Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“TUBERKULOSIS (TBC)”

Disusun Oleh :
Ziyan Hilaliyyah
(02127091)

D-III KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunianya saya dapat
menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Makalah revisi
yang berjudul “ Asuhan Keperawatan TBC “.

Penyusun makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas KMB I. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi saya sebagai penulis
dan bagi para pembaca. Khususnya dalam hal memahami apa itu “ TBC “.

Terakhir, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu saya sangat menghargai kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan
saya, agar kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dan bagi saya khususnya sebagai
penulis.

Penyusun

Ziyan Hilaliyyah

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar ............................................................................................. 2

Daftar isi ........................................................................................................ 3

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 4

A. LATAR BELAKANG ...................................................................... 4


B. TUJUAN ........................................................................................... 4

BAB 11 TINJAUAN TEORI ...................................................................... 5

A. Konsep dasar medis ......................................................................... 5


a. Definisi ........................................................................................ 5
b. Anatomi fisiologi........................................................................ 6
c. Etiologi........................................................................................ 8
d. Manifestasi Klinik ..................................................................... 8
e. Pemeriksaan penunjang ........................................................... 9
f. Patofisiologi .............................................................................. 10
g. Komplikasi ............................................................................... 11
h. Penatalaksanaan ...................................................................... 12
B. Konsep Keperawatan ..................................................................... 13
1. Pengkajian................................................................................ 13
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................... 15
3. Intervensi.................................................................................. 16
4. Implementasi Keperawatan ................................................... 18
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................ 19

BAB III PENUTUP .................................................................................... 20

A. Kesimpulan ..................................................................................... 20
B. Saran ............................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikrobakterium Tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri
basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru – paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di
dunia. Organisasi Kesehatan Dunia/ Word Health Organization (WHO)
memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis masih merupakan salah satu
masalah kesehatan yang utama di dunia Insiden TBC dilaporkan meningkat
secara drastic pada decade terakhir di seluruh dunia. Demikian pula di
Indonesia. Tuberkulosis/TBC marupakan masalah kesehatan, baik dari sisi
angka kematian ( mortalitas), angka kejadian penyakit (mortdibitas),
maupun diagnosis dan terapinya.
Dengan jumlah penduduk yang ada di Indonesia, Indonesia menempati
urutan ketiga India dan China dalam hal jumlah penderita 22 Negara dengan
masalah TBC terbesar di dunia.
B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah penulis ingin memberikan atau

memperluas pengetahuan masyarakat tentang turbekulosis atau TBC,

sehingga masyarakat mengetahui tanda-tanda awal timbulnya penyakit TBC

dan mengetahui cara penanggulangan penyakit tersebut.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Medis
a. Definisi
Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini
merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu
lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ
paru – paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. TBC, umumnya
dikenal sebagai TB, adalah infeksi bakteri yang dapat menyebar melalui
kelenjar getah bening dan aliran darah ke organ dalam tubuh anda.
Hal ini paling sering ditemukan di paru paru. Kebanyakan orang
yang terkena TB tidak pernah mengembangkan gejala karena bakteri
dapat hidup dalam bentuk tidak aktif di dalam tubuh. Tetapi jika sistem
kekebalan tubuh melemah, seperti pada orang orang dengan HIV atau
orang dewasa lanjut usia, bakteri TB dapat menjadi aktif.dalam keadaan
aktif mereka, bakteri TB menyebabkan kematian jaringan di organ
mereka menginfeksi.
Penyakit TB aktif dapat berakibat fatal jika tidak diobati. Karena
bakteri yang menyebabkan tuberculosis yang ditularkan melalui udara,
penyakit ini bisa menular. Infeksi yang paling mungkin terjadi jika anda
terkena seseorang dengan TB pada sehari – hari, misalnya dengan
tinggal atau bekerja dalam jarak deket dengan seseorang yang memiliki
penyakit aktif. Bahkan kemudian, karena bakteri umumnya tinggal
laten ( tidak aktif) setelah mereka menyerang tubuh, hanya sejumlah
kecil orang yang terinfeksi TB akan pernah memiliki penyakit aktif.
Sisanya akan memiliki apa yang di sebut infeksi TB laten, mereka tidak
menunjukkan tanda – tanda infeksi dan tidak akan dapat menyebarkan
penyakit kepada orang lain, kecuali penyakit mereka menjadi aktif.

5
b. Anatomi Fisiologi
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru – paru adalah
hidung, faring, laring trachea, bronkus, dan bronkiolus, hidung,nares
anterior adalah saluran – saluran di dalam rongga hidung. Saluran –
saluran itu bermuara ke dalam bagian yang di kenal sebagai vestibulum
( rongga ) hidung. Rongga hidung dilapisi sebagai vestibulum ( rongga
) hidung. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat
kaya akan pembuluh darah dan bersambung dengan lapisan faring dan
dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam
rongga hidung. Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari
dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada
ketinggian tulang rawan krikoid. Letaknya di belakang laring (laring
faringeal), laring (tengkorak) terletak di depan bagian terendah faring
yang memisahkan dari columna vertebrata berjalan dari faring sampai
ketinggian vertebrata servikals dan masuk ke dalam trachea di
bawahnya.
Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama
oleh ligamen dan membran. Trachea atau batang tenggorok kira – kira
9cm panjangnya trachea berjalan dari laring sampai kira – kira
ketinggian vertebrate torakalis kelima dan di tempat ini bercabang
menjadi dua bronkus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 – 20 lingkaran
yang berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan
fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebaelah belakang trachea.
Selain itu juga membuat beberapa jaringan otot, bronchus yang
berbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira – kira
vertebrata terokalis kelima mempunyai struktur serupa dengan trachea
dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus – bronkus itu berjalan
kebawah dank ke samping ke arah tampuk paru. Bronkus kanan lebih
pendek dan lebih lebar dari pada yang kiri, kiri sedikit lebih tinggi dari
arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di

6
bawah arteri pulmonalis sebelum di belah menjadi beberapa cabang
yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi
bronkus lobaris dan kemudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan
ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil,
sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis yaitu saluran udara
terkecil yang tidak mengandung alveoli ( kantong 8 udara ). Bronkiolus
terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. bronkiolus tidak
di perkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos
sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara kebawah
sampai tingkat bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara
karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat
pertukaran gas paru – paru. Alveolus yaitu tempat pertukaran gas
assinus terdiri dari bronkiolus dan respiratorius yang terkadang
memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya.
Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveolis dan sakus
alveolaris terminalis merupakan akhir paru – paru, asinus atau kadang
disebut lobolus primer memiliki tangan kira – kira 0,5 s/d 1,0 cm.
Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai sakus
alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori –
pori kohn. Paru – paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri
dan kanan. Dilapisi oleh pleura yaitu pariental pleura dan visceral
pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi
untuk lubrikai. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior,
medius dan inferior sedangkan paru kira dibagi dua lobus yaitu superior
dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang
mengandung pembuluh limfe,arteriola, venula, bronchial venula,
ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli, sehingga mempunyai
permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan atau pertukaran
gas.

7
c. Etiologi
Tuberculosis paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan
tebal 0,3 – 0,6 um. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak
(lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam
sehingga disebut bakteri tahan asam. Sifat lain kuman ini adalah aerob
yaitu kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan O2 nya.
Dalam hal ini tekanan O2 pada bagian apikal paru-paru lebih
tinggi dari bagian lain sehingga bagian apikal ini merupakan tempat
predileksi penyakit tuberculosis. (Soeparman, 1999, hal. 715).
Mereka yang paling beresiko tertular basil adalah mereka yang
tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif khususnya
individu yang sistem imunnya tidak adekuat (Corwin, 2001, hal. 414).
d. Manifestasi Klinik
Gejala utama TB paru menurut Mansjoer (1999 hal 472) adalah:
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tapi kadang-
kadang panas badan dapat mencapai 40 – 41oC
b. Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar, sifat
batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian
setelah muncul peradangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan
sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang
sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-
paru.

8
d. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Maleise
Gejala maleise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada
nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri
otot, dan keringat malam.
Pasien TB paru menampakkan gejala klinis yaitu:
a. Tahap asimtomatis
b. Gejala TB paru yang khas, kemudian stagnansi dan regresi
c. Eksaserbasi yang memburuk.
d. Gejala berulang dan menjadi kronik.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda:


a. Tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial, ronchi basah, dan lain-
lain)
b. Tanda-tanda penarikan paru diafragma, dan mediastrium.
c. Sekret di saluran nafas dan ronchi.
d. Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan
langsung dengan bronkus.
e. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer (1999 hal. 472 ) pemeriksaan penunjang pada
Tuberculosis paru antara lain :
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
b. Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat,
Limfositosis)
c. Foto toraks Postereor Anterior (PA) dan lateral. Gambaran foto
toraks yang menunjang diagnosis tuberculosis, yaitu:
1) Bayang lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen
apikal lobus bawah.
2) Bayangan berawan (patchy) berbercak (nodular).
3) Adanya kavitas, tunggal atau ganda.

9
4) Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru.
5) Adanya kalsifikasi.
6) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu
kemudian.
7) Bayangan milier.

d. Pemeriksaan sputum BTA


Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru,
namun pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30 – 70%
pasien TB yang dapat di diagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
e. Tes PAP (Peroksislase anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat
histogen imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya
lg 6 spesifik terhadap basil TB.
f. Tes Mantoux/Tuberkulin
g. Teknik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam
berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada
satu mikroorganisme dalam spesimen.
h. Becton Dikinson Diagnotic Instrumen System (BACTEC)
Deteksi Growth Index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari
metabolisme asam lemak oleh Mycobacterium Tuberculosis.
i. Enzim Inked Immunosorbent Assay
j. Mycodot
Deteksi antibodi memakai antigen lipoarabinomannan yang
direkatkan pada suatu alat berbentuk sisir plastik, kemudian
dicelupkan dalam serum pasien. Bila terdapat antibodi spesifik
dalam jumlah memadai maka warna sisir akan berubah.

10
f. Patofisiologi
Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui
inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi
bronkiolus atau alveolus. Apabila bakteri tuberculin dalam jumlah yang
bermakna berhasil menembus mekanisme pertahanan sistem
pernapasan dan berhasil menempati saluran napas bawah, maka pejamu
akan melakukan respons imun dan peradangan yang kuat. Karena
respons yang hebat ini, akibat diperantarai oleh sel T, maka hanya
sekitar 5 % orang yang terpajan basil tersebut menderita tuberculosis
aktif. Penderita TBC yang bersifat menular bagi orang lain adalah
mereka yang mengidap infeksi tuberculosis aktif dan hanya pada masa
infeksi aktif.
Basil mycobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan apabila
telah mengkolonisasi saluran nafas bawah, maka tujuan respons imun
adalah lebih untuk mengepung dan mengisolasi basil bukan untuk
mematikannya. Respons selular melibatkan sel T serta makrofag.
Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh sel T dan jaringan fibrosa
membungkus kompleks makrofag basil tersebut. Tuberkel akhirnya
mengalami kalsifikasi dan disebut kompleks Ghon, yang dapat dilihat
pada pemeriksaan sinar-x toraks. Sebelum ingesti bakteri selesai, bahan
mengalami perlunakan (perkijuan). Mikro-organisme hidup dapat
memperoleh akses ke sistem trakeobronkus dan menyebar melalui
udara ke orang lain. Bahkan walaupun telah dibungkus secara efektif,
basil dapat bertahan hidup dalam tuberkel.
Apabila partikel infeksi terisap oleh orang sehat, akan menempel
pada jalan nafas atau paru-paru. Kuman menetap di jaringan paru akan
bertumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini
kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang
bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk sarang tuberkulosis
pneumonia kecil dan disebut sarang primer.

11
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya
diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil.
Gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di salurang hidung
dan cabang besar bronkus. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan. Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh
basil serta reaksi imun dan peradangan yang hebat. Edema interstisium
dan pembentukan jaringan parut permanen di alveolus meningkatkan
jarak untuk difusi oksigen dan karbondioksida sehingga pertukaran gas
menurun.(Corwin, 2001: 414)
g. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul akibat TBC antara lain (Depkes,
2000, hal 11) :
a. Hemoptisis
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial
c. Bronkiektasis
d. Pneumotorak
e. Penyebaran infeksi ke organ lain
f. Insufisiensi cardio pulmoner
h. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (1999 hal 473) penatalaksanaan pada tuberculosis
paru antara lain:
a. Obat anti TB (OAT)
OAT harus di berikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat
yang bersifat bakterisi dengan atau tanpa obat ketiga.
Tujuan pemberian OAT, antara lain:
a. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi
_egative secepat mungkin melalui kegiatan bekterisid.
b. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah
pengobatan dengan kegiatan sterilisasi.
c. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui
perbaikan daya tahan imunologis.

12
b. Pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase, yaitu:
1) Fase awal intensif, dengan kegiatan bekterisid untuk
memusnahkan populasi kuman yang membelah dengan
cepat.
2) Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada
pengobatan jangka pendek atau kegiatan bakteriostatik
pada pengobatan konvensional.
OAT yang biasa digunakan antara lain Isoniazid (INH), Rifampisin
®, Pirazinamid (Z) dan Steptomosin (S) yang bersifat bekterisid
dan etambutol yang bersifat bakteriostatik.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya : nama,
umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat,
jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
Sering terjadi pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka
remaja, angkat kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi
pada anak perempuan. Pada masa puber dan dan remaja
dimana masa pertumbuhan yang cepat, kemungkinan infeksi
cukup tinggi.
2) Keluhan utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru
meminta pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi
dua golongan, yaitu :
a) Keluhan respiratoris, meliputi :
- Batuk, nonproduktif/produktif atau sputum
bercampur dara

13
- Batuk darah, seberapa banyak darah yang keluar
atau hanya berupa blood streak, berupa garis, atau
bercak-bercak darah
- Sesak nafas
- Nyeri dada
b) Keluhan sistematis, meliputi :
- Demam, timbul pada sore atau malam hari mirip
demam influenza, hilang timbul, dan semakin
lama semakin Panjang
- Keluhan sistemis lain : keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan dan malaise
3) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian ringkas dengan PQRST dapat lebih memudahkan
perawat dalam melengkapi pengkajian
a) Provoking incident : apakah ada peristiwa yang menjadi
factor penyebab sesak nafas, apakah sesak nafas
berkurang apabila beristirahat?
b) Quality of pain : seperti apa rasa sesak nafas yang
dirasakan atau digambarkan klien, apakah rasa sesaknya
seperti tercekik atau susah dalam melakukan inspirasi atau
kesulitan dalam mencari posisi yang enak dalam
melakuan pernafasan.
c) Region : dimana rasa berat dalam melakukan pernafasan
?
d) Severity of pain : seberapa jauh rasa sesak yang dirasakan
klien ?
e) Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan bertambah
bruruk pada malam hari atau siang hari, apakah timbul
gejala secara terus- menerus atau hilang timbul
(intermitten), apa yang sedang dilakukan klien saat gejala

14
timbul, lama timbulnya (durasi), kapan gejala tersebut
pertama kali timbul (onset).
4) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji
apakah sebelumnyya klien pernah menderita TB paru, keluhan
batuk lama pada masa kecil, tuberkolosis dari orang lain,
pembesaran getah bening dan penyakit lain yang memperberat
TB paru seperti diabetes militus. Tanyakan mengenai obat-
obat yang biasa diminum oleh klien padamasa lalu yang
relavan, obat-obat ini meliputi obat OAT dan sntitusif. Catat
adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu. Kaji lebih
dalam tentang seberapa jauh penurunan berat badan (BB)
dalam enam bulan terakhir. Penurunan BB pada klien dengan
TB paru berhubungan erat dengan proses penyembuhan
penyakit serta adanya anoreksia dan mual yang sering
disebabkan karena meminum OAT.
5) Riwayat penyakit keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, terapi perawat perku
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota
keluarga lainnya sebagai factor predisposisi didalam rumah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
bronkospasme
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipovolemi
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi- perfusi dan perubahan membrane
alveolus-kapiler
d. Deficit berhubungan dengan ketidakmampuan menelan,
mencerna makanan dan mengabsorbsi nutrient

15
3. Intervensi Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
bronkospasme.
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24 jam bersihan
jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
- Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal (18-20 x/menit), tidak ada suara nafas tambahan
(abnormal)
- Mampu mengeluarkan sputum, bernafas dengan mudah
Intervensi :
- Kaji ulang fungsi pernafasan : bunyi nafas, kecepatan, irama,
kedalaman dan penggunaan otot aksesori.
- Observasi kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk
efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptysis.
- Berikan pasien posisi semi fowler (senyaman pasien)
bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan nafas dalam
- Bersihkan secret dari mulut dan trakea, suction bila perlu
- Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali
kontraindikasi
- Lembabkan udara/oksigen inspirasi
- Kolaborasi pemberian obat agen mukolitik, bronkodilator,
kortikosteroid sesuai indikasi.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipovolemi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan pasien mampu mepertahankan jalan nafas agar pola
nafas efektif

16
Kriteria hasil :
- Pasien mampu mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
nafas bersih
- Jalan nafas paten
- Ttv dalam batas normal
Intervensi :
- Observasi keadaan pasien
- Mengatur akurasi O2 jika pasien terpasang O2
- Posisikan pasien semi fowler 30◦-45◦
- Bersihkan mulut, hidung, trakea jika terdapat banyak secret
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi- perfusi dan perubahan membrane alveolus-kapiler
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24 jam
pertukaran gas efektif
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi dyspnea
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
adekuat dengan BGA dalam rentang normal
Intervensi :
- Kaji dyspnea, takipnea, bunyi pernafasan abnormal.
Peningkatan upaya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan
kelenahan
- Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda
sianosis dan perubahan warna kulit, membrane mukosa, dan
warna kuku
d. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan,
mencerna makanan dan mengabrobsi nutrient
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam
diharapkan kebutuhan nutrient terpenuhi dan adekuat

17
Kriteria hasil :
- Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan
nila laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi
- Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
mepertahankan berat badan yang tepat
Intervensi :
- Catat status nutrisi pasien : turgor kulit, timbang berat badan,
integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising
usus, riwayat mual/muntah atau diare
- Kaji ulang pola diet pasien yang disukai/tidak disukai
- Monitor intake dan output secara periodic
- Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada
hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume,
konsistensi buang air besar (BAB).
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap pelaksanaan rencana
tindakan keperawatan yang telah disusun oleh perawat untuk mengatasi
masalah pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai rencana yang sudah
dilakukan, teknik dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan
psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang
meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon dari
pasien (Bararah & Jauhar, 2013).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir dari proses
keperawatan. Evaluasi merupakan aktivitas yang direncanakan ,
berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan profesional kesehatan
menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan/hasil dan
keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi ini akan menentukan

18
apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan ataupun
dirubah (Kozier, 2010).
Dalam melakukan evaluasi, perawat juga perlu
mendokumentasikan hasil evaluasi yang didapatkan. Evaluasi
keperawatan dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosis keperawatan.
Format dokumentasi yang lazim digunakan untuk mendokumentasikan
hasil evaluasi adalah dengan pendekatan SOAP. SOAP adalah akronim
dari subjective, objective, analisys dan planning. Subjective adalah
pernyataan atau keluhan dari pasien, objective adalah data yang
diobservasi oleh perawat atau keluarga, Analisys yaitu kesimpulan dari
data objektif dan subjektif yang umumnya ditulis dalam masalah
keperawatan, serta planning yang merupakan rencana tindakan yang
akan dilakukan berdasarkan analisys (Dinarti, Aryani, Nurhaeni, &
Chairani, 2013).

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikrobakterium Tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil
yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.
Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru – paru dibandingkan bagian
lain tubuh manusia.
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di
dunia. Organisasi Kesehatan Dunia/ Word Health Organization (WHO)
memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis masih merupakan salah satu
masalah kesehatan yang utama di dunia Insiden TBC dilaporkan meningkat
secara drastic pada decade terakhir di seluruh dunia. Demikian pula di
Indonesia. Tuberkulosis/TBC marupakan masalah kesehatan, baik dari sisi
angka kematian ( mortalitas), angka kejadian penyakit (mortdibitas),
maupun diagnosis dan terapinya.
Dengan jumlah penduduk yang ada di Indonesia, Indonesia menempati
urutan ketiga India dan China dalam hal jumlah penderita 22 Negara dengan
masalah TBC terbesar di dunia.
B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan yaitu :
1. Bagi pasien
TBC hendaknya meningkatkan motivasinya dalam pengobatan TB,
seperti selalu mengingatkan pasien agar patuh berobat. Hal ini
karenakan proses pengobatan TB berjaslan lama dan dapat
menyebabkan kebosanan pada pasien TB.
2. Bagi masyarakat
Masyarakat hendaknya juga senantiasa memperhatikan konsisi
lingkungan sekitar, baik terhadap informasi adanya warga

20
masyarakat yang mengalami tanda dan gejala TB, sehingga deteksi
pasien TB dapat ditemukan dan pengobatan segera dilaksanakan.
3. Bagi petugas kesehatan
Petugas kesehatan dapat melakukan upaya-upaya seperti
meningkatkan pengetahuan pasien mengenai pencegahan, penularan
tuberculosis secara maksimal untuk meningkatkan kesadaran pasien
TB dalam mematuhi pengobatan TB

21
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga
University Press. Surabaya.

Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru.


Airlangga University Press. Surabaya.

Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A


Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.

Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1.


Penerbit EGC. Jakarta.

Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. EGC
Jakarta.

Diana C. Baughman. ( 2000 ), Patofisiologi, EGC, Jakarta.

Hudak & Gallo, ( 1997 ). Keperawatan kritis : suatu pendekatan holistic, EGC,
Jakarta

Keliat, Budi Anna. (1991). Proses Keperawatan. Arcan. Jakarta.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan indikator


diagnostik, edisi 1 cetakan III (revisi). Jakarta.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Tindakan


Keperawatan, edisi 1 cetakan II. Jakarta.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi dan Kriteria Hasil


Keperawatan, edisi 1 cetakan II. Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai