat bersilaturahmi ke kediaman seorang ahli hikmah diberi
ijazah yang disebut Doa Islah. Sesuai artinya, islah adalah perdamaian. Saat
memberikan ijazah itu, guru berkata : Orang itu tidak perlu kebal kulitnya. Walau
tidak mempan disabet golok, toh bajunya sobek, kan rugi.”

Ilmu kesaktian, pada zaman sekarang terkadang malah tidak praktis digunakan
untuk menyelesaikan masalah. Karena itu saya pernah menolak ketika seorang
guru memberikan “ Ilmu Bayangan” yang dapat merobah kayu menjadi wujud
manusia, sehingga jika suatu saat kita dikeroyok masa, maka kita selamat
sedangkan masa akan menghajar kayu yang kemanapun kita bawa itu.

3
Menurut saya, jenis ilmu yang demikian ini justru menimbulkan masalah. Karena
orang zaman sekarang ini, luput orangnya, rumahnya dicari, dilempari batu atau
bahkan dibakar.

Amalan yang paling baik adalah amalan yang dapat mendorong terciptanya
perdamaian diantara sesama manusia. Untuk maksud itu, saya mengamalkan
doa yang oleh guru saya disebut sebagai “ Doa Islah” yaitu :

Ya khaliqul asy-yak tsabbit qolbi ‘alaa diinik, wa nawwir qolbi binuuri hidayatik,
birahmatika ya arhamar rahimiin.

Doa Islah ini, dapat diamalkan kapan saja dan tidak ditentuan jumlah
bilangannya. Seseorang yang mengamalkannya secara rutin, insya Allah terjaga
dari segala niat jahat. Dan untuk memperkuat dari doa atau amalan ini, guru
saya menyarankan untuk melakukan puasa selama tujuh hari, dan selama puasa
itu tidak boleh makan yang mengandung garam dan nyawa.

Insya Allah. Jika laku menghindar dari makan yang mengandung garam dan ruh
itu dilakukan dengan baik, maka hikmahnya benar-benar dingin. Orang yang
jahat sekalipun menjadi “dingin” dan tunduk dihadapan kita. Insya Allh

Shalawat
Dilingkungan ahli hikmah, bacaan shalawat (selain nilai ibadahnya) diyakini
memiliki hikmah yang sangat besar, terutama untuk menghilangkan segala
kesulitan hidup. Pengertian “kesulitan hidup” itu bermacam-macam. Mulai dari
rezeki seret, ancaman bahaya dan sebagainya. Yang pasti shalawat itu diyakini
sebagai amalan yang mendinginkan dan sangat baik untuk mencegah segala
niat buruk.

Secara sederhana, orang-orang tua kita mengajarkan kepada anak-anaknya


untuk memperbanyak shalawat (khususnya) disaat ada keruwetan. Dan shalawat
itu minimalnya adalah:

- Shlalallah ‘ala Muhammad


- Allahumma shalli ‘ala Muhammad
- Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad
- Dsb.

Selain bacaan shalawat sebagaimana tersebut diatas, dikenal juga “shalawat


khusus” yang dirangkum oleh para Ulama. Misalnya, Shalawat Nuridz-dzti
rangkuman Abul Hasan Asy-Sadzili, Shalawat Al-Fatih yang dirangkum oleh
seorang Waliyullah bernama Syeh Muhammad Syamsuddin Ibnu Abi Hasan Al-
Bakri, dan sebagainya. ( Para kiai ahli hikmah menyarankan agar kita membaca
shalawat minimal 1000 (seribu) kali dalam satu hari).

PEMBUNGKAM
Amalan untuk keselamatan, dapat ditempuh melalui amalan yang bersifat
membungkam mulut dan meluluhkan nyali atau keberanian orang yang berniat
jahat. Logikanya, orang yang sudah bungkam dan luluh, mustahil untuk
melakukan niat jahatnya.

4
Jika Doa Islah dan Shalawat memiliki sifat yang lebih lembut, dua amalanberikut
ini memiliki sifat lebih keras. Yaitu, membungkam sekaligus meluluhkan orang
yang berniat jahat, sejenis Aji Prembanyu atau Pupu Bayu dalam mistik
tradisional Jawa.

Untuk tujuan membungkam dan meluluhkan hati itu, amalan pertama terdapat
dalam Surat Al Anfal : 102, sebagai berikut:

Laa tudrikuhul abshaaru wahuwa yudrikul abshaara wahuwal lathiiful


khabir. Sedangkan amalan kedua bersumber dari jaljalut, sebagai berikut adalah
: Naruddu bikal a’da-a min kulli wajhaatin wa bil ismi narmiihim minal bu’di
bisy-syatat.

Amalan yang pertama ( Al-Anfal : 102 ) cukup diamalkan secara rutin setiap usai
shalat fardhu minimal tiga kali, atau usai shalat subuh dan mahrib 7 kali.
Sedangkan amalan yang kedua (Jaljalut) dibaca 7 kali setiap usai shalat.

GERAK REFLEK
Upaya mencapai keselamatan yang terakhir, dapat ditempuh dengan amalan
yang berfungsi untuk “kekebalan” dan kemampuan bergerak secara reflek.
Tentang kekebalan sudah dibahas pada e-book tersendiri. Sedangkan
kemampuan gerak reflek (disaat ada bahaya) dapat anda lakukan melalui
amalan yang saya sebut sebagai “Aji Beja”. Yang artinya, ilmu yang
menyebabkan seseorang selalu jatuh dalam posisi serba untung dan selamat.

Dan amalan “Aji Beja” atau gerak reflek itu adalah :

Bismillahir rahmanir rahiim.


Asyhadu anla ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammad rasulullah.
Ya Allah, ya hayyu ya qayyum, ya qawiyyu ya matin.

Amalan ini ditirakati cukup dengan puasa 1 hari saja, dan setelah itu dijadikan
amalan tersebut diatas diamalkan secara rutin (wirid) setiap usai shalat fardhu,
atau minimal mahrib dan subuh. Guru yang mengijazahkan ilmu ini menyarankan
saya hanya membacanya cukup 1 menit saja dengan jumlah yang tidak
ditentukan.

Berdasarkan pengalaman teman dan murid-murid yang mengamalkan ijazah ini


dengan rutin (istikomah), maka dalam keadaan terdesak bahaya, baik bahaya itu
yang disengaja orang lain dan bahaya yang terjadi karena faktor tidak sengaja,
seperti kecelakaan berlalu lintas dan lain-lain, insya Allah ada saja jalan atau
gerakan reflek yang menyebabkan datangnya selamat.

Misalnya, disaat seseorang terjatuh dari sepeda motor karena harus menghindari
mobil yang belok mendadak, dimana secara logika dia jatuh di posisi bawah bak
mobil, tanpa disadari tiba-tiba ia berdiri dan memeluk tiang listrik. Dan murid
yang aslinya tidak pernah belajar silat, disaat diserang anak mabuk tiba-tiba
dapat bergerak seperti pendekarsilat.

Selain bersifat reflek, hikmah lain dari amalan ini adalah selamat dari senjata dan
dapat difungsikan untuk bela diri tenaga dalam. Semacam ilmu Lembu Sekilan.
Insya Allah.

5
Seputar Ilmu Selamat

Keselamatan itu dapat ditempuh dengan berbagai cara. Ada yang dengan
amalan yang berkarakter lembut, semacam Doa Islah dan Shalawat, amalan
“pembungkam” yang cenderung mengecilnya nyali (keberanian) orang yang
berniat jahat dan amalan gerak reflek, (jika terpaksa melakukan kontak fisik).

Saya pribadi cenderung menempuh keselamatan dengan amalan yang lembut,


yaitu, menang dengan tidak merasa mengalahkan pihak lain, atau dalam falsafah
Jawa disebut menang tanpa ngasorake.

Kemenangan yang hakiki adalah kemenangan yang tidak berbuntut keburukan.


Dan karena itulah, ketika seorang guru hikmah menawarkan ilmu Hijabul Abshor
yang mampu menutup mata orang yang berniat jahat, saya pun menolaknya.

Menurut saya, menyelesaikan masalah dengan menutup penglihatan lawan


justru menimbulkan masalah baru yang lebih panjang karena lawan merasa
belum pernah bertemu itu amarahnya akan terus bertambah.

Menurut saya, akan lebih baik jika lawan itu dapat melihat atau bertemu
dengan saya, kemudian berunding, menyelesaikan persoalan dengan kepala
dingin dan setelah itu terjadi perdamaian. Selanjutnya terjalin silaturahmi yang
baik tanpa meninggalkan rasa dendam dikemudian hari.

Para ahli hikmah memberikan banyak cara untuk meraih keselamatan itu dengan
tawakal atau berserah diri kepada Tuhan. Misalnya :

• Membaca Al-Fatihah 41 kali setelah shalat mahrib (terutama disaat ada


ancaman bahaya) minimal 3 malam berturut-turut.
• Membaca doa “Hasbunallahu wa ni’mal wakiil” 450 kali dalam 1 hari 1
malam atau cukup 7 kali setelah shalat mahrib dan subuh.
• Membaca doa perlindungan “ Ya qawiyyu ya matiin ikfi syarro
dzalimin”. Dibaca 111 (seratus sebelas) jika ada bahaya besar, atau
tujuh kali pada pagi dan menjelang petang.

Keselamatan dapat ditempuh melalui cara yang rasional dan irrasional. Cara
rasional dengan berprilaku baik dan cara irrasional dengan doa dan sedekah,
karena sedekah dapat menolak musibah. Idealnya, kedua cara ini dilakukan
secara bersamaan.

HATI-HATI DENGAN E-BOOK SERUPA. BANYAK PEMBELI E-BOOK


KEMUDIAN MENJUAL LAGI MELALUI JARINGAN INTERNET. e-book ini
dirangkum oleh Masruri, ds. Sirahan, Cluwak, Pati. Jika ada hal-hal yang
perlu dikonsultasikan, silakan hubungi 0291 – 578123 atau 081 325 260 123
dan mohon agar tidak melalui SMS.

Anda mungkin juga menyukai