Anda di halaman 1dari 25

URGENSI PENANGANAN PENGUNGSI/MIGRAN ILEGAL

DI INDONESIA SEBAGAI NEGARA TRANSIT BERDASARKAN


KONVENSI TENTANG STATUS PENGUNGSI 1951
(Studi Di Kantor Imigrasi Kota Malang)

Herman Suryokumoro, Nurdin, Ikaningtyas

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya


Email: ninktyas@ub.ac.id

Abstract
Immigration or refugee was matter that always been exist in human civilization. Since the motive
to get better life, free from fear and treat. To response the problems international community
through United Nations released Convention 1951 regarding to Status of Refugee. Other hand,
Indonesia as transit state provide legal instrument as legal instruction for related institutions in
handling illegal immigrant/refugee problems. This article described about Immigration Office
at Malang on Handling of Illegal Immigrant/refugee based on Indonesia’s regulation compare
to Convention 1951 regarding to status of refugee.
Key words: immigrant, refugee, immigrant office at Malang, Covention 1951

Abstrak
Pengungsi merupakan suatu persoalan yang akan selalu ada dalam perkembangan peradaban
manusia, karena persoalan pengungsi berlatar belakang naluriah manusia untuk mencari
kehidupan yang lebih baik, baik dari aspek ekonomi, politik, keamanan dan sebagainya.
Indonesia sebagai negara yang terletak pada posisi silang dunia menjadi tempat strategis untuk
transit para pengungsi, terutama para pengungsi/imigran gelap. Di satu pihak dalam konteks
internasional telah ada suatu standart dalam memperlakukan pengungsi melalui Konvensi 1951
tentang Status Pengungsi. Artikel ini akan membahas mengenai peran dari Kantor Imigrasi
kelas I Malang dalam penanganan imigran gelap/pengungsi dikaitkan dengan Konvensi 1951
tentang status pengungsi.
Kata kunci: immigran, pengungsi, kantor Imigrasi Kota Malang, Konvensi 1951

Latar Belakang mengancam keselamatan. Ancaman itu dapat


Pengungsi merupakan suatu persoalan ditimbulkan oleh faktor alam maupun faktor
yang akan selalu ada dalam peradaban perbuatan manusia lainnya. Yang termasuk
manusia. Hal ini sebagai konsekuensi adanya ancaman dalam kategori faktor alam adalah
naluriah manusia yang akan selalu mencari bencana alam, sedangkan yang termasuk
kenyamanan dalam hidupnya, dan menghindar perbuatan manusia seperti perang, kerusuhan
dari adanya rasa takut, yang sangat dapat dan sebagainya. Dahulu, dorongan utama

408
409 ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452

dilakukannya migrasi pada masa itu secara pergi ke Australia. Dalam beberapa tahun
umum berasal dari naluri alamiah umat terakhir, sesuai data yang diberikan oleh
manusia untuk mencari tempat tinggal atau lembaga PBB untuk pengungsi atau United
daerah bermukim yang dapat memberikan Nations High Commissioner for Refugees
keamanan dan kenyamanan. Sejarah mencatat, (UNHCR), Indonesia telah menerima banyak
bangsa Canaan (yang sekarang disebut bangsa pengungsi asing baru secara signifikan. Per
Palestina) pernah melakukan migrasi dari Asia Maret 2012, kira-kira ada 3,781 pengungsi
menuju Eropa, demikian juga yang dilakukan asing yang telah terdaftar di Indonesia.3
oleh bangsa Romawi di masa kejayaannya Pengungsi yang datang tersebut memiliki
dan bangsa-bangsa lainnya.1 latar belakang atau tujuan yang bermacam-
Pengungsian atau perpindahan penduduk macam. Ada pengungsi yang datang ke
dalam skala besar ini pada awalnya hanya Indonesia karena faktor ekonomi maupun
merupakan persoalan domestik suatu negara. yang murni untuk mencari keselamatan
Kemudian, karena perpindahan penduduk hidup. Krisis ekonomi, merosotnya tingkat
juga melampui suatu batas negara satu ke kesejahteraan dan keamanan di banyak negara,
negara lainnya, masalah pengungsi akhirnya dan bertambahnya angka kemiskinan serta
meluas menjadi persoalan negara-negara globalisasi dan akses informasi memudahkan
di kawasan tertentu dan terakhir dianggap berlangsungnya pengungsian, khususnya yang
merupakan masalah bersama umat manusia.2 dilakukan secara ilegal (gelap). Terbatasnya
Persoalan itu pada akhirnya juga menjadi pengamanan perbatasan laut Indonesia
persoalan yang tidak dapat dihindari oleh menambah peluang masuknya para pengungsi
pemerintah Indonesia. Sebagai negara yang gelap ke negara kepulauan yang luas ini.
kerap kali menjadi tujuan bagi para pengungsi Para pengungsi yang datang ke Indonesia
untuk mencari perlindungan dan keselamatan karena faktor ekonomi ini biasanya
diri. menginginkan perubahan kehidupan ke
Posisi Indonesia yang terletak di antara arah yang lebih baik dan berkeinginan
dua samudra dan dua benua, menjadikan untuk mendapatkan penghasilan yang jauh
Indonesia sebagai tempat yang strategis lebih besar daripada penghasilan mereka
untuk pergerakan dan juga tempat transit sebenarnya di negara asal, bahkan tidak jarang
pengungsi asing asal benua Asia yang ingin para pengungsi tersebut adalah orang-orang

1 IOM, Buku Petunjuk Bagi Petugas Dalam Rangka Penanganan Kegiatan Penyelundupan Manusia
dan Tindak Pidana yang Berkaitan dengan Penyelundupan Manusia, International Organization for
Migration (IOM), Jakarta, 2009, hlm.24.
2 Achmad Romsan, dkk,Pengantar Hukum Pengungsi Internasional: Hukum Internasional dan Prinsip-
Prinsip Perlindungan Internasional, Percetakan Sanic Offset, Bandung, 2003, hlm. 3.
3 http://www.iom.org/read/news/2012/07/18/063417844/80-Indonesiadanpengungsi gelap, diakses 22
September 2012. pukul 09.15 WIB.
Herman Suryokumoro, Nurdin, Ikaningtyas, Urgensi Penanganan Pengungsi/Migran Ilegal... 410

yang sama sekali tidak memiliki pekerjaan di Status Pengungsi (Text of the 1951 Convention
negara asal dan bermaksud mencari pekerjaan Relating to the Status of Refugees). Konvensi
di Indonesia dengan cara yang melanggar yang dibuat di Jenewa pada tanggal 28 Juli
hukum. Namun ada juga pengungsi yang 1951 dan kemudian telah diubah ke dalam
datang ke Indonesia karena terjadi peperangan Protokol 1967 tentang Status Para Pengungsi
di negara asalnya dan para pengungsi tersebut (Protocol Relating to the Status of Refugees
benar-benar membutuhkan perlindungan 1967) memberikan aturan mengenai status para
serta mencari keselamatan diri. Misalnya saja pengungsi yang bertujuan untuk melindungi
beberapa waktu lalu di Indonesia, sebanyak Hak Asasi Manusia (HAM) bagi pengungsi.
193 (seratus sembilan puluh tiga) pengungsi Dalam konvensi tersebut terdapat jenis-jenis
asal Myanmar dan Bangladesh ditemukan HAM yang perlu dilindungi, yang ditujukan
terdampar di perairan Sabang. Kapal para khusus bagi pengungsi dengan alasan bahwa
pengungsi tersebut ditemukan oleh nelayan kondisi mereka yang khusus atau berbeda
di sekitar Pulau Rondo dan Pulau Seulako, dengan warga negara yang lain yang hidup
Sabang, Aceh.4 sejahtera di tempat mereka berdomisili. Jadi,
Terlepas dari latar belakang dan alasan Konvensi 1951 mencantumkan daftar hak
orang-orang tersebut mengubah status yang sangat dibutuhkan oleh pengungsi, di
menjadi pengungsi, sebagai negara yang mana negara pihak (party) wajib memenuhi
menjadi bagian dari dunia internasional dan kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam
sebagai negara yang bermartabat, maka dalam konvensi tersebut.5
menghadapi masalah pengungsi, Indonesia Proses perpindahan penduduk tersebut
memiliki kewajiban untuk melindungi serta atau lebih dikenal dengan migrasi dapat
memberikan penghormatan kepada hak-hak dilakukan sesuai prosedur keimigrasian yang
para pengungsi tersebut sesuai dengan hukum berlaku, maupun secara bertentangan dengan
nasional maupun hukum internasional yang peraturan keimigrasian. Proses migrasi yang
dianut oleh Indonesia. Sebagai manusia, para dilakukan tidak sesuai dengan peraturan
pengungsi tersebut tetap memiliki hak-hak keimigrasian atau migrasi ilegal akan
asasi manusia yang tetap harus dihormati dan mengakibatkan ancaman terhadap kedaulatan,
dilindungi oleh negara yang menjadi tempat keamanan, kehidupan sosial dan ekonomi,
mereka untuk mencari perlindungan dan bahkan juga ancaman terhadap ideologi
mendapatkan keselamatan diri. Hal tersebut suatu bangsa. Belum lagi migrasi ilegal bisa
telah diatur dalam konvensi 1951 tentang dihentikan, telah timbul varian baru yang

4 Arip Budiman, Terdampar, 193 Pengungsi Asal Myanmar dan Bangladesh (online),http://www.
KabariNews.com/?32484, diakses 22 September 2012.
5 Majda El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM, Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, PT. Rajagrafindo
Persada, Jakarta, 2008, hlm.290.
411 ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452

kini kian mengemuka, yakni penyelundupan merupakan hak atas perlindungan diplomatik
manusia (people smuggling), dan perdagangan di luar negeri dan ini merupakan atribut yang
manusia (human trafficking). 6
esensial, dimana negara bertanggung jawab
Proses migrasi suatu kelompok manusia untuk melindungi warganya yang merupakan
yang melintasi batas-batas negara tersebut pencerminan aspek korelatif dan kesetiaan
merupakan suatu peristiwa hukum yang dan perlindungan.
termasuk dalam definisi hukum internasional Di Indonesia, organisasi yang mempunyai
publik. hukum internasional dalam hal ini fungsi keimigrasian tersebut di atas, di
hukum internasional publik merupakan diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal
keseluruhan kaidah dan azas hukum Imigrasi Departemen Kehakiman RI, yang
yang mengatur hubungan atau persoalan keberadaannya, tugas pokok serta fungsinya
yang melintasi batas negara (hubungan diatur berdasarkan Keputusan Presiden
internasional) yang bukan bersifat perdata.7 RI Nomor 44 Tahun 1974 tentang Pokok-
Berdasarkan pengertian hukum internasional Pokok Organisasi Departemen jo Keputusan
publik tersebut, secara khusus kajian mengenai Presiden RI Nomor 15 Tahun 1984 tentang
perpindahan (keluar/masuk) person ke dalam susunan organisasi Departemen sebagaimana
atau ke luar suatu wilayah negara kajian telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
hukum keimigrasian. Hukum Keimigrasian Keputusan Presiden RI Nomor 8 Tahun 1991
melaksanakan sebagian fungsi dan tugas dan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor
hukum internasional publik, termasuk M-PR.0704 Tahun 1991 tentang Organisasi
perjanjian bilateral tentang bidang lintas batas. dan Tata Kerja Kantor Imigrasi di daerah-
Pengertian imigrasi8 mempunyai makna di daerah seluruh Indonesia. Kantor imigrasi
satu sisi merupakan tindakan masuk ke negara yang tersebar di seluruh Indonesia tersebut
lain untuk tinggal menetap sedangkan sisi lain mempunyai dua klasifikasi, kelas I dan kelas
dari segi kelembagaan mempunyai fungsi dan II, kantor imigrasi ini tidak hanya berada di
tujuan yaitu mengatur orang asing yang masuk tingkat provinsi tetapi juga tingkat kabupaten/
ke negeri ini. Sisi pertama tersebut menunjuk kota.
pada suatu aktivitas manusia, yaitu aktivitas Untuk Kota Malang sendiri terdapat
berupa lalu lintas manusia dari suatu negara kantor imigrasi kelas II. Kantor imigrasi ini
ke negara lain. Sisi kedua, menunjukkan tata tentunya mempunyai fungsi strategis dalam
laksana dari suatu organisasi atau instansi yang mengatur lalu lintas warga negara Indonesia
mengurus lalu lintas manusia antar negara. maupun asing yang keluar maupun masuk
Selain itu dalam hukum internasional, ke wilayah Indonesia, terutama yang terkait
migrasi adalah aspek kewarganegaraan persoalan imigran illegal. Pesisir Malang

6 IOM, Op.Cit.
7 Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Bina Cipta, Jakarta, 1976, hlm. 4.
8 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982, hlm. 376.
Herman Suryokumoro, Nurdin, Ikaningtyas, Urgensi Penanganan Pengungsi/Migran Ilegal... 412

menjadi salah satu pintu penyeberangan antara istilah pengungsi dan imigran ilegal.
imigran secara ilegal, yang bertujuan ke Hal ini mengingat bahwa Indonesia yang
Australia. Terbukti Kepolisian dan Imigrasi belum meratifikasi Konvensi Wina 1961
Malang kembali menangkap 77 imigran tentang status pengungsi, membuat belum
gelap di wilayah pesisir Malang pada awal adanya standart khusus perlakuan terhadap
bulan Juli 2012. Terdiri dari 14 warga negara pengungsi. Sehingga apabila terdapat kasus
Afghanistan, Sudan 2 orang, 34 imigran asal pengungsi yang terdampar atau diamankan
Pakistan, Iran 9 orang dan 18 warga Srilanka. wilayah Indonesia, khususnya di wilayah
Tujuh orang di antaranya adalah perempuan, operasional lingkungan kantor Imigrasi kelas I
empat anak-anak, dan 66 lelaki dewasa.9 kota Malang yang digunakan adalah tindakan
Kemudian pada 11 Juli lalu petugas keamanan keimigrasian.
juga mengamankan sedikitnya 25 imigran Kantor imigrasi klas I Malang didirikan
yang masuk secara ilegal di Malang. Mereka pada bulan November sekitar tahun 1961,
ditangkap di Singosari, Malang dengan dan mulai beroperasi pada tahun 1962.
menggunakan dua kendaraan. Selain itu, April Semula kantor Imigrasi Kota Malang ini
silam juga diamankan 43 imigran gelap dari bertempat di Jalan Bandung No. 28 Malang
berbagai negara. Mereka ditangkap setelah yang sekaligus sebagai rumah pribadi Kepala
kapal yang mereka tumpangi terdampar di Kantor Imigrasi pada saat itu. Kemudian
kawasan Pantai Gedangan. 10
pemerintah memindahkan kantor imigrasi
dengan mengadakan bangunan di Jalan
Pembahasan Raung No. 2 Malang dengan status tanah
sewa milik Pemerintah daerah Kota Malang.
A. Kesesuaian Penanganan Pengungsi/
Dengan banyaknya kasus serta urusan yang
Migran Ilegal Yang Diterapkan Di
ditangani gedung yang bertempat di Jalan
Kantor Imigrasi Kota Malang Dengan
Raung tersebut ternyata sudah tidak mampu
Konvensi Tentang Status Pengungsi
menampung seluruh aktivitas kantor imigrasi,
1951
sehingga pada tahun 1988 kantor imigrasi kota
Dalam bab pembahasan ini, peneliti
Malang berpindah ke Gedung baru berlantai
akan menelaah mengenai perlakuan yang
dua yang berlokasi di Jalan Panji Suroso No.4
diterapkan oleh Kantor Imigrasi Kelas I Kota
Malang.
Malang, terhadap para pengungsi/imigran
Kegiatan Kantor imigrasi Klas I kota
ilegal. Sebelumnya ada beberapa hal yang
Malang lebih berfokus pada kegiatan:
akan disampaikan yaitu: peneliti menggabung

9 http://www.tempo.co/read/news/2012/07/18/063417844/80-Imigran-Gelap-Terdampar-di-Malang, diakses 18
Juli 2012.
10 http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=9080e22aa92157ec13f5038e8f626279&jenis=c8
1e728d9d4c2f636f067f89cc14862c. diakses 18 Juli 2012.
413 ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452

a) Pelayanan, seperti Pemberian Surat menyelenggarakan tugas tersebut Kepala


Perjalanan Republik Indonesia (SPRI), Kantor imigrasi mempunyai fungsi:
pemberian dan perpanjangan izin tinggal a) Melaksanakan tugas keimigrasian
bagi orang asing. di bidang informasi dan sarana
b) Aspek penegakan hukum. komunikasi keimigrasian.
Dalam melaksanakan tugas-tugas keimi- b) Melaksanakan tugas keimigrasian di
grasian serta dalam rangka mewujudkan Good bidang lalu lintas keimigrasian.
Immigration Services kepada masyarakat c) Melakasanakan tugas keimigrasian di
dengan tetap mengedepankan aspek keamanan bidang status keimigrasian.
dan penegakan hukum yang didukung oleh d) Melakasanakan tugas keimigrasian di
SIstem Pengawasan Orang Asing (SISPORA) bidang pengawasan dan penindakan
yang selama ini berjalan dengan baik. Hal ini keimigrasian.
penting, mengingat potensi dan kondisi kota 2. Sub Bagian Tata Usaha
Malang yang sedemikian besar, keberadaan Bertugas melakukan urusan tata usaha
kantor Imigrasi Malang perlu didukung oleh dan rumah tangga Kantor Imigrasi. Dalam
Sumber Daya Manusia yang memadai baik penyelenggaraan tugasnya Kepala Sub
dari aspek kualitas maupun kuantitasnya. Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi:
Adapun wilayah Kerja Kantor Imigrasi a) Melakukan urusan kepegawaian
Kota Malang yang meliputi: b) Melakukan urusan keuangan
1. Kota Malang c) Melakukan urusan surat menyurat,
2. Kota Probolinggo perlengkapan dan rumah tangga
3. Kota Pasuruan sub bagian tata usaha terdiri dari:
4. Kabupaten Malang (a) urusan kepegawaian, bertugas
5. Kabupaten Probolinggo melakukan urusan kepegawaian di
6. Kabupaten Pasuruan lingkungan kantor imigrasi sesuai
7. Kabupaten Lumajang dengan kebijakan yang ditetapkan
8. Kota Administratif Batu oleh Menteri berdasarkan peraturan
Berdasarkan susunan organisasi Kantor perundang-undangan yang berlaku;
Imigrasi Kelas I Malang, adapun tugas (b) urusan keuangan, mempunyai
masing-masing bagian adalah sebagai berikut: tugas melakukan urusan keuangan
1. Kepala Kantor Imigrasi Kantor Imigrasi berdasarkan
Bertugas melaksanakan sebagian tugas peraturan perundang-undangan
pokok dan fungsi Departemen Kehakiman yang berlaku; dan (c) urusan
dan HAM di bidang keimigrasian di umum, bertugas melakukan urusan
wilayah yang bersangkutan. Untuk surat menyurat, perlengkapan dan
Herman Suryokumoro, Nurdin, Ikaningtyas, Urgensi Penanganan Pengungsi/Migran Ilegal... 414

rumah tangga kantor Imigrasi yang 4. Seksi Lalu Lintas Keimigrasian


bersangkutan. Bertugas melakukan kegiatan
3. Seksi Informasi dan Sarana Komunikasi keimigrasian di bidang lalu lintas
Keimigrasian keimigrasian di lingkungan kantor
Bertugas melakukan penyebaran dan Imigrasi yang bersangkutan berdasarkan
pemanfaatan informasi serta pengelolaan peraturan perundang-undangan yang
sarana komunikasi keimigrasian di berlaku. Untuk menyelenggarakan tugas
lingkungan Kantor Imigrasi yang tersebut seksi Lalu Lintas keimigrasian
bersangkutan berdasarkan peraturan mempunyai fungsi:
perundang-undangan yang berlaku. a) melakukan pemberian izin di bidang
Untuk menyelenggarakan tugasnya lintas batas, izin masuk/keluar dan
seksi informasi dan sarana komunikasi fasilitas keimigrasian
berfungsi antara lain: b) melakukan pemberian dokumen
a) melakukan pengumpulan, penelahaan, perjalanan, izin berangkat dan izin
analisis data, evaluasi, penyajian kembali.
informasi dan penyebarannya untuk Seksi lalu lintas keimigrasian terdiri dari:
penyelidikan keimigrasian.
a) subseksi Lintas Batas
b) melakukan pemeliharaan, pengamanan,
mempunyai tugas melakukan urusan
dokumentasi keimigrasian dan
perizinan di bidang lalu lintas batas
penggunaan serta pemeliharaan sarana
internasional, melalui wilayah
komunikasi.
perbatasan.
Seksi informasi dan Sarana Komunikasi
b) Subseksi perizinan keimigrasian
Keimigrasian terdiri dari:
bertugas memberikan dokumen
a) Sub Seksi Informasi
perjalananm izin berangkat, izin
Bertugas melakukan penyebaran dan
kembali dan izin masuk atau keluar
pemanfaatan informasi mengenai
dalam rangka keluar masuknya orang
WNI dan WNA dalam rangka kerja
melalui pelabuhan pendaratan serta
sama tukar menukar informasi untuk
memberikan fasilitas keimigrasian.
pengamanan teknis operasional
5. Seksi Status Keimigrasian
keimigrasian.
Bertugas melakukan persiapan
b) Sub Seksi Komunikasi
pelaksanaan penyaringan, penelitian
mempunyai tugas melakukan
permohonan alih status dan izin tinggal
pemeliharaan dan pengamanan
keimigrasian, penelitian terhadap
dokumentasi keimigrasian serta
kebenaran bukti-bukti kewarganegaraan
melakukan penggunaan dan
seseorang dan memberikan surat
pemanfaatan sarana komunikasi.
415 ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452

keterangan orang asing untuk kelengkapan b) Sub seksi penindakan keimigrasian


permohonan pewarganegaraan serta bertugas melakukan penyidikan
melakukan evaluasi dan menyusun dan penindakan, pencegahan
laporan pelaksanaannya. dan penangkalan, penampungan
Seksi Status Keimigrasian ini, terdiri sementara dan perawatan orang
dari: asing yang belum dapat dipulangkan,
a)
Sub seksi penentuan status pemulangan dan pengusiran
keimigrasian (deportasi) terhadap pelanggaran
b)
Sub seksi penelahaan status keimigrasian berdasarkan peraturan
keimigrasian perundang-undangan yang berlaku.
6. Seksi Pengawasan dan Penindakan
Keimigrasian B. Tindakan Keimigrasian Terhadap
Bertugas melakukan pengawasan dan Pengungsi/Imigran Ilegal Di Kantor
penindakan keimigrasian terhadap orang Imigrasi Kota Malang
asing di lingkungan kantor Imigrasi yang Indonesia merupakan salah satu negara
bersangkutan berdasarkan peraturan yang belum melakukan ratifikasi terhadap
perundang-undangan.
Konvensi tahun 1951 tentang Status
Dalam pelaksanaan tugasnya
Pengungsi, sehingga sampai saat ini belum
Seksi Pengawasan dan Penindakan
ada standart baku mengenai tindakan terhadap
Keimigrasian mempunyai fungsi:
pengungsi. Berdasarkan hasil wawancara
a) Melakukan pemantauan terhadap
dengan nara sumber, Kasubsi tindakan
pelanggaran perizinan keimigrasian
keimigrasian di Kantor Imigrasi kelas I
dan mengadakan kerja sama antar
kota Malang, diketahui bahwa untuk kasus
instansi bidang pengawasan orang
adanya pengungsi yang terdampar ataupun
asing.
transit di wilayah lingkungan operasional
b)
Melakukan penyidikan dan
kantor Imigrasi Kelas I Kota Malang, maka
penindakan terhadap pelanggar
yang dilakukan adalah tindakan keimigrasian
keimigrasian.
berdasarkan peraturan perundang-undangan
Seksi Pengawasan dan Penindakan
yang berlaku.
Keimigrasian terdiri dari:
Dalam rangka menjamin stabilitas dan
a) Sub seksi pengawasan keimigrasian
kepentingan nasional, keamanan, kedaulatan
bertugas melakukan pemantauan
negara serta tetap menjamin kemanfaatan
terhadap pelanggaran perizinan
orang asing yang lalu lintas melalui wilayah
keimigrasian dan mengadakan
republik Indonesia, keberadaan serta aktivitas
kerjasama antar instansi bidang
orang asing di wilayah Republik Indonesia
pengawasan orang asing.
Herman Suryokumoro, Nurdin, Ikaningtyas, Urgensi Penanganan Pengungsi/Migran Ilegal... 416

perlu dilakukan pengawasan dan tindakan keberatan kepada Menteri dalam jangka
keimigrasian apabila terjadi pelanggaran. waktu tiga hari sejak tanggal diterimanya
Tindakan keimigrasian ini dilakukan secara Keputusan Tindakan Keimigrasian.
tepat, cepat dan teliti serta terkoordinasi tanpa (2) Permohonan keberatan sebagaimana
mengabaikan keterbukaan dalam memberikan dimaksud dalam ayat (1) tidak menunda
pelayanan kepada orang asing. atau menghalangi pelaksanaan keputusan
Tindakan keimigrasian adalah tindakan tindakan keimigrasian.
administratife dalam bidang keimigrasian Pasal 26
di luar proses peradilan. Dalam pelaksanaan (1)
Pengajuan keberatan sebagaimana
tindakan keimigrasian, untuk menjamin dimaksud dalam Pasal 25 dilakukan
kepastian hukum dan keadilan bagi orang oleh orang asing yang bersangkutan atau
asing yang terkena tindakan keimigrasian. wakilnya yang sah.
Mengenai tindakan keimigrasian ini diatur (2) Wakil yang sah sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah Republik dalam ayat (1) adalah:
Indonesia Nomor 31 Tahun 1994 tentang a. orang tua atau walinya yang
Pengawasan Orang Asing dan Tindakan bertanggung jawab atas orang asing
Keimigrasian, antara lain: tersebut;
Pasal 24 b.
pengusaha atau sponsor yang
(1)
Tindakan Keimigrasian ditetapkan bertanggung jawab atas kedatangan
dengan keputusan tertulis oleh Pejabat orang asing tersebut di Indonesia;
Imigrasi yang berwenang.
atau
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud dalam
c. orang lain yang memperoleh kuasa
ayat (1) disampaikan kepada orang asing
khusus.
yang dikenakan tindakan keimigrasian
Pasal 27
selambat-lambatnya tujuh hari terhitung
(1)
Pengajuan keberatan sebagaimana
sejak tanggal penetapan.
dimaksud dalam Pasal 25 dilakukan
(3) Dalam hal tindakan keimigrasian berupa
secara tertulis melalui Direktur Jenderal
penolakan masuk ke wilayah negara
Imigrasi dengan melampirkan bukti-
Republik Indonesia, keputusan tindakan
bukti yang dapat dipakai sebagai alasan
keimigrasian oleh Pejabat Imigrasi di
keberatannya.
Tempat Pemeriksaan Imigrasi dilakukan
(2) Direktur Jenderal Imigrasi selambat-
dengan menerakan tanda penolakan di
lambatnya 21 (dua puluh satu) hari
paspornya.
terhitung sejak menerima pengajuan
Pasal 25
keberatan sebagaimana dimaksud dalam
(1) Setiap orang asing yang dikenakan
ayat (1), menyampaikan keberatan
tindakan keimigrasian dapat mengajukan
417 ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452

tersebut disertai pertimbangan- tindakan keimigrasian, adalah sebagai


pertimbangannya kepada Menteri. berikut:
Pasal 28 Pasal 75
Menteri memberikan keputusan (1) Pejabat Imigrasi berwenang melakukan
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) Tindakan Administratif Keimigrasian
hari terhitung sejak tanggal diterimanya terhadap Orang Asing yang berada di
pengajuan keberatan dari Direktur Wilayah Indonesia yang melakukan
Jenderal Imigrasi. kegiatan berbahaya dan patut diduga
Pasal 29 membahayakan keamanan dan ketertiban
(1) Menteri dalam memberikan keputusan umum atau tidak menghormati atau tidak
dapat menolak atau menerima pengajuan menaati peraturan perundang-undangan.
keberatan. (2) Tindakan Administratif Keimigrasian
(2) Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam ayat (1) bersifat final. dapat berupa:
Pasal 30 a.
Pencantuman dalam daftar
Ketentuan mengenai Pejabat Imigrasi pencegahan atau penangkalan;
yang berwenang melakukan tindakan b.
Pembatasan, perubahan, atau
keimigrasian, tata cara penindakan pembatalan izin tinggal;
keimigrasian, pengajuan dan pemeriksaan c. Larangan untuk berada di satu atau
keberatan diatur lebih lanjut dengan beberapa tempat tertentu di Wilayah
Keputusan Menteri. Indonesia;
Pasal 31 d. Keharusan untuk bertempat tinggal
Orang asing dapat ditempatkan di dalam di suatu tempat tertentu di Wilayah
Karantina Imigrasi dengan alasan-alasan: Indonesia;
a. Berada di wilayah negara Republik e. Pengenaan biaya beban; dan/atau
Indonesia tanpa memiliki izin f. Deportasi dari Wilayah Indonesia.
keimigrasian yang sah; Kantor Imigrasi Kota Malang yang
b. Dalam rangka menunggu proses mempunyai fungsi pokok untuk melaksanakan
pengusiran atau deportasi; atau kewenangannya dalam menangani kasus
c. Dalam rangka menunggu Keputusan imigran gelap atau ilegal sesuai peraturan
Menteri mengenai pengajuan perundang-undangan yang berlaku. Dari
keberatan yang dilakukan. hasil penelitian yang telah dilakukan, Kantor
Kemudian Pasal 75 Undang-undang Imigrasi dalam penanganan imigran ilegal
Nomor 6 Tahun 2011 tentang memiliki kewenangan untuk melakukan
Keimigrasian mengatur mengenai pengawasan, penyidikan dan mengambil
Herman Suryokumoro, Nurdin, Ikaningtyas, Urgensi Penanganan Pengungsi/Migran Ilegal... 418

tindakan keimigrasian, baik menyangkut izin instansi lain yang dilakukan secara
keberadaannya maupun izin dari kegiatannya koordinatif.
selama berada di wilayah republik Indonesia.
Kewenangan dari kantor Imigrasi Kota B.2.
Kewenangan Untuk Melakukan
Malang, yaitu: Penyidikan
Dalam penyidikan selain polisi negara
B.1.
Kewenangan Untuk Melakukan Republik Indonesia sebagao penyidik
Pengawasan
umum, penyidikan juga dapat dilakukan
Tindakan ini berupa kegiatan oleh Pejabat Imigrasi yang diangkat sebagai
mengumpulkan data, menganalisa dan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil
menentukan apakah sesuatu yang diawasi
(PPNS). PPNS hanya berwenang melakukan
sesuai dengan standar yang telah ditentukan
penyidikan terhadap tindakan keimigrasian,
atau sesuai dengan ketentuan peraturan yang
kewenangannya adalah:
berlaku. Pengawasan orang asing meliputi
a) menerima laporan tentang adanya tindakan
aspek yang menyangkut keberadaannya dan
penyalahgunaan visa atau suatu tindakan
aspek aktivitasnya, yaitu proses kegiatan di
yang menyangkut tentang keimigrasian.
bidang keimigrasian yang mengumpulkan data
b) Memanggil, memeriksa, menggeledah,
dan informasi, menganalisa dan menentukan
menangkap serta menahan seseorang
keberadaan orang sejak masuknya di wilayah
yang disangka melakukan tindakan yang
Indonesia serta kegiatannya selama berada
di wilayah republik Indonesia. Pengawasan menyangkut tentang keimigrasian.

dapat dilakukan dengan cara: c) Memeriksa dan atau menyita surat-surat,

a) pengawasan administratif dokumen-dokumen, surat perjalanan,

pengawasan yang dilaksanakan dengan atau benda-benda yang ada hubungannya


menggunakan data-data administratife dengan tindakan keimigrasian.
yang ada pada instansi yang melakukan d) Memanggil orang untuk didengar
pengawasan. keterangannya sebagai saksi.
b) pengawasan koordinatif e) Melakukan pemerikasaan di tempat-tempat
pengawasan yang dilaksanakan oleh tertentu yang diduga terdapat surat-surat,
beberapa instansi yang berkaitan dalam dokumen-dokumen, surat perjalanan atau
pengawasan dengan saling memberi benda-benda lain yang ada hubungannya
masukan sesuai bidangnya masing- dengan tindakan keimigrasian.
masing. f) Mengambil sidik jari dan gambar/foto
c) pengawasan di tempat dengan suatu tersangka.
operasi lapangan yang dilaksanakan Hasil penyidikan, penyidik imigrasi di
oleh Imigrasi dan atau bersama dengan
419 ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452

kirimkan ke Kejaksaan melalui penyidik yang dikenakan terhadapnya.


Polisi untuk proses selanjutnya. b) Tindakan keimigrasian
Merupakan tindakan administratif dalam
B.3. Kewenangan Mengambil Tindakan bidang keimigrasian di luar proses
Keimigrasian Dalam Penanganan peradilan, yaitu tindakan yang dikenakan
Imigran Ilegal terhadap orang asing yang melakukan
Kantor Imigrasi Kelas I Malang pelanggaran di bidang keimigrasian
mempunyai kewenangan dalam menindak tanpa harus menunggu keputusan dari
persoalan imigran ilegal. Kantor imigrasi dapat proses peradilan.
mengambil tindakan keimigrasian terhadap Berdasarkan data yang diperoleh, faktor-
pelanggaran/penyalahgunaan/ penyimpangan faktor yang membuat orang asing masuk ke

keimigrasian dibagi atas dua bentuk, yaitu: wilayah Indonesia secara tidak sah (imigran

a) Melalui Proses Peradilan gelap) dikarenakan adanya situasi politik atau

Pejabat imigrasi diangkat sebagai PPNS stabilitas politik di negaranya sudah sangat

di bawah koordinasi penyidik POLRI, tidak kondusif dan mengancam hidupnya,


atau mengganggu dalam pemenuhan
dengan kewenangan:
kebutuhan hidupnya. Dalam masalah ini
1. Melarang orang asing berada di suatu
pihak keimigrasian melakukan penanganan
tempat tertentu di Indonesia, atau
imigran gelap dengan melakukan karantina
mengharuskan orang asing berada
dan deportasi.
di suatu tempat yang ditentukan di
Untuk mengetahui ada tidaknya imigran
dalam Wilayah Republik Indonesia.
ilegal, kantor imigrasi melakukan pengawasan
2. Mendeportasi orang asing ke luar
baik dalam hal administratife maupun
wilayah Indonesia
pengawasan lapangan sesuai Petunjuk
3. Menempatkan orang asing di
DirJenim Nomor F-33.II.01.10 Tahun 1995
karantina Imigrasi, dalam hal:
Tentang Tata Cara Pengawasan Orang Asing.
I. Berada di wilayah Indonesia
Pengawasan administratife dilakukan melalui
tanpa memiliki izin keimigrasian
penelitian surat-surat atau dokumen, berupa
yang sah.
pencatatan, pengumpulan, pengolahan data
II. Dalam rangka menunggu proses
dan penyajian maupun penyebaran informasi
pendeportasian.
secara manual dan elektrik, tentang lalu
III. Dalam rangka menunggu
lintas keberadaan dan aktivitas orang asing.
keputusan menteri atau pengajuan Pengawasan ini dilakukan sesuai surat perintah
keberatan yang diajukannya kepada pihak yang ditunjuk untuk melakukan
terhadap tindakan keimigrasian pemantauan dan pengawasan. Menurut
Herman Suryokumoro, Nurdin, Ikaningtyas, Urgensi Penanganan Pengungsi/Migran Ilegal... 420

petunjuk pelaksanaan yang dilekuarkan Pengawasan ini juga dilakukan melalui


oleh DirJenim menyebutkan bahwa bentuk Sistem Pengawasan Orang Asing
pengawasan administratif yaitu: (SIPORA) yang melibatkan masyarakat
a) Melakukan penelitian, pemeriksaan setiap melalui RT dan RW.
data atau laporan masyarakat tentang c) Dalam melakukan pengawasan di
keberadaan dan aktivitas orang asing lapangan, setiap petugas harus dilengkapi
sehingga dapat diketahui jika terdapat dengan surat perintah tugas.
pelanggaran keimigrasian. d) Setiap hasil pengawasan di lapangan
b) Dalam hal permintaan perpanjangan izin dilaporkan secara tertulis.
keimigrasian terlebih dahulu diadakan e) Apabila dianggap perlu, dapat dilakukan
penelitian dan pengecekan terhadap pemanggilan terhadap pihak yang
sponsor, bagi sponsor yang dinilai tidak dianggap mengetahui informasi tentang
layak maka permintaan perpanjangan izin orang asing tersebut. Terhadap mereka
keimigrasiannya ditolak. dilakukan pemeriksaan yang dituangkan
c) Setiap pemberian atau penolakan dalam Berita Acara Interogasi.
perpanjangan izin keimigrasian f) Apabila patut diduga telah terjadi
diberitahukan kepada pihak kepala kantor pelanggaran terhadap Undang-undang
Imigrasi yang memberikan pelayanan Keimigrasian dan terdapat bukti
sebelumnya. permulaan yang cukup, dapat dilakukan
d) Setiap pemberian perpanjangan izin penyidikan.11
keimigrasian dibuat kartu pengawasan. Setelah menerima laporan dari masyarakat
e) Menyampaikan surat pemberitahuan
tentang keberadaan imigran ilegal, langkah
kepada sponsor orang asing apabila izin
selanjutnya adalah penyidikan. Penyelidikan
keimigrasiannya akan berakhir.
dilakukan oleh tim yang dibentuk berdasarkan
Sedangkan, pengawasan lapangan
keputusan Kepala Kantor Imigrasi. PPNS
menurut petunjuk pelaksanaannya meliputi:
yang melakukan penyidikan adalah yang
a) Hasil evaluasi dari sumber data yang
mempunyai kartu tanda penyidik yang
ada dan laporan instansi dan masyarakat
dikeluarkan oleh Dirjen Keimigrasian,
dijadikan bahan untuk pengawasan
sebelum penyidikan, PPNS harus memberikan
lapangan.
laporan kepada KORWAS tentang mulai dan
b) Pengawasan dalam mengetahui adanya
berkahirnya suatu penyidikan tersebut.12
orang asing yang melakukan pelanggaran
Dari pemaparan mengenai tindakan
keimigrasian, juga diketahui berdasarkan
penanganan yang dilakukan kantor Imigrasi
laporan atau informasi masyarakat.

11 Hasil wawancara dengan Kasubsi Penindakan, Kantor Imigrasi Kelas I Kota Malang, 7 November 2012.
421 ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452

kelas I kota Malang tersebut, jelas bahwa berdasarkan konvensi Tahun 1951 tentang
yang dilakukan adalah sebatas tindakan Status Pengungsi. Selama ini masyarakat
keimigrasian sejauh peraturan perundang- kita menyamakan antara pengungsi dengan
undangan yang mengatur, belum ada imigran ilegal. Tentunya ini menjadikan image
pengimplementasian standart perlakuan negative bagi para pengungsi itu sendiri.
terhadap pengungsi sebagaimana Konvensi Kendala yang dihadapi oleh para
1951 tentang Status Pengungsi. pengungsi untuk memperoleh perlakuan yang
layak di negara tujuan ataupun negara transit
C. Tindakan Terhadap Pengungsi/ adalah banyaknya negara yang belum menjadi
Imigran Ilegal Berdasarkan Konvensi peserta Konvensi tentang Status Pengungsi
1951 tentang Status Pengungsi 1951 (Text of the 1951 Convention Relating
Dalam tinjauan pustaka dijelaskan bahwa to the Status of Refugees) dan Protokol 1967
Pengertian dari pengungsi adalah seseorang tentang Status Para Pengungsi (Protocol
atau sekelompok orang yang meninggalkan Relating to the Status of Refugees 1967).
suatu wilayah guna menghindari suatu bencana Sehingga tidak jarang kehadiran pengungsi
atau musibah. Bencana ini dapat berbentuk di negara persinggahan (transit) atau negara
banjir, tanah longsor, tsunami, kebakaran, tujuan, dipulangkan secara paksa. Perlakuan
dan lain sebagainya yang diakibatkan oleh seperti itu jelas bertentangan dengan prinsip-
alam. Dapat pula bencana yang diakibatkan prinsip hukum internasional yang telah diakui
oleh ulah manusia secara langsung. Misalnya oleh negara-negara beradab. Kewajiban
perang, kebocoran nuklir, dan ledakan bom. internasional yang melekat kepada setiap
Sedangkan pengertian dari imigran adalah negara yang menganggap mereka adalah
orang yang dating dari negara lain dan bagian masyarakat internasional, terlepas
menetap di suatu negara. Terlihat dari definisi apakah negara itu menjadi anggota dari
istilah pengungsi dan imigran tersebut, bahwa organisasi-organisasi internasional seperti
pengungsi merupakan salah satu bentuk dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), anggota
perpindahan WNA itu sendiri. organisasi internasional lainnya, ataupun
Untuk menghindari persamaan perlakuan peserta atau bukan peserta dari sebuah
antara penyelundupan manusia untuk konvensi internasional untuk memperlakukan
tujuan yang bertentangan dengan hukum para pengungsi secara manusiawi.13 Dengan
dengan pengungsi yang bertujuan lari dari kata lain bahwa Konvensi tentang Status
ketakutan dan mencari hidup yang yang lebih Pengungsi Tahun 1951 ini merupakan standar
baik, penting bagi kita untuk mengetahui perlakuan yang berperikemanusiaan untuk
standart perlakuan terhadap pengungsi diterapkan kepada pengungsi dan untuk

12 Ibid.
13 Achmad Romsan, dkk., Op. Cit., hlm. 141.
Herman Suryokumoro, Nurdin, Ikaningtyas, Urgensi Penanganan Pengungsi/Migran Ilegal... 422

memberikan perlindungan akan Hak Asasi internasional dan hukum kebiasaan


Manusia kepada pengungsi. Oleh karena itu, internasional. Jadi negara-negara yang
sebagai bagian dari masyarakat internasional, menjadi peserta/penandatangan Konvensi
maka seluruh negara wajib menjunjung tinggi 1951 mengenai status pengungsi dan/atau
standar perlindungan pengungsi yang kini Protokol 1967 mempunyai kewajiban-
menjadi bagian dari hukum internasional kewajiban seperti yang tertera dalam
tersebut. Tidak ada seorangpun pengungsi perangkat-perangkat hukum yang diatur dalam
yang dapat dikembalikan ke wilayah atau Konvensi 1951 (tentang kerangka hukum bagi
negara di mana hidup atau kebebasannya perlindungan pengungsi dan pencari suaka).
terancam. Hal ini berarti secara efektif bahwa Pemerintah belum melakukan upaya ratifikasi
tak seorangpun pengungsi yang boleh ditolak atau dengan kata lain Indonesia belum menjadi
untuk masuk ke negara di mana dia mencari negara pihak (party) dari Konvensi tersebut.
perlindungan. Konvensi ini mensyaratkan kepada negara
Konvensi Mengenai Status Pengungsi pihak (party) untuk menerapkan standar
tahun 1951 (Text of the 1951 Convention Hak Asasi Manusia (HAM) internasional
Relating to the Status of Refugees) dibuat terhadap pengungsi dan mempertimbangkan
di Jenewa pada tanggal 28 Juli 1951 dan hak-hak khusus lainnya yang mencerminkan
kemudian telah diubah ke dalam Protokol hilangnya perlindungan pengungsi dari
1967 tentang Status Para Pengungsi (Protocol pemerintah negara asal mereka. Hak-hak
Relating to the Status of Refugees 1967). tersebut termasuk:14
Alasan dihadirkannya Konvensi 1951 oleh 1. Hak untuk tidak dipulangkan dengan
PBB oleh karena agar setiap negara dapat paksa (refouled) ke negara di mana para
bertanggung jawab dan menjamin agar pengungsi tersebut mempunyai alasan
hak warganya dihormati, oleh karenanya ketakutan mendapatkan penganiayaan
perlindungan internasional hanya diperlukan (Pasal 33);
jika perlindungan nasional tidak diberikan Pasal ini merupakan prinsip dasar yang
atau tidak ada. Pada saat itu, tanggung jawab terkandung dalam Konvensi Mengenai
utama untuk memberikan perlindungan Status Pengungsi tahun 1951 (Text of the
internasional terletak pada negara dimana 1951 Convention Relating to the Status
individu mencari suaka. of Refugees) dan merupakan hak utama
Setiap negara mempunyai tugas umum yang harus diberikan oleh negara pihak
untuk memberikan perlindungan internasional (party) kepada pengungsi yang berada
sebagai kewajiban yang dilandasi hukum dalam wilayah negaranya, apalagi jika
internasional, termasuk hukum hak asasi sangat jelas diketahui oleh pemerintah

14 UNHCR, Penandatanganan Dapat Membuat Seluruh Perbedaan, Swiss, UNHCR, 2009, hlm. 8.
423 ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452

negara pihak (party) bahwa pengungsi 4. Hak untuk bekerja (Pasal 17);
tersebut mengalami ketakutan yang amat Pasal ini memberikan ketentuan
sangat atau pengancaman terhadap diri bahwa suatu negara pihak (party) yang
mereka jika dikembalikan (dipulangkan) menerima kedatangan pengungsi tersebut
ke negara asal. mengupayakan pekerjaan bagi para
2. Hak untuk tidak mengalami pengusiran, pengungsi guna mendidik mereka untuk
kecuali dalam keadaan tertentu yang berusaha hidup mandiri. Sedangkan bagi
sangat jelas (Pasal 32); Pengungsi Anak (Children Refugee) tidak
Pasal ini memberikan ketentuan bahwa dibebani suatu kewajiban untuk bekerja
tidak seorang pun dari para pengungsi di dan mencari nafkah. Sehingga hak untuk

suatu wilayah dari negara pihak yang boleh bekerja ini tidak termasuk suatu hak yang

diusir dari wilayah negara tersebut, kecuali harus diterima oleh para Pengungsi Anak
(Children Refugee).
apabila jelas diketahui bahwa pengungsi
5. Hak untuk mempunyai rumah (Pasal 21);
tersebut termasuk dalam golongan orang-
Pasal ini memberikan suatu ketentuan
orang yang telah melakukan kejahatan
bahwa sebisa mungkin negara pihak
terhadap perdamaian, kejahatan perang,
(party) memberikan tempat tinggal yang
kejahatan terhadap kemanusiaan, atau
layak bagi para pengungsi. Tempat tinggal
kejahatan non-politik yang serius di luar
atau kamp pengungsi tersebut harus berada
negara suakanya, dan orang-orang yang
dalam kondisi yang aman dan jauh dari
terbukti menyalahi tujuan dan prinsip
segala bahaya yang dapat mengganggu
PBB.15 Orang-orang dengan kriteria
kehidupan para pengungsi dan.
seperti itu tidak berhak untuk mendapatkan
6. Hak untuk memperoleh pendidikan (Pasal
perlindungan internasional.
22);
3. Pengecualian dari hukuman atas
Pasal ini memberikan ketentuan bagi
penyusupan secara ilegal ke negara pihak
negara pihak (party) untuk memberikan
(party) dari Konvensi ini (Pasal 31);
hak pendidikan bagi para pengungsi,
Pasal ini memberikan ketentuan bahwa
terutama Pengungsi Anak (Children
suatu negara pihak (party) tidak dapat
Refugee) yang masih membutuhkan
menjatuhkan sanksi pidana kepada para pendidikan. Akses kepada sarana atau
pengungsi yang masuk ke dalam wilayah fasilitas pendidikan bagi para pengungsi
negaranya dengan alasan bahwa para dan Pengungsi Anak (Children Refugee)
pengungsi tersebut telah masuk ke dalam tidak boleh dibedakan dengan warga
wilayah negara secara melanggar hukum negara dan/atau anak-anak dari dalam
(ilegal). negara penerima tersebut.

15 Ibid., hlm. 9.
Herman Suryokumoro, Nurdin, Ikaningtyas, Urgensi Penanganan Pengungsi/Migran Ilegal... 424

7. Hak untuk memperoleh bantuan umum bergerak di dalam wilayah negara tersebut.
(Pasal 23); Pemerintah dari negara penerima tidak
Pasal ini memberikan ketentuan kepada boleh menempatkan mereka di dalam satu
negara pihak (party) untuk senantiasa wilayah tertentu, sehingga mereka tidak
memberikan bantuan kepada para memiliki kesempatan untuk berpindah
pengungsi dalam bentuk apapun yang dan mencapai akses-akses yang mereka
mereka butuhkan. Sebisa mungkin butuhkan.
pemerintah dari negara tersebut 11. Hak untuk mendapatkan kartu identitas

memberikan segala fasilitas yang (Pasal 27);

dibutuhkan oleh para pengungsi dan Pasal ini memberikan ketentuan bagi

menghindarkan mereka dari kesulitan negara pihak (party) untuk memberikan


suatu identitas bagi para pengungsi ,
selama mereka berada di wilayahnya.
sehingga mereka tidak dianggap sebagai
8. Hak untuk kebebasan beragama (Pasal 4);
orang-orang tanpa kewarganegaraan
Pasal ini merupakan ketentuan yang harus
(stateless persons).
dipatuhi oleh negara pihak (party) untuk
12.
Hak untuk mendapatkan dokumen
memberikan penghormatan kepada para
perjalanan (Pasal 28).
pengungsi untuk menjalankan seluruh
Pasal ini memberikan ketentuan bagi
perintah agama yang diyakininya dan
negara pihak (party) untuk memberikan
memberikan kebebasan bagi mereka untuk
surat-surat atau dokumen perjalanan yang
menjalankan agama yang dianutnya.
dibutuhkan oleh para pengungsi apabila
9. Hak untuk memperoleh pelayanan hukum
mereka ingin meninggalkan negara yang
(Pasal 16);
menerima mereka untuk melanjutkan ke
Pasal ini memberikan ketentuan kepada
negara yang lain atau untuk kembali ke
negara pihak (party) untuk memberikan negara asal mereka.
akses kepada para pengungsi yang Adapun yang kewajiban daripada negara
membutuhkan bantuan hukum dan yang telah menjadi pihak konvensi 1951
mempermudah akses mereka kepada tentang status pengungsi adalah sebagai
pengadilan-pengadilan yang terkait. berikut16:
10. Kebebasan bergerak di dalam wilayah negara-negara peserta Konvensi tidak
negara (Pasal 26); boleh memperlakukan pengungsi berdasarkan
Pasal ini memberikan ketentuan bagi politik diskriminasi baik yang berkenaan
negara pihak (party) untuk memberikan
dengan ras, agama atau negara asal maupun
kebebasan bagi para pengungsi untuk
warna kulit dan mereka mempunyai kebebasan

16 Sukanda Husin, UNHCR dan Perlindungan Hak Azasi Manusia, Jurnal Hukum, No. 7 Th.V/1998, Fakultas
Hukum Universitas Andalas, Padang, 1998, hlm. 32.
425 ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452

untuk menjalankan agamanya serta kebebasan maka pengungsi memiliki hak-hak yang tidak
bagi pendidikan anak-anak mereka ditempat ada kurangnya dengan warga negara yang lain
mana mereka ditampung (Pasal 3 dan 4). Ini yang tidak mengalami nasib yang sama dengan
merupakan hak non-diskriminasi. para pengungsi tersebut. Kondisi mengungsi
Selain dari hak-hak pengungsi yang tidak boleh menyebabkan seseorang merasa
disebutkan di atas, Konvensi juga telah tersingkirkan atau merasa dikucilkan dari
menggariskan kewajiban pengungsi lingkungannya dan pengungsi memiliki hak
sebagaimana tercantum dalam Pasal 2 asasi untuk hidup. Ini merupakan hak yang
Konvensi. paling mendasar. Jaminan kesehatan yang
“Every refugee has duties to the country baik dan dapat diakses secara murah dan
in which he finds himself, wihch require in bermutu merupakan bentuk perlindungan atas
particular that he conform to its laws and hak hidup pengungsi. Hal tersebut merupakan
regulations as well as to measures taken for prinsip dasar yang terdapat dalam Konvensi
maintenance of public order.” Tahun 1951 dan merupakan bagian dari Hak
Berdasarkan Pasal 2 di atas setiap Dasar Anak yang harus diberikan kepada
pengungsi berkewajiban untuk mematuhi para Pengungsi Anak (Children Refugee) oleh
semua hukum dan peraturan atau ketentuan- siapa pun, termasuk kepada negara-negara
ketentuan untuk menciptakan ketertiban pihak (parties) dari Konvensi 1951 ini.
umum di negara dimana dia ditempatkan. Berdasarkan  Pasal 14 ayat (1) Universal
Prinsip yang paling mendasar dari Konvensi Declaration of Human Right 1948 (Deklarasi
ini adalah prinsip non-refoulement, yaitu Universal HAM),  setiap orang memiliki hak
pengungsi memiliki hak asasi untuk tidak untuk mencari dan menikmati suaka dari negara
dikembalikan secara paksa bila pemulangan itu lain karena takut akan penyiksaan. Setiap
akan memunculkan ancaman bagi kehidupan, pencari suaka-pun memiliki hak untuk tidak
keamanan, atau kebebasan mereka. Sehingga diusir atau dikembalikan secara paksa apabila
jaminan keamanan merupakan hak pengungsi mereka telah tiba di suatu negara dengan cara
yang harus dipenuhi oleh pemerintah. Prinsip yang tidak lazim. Prinsip ini kemudian dikenal
non-refoulement ini terdapat dalam Pasal 33 sebagai non refoulement.
dan merupakan prinsip paling pokok yang Pasal 33 ayat (1) Konvensi tentang
harus dipenuhi oleh negara pihak (party). Status Pengungsi 1951 menyebutkan
Konvensi 1951 memberikan ketentuan bahwa negara-negara peserta Konvensi
mengenai Hak Asasi Manusia (HAM) yang ini tidak diperbolehkan untuk mengusir
harus diberikan kepada pengungsi, yaitu ataupun mengembalikan pengungsi dalam
bahwa pengungsi memiliki hak asasi atas bentuk apapun ke luar wilayahnya dimana
kewarganegaraan. Sebagai warga negara, keselamatan dan kebebasan mereka terancam
Herman Suryokumoro, Nurdin, Ikaningtyas, Urgensi Penanganan Pengungsi/Migran Ilegal... 426

karena alasan ras, agama, kebangsaan, Civil and Political Rights) 1966, Indonesia
keanggotaan pada kelompok sosial ataupun telah menjadi pihak dengan meratifikasi dan
pandangan politiknya17, selain itu definisi mengadopsinya dalam peraturan perundang-
yang hampir sama dikemukakan oleh Michelle undangan Republik Indonesia, sehingga
Foster: walaupun Indonesia belum meratifikasi

“The key protection in the Refugee Konvensi 1951 tentang status pengungsi
Indonesia mempunyai kewajiban hukum
Convention is non-refoulement, the obligation
untuk menjalankan prinsip non refoulement
on states not to return a refugee to place in
berdasarkan regulasi internasional tersebut di
which he will face the risk of being persecuted”
atas.
(inti dari perlindungan terhadap pengungsi
Prinsip inipun telah diakui sebagai
adalah negara berkewajiban untuk tidak
bagian dari hukum kebiasaan internasional
memulangkan para pengungsi ke negara asal
(international customary law). Dalam
dimana keselamatan mereka terancam karena
arti, negara yang belum menjadi pihak
adanya penyiksaan)18. (state parties) dari Konvensi Pengungsi
Prinsip non refoulement ini tidak hanya 1951 pun harus menghormati prinsip non
terdapat pada Konvensi 1951, namun juga refoulement ini. Prinsip utama yang melatar
tercantum secara implisit maupun eksplisit belakangi perlindungan internasional bagi
pada Konvensi Anti Penyiksaan (Convention pengungsi, perangkat-perangkat kuncinya
Against Torture) Pasal 3, Konvensi Jenewa adalah Konvensi 1951 dan Protokol 196719,
IV (Fourth Geneva Convention) Tahun ketentuan-ketentuan yang tercakup di
1949 pada Pasal 45 paragraf 4, pada dalamnya termasuk:
Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan a) Larangan untuk memulangkan

Politik (International Covenant on Civil pengungsi dan pencari suaka yang

and Political Rights) 1966 Pasal 13, dan beresiko menghadapi penganiayaan saat
dipulangkan (prinsip non-refoulement).
instrumen-instrumen HAM lainnya. Untuk
b) Persyaratan untuk memperlakukan
Konvensi Anti Penyiksaan (Convention
semua pengungsi dengan cara yang non
Against Torture) Pasal 3, Konvensi Jenewa
diskriminatif.
IV (Fourth Geneva Convention) Tahun
c) Standar perlakuan terhadap pengungsi.
1949 dan Kovenan Internasional Hak-Hak
d) Kewajiban pengungsi kepada negara
Sipil dan Politik (International Covenant on
tempatnya suaka.

17 Sulaiman Hamid, Lembaga Suaka dalam Hukum Internasional, Rajawali Pers, Jakarta, 2002,hlm. 96.
18 Michelle Foster, Protection Elsewhere: the Legal Implications of Requiring Refugees to seek Protection
in Another State, Michigan Journal ofInternational Law, Volume 28:223, 2007,hlm. 226.
19 UNHCR, Pengenalan Tentang Perlindungan Internasional, Melindungi Orang-Orang Yang Menjadi
Perhatian UNHCR, Swiss, 2009, hlm. 39.
427 ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452

e) tugas negara untuk bekerja sama dengan masyarakat internasional secara luas, tetapi
UNHCR dalam melaksanakan fungsi- juga prinsip-prinsip hukum internasional
fungsinya. yang tersusun dalam instrumen-instrumen
Namun lebih spesifik lagi yang dimaksud internasional di mana negara tersebut menjadi
dengan prinsip non-refoulement (larangan pihak.
pengusiran dan pengembalian) adalah: Aturan-aturan hukum kebiasaan
a) Melarang pengembalian pengungsi internasional tersebut merupakan praktek
dengan cara apapun ke negara atau wilayah praktek umum yang sudah diterima oleh semua
dimana hidup atau kebebasannya terancam negara sebagai hukum yang hampir semuanya
dikarenakan ras, agama, kebangsaan, terdiri dari elenen-elemen yang bersifat
keanggotaan dalam kelompok sosial konstitutif20. Praktek-praktek negara tersebut
tertentu atau pendapat politiknya. bersifat tetap dan seragam dan membentuk
b) Pengecualian hanya dapat dilakukan jika suatu kebiasaan. Praktek-praktek tersebut
pengungsi yang bersangkutan merupakan telah meningkat pelaksanaannya secara
ancaman bagi keamanan nasional atau universal karena banyak negara lagi yang
yang bersangkutan telah dijatuhi hukuman telah menggunakannya sebagai kebiasaan
atas kejahatan yang serius, berbahaya seperti halnya prinsip non refoulement.
bagi masyarakat namun tidak berlaku Dalam dua tahun terakhir ini jumlah
jika individu tersebut menghadapi resiko pengungsi lintas negara atau refugee
penyiksaan atau perlakuan atau hukuman (selanjutnya pengungsi) dan pencari suaka/
yang kejam, tidak manusiawi atau asylum seeker di Indonesia meningkat tajam.
menghinakan. Menurut laporan UNHCR, tahun ini ada
c) Sebagai bagian dari hukum adat dan sekitar 4.000 pengungsi dan pencari suaka di
traktat, prinsip dasar ini mengikat semua Indonesia. Sebagian besar karena terdampar
negara. atau ditangkap oleh aparat keamanan
negara sebagai subyek hukum Indonesia di wilayah kedaulatan Pemerintah
internasional dan sebagai anggota masyarakat Indonesia. Mereka berasal dari negara-negara
internasional sudah tentu harus menghormati yang sedang dilanda krisis, seperti Afganistan,
dan melaksanakan bukan saja aturan hukum Sri Lanka, Irak, dan Myanmar.21
kebiasaan internasional (rules of customary Untuk memperlakukan pengungsi secara
international law) yang sudah merupakan adil, perlu adanya perubahan perilaku dan
aturan-aturan hukum yang sudah diterima oleh kebijakan. Perubahan perilaku yang paling

20
21 Adrianus Suyadi, http://internasional.kompas.com/read/2010/06/21/0953469/Pengungsi.Bukan.Imigran.
Gelap, diakses 20 Oktober 2012.
Herman Suryokumoro, Nurdin, Ikaningtyas, Urgensi Penanganan Pengungsi/Migran Ilegal... 428

sederhana misalnya mengubah cara pandang Indonesia. Hal ini jelas menunjukkan bahwa
pengungsi sebagai orang yang harus dilindungi Indonesia memiliki kepedulian tinggi dalam
hak-haknya dan tidak menyebut mereka menangani pengungsi Vietnam. Hal tersebut
sebagai imigran gelap. Agar perubahan tetap dilakukan walaupun Indonesia bukan
perilaku ini menjadi efisien dan efektif, merupakan negara pihak dari Konvensi
perlu ada perubahan kebijakan Pemerintah Geneva 1951 dan Protokol 1967. Selanjutnya
Indonesia. Pemerintah Indonesia hendaknya selama 20 tahun Indonesia membantu
segera menandatangani dan meratifikasi pengungsi Vietnam dengan menyediakan
Konvensi Geneva 1951 dan Protokol 1967. tempat penampungan dan membantu repatriasi
Sebenarnya sebagai negara tujuan dari mereka yang sepenuhnya ditentukan oleh
para pengungsi, walaupun Indonesia belum UNHCR.22 Sayangnya pengalaman pengungsi
meratifikasi Konvensi Geneva 1951 dan tersebut tidak dilanjutkan dengan penentuan
Protokol 1967, Indonesia telah mempunyai standart penanganan pengungsi di wilayah
pengalaman dalam penanganan yang baik Republik Indonesia dimana Direktorat
terhadap pengungsi Vietnam pada tahun 1975. Jenderal Keimigrasian menjadi pintu awalnya.
Pengungsi Vietnam yang lebih dikenal dengan Dari pembahasan di atas dapat diketahui
sebutan “manusia perahu” ini menjadikan bahwa penanganan terhadap pengungsi di
Indonesia sebagai negara tujuan. Indonesia Indonesia masih sebatas penegakan peraturan
menerima mereka tanpa bantuan dari UNHCR. keimigrasian untuk menjaga kepentingan
Perkembangan meningkatnya jumlah manusia Indonesia saja, sehingga substansi dan teknis
perahu mendorong PBB melalui UNHCR penanganan terhadap pengungsi masih
untuk menyelenggarakan Konferensi terbatas bahkan serupa pada penanganan
Internasional mengenai pengungsi Vietnam di terhadap imigran gelap. Sebagai negara
Jenewa pada tahun 1979. Hasil dari Konvensi kepulauan yang letaknya sangat strategis, dan
tersebut antara lain bahwa semua manusia tak jarang menjadi tempat singgah (transit)
perahu mendapat status sebagai pengungsi. bagi para imigran dengan berbagai tujuan,
negara yang menjadi tujuan manusia perahu seharusnya pemerintah Indonesia hendaknya
di harap menampung sementara manusia segera menandatangani dan meratifikasi
perahu sampai mereka dimukimkan di negara Konvensi Geneva 1951 dan Protokol 1967.
ketiga. PBB meminta agar negara-negara Konvensi Geneva 1951 dan Protokol 1967
mengusahakan keberangkatan mereka ke secara substansial menempatkan perlindungan
negara ketiga secepatnya. Konferensi terhadap dan jaminan Hak Asasi Manusia pengungsi
dihadiri juga oleh perwakilan dari pemerintah lebih utama, dengan tidak mengesampingkan

22 Wagiman, Hukum Pengungsi Internasional, Jakarta, Sinar Grafika, 2012, hlm. 167-169.
429 ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452

kepentingan suatu negara untuk menjaga Lembaga yang mempunyai tugas pokok
stabilitas dan kepentingan nasionalnya. selain Kantor Imigrasi dalam penanganan
Tentunya dengan meratifikasi Konvensi terhadap imigran gelap/pengungsi,
Geneva 1951 dan Protokol 1967 ini, akan adalah:
menambah bargaining position di percaturan 1) Departemen Dalam Negeri
internasional, sebagaimana yang kita ketahui 2) Departemen Perhubungan
HAM menjadi perhatian penting di komunitas 3) Kepolisian Republik Indonesia
Internasional. 4) Departemen Sosial
b. Kurangnya Sumber Daya Manusia dalam
D. Kendala-Kendala Yang Dihadapi proses penanganan terhadap imigran
Dalam Penanganan Pengungsi/Migran gelap/pengungsi.
Ilegal Yang Diterapkan Di Kantor Dari data primer yang diperoleh,
Imigrasi Kota Malang terungkap bahwa sumber daya manusia
Indonesia yang merupakan negara atau personil yang ada di kantor Imigrasi
kepulauan dengan letak yang strategis di antara belumlah optimal baik dari aspek
dua benua dan dua Samudra, dan dengan batas kuantitas maupun kualitas.
geografi dan jalur pantai yang panjang dan c. Kurangnya sarana dan pra sarana
sulit dikontrol menjadi jalur transit yang sering selain itu, kantor Imigrasi mengakui
digunakan para imigran dengan berbagai motif dalam pelaksanaan tugas penanganan
dan cara, khu susnya bagi para pengungsi. terhadap imigran gelap/pengungsi
Kantor Imigrasi yang menjadi pintu utama kurang didukung dengan sarana dan
dalam penanganan terhadap imigran gelap/ prasana yang memadai. Anggaran yang
pengungsi ini mengalami beberapa kendala dialokasikan tidak sebanding dengan
dalam proses penanganan terhadap imigran permasalahan yang harus diatasi. Sarana
gelap/pengungsi, yaitu: seperti alat transportasi dan peralatan
komunikasi yang minim akhirnya
D.1. Kendala Internal mempengaruhi kinerja kantor Imigrasi
a. Disebabkan tidak adanya standart baku kelas I Kota Malang dalam penanganan
dalam peraturan perundang-undangan terhadap imigran gelap/pengungsi.
mengenai penanganan imigran gelap Sebenarnya permasalahan sarana dan
yang padahal adalah pengungsi membuat prasarana yang kurang memadai bukan hanya
kurangnya koordinasi dan kerjasama permasalahan kantor Imigrasi, hal klasik
antar lembaga yang mempunyai tugas semacam ini juga dialami oleh lembaga
pokok dalam penanganan terhadap lainnya. Sehingga memang dalam hal ini
imigran gelap/pengungsi. untuk masalah pembiayaan yang juga menjadi
Herman Suryokumoro, Nurdin, Ikaningtyas, Urgensi Penanganan Pengungsi/Migran Ilegal... 430

tanggung jawab pemerintahan daerah dalam biaya yang murah, akhirnya menyembunyikan
hal ini pemerintah Kota Malang. Pemerintah keberadaan mereka. Selain itu kurang
Kota Malang dalam mengelola keuangan kerjasama dari pihak imigran/pengungsi
daerah harus mengalokasikan biaya yang tersebut membuat kurang optimal dalam
memadai untuk operasional penanganan penangananya.
terhadap imigran gelap/pengungsi.
Simpulan
D.2. Kendala Eksternal Penanganan terhadap pengungsi di
Penanganan terhadap imigran gelap/ Indonesia sebagaimana di Kantor Imigrasi
pengungsi membutuhkan kerjasama dari Kelas I Kota Malang masih sebatas penegakan
berbagai pihak terutama masyarakat. peraturan keimigrasian untuk menjaga
Para pihak yang kurang terbuka dalam kepentingan Indonesia saja, sehingga substansi
memberikan informasi mengenai keberadaan dan teknis penanganan terhadap pengungsi
orang asing menghambat dalam penanganan masih terbatas bahkan serupa pada penanganan
terhadap imigran gelap/pengungsi. Hubungan terhadap imigran gelap. Sebagai negara
lingkungan sekitar, masyarakat dan instansi kepulauan yang letaknya sangat strategis, dan
yang terkait merupakan hubungan yang terjadi tak jarang menjadi tempat singgah (transit)
tidak hanya semata-mata menyangkut aspek bagi para imigran dengan berbagai tujuan,
ekonomis tetapi juga aspek lainnya seperti seharusnya pemerintah Indonesia hendaknya
aspek sosial, politik dan aspek keamanan.23 segera menandatangani dan meratifikasi
Sehingga dalam pelaksanaan mengatur Konvensi Geneva 1951 dan Protokol 1967.
hubungan tersebut perlu diusahakan adanya Konvensi Geneva 1951 dan Protokol 1967
kejelasan pengaturan hak dan kewajiban secara substansial menempatkan perlindungan
masing-masing pihak agar tercipta hubungan dan jaminan Hak Asasi Manusia pengungsi
yang serasi dan harmonis antara para pihak- lebih utama, dengan tidak mengesampingkan
pihak tersebut. kepentingan suatu negara untuk menjaga
Dalam penanganan imigran gelap/ stabilitas dan kepentingan nasionalnya.
pengungsi ini tak jarang hambatan berasal Tentunya dengan meratifikasi Konvensi
dari masyarakat yang kurang memiliki Geneva 1951 dan Protokol 1967 ini, akan
kesadaran dalam keterbukaan informasi menambah bargaining position di percaturan
adanya orang asing, contohnya perusahaan internasional, sebagaimana yang kita ketahui
yang bisa menggunakan tenaga asing dengan HAM menjadi perhatian penting di komunitas
Internasional.

23 Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, Bina cipta, Bandung,
2002, hlm.83.
431 ARENA HUKUM Volume 6, Nomor 3, Desember 2013, Halaman 290-452

Dalam penanganan imigran gelap/ atas penanganan imigran gelap/


pengungsi, kantor Imigrasi kelas I Kota pengungsi.
Malang, mengalami beberapa kendala, yaitu: II) Kurangnya kesediaan dan kualitas
a. Kendala internal Sumber Daya Manusia
I) Tidak adanya standart baku III) Kurangnya sarana dan prasarana
penanganan imigran gelap/pengungsi b. Kendala eksternal
berdampak pada kurangnya Kurangnya kerjasama dan keterbukaan
koordinasi antara instansi antara informasi dari masyarakat dan para
lembaga yang bertanggung jawab imigran gelap/pengungsi itu sendiri
membuat kendala dalam penanganannya.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Achmad Romsan, dkk, 2003, Pengantar Mochtar Kusumaatmadja, 1976, Pengantar
Hukum Pengungsi Internasional: Hukum Internasional, Bina Cipta,
Hukum Internasional dan Prinsip- Jakarta.
Prinsip Perlindungan Internasional, Sulaiman Hamid, 2002, Lembaga Suaka
Percetakan Sanic Offset, Bandung. dalam Hukum Internasional,
IOM, 2009, Buku Petunjuk Bagi Petugas Rajawali Pers, Jakarta.
Dalam Rangka Penanganan UNHCR, 2009, Penandatanganan Dapat
Kegiatan Penyelundupan Manusia Membuat Seluruh Perbedaan, Swiss,
dan Tindak Pidana yang Berkaitan UNHCR.
dengan Penyelundupan Manusia, UNHCR, 2009, Pengenalan Tentang
International Organization for Perlindungan Internasional,
Migration (IOM), Jakarta. Melindungi Orang-Orang Yang
Majda El Muhtaj, 2008, Dimensi-Dimensi Menjadi Perhatian UNHCR, Swiss.
HAM, Mengurai Hak Ekonomi, Wagiman, 2012, Hukum Pengungsi
Sosial, dan Budaya, PT. Rajagrafindo Internasional, Jakarta, Sinar Grafika.
Persada, Jakarta. WJS. Poerwadarminta, 1982, Kamus Umum
Mochtar Kusumaatmadja, 2002, Hukum, Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Masyarakat dan Pembinaan Hukum Jakarta.
Nasional, Bina cipta, Bandung.
Herman Suryokumoro, Nurdin, Ikaningtyas, Urgensi Penanganan Pengungsi/Migran Ilegal... 432

Jurnal Pertaruran Perundang-undangan


Michelle Foster, 2007, Protection Elsewhere: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
the Legal Implications of Requiring Nomor 31 Tahun 1994 tentang
Refugees to seek Protection in Pengawasan Orang Asing dan
Another State, Michigan Journal of Tindakan Keimigrasian.
International Law, Volume 28:223. Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor
Sukanda Husin, 1998, UNHCR dan M-PR.0704 Tahun 1991 tentang
Perlindungan Hak Azasi Manusia, Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Jurnal Hukum, No. 7 Th.V/1998, Imigrasi.
Fakultas Hukum Universitas Andalas, Keputusan Presiden RI Nomor 44 Tahun 1974
Padang. tentang Pokok-pokok Organisasi
Departemen jo Keputusan Presiden
Artikel Internet RI Nomor 15 Tahun 1984 tentang
Adrianus Suyadi, http://internasional.kompas. susunan organisasi Departemen.
com/read/2010/06/21/0953469/ Keputusan Presiden RI Nomor 8 Tahun 1991.
Pengungsi.Bukan.Imigran.Gelap. Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi.
Arip Budiman, Terdampar, 193 Pengungsi Konvensi Anti Penyiksaan (Convention
Asal Myanmar dan Bangladesh, Against Torture) .
http://www.KabariNews.com/?32484. Konvensi Jenewa IV (Fourth Geneva
http://www.iom.org/read/ Convention) Tahun 1949 .
news/2012/07/18/063417844/80- Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan
Indonesiadanpengungsigelap. Politik (International Covenant on Civil
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita& and Political Rights) 1966 .
act=view&id=9080e22aa92157ec13f5 Petunjuk DirJenim Nomor F-33.II.01.10
038e8f626279&jenis=c81e728d9d4c2f Tahun 1995 tentang Tata Cara
636f067f89cc14862c. Pengawasan Orang Asing.
ttp://www.tempo.co/read/ Protocol Relating to the Status of Refugees
news/2012/07/18/063417844/80- 1967.
Imigran-Gelap-Terdampar-di-Malang. Universal Declaration of Human Right 1948.

Anda mungkin juga menyukai