Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

PERAWATAN JIWA PADA PASIEN DEFESIT PERAWATAN


DIRI
D

OLEH : KELOMPOK 3

Aan Sanita Sinaga 220202001


Aldri Eliezer Tarigan 220202002
Angelyca Mawanti Manullang 220202004
Bill Christoper Gultom 220202014
Erin Yohana Pakpahan 220202021
Lady Siburian 220202039

PROGRAM STUDI PENDIDIKANNERS


FALKUTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatNya yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Defisit Perawatan Diri, mata kuliah
Keperawatan Jiwa dengan tepat waktu.

Kami menyadari Prposal ini jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi penyempurnaan
Proposal ini.

Pada kesempatan ini kelompok mengucapkan terima kasih kepada:

1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Sinaga SP, M.KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Martahelena Simamora, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Ners
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp.Kepj selaku dosen pengajar yang
telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada kelompok dalam
menyelesaikan topik mata kuliah Keperawatan Jiwa II.
Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses pengajaran dan
pembuatan Proposal “Terapi Aktivitas Kelompok Perawatan Jiwa Pada Pasien
Defisit Perawatan Diri” ini yang namanya tidak kami cantumkan satu persatu,
demikian Proposal ini dibuat semoga bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 06 November 2022


Penyusun

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan jiwa merupakan deskripsi sindrom dengan variasi penyebab. Banyak


yang belum diketahui dengan pasti dan perjalanan penyakit tidak selalu bersifat
kronis. Pada umumnya ditandai adanya penyimpangan yang fundamental,
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta adanya afek yang tidak wajar atau
tumpul. Skizofrenia memiliki beberapa tipe yaitu skizofrenia paranoid, skizofrenia
hebefrenik, skizofrenia katatonik, skizofrenia residual, skizofrenia simpleks,
stupor katatonik, gaduh-gelisah katatonik (Maulana et al., 2021).

Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang memengaruhi berbagai


area fungsi individu, termasuk berpikir, berkomunikasi, menerima,
menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi. Skizofrenia
merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi
individu, termasuk berpikir, berkomunikasi, merasakan dan menunjukkan emosi
serta gangguan otak yang ditandai dengan pikiran kacau, waham, halusinasi, dan
perilaku aneh (Putri et al., 2022).

Menurut WHO (2021)Prevelensi skizofrenia telah meningkat dari 40% menjadi


26 juta jiwa. Sedangkan di Indonesia prevelensi skizofrenia meningkat menjadi
20% penduduk. Prevelensi Sumatera utara meningkat menjadi 7% penduduk
(Riskesdes 2018) Skizofrenia merupakan salah satu penyakit yang mempengaruhi
otak dan menyebabkan munculnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku
aneh. Skizofrenia ditunjukkan dengan gejala suka berbicara sendiri, mata melihat
kekanan dan kekiri, berjalan mondar mandir, sering tersenyum sendiri, sering
mendengar suara-suara dan sering mengabaikan hygiene atau perawatan diri
( defisit perawatan diri ).

Defisit perawatan diri merupakan salah satu gejala yang sering dijumpai pada
pasien dengan gangguan jiwa. Dari seluruh skizofrenia 70% diantaranya
mengalami defisit perawatan diri. Defisit perawatan diri ialah kondisi seseorang
yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan dan memenuhi
aktivitas perawatan diri secara mandiri sepeti mandi, berpakaian maupun berhias,
makan, BAB dan BAK (toileting). Defiisit perawatan diri merupakan suatu
keadaan seseorang yang mengalami gangguan dalam kemampuan untuk
melakukan aktivitas kehidupan seharihari secara mandiri, tidak memiliki
keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian kotor, bau badan, bau nafas, tidak
menyisir rambut dan berpenampilan tidak rapi. Pasien yang menderita gangguan
jiwa sering mengalami ketidak pedulian merawat diri, sehingga menyebabkan
pasien dikucilkan dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Defesit
perawatan diri merupakan gejala dari pasien skizofrenia yang dapat dikontrol
melalui terapi Aktivitas Kelompok (Syahni, 2018).
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien
bersama-sama dengan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau arahkan oleh
perawat spesialis jiwa atau perawat jiwa yang telah terlatih. Terapi kelompok
merupakan terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan
stimulasi bagi Pasien dengan gangguan interpersonal. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya peningkatan kemampuan mengontrol setelah dilakukan
Terapi Aktivitas kelompok okupasi hygiene merupakan Pemberian terapi okupasi
dapat membantu klien menurunkan defesit perawatan diri (Kotijah, wahyuni &
azzurra 2021). Terapi Akitvitas kelompok okupasi personal hygiene merupakan
cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka secara fisik dan
psikisnya. Dalam kehidupan sehari-hari. Kebersihan merupakan hal yang sangat
penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan
dan psikis seseorang (Putri et al., 2022).

Terapi aktivitas kelompok okupasi personal hygiene yaitu pada pasien dengan
defisit perawatan diri yaitu dapat meningkatkan kemandirian pasien skizofrenia
dalam perawatan diri secara mandiri. Berdasarkan praktek yang dilakukan di Rs
Jiwa Prof, Dr M.Ildrem tepatnya diruangan Sinabung, Angrek dan Sibayak
didapatkan jumlah pasien sebesar 21 pasien, dimana pasien dengan masalah
defesit perawatan diri menjadi masalah paling lazim di ruangan, sehingga
kelompok tertarik mengangkat masalah defisit perawatan diri untuk dijadikan
terapi aktivitas kelompok sebagai okupasi personal hygiene.
PROPOSAL TAK PERAWATAN JIWA PADA
PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI

I. TOPIK :
Perawatan Diri : Defisit Perawatan Diri

II. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Tujuan umum yaitu klien mampu memahami pentingnya kebersihan
diri dan perawatan diri secara maksimal.
B. Tujuan Khusus
1. Klien mampu melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Klien mampu memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri
3. Klien mampu menunjukkan aktivitas makan.
4. Klien mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting
sendiri.
III. Landasan Teori
Personal Hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis.
Pemenuhan Defisit perawatan adalah keadaan dimana individu tidak
mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering dan khas
pada proses pikir dan kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya
sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, presepsi, emosi,
pembicaraan dan perilaku.atan diri di pengaruhi berbagai faktor
diantaranya : budaya, nilai sosial pada individu, atau kelurga, pengetahuan
terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri
(Billia,2021).

IV. Klien
A. Karakteristik Klien
1. Klien dengan gangguan jiwa terkhususnya perawatan diri : defisit
perawatan diri.
2. Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami
perilaku agresif atau mengamuk, dalam keadaan tenang.
3. Klien dapat diajak bekerjasama (cooperatif).
B. Proses Seleksi
1. Mengumpulkan data klien
2. Menganalisis data klien
3. Obsevasi di ruangan klien
4. Menentukan klien
5. Data Klien

V. PENGORGANISASIAN
A. Waktu Pelaksanaan
Terapi aktivitas kelompok dilaksanakan pada:
1. Hari, tanggal   : Rabu, 09 November 2022
2. Waktu             : 09.00 – Sampai Selesai
3. Tempat            : Perpustakaan RSJ
B. Tim Terapi dan Tugasnya
1. Tim Terapi dan Tugasnya
a. Leader : Bill Christoper Gultom
1) Memimpin berlangsungnya TAK
2) Merencanakan, mengontrol dan mengatur berlangsungnya
TAK
3) Menyampaikan materi sesuai TAK
4) Memimpin diskusi kelompok
b. Co. Leader : Aan Sanita Sinaga
1) Membuka acara
2) Mendampingi leader
3) Mengambil alih posisi leader jika leader bloking
4) Menyerahkan kembali kepada leader posisi leader
5) Menutup acara leader
c. Fasilitator :
1) Aldri Eliezer Tarigan
2) Angelyca Mawanti Manullang
a) Ikut serta dalam kegiatan kelompok
b) Memberikan stimulus dan motivasi kepada klien
anggota kelompok untuk aktif mengikuti
berlangsungnya TAK.
d. Observer : Lady Siburian, Erin Yohana Pakpahan
1) Mencatat serta mengamati respon klien  (dicatat pada
format yang tersedia).
2) Mengawasi berlangsungnya TAK dari mulai persiapan,
proses hingga penutupan.
C. Metode dan Media
1. Metode
a. Dinamika Kelompok
b. Diskusi Tanya Jawab
c. Bermain Peran dan Simulasi
2. Media / Alat :
a. Buku catatan dan pulpen
b. Bola/Topi
c. Sound system
d. Jadwal kegiatan klien
D. Setting Tempat
VI. PROSES PELAKSANAAN
LANGKAH KEGIATAN

A. Topik
SESI 1: Memperkenalkan diri, Manfaat Perawatan Diri dan menjaga
Kebersihan Diri
B. Tujuan
1. Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan : nama
lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
2. Klien mampu menyebutkan manfaat pentingnya perawatan diri
3. Klien mampu menyebutkan cara  menjaga kebersihan diri
4. Klien mampu menyebutkan akibat apabila tidak melakukan
perawatan diri
C. Kriteria Anggota
Kriteria klien sebagai anggota yang mengikuti Terapi Aktivitas
Kelompok ini adalah :
1. Klien dengan gangguan jiwa terkhususnya dengan gangguan
perawatan diri : defisit perawatan diri.
2. Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami
perilaku agresif atau mengamuk, dalam keadaan tenang.
3. Klien dapat diajak bekerjasama (Kooperatif).
D. Nama Klien
Klien yang mengikuti terapi aktivitas kelompok berjumlah 5 orang,
sedangkan sisanya sebagai klien cadangan jika klien yang ditunjuk
berhalangan.
Adapun nama-nama klien yang akan mengikuti terapi aktivitas
kelompok ini serta klien sebagai cadangan adalah :
1. Nn. Rahmawati
2. Ny. Suflia
3. Tn. Hary
4. Tn . Farid
5. Tn. Muhammad Rafi
6. Tn. Samuel
E. Alat
1. Buku catatan dan pulpen
2. Bola/Topi
3. Sound sistem
4. Jadwal kegiatan klien
F. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Simulasi
G. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien gangguan jiwa terkhususnya dengan indikasi,
yaitu Defisit perawatan diri.
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan :
a. Memberi salam terapeutik : salam dari terapis.
b. Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini.
3. Kontrak :
a. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri.
b. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu dengan latihan menyebutkan
manfaat perawatan diri dan cara menjaga kebersihan diri serta
akibat apabila tidak melakukan perawatan diri.
c. Menjelaskan aturan main berikut.
d. Menjelaskan tujuan kegiatan, yang akan meninggalkan
kelompok harus meminta izin kepada terapis.
e. Lama kegiatan 20 menit.
f. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
4. Tahap Kerja
a. Jelaskan kegiatan, yaitu music akan diplay serta bola/Topi
diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu kea rah
kiri) dan pada saat musik dimatikan maka anggota kelompok
yang memegang bola/topi akan mendapat giliran untuk
menyebutkan : Salam, nama lengkap, nama panggilan, asal dan
hoby, serta menyebutkan kelebihan merawat diri dan akibat
tidak merawat diri, dimulai oleh terapis sebagai contoh.
b. Tulis nama panggilan pada kertas/papan nama dan
temple/pakai.
c. Ulangi point a sampai semua anggota kelompok mendapat
giliran.
d. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan
member pandu positif.
5. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana Tindak Lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih
memperkenalkan diri kepada orang lain di kehidupan
sehari-hari.
2) Menganjurkan tiap anggota kelompok untuk menerapkan
cara yang telah dipelajari dalam perawatan diri.
3) Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri dan manfaat
perawatan diri pada jadwal kegiatan harian klien.
6. Kontrak yang akan datang
c. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu melakukan cara mandi dan
berkeramas dengan baik.
d. Menyepakati waktu dan tempat.
EVALUASI DAN DOKUMENTASI

Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja yang menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi
1, dievaluasi kemampuan klien memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal,
kemampuan klien menyebutkan manfaat pentingnya keperawatan diri, cara
menjaga kebersihan diri dan akibat apabila tidak melakukan perawatan diri
dengan menggunakan formulir evaluasi berikut :

Kemampuan Verbal

Nama Klien
No: Aspek yang Dinilai

1. Menyebutkan Nama
Lengkap
2. Menyebutkan nama
panggilan
3. Menyebutkan asal
4. Menyebutkan hobi
Jumlah

Kemampuan Nonverbal

Nama Klien
No: Aspek yang Dinilai

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh yang
sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal dan
akhir
Jumlah
Menyebutkan manfaat Menyebutkan akibat apabila
Menyebutkan cara
No Nama Klien pentingnya perawatan tidak melakukan perawatan
menjaga kebersihan diri
diri diri
1
2
3
4
5
6
7
8

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama peserta Untuk
tiap Peserta, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan manfaat 
pentingnya perawatan diri, cara menjaga kebersihan diri dan akibat apabila
tidak melakukan perawatan diri beri tanda () jika klien mampu dan tanda
(x) jika klien tidak mampu.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien.
MATERI

A.  Pengertian

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas


perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes:
2000).

B.  Penyebab

 Faktor predisposisi
Perkembangan

Biologis

Kemampuan realitas turun

Sosial

 Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau perseptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
C. Tanda dan Gejala

 Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor/kumal dan


banyak kutu, badan bau, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang
dan kotor, serta tubuh dipenuhi dengan penyakit kulit (jamur, koreng,
borok, dll)
 Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-
acakan, penampilan dekil/kumal, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian
tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak mampu bercukur, pada pasien
perempuan tidak berdandan.
 Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makana tidak pada
tempatnya
 Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan buang air
besar atau buang air kecil tidak pada tempatnya, dan tidak membersihkan
diri dengan baik setelah BAB/BAK
D. Komponen Kebersihan Diri

 Kebersihan mandi
 Kebersihan berdandan atau berhias
 Kebersihan makan atau minum
 Kebersihan toileting bab atau bak

E.  Pentingnya Kebersihan Diri


Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan diri.
Dengan tubuh yang bersih meminimalkan resiko seseorang terhadap
kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit, terutama penyakit yang
berhubungan dengan kebersihan diri yang buruk.

F. Akibat Defisit Perawatan Diri

 Dampak fisik
Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan intregitas kulit (badan
gatal-gatal dan terkena penyakit kulit), rambut dipenuhi kutu atau ketombe,
gangguan membran mukosa mulut (karies gigi, gigi berlubang, sakit gigi dan
bau mulut), infeksi pada mata, gangguan pendengaran akibat penumpukan
kotoran telinga dan dapat menimbulkan infeksi pada telinga, serta gangguan
fisik pada kuku yang dapat menjadi penyebab kuman penyakit (seperti,
penyakit saluran pencernaan, diare/sakit perut).

F. Akibat Defisit Perawatan Diri

 Dampak fisik
Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan intregitas kulit (badan
gatal-gatal dan terkena penyakit kulit), rambut dipenuhi kutu atau ketombe,
gangguan membran mukosa mulut (karies gigi, gigi berlubang, sakit gigi dan
bau mulut), infeksi pada mata, gangguan pendengaran akibat penumpukan
kotoran telinga dan dapat menimbulkan infeksi pada telinga, serta gangguan
fisik pada kuku yang dapat menjadi penyebab kuman penyakit (seperti,
penyakit saluran pencernaan, diare/sakit perut).

 Dampak psikososial
Masalah yang muncul pada personal hygiene adalah gangguan kebutuhan
rasa nyaman, kebutuhan di cintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi dan ganguan interaksi sosial (dijauhi orang).

 Dampak psikososial
Masalah yang muncul pada personal hygiene adalah gangguan kebutuhan
rasa nyaman, kebutuhan di cintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi dan ganguan interaksi sosial (dijauhi orang).

DAFTAR PUSTAKA
Maulana, I., Hernawati, T., & Shalahuddin, I. (2021). Pengaruh terapi aktivitas
kelompok terhadap penurunan tingkat halusinasi pada pasien skizofrenia:
literature review. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Terhadap Penurunan
Tingkat Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia: Literature Review, 9(1),
153–160.
Putri, N., Nainggolan, N., Novia, N., & Saragih, S. (2022). Penerapan Terapi
Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori Pada Pasien Defisit Perawatan Diri.
1–14. https://osf.io/preprints/ngpwj/
Syahni, lela aruma. (2018). Penerapan Latihan Mandi Dan Berhias Terhadap
Peningkatan Kemampuan Perawatan Diri Pada Pasien Skizofrenia Dengan Defisit
Perawatan Diri Di Instalasi Kesehatan Jiwa Terpadu Rsud Banyumas. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, Defisit Perawatan Diri, 8–22.

DepKes (2000). Standar Pedoman Keperawatan Jiwa. Jakarta: DepKes


Billia Monita (2021). Literatur Riview: Defisit Perawatan Diri Pasien
Skizofrenia.
Yogyakarta: TBK
Tarwoto & Wartonah (2000). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Keliat, Budi Anna. Dkk, (2007). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa.
Jakarta: EGC
Keliat, Akemat, (2004). Keperawatan Jiwa Teori Aktivitas Kelompok.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai