(P.7) MODUL 7 Teknik Presentasi Bahasa Indonesia
(P.7) MODUL 7 Teknik Presentasi Bahasa Indonesia
BAHASA INDONESIA
Tatap Muka
07
Fakultas: UNIVERSITAS DIAN NUSANTARA
Rengga Sendrian, M.Hum
Program Studi: MATA KULIAH CIRI UNIVERSITAS
Abstrak Kompetensi
Presentasi merupakan Setelah mempelajari materi
kemampuan yang harus pada bab ini, diharapkan
dimiliki terutama oleh mahasiswa mampu
pengajar dan peserta didik. menyampaikan presentasi
Dalam modul ini dijelaskan secara efektif dan
teknik berpresentasi, komunikatif dengan
langkah-langkah menggunakan bahasa
melakukan presentasi, Indonesia yang baik dan
serta kiat melakukan benar
presentasi yang baik dan
benar termasuk mendesain
presentasi serta
bagaimana menjawab
pertanyan dalam sesi
Tanya jawab
Latar Belakang
Sistematika Template
Daftar Isi
1. Pendahuluan..........................................................................................................................4
2. Pengertian Berbicara di Depan Umum..................................................................................6
3. Persiapan Berbicara di Depan Umum...................................................................................9
4. Meningkatkan Rasa Percaya Diri saat Berbicara di Depan Umum.....................................13
5. Manfaat Terampil Berbicara di Depan Umum....................................................................18
6. Teknik-Teknik Berbicara di Depan Umum...........................................................................21
Daftar Pustaka.................................................................................................................................29
Pengertian Berbicara
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan (Tarigan, 2008:16). Hal itu dapat dipahami bahwa berbicara berkaitan dengan
pengucapan kata-kata yang bertujuan untuk menyampaikan apa yang akan disampaikan
baik itu perasaan, ide atau gagasan. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-
bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan
pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan, 2003:15). Sebagai perluasan dari batasan ini
dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda yang dapat didengar
dan dilihat, yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan tubuh manusia untuk maksud
dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara
merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik,
psikologis, neurologis, semantik dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas, sehingga
dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.
Menurut Brown dan Yule dalam Puji Santosa, dkk. (2006:34), berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau
menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan secara lisan. Pengertian ini pada intinya
mempunyai makna yang sama dengan pengertian yang disampaikan oleh Tarigan yaitu
bahwa berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-kata. Selain itu, Haryadi dan
Zamzani (2000:72) mengemukakan bahwa secara umum berbicara dapat diartikan
sebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang
lain. Pengertian ini mempunyai makna yang sama dengan kedua pendapat yang diuraikan
Jenis-Jenis Berbicara
Tarigan (1990:27-33) mengemukakan ada empat jenis berbicara: berbicara untuk
melaporkan, berbicara secara kekeluargaan, berbicara meyakinkan, berbicara
merundingkan.
1. Berbicara untuk Melaporkan
Untuk membahas masalah ini kita perlu mengetahui apa itu laporan. Laporan
adalah segala sesuatu yang dilaporkan dalam suatu pertemuan tertentu, biasanya
berkaitan dengan suatu hal atau peristiwa yang penting dan menjadi sorotan
masyarakat atau menyangkut pelaksanaan kebijakan atau program dan proyek
suatu organisasi. Isi dalam suatu laporan tersebut haruslah memuat keterangan-
keterangan yang objektif dan harus sesuai dengan fakta yang akurat hasil dari
survei dan analisis, selain itu juga penyampaian laporan harus disertai dengan rasa
tanggung jawab.
2. Berbicara Secara Kekeluargaan
Cara yang paling umum menjamin serta memadukan suatu perasaan
persahabatan adalah melalui pembicaraan-pembicaraan yang dapat
menyenangkan hati. Menciptakan suasana keriangan dengan cara
menggembirakan yang membuat kebanggaan menjadi anggota kelompok. Sasaran
diarahkan kepada peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang penuh kelucuan dan
kegelian yang sederhana.
3. Berbicara Merundingkan
Berbicara untuk merundingkan atau deliberative speaking pada dasarnya
bertujuan untuk membuat sebuah keputusan dan rencana. Dalam berunding
Selain ketiga prasyarat tersebut di atas masih ada hal lain lagi yang betul-betul
harus mendapatkan perhatian. Hal ini disebabkan berbicara di depan umum tidak hanya
menyampaikan materi/informasi kepada publik, tetapi lebih dari itu, yaitu bagaimana diri
sang pembicara dapat terlibat sepenuhnya untuk mencapai hasil terbaik yang dapat
diberikan kepada hadirin. Untuk mencapai hal tersebut terdapat delapan elemen yang
harus dikuasai. Kedelapan hal tersebut adalah penampilan, isi pembicaraan, penguasaan
ruang, cara penyampaian pesan, perhatian, memberikan contoh nyata dan relevan,
membuat kata kunci, dan tujuan.
Penampilan akan memberi kesan tersendiri bagi orang lain yang sedang
memperhatikan kita. Penampilan sangat penting bagi seorang pembicara karena ini akan
membangun kesan menarik pada dirinya, mulai caranya berjalan memasuki podium,
bahasa tubuh, pakaian, dan ekspresi wajah. Semua itu akan diperhatikan. Di sinilah kesan
pertama akan dibangun sebelum si pembicara memulainya. Jika dalam hal ini kita
berhasil, kepercayaan awal telah dimiliki oleh para pendengar terhadap diri sang
Berbicara di depan umum merupakan salah satu teknik atau seni berbicara yang
harus dimiliki oleh pembicara untuk mampu menarik perhatian hadirin. Untuk menarik
perhatian hadirin, terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh pembicara selain
persiapan materi yang matang:
1. Mempersiapkan mental dengan baik yakni dengan memahami kondisi ruangan
dan psikologis para pendengarnya.
2. Berlatih dengan baik dan teratur di depan cermin dengan maksud agar
pembicara mampu melihat mimik dan ekspresi mukanya.
3. Menyesuaikan penampilan fisik sebelum tampil di atas panggung.
4. Berupaya untuk menjadi diri sendiri.
5. Menyelipkan humor atau cerita lucu di antara pembicaraan yang disampaikan,
sehingga pendengar tidak merasa bosan.
Persiapan yang baik akan membantu pembicara mengantisipasi gangguan yang
akan muncul ketika berbicara di depan umum. Gangguan tersebut di antaranya adalah
kurang antusiasnya hadirin untuk memperhatikan pembicaraan yang disampaikan, tidak
mendukungnya suasana ruangan, dan karateristik hadirin di luar perkiraan. Untuk itu
diperlukan analisis situasi dan pendengar serta bahan yang akan disampaikan ketika
tampil untuk berbicara di depan umum.
Menganalisis Situasi
Sering pembicara terlalu yakin bahwa apa yang dibicarakan begitu penting,
sehingga lupa memperhatikan siapa pendengarnya, bagaimana latar belakang kehidupan
mereka, serta bagaimana situasi yang ada pada waktu pembicaraan berlangsung. Karena
kurang memperhatikan hal-hal tersebut, maksud pembicaraan tidak tercapai dan
tujuannya tidak mengenai sasaran. Untuk itu sebelum mulai berbicara, pembicara harus
Menganalisis Pendengar
Ada beberapa topik yang dapat dipakai untuk menganalisis pendengar. Pada
umumnya, pembicara telah diberitahu, siapa pendengar yang akan hadir dalam
pertemuan tersebut. Untuk itu, sebelum menganalisis pendengar berdasarkan beberapa
topik khusus, ia harus memulainya dengan data-data umum. Data umum yang dapat
dipakai untuk menganalisis hadirin adalah jumlah, usia, pekerjaan, pendidikan, dan
keanggotaan politik dan sosial, sedangkan data khusus meliputi pengetahuan pendegar
mengenai topik yang akan dibawakan, minat dan keinginan pendengar, dan sikap
pendengar
Untuk mencapai hal-hal tersebut di atas diperlukan setidaknya sepuluh teknik agar
dapat berbicara di depan umum secara baik. Teknik-teknik tersebut adalah
1. Pendekatan permulaan bahwa pembicara harus memberikan kesan menarik
pada pembukaan pembicaraan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuka
pembicaraan dengan rasa percaya diri.
2. Mengatasi kegugupan atau demam panggung. Hal ini dapat dilakukan dengan
membangun sikap positif terhadap diri sendiri, berdiri dengan tegak dan
tenang, kuasai materi dengan mantap, banyak berlatih, dan pandanglah
pendengar sebagai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan diri.
3. Membuat pendengar tertarik. Hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan
sesuatu yang baru bagi pendengar. Jangan memohon maaf pada pendengar,
sajikan pembicaraan dengan segar dan aktual dan dapat pula menggunakan
humor asal tidak berlebihan.
4. Jagalah ketepatan berbicara, kejernihan dan volume suara. Hal ini dapat
dilakukan dengan menguasai ruang pembicaraan, tidak banyak mengeluarkan
bunyi e...e...e, bicara dengan tepat, tidak terlalu lambat atau terlalu cepat, dan
gaya berbicara harus terlihat akrab demikian pula isi pembicaraannya.
5. Percaya diri dan perbanyak pembendaharaan kata.
6. Memberikan penekanan pada pembicaraan penting serta bersemangat dalam
menyampaikan pesan.
7. Berbicaralah tepat waktu dan milikilah rasa humor.
8. Gerakan tubuh secara alamiah, berbicaralah secara wajar, dan gunakan
pakaian yang serasi.
9. Bawalah catatan kecil guna membantu penyampaian pesan.
Rasa percaya diri mutlak diperlukan terutama pada saat akan berbicara di depan
umum. Rasa percaya diri akan memudahkan si pembicara untuk bisa menguasai
panggung maupun materi yang akan disampaikan. Jangan sampai seorang pembicara
bermasalah dengan rasa percaya dirinya karena tentunya akan menghambat, bukan
hanya penguasaan podium/hadirin, melainkan juga materi yang akan disampaikannya.
Memang, berbicara di depan umum dapat dikatakan mudah-mudah susah. Mudah jika si
pembicara memiliki keberanian dan rasa percaya diri dan susah, jika si pembicara tidak
memiliki rasa percaya diri. Rasa percaya diri bisa dikatakan sebagai kunci kesuksesan
seseorang ketika berbicara di depan umum. Berikut cara mudah meningkatkan rasa
percaya diri saat berbicara di depan umum.
1. Tenang dan Fokus
Cara mudah meningkatkan rasa percaya diri pada saat berbicara di depan umum
adalah tenang, dan fokus. Ketenangan akan memberikan kenyamanan pada diri
pembicara karena ketenangan dapat menghilangkan rasa takut yang pada
akhirnya mampu meningkatkan fokus dan konsentrasi. Ketenangan dan fokus
membuat pembicara memiliki rasa percaya diri ketika berbicara di depan hadirin.
2. Yakinkan diri bahwa kita mampu
Meyakinkan diri sendiri atau memberi motivasi diri sangat diperlukan untuk
menumbuhkan kepercayaan pada diri, sehingga timbul rasa percaya diri.
Keyakinan pada diri akan memunculkan semangat dalam diri, sehingga mampu
utuk bisa melakukan apapun dan melewati semua hambatan yang ada.
3. Anggap semua orang yang hadir sebagai teman.
Salah satu penyebab hilangnya rasa percaya diri saat berbicara di depan umum
adalah rasa takut berhadapan dengan banyak orang terlebih orang tersebut jauh di
atas kemampuan kita, atau orang yang suka mencari-cari kesalahan, maupun yang
akan menjatuhkan diri kita. Hilangkan semua pikiran negatif dan anggap semua
yang hadir sebagai teman. Dengan menanamkan pikiran positif, kita akan dengan
mudah meningkatkan rasa percaya diri pada saat berbicara di depan umum.
Seseorang yang memiliki rasa percaya diri dan mental yang kuat akan dengan
mudah mengutarakan pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya. Karena rasa
percaya diri dan mental yang kuat itu pula, seseorang bisa dengan mudah mendapatkan
ilmu, pengetahuan, serta kemampuan yang baru.
Munculnya rasa percaya diri dan mental yang kuat tentunya dipengaruhi oleh
kebiasaan dan kondisi psikologis. Orang yang mudah mengalami gugup dan cemas
merupakan penyebab kurangnya rasa percaya diri serta lemahnya mentalitas. Maka, kita
harus bisa meningkatkan rasa percaya diri dan mentalitas dengan tujuan agar bisa lebih
baik ketika menjalani aktivitas setiap harinya.
Keterampilan berbicara di muka umum memang sesuatu yang perlu dilatih, terlebih
lagi bila kita seorang yang cenderung tertutup/introver. Keterampilan ini dapat diasah
dengan sering berlatih, sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri. Untuk berinteraksi
dengan orang lain, gunakan beberapa metode berikut untuk memperbaiki kemampuan
berbicara di depan umum.
Untuk berbicara di depan umum, perlu persiapan yang baik, pemikiran dan kelakuan
yang percaya diri, serta memperhatikan suara dan bahasa tubuh. Agar nyaman berbicara
di depan umum, kenali hadirin. Rasa tertekan ketika berbicara di depan umum biasanya
terjadi karena tidak mengenal hadirin. Kita tidak tahu apakah apa yang kita katakan sudah
benar. Kita juga tidak tahu apakah perkataan kita dapat diterima hadirin.
Pikirkan alasan mengapa kita diminta bicara oleh mereka. Cari tahu mengenai
berapa banyak pendengar yang akan hadir, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
agama, dan apakah hadirin mengenal pembicara. Bila kita mengetahui hal tersebut, kita
akan dapat menyampaikan pidato dengan nyaman di depan umum karena hadirin yang
datang dapat mempengaruhi cara kita berbicara.
Ubah cara pikir kita. Pikiran negatif yang berkaitan dengan kemampuan berbicara di
depan umum dapat mengganggu kemampuan kita dalam menyampaikan pidato. Daripada
membiarkan pikiran negatif, ubahlah pikiran tersebut menjadi pikiran positif. Bila kita
merasa gugup atau takut, kemungkinan besar kita merasa sudah berbuat suatu
kesalahan. Pikiran-pikiran tersebut akan mengubah suara dan bahasa tubuh secara
negatif. Daripada membiarkan pikiran-pikiran negatif membusuk dalam kepala, ingatkan
diri untuk berpikir secara positif. Pikiran positif akan mencerahkan perasaan, membuat kita
merasa lebih santai dan percaya diri. Misalnya, daripada berpikir tentang "semestinya
saya tidak usah berpidato", ubahlah cara berpikir dan berikan sedikit motivasi dengan
mengatakan, "wah, saya bisa membagikan pengetahuan saya dalam sebuah topik yang
sudah saya dalami dengan orang-orang hebat yang ingin mendengar apa yang saya akan
katakan". Anggaplah kesempatan berbicara ini sebagai sebuah pujian. Ketahuilah bahwa
kemungkinan besar orang-orang yang datang memang hendak mendengarkan
pembicaraan kita.
De Vito, Joseph A. 1994. The Public Speaking Guide. New York: Harper College.