NIM : 042121312
Jawaban :
SEBUTKAN DAN JELASKAN!
1. Periodisasi perkembangan usaha-usaha milik negara dan daerah :
a. Periode Tahun 1945 -1960, BUMN/D dikelompokkan dalam kategori :
Perusahaan negara yang diatur dalam IBW
Perusahaan negara yang diatur di luar ketentuan IBW dan ICW
b. Periode Tahun 1960-1974
Terbit UU No. 19 tahun 1960 dengan Perusahaan Negara sebagai upaya
menyelenggarakan cara pengelolaan dan pengendalian serta bentuk hukum
dari perusahaan negara dalam sistem ekonomi terpimpin.
Pertengahan tahun 60-an pemerintah mengeluarkan berbagai produk hukum di
antarannya UU No. 9 tahun 1969 yang mengelompokkan BUMN ke dalam PERJAN,
PERUM dan Perusahaan Perseorangan (PERSERO). Pada Dasawarsa 70-an seiring
meningkatnya tuntutan pembangunan di semua sektor kehidupan, mendorong
BUMN/D termasuk PERSESO menjalankan tuga-tugas pembangunan.
c. Periode 1974-1982
Terjadi oil boom tahun 1973 dan mendorong pemerintah untuk melakukan
ekspansi besar-besaran dalam pembangunan infrastruktur ekonomi dengan mendirikan
BUMN.
d. Periode 1982-1990
Terjadi krisis minyak bumi yang mendorong pemerintah mengambil
serangkaikan
tindakan penyesuaian diantaranya dengan Kebijakan Pengetatan Anggaran Belanja
Negara. Pemerintah terus berupaya mengoptimalkan peran serta sektor koperasi, sementara
disisi lain peran BUMN semakin dikurangi menuju ke privatisasi.
e. Periode tahun 1990-2003
Pemerintah membuat pedoman pembinaan BUMN yang mengatur secara rinci hal-hal
yang berkaitan dengan mekanisme pembinaan, pengelolaan dan pengawasan BUMN (PP No.
12 Tahun 1998, PP No. 13 Tahun 1998 dan PP No. 6 Tahun 2000). Optimalisasi peran dan
eksistensi BUMN antara lain dilakukan dengan mengalihkan kedudukan, tugas dan
kewenangan Menteri Keuangan selaku RUPS/ Pemegang Saham pada Persero/ Perseroan
Terbatas, Wakil Pemerintah pada Perum dan Pembina Keuangan pada Perjan kepada
Menteri Negara BUMN. Di samping itu, Menteri BUMN menegaskan kembali
penerapan prinsip-prinsip good corporate governance pada BUMN melalui Keputusan
Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate
Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
f. Periode Tahun 2003-2008
Pemerintah mengeluarkan berbagai regulasi guna mengoptimalkan peran BUMN
dalam perkembangan ekonomi dunia yang semakin terbuka dan kompetitif, diantaranya UU
No. 19 Tahun 2003, PP No. 41 Tahun 2003 dan Keputusan Menteri BUMN No.
Kep-236/MBU/2003.
BERIKAN ANALISIS:
1. Mengapa terjadi perubahan atas nama/status BUMN? (dapat saudara analisis melalui
analisis SWOT)
Terjadinya perubahan atas nama/ status BUMN ini tidak terlepas dari pengaruh
internal dan eksternal dari BUMN itu sendiri. Dalam perubahan status/ nama BUMN kita,
banyak sekali disebabkan oleh faktor eksternal seperti ancaman dan kesempatan atas situasi
ekonomi dunia dan tuntutan pada pemerintahan pada saat itu. Hal ini dapat kita lihat pada
periode :
Periode Tahun 1982 – 1990 yaitu terjadinya krisis minyak bumi yang mendorong
pemerintah mengambil serangkaikan tindakan penyesuaian.
Periode Tahun 2003 – 2008 yaitu perkembangan perekonomian dunia yang semakin
terbuka dan kompetitif
Selain faktor eksternal diatas juga perubahan nama/ status BUMN didasari dari faktor
eksternal dengan melihat kelemahan-kelemahan selama ini yaitu untuk meningkatkan
peran BUMN, seperti kita lihat pada Periode Tahun 1990-2003 Yaitu :
Pemerintah membuat pedoman pembinaan BUMN yang mengatur secara rinci hal-hal
yang berkaitan dengan mekanisme pembinaan, pengelolaan dan pengawasan BUMN
Optimalisasi peran dan eksistensi BUMN
Menegaskan kembali penerapan prinsip-prinsip good corporate governance
2. Berikan contoh praktis; mengapa dapat terjadi kegagalan (kinerja rendah) dan
keberhasilan BUMN atau BUMD dalam mendukung pembangunan ekonomi atau
kesejahteraan rakyat (misalnya terkait dengan kinerja PLN, PT KAI, PDAM, dll)
Terjadinya kegagalan BUMN disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal
yang perlu diperhatikan dalam rangka pengembangan BUMN diantaranya:
a. Sinergitas kebijakan berbagai lembaga dan kesatuan pandangan para pemangku
kepentingan (stakeholder)
b. BUMN agar lebih kompetitif
c. Meningkatkan pengawasan
d. Meningkatkan kualitas SDM
e. Optimalisasi Sinergi BUMN
f. Penyempurnaan perangkat hukum dalam pembinaan dan pengelolaan BUMN
Adapun Beberapa faktor terjadinya kegagalan BUMD dalam mendukung
pembangunan adalah sebagai berikut:
a. Efisiensi
Kebanyakan BUMD di Indonesia beroperasi di bawah kondisi yang sangat tidak
efisien. Terjadinya pemborosan dan disana-sini karena para pengelolanya tidak memiliki
keahlian yang cukup. Terkadang keputusan-keputusan manajerial berkaitan dengan investasi
baru, penentuan tarif atau keputusan lain diambil secara tidak profesional. Pekatnya nuansa
KKN menandakan ketidakprofesionalan para pengelola BUMND tersebut. Di samping
itu inefisiensi BUMD juga bersumber dari pemanfaatan teknologi yang sudah tidak
layak pakai, dengan kondisi ini jelas beban pemeliharaan mesin tidak sebanding dengan out
put yang diperoleh dari mesin tua tersebut.
b. Masalah Intervensi dan Birokrasi
Bila saat ini banyak BUMD yang kalah bersaing dengan sektor swasta dan akhirnya
tumbang di tengah jalan, salah satu penyebabnya adalah besarnya campur tangan dan
lambannya pemerintah daerah dalam mengantisipasi perubahan situasi dan kondisi bisnis.
Selama ini semua keputusan bisnis baik yang bersifat strategis maupun keputusan-keputusan
konvensional lainnya harus selalu ijin kepada pemerintah. Repotnya, respon pemerintah
sering kali bahkan dapat dikatakan selalu lambat. Maklum sekali lagi perusahaan
dengan birokrasi. Pemerintah akan selalu “mempertimbangkan”, “menampung” lalu
“membahas” usulan para direksi perusahaan daerah. Keputusannya akan diberitahukan
kemudian, bisa dalam hitungan bulanan atau bahkan tahunan. Bisa dibayangkan, jika
suatu BUMD mengajukan proposal investasi mesin baru saat ini dan keputusan “ya” atau
“tidak” baru datang setahun kemudian.
c. Masalah pengendalian dan pengawasan.
Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk mengawasi perkembangan BUMD-
BUMD di wilayahnya. Pemda biasanya membentuk badan pengawas, yang bertindak seperti
dewan komisaris pada perusahaan swasta. Anggotanya terdiri dari para pejabat di lingkungan
pemda, yang terkadang tidak mempunyai latar belakang bisnis sama sekali. Biasanya badan
pengawas ini tidak melakukan kegiatan sesuai tupoksinya. Tapi sayang fungsinya sebagai
pengawas kurang dijalankan karna sibuk dengan tugas pokok dalam jabatan formalnya,
sehingga perusahaan daerah seakan- akan di anak tirikan.