Anda di halaman 1dari 14

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan


Jilid: 10 No: 1 Tahun 2022 Hal (11-24)
ISSN: 2338-4328 (Cetak), ISSN: 2686-2646 (Online)

Tersedia daring di:https://sultanist.ac.id/index.php/sultanist

ANALISIS KETIMPANGAN PENGHASILAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP


KEMISKINAN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

Muhammad Rozali1)*, Masnilam Hasibuan2),Lora Ekana Nainggolan3) 1


Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Borobudur, Jakarta, Indonesia
2Fakultas Ekonomi Universitas Graha Nusantara, Padangsidimpuan, Indonesia
3Program Studi Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung, Pematangsiantar, Indonesia

* Email: m.rozali@borobudur.ac.id1*; masnilam75@gmail.com2


loraekananainggolan@stiessultanagung.ac.id3

Abstrak
Perekonomian nasional Indonesia yang mengalami pertumbuhan ketimpangan pendapatan (Gini ratio) yang stagnan
dan jumlah penduduk miskin yang terus meningkat, pertumbuhan indikator PDB nasional telah meningkat selama beberapa
tahun. Pertumbuhan ekonomi daerah di Sumatera Selatan juga meningkat berdasarkan indikator PDRB, namun ketimpangan
distribusi pendapatan sedikit meningkat dan tingkat inflasi Sumatera Selatan sangat berfluktuasi pada tahun 2007-2017.
Selanjutnya, nilai tukar petani, nilai ekspor, indeks pembangunan manusia, dan pergerakan suku bunga di Sumatera Selatan
pada tahun 2017 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007, meskipun secara keseluruhan infrastruktur pembangunan
cenderung terus meningkat setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketimpangan pendapatan dan
mewujudkannya terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan. Faktor yang mempengaruhi ketimpangan pendapatan
terbatas pada nilai tukar petani, ekspor, dan infrastruktur. Populasi penelitian adalah seluruh data sekunder yang terkait
dengan objek penelitian di Provinsi Sumatera Selatan periode 2007 - 2017. Berdasarkan analisis Regresi Linier Berganda dengan
metode OLS (Ordinary Least Square), diperoleh hasil bahwa secara simultan nilai tukar rupiah petani, ekspor, dan infrastruktur
berpengaruh terhadap ketimpangan pendapatan. Kemudian secara parsial nilai tukar petani, ekspor, dan infrastruktur
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pendapatan. Penelitian ini juga menemukan bahwa ketimpangan berpengaruh
signifikan terhadap kemiskinan. Kebaruan pada penelitian terletak pada objek penelitian, dimana terdapat perbedaan
fenomena pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan antara Nasional dan Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini dapat
menjadikan bahan pengembangan ilmu ekonomi dan bahan acuan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan ketimpangan
distribusi pendapatan.

Kata Kunci:Nilai Tukar Petani, Ekspor, Infrastruktur, Ketimpangan Pendapatan, Kemiskinan

Abstrak
Perekonomian nasional Indonesia mengalami pertumbuhan ketimpangan pendapatan (rasio gini) yang stagnan dan jumlah penduduk miskin terus meningkat, meskipun indikator pertumbuhan PDB nasional telah membaik selama beberapa tahun.

Pertumbuhan ekonomi daerah di Sumatera Selatan juga meningkat berdasarkan indikator PDRB, namun ketimpangan distribusi pendapatan sedikit meningkat dan tingkat inflasi di Sumatera Selatan sangat berfluktuasi pada tahun 2007-2017. Selanjutnya, nilai tukar

petani, nilai ekspor, indeks pembangunan manusia, dan pergerakan suku bunga di Sumsel pada tahun 2017 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007, meskipun secara keseluruhan pembangunan infrastruktur terus meningkat setiap tahunnya. Studi ini

menganalisis ketimpangan pendapatan dan implikasinya terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan. Faktor yang mempengaruhi ketimpangan pendapatan terbatas pada nilai tukar petani, ekspor, dan infrastruktur. Populasi penelitian adalah seluruh data sekunder

yang berkaitan dengan obyek penelitian di Provinsi Sumatera Selatan periode 2007 – 2017. Berdasarkan analisis Regresi Linier Berganda dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) diperoleh hasil bahwa nilai tukar petani rupiah, ekspor, dan infrastruktur

secara simultan mempengaruhi ketimpangan pendapatan. Kemudian secara parsial nilai tukar petani, ekspor, dan infrastruktur berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pendapatan. Kebaruan penelitian terletak pada objek penelitian, dimana terdapat perbedaan

fenomena pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan antara Nasional dan Provinsi Sumatera Selatan. Populasi penelitian adalah seluruh data sekunder yang berkaitan dengan obyek penelitian di Provinsi Sumatera Selatan periode 2007 – 2017. Berdasarkan analisis

Regresi Linier Berganda dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) diperoleh hasil bahwa nilai tukar petani rupiah, ekspor, dan infrastruktur secara simultan mempengaruhi ketimpangan pendapatan. Kemudian secara parsial nilai tukar petani, ekspor,

dan infrastruktur berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pendapatan. Kebaruan penelitian terletak pada objek penelitian, dimana terdapat perbedaan fenomena pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan antara Nasional dan Provinsi Sumatera Selatan.

Populasi penelitian adalah seluruh data sekunder yang berkaitan dengan obyek penelitian di Provinsi Sumatera Selatan periode 2007 – 2017. Berdasarkan analisis Regresi Linier Berganda dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) diperoleh hasil bahwa

nilai tukar petani rupiah, ekspor, dan infrastruktur secara simultan mempengaruhi ketimpangan pendapatan. Kemudian secara parsial nilai tukar petani, ekspor, dan infrastruktur berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pendapatan. Kebaruan penelitian terletak

pada objek penelitian, dimana terdapat perbedaan fenomena pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan antara Nasional dan Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan analisis Regresi Linier Berganda dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square),

diperoleh hasil bahwa nilai tukar rupiah petani, ekspor, dan infrastruktur secara simultan berpengaruh terhadap ketimpangan pendapatan. Kemudian secara parsial nilai tukar petani, ekspor, dan infrastruktur berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pendapatan.

Kebaruan penelitian terletak pada objek penelitian, dimana terdapat perbedaan fenomena pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan antara Nasional dan Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan analisis Regresi Linier Berganda dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square), d

Kata kunci:Nilai Tukar Petani, Ekspor, Infrastruktur, Pendapatan, Ketimpangan, Kemiskinan

Sejarah Artikel: Diterima 24 Maret 2022 Revisi: 18 April 2022 Diterima: 02 Juni 2022

11
SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan, Vol 10 (1), Juni 2022

kesenjangan distribusi juga akan mempengaruhi


PERKENALAN
kinerja ekonomi ke depan (Stiglitz 2016). Oleh
Pembangunan ekonomi bertujuan
karena itu, melebarnya kesenjangan distribusi
untuk mencapai kemakmuran rakyat melalui
pendapatan menjadi salah satu perhatian
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
pemerintah. Dalam pembangunan jangka
pemerataan pendapatan. Kemakmuran dan
menengah, salah satu target pemerintah adalah
pertumbuhan ekonomi dapat diciptakan melalui
menurunkan indeks gini pada tahun 2019. Untuk
operasi pasar yang efisien. Mekanisme pasar
mengatasi ketimpangan yang semakin meningkat
akan berjalan dengan efisien jika ada peraturan
di Indonesia, sumber ketimpangan pendapatan
dan hukum pasar yang dilaksanakan dengan
harus diwaspadai. Setelah sumber ketimpangan
baik. Atas dasar itu, Pemerintah melalui
teridentifikasi, kebijakan terbaik dapat dirumuskan
kebijakan ekonomi makro, investasi,
untuk menutup kesenjangan distribusi pendapatan
perdagangan, pelaksanaan peraturan
(Wicaksono, Amir, dan Nugroho, 2017).
perundang-undangan memiliki peran penting
dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi
Salah satu indikator utama dalam
berfungsinya pasar secara optimal. Demikian
mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi
pula sebagai salah satu unsur kebijakan
suatu negara adalah tingkat pertumbuhan
ekonomi makro, bank sentral yang menentukan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan
kebijakan moneter memiliki peran penting
salah satu indikator untuk melihat kinerja
dalam menciptakan kondisi agar mekanisme
perekonomian, baik di tingkat nasional maupun
pasar yang efisien dapat berjalan.
daerah (Suripto dan Subayil, 2020).
Wicaksono, Amir dan Nugroho (2017)
Perekonomian dikatakan tumbuh jika produksi
menjelaskan bahwa Indonesia telah pulih dengan
barang dan jasa meningkat dari tahun
cepat dari krisis yang ditandai dengan
sebelumnya dan menghasilkan tambahan
pertumbuhan PDB per kapita yang lebih tinggi
pendapatan atau kesejahteraan masyarakat
setelah tahun 2000. Tingkat kemiskinan yang
dalam jangka waktu tertentu. Kemampuan
terkena dampak negatif krisis membaik. Di sisi lain,
suatu daerah dalam mengelola sumber daya
pertumbuhan yang lebih tinggi tampaknya
alamnya dapat dilihat dari besarnya PDRB
berdampak negatif terhadap distribusi pendapatan
(Astuti dan Lestari, 2018). Di beberapa negara
yang ditunjukkan oleh indeks Gini yang meningkat
berkembang, termasuk Indonesia,
tajam selama satu dekade terakhir. Kesenjangan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi
pendapatan antara mereka yang berada di desil
sasaran utama pembangunan.
bawah dan mereka yang berada di atas melebar
Hakim (2010) berpendapat bahwa ukuran
seperti yang ditunjukkan oleh indeks Gini, yang
keberhasilan pembangunan ekonomi menurut
mencapai 0,41 pada tahun 2014. Peningkatan Gini
Malthus adalah kesejahteraan negara. Istilah
sebesar 10 poin persentase selama sepuluh tahun
pembangunan ekonomi biasanya dikaitkan dengan
dianggap tinggi di antara negara-negara
pembangunan ekonomi di negara-negara
berkembang.
berkembang. Beberapa ahli ekonomi mengartikan
Pada titik tertentu, ketimpangan
istilah ini sebagai “pembangunan ekonomi adalah
diperlukan untuk memberikan semacam insentif
pertumbuhan plus perubahan” atau economic
bagi perekonomian untuk terus tumbuh lebih
development adalah pertumbuhan ekonomi yang
cepat. Namun, penghasilan tetap
diikuti dengan perubahan struktur dan

12
Hak Cipta © 2022, SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung
SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan, Vol 10 (1), Juni 2022

gaya kegiatan ekonomi (Almizan dalam Mempersempit kesenjangan antara distribusi


Juliana et al., 2018). Suatu negara akan pendapatan di atas dan di bawah merupakan salah
dikatakan makmur jika potensi GDP-nya satu perhatian utama pemerintah. Untuk mencapai
meningkat. Laju pertumbuhan ekonomi tujuan tersebut, sumber ketimpangan pendapatan
diukur dengan persentase kenaikan PDB harus menjadi diidentifikasi dengan tepat
dari tahun ke tahun. Sering juga diukur (Wicaksono, Amir dan Nugroho, 2017).
dalam bentuk rata-rata per periode Beberapa penelitian mengungkapkan
tertentu, misalnya per lima tahun, sepuluh faktor-faktor yang mempengaruhi ketimpangan
tahun, atau 20 tahun sesuai kebutuhan pendapatan dari berbagai perspektif, seperti
analisis. Sebagai contoh, liberalisasi pertanian (Talukder, 2016), tingkat
Untuk mendapatkan gambaran yang kesehatan (Gao dan Yao, 2016), migrasi tenaga
lebih akurat tentang distribusi kesejahteraan kerja dari pedesaan (Barham dan Boucher,
ekonomi, perlu diketahui distribusi pendapatan. 2019), karakteristik sosial masyarakat ekonomi
Salah satu cara yang umum digunakan untuk rumah tangga (Militarua dan Stanila, 2016), aset
melihat distribusi pendapatan adalah dengan penghidupan (Sok, 2017), kebijakan publik
menggunakan Kurva Lorenz. Semakin besar (Shrestha dan Shrestha, 2017; Severini dan
kurva kurva, semakin tinggi tingkat Tantasari, 2018) dan sumber pendapatan
ketimpangan. Selanjutnya, besar kecilnya dengan penekanan pada pendapatan
ketimpangan distribusi pendapatan dapat nonpertanian dan pertanian pada khususnya
diukur dengan “Gini Concentration Ratio” (Rasio ( Davis, et al., 2020; Jiao dan Smith, 2016; dan
Konsentrasi Gini) atau lebih sederhana disebut Adams, 2020), bahkan pada pendapatan
Koefisien Gini. Data yang dirilis Badan Pusat berbasis kehutanan (Ali dan Rahut, 2018),
Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan pendapatan lingkungan (Walelign, et al., 2016)
ekonomi menunjukkan kinerja yang positif, dan transfer (Berman, 2018).
namun ketimpangan distribusi pendapatan Penggunaan analisis dekomposisi indeks gini
semakin melebar. Pertumbuhan ekonomi dapat untuk mengkaji dampak sumber pendapatan terhadap
dilihat dari pergerakan pendapatan domestik ketimpangan pendapatan menjadi titik sentral penelitian,
bruto (PDB), sedangkan ketimpangan khususnya sumber pendapatan. Namun, hasil yang tidak
pendapatan dengan melihat indeks gini. konsisten telah ditemukan. Beberapa studi telah
Data yang dikutip dari BPS Sumsel menjelaskan menemukan bahwa pendapatan non-pertanian
bahwa telah terjadi fluktuasi ketimpangan meningkatkan ketimpangan pendapatan (Talukder, 2016,
pendapatan di Provinsi Sumsel berdasarkan indeks Davis, et al., 2020; Jiao dan Smith, 2016; dan Adams,
gini, dimana tahun 2014 merupakan tahun dengan 2020), sementara yang lain menyatakan bahwa yang
indeks gini terbesar sebesar 39,03% dan tahun terjadi adalah sebaliknya (Janvry et al. al, 2016). Penelitian
2016 merupakan tahun dengan indeks gini terkecil Xu, Qiu, Yang dan Chen (2018) menunjukkan bahwa
dari 34. 20%. Diketahui pula bahwa angka pendapatan dari operasional rumah tangga berperan
kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan terus dominan dalam ketimpangan pendapatan. Sementara
menurun dari 13,95% pada tahun 2013 menjadi itu, Rani dan Furrer (2018) menunjukkan bahwa
13,02% pada tahun 2017. pekerjaan dan status pendidikan merupakan faktor
Meningkatnya ketimpangan merupakan penting yang berkontribusi terhadap ketimpangan di
salah satu masalah penting bagi negara sebagian besar negara, meskipun usia, jenis kelamin, dan
berkembang, tidak terkecuali Indonesia.

13
Hak Cipta © 2022, SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung
SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan, Vol 10 (1), Juni 2022

kelompok industri juga berkontribusi terhadap peningkatan ekspor yang terjadi dapat memicu peningkatan PDB (produk domestik bruto)

ketimpangan pendapatan. Hasil penelitian yang yang juga berarti peningkatan PDB (produk domestik bruto) per kapita. Kemudian Makmuri

berbeda menunjukkan adanya research gap pada (2017) menemukan bahwa infrastruktur terutama jalan dan telekomunikasi cenderung

penelitian ini. Untuk itu peneliti melakukan analisis meningkatkan ketimpangan pendapatan, sedangkan listrik, bandara, dan kualitas bandara

ketimpangan pendapatan dan implikasinya berdampak positif terhadap distribusi pendapatan dan membantu mengurangi

terhadap kemiskinan melalui nilai tukar petani, ketimpangan pendapatan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dibuat hipotesis

ekspor dan infrastruktur. sebagai berikut: Bhatt (2013) lebih lanjut mengungkapkan bahwa peningkatan ekspor yang

terjadi dapat memicu peningkatan PDB (produk domestik bruto) yang juga berarti

LANDASAN TEORI peningkatan PDB (produk domestik bruto) per kapita. Kemudian Makmuri (2017)

Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan distribusi menemukan bahwa infrastruktur terutama jalan dan telekomunikasi cenderung

pendapatan antara kelompok berpenghasilan tinggi dan meningkatkan ketimpangan pendapatan, sedangkan listrik, bandara, dan kualitas bandara

berpenghasilan rendah serta tingkat kemiskinan, atau jumlah berdampak positif pada distribusi pendapatan dan membantu mengurangi ketimpangan

penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, merupakan dua pendapatan. Berdasarkan uraian tersebut dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: Kemudian

masalah utama di banyak negara berkembang. Ketimpangan tidak Makmuri (2017) menemukan bahwa infrastruktur terutama jalan dan telekomunikasi

dapat dihilangkan, tetapi hanya dapat dikurangi sampai tingkat yang cenderung meningkatkan ketimpangan pendapatan, sedangkan listrik, bandara, dan

diterima oleh suatu sistem sosial tertentu sehingga keseragaman kualitas bandara berdampak positif terhadap distribusi pendapatan dan membantu

dalam sistem tersebut tetap terjaga selama proses pembangunan mengurangi ketimpangan pendapatan. Berdasarkan uraian tersebut dapat dibuat hipotesis

(Putri et al., 2015). Pertumbuhan ekonomi yang cepat belum tentu sebagai berikut: Kemudian Makmuri (2017) menemukan bahwa infrastruktur terutama jalan

berdampak positif terhadap ketimpangan. Pertumbuhan ekonomi dan telekomunikasi cenderung meningkatkan ketimpangan pendapatan, sedangkan listrik,

yang cepat akan memperparah ketimpangan, karena pertumbuhan bandara, dan kualitas bandara berdampak positif terhadap distribusi pendapatan dan

ekonomi tidak selalu diikuti dengan pemerataan (Putra & Lisna, 2020). membantu mengurangi ketimpangan pendapatan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat

Menurut Atif et al. (2012) dalam penelitiannya, di negara berkembang dibuat hipotesis sebagai berikut: Berdasarkan uraian tersebut dapat dibuat hipotesis

dari tahun 1990 hingga 2010 menunjukkan bahwa kebijakan sebagai berikut: Kemudian Makmuri (2017) menemukan bahwa infrastruktur terutama jalan

globalisasi berdampak pada meningkatnya ketimpangan pendapatan. dan telekomunikasi cenderung meningkatkan ketimpangan pendapatan, sedangkan listrik,

Bhatt (2013) lebih lanjut mengungkapkan bahwa peningkatan ekspor bandara, dan kualitas bandara berdampak positif terhadap distribusi pendapatan dan

yang terjadi dapat memicu peningkatan PDB (produk domestik bruto) membantu mengurangi ketimpangan pendapatan. Berdasarkan uraian tersebut dapat

yang juga berarti peningkatan PDB (produk domestik bruto) per dibuat hipotesis sebagai berikut: Kemudian Makmuri (2017) menemukan bahwa

kapita. Kemudian Makmuri (2017) menemukan bahwa infrastruktur infrastruktur terutama jalan dan telekomunikasi cenderung meningkatkan ketimpangan

terutama jalan dan telekomunikasi cenderung meningkatkan pendapatan, sedangkan listrik, bandara, dan kualitas bandara berdampak positif terhadap

ketimpangan pendapatan, sedangkan listrik, bandara, dan kualitas distribusi pendapatan dan membantu mengurangi ketimpangan pendapatan. Berdasarkan

bandara berdampak positif terhadap distribusi pendapatan dan uraian tersebut, dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: Berdasarkan uraian tersebut dapat

membantu mengurangi ketimpangan pendapatan. Berdasarkan dibuat hipotesis sebagai berikut: Kemudian Makmuri (2017) menemukan bahwa

uraian tersebut, dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: Bhatt (2013) infrastruktur terutama jalan dan telekomunikasi cenderung meningkatkan ketimpangan

lebih lanjut mengungkapkan bahwa dan kualitas bandara berdampak pendapatan, sedangkan listrik, bandara, dan kualitas bandara berdampak positif terhadap

positif pada distribusi pendapatan dan membantu mengurangi distribusi pendapatan dan membantu mengurangi ketimpangan pendapatan. Berdasarkan

ketimpangan pendapatan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dibuat uraian tersebut dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: Kemudian Makmuri (2017)

hipotesis sebagai berikut: Bhatt (2013) lebih lanjut mengungkapkan menemukan bahwa infrastruktur terutama jalan dan telekomunikasi cenderung

bahwa dan kualitas bandara berdampak positif pada distribusi meningkatkan ketimpangan pendapatan, sedangkan listrik, bandara, dan kualitas bandara

pendapatan dan membantu mengurangi ketimpangan pendapatan. berdampak positif terhadap distribusi pendapatan dan membantu mengurangi ketimpangan pendapatan. Berdasar

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:


H1: Nilai tukar petani, ekspor, dan infrastruktur
Bhatt (2013) lebih lanjut mengungkapkan bahwa
secara simultan mempengaruhi
ketimpangan pendapatan
14
Hak Cipta © 2022, SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung
SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan, Vol 10 (1), Juni 2022

NTP mengukur kemampuan Infrastruktur secara umum meliputi


menukarkan hasil pertanian yang dihasilkan fasilitas umum yang disiapkan oleh pemerintah
petani dengan barang atau jasa yang pusat dan daerah sebagai pelayan masyarakat
dikonsumsi rumah tangga petani dan barang untuk menunjang dan mendorong kegiatan
atau jasa yang dibutuhkan untuk menghasilkan ekonomi dan sosial masyarakat. Infrastruktur
produk pertanian (Ruauw, 2010). Rendahnya adalah infrastruktur publik utama dalam
nilai tukar petani membuat mereka sulit mendukung kegiatan ekonomi suatu negara
memenuhi kebutuhan pokok lainnya. Secara atau wilayah. Ketentuan keberadaan
khusus kesejahteraan petani pangan perlu infrastruktur sangat mempengaruhi efisiensi
menjadi perhatian, karena terkait dengan masa dan efektivitas kegiatan ekonomi yang dilakukan
depan usaha tani padi atau pangan lainnya dan merupakan prasyarat untuk menentukan
dalam produksi berkelanjutan sebagai pangan siklus ekonomi yang berjalan dengan baik. Iqbal
pokok masyarakat Indonesia. Dengan demikian, dkk. (2017) mengungkapkan jika pembangunan
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu infrastruktur di daerah yang jauh dari
indikator yang dapat digunakan untuk pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan baik,
menentukan arah kebijakan pertanian. Dari maka daerah tersebut akan menjadi pusat
pengaruh NTP terhadap pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi baru. Dari sini dapat
hipotesis berikut dapat diajukan: diketahui tentang pengaruh infrastruktur
terhadap pertumbuhan ekonomi,
H2: Nilai tukar petani secara parsial
mempengaruhi ketimpangan pendapatan H4: Infrastruktur sebagian memengaruhi ketimpangan

Ekspor adalah kegiatan ekonomi pendapatan

menjual produk dalam negeri ke pasar luar


Ketimpangan pendapatan adalah perbedaan
negeri (Murni, 2009). Keuntungan ekspor
jumlah pendapatan yang diterima oleh masyarakat
adalah dapat memperluas pasar, menambah
sehingga menghasilkan pendapatan yang lebih besar
devisa negara, dan memperluas kesempatan
perbedaan di antara grup. Itu
kerja (Sukirno, 2010). Hubungan antara
hubungan antara ketimpangan dan kemiskinan bersifat
ekspor dan pertumbuhan dijelaskan dalam
pragmatis yaitu ketimpangan menyebabkan kemiskinan
basis ekspor dan teori sumber daya. Teori
semakin parah atau ketimpangan merupakan salah satu
tersebut mengungkapkan bahwa sektor
bentuk kemiskinan (Sugiyarto et al., 2015). Penyebab
ekspor dapat mendorong pembangunan
utama kemiskinan dalam suatu rumah tangga adalah
ekonomi (Priyono & Wirathi, 2016). Salah satu
pendapatan yang rendah (Hidir & Jonyanis, 2017). Nilai
kontribusi langsung dari sektor ekspor adalah
ketimpangan pendapatan yang tinggi menunjukkan
dengan meningkatkan jumlah ekspor, suatu
distribusi pendapatan yang tidak merata atau dapat
negara dapat meningkatkan jumlah impor,
diartikan bahwa pendapatan orang kaya tumbuh jauh
termasuk impor barang modal yang berperan
lebih cepat daripada orang miskin (Kindleberger, 1988).
penting dalam pembangunan ekonomi.
Berdasarkan teori tersebut, hipotesis selanjutnya yang
Dengan demikian, mengacu pada teori, dapat
diajukan adalah sebagai berikut:
dibuat hipotesis sebagai berikut:
H5: Ketimpangan pendapatan sebagian mempengaruhi
kemiskinan
H3: Ekspor sebagian memengaruhi penghasilan

ketidaksamaan
METODE
15
Hak Cipta © 2022, SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung
SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan, Vol 10 (1), Juni 2022

Populasi dalam penelitian ini adalah Berdasarkan instrumen penelitian,


seluruh data sekunder yang berkaitan dengan nilai dapat diketahui rumusan model analisis
tukar petani, kegiatan ekspor (ekspor bersih), sebagai berikut:
infrastruktur (belanja investasi), ketimpangan 1. Substruktur-1
pendapatan (Indeks Gini) dan kemiskinan di Secara umum hubungan fungsional antara
Provinsi Sumatera Selatan periode 2007 – 2017. variabel X dan Y adalah sebagai berikut:
Pengumpulan data adalah dilakukan dari sumber- Y = f(X1,X2,X3,ɛ)...................................... .................
sumber data dan informasi yang otentik yaitu dari
Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, Secara spesifik dapat dijelaskan dengan
Kementerian Keuangan, Bappenas, kajian Model Teori Cobb Douglas sebagai berikut:
ekonomi, keuangan dan perbankan, serta jurnal Y = a . . . +XB11XB22XB3 3 ...............................................
ilmiah dan sumber lainnya. Kemudian untuk objek
penelitian ini adalah perekonomian provinsi Secara konkrit dapat dianalisis dengan menggunakan
Sumatera Selatan secara makro dan mikro. rumus di bawah ini:
Penelitian ini menggunakan ketimpangan lnY = lnα + 1lnX1 + 2lnX2 + β3lnX3 +....................... Dimana Y
pendapatan sebagai variabel dependen. Satuan adalah ketimpangan pendapatan, adalah a
pengukuran variabel ini menggunakan indeks gini konstan. Maka 1,β2,β3 adalah koefisien
dalam persen, regresi, X1 adalah nilai tukar petani, X2
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekspor neto, X3 adalah
adalah nilai tukar petani, ekspor, dan infrastruktur (belanja investasi), dan
infrastruktur. Satuan ukuran variabel nilai adalah kesalahan (residual).
tukar petani menggunakan persentase
2. Substruktur-2
sebagai satuan ukurannya, yang datanya
Z = f(Y,ɛ) ............................................... ............................ Z = + 1Y
juga bersumber dari Badan Pusat Statistik
+ ................. ............................................................... Dimana Z adalah
Sumatera Selatan. Untuk variabel
kemiskinan, adalah konstan. Lalu 1 adalah
kegiatan ekspor dalam penelitian ini,
koefisien regresi, Y adalah ketimpangan
satuan pengukurannya adalah persentase
pendapatan, dan adalah galat (residual).
ekspor yang bersumber dari Badan Pusat
Statistik dan Pemerintah Daerah Teknik analisis data yang digunakan
Sumatera Selatan. Variabel independen untuk menyelesaikan masalah penelitian
terakhir adalah infrastruktur dengan adalah teknik analisis kuantitatif dengan
menggunakan realisasi investasi baik menggunakan analisis model koreksi
PMA maupun PMDN dalam satuan triliun kesalahan atau ECM (Error Correction
rupiah sebagai satuan ukurnya, data Model) dan regresi berganda dengan model
diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan OLS (Ordinary Least Square). tingkat, tetapi
Pemerintah Daerah Sumatera Selatan. stasioner pada tingkat diferensiasi dan
Terdapat pula variabel dependen dalam kedua variabel terkointegrasi. Dari analisis
penelitian ini, dimana variabel dependennya ini akan diperoleh persamaan regresi
adalah kemiskinan. Unit pengukurannya jangka pendek menuju ekuilibrium jangka
menggunakan indeks kemiskinan dalam persen panjang.
yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Selanjutnya, jika ada tren jangka panjang pada

Pemerintah Daerah Sumatera Selatan. variabel-variabel tersebut, analisisnya berlipat ganda

16
Hak Cipta © 2022, SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung
SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan, Vol 10 (1), Juni 2022

uji regresi dengan menggunakan metode OLS


digunakan sebagai persamaan jangka panjang. X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y Z

Maka hasil perhitungan tersebut dapat


Berarti 5,217045 107,0711 83,92273 70,77977 15,13205 6,958409 35,37227 15,10500

menjawab hipotesis yang ada yaitu faktor yang median 5,665000 104,3450 89,98000 72,45500 16,28500 7,125000 34,80000 13,96000

paling berpengaruh terhadap masalah Maksimum 8,480000 153,9400 93,86000 75,39000 31,48000 9,250000 40,10000 19,82000

2,720000 92,49000 62,64000 66,16000 3,730000 4,250000 31,30000 12,27000


kemiskinan di kota Palembang.
Minimum

St. Dev. 1,558112 13,92943 11,28133 3,152643 7,413194 1,319958 3,008802 2,005476
Asumsi yang menjadi prasyarat Jumlah 229.5500 4711.130 3692.600 3114.310 665.8100 306.1700 1556.380 664.6200

untuk menggunakan Ordinary Least


Square (OLS) dalam regresi linier adalah Pengamatan 44 44 44 44 44 44 44 44
asumsi klasik seperti uji normalitas, uji Sumber : Eviews 7 Data Pengolahan Data
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,
dan uji autokorelasi. Kemudian pengujian
Hasil Regresi Berganda
hipotesis menggunakan uji signifikansi
Regresi berganda analisis
simultan (uji F), uji signifikansi individual
menentukan apakah variabel independen dapat
(uji t), dan analisis koefisien determinasi
memperkuat atau memperlemah pengaruhnya
(R2).
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013).
Hasil perhitungan regresi berganda ditunjukkan
HASIL DAN DISKUSI
pada tabel 2 di bawah ini:
Hasil Statistik Deskriptif
Data penelitian berupa Meja 2
Pengaruh Variabel Independen pada
data time series triwulan 2007-2017 dari
Ketimpangan Pendapatan
variabel inflasi (X1), nilai tukar petani (X2),
persentase ekspor (X3), indeks
Variabel Koefisien St. Kesalahan t-Statistik
pembangunan manusia (X4), infrastruktur Masalah.

(X5), suku bunga (X6), ketimpangan EXCR 0,064047 0,030977 2,067575 0,0457
pendapatan ( Y) dan kemiskinan (Z) di EKSPOR 0,287758 0,064241 4.479331 0,0001
INFR 0,469967 0,130262 3.607870 0,0009
Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan C 23.05128 17.86330 1.290426 0,2049
data penelitian pada tabel 1 dapat dibuat
R-kuadrat 0,576271Mean var dependen 35.37227
statistik deskriptif sebagai berikut: R yang disesuaikan

kuadrat 0.507558SD tergantung var 3.008802


SE dari regresi 2.111403Akaike kriteria info 4.477493
Jumlah kuadrat
tinggal 164.9469 kriteria Schwarz 4.761341
Log kemungkinan - 91.50484 Kriteria Hannan-Quinn. 4.582757
F-statistik 8.386656Durbin-Watson stat 0,612660
Tabel 1 Prob(F-statistik) 0.00009

Hasil Statistik Deskriptif


Sumber : Eviews 7 Data Pengolahan Data

Dari tabel hasil analisis regresi


standar (OLS) model data mentah
umum, dihasilkan persamaan sebagai
berikut:
Y = 23,0513 + 0,0641*X1 + 0,2878*X2 +
0,4700*X3...................................................6
17
Hak Cipta © 2022, SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung
SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan, Vol 10 (1), Juni 2022

Pengaruh variabel independen nilai EXCR 0,001533 0,015004 0,102165 0,9192


tukar petani, ekspor, dan infrastruktur D(EKSPOR) 0,245878 0,095512 2.574307 0,0144
D(INFR) 0,030196 0,090247 0,334592 0,7399
terhadap ketimpangan pendapatan adalah
C - 0,038318 1.612715 - 0,023760 0,9812
signifikan, hal ini ditunjukkan dengan
signifikansi F-hitung sebesar 0,000009 yang R-kuadrat 0,354320Mean tergantung var 0,029070
R yang disesuaikan
lebih kecil dari 0,05. Variabel independen kuadrat 0.225184SD tergantung var 1.244955
inflasi, nilai tukar petani, ekspor, dan SE dari regresi 1.095854Akaike kriteria info 3.187187
Jumlah penduduk kuadrat 42.03139 kriteria Schwarz 3.514852
infrastruktur dapat memperjelas Log kemungkinan - 60.52452 Kriteria Hannan-Quinn. 3.308020
ketimpangan distribusi pendapatan sebesar F-statistik 2.743779Durbin-Watson stat 2.012340
Prob(F-statistik) 0.022163
57,63% R-squared = 0,576271, sedangkan
faktor lain di luar penelitian menentukan Sumber : Eviews 7 Data Pengolahan Data
sisanya sebesar 42,37%. Berikut adalah
hasil regresi dengan model khusus Dari tabel tersebut diperoleh persamaan
ditunjukkan pada tabel 3 di bawah ini. jangka pendek sebagai berikut:
Tabel 3 D(Y) = 0,0015*X1 + 0,2459*D(X2) +
Model Khusus 0,0302*D(X3) - 0,0383........................8
Hasil substruktur-2 multiple
Variabel Koefisien St. Kesalahan t-Statistik Masalah. perhitungan regresi dapat dilihat pada tabel 5 di

EXCR 0,003861 0,000668 5.779957 0,0000


bawah ini:
LOG(EKSPOR) 0,468136 0,088202 5.307534 0,0000 Tabel 5
LOG(INFR) 0,241641 0,030505 7.921309 0,0000 Model Umum Substruktur-2
C 0,993357 1.255595 0,791145 0,4339
Variabel Koefisien St. Kesalahan t-Statistik Masalah.
R-kuadrat 0,795642Mean var dependen 3.562441
R yang disesuaikan

kuadrat 0,762503SD tergantung var 0,084203 C 29.34919 2.909218 10.08834 0,0000


- Y - 0,402694 0,081956 - 4,913505 0,0000
SE dari regresi 0,041035Akaike kriteria info 3.403867
Jumlah kuadrat 15.10500
- R-kuadrat 0,365008Mean dependen var
tinggal 0,062304 kriteria Schwarz 3.120019 Disesuaikan R- 0,349889 2.005476
- kuadrat SD tergantung var
Log kemungkinan 81.88508 Kriteria Hannan-Quinn.
3,298603 SE dari regresi 1.617004Akaike kriteria info 3.843417
F-statistik 24.00910status Durbin-Watson 1,290343 Jumlah kuadrat 109.8175 3.924516
Prob(F-statistik) 0,000000 tinggal kriteria Schwartz
Log kemungkinan - 82.55517 Kriteria Hannan-Quinn. 3.873492
Sumber : Eviews 7 Data Pengolahan Data F-statistik 24.14254Durbin-Watson stat 0,120357
Prob(F-statistik) 0.000014
Hasil persamaan dari tabel model
khusus disajikan di bawah ini: Sumber : Eviews 7 Data Pengolahan Data
lnY = 0,9934 + 0,0039ln*X1 + 0,4681*lnX2
Dari tabel di atas, diperoleh
+ 0,2416*lnX3........................7
persamaan sebagai berikut:
Selanjutnya untuk hasil regresi Z = -0,4027*Y + 29,3492........................9
dengan model konkret dapat dilihat
pada tabel 4 berikut ini.
Diskusi
Tabel 4 Berdasarkan hasil statistik deskripsi,
Model Beton
rata-rata tingkat inflasi adalah 5,22%
Variabel Koefisien St. Kesalahan t-Statistik Masalah.dengan inflasi maksimal 8,48%

18
Hak Cipta © 2022, SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung
SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan, Vol 10 (1), Juni 2022

terjadi pada triwulan IV tahun 2014, dengan ketimpangan pendapatan


sedangkan inflasi minimum sebesar maksimal 40,10% terjadi pada triwulan
2,72% terjadi pada triwulan IV tahun IV tahun 2011 dan triwulan 1,3. 2012,
2012. Rata-rata nilai tukar petani ketimpangan pendapatan minimum
sebesar 107,07%, dengan nilai tukar sebesar 31,30% pada triwulan IV tahun
petani maksimum sebesar 153,94%. 2008 dan 1,2,3,4 pada tahun 2009. Rata-
pada triwulan I tahun 2007, sedangkan rata kemiskinan sebesar 15,11%,
nilai tukar minimum sebesar 92,49% dengan kemiskinan maksimum sebesar
terjadi pada triwulan IV tahun 2017. 19,82% terjadi pada triwulan I tahun
Indeks pembangunan manusia rata- 2007, sedangkan minimum kemiskinan
rata sebesar 70,78% dengan indeks sebesar 12,27% terjadi pada triwulan IV
pembangunan manusia maksimum tahun 2017,25% terjadi pada triwulan IV
sebesar 75,39% terjadi pada triwulan I tahun 2008, sedangkan suku bunga
tahun 2007, sedangkan Indeks minimum sebesar 4,25% terjadi pada
pembangunan manusia minimum triwulan III tahun 2017. Ketimpangan
sebesar 66,16% pada triwulan IV tahun pendapatan rata-rata sebesar 35,37%
2013. Rata-rata infrastruktur sebesar dengan ketimpangan pendapatan
15,13 dengan maksimum infrastruktur maksimum sebesar 40,10 % terjadi pada
sebesar 31,48 terjadi pada triwulan IV kuartal ke-4 tahun 2011 dan kuartal 1,3
tahun 2016, sedangkan infrastruktur tahun. 2012, ketimpangan pendapatan
minimum sebesar 3,73 terjadi pada minimum sebesar 31,30% pada triwulan
triwulan I tahun 2007 Rata-rata IV tahun 2008 dan 1,2,3,4 pada tahun
infrastruktur sebesar 15.13 dengan 2009. Rata-rata kemiskinan sebesar
infrastruktur maksimal 31.48 terjadi 15,11%, dengan kemiskinan maksimum
pada triwulan IV tahun 2016, sebesar 19,82% pada triwulan I tahun
2007, sedangkan minimum kemiskinan
12.

Merujuk pada hasil kajian tersebut,


terdapat pengaruh simultan yang ditunjukkan
dengan nilai Prob (F-statistic) sebesar 0,0000
yang lebih kecil dari research error 5% (0,000
< 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
nilai tukar petani, ekspor, dan infrastruktur
dapat menjelaskan ketimpangan pendapatan
sebesar 79,56%; sedangkan faktor lain di luar
batasan penelitian menjelaskan sisanya. Hasil
penelitian ini sebagian sejalan dengan
penelitian Urata & Narjoko (2017); Cerdeiro

19
Hak Cipta © 2022, SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung
SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan, Vol 10 (1), Juni 2022

dan Komaromi (2017); Makmuri (2017); serta kenaikan upah buruh. Dengan adanya kenaikan
Chotia dan Rao (2017) yang menyatakan bahwa upah pekerja tentunya akan memberikan
terdapat pengaruh langsung nilai tukar petani, kesejahteraan bagi pekerja sehingga berdampak
ekspor, dan infrastruktur terhadap ketimpangan pada penurunan ketimpangan distribusi
pendapatan. pendapatan karena pekerja mendapatkan upah
Selanjutnya, jika nilai t hitung nilai tukar yang lebih banyak. Hasil ini sejalan dengan Bhatt
petani terhadap ketimpangan pendapatan (2013) yang menemukan keseimbangan jangka
diketahui sebesar 2,0675 yang lebih besar dari panjang hubungan antara ekspor dan PDB. Ekspor
nilai t tabel 1,684, maka nilai tukar petani dapat meningkatkan PDB yang berarti akan
berpengaruh kuat terhadap ketimpangan meningkatkan PDB per kapita.
pendapatan. Selain itu, berdasarkan nilai Nilai t hitung yang diperoleh infrastruktur
probabilitas = 0,0457 yang lebih kecil dari 0,05 terhadap ketimpangan pendapatan sebesar 3,6078
maka nilai tukar petani berpengaruh signifikan lebih besar dari nilai t tabel sebesar 1,684,
terhadap ketimpangan pendapatan. Koefisien sehingga infrastruktur berpengaruh kuat terhadap
beta yang diperoleh memiliki arah hubungan ketimpangan pendapatan. Dikonfirmasi dengan
yang positif, artinya jika terjadi peningkatan nilai nilai probabilitas 0,0009 yaitu
tukar petani maka tentunya petani akan lebih lebih kecil dibandingkan 0,05, infrastruktur
sejahtera karena pendapatan petani lebih tinggi sangat berpengaruh terhadap ketimpangan
dari pengeluarannya sehingga petani akan pendapatan. Perbaikan infrastruktur khususnya jalan,
memiliki tabungan tentunya. hal tersebut akan pelabuhan laut, udara, dan jembatan akan
berdampak pada penurunan ketimpangan mempengaruhi lalu lintas barang dan jasa sehingga
distribusi pendapatan dengan petani yang pertumbuhan ekonomi masyarakat juga akan
sejahtera dalam jangka panjang. Hasil penelitian tumbuh. Pertumbuhan ekonomi akan mempengaruhi
ini sejalan dengan penelitian Urata & Narjoko kesempatan kerja baru bagi masyarakat sehingga
(2017) dan Cerdeiro & Komaromi (2017) yang pendapatan masyarakat akan meningkat dan
menyatakan bahwa perdagangan bebas atau berdampak pada berkurangnya ketimpangan
liberalisasi berhubungan langsung dengan distribusi pendapatan. Senada dengan Prasetyo et al.
ketimpangan pendapatan. Pengaruhnya di (2013), yang menemukan bahwa infrastruktur sosial
beberapa negara positif, tetapi di negara lain dapat meningkatkan pendapatan per kapita.
negatif. Demikian pula Chotia & Rao (2017) menyatakan
Nilai t ekspor terhadap ketimpangan hubungan jangka panjang antara pembangunan
pendapatan sebesar 4,4793 lebih besar dari t infrastruktur, kemiskinan, dan ketimpangan dalam
tabel sebesar 1,684, sehingga dapat distribusi pendapatan desa-kota. Pembangunan jalan
disimpulkan bahwa ekspor sangat berpengaruh baru memiliki dampak positif yang signifikan
terhadap ketimpangan pendapatan. Jika dilihat terhadap pendapatan rata-rata. Infrastruktur jalan
dari probabilitas 0,0001 yang lebih kecil dari 0,05 dan telekomunikasi cenderung meningkatkan
maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang ketimpangan distribusi pendapatan, sementara listrik,
signifikan ekspor terhadap ketimpangan bandara, dan kualitas bandara berdampak positif
pendapatan. Nilai koefisien beta memiliki arah terhadap ketimpangan distribusi pendapatan dan
hubungan yang positif, jika terjadi peningkatan membantu mengurangi ketimpangan pendapatan.
ekspor maka produksi barang dan jasa akan kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan
meningkat dan berpengaruh pada desa-kota. Itu

20
Hak Cipta © 2022, SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung
SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan, Vol 10 (1), Juni 2022

pembangunan jalan baru memiliki dampak positif Kecenderungan bahwa semakin tinggi ketimpangan
yang signifikan terhadap pendapatan rata-rata. pendapatan maka semakin rendah kemiskinannya,
Infrastruktur jalan dan telekomunikasi cenderung atau sebaliknya semakin rendah ketimpangan
meningkatkan ketimpangan distribusi pendapatan, pendapatan maka semakin tinggi kemiskinannya.
sedangkan kualitas listrik, bandara, dan bandara penelitiannya memperoleh hubungan negatif dan
berdampak positif terhadap ketimpangan signifikan antara ketimpangan pendapatan yang
distribusi pendapatan dan membantu mengurangi diukur dengan koefisien gini dan tingkat kemiskinan.
ketimpangan pendapatan kemiskinan dan Artinya ada kecenderungan semakin tinggi
ketimpangan distribusi pendapatan desa-kota. ketimpangan pendapatan maka semakin rendah
Pembangunan jalan baru memiliki dampak positif kemiskinannya, atau sebaliknya semakin rendah
yang signifikan terhadap pendapatan rata-rata. ketimpangan pendapatan maka semakin tinggi
Infrastruktur jalan dan telekomunikasi cenderung kemiskinannya. penelitiannya memperoleh hubungan
meningkatkan ketimpangan distribusi pendapatan, negatif dan signifikan antara ketimpangan
sedangkan kualitas listrik, bandara, dan bandara pendapatan yang diukur dengan koefisien gini dan
berdampak positif terhadap ketimpangan tingkat kemiskinan. Artinya ada kecenderungan
distribusi pendapatan dan membantu mengurangi semakin tinggi ketimpangan pendapatan maka
ketimpangan pendapatan. semakin rendah kemiskinannya, atau sebaliknya
Terakhir, berdasarkan uji-t terlihat bahwa semakin rendah ketimpangan pendapatan maka
ketimpangan pendapatan berpengaruh signifikan semakin tinggi kemiskinannya.
terhadap kemiskinan dengan p-value 0,0000 yang
lebih kecil dari research error 5%. Variabel KESIMPULAN
ketimpangan pendapatan juga dapat menjelaskan Secara Serentak (Uji-F), petani
kemiskinan sebesar 38,29%; sedangkan faktor lain di nilai tukar, ekspor, dan infrastruktur berpengaruh

luar batasan penelitian menjelaskan sisanya. Nilai signifikan terhadap ketimpangan pendapatan. Dan

koefisien beta yang diperoleh memiliki hubungan secara parsial variabel nilai tukar petani, ekspor, dan

yang negatif, dengan demikian jika ketimpangan infrastruktur berpengaruh signifikan terhadap

distribusi pendapatan menurun maka akan terjadi ketimpangan pendapatan. Ketimpangan pendapatan

perbaikan distribusi pendapatan di masyarakat. Mirip juga memiliki pengaruh langsung terhadap

dengan temuan Fosu (2010), yang menemukan bahwa kemiskinan. Analisis penelitian hanya terbatas pada

pertumbuhan pendapatan umumnya merupakan beberapa variabel yang dianggap mempengaruhi

pendorong utama penurunan dan peningkatan ketimpangan pendapatan dan periode penelitian

kemiskinan. Mitrakos (2014) juga menemukan hanya untuk periode 2007-2017. Disarankan agar

elastisitas pertumbuhan dan ketimpangan yang kuat penelitian selanjutnya menambahkan variabel lain

dalam distribusi pendapatan dari kemiskinan. yang diduga mempengaruhi ketimpangan

Pertumbuhan ekonomi dapat mengurangi kemiskinan pendapatan dan implikasinya terhadap kemiskinan

dan ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Hasil serta menambah periode sampel yang lebih panjang

ini juga mendukung temuan Sukomo (2019), untuk menggambarkan kondisi yang sebenarnya

penelitiannya memperoleh hubungan negatif dan dengan lebih baik. Bagi Pemerintah Sumsel agar lebih

signifikan antara ketimpangan pendapatan yang meningkatkan ekspor, fokus pada sektor pertanian,

diukur dengan koefisien gini dengan tingkat memperbaiki infrastruktur, dan melatih masyarakat.

kemiskinan. Artinya ada a

21
Hak Cipta © 2022, SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung
SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan, Vol 10 (1), Juni 2022

BIBLIOGRAFI Ekonometrika Dan Internasional

Adams, R. (2020). Pendapatan Non-Pertanian, Pengembangan, 13(1), 161-176.


Ketimpangan dan Kemiskinan di Cerdeiro, D., & Komaromi, A. (2017). Itu
Pengaruh Perdagangan terhadap Pendapatan dan
Pedesaan Mesir dan Yordania. Kertas
Kerja Riset Kebijakan 2572. Washington, Ketimpangan: A Cross-Sectional
DC, USA. Bank Dunia. Mendekati. Moneter Internasional
Agusalim, L. (2016). Pertumbuhan ekonomi, Dana, 1-7.
Penghasilan Ketidaksamaan Dan Chotia, V., & Rao, NVM (2017).
Desentralisasi di Indonesia. Menyelidiki Keterkaitan Antara

Jurnal Kinerja, 20(1), 53- 68. Pembangunan Infrastruktur, Kemiskinan,


dan Ketimpangan Pendapatan Pedesaan -

Ali, A., & Rahut, DB (2018). Berbasis hutan Perkotaan: Bukti dari Brics Nations. Studi

mata pencaharian, pendapatan, dan di bidang Ekonomi dan Keuangan;

kemiskinan: Bukti empiris dari wilayah Bradford, 34(4), 466-484. Davis, B.,

Himalaya pedesaan Pakistan. J. Rural Winters, P., Carletto, G.,

Stud, 57, 44–54. Covarrubias, K., Quinones, E., Zezza, A.,


Astuti, M., & Lestari, I. (2018). Analisis dari Stamoulis, K., Bonomi, G., & Digiuseppe,
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan S. (2020) Perbandingan lintas negara
Tingkat Pengangguran Terhadap dari kegiatan penghasil pendapatan
Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/ pedesaan. Pengembang Dunia, 38,
Kota Kulonprogo, Bantul, Gunung 48-63.
Kidul, Sleman, dan Yogyakarta. AT- Fosu, AK (2010). Pertumbuhan, Ketimpangan dan

TAUZI': Jurnal Ekonomi Islam, 18(2), Pengurangan Kemiskinan di Negara


149-164. Berkembang: Bukti Global Terbaru.
Atif, SM., Srivastav, M., Sauytbekova, M., Penelitian Ekonomi, 71, 306– 336.
& Arachchige, Inggris (2012).
Globalisasi dan Ketimpangan Gao, M., & Yao, Y. (2016). Guncangan kesehatan

Pendapatan: Analisis Data Panel dan kemampuan pendapatan


dari 68 Negara. Ecostor, 1-15. petani. Jurnal Riset Ekonomi, 40,
Barham, B., & Boucher, S. (2019). 15–25.
Migrasi, pengiriman uang, dan Hakim, A. (2010). Ekonomi Pembangunan
ketimpangan: Memperkirakan dampak (Edisi ketiga). Yogyakarta:
bersih migrasi terhadap distribusi Kampus Ekonomi Fakultas
pendapatan. J.Dev. ekon. 55, 307–331. Ekonomi Universitas Islam
Berman, M. (2018). Ada sumber daya Indonesia.
sewa, pendapatan dasar universal, dan Hidir, A., & Jonyanis. (2017). Kemiskinan
kemiskinan di antara masyarakat adat Model Pengentasan Suku “Laut”
Alaska. Pengembang Dunia. 106, 161–172. dan Struktur Ekonomi di
Bhatt, Humas (2013). Hubungan sebab-akibat Kabupaten Indragiri Hilir,
Antara Ekspor, FDI dan Pendapatan: Provinsi Riau. Jurnal Ekonomi
Kasus Vietnam. Terapan Internasional, Bisnis Dan
Aplikasi, 2(1), 65-75.
22
Hak Cipta © 2022, SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung
SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan, Vol 10 (1), Juni 2022

Iqbal, M., Rifin, A., dan Juanda, B. (2017). Prasetyo, BA, Priyarsono, DS, & Mulatsih,
Analisis Pengaruh Infrastruktur S. (2013). Infrastruktur, pertumbuhan
Terhadap Ketimpangan ekonomi dan ketimpangan di
Pembangunan Ekonomi Daerah di perbatasan darat Indonesia. Jurnal
Provinsi Aceh. Perencanaan Daerah, Ekonomi Pasar Berkembang, 5(2),
21(1), 75- 84. 99-108. Priyono, D., & Wirathi, IGA P. (2016).
Janvry, AD, Sadoulet, E., Zhu, N. (2016). Analisis Hubungan Ekspor,
Peran Pendapatan Non-Pertanian Pertumbuhan Ekonomi, dan
dalam Mengurangi Kemiskinan dan Kesempatan Kerja di Provinsi Bali:
Ketimpangan di China. Kertas Kerja Pengujian Vector Auto Regression.
CUDARE 1001; Universitas California: E-Jurnal EP Unud, 5(12), 1408-1434.
Berkeley, CA, AS. Putra, RFI, & Lisna, V.(2020). Segitiga Pgi:
Jiao, X., Smith-Hall, C., Theilade, I. (2016). Pembangunan Keuangan,
Pendapatan rumah tangga pedesaan dan Pembangunan Manusia dan
perampasan tanah di Kamboja. Kebijakan Ketimpangan Pendapatan di Asia. Jurnal
Penggunaan Lahan, 48, 317–328. Ekonomi dan Pembangunan, 28(2),
Juliana., Marlina, Ropi., Saadillah, 77-89. Putri, YE, Amar, S., & Aimon, H.(2015).
Ramdhani., & Maryam Siti. (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang
Pertumbuhan dan Pemerataan Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Ekonomi dalam Perspektif Politik dan Ketimpangan Pendapatan di
Ekonomi Islam. Amwaluna: Jurnal Indonesia. Jurnal Studi Ekonomi, 3(6), 1-18.
Ekonomi dan Keuangan Islam, 2(2), Rani, U., & Furrer, M.(2016). Membusuk
259-268. ketimpangan pendapatan menjadi
Kindleberger, CP (1988). Ekonomis komponen pendapatan faktor: Bukti dari
Pembangunan Jilid 1. Jakarta: negara-negara G20 terpilih. Organisasi
Pembangunan Literasi. Perburuhan Internasional, 1-49
Makmuri, A. (2017). Infrastruktur dan Ruauw, E. (2010). Nilai tukar petani sebagai
ketimpangan: Sebuah bukti empiris salah satu indikator kesejahteraan petani.
dari Indonesia. Jurnal Ekonomi Pasar Jurnal Penelitian ASE, 6(2), 1-8.
Berkembang, 9(1), 29-39. Militarua, E., Severini, S., & Tantari, A. (2018). Itu
& Stanila, L. (2016). Penghasilan efek dari kebijakan pembayaran pertanian UE dan
variabilitas di Rumania: Mengurai reformasinya baru-baru ini terhadap
ketimpangan pendapatan dengan ketimpangan pendapatan pertanian. Jurnal Model
karakteristik rumah tangga. Procedia Kebijakan. 35, 212–227.
Eco. keuangan. 26, 227–233. Shrestha, S., Shrestha, UB, & Bawa, KS
Mitrakos, TM (2014). Ketimpangan, Kemiskinan (2017). Kontribusi pembayaran REDD+
dan Kesejahteraan Sosial di Yunani: terhadap perekonomian rumah tangga
Dampak Distribusi Penghematan. pedesaan di Nepal. aplikasi. geogr. 88,
tudes helléniques/Hellenic Studies, 151–160.
22(1), 65-94. Sok, S. (2017). Pertumbuhan yang berpihak pada orang miskin

Murni, A.(2009). Makroekonomi. pembangunan dan ketimpangan pendapatan:

Bandung: PT Refika Aditama. Terkait kemiskinan Milenium


23
Hak Cipta © 2022, SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung
SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan, Vol 10 (1), Juni 2022

Tujuan Pembangunan (MDG 1) di tepi PERTUMBUHAN: Jurnal Ilmiah


sungai Mekong Basin yang lebih rendah di Ekonomi Pembangunan, 1(2),
Kamboja. Pengembang Dunia. Perspektif, 127-143.
7-8, 1–8. Urata, Shujiro, & Dionisius AN (2017).
Stiglitz, JE (2016). Ketimpangan dan Perdagangan Internasional dan
pertumbuhan ekonomi. Dalam M. Jacobs dan Ketimpangan. Kertas Kerja ADBI Seri
M. Mazzucato. Memikirkan kembali 675. Tokyo: Asian Development Bank
kapitalisme: ekonomi dan kebijakan untuk Institute.
pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif. Walelign, SZ, Charlery, L., Smith-Hall, C.,
hlm. 134–155. Oxford: John Wiley & Sons. Chhetri, BB, Larsen, HO (2016). Pendapatan
Sugiyarto., Mulyo, JH, & Seleky, RN lingkungan meningkatkan penilaian dan
(2015). Kemiskinan dan Ketimpangan dinamika kemiskinan tingkat rumah tangga.
Pendapatan Rumah Tangga di untuk. Kebijakan Ramah Lingkungan. 71, 23–
Kabupaten Bojonegoro. Agro-Ekonomi. 35.
26(02), 115-120. Wicaksono, E., Amir, H., & Nugroho, A.
Sukirno, S. (2010). Perkenalan pada (2017). Sumber Ketimpangan
Teori Makroekonomi. Edisi Pendapatan di Indonesia:
ketiga. Jakarta: Rajawali Press. Dekomposisi Ketimpangan Berbasis
Sukomo. (2019). Analisis Perbankan Regresi. (No. 667). Tokyo: Seri Kertas
Kredit, Pengeluaran Publik, Pertumbuhan Kerja Institut Bank Pembangunan
Penduduk, dan Ketimpangan Pendapatan Asia. Xu, Y., Qui, X., Yang, X., & Chen, Guojie.
Implikasinya Terhadap Kemiskinan. Jurnal (2018). Dekomposisi Faktor Perubahan
Pendidikan, 7(2), 91-98. Ketimpangan Pendapatan Daerah
Suripto & Subayil, L. (2020). Efek dari Pedesaan Barat daya
di dalam

Tingkat Pendidikan, Pengangguran, Daerah Pegunungan Cina.


Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Keberlanjutan, 10, 1-15.
Pembangunan Manusia terhadap Kemiskinan
di Yogyakarta Periode 2010-2017.

24
Hak Cipta © 2022, SULTANIS: Jurnal Manajemen dan Keuangan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung

Anda mungkin juga menyukai