Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
(mandi, makan, berhias dan toileting)

Dosen Pengampu:
Rizky Febrian Pratama, S.Kep., M.Kes.

Disusun Oleh :
Ziyan Hilaliyyah (02127091)

DIII AKADEMI KEPERAWATAN


HUSADA KARYA JAYA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Konsep Medis
1. Definisi Defisit Perawatan Diri
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang
mengalai kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari hari secara mandiri. Tidak
ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut,
pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam :
kebersihan diri, makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri,
buang air besar atau kecil sendiri (toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul
pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering
mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan
gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik
dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky &
Hanik,2015:154)
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi
aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene),
berpakaian atau berhias, makan, dan BAB atau BAK (toileting) (Fitria,
2009).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa
terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan
diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri diantaranya
mandi, makan dan minum secara mandiri, berhias secara mandiri, dan
toileting.
2. Penyebab Defisit Perawatan Diri
a. Faktor Predisposisi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kurang
perawatan diri adalah, Perkembangan. Dalam perkembangan,
keluarga yang terlalu melindungi dan memanjakan klien dapat
menimbulkan perkembangan inisiatif dan keterampilan. Lalu
faktor predisposisi selanjutnya adalah Faktor Biologis,
beberapa penyakit kronis dapat menyebabkan klien tidak
mampu melakukan perawatan diri secara mandiri. Faktor
selanjutnya adalah kemampuan realitas yang menurun. Klien
dengan gangguan jiwa mempunyai kemampuan realitas yang
kurang, sehingga menyebabkan ketidak pedulian dirinya
terhadap lingkungan termasuk perawatan diri. Selanjutnya
adalah faktor Sosial, kurang dukungan serta latihan
kemampuan dari lingkungannya, menyebabkan klien merasa
b. Faktor Presipitasi.
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurangnya atau penurunan motivasi, kerusakan kognisi, atau
perseptual, cemas, lelah / lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri. Sedangkan menurut Depkes tahun 2000 faktor
yang mempengaruhi personal hygiene adalah body Image,
praktik social, status sosial ekonomi, pengetahuan, budaya,
kebiasaan dan kondisi fisik.
Berikut penjabarannya. gambaran individu terhadap dirinya
sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak perduli dengan dirinya.
Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri
maka,kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal
hygiene. Personal hygiene memerlukan alat dan bahan, seperti
sabun, sikat gigi, shampoo dan alat mandi lainnya yang
membutuhkan uang untuk menyediakannya.
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan,
misalnya pada pasien penderita DM yang harus menjaga
kebersihan kakinya. Pada factor Budaya, terdapat budaya di
sebagian masyarakat tertentu jika individu sakit tidak boleh
dimandikan. Ada pula kebiasaan seseorang yang enggan
menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri, missal
sabun, shampoo, dll. Sedangkan, untuk factor kondisi fisik,
pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukan nya.
3. Jenis-jenis Defisit Perawatan Diri
Menurut Nanda (2012),jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas makan secara mandiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi / toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas eliminasi sendiri.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000), dalam Anonim (2009), tanda dan gejala klien
dengan defisit perawatan diri yaitu:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
b. Psikologi
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur
5) Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) di
sembarang tempat
6) Gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009)
adalah sebagai berikut :
a. Mandi/Hygiene
Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi
kotor, kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor
b. Berpakaian/berhias
Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut
acakacakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai,
pada pasien laki-lakitidak bercukur, pada pasien perempuan tidak
berdandan
c. Makan
Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh
kemampuanmengambil makan sendiri, makan berceceran dan
makan tidak padatempatnya
d. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil,duduk atau bangkit dari
jamban,memanipulasi pakaian untuk toileting,membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat,dan menyiram toilet atau kamar
kecil.
5. Rentang Respon

Keterangan :
a. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor
dan mampu untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan
yang dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan
perawatan diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien
mendapatkan stresor kadang kadang klien tidak
memperhatikan perawatan dirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia
tidak peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.
6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan nya di bagi 2 (Stuart &
Sundeen, 2000), yaitu :
a. Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi,
pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah
Klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
b. Mekanisme Koping Mal Adaptif
Mekanisme koping yang menghambat, fungsi integrasi,
memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung
menguasai lingkungan. Kategori nya adalah : Tidak mau
merawat diri.
7. Pohon Masalah
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Kondisi Klien
Data Subjektif :
Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak
berdaya
Data Objektif :
Rambut kotor dan acak-acakan, badan dan pakaian kotor serta
bau, mulut dan gigi bau,kulit kusam dan kotor,
2. Diagnosa
Defisit Keperawatan Diri : Mandi, Gosok gigi, cuci rambut
3. Intervensi
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menjelaskan, pentingnya kebersihan diri.
c. Klien dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.
d. Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan
perawat.
e. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
4. Implementasi
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Jelaskan pentingnya perawatan diri yang baik..
c. Ajarkan klien mempraktekan cara perawatan diri : mandi, gosok
gigi dan cuci rambut
d. Bantu klien mempraktekan cara perawatan diri.
e. Anjurkan klien memasukan kegiatan perawatan diri secara
mandiri di dalan jadwal kegiatan harian.
5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan
melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.

Iqbal Wahit, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba
Medika.
Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN
(Basic Course).Yogyakarta: EGC.
Kelliat, B., A, dkk. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa :Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.
STRATEGI PELAKSANAAN

1. SP-1 Pasien: Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-1


A. Proses Keperawatan
1) Kondisi Klien
Ny. H terlihat duduk di salah satu sudut ruangan
sambil menggaruk-garuk kepala yang terlihat kotor, rambut
sebahu dan tidak tertata rapi. Pakaian yang digunakan Ny. H tidak
terpasang dengan benar dan terlihat banyak robekan. Kuku jari
tangan terlihat hitam dan panjang. Gigi Ny.H terlihat kotor dan
mulut Ny. H mengeluarkan bau.
2) Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
3) Tujuan Khusus :
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4) Tindakan Keperawatan
a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
b. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
d. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
e. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya perawat Sinta. Saya adalah
Mahasiswa yang sedang praktek disini. Saya praktek disini selama
4 hari. Nama kamu siapa ya? Senangnya dipanggil apa? Oh jadi
anda senangnya dipanggil Ny. M saja”.
b. Evaluasi/Validasi
“Saya lihat dari tadi Ny. M menggaruk-garuk kepala, gatal ya?”
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang
kebersihan diri?”
Waktu:“Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, jadi Ny.
M maunya kita ngobrol-ngobrolnya selama 20 menit ya”.
Tempat:“Baiklah mau dimana kita ngobrolnya Ny. M? Oh jadi kita
ngobrolnya diruang ini saja ya”.

2. Kerja (langkah- langkah tindakan keperawatan)


a. “Berapa kali Ny. M mandi dalam sehari? Apakah Ny. M sudah
mandi hari ini? Menurut Ny. M apa kegunaannya mandi? Apa alasan
Ny. M sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut Ny. M apa
manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-
tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya?
badan gatal, mulut bau, apa lagi?
Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa
menurut Ny. M yang bisa muncul ? Betul ada kudis, kutu, dsb”
b. “Menurut Ny. M mandi itu seperti apa? Sebelum mandi apa yang
biasanya Ny. M persiapkan? Benar sekali, Ny. M perlu menyiapkan
pakaian ganti yang bersih, handuk kering, sikat gigi, odol, shampo
dan sabun mandi”
c. “Menurut Ny. M tempat mandi dimana? Benar sekali kita mandi di
kamar mandi, bagaimana kalau kita ke kamar mandi sekarang? Saya
akan bantu melakukannya. Pertama kita gosok gigi dulu dengan sikat
gigi, ambil sikat gigi yang sudah di kasih odol kemudian sikat gigi
dengan gerakan memutar dari atas ke bawah kemudian Ny. M
berkumur-kumur dengan air bersih. Bagus sekali, sekarang Ny. M
buka pakaian, siram seluruh tubuh Ny. M dengan air termasuk
rambut dan kepala lalu ambil shampoo sedikit dan gosokkan ke atas
kepala Ny. M sampai berbusa lalu bilas sampai bersih. Bagus sekali
Ny. M, sekarang ambil sabun dan gosokan keseluruh tubuh Ny. M
secara merata dan di mulai dari bagian sebelah kanan lalu siram
dengan air sampai bersih, pastikan bersih tidak ada sisa sabun yang
menempel. Setelah selesai di siram dengan air sampai bersih,
keringkan tubuh Ny. M dengan handuk kering yang sudah disiapkan.
Bagus sekali Ny. M melakukannya. Selanjutnya Ny. M
menggunakan pakaian bersih yang sudah di siapkan”.
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Ny. M setelah mandi dan mengganti
pakaian? Coba Ny. M sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi
yang baik yang sudah Ny. M lakukan tadi? Bagus sekali
sekarang Ny. M sudah tahu manfaat dan cara mandi yang
baik”.
2. Evaluasi perawat/ objektif
“Ternyata Ny. M masih memiliki kemampuan yang baik dalam
menjaga kebersihan diri. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan
juga di rumah setelah pulang ya Ny. M”.
b. Rencana lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. M Mau
berapa kali sehari mandi dan sikat gigi? Bagus, dua kali yaitu pagi
dan sore. Kalau pagi jam berapa? kalau sore jam berapa? Beri tanda
M (mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (bantuan) kalau
diingatkan baru dilakukan dan T (tidak) tidak melakukan”
c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Baik besok kita akan bertemu kembali untuk latihan berda
ndan”
Waktu: “Kalau begitu kita akan latihan berdandan besok jam 9 pagi
setelah Ny. M melakukan kegiatan mandi”
Tempat : “Ny. M mau kita ketemu dimana? Kita ketemu di dalam
kamar Ny. M besok bagaimana?”
2. SP-2 Pasien : Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ny. M terlihat duduk disalah satu sudut ruangan sambil memegang
rambut yang basah. Klien terlihat menggunakan pakaian dengan
kancing baju yang tidak terpasang. Klien mengatakan merasa segar
setelah mendi.
2. Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus:
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan
a. Membantu klien latihan berhias
b. Berpakaian
c. Menyisir rambut
d. Berhias

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi, masih ingat dengan saya Ny. M?
b. Evaluasi/Validasi
“Saya lihat dari tadi Ny. M memegang kepala, kenapa Ny. M?
Bagaimana perasaan Ny. M setelah melakukan kegiatan
mandi?”
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang
berhias diri?”
Waktu: “Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, jadi
Ny. M mau kita ngobrolnya 20 menit saja ya”.
Tempat: “Baiklah mau dimana kita ngobrolnya Ny. M? Oh jadi
kita ngobrolnya diruang ini saja ya”.
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
a. “Bagaimana perasaan Ny. M setelah mandi? Apa yang Ny. M
lakukan setelah mandi? Baiklah sekarang kita akan melakukan
latihan berdandan”
b. “Apa Ny. M sudah mengganti baju? Untuk pakaian pilihlah
yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang bersih 2 kali
sehari. Sekarang coba Ny. M lakukan menggangti pakaian.
Bagus sekali Ny. M kerja yang bagus. Sekarang setelah
menggunakan pakaian yang baik kita akan latihan berdandan
supaya Ny. M tampak rapi dan cantik”
c. “Kira-kira apa alat yang Ny. M butuhkan untuk berdandan?
Bagus sekali Ny. M alat yang digunakan adalah sisir, bedak dan
kaca”
d. “Setelah Ny. M memasang pakaian dengan baik sekarang sisir
rambut yang rapi. Bagus Ny. M, sekarang ambil bedak dan
bedaki muka Ny. M rata dan tipis. Bagus sekali Ny. M bisa
melakukan nya dengan baik”.
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Ny. M setelah latihan berdandan?”
2. Evaluasi perawat/objektif
“Ny. M terlihat segar dan cantik”
b. Tindakan lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. M
sehabis Ny. M melakukan kegiatan mandi kemudian melakukan
cara berdandan yang baik dan benar sesuai dengan latihan kita
hari ini. Beri tanda M (Mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh,
B (Bantuan) kalau diingatkan dan T (Tidak) tidak melakukan”.
c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Baik nanti siang kita akan bertemu kembali untuk
latihan cara makan yang baik dan benar”
Waktu: “Kalau begitu kita akan latihan cara makan nanti siang
atau sesuai jadwal makan Ny. M”
Tempat: “Siang nanti kita latihan makan yang baik diruang
makan, bagaimana menurut Ny. M?”

3. SP-3 Pasien : Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-3


A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Ny. M terlihat duduk disalah satu kursi di dekat meja makan. Ny. M
terlihat rapi dengan rambut yang disisir.
2. Diagnosis Keperawatan: Defisit Keperawatan Diri
3. Tujuan Khusus:
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan
a. Menjelaskan cara persiapkan makanan
b. Menjelaskan cara makan yang tertib
c. Menjelaskan cara merapikan peralatam makan setelah makan
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat siang Ny. M? bagus sekali Ny. M terlihat rapi siang ini”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Ny. M siang hari ini?”
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita latihan cara makan yang baik?”
Waktu: “Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, jadi kita
ngobrolnya 25 menit saja ya”
Tempat: “kita akan latihan cara makan yang baik langsung diruang
makan saja ya, bagaiman menurut Ny. M?”
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
a. “Bagaimana menurut Ny. M cara makan yang baik? Bagus Ny. M
sebelum kita makan, kita cuci tangan dengan air sabun dulu ya”
b. “Sebelum mencuci tangan dengan air dan sabun, Ny. M bisa
mengambil makanan di atas meja dengan menggunakan piring”
c. “Sebelum makan Ny. M dapat berdoa. Bagus sekarang, Ny. M bisa
berdoa sebelum makan. Suap makanan dengan pelan-pelan, ya bagus
Ny. M sekarang sudah bisa melakukan menyuap makanan dengan
abik dan benar”
d. “Setelah makan Ny. M harus membereskan piring dan gelas yang
kotor, setelah dibereskan sekarang Ny. M dapat mencuci tangan
dengan sapu tangan yang bersih”

3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Ny. M setelah latihan cara makan yang
baik?”
2. Evaluasi perawat/objektif
“Ny. M terlihat rapid an bersih”
b. Rencana tindak lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. M sehabis
melakukan mandi kemudian melakukan cara berdandan dan makan
yang baik dan benar sesuai dengan latihan kita hari ini. Beri tanda M
(Mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (Bantuan) kalau
diingatkan dan T (Tidak) tidak melakukan”.
c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Baik besok kita akan bertemu kembali untuk latihan cara
BAK/BAB yang baik ya Ny. M?”
Waktu: “Kalau begitu kita akan latihan cara BAK/BAB besok jam
10 pagi atau sesuai jadwal kapan Ny. M merasa ingin BAB/BAK”
Tempat: “Besok kita latihan cara BAB/BAK dengan baik diruangan
ini ya Ny. M?”
4. SP-4 Pasien : Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-4
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Ny. M terlihat duduk di salah satu sisi kamar. Ny. M terlihat rapi
dengan rambut yang di sisir.
2. Diagnosis Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus:
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan membersihkan tempat BAB/BAK

B. Strategi Komunikas dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat siang Ny. M? Sudah dilakukan jadwal harian yang
telah kita lakukan kemarin? Bagus sekali Ny. M dapat
melakukan secara mandiri semua latihan yang telah kita
lakukan”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Ny. M siang hari ini?”
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita latihan cara BAK/BAB yang
baik?”
Waktu: “Kita akan membutuhkan waktu sekitar 30 menit,
bagaimana menurut Ny. M?”
Tempat: “Kita akan latihan cara BAB/BAK yang baik jadi kita
latihan langsung di tempat BAB/BAK”
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
a. “Menurut Ny. M dimana kita BAB/BAB yang benar? Benar Ny.
M kita BAB/BAK di ruang tertutup dan ada saluran
pembuangan kotoran. Jadi kita tidak boleh BAB/BAK di
sembarang tempat”
b. “Sekarang coba Ny. M sebutkan bagaimana cara
membersihkan/cebok? Bagus Ny. M cebok itu adalah cara
membersihkan bokong atau tempat keluar BAB/BAK dengan air
yang bersih dan jernih. Setelah Ny. M cebok pastikan juga tidak
ada BAB/BAK yang tersisa di WC dengan cara menyirami WC
dengan air bersih. Setelah di pastikan bokong dan WC bersih
baru Ny. M mencuci tangan dengan air bersih dan sabun”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Ny. M setelah cara BAB/BAK yang
baik”
2. Evaluasi perawat/objektif
“Ny. M terlihat tersenyum dan wajah yang segar”
b. Tindak lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. M
sehabis Ny. M melakukan mandi kemudian melakukan cara
berdandan dan cara makan yang baik dan benar. Jika Ny. M
merasakan keinginan BAB/BAK Ny. M dapat melakukan latihan
yang telah kita lakukan. Beri tanda M (Mandiri) kalau dilakukan
tanpa disuruh, B (Bantuan) kalau diingatkan dan T (Tidak) tidak
melakukan”.
c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Baiklah Ny. M sekarang kita akhiri pertemuan ini, kalau
Ny. M masih ada yang ingin ditanyakan atau ada masalah yang
ingin dibicarakan boleh kepada perawat lain yang dinas diruangan
ini. Saya permisi dulu ya Ny. M. Selamat siang”.
DAFTAR PUSTAKA

Neri, Silvia,.2018. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan diakses dari


https://www.academia.edu/6822348/STRATEGI_PELAKSANAAN_TINDAKAN
_KEPERAWATAN_SP-1_Pasien_Defisit_Perawatan_Diri_Pertemuan_Ke-1 pada
14 Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai