Bab Ii Pembahasan 2.1 Relasi Referensi
Bab Ii Pembahasan 2.1 Relasi Referensi
PEMBAHASAN
Mey (dalam Rusminto, 2015: 22) seseorang memakai bahasa untuk menyesuaikan
kepada orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. contoh referensi
secara langsung adalah seorang memiliki nama teretntu yang akan menunjukkan
dirinya kepada seseorang. Seseorang dapat mengetahui orang lain dari namanya,
kemudian seseorang dapat mengerti makna ‘pelabuhan penyeberangan’, dan
sebagainya secara langsung dari namanya.
a. Substitusi Nominal
Substitusi nominal merupakan penggantian unsur gramatikal pada
nominal atau frasa nominal. Nomina sering disebut dengan kata benda,
sedangkan frasa nominal adalah frasa yang induknya nomina diikuti oleh
unsur berupa nomina atau kategori kata yang lain.
Contoh: Saya lihat buah pisang ini bagus-bagus. Yang ini sudah masak.
Pada bagian yang ini merupakan substitusi dari buah pisang, bentuk
substitusnya adalah nominal.
b. Substitusi Verbal
Substitusi verbal merupakan penggantian unsur gramatikal pada kategori
verba atau frasa verbal. Verbal dapat diketahui melalui prilaku semantis,
sintaksis daan bentuk morfologi. Pada segi semantik verba mempunyai atau
mengandung makna perbuatan, proses dan keadaan. Sedangkan dari segi
sintaksisnya verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai
intipredikat dalam sebuah kalimat.
Contoh: Anak-anak itu sudah dilarang berkelahi, tetapi mereka melakukan
juga.
Substitusi verbal, yaitu melakukan juga sebagai substitusi dari berkelahi.
c. Substitusi Klausal
Substitusi klausal merupakan penggantian pada unsur klausal. Klausal
merupakan salah satu satuan sintaksis yang disusun oleh kata atau frasa, yang
memiliki satu predikat dan berpotensi menjadi kalimat. Unsur dari klausa
yakni subjek atau predikat.
Contoh: Hari ini Samirun melahirkan. Saya dengar begitu.
Dari klausa hari ini Samirun melahirkan disubstitusi dengan kata begitu. Jadi,
substitusinya bersifat klausal (pengganti satu klausa dengan unsur lain).
Ellipsis merupakan penghilangan salah satu bagian dari unsur atau satuan
bahasa. Elipsi sebenarnya sejenis dengan substitusi, hal yang membedakannya
bahwa elipsi digantikan oleh sesuatu yang tidak ada. Perhatikan contoh berikut.
2. Umat muslim menahan lapar dan dahaga selama bulan ramadhan. Juga nafsu.
Pada contoh pertama dapat dilihat bahwa sedang berpuasa di bulan ramadhan ini
semuanya dihilangkan. Demikian pula, dalam kedua, sedang menahan
dihilangkan. Oleh karena itu, contoh 1 dan 2 termasuk relasi elipsi.
Agar dapat menemukan perbedaan elipsi dan subtitusi, dapat dengan melihat
apakah ada unsur yang menggantikan. Relasi subtitusi memiliki unsur yang
menggantikannya, sedangkan relasi elipsi tidak memiliki unsur apapun yang
menggantikan. Perhatikan contoh di bawah ini.
b. Semoga.
Kata demikian dalam contoh (1a) menunjukan subtitusi dari kelompok kata
selamat sampai tujuan; sedangkan contoh (1b) merupakan elipsi untuk selamat
sampai tujuan. Dengan demikian, substitusi maupun elipsi dapat terjadi dalam
semua kalimat. Lubis, 1984: 38 mengatakan bahwa elipsi dan subtitusi seperti ini
disebut klausa subtitusi dan klausa elipsi.
Menurut (Lubis, 1994: 42-45), relasi leksikal atau kohesi leksikal dalam
Djajasudarma, 1994: 73, bisa terjadi melalui pemilihan kata yang memiliki
hubungan dengan kata yang digunakan sebelumnya. Relasi leksikal juga dapat
diartikan sebagai hubungan semantis antara satuan leksikal (kata atau leksem)
dengan satuan leksikal lainnya dalam membangun sebuah struktur, tetapi secara
teoritis membatasi kosakata yang bisa digunakan dalam struktur tersebut. Allan
(1986:174), membagi relasi leksikal menjadi tiga diantaranya sinonimi, hiponimi,
dan antonimi. Sedangkan dalam pandangan Djajasudarma (1994: 73-74), terdapat
beberapa bentuk relasi atau kohesi leksikal diantaranya pengulangan, sinonimi,
hiponimi, dan kolokasi. Berikut ini uraian bentuk-bentuk relasi leksikal.
1) Pengulangan, yang berarti adanya penggunaan kata atau frasa yang sama.
Contoh:
a. Bunga di kota itu harum semerbak. Bunga yang harum itu tumbuh
di taman-taman kota. Setiap hari, petugas taman merawat bunga-
bunga tersebut sehingga tampak segar dan indah dipandang.
b. Barang-barang itu terlihat lusuh dan tidak terawat.
2) Sinonimi, yang berarti adanya penggunaan diksi yang secara semantis
memiliki makna yang hampir sama dengan kata yang digunakan
sebelumnya.
Contoh:
a. Para wisatawan banyak yang datang melihat keindahan Gunung
Tangkuban Perahu di Lembang Bandung. Turis-turis itu berasal
dari dalam dan luar negeri.
b. Bunyi menakutkan sering terdengar malam hari. Suara itu
mendesis merisaukan pemilik rumah. Tidak ada penampakan
apapun, kecuali suara yang mengiris hati sehingga memilukan dan
menakutkan.
c. Jangan berisik dan berbuat gaduh.
3) Hiponimi, kata hiponimi berasal dari kata Yunani Kuno “unoma” yang
bermakna “nama” dan “hipo” bermakna “di bawah”. Jadi, hiponimi
merupakan kata yang berada di bawah kata lain. Seperti contoh melati,
mawar, anggrek adalah hiponimi dari kata bunga. Kata bunga sendiri
merupakan hipernim. Menurut (Lynos dalam Lubis, 1994:43), hipernim
merupakan nama yang mencakup nama-nama lain.
Contoh:
a. Segala jenis ikan dijual di pasar itu. Bawal, selar, emas, tenggiri,
tongkol, semuanya tersedia dengan harga yang cuup terjangkau.
b. Sebenarnya dia sangat menguasai semua cabang olahraga atletik.
Lari, lompat jauh, lompat tinggi, sampai lempar lembing
dikuasainya, tetapi hanya satu yang ditekuninya, yaitu lari.
c. Di Lembaga kursus tersebut, pelanggan dapat memilih kursus
bahasa inggris, bahasa mandarin, bahasa arab dan bahasa
jerman
4) Kolokasi (sanding kata), kolokasi ialah asosiasi tertentu dalam diksi.
Kolokasi bisa berupa antonim yang bersifat eksklusif dan inklusif (Lubis,
1994: 44-45).
a. Antonim eksklusif, yaitu menyajikan hubungan antarkalimat
dengan mempertentangkan kata-kata.
Contoh: Gadis-gadis ramai bersenda gurau di taman kota. Bujang-
bujang ramai di jalan rayaa beradu cepat kendaaraan bermotor.
b. Antonim inklusif, yaitu menghubungkan kalimat satu dan kalimat
lain dengan menggunakan salah satu bagian diantaranya urutan
hari, bulan, tahun, warna dan sebagainya.
Contoh: Fonologi diajarkan pada semester II. Morfologi pada semester III.
Fonologi dan Morfologi adalah bagian dari linguistik, sedangkan semester II dan
III adalah bagian dari masa perkuliahan.