Anda di halaman 1dari 20

Indonesian Journal of Health Research, 2020, Vol. 3, No.

1, 32-51

Indonesian Journal of Health Research


Journal Homepage: idjhr.triatmamulya.ac.id

Original Research

Gambaran Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Pasien Fraktur Femur dengan
Pemenuhan Rasa Nyaman Nyeri di Instalasi Gawat Darurat RSUP Sanglah

Artawan, I.K1, Dewi, N.K.E.K1, & Mastini, I.G.A.A.P2


1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesdam IX/Udayana
2
RSUP Sanglah Denpasar

*Corresponding Author:
E-mail: kadekartawan.emergency@gmail.com

KEYWORDS
ABSTRACT
retention program, turnover
Introduction. Nurse turnover will harm the hospital both in terms of costs,
intention, nurse, hospital
resources, and motivation. Turnover can be predicted by exploring the turnover
intention of the nurses. Nurses' turnover intention is closely related to the
practice of nurse resource management in implementing policies including
compensation, career development and work design. The study aims to analyze
and identify the effect of retention programs (compensation, career path, work
design) on nurses' turnover intention. Methods. The mixed method parallel
convergent approach is used in the study. Simple random sampling was taken
on 200 respondent nurses in three private hospitals. Semi structure interviews
were conducted on 15 participants. Results. Regression test results show that
there is a significant effect between compensation retention programs (R =
0.477; p = 0.000; β = 0.23), career development (R = 0.493; p = 0.000; β =
0.22), work design (R = 0.422; p = 0.000, β = 0.16) on nurses' turnover
intention. The most dominant factor is compensation (β = 0.265, p = 0.000)
compared to career development and work design. The results of qualitative
research showed that the key participants stated that compensation was felt not
adequate with the nurse profession, the implementation of career development
programs had not increased motivation and the workload was felt too much as a
result of too many non-nursing tasks. Conclusion. Implications for nursing and
hospital management, it is important for nurse managers to have the ability to
plan and evaluate policies related to compensation, career development, and
work design to improve nurse retention.

32
ABSTRAK KATA KUNCI
Pendahuluan. Fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang yang Asuhan Keperawatan
disebabkan oleh trauma seperti kecelakaan lalu lintas. Keluhan utama pada Gawat Darurat, Fraktur
pasien fraktur yaitu nyeri dimana apabila tidak ditangani dengan segera dapat Femur, Nyeri
mempengaruhi hemodinamik pasien yang diakibatkan oleh peningkatan kerja
saraf simpatis. Komplikasi yang sangat fatal yaitu terjadinya syok neurogenik
akibat adanya reaksi vasovagal berlebih. Tujuan dari studi kasus ini yaitu untuk
menggambarkan asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien fraktur femur
dengan pemenuhan rasa nyaman nyeri. Metode. Studi kasus ini menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus pada asuhan keperawatan
gawat darurat pasien fraktur femur dengan pemenuhan rasa nyaman nyeri. Alat
yang digunakan dalam pengambilan data adalah checklist dan lembar
wawancara. Data yang didapat dianalisis dengan menarasikan data yang
diperoleh dengan membandingkan pada teori yang sudah ada. Hasil. Pengkajian
fokus dilakukan pada pemeriksaan sekunder yaitu keluhan utama didapatkan
data berupa keluhan nyeri. Pengkajian nyeri yang dilakukan menggunakan
pendekatan PQRST. Masalah keperawatan yang di fokuskan yaitu nyeri akut.
Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi nyeri pasien yaitu pemberian
analgetik, teknik non farmakologi distraksi/relaksasi, serta dilakukan
pemasangan skin traksi sebagai penalataksanaan kegawatdaruratan. Hasil
evaluasi dilakukan selama 4 jam masalah pada pasien 1 belum mencapai kriteria
hasil karena ekspresi wajah masih tampak meringis, skala nyeri 6, RR :
22x/menit. Pada pasien 2 masalah sudah dapat teratasi. Kesimpulan. Asuhan
keperawatan pada pasien fraktur femur pengkajian difokuskan pada keluhan
utama diperoleh keluhan nyeri sehingga diberikan tindakan farmakologi
berupana analgesic dan non farmakologi serta pemasangan skin traksi.

33
PENDAHULUAN Kebanyakan proses fraktur terjadi karena
kegagalan tulang menahan tekanan terutama
Fraktur terjadi karena hilangnya kontinuitas
tekanan membengkok, memutar dan tarikan
tulang baik yang bersifat total maupun sebagian
(Noor, 2016). Penyebab utama terjadinya fraktur
yang disebabkan oleh trauma langsung maupun
yaitu trauma (Saunders, 2007). Trauma
tidak langsung (Noor, 2016). Salah satu fraktur
merupakan keadaan dimana individu mengalami
yang dapat menyebabkan kematian adalah fraktur
cedera oleh suatu sebab diantaranya karena
pada ekstremitas seperti fraktur femur (Parahita
kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari ketinggian,
dan Kurniyanta, 2013). Pasien yang mengalami
atau olahraga (Noor, 2016 ; Saunders, 2007).
fraktur femur berisiko tinggi terjadinya syok. Jenis
Insiden fraktur femur merupakan kejadian paling
syok yang terjadi dapat berupa syok hipovolemik
sering yang dialami oleh anak muda karena
yang disebabkan karena adanya kerusakan
kecelakaan bermotor (Kowalak, 2011). Secara
pembuluh darah yang berdampak pada banyaknya
anatomis didalam femur terdapat pembuluh darah
darah yang keluar dan syok neurogenik yang
arteri yang berada disepanjang paha dekat dengan
diakibatkan oleh rusaknya saraf di sekitar tulang
tulang paha. Ketika terjadinya patah tulang pada
ditandai dengan adanya rasa nyeri yang hebat
femur, akan terjadi kerusakan di pembuluh darah
(Noor, 2016). Salah satu gejala klinis yang khas
arteri femur yang berdampak pada terjadinya
dan merupakan keluhan utama sebagian besar
perdarahan. Kehilangan darah berlebih sebanyak
pasien fraktur yaitu nyeri mulai dari nyeri skala
±500cc pada fraktur femur berisiko tinggi
ringan hingga nyeri skala berat (Kowalak, 2011;
terjadinya syok hipovolemik (Noor, 2016). Salah
Noor, 2011).
satu gejala klinis yang terjadi pada fraktur femur
Badan kesehatan dunia World Health
adalah terjadinya nyeri akibat edema yang
Organization pada tahun 2017 mengatakan bahwa
menekan ujung saraf (Kowalak, 2011 ; Noor,
lebih dari 5,6 juta orang meninggal karena insiden
2016)
kecelakaan dimana fraktur femur memiliki
Nyeri terjadi akibat adanya sistem nosiceptor
prevalensi cukup tinggi yaitu sebanyak 40%.
yang berperan dalam mengatur tercetusnya nyeri
Kecelakaan lalu lintas di Indonesia merupakan
(Zakiyah, 2015). Impuls yang diterima oleh ujung
penyebab kematian nomor tiga, setelah penyakit
saraf bebas atau saraf aferen yang berada disekitar
jantung dan stroke (Fakhrurrizal, 2015). Kejadian
fraktur melalui receptor atau nosiceptor
fraktur di Indonesia akibat kecelakaan lalu lintas
diteruskan oleh saraf perifer melalui dorsal horn
menunjukkan bahwa sebanyak 46,2% mengalami
ke spinal cord yang selanjutnya akan di
fraktur pada ektremitas bawah, 25% mengalami
transmisikan ke otak (Zakiyah, 2015). Impuls
kematian, 45 % mengalami cacat fisik, 15%
yang berada di otak akan diteruskan ke korteks
mengalami stress psikologis, serta 10%
serebri, sehingga akan dipersepsikan adanya nyeri
mengalami kesembuhan dengan baik (Qomariyah,
(Helms dan Barone, 2008).
2016).
Pasien fraktur femur akan mengeluh nyeri
Kejadian fraktur di Bali sendiri masih menjadi
yang bersifat sedang sampai berat dan akan
masalah kesehatan yang banyak terdapat di
menimbulkan manifestasi klinis seperti
instansi kesehatan. Berdasarkan hasil studi
peningkatan denyut jantung, peningkatan
pendahuluan didapatkan data dari bulan Mei
respirasi, peningkatan tekanan darah serta
hingga Desember 2016 di Instalasi Gawat Darurat
menimbulkan gangguan hemodinamik yang
(IGD) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah
disebabkan oleh adanya peningkatan saraf
Denpasar jumlah pasien fraktur sebanyak 700
simpatis (Helms dan Barone, 2008). Nyeri hebat
orang dari semua jenis fraktur, dimana fraktur
dapat menyebabkan terjadinya reaksi vasovagal
femur sebanyak 122 orang, lrawat inap sebanyak
berlebihan yang mengakibatkan vasodilatasi
76 orang, diperbolehkan pulang sebanyak 34
daerah splangnikus. Reaksi vasovagal merupakan
orang, serta memerlukan observasi dan tindakan
mekanisme tubuh yang timbul akibat rangsangan
lebih lanjut sebanyak 12 orang (Data Registrasi
saraf vagus (Arif, 2014). Salah satu respon dan
IGD RSUP Sanglah, 2016). Hasil penelitian
refleks vasovagal yaitu pada jantung yang dapat
mengatakan 85% pasien fraktur mengeluhkan
mengakibatkan jantung lebih lambat dalam
adanya rasa nyeri khususnya fraktur ekstremitas
memompa sehingga tekanan darah menurun dan
bawah (Abdillah, 2016).
aliran darah ke otak berkurang (Arif, 2014).

34
Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya syok tulang yang disebabkan oleh trauma. Angka
neurogenik (Arif, 2014) kejadian pasien dari bulan Mei hingga Desember
Fraktur memerlukan pertolongan segera untuk 2016 yang mengalami fraktur khususnya fraktur
memungkinkan penyembuhan dan meminimalkan femur di IGD RSUP Sanglah berjumlah 122
kecacatan. Golden period merupakan waktu orang. Peran perawat dalam menangani nyeri yang
optimal untuk melaksanakan tindakan yaitu terjadi pada fraktur femur sangat penting karena
sebelum 6-7 jam sejak kecelakaan (Lukman dan nyeri hebat dapat menyebabkan terjadinya syok
Ningsih, 2012). Pasien yang datang dengan neurogenik yang merupakan sebuah kegawatan.
fraktur ke instalasi gawat darurat (IGD) pertama Maka dari itu penulis tertarik menyusun karya
kali dilakukan pengkajian airway, breathing, ilmiah tentang “Gambaran Asuhan Keperawatan
circulation, disability dan exposure (ABCDE) Gawat Darurat Pada Pasien Fraktur Femur
(Parahita dan Kurniyanta, 2013). Apabila Dengan Pemenuhan Rasa Nyaman Nyeri di
dicurigai adanya fraktur penting untuk Instalasi Gawat Darurat RSUP Sanglah”. Harapan
mengimobilisasi bagian yang fraktur sebelum dari penulis adalah ngetahui gambaran
pasien dipindahkan (Musliha, 2010). Tujuannya penanganan kegawatdaruratan pada kasus fraktur
yaitu mengembalikan atau memperbaiki bagian femur.
yang patah kedalam bentuk semula (anatomi).
Teknik imobilisasi dapat dilakukan dengan cara METODE
memasang bidai atau gips, jika terjadi perdarahan
Desain yang digunakan dalam penyusunan karya
dapat lakukan dengan cara bebat tekan. Hal itu
tulis ilmiah adalah deskriptif dengan pendekatan
merupakan salah satu cara untuk mengurangi
studi kasu. Subyek yang digunakan dalam studi
nyeri yang dirasakan oleh pasien yang mengalami
kasus ini adalah 2 pasien dengan masalah
fraktur femur (Noor, 2016). Penanganan umum
keperawatan yang sama yaitu pasien fraktur femur
yang dapat dilakukan pada fraktur dengan 4R
dengan pemenuhan rasa nyaman nyeri dan
yaitu Rekognisi, Reduksi, Retensi dan Rehabilitasi
memenuhi kriteria inklusi dengan perhitungan.
(Noor, 2016).
Kriteria inklusi dari penelitian ini yaitu : (1)Pasien
Manajemen nyeri pada fraktur juga perlu
dengan nyeri ringan hingga berat yang
diperhatikan. Penanganan umum yang dapat
berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma
dilakukan meliputi teknik farmakologi dan teknik
pada femur), (2) Pasien dalam keadaan sadar dan
non farmakologi (Zakiyah, 2015). Teknik
komunikatif, (3) keluarga memberikan izin
farmakologi dapat dilakukan dengan pemberian
dilakukan penelitian pada pasien. Adapun kriteria
obat analgetik, dimana pada fase akut analgetik
ekslusi dari penelitian ini yaitu : (1) pasien dengan
efektif diberikan melalui intravena untuk
penurunan kesadaran, (2) Pasien tidak
mengurangi stimulasi ke central nervus system
komunikatif, (3) Pasien fraktur femur dengan
(CNS) (Helms dan Barone, 2008). Teknik non
multiple trauma. Penelitian ini dilaksanakan di
farmakologi dapat dilakukan dengan teknik
IGD RSUP Sanglah yang sudah mendapatkan ijin
imobilisasi (tidak menggerakan daerah yang
penelitian dari pihak rumah sakit. Teknik analisis
fraktur) serta teknik relaksasi napas dalam dan
yang digunakan dengan cara menarasikan
distraksi (Zakiyah, 2015). Imobilisasi merupakan
jawaban-jawaban yang diperoleh dengan hasil
hal yang sangat penting dilakukan untuk
interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan
menurunkan dampak dari fraktur tersebut salah
untuk menjawab rumusan masalah.
satunya yatu nyeri (Noor, 2016). Teknik
imobilisasi dapat dilakukan dengan cara
HASIL DAN PEMBAHASAN
pemasangan bidai atau gips. Pembidaian dapat
mengurangi rasa nyeri karena bidai berfungsi Pembahasan merupakan analisa antara
untuk mengimobilisasi bagian tubuh yang penerapan teori dengan praktiknya secara nyata.
mengalami fraktur dimana hal ini sejalan dengan Pada bab ini penulis menguraikan kesenjangan
penelitian yang dilakukan oleh Fakhrurrizal yang terjadi pada teori dengan kasus yang penulis
(2015) yang mengatakan bahwa intensitas nyeri temukan. Penulis akan membahas berdasarkan
pasien fraktur mengalami penurunan setelah tahapan proses keperawatan meliputi pengkajian,
dilakukan pembidaian. diagnosa keperawatan, perencanaan dan evaluasi
Berdasarkan uraian diatas fraktur terjadi
karena hilangnya atau terputusnya kontinuitas

35
1. Pengkajian Keperawatan hangat dan tidak terdapat perdarahan.
Hasil pengkajian pada pasien fraktur femur Pengkajian pada pasien 2 didapatkan adanya
diperoleh dari pengkajian primer dan peningkatan tekanan darah 130/70 mmHg,
pengkajian sekunder. nadi 96 x/menit, CRT <2 detik, akral hangat
Pengkajian primer adalah pemeriksaan dan tidak terdapat perdarahan. Berdasarkan
yang pertama kali dilakukan untuk mendeteksi teori tidak ditemukan adanya kesenjangan
kegawatdaruratannya. Pada pemeriksaan dimana teori menyatakan bahwa pasien yang
primer terdapat beberapa tahapan yang harus mengalami fraktur, tekanan darah dapat
dilakukan secara berturut-turut mulai dari normal atau mengalami peningkatan dan
pemeriksaan airway, breathing, circulation, peningkatan frekuensi nadi (Saunders, 2007
disability dan exposure (ABCDE). (Tabel 1). dan Musliha, 2010). Adanya peningkatan
a. Airway kerja saraf simpatis karena adanya nyeri
Hasil pengkajian yang diperoleh dari pasien hebat yang dirasakan oleh pasien sehingga
1 dan pasien 2 tidak ditemukan adanya akan mengakibatkan terjadinya peningkatan
kesenjangan. Pada pengkajian airway tidak pada tekanan darah dan frekuensi nadi
ditemukan adanya masalah seperti obstruksi (Helm and Barone, 2008 dan Mack, 2013).
jalan napas dan suara napas tambahan. Hasil Peningkatan tekanan darah dan frekuensi
dari pengkajian ini sudah sesuai dengan teori nadi merupakan bentuk respon tubuh ketika
dimana pada pasien fraktur femur tidak pasien merasakan nyeri semakin memberat.
ditemukan adanya masalah pada airway. Hal Hal ini didukung oleh Sitepu (2014) yang
ini dikarenakan apabila pasien disertai menyatakan bahwa pasien yang mengalami
dengan fraktur pada wajah seperti fraktur nyeri yang parah dan tidak segera diatasi
maksila atau mandibula maka akan akan berpengaruh pada peningkatan tekanan
mengakibatkan adanya gangguan pada jalan darah dan peningkatan nadi.
napas (Krisanty, 2009). d. Disability
b. Breathing Pengkajian disability pada pasien 1 dan
Hasil pengkajian pada breathing yang pasien 2 tidak ditemukan adanya
diperoleh dari pasien 1 ditemukan adanya kesenjangan dengan teori. Hasil pengkajian
irama napas cepat dan RR: 24 x/menit pada kedua pasien didapatkan bahwa pasien
begitupula pada pasien 2 juga ditemukan 1 dan pasien 2 memiliki kesadaran yang baik
adanya gangguan pada pernapasan dimana dengan nilai GCS 15. Hal ini dikarenakan
irama napas pasien cepat dan RR: 22 pada kedua pasien tidak mengalami multiple
x/menit. Perbedaan peningkatan frekuensi trauma sehingga tingkat kesadaran pasien
napas terjadi diantara kedua pasien tidak mengalami penurunan. Pada teori
dikarenakan adanya perbedaan nyeri yang mengatakan bahwa pasien dengan fraktur
dirasakan oleh pasien dimana pasien 1 femur masih memiliki kesadaran yang baik
mengeluh nyeri hebat dengan skala nyeri 8 (Saunders,2007). Hal ini didukung oleh
sedangkan pasien 2 mengeluh nyeri sedang Mack (2013) yang mengatakan bahwa
dengan skala nyeri 6. Teori menyebutkan pasien fraktur akan mengalami penurunan
bahwa peningkatan kecepatan pernapasan kesadaran apabila mengalami multiple
merupakan pertahanan tubuh untuk trauma.
menghindari gagal napas dalam keadaan e. Exposure
stres yang berkepanjangan akibat nyeri Pengkajian pada pasien 1 dan pasien 2
(Perry & Potter, 2010). Hal ini didukung ditemukan adanya deformitas, kontusio,
oleh Motoc (2010) yang mengatakan bahwa abrasi, swelling, krepitasi dan pemendekan
pasien yang mengalami nyeri akan ekstremitas. Hal ini sudah sesuai dengan
mengalami peningkatan pada pernapasan. teori bahwa pasien yang mengalami fraktur
c. Circulation femur akan ditemukan adanya tanda-tanda
Hasil pengkajian pada pasien 1 dan pasien 2 seperti deformitas, kontusio, abrasi,
didapatkan adanya kesenjangan antar pasien swelling, krepitasi dan pemendekan
yaitu pada pasien 1 terjadi peningkatan pada ekstremitas (Noor, 2016; Saunders, 2007).
tekanan darah 150/80 mmHg, peningkatan Pengkajian sekunder pada pasien dapat
nadi 112 x/menit, CRT <2 detik, akral mencakup pemeriksaan menyeluruh

36
meliputi pengkajian nyeri dengan bawah tampak adanya edema, abrasi,
pendekatan PQRST, history (sign and dan kontusio, terdapat nyeri tekan, serta
symptom, allergy, medication, past medical krepitasi pada paha sebelah kiri. Hasil
history, last oral intake, event leading yang ditemukan pada pasien 1 dan
injury (SAMPLE)), pemeriksaan fisik dan pasien 2 mengalami perbedaan pada
pemeriksaan penunjang. (Tabel 2). lokasi abrasi antar kedua pasien. Hal ini
a. Keluhan Utama dikarenakan adanya perbedaan pada
Data yang diperoleh dari pengkajian mekanisme cedera pada masing-masing
sekunder pada pasien 1 dan pasien 2 pasien. Hasil pemeriksaan fisik pada
memiliki keluhan utama yang sama yaitu kasus sudah sesuai dengan teori, dimana
nyeri namun dengan skala nyeri yang pada pasien dengan fraktur akan
berbeda. Hasil yang didapatkan yaitu ditemukan tanda-tanda tersebut seperti
pasien 1 mengeluh nyeri pada paha pada wajah akan terlihat meringis,
sebelah kiri, nyeri bertambah saat kaki terdapat adanya abrasi, edema, kontusio
digerakkan dan nyeri akan berkurang dan krepitasi (Saunders, 2007; Noor,
setelah di istirahatkan, nyeri dirasakan 2016).
seperti tertusuk-tusuk dengan skala 8 (0- 2. Diagnosa Keperawatan
10) dan nyeri dirasakan hilang timbul. Pada tinjauan kasus pasien 1 dan pasien 2
Pengkajian pada pasien 2 didapatkan dengan fraktur femur, diagnosa keperawatan
hasil yaitu nyeri pada paha sebelah kiri, yang muncul difokuskan pada diagnosa nyeri
nyeri bertambah saat digerakkan dan akut. Diagnosa nyeri akut ditegakkan
akan berkurang setelah di istirahatkan, berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan
nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk pada kedua pasien dan disesuaikan dengan
dengan skala 6 (0-10) dan nyeri batasan karakteristik yang terdapat pada
dirasakan hilang timbul. Pada teori NANDA (2015- 2017). Batasan karakteristik
mengatakan pasien yang mengalami yang terdapat pada teori yaitu adanya keluhan
fraktur akan mengeluh adanya nyeri nyeri, ekspresi wajah nyeri (tampak meringis),
(Saunders, 2007; Noor, 2016). Menurut tekanan darah, frekuensi napas dan frekuensi
Sitepu (2014) mengatakan bahwa nadi meningkat. Pengkajian pada kedua pasien
keluhan utama sejumlah pasien fraktur didapatkan data yaitu pasien mengeluh nyeri,
yaitu nyeri namun dengan skala yang ekspresi wajah meringis, peningkatan nadi dan
berbeda. Skala nyeri yang dirasakan frekuensi pernapasan. Hal ini sudah sesuai
masing-masing orang akan berbeda dengan teori karena batasan karakteristik pada
tergantung dari respon orang tersebut. teori ditemukan pada pasien. (Tabel 5)
Pada pengkajian didapatkan adanya 3. Perencanaan Keperawatan
perbedaan skala nyeri karena pasien 1 Perencanaan yang dilaksanakan pada
setelah mengalami kecelakaan belum pasien 1 dan pasien 2 sudah sesuai dengan
mendapatkan penanganan seperti halnya teori. Diagnosa nyeri akut memiliki rencana
pasien 2 yang telah mendapatkan pencapaian kriteria hasil dalam waktu 4x15
penanganan seperti pemasangan bidai di menit yang dibuat sesuai dengan kriteria hasil
klinik sebelumnya. yang diharapkan. Perencanaan keperawatan
b. Pemeriksaan Fisik Terfokus yang penting untuk direncanakan pada pasien
Pemeriksaan fisik terfokus dilakukan fraktur femur dengan pemenuhan rasa nyaman
pada wajah dan ekstremitas. Wajah nyeri yaitu kaji nyeri secara komprehensif dan
pasien 1 tampak meringis, pada monitor vital sign, ajarkan teknik non
ekstremitas atas tampak abrasi pada farmakologi, lakukan pemasangan traksi atau
tangan sebelah kanan sedangkan pada bidai, kolaborasi pemberian analgetik. Pada
ekstremitas bawah tampak adanya pasien fraktur femur pemberian analgetik
edema, abrasi, kontusio, nyeri tekan, digunakan untuk menurunkan nyeri pasien
serta krepitasi pada paha sebelah kiri. (Noor, 2016). Hal ini didukung oleh Helms dan
Pasien 2 wajah tampak meringis Barone (2008) yang mengatakan bahwa pada
kesakitan, tampak adanya abrasi pada fase akut pemberian analgetik efektif diberikan
dahi sebelah kanan, pada ekstremitas melalui intravena untuk mengurangi stimulasi

37
ke central nervus system (CNS). Pemasangan farmakologi (distraksi dan relaksasi),
bidai atau traksi digunakan untuk melakukan pemasangan skin traksi dan
mengimobilisasi bagian yang cedera sehingga mengkolaborasikan pemberian analgetik
dapat menurunkan dampak dari fraktur yaitu (ketorolac 30 mg) sesuai dengan keadaan
nyeri (Noor, 2016). Hal ini didukung oleh pasien. (Tabel 7).
Fakhrurrizal (2015) yang mengatakan bahwa 5. Evaluasi Keperawatan
pembidaian ini bertujuan untuk mengurangi Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada
dan menghilangkan rasa nyeri, mencegah pasien 1 dan 2 adalah 4x15 menit setiap
gerakan patah tulang yang dapat tindakan dan diobservasi setiap 60 menit dalam
mengakibatkan kerusakan jaringan lunak 3 jam. Hasil yang diperoleh bahwa nyeri akut
sekitarnya. Perencanaan yang dibuat pada pasien 1 masalah belum teratasi
disesuaikan dengan kondisi pasien saat sedangkan pada pasien 2 masalah sudah
itu.(Tabel 6). teratasi. Pasien 1 didapatkan hasil evaluasi
4. Pelaksanaan Keperawatan yaitu mengatakan nyeri berkurang dengan skala
Implementasi keperawatan yang dilakukan 6, pasien tampak masih meringis, TD : 130/70
pada pasien 1 dan pasien 2 disesuaikan dengan mmHg, N : 96 x/menit, RR : 22 x/menit. Hasil
intervensi yang telah direncanakan sebelumnya. evaluasi pada pasien 2 didapatkan yaitu pasien
Implementasi yang dilakukan pada pasien 1 mengatakan nyeri berkurang dengan skala 4,
dan pasien 2 difokuskan pada nyeri akut. pasien tampak tenang, TD : 120/80 mmHg, N :
Implementasi dilakukan selama 1 jam yang 90 x/menit, RR : 20 x/menit. Hasil evaluasi
dievaluasi setiap 60 menit setelah melakukan pada pasien 1 belum sesuai dengan kriteria
tindakan. Pasien 1 dan pasien 2 mendapatkan hasil yang ingin dicapai dikarenakan ekspresi
perlakuan yang sama pada implementasi untuk wajah pasien masih tampak meringis, skala
mengatasi masalah pemenuhan rasa nyaman nyeri pasien 6 (0-10), RR : 22 x/menit.
nyeri meliputi: mengkaji nyeri secara Sedangkan hasil evaluasi pada pasien 2 sudah
komprehensif, memonitor vital sign, sesuai dengan kriteria hasil yang ingin dicapai
mengobservasi reaksi non verbal dari sehingga masalah teratasi. (Tabel 8).
ketidaknyamanan, mengajarkan teknik non

Tabel 1.
Pengkajian Primer
No Pengkajian Pasien 1 Pasien 2
1 Airway
Jalan Nafas Jalan napas paten Jalan napas paten
Obstruksi Tidak ada Tidak ada
Suara Nafas Tidak ada Tidak ada
Keluhan Lain - -
2 Breathing
Nafas Spontan Spontan
Gerakan Dada Simetris Simetris
Irama Nafas Cepat, RR: 24 x/menit Cepat, RR: 22 x/menit
Pola Nafas Teratur Teratur
Sesak Nafas Tidak ada Tidak ada
Keluhan Lain - -
3 Circulation
Nadi Teraba, N: 112 x/menit, Teraba, N: 98 x/menit,
TD: 150/80 mmhg, S: TD: 130/ 70 mmhg, S:
360C 36,5 0C
Sianosis Tidak ada, CRT < 2 detik Tidak ada, CRT < 2 detik
Akral Hangat Hangat
Pendarahan Tidak ada Tidak ada
Turgor Elastis Elastis
Keluhan Lain - -
4 Disabilty
Respon Alert Alert

38
Kesadaran Compos Mentis Compos Mentis
GCS 15 ( E4 V5 M6 ) 15 ( E4 V5 M6 )
Pupil Isokor Isokor
Refleks Cahaya Ada Ada
Keluhan Lain - -
5 Exposure
Deformitas Ada Ada
Contusio Ada Ada
Abrasi Ada Ada
Laserasi - -
Swelling Ada Ada
Krepitasi Ada Ada
Pemendekan ekstremitas Ada Ada

Tabel 2.
Pengkajian Sekunder
No Pengkajian Pasien 1 Pasien 2
1 Keluhan Nyeri pada paha sebelah kiri Nyeri pada paha sebelah kiri
Utama
2 Mekanisme Keluarga mengatakan pasien Pasien merupakan rujukan dari
Cedera mengalami kecelakaan di Jalan Klinik Penta Medika,
A.Yani pada pukul 11.20WITA. Karangasem dengan diagnosa
Ketika pasien akan menyebrang, medis fraktur femur. Pasien
tiba-tiba dari arah sebelah kiri mengalami kecelakaan di Jalan
terdapat motor yang melaju dengan Raya Manggis pukul 15.30
kencang. Kemudian ban motor WITA. Pasien mengatakan
depan mengenai paha sebelah kiri mengerem secara mendadak
pasien hingga pasien terjatuh. karena hampir menabrak anjing.
Melihat kejadian tersebut keluarga Kondisi jalan yang licin akibat
dengan cepat membawa pasien ke hujan menyebabkan pasien
IGD RSUP Sanglah Denpasar terjatuh lalu paha pasien
tertimpa sepeda motor. Pasien
mengatakan kaki kirinya tidak
bisa digerakkan , tidak bisa
diluruskan dan terasa sangat
nyeri. Pasien dibawa ke Klinik
Penta Medika oleh warga
setempat yang melihat kejadian
tersebut.Sesampainya di klinik
pasien dilakukan pemeriksaan
dan dilakukan tindakan
pemasangan infus serta
pemasangan bidai. Setelah
dilakukan penanganan awal,
pasien dirujuk ke RSUP
Sanglah Denpasar untuk
dilakukan pemeriksaan dan
penanganan lebih lanjut.

3 SAMPLE

39
Sign and Pasien mengeluh nyeri pada paha Pasien mengeluh nyeri pada
symptom sebelah kiri, gelisah paha sebelah kiri
a. Provoking : pasien mengeluh a. Provoking: pasien mengeluh
nyeri saat digerakkan dan nyeri nyeri saat digerakkan dan
akan berkurang setelah di nyeri akan berkurang setelah
istirahatkan di istirahatkan
b. Quality : pasien mengatakan b. Quality : pasien mengatakan
nyeri seperti tertusuk-tusuk nyeri seperti tertusuk-tusuk
c. Region : pasien mengatakan c. Region : pasien mengatakan
nyeri dirasakan pada daerah nyeri dirasakan pada daerah
paha kiri paha kiri
d. Scale : pasien mengatakan nyeri d. Scale : pasien mengatakan
dengan skala 8 (0-10) nyeri dengan skala 6 (0-10)
e. Time : nyeri dirasakan hilang e. Time : nyeri dirasakan
timbul hilang timbul

Alergy Pasien mengatakan tidak memiliki Pasien mengatakan tidak


alergi terhadap makanan maupun memiliki alergi terhadap
obat-obatan makanan maupun obat-obatan

Medication Pasien mengatakan tidak Pasien mengatakan tidak


mengonsumsi obat-obatan mengonsumsi obat-obatan
sebelumnya sebelumnya

Past Medical Pasien mengatakan tidak memiliki Pasien mengatakan tidak


History riwayat penyakit keturunan seperti memiliki riwayat penyakit
hipertensi dan diabetes mellitus keturunan seperti hipertensi dan
diabetes mellitus

Last Oral Pasien mengatakan makan dan Pasien mengatakan makan dan
Intake minum terakhir tadi pagi dengan minum terakhir tadi siang
menu nasi, sayur dan daging, dengan menu nasi, sayur dan
minum air putih kurang lebih 480ml daging, minum air putih kurang
lebih 720ml

Event Leading Keluarga mengatakan pasien Pasien merupakan rujukan dari


Injury mengalami kecelakaan di Jalan Klinik Penta Medika,
A.Yani pukul 11.20 WITA. Ketika Karangasem dengan diagnosa
pasien akan menyebrang, tiba-tiba medis fraktur femur. Pasien
dari arah sebelah kiri terdapat motor mengalami kecelakaan di Jalan
yang melaju dengan kencang. Raya Manggis pukul 15.30
Kemudian ban motor depan WITA. Pasien mengatakan
mengenai paha sebelah kiri pasien mengerem secara mendadak
hingga pasien terjatuh. Melihat karena hampir menabrak
kejadian tersebut keluarga anjing. Kondisi jalan

40
dengan cepat membawa pasien ke yang licin akibat hujan
IGD RSUP Sanglah Denpasar menyebabkan pasien terjatuh
lalu paha pasien tertimpa sepeda
motor. Pasien mengatakan kaki
kirinya tidak bisa digerakkan,
tidak bisa diluruskan dan terasa
sangat nyeri. Pasien dibawa ke
Klinik Penta Medika oleh warga
setempat yang melihat kejadian
tersebut.Sesampainya di klinik
pasien dilakukan pemeriksaan
dan dilakukan tindakan
pemasangan infuse serta
pemasangan bidai. Setelah
dilakukan penanganan awal,
pasien dirujuk ke RSUP
Sanglah Denpasar untuk
dilakukan pemeriksaan dan
penanganan lebih lanjut.

4 Pemeriksaan a. Wajah a. Wajah


fisik terfokus Inspeksi: wajah tampak meringis Inspeksi: wajah tampak
kesakitan meringis kesakitan, tampak ada
abrasi pada dahi
b.Ekstrimitas b.Ekstrimitas
1) Atas 1) Atas
Inspeksi : tidak terdapat deformitas, Inspeksi : terpasang infus
tampak ada abrasi pada tangan ditangan kanan, tidak terdapat
sebelah kanan deformitas
Palpasi : akral hangat, CRT < 2 Palpasi : akral hangat, CRT < 2
detik, tidak terdapat nyeri tekan detik, tidak terdapat nyeri tekan
2) Bawah 2) Bawah
Inspeksi : tampak adanya abrasi Inspeksi : tampak adanya
pada kaki sebelah kanan, tampak edema, deformitas, terpasang
adanya edema, deformitas dan bidai, tampak adanya kontusio
kontusio pada paha sebelah kiri pada paha sebelah kiri
Palpasi : terdapat nyeri tekan, Palpasi : terdapat nyeri tekan,
terdapat krepitasi terdapat krepitasi

5 Pemeriksaan Laboratorium tanggal 9 Juli 2017 Laboratorium tanggal 9


Penunjang WBC : 11,09 103/µL Juli2017
Hemoglobin : 14,20 g/dL WBC : 12,79 103/µL
Hemoglobin : 10,30 g/dL
Hasil pemeriksaan Rontgen tanggal Hasil pemeriksaan Rontgen
9 Juli 2017 tanggal 9 Juli 2017
Kesan : Kesan :
Fraktur pada os femur 1/3 distal Fraktur komplit pada os femur
sinistra, dengan displacement dan 1/3 tengah kiri, dengan
contracted, tampak adanya sisi displacement fragment fraktur,
fraktur yang tajam mengakibatkan cum contractionum, cum
lesi soft tissue di sekitarnya angulationum, disertai soft
Sudut patahan tampak fraktur oblik tissue swelling disekitarnya
Sudut patahan tampak fraktur
oblik

41
Tabel 3.
Terapi Medis
Pasien Jenis terapi Pemberian
Pasien 1 Pemberian IVFD RL 20 tpm
Ketorolac 3x 30 mg tiap 8 jam (IV)
Pemasangan Skin Traksi

Pasien 2 Pemberian IVFD RL 20 tpm


Ketorolac 3x 30 mg tiap 8 jam (IV)
Pemasangan Skin Traksi

Tabel 4.
Analisa Data Pada Pasien Tn.JK dan Tn.WR
Analisa Data Etiologi Masalah
Pasien 1
Data Subyektif : Agen cedera fisik (trauma) Nyeri akut
Pasien mengeluh nyeri pada paha sebelah
kiri akibat kecelakaan
a. Provoking : pasien mengeluh nyeri
saat digerakkan dan nyeri akan
berkurang setelah di istirahatkan
b. Quality : pasien mengatakan nyeri
seperti tertusuk-tusuk
c. Region : pasien mengatakan nyeri
dirasakan pada daerah paha kiri
d. Scale : pasien mengatakan nyeri
dengan skala 8 (0-10)
e. Time : pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan hilang timbul
Data Obyektif :
1. Pasien tampak meringis kesakitan
2. Pasien tampak gelisah
3. Tanda- tanda vital pasien
TD : 150/80 mmHg

Pasien 2
Data Subjektif : Agen cedera fisik (trauma) Nyeri akut
Pasien mengeluh nyeri pada paha sebelah
kiri akibat kecelakaan
a. Provoking : pasien mengeluh nyeri
saat digerakkan dan nyeri akan
berkurang setelah di istirahatkan
b. Quality : pasien mengatakan nyeri
seperti tertusuk-tusuk
c. Region : pasien mengatakan nyeri
dirasakan pada daerah paha kiri
d. Scale : pasien mengatakan nyeri
dengan skala 6 (0-10)
e. Time : pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan hilang timbul
Data Objektif :
1. Pasien tampak meringis kesakitan
2. Tanda-tanda vital pasien
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 98 x/menit
RR : 22 x/menit
3. Pasien tampak gelisah
4. Tampak adanya krepitasi pada paha
sebelah kiri

42
Data Subyektif : Faktor mekanik (daya gesek) Kerusakan
Pasien mengatakan mengalami lecet integritas kulit
pada kaki sebelah kiri dan pada dahi
Data Obyektif :
1. Tampak adanya kontusio pada paha
sebelah kiri
2. Tampak ada abrasi pada kaki sebelah
kiri dan pada dahi
Nadi : 112 x/ menit
RR : 24 x/menit
4. Tampak adanya krepitasi pada paha
sebelah kiri
Data Subjektif : Faktor mekanik (daya gesek) Kerusakan
Pasien mengatakan tangan dan kakinya integritas kulit
mengalami lecet
Data Objektif :
1. Tampak ada abrasi pada tangan dan
kaki sebelah kanan
2. Tampak adanya contusio pada paha
sebelah kiri

Tabel 5.
Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Tn. JK dan Tn. WR
No. Pasien Diagnosa Keperawatan
1. Pasien 1 1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma)
ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada paha sebelah kiri
dengan skala 8, pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak
gelisah, N: 112 x/menit, RR: 24 x/menit, TD : 150/80 mmHg
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik
(daya gesek) ditandai dengan adanya abrasi pada tangan dan kaki
sebelah kanan, kontusio pada paha sebelah kiri

2. Pasien 2 1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma)


ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada paha sebelah kiri
dengan skala 6, pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak
gelisah, N: 98 x/menit, RR: 22 x/menit, TD : 130/70 mmHg
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik
(daya gesek) ditandai dengan adanya abrasi pada kaki sebelah kiri
dan pada dahi, kontusio pada paha sebelah kiri

43
Tabel 6.
Perencanaan Keperawatan Pada Pasien Tn. JK dan Tn. WR
Dx Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi dan Rasional
Pasien 1
Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Kaji nyeri secara komprehensif
dengan agen cedera fisik keperawatan selama 4 x 15 R : Pengkajian dilakukan
(trauma) ditandai dengan menit diharapkan nyeri untuk mengetahui lokasi,
pasien mengeluh nyeri pada berkurang atau terkontrol karakteristik nyeri, durasi,
paha sebelah kiri dengan dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan faktor
skala 8, pasien tampak 1. Nyeri berkurang atau presipitasi
meringis kesakitan, pasien terkontrol 2. Monitor vital sign
tampak gelisah, N: 112 2. Pasien tampak tenang R : Nyeri dapat mempengaruhi
x/menit, RR: 24 x/menit, 3. Nadi dalam batas normal frekuensi napas, nadi dan
TD : 150/80 mmHg (60-100 x/menit) tekanan darah pasien
4. Frekuensi napas dalam 3. Observasi reaksi non verbal
batas normal (16-20 dari ketidaknyamanan
x/menit) R : Observasi non verbal
5. Skala nyeri pasien 4-6 dilakukan untuk mengetahui
(0-10) sejauh mana nyeri yang
6. Pasien mampu dirasakan oleh pasien
mengontrol nyeri 4. Ajarkan teknik non
menggunakan teknik non farmakologi
farmakologi R : Mengurangi rasa nyeri
pasien dengan tehnik non
farmakologi
5. Lakukan pemasangan traksi
atau bidai
R : Imobilisasi posisi fraktur
dapat mengurangi nyeri yang
dirasakan oleh pasien
6. Kolaborasi pemberian
analgetik sesuai dengan
keadaan pasien
R : Membantu mengurangi
nyeri yang dirasakan pasien
dengan cara memberikan obat
penghilang rasa nyeri
Kerusakan integritas kulit Setelah diberikan asuhan 1. Jaga kebersihan kulit agar
berhubungan dengan faktor keperawatan selama 1 x 60 tetap bersih dan kering
mekanik (daya gesek) menit diharapkan kerusakan R : Menjaga kebersihan kulit
ditandai dengan adanya integritas kulit dapat diatasi mengurangi risiko terjadinya
abrasi pada tangan sebelah dengan kriteria hasil : infeksi
kanan dan kaki sebelah

44
kanan, kontusio pada paha 1.Luka abrasi bebas dari 2. Lakukan perawatan luka pada
sebelah kiri kotoran kulit yang rusak
R : Menurunkan kadar
kontaminasi kulit
3. Kolaborasi pemberian
antibiotik jika diperlukan
R : Mencegah terjadinya
infeksi
Pasien 2
Nyeri Akut berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Kaji nyeri secara komprehensif
dengan agen cedera fisik keperawatan selama 4 x 15 R : Pengkajian dilakukan
(trauma) ditandai dengan menit diharapkan nyeri untuk mengetahui lokasi,
pasien mengeluh nyeri pada berkurang atau terkontrol karakteristik nyeri, durasi,
paha sebelah kiri dengan dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan faktor
skala 6, pasien tampak 1. Nyeri berkurang atau presipitasi
meringis kesakitan, pasien terkontrol 2. Monitor vital sign
tampak gelisah, N: 98 2. Pasien tampak tenang R : Nyeri dapat mempengaruhi
x/menit, RR: 22 x/menit, 3. Skala nyeri pasien 2-4 frekuensi napas, nadi dan
TD : 130/70 mmHg (0-10) tekanan darah pasien
4. Pasien mampu 3. Observasi reaksi non verbal
mengontrol nyeri dari ketidaknyamanan
menggunakan teknik non R : Observasi non verbal
farmakologi dilakukan untuk mengetahui
5. Nadi dalam batas normal sejauh mana nyeri yang
(60-100 x/menit) dirasakan oleh pasien
6. Frekuensi napas dalam 4. Ajarkan teknik non
batas normal (16-20 farmakologi
x/menit) R : Mengurangi rasa nyeri
pasien dengan teknik non
farmakologi
5. Lakukan pemasangan traksi
atau bidai
R : Imobilisasi posisi fraktur
dapat mengurangi nyeri yang
dirasakan oleh pasien
6. Kolaborasi pemberian
analgetik sesuai dengan
keadaan pasien
R : Membantu mengurangi
nyeri yang dirasakan pasien
dengan cara memberikan obat
penghilang rasa nyeri
Kerusakan integritas kulit Setelah diberikan asuhan 1. Jaga kebersihan kulit agar
berhubungan dengan faktor keperawatan selama 1 x 60 tetap bersih dan kering
mekanik (daya gesek) menit diharapkan kerusakan R : Menjaga kebersihan kulit
ditandai dengan adanya integritas kulit dapat diatasi mengurangi risiko terjadinya
abrasi pada kaki sebelah dengan kriteria hasil : infeksi
kiri dan pada dahi, kontusio 1. Luka abrasi bebas dari 2. Lakukan perawatan luka pada
pada paha sebelah kiri kotoran kulit yang rusak
R : Menurunkan kadar
kontaminasi kulit
3. Kolaborasi pemberian
antibiotik jika diperlukan
R : Mencegah terjadinya
infeksi

45
Tabel 7.
Pelaksanaan Keperawatan Pada Pasien Tn. JK dan Tn. WR
Dx
Tgl/Jam Implementasi Respon Paraf
Keperawatan
Pasien 1
1 9 Juli 2017 Melakukan pengkajian S : Pasien mengatakan Erna
12.30 Wita nyeri secara nyeri pada paha
komprehensif P: pasien mengata-
Mengobservasi reaksi kan nyeri saat
non verbal dari kaki digerakkan
ketidaknyamanan Q : nyeri dirasakan
seperti tertusuk-
tusuk
R: pasien mengata-
kan nyeri
dirasakan pada
paha sebelah kiri
S: Skala 8 (0-10)
T: nyeri dirasakan
hilang timbul
O : Pasien tampak gelisah
dan meringis
kesakitan

1 12.30 wita Memonitor vital sign S : Pasien mengatakan Erna


bersedia untuk
dilakukan
pemeriksaan
O : Tanda-tanda vital
pasien
TD : 150/80 mmHg
N : 112 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 36°C

1 12.35 wita Mengajarkan teknik S : Pasien mengatakan Erna


non farmakologi masih merasa nyeri
dengan distraksi O : Pasien masih tampak
mengobrol dan gelisah dan meringis
relaksasi napas dalam kesakitan

1 12.35 wita Mengkolaborasikan S : Pasien mengatakan Erna


pemasangan skin traksi nyeri saat dilakukan
pemasangan traksi
O : Pasien terpasang
traksi pada paha

sebelah kiri, pasien


tampak meringis
kesakitan
1 12.40 wita Mengkolaborasikan S : Pasien mengatakan Erna
pemberian analgetik bersedia untuk di
ketorolac 30 mg berikan obat
melalui intravena penghilang rasa nyeri
O : Obat ketorolac
digunakan untuk
menghilangkan rasa
nyeri yang dirasakan
oleh pasien

46
1 12.45 wita Melakukan evaluasi S : Pasien mengatakan Erna
diagnosa 1 masih merasa nyeri
tetapi sedikit
berkurang setelah
dilakukan
pemasangan traksi
dan pemberian obat
penghilang rasa nyeri
P : pasien mengata-
kan nyeri saat
kaki digerakkan
Q : nyeri dirasakan
seperti tertusuk-
tusuk
R : pasien mengata-
kan nyeri
dirasakan pada
paha sebelah kiri
S : Skala 8 (0-10)
T : nyeri dirasakan
hilang timbul
O : Pasien masih tampak
meringis kesakitan,
tampak masih gelisah,
tanda-tanda vital
pasien
TD : 150/80 mmHg
N : 112x/menit
RR : 24x/menit
S : 36°C
A : Tujuan belum
tercapai, masalah
belum teratasi
P : lanjutkan kembali
intervensi 1,2,3,4

Pasien 2
1 9 Juli 2017 Melakukan pengkajian S : Pasien mengatakan Erna
18.45 wita nyeri secara nyeri
komprehensif P : pasien
Mengobservasi reaksi mengatakan nyeri
non verbal dari saat kaki
ketidaknyamanan digerakkan
Q : nyeri dirasakan
seperti tertusuk-
tusuk
R : pasien
mengatakan nyeri
dirasakan pada
paha sebelah kiri
S : Skala 6 (0-10)
T : nyeri dirasakan
hilang timbul
O : Pasien tampak gelisah
dan meringis
kesakitan

47
1 18.45 wita Memonitor vital sign S : Pasien mengatakan Erna
bersedia untuk
dilakukan
pemeriksaan
O : Tanda-tanda vital
pasien
TD : 130/70 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,50 C
1 18.45 wita Mengkolaborasikan S : Pasien mengatakan Erna
pemasangan skin traksi nyeri saat dilakukan
pemasangan traksi
O : Pasien terpasang skin
traksi, pasien tampak
meringis kesakitan

1 18.50 wita Mengkolaborasikan S : Pasien mengatakan Erna


pemberian analgetik bersedia untuk di
ketorolac 30 mg berikan obat
melalui intravena penghilang rasa nyeri
O : Obat ketorolac
digunakan untuk
menghilangkan rasa
nyeri yang dirasakan
oleh pasien

1 18.50 wita Mengajarkan teknik S : Pasien mengatakan Erna


non farmakologi masih merasa nyeri
dengan distraksi O : Pasien masih tampak
mengobrol dan gelisah dan meringis
relaksasi napas dalam kesakitan

19.15 wita Melakukan evaluasi S : Pasien mengatakan Erna


diagnosa 1 masih merasa nyeri
P : Pasien mengata-
kan nyeri saat
kaki digerakkan
Q : Nyeri dirasakan
seperti tertusuk-
tusuk
R : Pasien mengata-
kan nyeri
dirasakan pada
paha sebelah kiri
S : Skala 6 (0-10)
T : Nyeri dirasakan
hilang timbul
O : Pasien masih tampak
meringis kesakitan,
tampak masih gelisah,
tanda-tanda vital
pasien
TD : 130/70 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,5°C
A : Tujuan belum
tercapai, masalah
belum teratasi
P : Lanjutkan kembali
intervensi 1,2,3,4

48
Tabel 8.
Evaluasi Keperawatan Pada Pasien Tn.JK dan Tn.WR

Dx
Tanggal/ Jam Evaluasi Paraf
Keperawatan
Pasien 1
9 Juli 2017 1 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang Erna
17.00 wita dengan skala 6 (0-10)
O : Pasien masih tampak meringis, tanda-
tanda vital pasien :
TD : 130/70 mmHg
N : 96 x/menit
RR : 22 x/menit
A : Tujuan belum tercapai, masalah belum
teratasi
P : Pasien dipindahkan ke Ruang Wijaya
Kusuma untuk mendapatkan penanganan
lebih lanjut

Pasien 2
9 Juli 2017 1 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang Erna
22.45 wita dengan skala 4 (0-10)
O : Pasien tampak tenang, tanda-tanda vital
pasien
TD : 120/80 mmHg
N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
Pasien dipindahkan ke Ruang Angsoka 1
untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut

KESIMPULAN tekanan darah, frekuensi napas dan frekuensi nadi


meningkat.
Pengkajian keperawatan pada pasien
Perencanaan yang dilaksanakan pada pasien
fraktur femur dengan pemenuhan rasa nyaman
fraktur femur difokuskan pada pemenuhan
nyeri difokuskan pada pengkajian primer pada
kebutuhan rasa nyaman nyeri yang meliputi
breathing dan circulation. Hasil yang didapatkan
pengkajian nyeri secara komprehensif, monitor
yaitu terjadinya peningkatan pada tekanan darah,
vital sign, observasi reaksi non verbal dari
frekuensi pernapasan dan nadi. Pada pengkajian
ketidaknyamanan, ajarkan teknik non
sekunder keluhan utama pasien dengan fraktur
farmakologi, lakukan pemasangan traksi atau
femur yaitu akan mengeluh adanya nyeri pada
bidai, serta kolaborasi dalam pemberian obat
bagian yang patah, pemeriksaan fisik terfokus
analgetik. Intervensi yang direncanakan sesuai
yaitu pada wajah tampak meringis dan pada
dengan teori yang menyesuaikan dengan kondisi
ekstremitas dimana akan ditemukan adanya tanda-
pasien.
tanda seperti deformitas, contusio, abrasi,
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang
swelling, krepitasi.
dilakukan pada pasien fraktur femur yaitu
Diagnosa keperawatan yang muncul pada
mengkaji nyeri secara komprehensif, memonitor
pasien fraktur femur ditemukan diagnosa nyeri
vital sign, mengobservasi reaksi non verbal dari
akut berhubungan dengan agen cedera fisik
ketidaknyamanan, mengajarkan teknik non
(trauma) dengan batasan karakteristik yaitu
farmakologi (distraksi dan relaksasi), melakukan
adanya keluhan nyeri, ekspresi wajah meringis,
pemasangan skin traksi dan mengkolaborasikan

49
pemberian analgetik (ketorolac 30 mg) sesuai Hidayat, A.A.A. (2012). Pengantar Kebutuhan
dengan keadaan pasien. Tindakan keperawatan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
dilakukan selama 1 jam yang dievaluasi setiap 60 Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba
menit sekali setelah melakukan tindakan. Medika
Evaluasi akhir yang dilakukan pada kedua Hutabarat, R.Y. & Putra, C. (2016). Asuhan
pasien untuk diagnosa nyeri akut didapatkan pada Keperawatan Kegawatdaruratan.
pasien 1 tujuan belum tercapai masalah belum
teratasi dikarenakan ekspresi wajah pasien masih Kowalak, J ; Welsh, W ; Mayer, B. (2011). Buku
tampak meringis, skala nyeri pasien 6 (0-10), RR : Ajar Patofisiologi. Jakarta;EGC
22 x/menit. Pada pasien 2 masalah nyeri akut Kozier, Barbara. (2010). Buku Ajar Fundamental
sudah dapat teratasi sesuai dengan kriteria hasil Keperawatan : Konsep, Proses, &
yang ingin dicapai. Praktik.Ed 7. Jakarta : EGC
Krisanty, P. ; Manurung, S. ; Suratun ; Wartonah ;
DAFTAR PUSTAKA Sumartini, M. ; Dalami, E. ; Rohimah ;
Setiawati, S. (2009). Asuhan Keperawatan
Abdillah, Bima. (2016). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : TIM
Gawat Darurat Pada Tn ”D” Fraktur
Femur Dengan Nyeri Akut Di Instalasi Lukman & Ningsih, N. (2012). Asuhan
Gawat Darurat Rsu Anwar Medika Balong Keperawatan pada Klien dengan
Bendo Krian. Diperoleh 12 Maret 2017, Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
dari Jakarta. SalembaMedika.
http://repository.poltekkesmajapahit.ac.id. Mack, Elizabeth H. (2013). Neorogenic Shock.
pdf The Open Pediatric Medicine Journal. Vol
Arif,F.W.A.(2014). Syok Neurogenik. Diperoleh 7
tanggal 22 Juni 2017, dari Moorhead, S.; Johnson, M.; Maas, M.L.;
https://www.academia.edu Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Bulechek, G.; Butcher, H.; Dochterman, J.; Classification (NOC), 5th Edition.
Wagner, C.(2016). Nursing Intervensions Philadelphia : Elsevier Inc
Classification (NIC) 5th Edition. UK : Mosby. (2010). Sheehy’s Emergency Nursing
Elsevier Inc Principles and Practice. Sixth Edition.
Fakhrurrizal, Alfi. (2015). Pengaruh Pembidaian USA: Elsevier
Terhadap Penurunan Rasa Nyeri Pada Mosby. (2013). Sheehy’s Manual Of Emergency
Pasien Fraktur Tertutup Di Ruang Igd Care: Principles and Practice. Sixth
Rumah Sakit umum Daerah A.M Parikesit Edition. St.Louis Missouri : Elsevier
Tenggarong. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol
Motoc, D; Tutoi, N.C; Vasca; Schineidef. (2010).
3. No.2
Physiology Of Pain- General Mechanism
Helms, J.E dan Barone, C.P. (2008). Phisiology And Individual Fifference. Medical
And Treatment Of Pain. Critical Care Journal. Vol 13. No.4
Nurse. 28;38-49
Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat.
Herdiansyah, Haris. (2012). Metode Penelitian Yogyakarta : Nuha Medika
Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta
Noor, Zairin. (2016). Buku Ajar Gangguan
: Salemba Humanika
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba
Herdman, T.H. dan Kamitsuru, S. (2015). Medika
Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Nurarif & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta :
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
EGC
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Mediaction Publishing
Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika

50
Nursalam. (2007). Proses dan Dokumentasi Sarafino, EP. (2006). Health Psychology
Keperawatan : Konsep dan Praktik. Biopsychosocial Interactions (Fifth
Jakarta : Salemba Medika Edition). John Wiley & Sons, Inc: USA
Nursalam. (2013). Metodelogi Penelitian Ilmu Saunders. (2007). Emergency Nursing Core
Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Curriculum. Sixth Edition. USA: Elsevier
Medika Sitepu, N.F. (2014). Hubungan Intensitas Nyeri
Parahita, S.P. dan Kurniyanta, P. (2013). Dengan Stres Pasien Fraktur Di Rumah
Management Of Extrimity Fracture In Sakit. Idea Nursing Jurnal. Vol 5. No.2
Emergency Department. Jurnal Medika Wijaya, I.M.S ; Ahsan; Kumboyono. (2014).
Udayana, 1597-1615. Pengalaman Perawat Melaksanakan
Perry & Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Pengkajian Keperawatan
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Kegawatdaruratan. Diperoleh 4 April
Praktik.Ed.4. Jakarta : EGC 2017, dari
http://poltekkesdenpasar.ac.id.pdf
Perry & Potter. (2010). Fundamental
keperawatan. Ed.7. Jakarta : Salemba World Health Organization. (2017). WHO
Medika Methods And Data Sources For Global
Burden Of Information Evidance And
Qomariyah A. (2016). Asuhan Keperawatan pada
Research WHO. Ganeva
SDR “E” dengan Nyeri Akut pada Closed
Fraktur Femur Dextra 1/3 Proksimal Zakiyah, Ana. (2015). Nyeri, Konsep Dan
(Laporan Kasus di Ruang Asoka RSUD Penatalaksanaan Dalam Praktek
Jombang). Nursing Journal of Stikes Insan Keperawatan Berbasis Bukti. Jakarta:
Cendekia Medika Jombang. Vol 11. No.1 Salemba Medika

51

Anda mungkin juga menyukai