Jurnal Imron Siallagan
Jurnal Imron Siallagan
Abstract
Cocoa beans are one of the basic ingredients for making chocolate, before being processed, cocoa beans must be
fermented and dried. The constraints faced by cocoa farmers are drying time and weather factors. An
incandescent variation of cocoa dryer is used for drying cocoa beans. The method used in drying using a variety
of incandescent lamps is an experimental method / direct testing with fixed and variable variables, namely with
incandescent lamps as heaters and the amount of heating media used is different. The results of the study after
testing showed that the first variable was tested using 2 incandescent lamps with a power of 40 watts, the
material being tested used 2 kg cocoa beans. The first result is that the weight of cocoa beans is 1250 grams
during a 12 hour test with a maximum temperature of 35.7 0C at the front left T2 point drying with a moisture
content of 37.5%, drying rate of 2.5% hour and electrical energy consumption of 0.96 kwh. The third variable
test used 4 incandescent lamps as heaters, the results obtained in drying using 4 incandescent lamps, the results
obtained were cocoa beans weighing 1050 grams in 12 hours and the highest temperature of 44.50C at point T5
on the middle shelf of drying with water content 47%, drying rate 3.3%/hour with electric energy consumption
1.92 Kwh. From the results of this study it can be concluded that the more incandescent lamps used as heaters,
the faster the drying of cocoa beans.
Abstrak
Biji kakao merupakan salah satu bahan dasar untuk membuat coklat, sebelum di olah biji kakao harus
difermentasi dan di keringkan. Kendala yang dihadapi oleh para petani kakao adalah waktu pengeringan dan
faktor cuaca. Untuk itu, alat pengering kakao variasi lampu pijar digunakan untuk sebagai pengeringan biji
kakao. Metode yang digunakan dalam pengeringan menggunkan variasi lampu pijar adalah metode
eksperiment/pengujian langsung dengan variabel tetap dan tidak tetap yaitu dengan lampu pijar sebagai pemanas
dan jumlah media pemanas yang digunakan berbeda. Hasil penelitian setelah dilakukan pengujian menunjukkan,
pengujian variabel pertama yaitu menggunakan 2 lampu pijar dengan daya 40 watt, bahan yang di uji
menggunakan bii kakao 2 kg. Hasil pertama di dapatkan berat biji kakao didapatkan 1250 gram selama
pengujian 12 jam dengan suhu maksimal didapatkan 35,70C di titik T2 kiri depan pengeringan dengan kadar air
37,5 %, laju pengeringan 2,5 %/jam dan komsumsi energi listrik 0,96 kwh. Pengujiam variabel ketiga
menggunakan 4 lampu pijar sebagai pemanas, hasil yang didapatkan dalam pengeringan menggunakan 4 lampu
pijar, hasil yang didapatkan yaitu biji kakao dengan berat 1050 gram dalam waktu 12 jam dan suhu tertinggi
44,50C pada titik T5 pada rak tengah pengeringan dengan kadar air 47 %, laju pengeringan 3,3 %/jam dengan
komsumsi energi listrik 1,92 Kwh. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin banyak lampu
pijar digunakan sebagai pemanas maka pengeringan biji kakao semakin cepat .
10 18:30 40,8 35,5 43, 42,4 43 1 O9:30 27 27, 26,5 26, 26,9
3 6 6
11 19:30 41,0 36 43, 43,5 42,2
3 2 10:30 32,3 30, 32,0 32, 31,8
12 20:30 41,2 36 44, 43 42,2 4 6
1
3 11:30 34,0 31, 33,7 34, 33,4
4. Kesimpulan
5. Daftar Rujukan
Kesimpulan yang dapat di ambil berdasarkan hasil
Ahmad Asari dan Daragantina Nursani. 2016.
penelitian dalam pengujian variasi menggunakan
Rekayasa Mesin Pengering Hybrid Tipe Rak
lampu pijar yaitu :
untuk Pengeringan Biji Kakao. Banjarbaru:
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi
Pertanian
Ahmad Syuhada. 2018. Study of Heat Transfer
Characteristics on Sharp Turn Channels for
Solar Collectors. Banda Aceh. Universitas
Syiah Kuala.
Kurniawan. 2018. Pengaruh Perbandingan Variasi
Kolektor Surya Tipe Plat DatarTerhadap
Distribusi Temperatur. Banda Aceh :
Universitas Syiah kuala.
Eri Eka Putra. 2018. Analisa Sistem Penambahan
Kolektor Surya Sebagai Penyuplai Panas pada
Sistem Pengering Ikan. Banda Aceh:
Universitas Syiah kuala.
Darmawan, dkk. 2014.Fermentasi Kulit Kakao
(Theobroma cacoL.) dengan “PROBIOTIK
X”ditinjau dari Kadar Volatile Fatty Acid dan
N-NH3 secara Invitro. Jurnal Ilmiah.
Peternakan Fakultas Peternakan Universitas
Jenderal Soedirman. Purwokerto.2(1): 197-203.
Hatmi, R.U., dan Rustijarno, S. 2012. Teknologi
Pengolahan Biji Kakao Menuju SNI Biji
Kakao.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Sleman. Yogyakarta. 01 – 2323 –
2008.
Holman, J.P., (1994), “Perpindahan Panas”, Erlangga,
Jakarta.
Marzuki, E. (2012 ). Sistem Inovasi Daerah ( SIDa)
Sumatera Selatan. Badan Litbang dan inovasi
Daerah Provinsi Sumatera Selatan,PT Raja
Grafindo Persada Jakarta.
Maulana, 2017. Perancangan Alat Pengering Biji
Kakao Sengan Sistem Rotari Sederhana Pada
Usaha Mandiri di Desa Wiyono, Kabupaten
Pesawaran, Skripsi, Bandar Lampung,
Universitas Lampung.
Misswar abd. 2016. Kaji Karakteristik Peralatan
Pengering Hybrid (Energi Surya Dan Gas)
Untuk Pengering Kakao. Banda Aceh:
Universitas Syiah kuala
Sidabariba, N.W., Rohanah A., dan Daulay B.S. 2015.
Uji Variasi Suhu Pengeringan Biji Kakao
dengan Alat Pengering Tipe Kabinet Terhadap
Mutu Bubuk Kakao. Medan.
Statistik Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan
Indonesia Komoditas Kakao.
https://cocoainfo.wordpress.com/tag/statistik-
perkebunan-kakao/. Diakses pada tanggal 5
Mei 2022 pukul 16:08 wib.
Susanti A.A, 2014. Outlook Komoditi Kakao.Pusat
data dan Sistem Informasi Sekertariat Jendral
kementrian Pertanian, Jakarta.