Anda di halaman 1dari 6

Soal :

1.

Jawaban :
SEBUTKAN DAN JELASKAN!
1. Periodisasi perkembangan usaha-usaha milik negara dan daerah :
a. Periode Tahun 1945 -1960, BUMN/D dikelompokan dalam kategori :
- Perusahaan negara yang diatur dalam IBW
- Perusahaan negara yang diatur di luar ketentuan IBW dan ICW
 b. Periode Tahun 1960-1974
- Terbit UU No. 19 tahun 1960 tengan Perusahaan Negara sebagai upaya
menyelenggarakan cara pengelolaan dan pengendalian serta bentuk hukum dari
 perusahaan negara dalam sistem ekonomi terpimpin.
- Pertengahan tahun 60-an pemerintah mengeluarkan berbagai produk hukum di
antarannya UU No. 9 tahun 1969 yang mengelompokan BUMN ke dalam PERJAN,
PERUM dan Perusahaan Perseorangan (PERSERO). Pada Dasawarsa 70-an seiring
meningkatnya tuntutan pembangunan di semua sektor kehidupan, mendorong
BUMN/D termasuk PERSESO menjalankan tuga-tugas pembangunan.
c. Peridoe 1974-1982
Terjadi oil boom tahun 1973 dan mendorong pemerintah untuk melakukan ekspansi
 besar-besaran dalam pembangunan inftrastruktur ekonomi dengna mendirikan BUMN.
d. Periode 1982-1990
Terjadi krisis minyak bumi yang mendorong pemerintah mengambil serangkaian

tindakan penyesuaian diantaranya dengan Kebijakam Pengetatan Anggaran Belanja


 Negara. Pemerintah terus berupaya mengoptimalkan peran serta sektor koperasi,
sementara disisi lain peran BUMN semakin dikurangi menuju ke privatisasi.
e. Periode tahun 1990-2003
Pemerintah membuat pedoman pembinaan BUMN yang mengatur secara rinci hal-hal
yang berkaitan dengan mekanisme pembinaan, pengelolaan dan pengawasan BUMN
(PP No. 12 Tahun 1998, PP No. 13 Tahun 1998 dan PP No. 6 Tahun 2000).
Optimalisasi peran dan eksistensi BUMN antara lain dilakukan dengan mengalihkan
kedudukan, tugas dan kewenangan Menteri Keuangan selaku RUPS/ Pemegang Saham

 pada Persero/ Perseroan Terbatas, Wakil Pemerintah pada Perum dan Pembina
Keuangan pada Perjan kepada Menteri Negara BUMN. Di samping itu, Menteri
BUMN menegaskan kembali penerapan prinsip-prinsip good corporate governance
 pada BUMN melalui Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tentang
Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara
(BUMN).
f. Periode Tahun 2003-2008
Pemerintah mengeluarkan berbagai regulasi guna mengoptimalkan peran BUMN
dalam perkembangan ekonomi dunia yang semakin terbuka dan kompetitif,

diantaranya UU No. 19 Tahun 2003, PP No. 41 Tahun 2003 dan Keputusan Menteri
BUMN No. Kep-236/MBU/2003.

2. Bentuk Dan Karakteristik Badan Usaha Milik Negara Dan Daerah


Terkait upaya menciptakan keseragaman cara menguasai, mengelola dan
menyeragaman bentuk hukum Usaha-Usaha Milik Negara, Pemerintah telah menerbitkan
UU No. 9 Tahun 1969 yang mengelompokkan BUMN ke dalam tiga badan hukum yaitu :
- PERJAN
- PERUM

- PERSERO
Karakteristik pokok yang dimiliki ketiga badan hukum tersebut pada dasarnya
dapat dilihat dari sifat usahannya, kedudukan adan tugasnya, modal dan keuangannya,
serta aspek kepegawaiannya. Hal ini mencerminkan tekad pemerintah untuk 
mengembangkan BUMN sesuai dengan fungsinya masing-masing.
UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN dimaksudkan untuk memenuhi visi

 pengembangan BUMN di masa yang akan datang dan meletakan dasar-dasar atau
 prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Dalam
Undang-Undang ini, usaha usaha negara di sederhanakan bentuknya menjadi dua badan
hukum yaitu :
- Perusahaan Umum dan
- Perusahaan Perseroan (Persero)
Modal BUMN seluruh atau sebagian besar dimiliki oleh negara melalui
 penyertaan langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Penyertaan
modal negara dalam rangka pendirian atau penyertaan pada BUMN bersumber dari

APBN, papasitas cadangan, dan sumber lainnya.


Di samping itu kita mengenal pula BUMN yang mempunyai karakteristik khusu
dan tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri, di antarannya
BUMN Perbankan.
Pembentukan BUMD tidak terlepas dari fungsiya sebagai penyelenggara
 pelayanan publik di daerah dan sekaligus sebagai sumber pendapatan daerah yang akan
digunakan bagi pembiayaan pembangunan daerah. UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 177
menyebutkan bahwa, Pemerintah Daerah dapat memiliki BUMD yang pembentukan,
 penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/ atau pembubarannya ditetapkan dengan

Perda yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Untuk menjamin


 penglolaan BUMND dapat terselenggarakan secara efektif, efisien dan produktif maka
melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1990 BUMND digolongkan ke
dalam PERUMDA dan PERSERODA, Selain itu, kita mengenal pula bentuk BUMD
lainnya, di antaranya BPD dan BPR.
BPD maupun BPR merupakan alat kelengkapan daerah dalam bidang keuangan
atau perbankan yang didirikan dengan maksud untuk membantu dan mendorong
 pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan
tarag hidup orang banyak.
BERIKAN ANALISIS:
1. Mengapa terjadi perubahan atas nama/status BUMN? (dapat saudara analisis
melalui analisis SWOT)

Terjadinya perubahan atas nama/ status BUMN ini tidak terlepas dari pengaruh internal

dan eksternal dari BUMN itu sendiri. Dalam perubahan status/ nama BUMN kita, banyak 
sekali disebabkan oleh faktor eksternal seperti ancaman dan kesempatan atas situasi
ekonomi dunia dan tuntutan pada pemerintahan pada saat itu. Hal ini dapat kita lihat pada
 periode :
1. Seperti pada Dasawarsa 70-an tinginya tuntutan pembangunan di semua sektor 
kehidupan sehingganya mendorong BUMN/D termasuk PERSERO menjalankan tugas-
tugas pembangunan. Pada tahun 1973 terdadi Oil bloom dan mendorong
 pemerintah untuk melakukan ekspansi besar-besaran dalam pembangunan
infrastruktur ekonomi dengan mendirikan BUMN.

2. Periode Tahun 1982 – 1990 yaitu terjadinya krisis minyak bumi yang mendorong
 pemerintah mengambil serangkaian tindakan penyesuaian.
3. Periode Tahun 2003 – 2008 yaitu perkembangan perekonomian dunia yang semakin
terbuka dan kompetitif 

Selain faktor eksternal diatas juga perubahan nama/ status BUMN didasari dari faktor 
eksternal dengan melihat kelemahan-kelemahan selama ini yaitu untuk meningkatkan
 peran BUMN, seperti kita lihat pada Periode Tahun 1990-2003 Yaitu :
- Pemerintah membuat pedoman pembinaan BUMN yang mengatur secara rinci hal-

hal yang berkaitan dengan mekanisme pembinaan, pengelolaan dan pengawasan


BUMN
- Optimalisasi peran dan eksistensi BUMN
- Menegaskan kembali penerapan prinsip-prinsip good corporate governance
2. Berikan contoh praktis; mengapa dapat terjadi kegagalan (kinerja rendah) dan
keberhasilan BUMN atau BUMD dalam mendukung pembangunan ekonomi atau
kesejahteraan rakyat (misalnya terkait dengan kinerja PLN, PT KAI, PDAM, dll)

Terjadinya kegagalan BUMN disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal

yang perlu diperhatikan dalam rangka pengembangan BUMN diantaranya:


a. Sinergitas kebijakan berbagai lembaga dan kesatuan pandangan para pemangku
kepentingan (stakeholder)
 b. BUMN agar lebih kompetitif 
c. Meningkatkan pengawasan
d. Meningkatkan kualitsa SDM
e. Optimalisasi Sinergi BUMN
f. Penyempurnaan perangkat hukum dalam pembinaan dan pengelolaan BUMN

Adapun Beberapa faktor terjadinya kegagalan BUMD dalam mendukung


 pembangunan adalah sebagai berikut:
a. Efisiensi
Kebanyakan BUMD di Indonesia peroperasi dibawah konsisi yang sangat tidak 
efisien. Terjadinya pemborosan dan disana-sini karena para pengelolanya tidak 
memiliki keahlian yang cukup. Terkadang keputusan-keputusan manajerial berkaitan
dengan invertasi baru, penentuan tarif atau keputusan lain diambil secara tidak 
 profesional. Pekatnya nuansa KKN menandakan ketidak profesionalan para pengelola
BUMND tersebut. Di samping itu inefisiensi BUMD juga bersumber dari

 pemanfaatan teknologi yang sudah tidak layak pakai, dengan kondisi ini jelas beban
 pemeliharaan mesin tidak sebanding dengan out put yang diperoleh dari mesin tua
tersebut.
b. Masalah Intervensi dan Birokrasi
Bila saat ini banyak BUMD yang kalah bersaing dengan sektor swasta dan akhirnya
tumbang di tengah jalan, salah satu penyebabnya adalah besarnya campur tangan dan
lambannya pemerintah daerah dalam pengantisipasi perubahan situasi dan konsisi
 bisnis. Selama ini semua keputusan bisnis baik yang bersifat strategis maupun
keputusan-keputusan konvensional lainnya harus selalu ijin kepada pemerintah.

Repotnya, respon pemerintah seringkali bahkan dapat dikatakan selalu lambat.


Maklum sekali lagi perusahaan dengan birokras. Pemerintah akan selalu
“mempertimbangkan”, “menampung” lalu “membahas” usulan para direksi
 perusahaan daerah. Keputusannya akan diberitahukan kemudian, bisa dalam hitungan
 bulanan atau bahkan tahunan. Bisa dibayangkan, jika suatu BUMD mengajukan
 proposal investasi mesin baru saat ini dan keputusan “ya” atau “tidak” baru datang
setahun kemudian.

c. Masalah pengendalian dan pengawasan.


Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk mengawasi perkembangan BUMD-
BUMD di wilayahnya. Pemda biasanya membentuk badan pengawas, yang bertindak 
seperti dewan komisaris pada perusahaan swasta. Anggotannya terdiri dari para
 pejabat di lingkungan pemda, yang terkkadang tidak mempunyai latar belakang bisnis
sama sekali. Biasanya badan pengawas ini tidak melakukan kegiatan sesuai
tupoksinya. Tapi sayang fungsinya sebagi pengawas kurang dijalankan karna sibuk 
dengan tugas pokok dalam jabatan formalnya, sehingga perusahaan daerah seakan-
akan di antak tirikan.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai