Perhitungan Besar Erosi Tanah Dengan Pendekatan Universal Soil Loss Equation (Usle) Di Kecamatan Jumapolo
Perhitungan Besar Erosi Tanah Dengan Pendekatan Universal Soil Loss Equation (Usle) Di Kecamatan Jumapolo
id
1
SKRIPSI
Disusun Oleh :
ENDAH MARTATI
NIM : K 5403028
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Kartasapoetra (2000: 34), bahaya erosi yang di sana sini telah
menurunkan produktivitas tanah merupakan masalah utama yang sepanjang tahun,
dari tahun ke tahun tetap harus dihadapi oleh Pemerintah. Bahaya erosi yang
menimpa lahan–lahan pertanian serta penduduk sering terjadi pada lahan–lahan
yang mempunyai kemiringan lereng sekitar 15 % ke atas. Bahaya ini pun selain
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
2. Kecamatan Jumapolo memiliki relief yang bervariasi, dari lereng datar hingga
sangat curam, berdasarkan Peta Lereng Kecamatan Jumapolo skala 1 : 80.000
semakin ke arah timur lerengnya akan semakin curam dengan perincian
sebagai berikut:
B. Perumusan Masalah
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas dari permasalahan yang akan dibahas
maka penelitian ini dibatasi pada besar dan tingkat bahaya erosi tanah yang terjadi
di Kecamatan Jumapolo, Kabupaten Karanganyar.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui besar erosi tanah yang terjadi di Kecamatan Jumapolo.
2. Mengetahui tingkat bahaya erosi di Kecamatan Jumapolo.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
F. Definisi Operasional
1. Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas yang menduduki sebagian besar
permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki
sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup dalam keadaan relief
tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Darmawijaya, 1992: 2).
2. Erosi adalah suatu proses di mana tanah dihancurkan (detached) dan kemudian
dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, atau gravitasi
(Hardjowigeno, 1987: 128).
3. Prediksi Erosi adalah suatu metode untuk memperkirakan laju erosi yang akan
terjadi dari tanah yang akan digunakan dalam penggunaan lahan dan
pengelolaan tertentu (Arsyad, 1989: 237).
4. Degradasi tanah adalah penurunan kualitas tanah dan produktivitas potensial
dan atau pengurangan kemampuannya, baik secara alami atau karena pengaruh
manusia (Dent, 1993 dalam Lanya, 1995: 7).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
TABEL 1 SILABUS
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tanah
Darmawijaya (1992: 9), menyatakan bahwa tanah adalah akumulasi tubuh
alam bebas yang menduduki sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu
menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan
jasad hidup dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Di
dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya
tanaman darat.
Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa–sisa
bahan organik dari organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di
dalamnya. Selain itu, di dalam tanah terdapat pula udara dan air (Hardjowigeno,
1987: 1).
Menurut Hardjowigeno (1987: 4), tanah tersusun atas empat bahan utama,
yaitu bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan–bahan penyusun tanah
tersebut jumlahnya berbeda untuk setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan tanah.
Tanah dalam bidang pertanian diartikan sebagai bagian atas dari kulit
bumi untuk media pertumbuhan tanaman. Tanah sangat penting artinya bagi
manusia. Tanah dan manusia mempunyai hubungan timbal balik, artinya tanah
memberikan semua kebutuhan manusia, sebaliknya manusia bisa membuat agar
tanah tetap produktif sepanjang masa.
Kesuburan tanah perlu dijaga sehingga tanah tetap memberikan kehidupan
bagi penghuninya. Tanah sangat diperlukan bagi semua orang karena merupakan
sumber semua kebutuhan hidup manusia. Meskipun teknologi telah berkembang
pesat, tetapi sektor pertanian tidak bisa diabaikan begitu saja.
2. Erosi
Di Indonesia erosi oleh air lebih penting. Pada proses ini terjadi tiga fase,
yaitu :
a. Pelepasan butir–butir tanah
b. Pengangkutan atau transportasi butir–butir tanah oleh tenaga yang
menyebabkan erosi.
c. Pengendapan butir–butir tanah di lain tempat.
Tererosinya lapisan olah tanah tidak memungkinkan lagi dilaksanakan
pertanaman, di mana tanah tidak mampu lagi menahan air sehingga terjadi kering
dan gersang, sedimentasi dapat menimbulkan kedangkalan sungai (Kartasapoetra,
2000: 47).
Erosi dapat menimbulkan adanya ketidakseimbangan lingkungan. Akibat
yang ditimbulkan oleh adanya erosi menurut (Arsyad 1989: 4) adalah :
1. Pada daerah di mana erosi itu terjadi, akan mengakibatkan :
a. Menurunkan kesuburan lapisan tanah atas (top soil) yang kaya akan
berbagai unsur hara dan bahan organik, dan hanya meninggalkan lapisan
tanah bawah (sub soil) atau kadang tinggal bahan induk
b. Mengganggu sifat fisika tanah yang disebabkan oleh tenaga erosif air
hujan yang mengakibatkan menurunnya laju infiltrasi, permeabilitas tanah,
dan aerasi tanah yang akan memperbesar aliran permukaan.
c. Meningkatnya volume aliran permukaan akan mempercepat proses erosi
dan memperberat tingkat erosi, sehingga dari erosi permukaan bisa
menjadi erosi parit atau bahkan sampai menjadi longsor.
d. Menurunkan produktivitas tanah pertanian serta berkurangnya luas lahan
olah atau juga lebar jalan akibat adanya erosi jurang.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
Arsyad (1989: 72), menyatakan bahwa erosi adalah akibat interaksi kerja
antara faktor–faktor iklim, topografi, tumbuh–tumbuhan dan manusia terhadap
tanah yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
E = f ( i,r,v,t,m, )
E adalah besarnya erosi yang merupakan fungsi dari faktor iklim (i), relief
(r), vegetasi (v), tanah (t),dan manusia (m). Vegetasi, sebagian sifat–sifat tanah,
dan faktor topografi panjang lereng merupakan faktor–faktor yang dapat diubah
oleh manusia. Sedangkan iklim, kelerengan, dan tipe tanah merupakan faktor
faktor yang tidak dapat diubah oleh manusia. Uraian faktor–faktor penyebab erosi
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Iklim
Salah satu unsur iklim yang mempengaruhi erosi adalah curah
hujan/presipitasi. Sifat hujan yang terpenting pengaruhnya terhadap erosi adalah
intensitas hujan. Jumlah hujan rata–rata yang tinggi tidak akan menyebabkan erosi
yang berat apabila hujan tersebut terjadi merata, sedikit demi sedikit, sepanjang
tahun. Sebaliknya curah hujan rata–rata tahunan yang rendah mungkin dapat
menyebabkan erosi berat apabila hujan tersebut jatuh sangat deras meskipun
hanya sekali (Hardjowigeno, 1987: 132).
b. Relief
Relief atau topografi merupakan faktor penting yang mempengaruhi
besarnyan erosi. Unsur topografi tersebut meliputi kemiringan lereng, panjang
lereng, konfigurasi, keseragaman dan arah lereng (Arsyad, 1989: 81).
Menurut Hardjowigeno (1987: 136), erosi akan meningkat apabila
lerengya semakin curam atau semakin panjang. Apabila lereng semakin curam
maka kecepatan aliran permukaan meningkat sehingga kekuatan mengangkut
meningkat pula. Lereng yang semakin panjang menyebabkan volume air yang
mengalir semakin besar.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
c. Vegetasi
Vegetasi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap besarnya
erosi, yang sekaligus mudah diubah oleh manusia. Pada suatu vegetasi penutup
tanah yang baik seperti rumput yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan
dan topografi terhadap erosi (Arsyad, 1989: 84). Vegetasi memiliki sifat
melindungi tanah dari timpaan–timpaan keras titik–titik curah hujan
kepermukaannya, selain itu dapat memperbaiki susunan tanah dengan bantuan
akar – akar yang menyebar (Kartasapoetra, 1991: 37).
Vegetasi mampu mempengaruhi laju erosi karena :
1. Adanya intersepsi air hujan oleh tajuk daun
2. Adanya pengaruh terhadap limpasan permukaan
3. Adanya pengaruh terhadap sifat fisik tanah
4. Adanya peningkatan kecepatan kehilangan air karena transpirasi
Adanya tanaman menyebabkan air hujan yang jatuh tidak langsung
memukul massa tanah, tetapi terlebih dahulu ditangkap oleh tajuk daun tanaman.
Selanjutnya tidak semua air hujan tersebut diteruskan ke permukaan tanah karena
sebagian akan mengalami evaporasi. Kejadian ini akan mengurangi jumlah air
yang sampai ke permukaan tanah yang disebut hujan lolos tajuk.
d. Tanah
Sifat–sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi
menurut Hardjowigeno (1987: 135) adalah tekstur tanah, bentuk dan kemantapan
struktur tanah, daya infiltrasi atau permeabilitas tanah dan kandungan bahan
organik. Kepekaan tanah terhadap erosi dikenal sebagai erodibilitas tanah yang
merupakan pernyataan keseluruhan pengaruh sifat–sifat tanah dan bebas dari
faktor–faktor penyebab erosi lainnya (Arsyad, 1989: 96).
e. Manusia
Manusia adalah kunci penentu untuk terjadinya erosi, terutama ditinjau
dari perilakunya yang memperlakukan sumberdaya alam (tanah dan air) untuk
memenuhi kebutuhannya, juga kemampuannya untuk mengatur keseimbangan
faktor–faktor lainnya (Sutopo dan Jaka Suyana, 1999: 8 – 10).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
5. Prediksi Erosi
Metode yang umum digunakan untuk memperkirakan besarnya erosi
adalah metode Universal Soil Loss Equation (USLE) yang dikembangkan oleh
Weschmeier dan Smith. USLE memungkinkan pendugaan laju rata–rata erosi
suatu lahan tertentu pada suatu kecuraman lereng dengan pola hujan tertentu
untuk setiap macam pertanaman dan tindakan pengelolaan (konservasi tanah)
yang mungkin dilakukan atau yang sedang dipergunakan (Arsyad, 1989: 248).
USLE adalah suatu model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-
rata erosi jangka panjang dari erosi lembar atau alur pada keadaan tertentu.
A = R.K.L.S.C.P
hujan yang merupakan perkalian energi kinetik hujan (E/KE) dengan intensitas
hujan maksimun 30 menit (I30). Persamaan EI30 ini dapat digunakan jika tersedia
data hujan yang diperoleh dari pencatat hujan otomatis yang mencatat data waktu
dan jumlah hujan.
Data hujan yang diperoleh dari Pusat Penelitian dan Pengembangan
Fakultas Pertanian UNS hanya diketahui jumlah hujan sehingga persamaan EI30
tidak dapat dipergunakan dan untuk menghitung besar erosivitas digunakan
persamaan Soemarwoto (2007: 200) berikut ini :
R = 0,41 x H 1,09
R = Besar Erosivitas
H = Rata – rata curah hujan tahunan (mm/th)
b. Erodibilitas Tanah (K)
Soil erodibility is an estimate of the ability of soils to resist erosion, based
on the physical characteristics of each soil. Generally, soils with faster infiltration
rates, higher levels of organic matter and improved soil structure have a greater
resistance to erosion. Sand, sandy loam and loam textured soils tend to be less
erodible than silt, very fine sand, and certain Rainfall Intensity and Runoff.
(http://www.mapok.or.id/juornal/erosion/soil-erosion.htm)
Keterangan :
K = Erodibilitas tanah
M = (% debu dan pasir sangat halus) x (100 - % liat)
a = Persentase bahan organik
b = Kode struktur tanah
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
Keterangan :
X = Panjang lereng (m)
s = Kemiringan lereng (%)
d. Faktor Pengelolaan Tanaman (C)
Faktor pengelolaan tanaman merupakan gabungan antara jenis tanaman,
pengelolaan sisa–sisa tanaman, tingkat kesuburan dan waktu pengelolaan
tanah. Faktor C menggambarkan nisbah antara besarnya erosi dari lahan yang
bertanaman tertentu dan dengan manajemen (pengelolaan) tertentu terhadap
besarnya erosi tanah yang tidak ditanami dan diolah bersih. Nilai C
dipengaruhi oleh banyak variabel. Menurut (Suripin, 2004: 77) variabel yang
berpengaruh dapat dikelompokkan menjadi dua grup, yaitu:
1. Variabel alami. Variabel alami terutama adalah iklim dan fase
pertumbuhan. Efektivitas tanaman dalam mencegah erosi tergantung pada
tinggi dan kontinuitas kanopi, kerapatan penutupan lahan, dan kerapatan
perakaran
2. Variabel yang dipengaruhi oleh sistem pengelolaan,yaitu tajuk tanaman,
mulsa sisa-sisa tanaman, sisa-sisa tanaman yang dibenamkan ke dalam
tanah, pengelolaan tanah, pengaruh residual pengelolaan tanah, dan
interaksi antara variabel-variabel tersebut.
Nilai faktor C dapat dilihat pada Tabel 2.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
TABEL 2 NILAI C
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
Satuan lahan dapat dibuat dari hasil tumpangsusun peta geologi, peta
tanah, peta lereng dan peta penggunaan lahan. Dengan demikian satuan lahan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
mencerminkan adanya pengaruh sifat batuan, tanah, relief dan lereng serta
penggunaan lahan pada suatu wilayah.
7. Analisis Tingkat Bahaya Erosi
C. Kerangka Pemikiran
Panjang Kemiringan
Lereng Lereng
Pengelolaan Konservasi
tanaman
R K LS C P
Besar erosi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama dua belas bulan, yaitu dari Bulan
Desember 2008 dan selesai pada Bulan Desember 2009, terhitung dari
penyusunan proposal, pengumpulan data, analisis data sampai penulisan laporan.
Waktu pelaksanaan penelitian disajikan pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Alokasi Waktu Penelitian.
No. Kegiatan Waktu
B. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif eksploratif melalui survei
lapang, sedangkan untuk mengetahui nilai erosi pada masing–masing satuan lahan
di daerah penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel tanah, titik sampel
ditentukan secara sengaja (purposive sampling) berdasarkan pertimbangan
tertentu.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
Satuan analisis yang digunakan adalah satuan lahan yang dibuat dengan
cara overlay (tumpangsusun) dari peta lereng, peta geologi, peta penggunaan
lahan, dan peta tanah. Peta geologi diperoleh dari Peta Geologi Bersistem
Indonesia lembar Ponorogo, Surakarta dan Giritontro skala 1 : 100.000 Tahun
1992 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung
dengan perbesaran skala tanpa penambahan informasi yang disebabkan oleh
keterbatasan tenaga dan biaya. Hal yang sama juga dilakukan untuk peta tanah.
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Arikunto, 1993: 102).
Dalam setiap penelitian populasi yang dipilih erat hubungannya dengan masalah
yang akan dikaji. Sejalan dengan dasar pemikiran tersebut, maka yang dijadikan
populasi dalam penelitian ini adalah lahan, dalam hal ini adalah seluruh wilayah
yang ada di Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar seluas 5.567, 021 Ha.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1993:
104). Dalam suatu penelitian, sampel yang diambil harus benar–benar
representatif atau dapat mewakili seluruh populasi yang ada. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah satuan lahan yang memiliki karakteristik
yang berlainan dan diambil berdasarkan pertimbangan aksesibilitas (tingkat
keterjangkauan/kemudahan). Sampel yang diambil sebanyak 39 sampel. Lokasi
pengambilan sampel disajikan pada Peta Sampel skala 1 : 80.000.
D. Sumber Data
1.Data Primer
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan atau arsip yang
telah dikumpulkan oleh instansi–instansi yang ada hubungannya dengan persoalan
atau masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini.
Data sekunder dalam penelitian ini meliputi :
a. Letak dan luas daerah penelitian yang diperoleh dari Peta RBI Lembar
Tawangmangu dan Jumantono.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
Menurut Moleong (1990: 16), dokumentasi adalah bahan tertulis atau film.
Dokumentasi digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan
mendorong, berguna untuk menguji suatu pengujian. Data yang diperoleh dengan
teknik dokumentasi dalam penelitian ini meliputi data tentang letak dan luas
daerah penelitian yang diperoleh dari kantor Kecamatan Jumapolo. Peta tanah
diperoleh dari Peta Tanah Tinjau Propinsi Jawa Tengah tahun 2001 dan data curah
hujan diperoleh dari data klimatologi Fakultas Pertanian UNS.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
PETA SAMPEL
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
Keterangan:
X = panjang lereng (m)
s = kemiringan lereng (%)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
A = R K LS C P
Keterangan :
A : Besar erosi tanah rata–rata (ton/ha/th)
R : Indeks erosivitas hujan
K : Indeks erobilitas tanah
L : Indeks panjang lereng
S : Indeks kemiringan lereng
C : Indeks pengelolaan tanaman
P : Indeks pengelolaan tanah
Kelas Besar erosi permukaan dalam penelitian ini diketahui berdasarkan
klasifikasi tingkat besar erosi permukaan pada Tabel 7 berikut ini.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
G. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan, yang meliputi kegiatan studi pustaka, orientasi lapangan, dan
studi peta.
2. Penyusunan Proposal
Proposal merupakan rancangan penelitian yang berisi tentang latar belakang
masalah dan alasan penelitian, kajian pustaka, pemilihan tempat penelitian,
rancangan pengumpulan data.
4. Pengumpulan Data
5. Analisis Data
6. Penulisan laporan
Penulisan laporan merupakan tahap akhir penelitian yang melibatkan
keseluruhan tahapan atau urut–urutan dalam penelitian.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
Peta Geologi Peta Tanah Peta Kemiringan Lereng Peta Penggunaan Lahan
skala 1: 80000 skala 1: 80000 skala 1: 80000 skala 1: 80000
Chek Lapangan
Pengumpulan Data
Analisis Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Daerah Penelitian
1. Letak dan Luas
Daerah penelitian terletak di Kecamatan Jumapolo Kabupaten
Karanganyar. Jarak dari ibukota Kabupaten Karanganyar 18 km arah tenggara,
dengan luas daerah mencapai 5567, 021 Ha yang terdiri dari 12 desa. Secara
geografis Kecamatan Jumapolo terletak pada 0493500 – 0507600 mT dan
9151000 – 9144100 mU.
Batas–batas Kecamatan Jumapolo adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Kecamatan Jumantono
b. Sebelah Selatan : Kecamatan Jatipuro
c. Sebelah Barat : Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo
d. Sebelah Timur : Kecamatan Jatiyoso
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta Administrasi Kecamatan Jumapolo
skala 1:80.000.
2. Iklim
Iklim merupakan gabungan dari berbagai kondisi cuaca sehari–hari atau
dikatakan iklim adalah rata–rata cuaca dalam periode waktu yang panjang
(Wisnubroto, 1983: 68). Untuk mengetahui klasifikasi iklim suatu daerah, perlu
diketahui data curah hujan di daerah penelitian tersebut.
Untuk mengetahui tipe curah hujan dapat ditentukan dengan mendasarkan
pada nilai Q (Quotient), yaitu perbandingan rata– rata bulan kering dengan rata–
rata bulan basah dikalikan 100%. Untuk menentukan bulan kering, bulan lembab,
dan bulan basah digunakan kriteria sebagai berikut :
a. Bulan Kering, bila curah hujan dalam satu bulan kurang dari 60 mm,
b. Bulan Lembab, bila curah hujan dalam satu bulan berkisar antar 60 mm - 100
mm,
c. Bulan Basah, bila curah hujan dalam satu bulan lebih dari 100 mm.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
PETA ADMINISTRASI
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
Berdasarkan nilai Q, maka dapat ditentukan tipe curah hujan, yang disajikan
pada Tabel 8. di bawah ini.
Tabel 8. Tipe Curah Hujan di Indonesia Menurut Schmidt dan Ferguson.
No. Nilai Q ( % ) Tipe Curah Hujan Keterangan
1. 0 ≤ Q <14,3 A Sangat Basah
2. 14,3 ≤ Q < 33,3 B Basah
3. 33,3 ≤ Q <60,0 C Agak Basah
4. 60,0 ≤ Q < 100,0 D Sedang
5. 100,0 ≤ Q < 167,0 E Agak Kering
6. 167,0 ≤ Q < 300,0 F Kering
7. 300,0 ≤ Q < 700,0 G Sangat kering
8. 700,0 ≤ Q H Luar Biasa Kering
Sumber : Daljoeni, 1983 : 143
Data curah hujan di daerah penelitian diperoleh dari Puslitbang Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret. Data curah hujan diambil 10 tahun yaitu
mulai tahun 1997 sampai dengan 2006.
Data Curah Hujan di Kecamatan Jumapolo selama 10 tahun (1997 - 2006)
dapat dilihat dalam Tabel 9. berikut ini.
Tabel 9. Curah Hujan di Kecamatan Jumapolo Tahun 1997 – 2006.
No Bulan 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
1 Januari 278 214 322 231 369 339 356 262 281 306
2 Februari 432 460 406 389 278 331 349 284 306 293
3 Maret 75 570 264 536 492 226 271 225 223 258
4 April 192 205 113 415 248 126 62 84 96 118
5 Mei 155 175 51 96 66 104 22 25 16 32
6 Juni 0 372 74 28 80 0 12 2 62 37
7 Juli 0 339 3 0 88 0 0 47 0 0
8 Agustus 0 4 11 50 0 6 0 0 0 0
9 September 0 47 0 51 42 0 0 0 31 0
10 Oktober 23 201 149 324 311 49 102 27 143 113
11 Nopember 130 201 250 186 228 114 269 248 235 253
12 Desember 283 353 400 99 102 390 226 436 384 341
13 Jumlah 1568 3141 2043 2405 2304 1685 1669 1640 1777 1751
14 Bulan Kering 5 2 3 4 1 5 5 6 4 5
15 Bulan Lembab 1 0 0 2 4 0 1 1 2 0
16 Bulan Basah 6 10 9 6 7 7 6 5 6 7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
Dari data tersebut diperoleh rata–rata bulan kering sebesar 4,1 dan rata–
rata bulan basah sebesar 6,9. Maka besarnya nilai Q adalah :
4,1
Q= x 100 %
6,9
Q = 59,42 %
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dan dengan melihat tabel nilai Q,
maka Kecamatan Jumapolo memiliki tipe curah hujan C (Agak Basah). Grafik
Curah Hujan di Kecamatan Jumapolo dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram Tipe Iklim Kec. Jumapolo menurut Schmidt dan Ferguson
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
3. Tanah
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas yang menduduki sebagian besar
planet bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai
pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam
keadaan relatif tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Darmawijaya, 1992:
9).
Menurut pengertian tersebut iklim, jasad hidup, bahan induk, relief atau
topografi, dan waktu memiliki pengaruh terhadap pembentukan tanah. Faktor
iklim yaitu curah hujan dan suhu sangat dominan pengaruhnya terhadap
pembentukan tanah. Semakin tinggi curah hujan dan suhu maka pelapukan akan
berlangsung intensif. Faktor topografi meliputi kemiringan lereng terhadap sinar
matahari akan mempengaruhi kecepatan pelapukan dan proses perkembangan
tanah.
Faktor organisme yaitu manusia, vegetasi dan mikrobiologi di dalam
tanah. Manusia dapat mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung.
Pengaruh langsung misalnya pengolahan tanah, mempercepat pelapukan batuan
dan perkembangan tanah. Sedangkan pengaruh tidak langsung seperti pemupukan
dengan kotoran hewan, daun – daun dan penebangan hutan. Faktor waktu
berperan dalam pelapukan dan pembentukan tanah maka semakin lama waktu
maka semakin tebal tanah yang terbentuk.
Berdasarkan Peta Tanah Kecamatan Jumapolo skala 1 : 80.000 yang
disalin dari Peta Tanah Tinjau Propinsi Jawa Tengah Tahun 2001 yang diperoleh
dari Fakultas Pertanian UNS, di daerah penelitian dijumpai 3 ordo tanah, yaitu :
1. Alfisol
Tanah Alfisol merupakan tanah di mana terdapat penimbunan liat di horison
bawah (horison argilik) dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35
% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison
bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan
gerakan air. Tanah Alfisol banyak tersebar di Desa Kwangsan, Bakalan, Ploso,
dan Kedawung.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
2. Oxisol
Merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit.
Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation rendah
(kurang dari 16 me/100 gram liat). Banyak mengandung oksida–oksida besi atau
oksida Al. di lapang tanah ini menunjukkan batas–batas horison yang tidak jelas.
Tanah Oxisol banyak terdapat di Desa Jumapolo, Karangbangun, Jumantoro dan
Kadipiro.
3. Inceptisol
Merupakan tanah muda tetapi lebih berkembang daripada Entisol (inceptium
permulaan). Umumnya mempunyai horison (bawah) kambik (bertekstur pasir
sangat halus, atau lebih halus, ada petunjuk-petunjuk lemah sebagai horison
argilik atau spodik tetapi belum memenuhi syarat untuk kedua horison tersebut).
Karena tanah belum berkembang lanjut, kebanyakan tanah ini cukup subur. Tanah
Inceptisol tersebar di Desa Jatirejo, Paseban, Kedawung, Giriwondo, dan Ploso.
4. Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan (Land Use) adalah setiap bentuk intervensi manusia
terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material
maupun spiritual (Arsyad, 1989: 207).
Penggunaan lahan dibedakan atas dua kelompok besar yaitu penggunaan
lahan pertanian dan penggunaan lahan non pertanian.
Sandy (1989: 87) menyatakan klasifikasi penggunaan lahan pada skala 1
: 100.000 dan 1 : 50.000 sebagai berikut:
a. Pemukiman
Pemukiman adalah kelompok bangunan tempat tinggal penduduk yang
dimaksudkan untuk dimukimi menetap.
b. Persawahan
Persawahan adalah areal pertanian tanah basah atau sering digenangi air.
Fisiknya di Indonesia dikenal sebagai tanah sawah, serta periodik atau terus–
menerus ditanami padi. Termasuk dalam hal ini sawah–sawah yang ditanami
tebu, tembakau, rosela, dan sayur–sayuran. Persawahan ini meliputi :
1. Sawah 2x padi setahun dan lebih,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
4. Hutan rawa
Hutan rawa adalah hutan lebat yang berrawa–rawa, permukaan tanah
mutlak tergenang selama enam bulan atau lebih dalam setahun dan pada
waktu penggenangan surut tanah senantiasa jenuh air.
g. Kolam
Kolam adalah penggunaan–penggunaan berupa kolam ikan air tawar, tambak,
dan kolam penggaraman.
h. Tanah tandus
Tanah tandus adalah areal yang tidak digarap karena fisiknya yang jelek atau
menjadi jelek setelah digarap.
i. Padang
Padang adalah areal terbuka karena hanya ditumbuhi tanaman rendah dari
keluarga rumput dan semak rendah.
j. Perairan darat, terdiri dari :
1. Danau/ situ
2. Rawa
3. Waduk
k. Penggunaan lain
Suatu areal yang tidak dapat digolongkan kepada yang manapun dari
golongan a sampai dengan j tersebut di atas. Misalnya tanah baru dibuka dan
hutan yang baru ditebang.
l. Penggunaan tambahan berupa kualitas jalan dan saluran pengairan.
Pada dasarnya penggunaan lahan oleh manusia bertujuan untuk memperoleh
produksi semaksimal mungkin pada suatu lahan. Dalam mencapai hasil yang
semaksimal mungkin tersebut maka dalam penggunaan suatu lahan harus
disesuaikan dengan kemampuan lahan, karena setiap lahan mempunyai
kemampuan yang berbeda atau tidak sama (Rahim, 2000: 67).
Berdasarkan peta Penggunaan Lahan Kecamatan Jumapolo skala 1 :
80.000 yang bersumber dari peta Rupa Bumi Indonesia dan pengecekan di
lapangan, penggunaan tanah di daerah penelitian adalah sebagai pemukiman,
sawah, kebun, dan tegalan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
a. Permukiman
Permukiman di sini diartikan sebagai lahan yang digunakan sebagai tempat
tinggal penduduk. Jadi pada penelitian ini lahan yang digunakan untuk
permukiman tidak diambil sebagai sampel karena variabel yang diteliti
dianggap sama dengan variabel pada satuan lahan yang terbentuk oleh tiga
variabel yang sama yaitu ordo tanah, batuan penyusun, dan kemiringan lereng.
Luas tanah yang digunakan untuk permukiman di daerah penelitian adalah
578,491 Ha atau 10,39 % dari luas Kecamatan Jumapolo.
b. Sawah
Lahan yang digunakan untuk areal sawah adalah pada daerah yang datar
sampai dengan daerah berbukit. Keseluruhan luas lahan yang digunakan untuk
areal sawah di daerah penelitian mencapai 3.136 Ha atau 56,33 % dari luas
Kecamatan Jumapolo.
c. Kebun campur
Kebun campur adalah areal yang ditanami rupa–rupa jenis tanaman keras atau
kombinasi tanaman keras dan tanaman semusim dengan tidak jelas jenis mana
yang menonjol. Penggunaan lahan ini menempati daerah dengan luas 488,61
Ha atau 8,78 % dari luas Kecamatan Jumapolo.
d. Tegalan
Tegalan adalah bentuk pertanian lahan kering semusim yaitu areal pertanian
yang tidak pernah diairi yang ditanami dengan jenis tanaman umur pendek
saja. Luas lahan yang digunakan untuk tegalan di daerah penelitian adalah
1.363,90 Ha atau 24,50 % dari luas Kecamatan Jumapolo.
Persebaran penggunaan lahan di daerah penelitian dapat dilihat pada Peta
Penggunaan Lahan Kecamatan Jumapolo skala 1 : 80.000.
5. Geologi
Geologi daerah penelitian merupakan batuan Gunungapi Lawu. Material
penyusun batuan di daerah penelitian merupakan Endapan lahar Lawu yang
berkomponen Andesit. Dalam penyusunan satuan lahan digunakan simbol Qlla,
yaitu lahar Lawu yang komponennya terdiri dari andesit, basal dan sedikit
batuapung bercampur dengan pasir gunungapi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
PETA TANAH
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
2) Formasi Batuan
Berdasarkan litologinya, di Kecamatan Jumapolo hanya tersusun atas
satu formasi batuan, yaitu Endapan Lahar Lawu (Qlla), yang umumnya
berkomponen Andesit.
3) Kemiringan Lereng
Parameter penyusun satuan lahan berikutnya adalah kemiringan
lereng. Kemiringan lereng di Kecamatan Jumapolo ada lima kelas
kemiringan lereng. Pembagian kelas kemiringan lereng ini didasarkan
pada analisis dari peta rupa bumi Indonesia dan pengukuran di lapangan.
Luas masing–masing kelas kemiringan lereng di daerah penelitian dapat
dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Tabel Luas Masing-masing Kelas Kemiringan Lereng Kec. Jumapolo.
No Besar kemiringan Kelas kemiringan Luas
lereng lereng Ha %
1 0–8% I 3.633,120 65,26
2 8 – 15 % II 354,840 6,37
3 15 – 25 % III 257,700 4,63
4 25 – 45 % IV 439,020 7,89
5 > 45 % V 882,341 15,85
Jumlah 5567,021 100,00
PETA LERENG
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
16 Qlla-Ept-I-Sm Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah 47,20 0,93
Inceptisol, kemiringan lereng datar, dengan
penggunaan tanah semak
17 Qlla-Ept-I-Sw Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah 1222,93 24,11
Inceptisol, kemiringan lereng datar, dengan
penggunaan tanah untuk sawah
18 Qlla-Ept-I-Tg Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah 327,61 6,46
Inceptisol, kemiringan lereng datar, dengan
penggunaan tanah untuk tegalan
19 Qlla-Ept-II-Kb Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah 6,65 0,13
inceptisol, kemiringan lereng miring, dengan
penggunaan tanah untuk kebun
20 Qlla-Ept-II-Sw Jenis batuan endapan lahar lawr, ordo tanah 127,41 2,51
Inceptisol, kemiringan lereng miring, dengan
penggunaan tanah untuk sawah
21 Qlla-Ept-III-Sw Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah 66,79 1,32
Inceptisol, kemiringan lereng sangat miring,
dengan penggunaan tanah untuk sawah
22 Qlla-Ept-IV-Kb Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah 19,57 0,39
inceptisol, kemiringan lereng curam, dengan
penggunaan tanah untuk kebun
23 Qlla-Ept-V-Sw Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah 98,67 1,94
Inceptisol, kemiringan lereng sangat curam,
dengan penggunaan tanah untuk sawah
24 Qlla-Ept-IV-Tg Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah 68,72 1,35
Inceptisol, kemiringan lereng curam, dengan
penggunaan tanah untuk tegalan
25 Qlla-Ept-IV-Kb Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah 19,57 0,39
inceptisol, kemiringan lereng curam, dengan
penggunaan tanah untuk kebun
26 Qlla-Ept-IV-Sw Jenis batuan endapan lawu, ordo tanah 79,86 1,57
Inceptisol. Kemiringan lereng curam, dengan
penggunaan tanah untuk sawah
27 Qlla-Ept-V-Tg Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah 143,15 2,82
Inceptisol, kemiringan lereng sangat curam,
dengan penggunaan tanah untuk tegalan
28 Qlla-Ox-I-Kb Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah 30,20 0,60
oksisol, kemiringan lereng datar, dengan
penggunaan tanah untuk kebun
29 Qlla-Ox-I-Sw Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah 456,10 8,99
Oksisol, kemiringan lereng datar, dengan
penggunaan tanah untuk sawah
30 Qlla-Ox-I-Tg Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah 225,28 4,44
Oksisol, kemiringan lereng datar, dengan
penggunaan tanahu utnuk tegalan
31 Qlla-Ox-II-Kb Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah 5,98 0,12
oksisol, kemiringan lereng miring, dengan
penggunaan tanah kebun
32 Qlla-Ox-II-Sw Jenis batuan endapan lahar lawu, ordo tanah 37,83 0,75
Oksisol, kemiringan lereng miring, dengan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
laju erosi yang terjadi. Hasil perhitungan besar erosi pada setiap satuan lahan di
Kecamatan Jumapolo dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini.
Tabel 15. Hasil Perhitungan Besar Erosi Masing-masing Satuan Lahan.
No Satuan Lahan Luas (ha) R K LS C P A
1 Qlla-Alf-1-Kb 85,02 1623,7 0,199 0,23 0,2 1 14,863
2 Qlla-Alf-1-Sw 678,69 1623,7 0,257 0,15 0,01 0,15 0,094
3 Qlla-Alf-1-Tg 23,93 1623,7 0,130 0,07 0,8 0,5 5,910
4 Qlla-Alf-2-Kb 5,85 1623,7 0,108 0,85 0,2 1 29,811
5 Qlla-Alf-2-Sw 34,48 1623,7 0,163 1,14 0,01 0,15 0,453
6 Qlla-Alf-2-Tg 28,13 1623,7 0,126 0,49 0,8 0,75 60,148
7 Qlla-Alf-3-Kb 10,30 1623,7 0,07 1,80 0,5 0,5 51,147
8 Qlla-Alf-3-Sw 53,34 1623,7 0,158 1,66 0,01 0,15 0,639
9 Qlla-Alf-3-Tg 13,24 1623,7 0,119 1,38 0,8 0,75 159,986
10 Qlla-Alf-4-Kb 47,20 1623,7 0,226 2,12 0,2 0,4 62,236
11 Qlla-Alf-4-Sm 26,75 1623,7 0,170 5,09 0,3 1 421,496
12 Qlla-Alf-4-Sw 49,71 1623,7 0,244 2,66 0,01 0,04 0,421
13 Qlla-Alf-4-Tg 17,92 1623,7 0,113 2,19 0,7 0,9 253,145
14 Qlla-Alf-5-Tg 23,00 1623,7 0,113 7,45 0,7 0, 853,534
15 Qlla-Ept-1-Kb 166,16 1623,7 0,206 0,07 0,5 1 11,707
16 Qlla-Ept-1-Sm 47,20 1623,7 0,169 0,29 0,3 1 23,873
17 Qlla-Ept-1-Sw 1222,93 1623,7 0,187 0,15 0,01 0,15 0,068
18 Qlla-Ept-1-Tg 327,61 1623,7 0,162 0,23 0,7 0,5 21,175
19 Qlla-Ept-2-Kb 6,65 1623,7 0,195 0,76 0,5 0,5 60,158
20 Qlla-Ept-2-Sw 127,41 1623,7 0,166 0,59 0,01 0,04 0,063
21 Qlla-Ept-3-Sw 66,79 1623,7 0,124 1,93 0,01 0,04 0,155
22 Qlla-Ept-4-Kb 19,57 1623,7 0,140 3,44 0,5 0,4 156,394
23 Qlla-Ept-4-Sw 98,67 1623,7 0,113 1,97 0,01 0,15 0,542
24 Qlla-Ept-4-Tg 68,72 1623,7 0,190 2,14 0,7 0,9 415,924
25 Qlla-Ept-5-Kb 34,15 1623,7 0,212 9,94 0,5 0,4 684,318
26 Qlla-Ept-5-Sw 79,86 1623,7 0,165 15,8 0,01 0,04 1,693
27 Qlla-Ept-5-Tg 143,15 1623,7 0,142 8,79 0,7 0,9 1276,802
28 Qlla-Ox-1-Kb 30,20 1623,7 0,146 0,12 0,2 1 5,689
29 Qlla-Ox-1-Sw 456,10 1623,7 0,186 0,07 0,01 0,04 0,008
30 Qlla-Ox-1-Tg 225,28 1623,7 0,091 1,00 0,7 1 103,429
31 Qlla-Ox-2-Kb 5,98 1623,7 0,190 0,10 0,5 0,4 6,170
32 Qlla-Ox-2-Sw 37,83 1623,7 0,202 0,58 0,01 0,04 0,076
33 Qlla-Ox-2-Tg 8,51 1623,7 0,085 0,80 0,7 1 77,288
34 Qlla-Ox-3-Sw 5,30 1623,7 0,135 2,26 0,01 0,04 0,198
35 Qlla-Ox-3-Tg 8,73 1623,7 0,126 8,72 0,7 0,5 624,397
36 Qlla-Ox-4-Sw 10,48 1623,7 0,160 4,12 0,01 0,15 1,606
37 Qlla-Ox-5-Kb 77,53 1623,7 0,163 10,2 0,5 0,4 539,913
38 Qlla-Ox-5-Sw 225,22 1623,7 0,145 7,45 0,01 0,15 2,631
39 Qlla-Ox-5-Tg 205,70 1623,7 0,087 9,37 0,7 0,9 833,883
Tabel 16. Kelas Besar Erosi Tiap Satuan Lahan di Kecamatan Jumapolo.
No Satuan Lahan Luas (ha) Besar Erosi Kelas Besar Erosi
1 Qlla-Alf-1-Kb 85,02 14,863 SR
2 Qlla-Alf-1-Sw 678,69 0,094 SR
3 Qlla-Alf-1-Tg 23,93 5,910 SR
4 Qlla-Alf-2-Kb 5,85 29,811 R
5 Qlla-Alf-2-Sw 34,48 0,453 SR
6 Qlla-Alf-2-Tg 28,13 60,148 S
7 Qlla-Alf-3-Kb 10,30 51,147 R
8 Qlla-Alf-3-Sw 53,34 0,639 SR
9 Qlla-Alf-3-Tg 13,24 159,986 S
10 Qlla-Alf-4-Kb 47,20 62,236 S
11 Qlla-Alf-4-Sm 26,75 421,496 B
12 Qlla-Alf-4-Sw 49,71 0,421 SR
13 Qlla-Alf-4-Tg 17,92 253,145 B
14 Qlla-Alf-5-Tg 23,00 853,534 SB
15 Qlla-Ept-1-Kb 166,16 11,707 SR
16 Qlla-Ept-1-Sm 47,20 23,873 R
17 Qlla-Ept-1-Sw 1222,93 0,068 SR
18 Qlla-Ept-1-Tg 327,61 21,175 R
19 Qlla-Ept-2-Kb 6,65 60,158 SR
20 Qlla-Ept-2-Sw 127,41 0,063 SR
21 Qlla-Ept-3-Sw 66,79 0,155 SR
22 Qlla-Ept-4-Kb 19,57 156,394 S
23 Qlla-Ept-4-Sw 98,67 0,542 SR
24 Qlla-Ept-4-Tg 68,72 415,924 B
25 Qlla-Ept-5-Kb 34,15 684,318 SB
26 Qlla-Ept-5-Sw 79,86 1,693 SR
27 Qlla-Ept-5-Tg 143,15 1276,802 SB
28 Qlla-Ox-1-Kb 30,20 5,689 SR
29 Qlla-Ox-1-Sw 456,10 0,008 SR
30 Qlla-Ox-1-Tg 225,28 103,429 S
31 Qlla-Ox-2-Kb 5,98 6,170 SR
32 Qlla-Ox-2-Sw 37,83 0,076 SR
33 Qlla-Ox-2-Tg 8,51 77,288 S
34 Qlla-Ox-3-Sw 5,30 0,198 SR
35 Qlla-Ox-3-Tg 8,73 624,397 SB
36 Qlla-Ox-4-Sw 10,48 1,606 SR
37 Qlla-Ox-5-Kb 77,53 539,913 SB
38 Qlla-Ox-5-Sw 225,22 2,631 SR
39 Qlla-Ox-5-Tg 205,70 833,883 SB
pada lahan ini telah dilakukan tindakan konservasi berupa pembuatan teras
bangku.
c. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Sedang (S)
Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Sedang (S) memiliki besar erosi berkisar
antara 6,170 ton/ha/th – 103,429 ton/ha/th dengan kedalaman tanah 35 cm –
97 cm, dengan luas daerah 1022,84 ha (20,3%) kebun dan tegalan yang
ditanami ubi kayu dan jagung. Tingkat Bahaya Erosi ini terjadi pada lahan
dengan kemiringan lereng kelas I (0-8%) dan kelas II (8-15%).
Tingkat Bahaya Erosi ini tersebar di Desa Jumapolo, Ploso, dan
Lemahbang.
kecil ini akan mempercepat erosi. Perakaran tanaman semusim juga dangkal
dan tidak kuat sehingga kemampuan akar untuk menggenggem massa tanah
juga rendah.
Persebaran Tingkat Bahaya Erosi lebih lengkap disajikan pada Peta
Tingkat Bahaya Erosi di Kecamatan Jumapolo skala 1:80.000. Hasil analisis
Tingkat Bahaya Erosi di Kecamatan Jumapolo disajikan pada Tabel 17.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
Tabel 17. Tingkat Bahaya Erosi Tiap Satuan Lahan di Kecamatan Jumapolo
No Satuan Lahan Luas (ha) Besar Erosi Kelas Besar Kelas Kelas Tingkat
(ton/ha/th) Erosi Kedalaman Bahaya Erosi
Efektif
1 Qlla-Alf-1-Kb 85,02 14,863 SR K1 S
2 Qlla-Alf-1-Sw 678,69 0,094 SR K0 SR
3 Qlla-Alf-1-Tg 23,93 5,910 SR K0 R
4 Qlla-Alf-2-Kb 5,85 29,811 R K1 B
5 Qlla-Alf-2-Sw 34,48 0,453 SR K1 R
6 Qlla-Alf-2-Tg 28,13 60,148 S K0 S
7 Qlla-Alf-3-Kb 10,30 51,147 R K1 B
8 Qlla-Alf-3-Sw 53,34 0,639 SR K0 SR
9 Qlla-Alf-3-Tg 13,24 159,986 S K1 B
10 Qlla-Alf-4-Kb 47,20 62,236 S K1 SB
11 Qlla-Alf-4-Sm 26,75 421,496 B K1 SB
12 Qlla-Alf-4-Sw 49,71 0,421 SR K1 R
13 Qlla-Alf-4-Tg 17,92 253,145 B K1 SB
14 Qlla-Alf-5-Tg 23,00 853,534 SB K3 SB
15 Qlla-Ept-1-Kb 166,16 11,707 SR K3 B
16 Qlla-Ept-1-Sm 47,20 23,873 R K2 B
17 Qlla-Ept-1-Sw 1222,93 0,068 SR K0 SR
18 Qlla-Ept-1-Tg 327,61 21,175 R K1 S
19 Qlla-Ept-2-Kb 6,65 60,158 SR K2 B
20 Qlla-Ept-2-Sw 127,41 0,063 SR K0 SR
21 Qlla-Ept-3-Sw 66,79 0,155 SR K0 SR
22 Qlla-Ept-4-Kb 19,57 156,394 S K3 SB
23 Qlla-Ept-4-Sw 98,67 0,542 SR K1 R
24 Qlla-Ept-4-Tg 68,72 415,924 B K2 SB
25 Qlla-Ept-5-Kb 34,15 684,318 SB K3 SB
26 Qlla-Ept-5-Sw 79,86 1,693 SR K0 SR
27 Qlla-Ept-5-Tg 143,15 1276,802 SB K3 SB
28 Qlla-Ox-1-Kb 30,20 5,689 SR K1 R
29 Qlla-Ox-1-Sw 456,10 0,008 SR K0 SR
30 Qlla-Ox-1-Tg 225,28 103,429 S K0 S
31 Qlla-Ox-2-Kb 5,98 6,170 SR K2 S
32 Qlla-Ox-2-Sw 37,83 0,076 SR K0 SR
33 Qlla-Ox-2-Tg 8,51 77,288 S K1 B
34 Qlla-Ox-3-Sw 5,30 0,198 SR K0 SR
35 Qlla-Ox-3-Tg 8,73 624,397 SB K0 B
36 Qlla-Ox-4-Sw 10,48 1,606 SR K0 SR
37 Qlla-Ox-5-Kb 77,53 539,913 SB K3 SB
38 Qlla-Ox-5-Sw 225,22 2,631 SR K0 SR
39 Qlla-Ox-5-Tg 205,70 833,883 SB K3 SB
PETA TBE
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data, maka dari penelitian ini
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Perkiraan besar erosi tanah yang terjadi di Kecamatan Jumapolo adalah
sebesar 0,008 ton/ha/th sampai dengan 1.276,802 ton/ha/th dengan perincian
bahwa daerah yang mengalami erosi sangat ringan seluas 3828,1 ha (68,76%),
erosi ringan seluas 517,18 ha (9,29%), erosi sedang seluas 422,36 ha ( 7,59%),
erosi berat seluas 213,39 ha (3,83%), dan erosi sangat berat seluas 585,99 ha
(10,53%).
2. Tingkat Bahaya Erosi daerah penelitian adalah tingkat bahaya erosi sangat
ringan seluas 2953,15 ha (58,63%), tingkat bahaya erosi ringan seluas 223,86
ha (4,44%), tingkat bahaya erosi sedang seluas 1022,84% (20,3%), tingkat
bahaya erosi berat seluas 196,52 ha (3,91%), dan tingkat bahaya erosi sangat
berat seluas 676,92 ha (13,44%).
B. Implikasi
Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan sebagai acuan dalam
pola pengelolaan dan penggunaan lahan di daerah penelitian dengan :
1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam merencanakan
dan melakukan perubahan penggunaan lahan yang disesuaikan dengan kondisi
dan karakteristik lahan. Hal ini dilakukan agar penggunaan lahan disesuaikan
dengan kemampuannya sehingga dapat meminimalisasikan potensi erosi.
2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penetapan
tindakan konservasi untuk mengurangi laju erosi yang terjadi di daerah
penelitian.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian besar laju erosi yang diperkirakan dengan
metode USLE, penulis menyarankan:
1. Pemberian mulsa, yaitu bahan yang digunakan di atas permukaan tanah
dengan tujuan mencegah kehilangan air melalui evaporasi, memperbaiki
struktur tanah, mempertahankan kapasitas memegang air serta menekan aliran
permukaan (run off), dan meningkatkan kandungan bahan organik sehingga
dapat mengurangi laju erosi.
Bahan-bahan itu bisa berupasisa-sisa panentanaman seperti jerami,
brangkasan jagung dan kacang tanah. Bisa juga bahan hijau lain seperti
pangkasan Flemingia atau vetiver yang disebar di atas permukaan tanah.
Mulsa disebarkan di antara tanaman utama untuk menutupi bidang yang
kosong.
Peranan mulsa dalam konservasi tanah dan air adalah melindungi tanah dari
pukulan langsung butir-butir hujan sehingga erosi dapat dikurangi dan tanah
menjadi padat. Pemberian mulsa dilakukan pada lahan dengan kemiringan
>5%. Cara pemberiannya adalah dengan menghempaskan mulsa tersebut di
atas permukaan lahan secara merata dengan tebal 3 – 5 cm sebanyak 5
ton/Ha. (www.situshijau.com)
Saran pemberian mulsa pada penelitian ini dapat dilihat pada Peta 9.
Rekomendasi.
2. Penanaman strip rumput secara campuran di bibir teras pada lahan dengan
kemiringan 15 – 45%, hal ini dapat mengendalikan erosi sebesar 35 – 40%.
(www.situshijau.com)
3. Pemerintah atau pihak-pihak yang terkait diharapkan memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya erosi dan arti penting usaha
pengawetan tanah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : Institut Pertanian
Bogor.
Hermawan, Wisnu. 2003. Kajian Erosi dan Kualitas Air Limpasan pada Berbagai
Kelompok Umur Tanaman Jati (Studi Kasus di RPH Ngawean, Cabak
BKPH Pasar Sore KPH Cepu). Skripsi. Fakultas Pertanian UNS.
Kartasapoetra. 2000. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta : Rineka Cipta.
Sarief, Saifuddin. 1988. Konservasi Tanah dan Air. Bandung : Pustaka Buana.
Sutopo dan Jaka Suyana. 1999. Potensi Bahaya Erosi pada Beberapa Tipe
Agroekosistem di Sub-DAS Samin, DAS Solo. Laporan Penelitian.
Fakultas Pertanian UNS.
Utomo, Wani Hadi. 1989. Erosi dan Konservasi Tanah. Malang : IKIP Malang.
Waluyaningsih, Sri Rahayu. 2008. Studi Analisis Kualitas Tanah pada Beberapa
Penggunaan Lahan dan Hubungannya dengan Tingkat Bahaya Erosi di
Sub DAS Keduang, Wonogiri. Tesis. Program Pascasarjana UNS.
Wisnubroto, Soekardi, Siti Lela Aminah dan Mulyono Nitisapto. 1983. Asas –
asas Meteorologi dan Pertanian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
www.bps.go.id
http://www.mapok.or.id/juornal/erosion/soil-erosion.htm
www.worldagroforestry.com