Anda di halaman 1dari 128

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang
hayat. Hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan,
kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan
berkembang karena belajar. Dengan belajar, manusia melakukan
perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya
berkembang, karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif
dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai
tujuan.
Kualitas proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kualitas
interaksi antara siswa dengan sumber belajar. Artinya kualitas
pembelajaran dikatakan baik apabila para siswanya secara aktif
melakukan berbagai kegiatan untuk mengembangkan dirinya secara
utuh (kognitif, afektif, psikomotorik) melalui interaksinya dengan
berbagai sumber belajar.1 Peran aktif siswa merupakan salah satu
bentuk kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran maka guru
sebagai motivator sangat berperan dalam menciptakan lingkungan
belajar tersebut karena disiplin sangat erat kaitannya dengan motivasi.
Seorang siswa yang mempunyai kebiasaan belajar yang baik
dimungkinkan mempunyai disiplin belajar yang baik pula. Siswa yang
memiliki disiplin akan menunjukkan ketaatan dan keteraturan terhadap
perannya sebagai seorang siswa yaitu belajar secara terarah dan teratur.

1
Eneng Muslihah, Metode dan Strategi Pembelajaran, (Ciputat: Haja
Mandiri, 2014), h.165

1
2

Pada akhirnya siswa yang berdisiplin akan lebih mampu mengarahkan


dan mengendalikan perilakunya.
Pada dasarnya hal yang dapat memotivasi individu dapat
dikelompokkan menjadi dua; by love atau by fear. Pertama, termotivasi
untuk melakukan suatu pekerjaan jika telah menyadari berbagai hal
menyenangkan yang dapat diperoleh setelah/pada saat melakukan
pekerjaan tersebut. Kedua, dapat termotivasi jika menyadari berbagai
hal yang mengancam jika tidak melakukan suatu pekerjaan yang
dilakukan. Umumnya individu termotivasi dengan cara yang kedua
karena berbagai sistem pendidikannya (formal/non-formal) selama ini
telah berhasil mengkondisikan demikian. Itulah sebabnya mengapa
kebanyakan individu menghubungan disiplin dengan kekerasan atau
hukuman.
Disiplin pribadi merupakan suatu skill, yang artinya dapat
dilatih, semakin melatihnya maka disiplin akan semakin baik.2 Disiplin
perlu diajarkan dan perlu dipelajari serta dihayati oleh siswa, agar siswa
mampu mendisiplinkan dirinya sendiri. Tanpa diajarkan atau dipelajari,
disiplin tidak akan tumbuh dan berkembang karena disiplin bukan
merupakan faktor bawaan, tetapi sesuatu yang harus dipelajari dan
dihayati. 3
Berbicara tentang disiplin di sekolah, dapat di jabarkan kegiatan
apa saja yang menunjukkan kedisiplinan siswa di sekolah, misalnya
setelah bel berbunyi anak-anak memasuki kelas dengan tertib, berdo’a
untuk memulai pelajaran, kemudian mereka mendengarkan penjelasan

2
Pupuh Fathuhurrahman, Suryana, Guru Profesional, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2012), h. 98.
3
Sri Anitah, Strategi Pembelajaran di SD, (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2013), h. 11.8
3

materi dari gurunya. selanjutnya pada saat pembelajaran berlangsung,


para siswa ada yang mencatat, berdiskusi, bertanya, menanggapi,
memanfaatkan media yang ada, menjawab pertanyaan guru maupun
pertanyaan teman, bahkan ikut aktif dalam menjelaskan serta
mengembangkan materi yang ada. Semuan itu merupakan kegiatan
pembelajaran yang sepatutnya dilakukan oleh siswa.
Sementara itu guru merupakan salah satu unsur manusia dalam
proses pendidikan. Unsur manusia lainnya adalah anak didik. Guru dan
anak didik berada dalam suatu relasi kejiwaan. Keduanya berada dalam
proses interaksi edukatif dengan tugas dan peranan yang berbeda. Guru
yang mengajar dan mendidik dan anak didik yang belajar dengan
menerima bahan pelajaran dari guru di kelas. Guru dan anak didik
berada dalam koridor kebaikan. Oleh karena itu, walaupun mereka
berlainan secara fisik dan mental, tetapi mereka tetap seiring dan satu
tujuan untuk mencapai kebaikan akhlak, kebaikan moral, kebaikan
hukum, kebaikan sosial, dan sebagainya.4
Semua norma tersebut di atas tidak akan pernah dimiliki oleh
anak didik bila guru tidak mentranspromasikannya dengan kegiatan
belajar mengajar. Mengajar adalah tugas guru untuk menuangkan
sejumlah bahan pelajaran ke otak anak didik, guru yang mengajar dan
anak didik yang belajar.5
Sampai kapan pun anak didik selalu mengharapkan kehadiran
guru untuk mendidik dan mengajarnya. Guru adalah spiritual father
bagi anak didik. Kemuliaan guru akan tercermin dalam kebaikan
perilaku anak didik. Kebaikan hati anak didik adalah sebagai
4
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta: Rineka Cipta, 2011),
h.107
5
Ibid., 107
4

manifestasi dari kebaikan pengajaran dan pendidikan yang diberikan


oleh guru.6
Kedudukan seorang guru adalah sebagai pembimbing dan
pengarah proses belajar mengajar, namun tenaga untuk
menggerakannya harus berasal dari siswa sebagai pelajar. Para siswa
harus didorong dan dirangsang untuk belajar bagi dirinya sendiri dan
tugas guru menjamin bahwa siswa menerima tanggung jawabnya
sendiri untuk belajar dengan mengembangkan sikap dan rasa
antusiasme untuk keperluan tersebut.
Proses belajar mengajar pada intinya merupakan proses
interaksi antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran,
oleh karena itu dalam melaksanakan interaksi tersebut diperlukan
kompetensi guru dalam melakukannya supaya tercipta suatu proses
yang efektif.
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian
dari dirinya sendiri, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku
kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Atau
kompetensi merupakan penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan,
sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.7
Kompetensi sebagai sebuah perwujudan atau aktualisasi potensi
yang harus dikembangkan. Pengembangan pendidikan dengan segala
konsep inovasinya menuntut kompetensi yang tinggi dari para
pengelola dan pelaksananya.

6
Ibid., 108
7
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep Karakteristik, dan
Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h.79-81.
5

Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap


keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia.
Mengapa demikian? Alasannya, di samping ia berperan sebagai
pembimbing dan pembantu, guru juga sebagai anutan.8
Sebagaimana diungkapkan Muhibbin Syah mengutip pendapat
Zakiah Derajat bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan
apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya,
ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak
didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar)
dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat
menengah).9
Kompetensi kepribadian merupakan kompetensi yang
menunjukkan bahwa peran guru tidak hanya sekedar penyampai ilmu
pengetahuan, tetapi juga sebagai pemberi teladan bagi siswa,
sebagaimana pernyataan dari Lozanov dalam Porter sebagaimana
dikutip Sopiatin: tindakan yang paling ampuh yang dapat dilakukan
oleh seorang guru untuk siswanya adalah memberikan teladan tentang
makna menjadi seorang pelajar. Keteladanan, ketulusan, kesiapsiagaan
guru akan memberdayakan dan mengilhami siswa untuk membebaskan
dinamisasi siswa. Keteladanan membangun hubungan potensi milik
mereka sebagai pelajar. Kemampuan berkomunikasi yang digabungkan
dengan rancangan yang efektif akan memberikan pengalaman belajar
yang memperbaiki kredibilitas dan meningkatkan pengaruh.10

8
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2010), h.225
9
Ibid., 225
10
Popi Sopiatin, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010), h. 67
6

Kepribadian seorang guru merupakan modal dasar bagi guru


dalam menjalankan tugas keguruannya secara professional sebab
kegiatan pendidikan pada dasarnya merupakan komunikasi personal
antara guru dan siswa.Esensi kepribadian guru semuanya bermuara ke
dalam intern pribadi guru. Tampilan kepribadian guru akan lebih
banyak mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai
hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti
mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.11
Seorang pekerja profesional, khususnya guru dapat dibedakan
dari seorang teknisi, karena di samping menguasai sejumlah teknik
serta prosedur kerja tertentu, seorang pekerja profesional juga ditandai
adanya informated responsiveness terhadap implikasi kemasyarakatan
dari objek kerjanya.12
Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran ditentukan oleh
banyak faktor-faktor pendukung. Faktor-faktor yang mempengaruhi ini
bisa berasal dari guru, siswa, materi pelajaran ataupun kondisi dan
situasi saat proses pembelajaran tengah berlangsung.
Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada
penyampaian materi pembelajaran, tetapi lebih dari itu, guru harus
membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik. Oleh karena itu guru,

11
Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset, 2013), h. 7
12
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2004), h. 133
7

harus senantiasa mengawasi perilaku peserta didik, terutama pada jam-


jam sekolah, agar tidak terjadi penyimpangan perilaku atau tindakan
yang indisiplin. Untuk kepentingan tersebut, dalam rangka
mendisiplinkan peserta didik guru harus mampu menjadi pembimbing,
contoh atau teladan, pengawas, dan pengendali seluruh perilaku peserta
didik.13
Dari penjelasan di atas, menandakan bahwa dalam mengerjakan
pekerjaannya, seorang guru dituntut untuk mempunyai kemampuan
dalam melaksanakan pekerjaannya, mempunyai pengetahuan yang luas
karena guru berfungsi sebagai agen perubahan dan membantu siswa
menghadapi transformasi yang sedang berjalan. Selain itu, dalam
memberikan pelayanan proses belajar mengajar di sekolah diperlukan
kualitas personal (kepribadian) guru yang baik karena dapat
meningkatkan hubungan antara guru dan siswa, yang berpengaruh
kepada meningkatnya motivasi dan kedisiplinan siswa untuk belajar.
Kepribadian seorang guru yang diekspresikan dalam tingkah laku tidak
saja berpengaruh terhadap tingkah laku siswa, tetapi juga berpengaruh
dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Terlepas dari pemaparan di atas, kenyataannya di lapangan
memang kerap terjadi perbincangan di antara siswa dan pengaduan
meraka kepada guru. Para siswa sering kali memperbincangkan dan
membanding-bandingkan tentang cara mengajar guru yang satu dengan
guru yang lainnya dimana guru yang diperbincangkan mengajar bidang
studi yang sama. Misalkan waktu kelas X mereka diajar oleh guru A,
kelas XI oleh guru B, kelas XII oleh guru C. Karena itu terkadang

13
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 173.
8

mereka pun kerap kali meminta kepada guru yang mereka sukai cara
mengajarnya untuk mengajar di kelasnya. Karena menurut mereka
apabila guru yang mengajarnya menyenangkan mampu memberikan
kondisi kelas yang kondusif akan membuat mereka menjadi betah di
kelas dan disiplin dalam mengikuti proses pembelajaran.
Sejalan dengan uraian di atas di SMK Negeri 8 dan SMK Tiara
Aksara dalam merekrut tenaga pendidik atau guru,dititik beratkan
kepada kompetensi kepribadian dan kompetensi professional guru
sehingga diharapkan dapat menjalankan proses pembelajaran dengan
sebaik-baiknya agar kebutuhan dan tujuan pendidikan dapat tercapai
secara efektif. Namun demikian ternyata keberadaaan guru Pendidikan
Agama Islam di SMK Negeri 8 dan SMK Tiara Aksara menarik untuk
diteliti karena berdasarkan informasi yang di dapat peneliti, bahwa
kedua sekolah yang diteliti pada pribadi guru terdapat beberapa hal
yang berkaitan dengan proses pembelajaran masih terdapat guru yang
mengajar bidang studi Pendidikan Agama Islam tetapi banyak siswa
yang mengeluhkan tentang cara guru mengajar di antaranya: guru
kurang memahami bahwa daya tangkap siswa satu sama lain itu
berbeda karena ada guru yang mengajarkan materi secara keseluruhan
ada yang tidak sehingga siswa harus mencari sendiri, hal ini
menimbulkan kecenderungan rasa malas pada diri mereka untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut, ada juga guru yang
mengajarnya terlihat malas-malasan jadi siswa ikut malas, guru pun ada
yang kurang tegas sehingga membuat siswa menyepelekan tugas yang
diberikan, begitu juga ada guru yang cenderung otoriter (sewenang-
wenang) keras dan kaku dalam mengarahkan aktivitas PBM (Proses
Belajar - Mengajar) sehingga membuat siswa mengerjakan tugas
9

karena keterpaksaan jadi tidak maksimal dalam mengerjakan tugas


tersebut. Kondisi ini pun mempengaruhi terhadap aktivitas belajar
siswa sehingga ditemukan pula permasalahan yang berkaitan antara
lain; suasana kelas sering tidak kondusif karena ketika sedang belajar
masih terdapat beberapa siswa ngobrol yang bukan membicarakan
masalah belajar, banyak siswa yang tidak disiplin mengerjakan tugas
sehingga mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, malas-malasan dalam
mengikuti kegiatan belajar, suasana kelas dalam belajar terkesan pasif
karena siswa tidak terlalu respon terhadap materi yang disampaikan
oleh guru.
Memandang permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengambil judul penelitian :
Pengaruh Kompetensi Kepribadian dan Kompetensi Profesional Guru
PAI Terhadap Peningkatan Disiplin Belajar Siswa. (Penelitian di SMK
Negeri 8 dan SMK Tiara Aksara Kota Tangerang).

B. Identifikasi Masalah
Guru merupakan sosok yang memiliki peran strategis dalam
pengembangan sumber daya manusia di manapun dan sampai
kapanpun. Dalam kenyataannya yang dinamakan guru pasti memiliki
ciri khusus yang membedakan pribadi seorang guru dengan orang lain
yang bukan guru. Guru merupakan pribadi yang memiliki posisi sentral
dalam pendidikan. Hal ini tidak lain karena guru akan selalu menjadi
pusat perhatian murid-muridnya. Dari sini kemudian guru menjadi
sosok yang selalu dijadikan contoh oleh murid-muridnya.
Untuk selanjutnya guru akan memiliki pengaruh terhadap
peserta didiknya, hal ini terjadi melalui interaksi guru dengan peserta
10

didik yang tentunya dari proses belajar mengajar baik secara langsung
maupun tidak langsung. Baik yang disadari guru maupun yang tidak,
biasanya dari sikap, gaya bicara, penampilan dan sebagainya.
Lebih lanjut, dalam menjalankan kewenangan
keprofesionalannya, guru dituntut memiliki kecakapan diantaranya
penggunaan metode, penyediaan bahan ajar, pengelolaan strategi
pembelajaran dan sebagainya.
Berlandaskan pada pemahaman di atas, maka hal ini
memungkinkan adanya masalah-masalah yang timbul, sehingga peneliti
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Masih adanya siswa yang ngobrol saat proses belajar sedang
berlangsung.
2. Masih adanya siswa yang terlambat masuk kelas.
3. Masih adanya beberapa orang siswa yang nyontek dalam
mengerjakan tugas.
4. Kurangnya perhatian siswa ketika guru sedang menjelaskan materi
pembelajaran.
5. Adanya kelambatan siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan pada saat kegiatan belajar.
6. Kurangnya kedisiplinan, kemandirian, kejujuran siswa dalam proses
pembelajaran.
7. Adanya beberapa orang siswa yang tidak disiplin dalam
mengerjakan pekerjaan rumah atau PR yang diberikan guru.

C. Batasan Masalah
Dari masalah-masalah yang telah diidentifikasi di atas, nampak
bahwa masalah-masalah tersebut sangat penting untuk dijawab. Namun
11

permasalahan tersebut masih sangat luas, maka perlu ada pembatasan


agar tidak terjadi penulisan yang bias dan melebar dari esensi tema
yang telah ditetapkan.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di
atas, maka penelitian ini dibatasi pada Pengaruh Kompetensi
Kepribadian dan Kompetensi Profesional Guru PAI Terhadap
Peningkatan Disiplin Belajar Siswa.

D. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Bagaimana kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam
dalam meningkatkan disiplin belajar siswa di SMK Negeri 8 dan
SMK Tiara Aksara Kota Tangerang?
2. Bagaimana kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam
dalam meningkatkan disiplin belajar siswa di SMK Negeri 8 dan
SMK Tiara Aksara Kota Tangerang?
3. Bagaimana disiplin belajar siswa SMK Negeri 8 dan SMK Tiara
Aksara Kota Tangerang pada bidang studi Pendidikan Agama
Islam?
4. Bagaimana pengaruh kompetensi kepribadian dan kompetensi
profesional guru PAI terhadap peningkatan disiplin belajar siswa di
SMK Negeri 8 dan SMK Tiara Aksara Kota Tangerang?
12

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Untuk memperoleh informasi mengenai kompetensi kepribadian
guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan disiplin belajar
siswa di SMK Negeri 8 dan SMK Tiara Aksara Kota Tangerang.
2. Untuk memperoleh informasi mengenai kompetensi profesional
guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan disiplin belajar
siswa di SMK Negeri 8 dan SMK Tiara Aksara Kota Tangerang.
3. Untuk memperoleh informasi mengenai disiplin belajar siswa pada
bidang studi Pendidikan Agama Islam SMK Negeri 8 dan SMK
Tiara Aksara Kota Tangerang.
4. Untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh kompetensi
kepribadian dan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama
Islam terhadap peningkatan disiplin belajar siswa di SMK Negeri 8
dan SMK Tiara Aksara Kota Tangerang.

F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi pengetahuan serta mendorong peneliti lain
untuk melakukan penelitian sebagai upaya pengembangan
kompetensi guru Pendidikan Agama Islam dalam memperkaya
konsep-konsep dan teori-teori kompetensi kepribadian dan
kompetensi profesional dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan disiplin belajar siswa.
13

2. Secara praktis
a. Bagi Peneliti
Ingin mengetahui secara jelas pentingnya kompetensi
kepribadian dan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama
Islam untuk meningkatkan disiplin belajar siswa. Sehingga
dengan mengetahui kedua kompetensi tersebut bisa dijadikan
acuan dan keteladanan peneliti yang sedang berkecimpung di
dalam dunia pendidikan.
b. Bagi Guru
Dapat dijadikan bahan masukan tentang pentingnya
kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional guru dalam
proses pembelajaran untuk meningkatkan disiplin belajar siswa,
sehingga jika belum menyadari tentang betapa pentingnya
kompetensi kepribadian dan kompetensi professional guru
secepat mungkin dapat melakukan. Oleh karena pada akhirnya
guru dapat memperbaiki kualitas mengajarnya dalam setiap
proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya.
c. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat membuka wawasan baru atau tambahan
pengetahuan tentang pentingnya kompetensi kepribadian dan
kompetensi profesional guru meningkatkan kualitas
pembelajarannya. Selain itu pembaca bisa memberikan masukan
yang baik pula tentang kompetensi kepribadian dan kompetensi
profesional guru dalam meningkatkan kualitas pembelajarannya.
Dengan kata lain bahwa dengan saran yang diberikan oleh
pembaca dapat dijadikan cerminan sekaligus bisa dijadikan
instrospeksi diri bagi perbaikan selanjutnya dalam pengajaran.
14
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori
1. Kompetensi Kepribadian
Kepribadian memiliki peran yang sangat besar terhadap
pendidikan figur bagi siswanya bukan hanya sebagai penyampai
ilmu pengetahuan tetapi juga sebagai pribadi yang akan menjadi
contoh teladan bagi mereka.
a. Pengertian Kompetensi
Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan
atau kecakapan.1 Kompetensi adalah kemampuan seseorang
baik kualitatif maupun kuantitatif. Kompetensi adalah
kemampuan, kecakapan, dan keterampilan yang dimiliki
seseorang berkenaan dengan tugas, jabatan maupun
profesinya.2
Menurut Sopiatin, inti pokok definisi kompetensi adalah
penjelasan mengenai tugas-tugas pekerjaan yang dilakukan
oleh individu dan penjelasan mengenai perilaku individu yang
berhubungan dengan bagaimana individu mengerjakan
tugasnya.3
Menurut Supardi, Kompetensi merupakan ciri mendasar
yang terdapat pada diri seseorang yang memiliki hubungan

1
Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010), h. 229
2
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 53
3
Popi Sopiatin, Manajeman Belajar Berbasis Kepuasan Siswa, (Anggota
Ikapi:Ghalia Indonesia, 2010), h.57

15
16

sebab akibat dengan kinerjanya yang efektif dan unggul dalam


suatu pekerjaan.4 Hubungan sebab akibat antara guru dan
siswa harus dilakukan dengan pengetahuan dan keterampilan
yang dapat menunjang kinerja dalam penampilannya yang
dapat diamati dan diukur. Seperti yang diungkapkan oleh Hall
dan Jones dalam Syaiful Sagala: Kompetensi (competence)
adalah pernyataan yang menggambarkan pengetahuan dan
kemampuan yang dapat diamati dan diukur.5
Udin Syaefudin mengatakan di dalam bahasa Inggris
terdapat tiga peristilahan yang mengandung makna apa yang
dimaksudkan dengan perkataan kompetensi itu:
1. Competence (kata benda) is being competent, ability (to do
the work).
2. Competent (kata kerja) refers to(persons)having ability,
power, authority, skill, knowledge, etc. (to do what is
needed).
3. Competency is rational performance which satisfactorily
meets the objectives for a desired condition”.6
Definisi pertama menunjukkan bahwa kompetensi itu
pada dasarnya menunjukkan kepada kecakapan atau
kemampuan untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Sedangkan
definisi kedua menunjukkan bahwa kompetensi itu pada
dasarnya merupakan suatu sifat (karakteristik) orang-orang

4
Supardi, dkk., Profesi Keguruan Berkompetensi dan Bersertifikasi,
(Jakarta: Diadit Media, 2009), h.39.
5
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
(Bandung: Alpabeta, 2011) h. 157
6
Udin Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru (Bandung: Alfabeta,
2010), h. 44
17

kompeten yang memiliki kecakapan daya (kemampuan),


otoritas (kewenangan), kemahiran (keterampilan),
pengetahuan, dan sebagainya. Definisi ketiga menyatakan
bahwa kompetensi itu menunjukkan kepada tindakan (kinerja)
rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuannya secara
memuaskan berdasarkan kondisi yang di isyaratkan.7
Dalam kontek pengembangan kurikulum, kompetensi
adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap yang direflesikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Seseorang yang telah memiliki kompetensi dalam
bidang tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga dapat
memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin
dalam pola perilaku sehari-hari.8
Kompetensi memiliki lima jenis karakteristik, yaitu: (1)
pengetahuan, merujuk pada informasi dan hasil pembelajaran;
(2) keahlian, yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan
suatu kegiatan; (3) konsep diri dan nilai-nilai, seperti sikap,
nilai-nilai dan citra diri seseorang; (4) karakteristik pribadi,
yaitu karakteristik fisik dan konsistensi tanggapan terhadap
situasi atau informasi; dan (5) motif, merupakan emosi, hasrat,
kebutuhan psikologis, atau dorongan-dorongan lain yang
memicu tindakan.9

7
Ibid., h. 45.
8
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2011), h.70.
9
Martinis Yamin, Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung
Persada (GP Press) 2010), h.1
18

Sementara itu Gordon dalam Ramayulis, menjelaskan


beberapa beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam
konsep kompetensi sebagai berikut:
1) Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang
kognitif, misalnya guru mengetahui cara melakukan
identifikasi kebutuhan belajar, dan melakukan pembelajaran
terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.
2) Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan
afektif yang dimiliki oleh individu. Guru yang akan
melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman
yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik
3) Kemampuan (skill); adalah kemampuan yang dimiliki
individu untuk melaksanakan tugasnya.
4) Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah
menyatu dalam diri seseorang. Standar perilaku guru dalam
pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-
lain).
5) Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-
tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang
datang dari luar.
6) Minat (interest); adalah kecenderungan seseorang untuk
melakukan sesuatu perbuatan. 10
Dari pemaparan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa
kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan seseorang
terhadap apa yang dikerjakannya atau yang menjadi bagian

10
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,
2005), h.37
19

dari tugasnya dengan mengerahkan bentuk aktivitas kognitif,


psikomotorik, dan afektif guna tercapainya suatu tujuan.

b. Pengertian Kepribadian
Pendidikan merupakan suatu proses, interaksi dengan suatu
tujuan yang jelas, dan efektivitas penyampaiannya akan sangat
ditentukan oleh bagaimana kepribadian (personality) guru
terampil dihadapan anak-anak didik. Mereka semua tahu dan
merasakan, meski tidak mengatakannya, setiap penampilan
kepribadian guru, dan mereka juga akan menentukan sikap dan
prilakunya ketika belajar dan ketika bertemu. Ini perlu disadari
oleh guru, bahwa sebenarnya mereka semua membaca apa dan
bagaimana kepribadian guru meskipun mungkin itu kurang
mendalam. Namun dengan cara itulah mereka memahami dan
menyikapinya, sehingga seorang guru diperlukan kehati-hatian
dalam mengekspresikan kepribadiannya. Maka tepat pula bila
dikatakan bahwa untuk menjadi guru seharusnya mempunyai
kepribadian yang baik, karena dampaknya akan menentukan
pada proses pendidikan dan pembelajaran.
Istilah kepribadian sudah tidak asing lagi dalam
kehidupan kita sehari-hari. Meskipun kepribadian sudah
menjadi kata umum dalam percakapan sehari-hari, tetapi tidak
jarang di antara kita yang belum paham benar tentang
pengertian kepribadian baik secara etimologi maupun pendapat
dari para ahli.
Istilah kepribadian merupakan terjemahan dari Bahasa
Inggris “personality”. Sedangkan istilah personality secara
20

etimologis berasal dari bahasa latin “person” (kedok) dan “


personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para
pemain sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan satu
bentuk tingkahlaku dan karakter pribadi tertentu. Sedangkan
yang dimaksud personare adalah bahwa para pemain
sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus
keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia
tertentu. Misalnya: seorang pemurung, pendiam, peramah,
pemarah dan sebagainya. Jadi persona itu bukan pribadi
pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia
tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya.11
Kepribadian adalah suatu totalitas kompleks dari
individu, sehingga nampak di dalam tingkah lakunya yang
unik.12
Secara terminologis, Gordon W. Allport dalam Yusuf
mengemukakan, kepribadian adalah organisasi dinamis dalam
diri individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan
caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya. Dari definisi tersebut ada beberapa unsur yang
perlu dijelaskan, yaitu sebagai berikut.
a) Organisasi dinamis, maksudnya kepribadian itu selalu
berkembang dan berubah walaupun ada organisasi sistem
yang mengikat dan menghubungkan sebagai komponen
kepribadian.

11
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,
(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2014), h.126
12
Agus Sujanto, Halem Lubis, Taufik Hadi, Psikologi Kepribadian, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2006), h. 12.
21

b) Psikofisis, menunjukkan kepribadian merupakan perpaduan


kerja antara aspek psikis dan fisik dalam kesatuan
kepribadian.
c) Istilah menentukan, berarti kepribadian mengandung
kecenderungan-kecenderungan menentukan (determinasi)
yang memainkan peranan aktif dalam tingkah laku individu.
d) Unique (khas), ini menunjukkan tidak ada dua orang yang
mempunyai dua kepribadian yang sama.
e) Menyesuaikan diri terhadap lingkungan, yaitu kepribadian
dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan lingkungan
psikologisnya.13
Kepribadian diartikan juga sebagai kualitas perilaku
individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya
dengan lingkungan secara unik. Keunikan penyesuaian
tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kerpibadian itu
sendiri, meliputi hal-hal sebagai berikut:
(1)Karakter, berkaitan dengan konsekuensi dalam mematuhi
etika perilaku, konsisten dalam memegang pendirian atau
pendapat.
(2)Temperamen, yaitu cepat/lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
(3)Sikap, sambutan terhadap objek (orang, benda, peristiwa,
norma dan sebagainya) yang bersifat positif, negatif atau
ambivalen (ragu-ragu).
(4)Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilan reaksi
emosional terhadap rangsangan dari lingkungan.
13
Syamsu Yusuf,op.cit., 127
22

(5)Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima


risiko dari segala perbuatan yang dilakukan.
(6)Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan
hubungan interpersonal seperti tampak dalam sifat pribadi
yang tertutup atau terbuka dan kemampuan
berkomunikasi.14
Zakiah Daradjat mengungkapkan bahwa kepribadian
yang sesungguhnya adalah abstrak (maknawi), sukar dilihat
atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah
penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek
kehidupan. Misalnya dalam tindakannya, ucapan, cara bergaul,
berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan, baik yang
ringan maupun yang berat.15
Sedangkan Callahan menyatakan sebagimana dikutip
Suharsaputra, kepribadian merupakan pengaturan yang
dinamis dari sifat (trait) dan pola karakteristik perilaku yang
unik pada setiap individu.16
Jadi kepribadian menunjukkan dua komponen penting,
yaitu sesuatu yang bersifat tetap dan sesuatu yang bisa
berubah, sifat (trait) merupakan sesuatu yang cenderung
bersifat tetap, sedangkan karakteristik cenderung bisa berubah.
Memandang dari beberapa pengertian tentang
kepribadian maka penulis menyimpulkan bahwa kepribadian
adalah satu sifat yang melekat pada diri manusia yang dapat

14
ibid, 127-128
15
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta:Bulan Bintang, 2005), h. 9.
16
Uhar Suharsaputra, Menjadi Guru berkarakter,( Bandung: Refika
Aditama, 2013), h. 36
23

berubah sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan mereka


hidup.

c. Karakteristik Kepribadian
Dalam upaya memenuhi kebutuhan atau memecahkan
masalah yang dihadapi, ternyata tidak semua individu mampu
menampilkan secara wajar, normal atau sehat, di antara mereka
banyak juga yang mengalami tidak sehat.
E.B Hurlock mengemukakan bahwa penyesuaian yang sehat
atau kepribadian yang sehat (healthy personality) ditandai
dengan karakteristik sebagai berikut:
a) Mampu menilai diri secara realistik segala kelebihan dan
kekurangan/kelemahan yang menyangkut fisik dan
kemampuannya.
b) Mampu menilai dan menghadapi situasi serta kondisi secara
realistik dengan menerimanya secara wajar.
c) Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik
tidak membuatnya sombong jika memperoleh prestasi yang
tinggi dan tidak frustasi jika mengalami kegagalan.
d) Menerima tanggung jawab.
e) Kemandirian (autonomi). Mandiri dalam cara berpikir dan
bertindak, mengambil keputusan, mengarahkan dan
mengembangkan diri serta menyesuaikan diri secara
konstruktif dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
f) Dapat mengontrol emosi.
g) Berorientasi tujuan. Individu dapat merumuskan tujuannya
berdasarkan pertimbangan secara matang.
24

h) Berorientasi keluar. Individu bersifat respek, mempunyai


rasa empati dan kepedulian terhadap orang lain atau
lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berpikirnya.
i) Penerimaan sosial. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan
sosial, dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan
dengan orang lain.
j) Memiliki filsafat hidup. Dia mengarahkan hidupnya
berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan
agamanya.
k) Berbahagia. Kebahagiaan ini didukung oleh faktor-faktor
achievent (pencapaian prestasi), acceptance (penerimaan
orang lain), dan affection (perasaan dicintai dan disayangi
orang lain).17
Adapun kepribadian yang tidak sehat itu ditandai
dengan karakteristik seperti berikut: mudah marah, suka
khawatidan cemas, sering merasa tertekan, kejam atau
senang mengganggu orang yang usianya lebih muda atau
terhadap hewan, tidak mampu menghindari prilaku
menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum,
suka berbohong, hiperaktif, tidak menyukai bentuk
otoritas, senang mengkritik/mencemooh orang lain, sulit
tidur, kurang bertanggung jawab, sering mengalami pusing
kepala (penyebabnya bukan bersifat organis), kurang
memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama. pesimis ,
kurang bergairah dalam menjalani hidup.18

17
Syamsu Yusuf, op.cit., h.130-131
18
Ibid,. h.131-132
25

d. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru


Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian
yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta
menjadi teladan siswa.19
Di dalam peraturan Pemerintah No.74 tahun 2008
tentang Standar Nasional Pendidikan diungkapkan bahwa: “
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan
bagi siswa dan berakhlak mulia”.20
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan
personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi siswa dan
berakhlak mulia. Menurut Martinis Yamin, secara rinci sub-
kompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Sub-kompetensi kepribadian yang mantap dan stabil
memiliki indikator esensial; bertindak sesuai norma hukum;
bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru;
dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan
norma.
2) Sub-kompetensi kepribadian yang dewasa memiliki
indikator esensial; menampilkan kemandirian dalam
bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai
guru.
3) Sub-kompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator
esensial; menampilkan tindakan yang didasarkan pada
19
Sopiatin, op.cit., h. 67
20
Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008 (Bandung: Citra Umbara, 2010)
h.229.
26

pemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta


menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
4) Sub-kompetensi kepribadian yang berwibawa memiliki
indikator esensial; memiliki perilaku yang berpengaruh
positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang
disegani.
5) Sub-kompetensi akhlak mulia dan dapat menjadi teladan
memiliki indikator esensial; bertindak sesuai dengan norma
religius (iman dan taqwa, jujur, dan ikhlas, suka menolong),
dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
6) Sub-kompetensi evaluasi diri dan pengembangan diri
memiliki indikator esensial; memiliki kemampuan untuk
berinstrospeksi, dan mampu mengembangkan potensi diri
secara optimal.21
Kompetensi kepribadian berisi tentang integritas
karakter dan profil kepribadian guru meliputi: Beriman dan
bertaqwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis,
mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi
teladan peserta didik dan masyarakat, secara obyektif
mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri
secsara mandiri dan berkelanjutan.22
Jadi pada akhirnya peneliti menyimpulkan bahwa
kompetensi kepribadian guru pendidikan agama Islam yaitu
kemampuan guru yang berhubungan dengan sikap afektif

21
Martinis, op.cit., 8-9
22
Nur Hamim dan Tim, “Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi
Guru”, (Surabaya: Lemabaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Fakultas Tarbiyah
IAIN Sunan Ampel, 2011), h.6
27

(moralitas) yang terbentuk dalam prilaku dan sikap


diantaranya beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, arif
dan bijaksana, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif,
menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara
objektif mengevaluasi kinerja sendiri dan mengembangkan
diri secara mandiri dan berkelanjutan.

2. Kompetensi Profesional Guru


a. Pengertian Profesional
Istilah “profesional” (professional) aslinya adalah kata
sifat dari kata profession (pekerjaan) yang berarti sangat
mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, profesional
kurang lebih berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi
dengan menggunakan profesiensi sebagai mata pencaharian.23
Dalam persepsi lain dikatakan bahwa profesional
berasal dari kata profesi yang berarti secara analogis “mampu”
atau “ahli”. Profesi adalah suatu pekerjaan yang didasarkan
atas studi intelektual dan latihan yang khusus, sedangkan
profesional adalah sederajat atau standar ferformance (ability
and attitude) anggota profesi yang mencerminkan adanya
kesesuaian dengan kode etik profesi.24
Menurut Nana Sudjana, secara sederhana pekerjaan
yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat
dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu

23
Muhibbin Syah, op.cit., h. 229.
24
Pupuh Fathurrohman, Aa Suryana, Guru Profesional, (Bandung: Refika
Aditama, 2012),
28

dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena


tidak dapat atau tidak memperoleh pekerjaan lainnya.25
Sedangkan Uzer Usman, memberikan suatu kesimpulan
tentang kata ‘Profesional’ yaitu bahwa suatu pekerjaan yang
bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang
secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan
bagi kepentingan umum. Atas dasar pengertian ini, pekerjaan
profesional berbeda dengan lainnya karena suatu profesi
memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam
melaksanakan profesinya.26
Abdur Rahman Shaleh dalam bukunya Pendidikan
Agama & Pembangunan Watak Bangsa mengemukakan secara
sederhana profesionalisme atau suatu pekerjaan dikategorikan
sebagai profesi bila dalam melaksanakannya memerlukan
beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan
kemudian diaplikasikan untuk keperluan umum.27
Menurut Undang-undang nomor 14 tentang Guru dan Dosen
pasal 1 butir 4 mengatakan “profesional” adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran,

25
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo Offset, 2004), h.13.
26
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), h. 14.
27
Abdur Rachman Shaleh, Pendidikan Agama & Pembangunan Watak
Bangsa, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005), h. 283-284
29

atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma


tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.28
Dari uraian tersebut di atas penulis menyimpulkan bahwa
pengertian profesional adalah suatu kemampuan atau keahlian
khusus yang dimiliki seseorang sesuai dengan bidangnya yang
tidak bisa dimiliki oleh sembarang orang tanpa melalui proses
pendidikan atau latihan.

b. Ciri-ciri Guru Profesional


Guru profesional hendaknya mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Guru harus memperhatikan keadaan lingkungan sekolah
tempat ia bekerja.
2) Guru harus mengembangkan cara berpikir ilmiah.
3) Guru sebagai sumber ilmu pengetahuan harus lebih tahu
dalam bidangnya.29
Abuddin Nata secara garis besarnya membagi kepada
tiga ciri-ciri guru profesional yaitu:
a) Seorang guru yang profesional harus menguasai bidang
ilmu pengetahuan yang akan diajarkan dengan baik.
b) Seorang guru yang profesional harus memiliki
kemampuan menyampaikan atau mengajarkan ilmu yang
dimilikinya (transfer of knowledge) kepada murid-
muridnya secara efektif dan efesien.

28
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 3
29
Pupuh, op.cit., h. 115
30

c) Seorang guru profesional harus berpegang teguh kepada


kode etik profesional. Kode etik ini lebih dikhususkan
lagi tekanannya pada perlunya memiliki akhlak yang
mulia.30
Selanjutnya Westby dan Gibson dalam Sardiman,
mengemukakan ciri-ciri keprofesian dibidang
kependidikan sebagai berikut:31
(1) Diakui oleh masyarakat dan layanan dikategorikan
sebagai suatu profesi.
(2) Memiliki sekumpulan bidang ilmu pengetahuan.
Misalnya profesi di bidang kedokteran, harus pula
mempelajari anatomi, bakteriologi, dan sebagainya.
(3) Diperlukan persiapan yang sengaja dan sistematis.
(4) Memiliki mekanisme untuk menyaring sehingga
orang yang berkompeten saja yang diperbolehkan
bekerja.
(5) Memiliki organisasi profesional untuk meningkatkan
layanan kepada masyarakat.

c. Pengertian Kompetensi Profesional Guru


Kompetensi profesional sebagaimana diungkapkan
Sopiatin adalah kemampuan seorang guru dalam menguasai
materi pelajaran yang akan diajarkan dan konsep-konsep dasar
keilmuannya.32

30
Abudin Nata, Manajeman Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam di Indonesia, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2008), h.156
31
Sardiman, op.cit., h. 134-135
32
Popi Sopiatin, op.cit., h. 68
31

Menurut Muhibbinsyah kompetensi profesionalisme


guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan
guru dalam menjalankan profesi keguruannya.33
Wina Sanjaya mengungkapkan bahwa kompetensi profesional
adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan
penyelesaian tugas-tugas keguruan.34
Dalam konsep lain Martinis Yamin dan Maisah
menyatakan kompetensi profesional merupakan penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang
mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di
sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya,
serta penguasaan terhadap struktur dan methodology
keilmuan.35
Trianto mengungkapkan kompetensi profesional yaitu
kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu
pengetahuan, dan/atau seni dan budaya yang diampunya.36
Sementara itu secara islami, sebagaimana diungkapkan dalam
buku Guru Profesional, bahwa guru profesional adalah guru
yang memiliki keahlian serta kemampuan mumpuni, bukan
ahli tapi bisa melaksanakannya dengan baik dan sempurna.37
Adapun kompetensi profesional menurut Uzer Usman
meliputi: menguasai landasan pendidikan, menguasai bahan

33
Muhibbinsyah, op.cit., h.229
34
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbassi
Kompetensi, (Jakarta:Kencana, 2006), h.146
35
Martinis Yamin, Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta:Gaung
Persada, 2010), h. 11
36
Trianto, op.cit., h.55
37
Pupuh Fathurrahman, op.cit., h.2
32

pengajaran, menyusun program pengajaran, melaksanakan


program pengajaran, menilai hasil dan proses belajar mengajar
yang telah dilaksanakan.38
Secara umum menurut Armai Areif kriteria profesi
“profesional” harus memiliki tiga basic kependidikan yaitu
Menguasai teori-teori belajar mengajar, guru harus pandai,
dalam pekerjaannya guru berhak mendapatkan honor atau gaji
yang sesuai dengan pengorbanannya.39
Sardiman A.M menyebutkan ada “sepuluh kompetensi
guru” yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang
guru meliputi: menguasai bahan, mengelola program belajar
mengajar, mengelola kelas, menggunakan media/sumber,
menguasai landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar
mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan
pengajaran, mengenal fungsi dan program layanan bimbingan
dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah serta memahami prinsip-prinsip dan hasil penelitian
pendidikan guna keperluan mengajar.40
Dari pemaparan di atas peneliti menyimpulkan bahwa
kompetensi profesional guru PAI adalah substansi kemampuan
atau keahlian yang dimiliki guru secara luas dan mendalam
dari seluruh komponen pengajaran, dan mampu menciptakan
pengalaman-pengalaman belajar yang dapat membuat seluruh

38
Uzer Usman, op.cit., h.17-19
39
Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press, 2005),
h.34.
40
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2004), h. 163-164.
33

komponen mata pelajaran PAI menjadi bermakna bagi para


siswanya dalam memahami dan mempraktekkan ajaran Islam.

d. Mengembangkan Profesionalitas
Mengembangkan profesionalitas guru merupakan hal
yang amat strategis dalam upaya mewujudkan reformasi
pendidikan nasional. Profesionalitas dapat dikembangkan
dengan mendinamiskan tiga pilar utama diungkapakan Herman
Kartajaya:41
Pilar pertama, yaitu excellence atau keunggulan, yang
mempunyai makna bahwa seorang profesional harus memiliki
keunggulan tertentu dalam bidang dan dunianya. Ada empat
hal yang esensial dalam keunggulan ini yaitu: (1) commitment
atau porpose, yaitu memiliki komitmen untuk senantiasa
berada dalam koridor tujuan dalam melaksanakan kegiatannya
demi mencapai keunggulan; (2) opening your gift atau ability
yaitu memiliki kecakapan dalam bidangnya baik kecakapan
potensial atau terkandung maupun kecakapan aktuan atau
nyata; (3) being the first and the best you can be motivation;
yaitu memiliki motivasi yang kuat untuk menjadi yang pertama
dan terbaik dalam bidangnya; dan (4) continuous improvement;
yaitu senantiasa melakukan perbaikan secara terus menerus.
Pilar kedua, adalah profesionalisme, yaitu sikap mental
yang secara intrinsik menjiwai keseluruhan pola-pola
profesionalitas, baik internal maupun eksternal. Sikap mental

41
Mohamad Surya, Abdul Hasim, Rus Bambang Suwarno.Landasan
Pendidikan Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 81-82
34

ini ditunjukkan dengan “passion” atau semangat atau


keinginan kuat atau kerindun yang tertuju pada beberapa hal.
Ada empat “passion” sebagai pilar profesionalisme, yaitu: (1)
passion for knowledge, yaitu semangat untuk senantiasa
menambah pengetahuan baik melalui cara formal ataupun
informal; (2) passion for busines; yaitu semangat untuk
memberikan pelayanan yang terbaik terhadap pihak yang
menjadi tanggung jawabnya; dan (4) passion for people; yaitu
semangat untuk mewujudkan pengabdian kepada orang lain
atas dasar kemanusiaan.
Pilar ketiga adalah ethical atau etika yang terwujud
dalam karakter atau watak yang sekaligus sebagai fundasi
utama bagi terwujudnya profesionalitas paripurna.
Memandang dari pemaparan ketiga pilar tersebut maka
penulis sependapat bahwa benar adanya untuk
mengembangkan profesionalitas guru harus memiliki
keunggulan tersendiri tentang bidang yang ditekuninya dan
menjadi bagian yang menetap dari dirinya sehingga mampu
secara maksimal mengaktualisasikan perannya sebagai orang
yang profesional.

e. Strategi Pengembangan
Pengembangan profesionalitas dapat dilaksanakan secara
terpadu, konsepsional dan sistematis. Beberapa pendekatan
yang dapat dilakukan, antara lain sebagai berikut.42

42
Ibid, h. 82-84
35

1) Melalui pelaksanaan tugas


Pengembangan kompetensi melalui pelaksanaan tugas
pada dasarnya merupakan upaya menterpadukan antara
potensi profesional dengan pelaksanaan tugas-tugas
pokoknya.
2) Melalui respon
Pengembangan kompetensi melalui respon dilakukan
dalam bentuk suatu interaksi secara formal atau informal
yang biasanya dilakukan melalui berbagai interaksi seperti
pendidikan dan latihan, seminar, lokakarya, ceramah,
konsultasi, studi banding, penggunaan media, dan forum-
forum lainnya.
3) Melalui penelusuran dan perkembangan diri
Pada dasarnya, peningkatan kompetensi akan tergantung
pada kualitas pribadi masing-masing. Oleh karena itu,
upaya peningkatan profesionalisme seyogianya berpusat
pada keunikan potensi kepribadian masing-masing.
4) Melalui dukungan sistem
Mengingat besarnya peran guru pada tingkat institusional
dan intruksional, maka manajemen harus memprioritaskan
manajemen guru yaitu bagaimana menciptakan suatu
pengelolaan pendidikan yang memberikan suasana
kondusif bagi guru untuk melaksanakan tugas
profesionalnya secara kreatif dan produktif serta
memberikan jaminan kesejahteraan dan pengembangan
kariernya.
36

f. Kode Etik Guru


Kalau istilah “kode etik” itu dikaji, maka terdiri dari dua
kata, yakni “kode” dan “etik”. Perkataan “etik” berasal dari
bahasa Yunani, “ethos” yang berarti watak, adab atau cara
hidup. Dapat diartikan bahwa etik itu menunjukkan “cara
berbuat yang menjadi adat, karena persetujuan dari kelompok
manusia.” Dan etik biasanya dipakai untuk pengkajian sistem
nilai-nilai yang disebut “kode”, sehingga terjelmalah apa yang
disebut “kode etik’. Atau secara harfiah “kode etik” berarti
sumber etik. Etika artinya tata susila (etika) atau hal-hal yang
berhubungan dengan kesusialaan dalam mengerjakan suatu
pekerjaan. Jadi “kode etik guru” diartikan sebagai aturan tata
susila keguruan”.43
Menurut Westby Gibson dalam Sardiman, kode etik
(guru) dikatakan sebagai statement formal yang merupakan
norma (aturan tata susila) dalam mengatur tingkah laku guru.
Kode etik guru semacam penangkal dari kecenderungan
manusiawi seorang guru yang ingin menyeleweng , agar tidak
jadi berbuat menyeleweng. Kode etik juga merupakan
perangkat untuk mempertegas atau mengkristalisasi kedudukan
dan peranan guru serta sekaligus untuk melindungi
profesinya.44

43
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.49.
44
Sardiman, op.cit., h.152
37

Kode Etik Guru Indonesia dirumuskan sebagai


kumpulan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang
tersusun secara sistematis dalam suatu sistem yang bulat.45
Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai
landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga
PGRI dalam menunaikan tugas dan pengabdiannya sebagai
guru, di dalam dan di luar sekolah serta dalam masyarakat.
Adapun tujuan Kode Etik Guru Indonesia, yaitu:
1) Untuk menjunjung tinggi martabat profesi guru.
2) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
profesi guru.
3) Untuk meningkatkan pengabdian anggota profesi guru
dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia.
4) Untuk meningkatkan kualitas guru.untuk menetapkan
kualitas organisasi profesi guru.
Berikut akan dikemukakan kode etik guru Indonesia
sebagai hasil rumusan kongres PGRI XIII pada tanggal 21
sampai dengan 25 Nopember 1973 di Jakarta, terdiri dari
sembilan item, yaitu:
a) Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk
membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.
b) Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan
kurikulum sesuai kebutuhan anak didik masing-masing.

45
Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia,
1995), h.136.
38

c) Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam


memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi
menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
d) Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan
memelihara hubungan dengan orang tua anak didik
sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
e) Guru menciptakan hubungan baik dengan masyarakat di
sekitar sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas
untuk kepentingan pendidikan.
f) Guru sendiri atau bersama-sama berusaha
mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.
g) Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara
sesama guru, baik berdasarkan lingkungan kerja maupun
dalam hubungan keseluruhan.
h) Guru secara hukum bersama-sama memelihara,
membina, dan meningkatkan mutu organisasi guru
profesional sebagai sarana pengabdiannya.
i) Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.46

3. Disiplin Belajar
a. Pengertian
Disiplin adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku atau melakukan sesuatu sesuai dengan
norma yang berlaku.47

46
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., h. 49-50
39

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Badudu-Zain,


disiplin adalah aturan yang ketat, tata tertib yang harus
dipatuhi.48 Pendidikan yang menganut aturan melaksanakan
sesuai ketentuan, contohnya kalau seorang guru mengajar
dengan tepat waktu, siswa belajar di sekolah tidak pernah
terlambat datang, maka keadaan seperti itu dapat dikatakan
telah melaksanakan sesuai ketentuan waktu atau disebut
dengan disiplin waktu.
Disiplin menurut Simanjuntak dalam Fathurrahman yang
dimasyarakatkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik
Indonesia, adalah sikap mental yang mempunyai pandangan
bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin
dan esok harus lebih baik dari hari ini.49
Sementara itu dalam buku pengelolaan pendidikan,
pembicaraan disiplin dikenal dua istilah yang pengertiannya
hampir sama tetapi terbentuknya satu sama lain merupakan
urutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban. Maka
disiplin belajar kaitannya dengan disiplin kelas (dirjen PUOD
dan Dirjen Dikurya, dasmen, 1996:10) adalah keadaan tertib
dalam suatu kelas yang di dalamnya tergabung guru dan siswa
taat kepada tata tertib yang telah ditetapkan.50

47
Mohamad Surya, Abdul Hasim, Rus Bambang Suwarno,.Landasan
Pendidikan Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.46
48
Ibid, h.46
49
Pupuh Fathurrahman, op.cit., h.99
50
Bambang Ismaya, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Refika Aditama,
2015), h.102.
40

Disiplin berarti ketaatan terhadap aturan, baik untuk umum


maupun kelompok tertentu, dan bahkan terhadap aturan yang
kita buat untuk diri kita sendiri.51
Dalam arti luas disiplin mencakup setiap macam pengaruh
yang ditujukan untuk membantu peserta didik agar dia dapat
memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan
tuntutan yang mungkin ingin ditujukan peserta didik terhadap
lingkungannya.52
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa disiplin
adalah dorongan dan kesadaran hati untuk mematuhi peraturan
dan tata tertib dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungannya.
Sedangkan pengertian belajar merupakan kegiatan yang
dilakukan secara sadar dan rutin pada seseorang sehingga akan
mengalami perubahan tingkah laku secara keseluruhan,
maksudnya individu tersebut akan berubah atau bertambah
baik keetrampilan, kemampuan maupun sikap sebagai hasil
pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan.53
Khodijah menyimpulkan dari beberapa ahli tentang
pengertian belajar yaitu:1) belajar adalah sebuah proses yang
memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk
kompetensi, keterampilan, dan sikap yang baru, 2) proses
belajar melibatkan proses-proses mental internal yang terjadi

51
Sri Anitah, op.cit, h.11.5
52
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran,
(Jakarta:Rineka Cipta, 1995), h.126
53
Eneng Muslihah, op.cit., h.64
41

berdasarkan latihan, pengalaman dan interaksi sosial, 3) hasil


belajar ditunjukkan oleh terjadinya perubahan perilaku, dan 4)
perubahan yang dihasilkan dari belajar bersifat relatif
permanen.54
Menurut Djamarah, belajar adalah serangkaian kegiatan
jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotor.55
Sedangkan menurut Syah, secara umum belajar dapat
dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Sehubungan dengan pengertian ini bahwa perubahan tingkah
laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila,
mabuk, lelah, dan jenuh tidak dipandang sebagai proses
belajar.56
Bertolak dari berbagai definisi yang telah diuraikan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang dengan mengerahkan
daya kognitif, afektif, dan psikomotor dalam upaya melakukan
perubahan bagi dirinya secara menyeluruh baik berupa
pengalaman, sikap dan perilaku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.

54
Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:RajaGrafindo Persada:
2014)h, 50-51
55
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., h.13
56
Muhibbin Syah, op.cit., h. 90
42

Maka dari dua pengertian tersebut di atas yaitu pengertian


disiplin dan belajar, peneliti menyimpulkan bahwa disiplin
belajar siswa adalah dorongan sikap mental siswa untuk
mengikuti dan mematuhi peraturan dan tata tertib dalam proses
interaksi belajar mengajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran.

b. Proses Terbentuknya Disiplin Belajar


Bersandar kepada buku Strategi Pembelajaran di SD,
ada 6 alasan mengapa disiplin kelas itu sangat diperlukan
sebagai berikut:
1) Disiplin perlu diajarkan dan perlu dipelajari serta
dihayati oleh siswa, agar siswa mampu mendisiplinkan
dirinya sendiri karena disiplin bukan faktor bawaan.
2) Disiplin merupakan titik pusat berputarnya kehidupan
sekolah. Keberhasilan dan kegagalan sekolah tergantung
dari tingkat ketercapaian dalam menerapkan disiplin
sempurna.
3) Tingkat ketaatan siswa yang tinggi terhadap aturan kelas,
lebih-lebih jika ketaatan setiap orang pada aturan
tersebut tumbuh dari diri sendiri, bukan dipaksakan, akan
memungkinkan terciptanya iklim belajar yang kondusif.
4) Sebaliknya, tingkat ketaatan yang rendah terhadap aturan
kelas akan membuat iklim belajar yang tidak kondusif,
tidak menyenangkan.
5) Jumlah siswa dalam satu kelas, lebih-lebih di negeri kita
ini, cukup banyak. Satu kelas bisa terdiri dari 40-50
43

orang siswa. Kelas yang besar ini, jika tidak diikat oleh
aturan yang ditaati bersama akan dapat menimbulkan
kekacauan.
6) Kebiasaan untuk menaati aturan dalam kelas akan
memberi dampak yang lebih luas bagi kehidupan siswa
di dalam masyarakat. Siswa yang terbiasa menaati
peraturan di dalam kelas, akan terdorong pula menaati
aturan yang ada dalam masyarakat.57
Menurut Oteng Sutisna bahwa dalam menciptakan disiplin
yang efektif diperlukan kegiatan-kegiatan di antaranya
sebagai berikut:
a) Guru maupun murid hendaknya memiliki sifat-sifat
perilaku warga sekolah yang baik seperti sopan
santun, bahasa yang baik dan benar.
b) Murid hendaknya bisa menerima teguran atau
hukuman yang adil.
c) Guru dan murid hendaknya bekerjasama dalam
membangun, memelihara dan memperbaiki aturan-
aturan dan norma-norma.58
Menurut Lembaga Ketahanan Nasional
(Lemhanas), disiplin dapat terjadi dengan cara:
ditumbuhkan, dikembangkan dan diterapkan dalam
semua aspek menerapkan sanksi dengan bentuk ganjaran
dan hukuman, interaksi dengan lingkungannya,
membentuk disiplin, yaitu ada pihak yang memiliki

57
Sri Anitah, op.cit., h.11.8-11.9
58
Oteng Sutrisna, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1989), h.8
44

kekuasaan lebih besar, sehingga mampu mempengaruhi


tingkah laku ke arah tingkah laku yang diinginkannya.59

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kelas


Faktor yang mempengaruhi disiplin kelas
dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu faktor fisik, sosial,
dan psikologis.60
(1)Faktor fisik.
Disiplin kelas dilandasi oleh adanya interaksi guru-
siswa dalam konteks (hubungan) kelas maka faktor fisik
yang mempengaruhi disiplin kelas juga mencakup guru,
siswa, dan ruang kelas.
Kondisi fisik guru, antara lain tampak dalam
penampilannya, akan mempengaruhi ketatan siswa pada
aturan. Guru yang penampilannya rapi, sehat, dan
tampak bersemangat akan lebih mudah mengatur
siswanya daripada guru yang tampak lusuh dan lesu.
Kondisi fisik siswa yang prima, seperti tampak pada
penampilannya serta panca indra yang sehat akan
mempengaruhi ketaatan siswa pada aturan.
Kondisi fisik ruangan kelas, yang mencakup
keamanan dan susunan peralatan, serta cara penggunaan
alat-alat pelajaran juga mempengaruhi tingkat
kedisiplinan siswa. Misalnya, alat peraga yang
digunakan guru terlampau kecil apalagi jika alat itu

59
Lemhanas, Disiplin Nasional, (Jakarta:Balai Pustaka, 1997), h.15
60
Sri Anitah W, op.cit. h.11.10-11.12
45

dipegang sendiri oleh guru di depan kelas, maka siswa


yang duduk di tengah atau dibelakang akan berdiri dan
bergerak ke depan, dan akhirnya berkerumun di depan
kelas.
(2)Faktor Sosial
Hubungan antara siswa-guru dan tentunya siswa
dengan siswa terjadi di dalam kelas. Kualitas interaksi
sosial ini, dapat mempengaruhi disiplin kelas. Hubungan
yang akrab dan sehat, saling mempercayai akan mampu
meningkatkan disiplin kelas.
(3) Faktor psikologis
Faktor ini mencakup, antara lain perasaan (seperti
sedih, senang, marah, benci, bosan, dan sebagainya), dan
kebutuhan (seperti keinginan untuk dihargai, diakui, dan
disayangi). Siswa yang merasa sedih, marah atau bosan,
mungkin akan berbeda tingkat kepatuhannya
dibandingkan dengan mereka yang sedang gembira.

d. Strategi Mendisiplinkan Peserta Didik


Agar tidak melakukan kesalahan-kesalahan dalam
melakukan disiplin, beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah: disiplinkan peserta didik ketika anda dalam keadaan
tenang, tepat waktu dan tepat sasaran, hindari menghina dan
mengejek peserta didik, pilih hukuman secara tepat,
gunakan disiplin sebagai alat pembelajaran.61

61
E.Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2013), h.26
46

Reisman and Payne dalam Mulyasa mengemukakan


strategi umum mendisiplinkan peserta didik sebagai berikut:
1) Konsep diri (self-concept); Untuk menumbuhkan konsep
diri peserta didik guru disarankan bersikap empatik,
menerima, hangat, dan terbuka.
2) Keterampilan berkomunikasi (communication skills);
guru harus memiliki keterampilan komunikasi yang
efektif agar mampu menerima semua perasaan, dan
mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.
3) Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and
logical consequences); perilaku-perilaku yang salah
terjadi karena peserta didik telah mengembangkan
kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Untuk itu, guru
disarankan: menunjukkan secara tepat perilaku yang
salah, dan memanfaatkan akibat-akibat yang logis dan
alami dari perilaku yang salah.
4) Klarifikasi nilai (values clarification); yaitu membantu
peserta didik dalam menjawab pertanyaannya sendiri
tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya
sendiri.
5) Analisis transaksional (transaktional analysis);
disarankan agar guru bersikap dewasa, terutama apabila
berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi
masalah.
6) Terapi realitas (reality therapy); guru perlu bersikap
positif dan bertanggung-jawab terhadap seluruh kegiatan
47

di sekolah, dan melibatkan peserta didik secara optimal


dalam pembelajaran.
7) Disiplin yang terintegrasi (assertive dicipline); guru
harus mampu mengendalikan, mengembangkan dan
mempertahankan peraturan, tata tertib sekolah.
8) Modifikasi perilaku (behavior modification); guru harus
menciptakan pembelajaran yang kondusif, yang dapat
memodifikasi perilaku peserta didik.
9) Tantangan bagi disiplin (dare to dicipline); guru harus
cekatan, terorganisasi, dan tegas dalam mengendalikan
disiplin peserta didik. 62
Untuk mendisiplinkan peserta didik dengan
berbagai strategi tersebut, guru harus
mempertimbangkan berbagai situasi, dan perlu
memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh
karena itu, guru dituntut untuk melakukan hal-hal
seperti: mempelajari pengalaman peserta didik,
mengenal nama-nama peserta, mempertimbangkan
lingkungan sekolah dan lingkungan peserta didik,
memberikan tugas yang jelas, dipahami, sederhana dan
tidak bertele-tele, menyiapkan kegiatan sehari-hari,
berdiri di dekat pintu pada waktu mulai pergantian
pelajaran agar peserta didik tetap berada dalam
posisisnya sampai pelajaran berikutnya dilaksanakan,

62
Ibid, h.171-172
48

bergairah dan semangat dalam melakukan


63
pembelajaran.

e. Pananggulangan Pelanggaran Disiplin


Pengelolaan kelas yang baik akan menciptakan
disiplin kelas yang baik. Kelas dinyatakan disiplin apabila
setiap siswanya patuh pada aturan main / tata tertib yang
ada, sehingga dapat terlibat secara optimal dalam kegiatan
belajar.64
Penanggulangan pelanggaran disiplin kelas perlu
dilaksanakan secara penuh kehati-hatian, demokratis dan
edukatif. Cara-cara penanggulangan dilaksanakan secara
bertahap dengan tetap memerhatikan jenis gangguan yang
ada dan siapa pelakunya, apakah dilakukan oleh individu
atau kelompok.
Terdapat tiga jenis pembinaan disiplin kelas: pertama
teknik “inner control”, yakni menumbuhkan
kepekaan/penyadaran akan tata tertib atau dengan kata lain
peserta didik diharapkan dapat mengendalikan dirinya
sendiri. Kedua teknik “External Control” yaitu
mengendalikan diri dari luar berupa bimbingan dan
penyuluhan. Ketiga teknik “Cooperative Control”
pembinaan disiplin kelas dilakukan dengan bekerja sama

63
Ibid, h.172
64
Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alpabeta, 2011), h.94
49

guru dengan peserta didik dalam mengendalikan situasi


kelas ke arah terwujudnya tujuan kelas yang bersangkutan.65

f. Strategi Penanaman disiplin kelas


Berikut ini beberapa cara yang dapat dicoba dalam
menanamkan disiplin kelas dan sekaligus sebagai rambu-
rambu dalam memilih cara yang tetap atau sesuai dengan
keadaan kelas.66
1) Modelkan tata tertib yang sudah ditetapkan oleh sekolah;
a. Jika ingin anak-anak tidak terlambat, kita harus
mencontohkannya, dengan cara datang sebelum
waktunya atau tepat waktu.
b. Jika kita ingin anak berpakaian rapi, kita pun harus
mencontohkan dengan cara berpakaian rapi.
c. Jika aturan menyatakan bahwa anak-anak harus
meminta izin kalau mau keluar kelas atau tidak
masuk, guru pun harus mencontohkannya.
d. Kalau kita menginginkan anak-anak selalu menepati
janji, misalnya mengumpulkan PR atau sesuatu pada
waktu yang disepakati, kita pun harus
mencontohkannya pula. Misalnya, kita janjikan PR
akan diperiksa dan dikembalikan, kita harus
menepatinya.
2) Adakan pertemuan kelas secara berkala, terutama jika
ada aturan yang perlu ditinjau kembali.

65
Bambang Ismaya, op.cit., h.102-103
66
Sri Anitah, op.cit, h. 11.22-11.25
50

3) Terapkan aturan secara fleksibel (luwes) sehingga siswa


tidak merasa tertekan.
4) Sesuaikan penerapan aturan dengan tingkat
perkembangan anak.
5) Libatkan siswa dalam membuat aturan kelas.

g. Strategi Penanganan Disiplin Kelas


Dalam kehidupan sekolah, guru tentu berusaha agar
tidak ada masalah disiplin kelas yang muncul. Hal ini dapat
diusahakan melalui penanaman disiplin kelas secara efektif
dengan mempertimbangkan berbagai cara. Namun
kenyataannya, kehidupan kelas tidak selalu mulus. Ada saja
gangguan yang muncul sehingga sebagai guru, harus
mampu menangani masalah disiplin kelas yang muncul
tersebut. Maka dalam hal ini ada strategi yang
dikelompokkan menjadi 3 bagian sesuai dengan berat
ringannya gangguan yang muncul.
a) Menangani gangguan ringan
Winzer dalam Anitah67 menguraikan beberapa strategi
yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan ringan,
sebagai berikut:
(1) Mengabaikan. Gangguan kecil dan ringan yang
dianggap tidak akan mempengaruhi yang lain dapat
diabaikan saja. Misalnya ada siswa yang sibuk
mencari buku catatan sementara guru sedang
menerangkan.
67
Sri Anitah, ibid, hal.11.26-11.33
51

(2) Menatap agak lama. Misalnya ketika guru sedang


menerangkan lalu ada dua orang siswa ada yang
sedang bertengkar.
(3) Menggunakan tanda non verbal. Tanda non verbal
adalah tanda-tanda berupa gerakan tubuh, seperti
mengangkat tangan, menggeleng atau menaruh
tangan (telunjuk) di atas bibir.
(4) Mendekati. Gerak mendekati yang dilakukan guru
akan menyebabkan siswa yang mealakukan
pelanggaran sadar bahwa perbuatannya sudah
diketahui guru.
(5) Memanggil nama. Memanggil nama siswa yang
sedang melakukan pelanggaran kecil akan dapat
membantu memulihkan disiplin kelas asal dilakukan
secara bijaksana.
(6) Mengabaikan secara sengaja. Dalam kelas ada saja
anak yang suka mencari-cari perhatian maka abaikan
saja. Tindakan ini di dasarkan pada asumsi bahwa
tingkah anak yang suka menarik perhatian akan
menjadi-jadi jika ia mendapat perhatian.
b) Menangani gangguan berat
Gangguan berat atau besar adalah pelanggaran yang
dilakukan siswa yang dapat mempengaruhi siswa lain
atau mengganggu jalannya pelajaran. Winzer pun
mengemukakan strateginya pula antara lain:
(a) Memberi hukuman. Dalam menggunakan hukuman,
guru hendaknya memperhatikan hal-hal berikut.
52

1. Gunakan hukuman, hanya jika menganggap itu


sangat perlu.
2. Mulailah dengan hukuman yang ringan, misalnya
teguran yang halus, sebelum memutuskan
memberi hukuman yang keras.
3. Hukuman harus diberikan secara adil dan sesuai
dengan tingkat pelanggaran.
4. Ketika memberikan hukuman, ajarkan juga atau
contohkan apa yang semestinya dilakukan oleh
siswa.
5. Berhati-hatilah dalam memberikan hukuman,
pertimbangkan dampaknya bagi siswa, dan
mungkin bagi orang tua.
(b) Melibatkan orang tua.
c) Menangani Perilaku Agresif
Perilaku agresif adalah perilaku yang menyerang yang
ditunjukkan oleh siswa di dalam kelas. Maka ada
beberapa cara ubtuk menanganinya, yaitu:
1. Mengubah atau menukar tempat duduk
2. Jangan terjebak dalam konfrontasi atau perselisihan
yang tidak perlu.
Guru harus menyadari, terutama jika mengajar di
kelas tinggi karena perkembangan/pertumbuhannya,
anak-anak ingin bebas dari kekuasaan melalui
tindakan agresif atau konfrontasi verbal yang kasar
(misalnya mengucapkan kata-kata kasar yang
bersifat menentang), untuk menghadapinya maka
53

jangan mudah terpengaruh dan jangan layani tingkah


seperti itu.
3. Jangan melayani siswa yang agresif ketika hati
sedang panas
4. Hindarkan diri dari mengucapkan kata-kata yang
kasar atau yang bersifat menghina.
5. Konsultasi dengan pihak lain.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Berdasarkan pemahaman kompetensi kepribadian dan
kompetensi profesional guru PAI dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan disiplin belajar siswa, ternyata teori ini sesuai dengan
hasil tesis berikut :
1. FX Budi Raharjo, tesis yang berjudul “Hubungan antara persepsi
siswa tentang Kompetensi Pedagogi, Kompetensi Profesional,
Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial guru dan Sikap
Belajar Siswa SMK Negeri di Kabupaten Sidoarjo.68Penelitian ini
menggunakan rancangan analisis korelasilasional. Populasi
penelitian adalah siswa SMKN Sidoarjo yang berjumlah 507
siswa sedangkan penetapan sampel melibatkan siswa sebanyak
302 siswa. Instrumen yang menyangkut persepsi siswa terhadap
Kompetensi Pedagogi, Kompetensi Profesional, Kompetensi
Kepribadian, Kompetensi Sosial guru dan Sikap Belajar Siswa
dikembangkan dengan menggunakan Skala Likert. Data dianalisis
dengan menggunakan program SEM AMOS 19. Hasil analisis

68
Tesis S2 Program Studi Pendidikan Kejuruan Universitas Negeri Malang
tahun 2012.
54

data : (1) tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi


siswa terhadap kompetensi pedagogi guru dan sikap belajar siswa;
(2) tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa
terhadap kompetensi professional guru dan sikap belajar siswa;
(3) tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa
terhadap kompetensi kepribadian guru dan sikap belajar siswa; (4)
ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap
Kompetensi Sosial guru dan sikap belajar siswa.
2. Juni Efi Candra, tesis yang berjudul Profesionalisme Guru
Perspektif Islam (Telaah Kritis Terhadap Wewenang dan
Keteladanan). Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa
nilai-nilai profesionalisme guru menurut pandangan tokoh
pendidikan Islam yang sangat relevan dengan era global adalah
keilmuan yang luas, amanah dalam melaksanakan tugas,
keteladanan pada kepribadian serta memahami bahwa profesi
guru memiliki nilai transenden yaitu berupa pengabdian kepada
Allah dan pengabdian kepada tugas kependidikannya.69
3. Jurnal, oleh Muhammad Amin, Aunurrahman, M. Thamrin,
berjudul "hubungan antara kompetensi pedagogik dan kompetensi
kepribadian dengan kinerja guru Pendidikan Agama Islam SDN
Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya”. Hasil penelitian
ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang siginifikan
antara kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian baik
secara parsial maupun simultan dengan kinerja pembelajaran guru
Pendidikan Agama Islam di SDN Kecamatan Sungai Raya

69
Juni Efi Chandra Tesis Program Studi Bidang Pengkajian Islam UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
55

Kabupaten Kubu Raya. Hal ini disebabkan karena kedua


kompetensi yakni kompetensi pedagogik dan kompetensi
kepribadian dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru Pendidikan
Agama Islam sehingga benar-benar berpengaruh terhadap kinerja
pembelajaran guru itu sendiri.70
4. Nura’aeni Asmarani, Jurnal yang berjudul “ Peningkatan
Kompetensi Profesional Guru di Sekolah Dasar”. Kesimpulan
dari pemaparan hasil jurnal ini bahwa upaya-upaya yang dapat
dilakukan dalam rangka peningkatan kompetensi profesional
adalah : (1) upaya yang dapat dilakukan guru seperti : Membaca
buku-buku pendidikan, mengikuti berita aktual dari media
pembelajaran, mengikuti Pelatihan, dan mengikuti KKG,
melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dan berpartisipasi
aktif dalam organisasi profesional. ;(2) upaya yang dapat
dilakukan oleh kepala sekolah seperti : Melakukan pembinaan
kepada guru-guru, memberikan supervisi, mengadakan penataran,
melakukan kunjungan antar sekolah, dan memberikan kesempatan
kepada guru untuk melanjutkan pendidikan.
5. Isnanto Wahyu Djatmiko, disertasi yang berjudul:
“Pengembangan Keprofesionalan Guru Sekolah Menengah
Kejuruan”. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa
kematangan psikologis dan mengelola pengetahuan dan
keterampilan guru SMK berpengaruh secara signifikan terhadap
kegiatan pengembangan keprofesionalan yang dilakukan guru

70
Muhammad Amin, Ainurrahman, M.Thamrin, Program Magister
Administrasi Pendidikan FKIP Universitas Tanjung Pura Pontianak.
56

serta berdampak pada kinerja dan keefektifan guru SMK dalam


melaksanakan profesinya.71
Memandang dari kelima relevansi hasil penelitian di atas,
sedikit dapat penulis gambarkan titik perbedaan penelitian atau
kajian dengan yang penulis lakukan. Dalam penelitian di atas yang
diteliti hanya berkisar tentang ada atau tidak adanya hubungan dari
keempat kompetensi guru. Seperti yang dijelaskan dalam tesis Budi
Raharjo dan jurnal Muhammad Amin. Sementara dalam tesis Juni
Efi Chandra, jurnal Nur’aeni Asmarani serta disertasi Ismanto,
membahas tentang masalah tugas guru sebagai bentuk pengabdian
kepada Allah serta tentang pengembangan profesional guru.
Sedangkan yang dibahas dalam tesis peneliti adalah tentang
pengaruh yang dibatasi dalam dua kompetensi yaitu kompetensi
kepribadian dan kompetensi profesional dalam meningkatkan
disiplin belajar siswa, kalaupun ada sedikit persamaan itu hanya
sebatas dalam kajian teori yaitu tentang kepribadian dan profesional.
Disamping itu dalam penelitian ini membandingkan dua sekolah
yang berbeda sementara dalam penelitian di atas hanya satu sekolah.
Begitupun tempat penelitian yang berbeda sehingga memberikan
gambaran yang berbeda pula.

C. Kerangka Berpikir
1. Kompetensi Kepribadian Guru PAI dalam Meningkatkan Disiplin
Belajar Siswa
Hubungan guru dengan siswa/anak didik dalam proses
belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan.
Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan,

71
Disertasi S3 Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Negeri Yogyakarta 2012
57

bagaimanapun sempurnanya metode yang digunakan, namun jika


hubungan guru-siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis,
maka dapat menghasilkan suatu hasil yang tidak diinginkan.
Dalam interaksi edukatif yang berlangsung telah terjadi
interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang
menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan
gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang
bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar.
Guru memberikan layanan yang terbaik kepada anak didik,
dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan
menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik
dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta
hubungan dua arah yang harmonis antara guru dengan anak didik.
Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki
kepribadian ideal. Oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap
sebagai model atau anutan. Adalah bukan suatu kebetulan apabila
sikap dan perilaku siswa dipengaruhi oleh bagaimana
kepribadian, sikap dan perilaku guru dalam menyikapi dan
memperlakukan siswa karena hal itu menjadi penentu utama bagi
terlaksannya proses pendidikan dan pembelajaran yang efektif
dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran.
Dalam pembelajaran, mendisiplinkan peserta didik harus
ditujukan untuk membantu mereka menemukan diri, mengatasi,
mencegah timbulnya masalah disiplin, dan berusaha menciptakan
situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran sehingga
mereka mentaati peraturan yang telah ditetapkan. Dan dalam
58

menanamkan disiplin, guru bertanggungjawab mengarahkan,


menjadi contoh, sabar dan penuh pengertian.
2. Kompetensi Profesional Guru PAI dalam Meningkatkan Disiplin
Belajar Siswa
Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada
dasarnya ialah tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai,
menghargai, menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung
jawab profesi. Guru harus sadar bahwa tugas dan tanggung
jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain, kecuali oleh
dirinya.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam
menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang
dilaksanakannya. Oleh sebab itu, selaku tenaga profesional guru
harus memikirkan dan membuat perencanaan secara saksama
dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan
memperbaiki kualitas mengajarnyannya.
Guru berperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar,
bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi
belajar-mengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses
belajar-mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik,
dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran
dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka
capai. Karena suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai
jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan.
59

3. Kompetensi Kepribadian dan Kompetensi Profesional Guru PAI


dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa.
Pada umumnya guru melakukan berbagai kegiatan di kelas,
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Berbagai strategi
pembelajaran dilakukan untuk mendorong terjadinya proses
pembelajaran.
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan seorang
guru dalam memberikan suatu contoh perilaku baik kepada siswa
sehingga mereka dapat mengembangkan sikap positif dalam
melaksanakan kegiatan belajarnya. Hal ini berkaitan dengan
bahwa seorang guru tidak hanya bertugas untuk mencerdaskan
siswa, tetapi juga harus dapat mengembangkan kepribadian siswa
yang berakhlak dan berkarakter.
Guru yang profesional bukanlah guru yang hanya dapat
mengajar dengan baik, tetapi juga guru yang dapat mendidik.
Untuk ini, selain harus menguasai ilmu yang diajarkan dan cara
mengajarnya dengan baik, seorang guru juga harus memiliki
akhlak yang mulia. Guru juga harus mampu meningkatkan
pengetahuannya dari waktu ke waktu, sesuai dengan
perkembangan zaman. Berbagai perubahan yang diakibatkan oleh
kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi juga
harus diantisipasi oleh guru. Dengan demikan seorang guru tidak
hanya menjadi sumber informasi, ia juga dapat menjadi
motivator, inspirator, dinamisator, fasillitator, katalisator,
evaluator, dan sebagainya.
Dengan kompetensi kepribadian dan kompetensi
profesional guru PAI dalam proses pembelajaran untuk
60

meningkatkan disiplin belajar ini diharapkan tujuan pendidikan


akan terwujud sehingga dapat menghasilkan perubahan prilaku
yang baik dari segi sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada
diri siswa.

D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka diajukan hipotesis
sebagai berikut:
1. Ho : Tidak terdapat pengaruh kompetensi kepribadian guru PAI
dalam meningkatkan disiplin belajar siswa di SMK Negeri 8 Kota
Tangerang dan di SMK Tiara Aksara Kota Tangerang.

HI : Terdapat pengaruh kompetensi kepribadian guru PAI dalam


meningkatkan disiplin belajar siswa di SMK Negeri 8 Kota
Tangerang dan di SMK Tiara Aksara Kota Tangerang.

2. Ho : Tidak Terdapat pengaruh kompetensi profesional guru PAI


dalam meningkatkan disiplin belajar siswa di SMK Negeri 8 Kota
Tangerang dan di SMK Tiara Aksara Kota Tangerang.

HI : Terdapat pengaruh kompetensi profesional guru PAI dalam


meningkatkan disiplin belajar siswa di SMK Negeri 8 Kota
Tangerang dan di SMK Tiara Aksara Kota Tangerang.

3. Ho : Terdapat pengaruh kompetensi kepribadian dan kompetensi


profesional guru PAI terhadap peningkatan disiplin belajar siswa
di SMK Negeri 8 Kota Tangerang dan di SMK Tiara Aksara Kota
Tangerang.

HI : Terdapat pengaruh kompetensi kepribadian dan kompetensi


profesional guru PAI terhadap peningkatan disiplin belajar siswa
di SMK Negeri 8 Kota Tangerang dan di SMK Tiara Aksara Kota
Tangerang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di dua sekolah, yaitu di SMK
Negeri 8 dan SMK Tiara Aksara Kota Tangerang. Penelitian
dilakukan pada kelas XI Jurusan Tehnik Pendingin, dan Mekatrinika
pada SMK Negeri 8, sedangkan di SMK Tiara Aksara jurusan
Administrasi Perkantoran.
Lokasi SMKN 8 ada di Jl. H. Djasirin Nomor 4 RT 01/02
Kelurahan Jatiuwung Kecamatan Cibodas Kota Tangerang Kode pos
15138. Sedangkan SMK Tiara Aksara terletak di Jl. H.Aning
Sangiang Jaya Periuk RT 01/03 Kelurahan Gembor Kecamatan
Periuk Kota Tangerang. Dengan nomor SK Pendirian Sekolah
421/43-Dis P & K. Dengan luas tanah milik 618799 dan bukan milik
seluas 910. Sekolah ini bernuansa Islam seluruh peserta didik dan
gurunya beragama Islam.
Tabel 3.1
Jadwal Waktu Kegiatan Penelitian
Okt-
Apri Mei Juni Juli Agust. Sept.
Bulan Nop.
1-4 1-4 1-4 1-4 1-4 1-4 1-4
1. Pengajuan Judul X
2. Penyusunan Proposal X
3. Seminar Proposal X
4. Studi Pendahuluan X
5. Penyusunan X
Instrumen
6. Penyebaran X
Instrumen
7. Uji analisis dan X X
61
62

Okt-
Apri Mei Juni Juli Agust. Sept.
Bulan Nop.
1-4 1-4 1-4 1-4 1-4 1-4 1-4
pelaporan uji coba
8. Revisi Instrumen X
9. Penyebaran X
instrumen penelitian
10.Pengolahan data X X X
hasil instrumen
11.Penyelesaian tesis X X
12.Pelaporan tesis/siap X
sidang
13. Sidang Tesis X

B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode survey dengan
analisis regresi ganda. Metode survey digunakan karena peneliti
ingin memahami tentang suatu fenomena yang terjadi dalam sekolah.
Cara untuk mengumpulkan data penelitian adalah dengan cara
melakukan survey (pengambilan data langsung pada objek lapangan)
yaitu melalui observasi, wawancara dan angket. Analisis regresi
ganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dua
variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat. Penelitian ini
termasuk jenis penelitian kuantitatif disebut metode kuantitatif
karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis
1
menggunakan statistik.
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, tehnik

1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), h.13
63

pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,


pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisa data
bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan.2
Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang diteliti, yaitu
dua variabel bebas, kompetensi kepribadian (X1) dan kompetensi
profesional Guru PAI (X2) serta satu variabel terikat yakni disiplin
belajar siswa (Y). Selanjutnya variabel penelitian ini dihubungkan
antara satu dengan lainnya. Adapun pola hubungan dari ketiga
variabel peneliti tuangkan pada gambar berikut ini:
Gambar 3.1
Hubungan antara Variabel

Kompetensi Kepribadian
Guru PAI
kKO
(X1) Disiplin Belajar
Siswa
(Y)
Kompetensi Profesional
Guru PAI
(X2)

Keterangan:
X1: Variabel Bebas : Kompetensi Kepribadian Guru PAI
X2: VariabelBebas : Kompetensi Profesional Guru PAI
Y: Variabel Terikat : Disiplin Belajar Siswa

2
Ibid, h.14
64

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK
Negeri 8 dan SMK Tiara Aksara Kota Tangerang tahun ajaran
2015/2016. Dari SMK Negeri 8 terdiri dari 173 siswa, sementara
dari SMK Tiara Aksara 77 orang, dengan demikian maka seluruh
populasi berjumlah 250 siswa.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut.3Sebagai sampel dalam
penelitian ini, sebagaimana yang dikemukakan Arikunto, apabila
subyek kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil 10 – 15%,
atau 20 – 25% atau lebih.4
Berdasarkan pendapat Arikunto tersebut peneliti
mengambil 30% dari jumlah populasi yang ada di SMKN 8 Kota
Tangerang yaitu sebanyak 173, maka diambil sebagai sampelnya
51 siswa. Sementara jumlah populasi yang ada di SMK Tiara
Aksara Kota Tangerang sebanyak 77, karena jumlah ini kurang
dari 100 maka peneliti mengambil seluruh populasi sebagai
sampelnya.

3
Ibid, h. 118-120
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta:PT Rineka Cipta,2010), h. 120
65

D.Instrumen Penelitian
1. Kompetensi Kepribadian Guru PAI (variabel X1)
a. Definisi Konseptual Variabel Kompetensi Kepribadian Guru
PAI
Kompetensi kepribadian guru merupakankemampuan
personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
siswa dan berakhlak mulia.5
b. Definisi Operasional Variabel Kompetensi Kepribadian Guru
PAI
Secara operasional yang dimaksud kompetensi kepribadian
guru adalah skor kepribadian guru yang diukur dengan
indikator kompetensi yang mantap dan stabil: bertindak
sesuai norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial;
bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma. Dewasa : menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki
etos kerja sebagai guru. Arif : menampilkan tindakan yang
didasarkan pada pemanfaatan peserta didik, sekolah, dan
masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir
dan bertindak. Berwibawa: memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki
perilaku yang disegani. Berakhlak mulia dan dapat menjadi
teladan:bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan
taqwa, jujur, dan ikhlas, suka menolong), dan memiliki

5
Martinis Yamin, Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung
Persada, 2010), h.8
66

perilaku yang diteladani peserta didik. Evaluasi diri dan


pengembangan diri:memiliki kemampuan untuk
berinstrospeksi, dan mampu mengembangkan potensi diri
secara optimal. Dengan jumlah pertanyaan sebanyak 24 buah.
Penggunaan angket menggunakan skala liker yang terdiri atas
pernyataan positif yang diberi skor SL=5, SR=4, KD=3,
PR=2, TP=1
c. Kisi-kisi Instrumen Kompetensi Kepribadian Guru PAI
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Kompetensi Kepribadian Guru PAI
Butir
No. Variabel Aspek Indikator
Soal
1. Kompetensi Mantap dan  Bertindak sesuai norma 1
Kepribadian stabil hukum
Guru PAI  Bertindak sesuai norma sosial 2
(Variabel X1)  Bangga sebagai guru 3
 Memiliki konsisten dalam 4
bertindak sesuai norma
2. Dewasa  Menampilkan kemandirian 5,6,78,9
dalam bertindak sebagai
pendidik dan memiliki etos
kerja sebagai guru
3. Arif  Menampilkan tindakan yang 10,11,1
didasarkan pada pemanfaatan 2,
peserta didik, sekolah dan 13
masyarakat
 Menunjukkan keterbukaan 14,
dalam berpikir dan bertindak 15

4. Berwibawa  Memiliki perilaku yang 16


berpengaruh positif terhadap
peserta didik
 Memiliki perilaku yang 17
disegani
5. Berakhlak  Bertindak sesuai dengan 18
67

Butir
No. Variabel Aspek Indikator
Soal
mulia dan norma religius. 19,
dapat menjadi  Memiliki perilaku yang 20
teladan diteladani peserta didik
6. Evaluasi diri  Memiliki kemampuan untuk 21, 22
dan berinstrospeksi 23,2 24
pengembangan  Mampu mengembangkan diri
diri secara optimal

2. Kompetensi Profesional Guru PAI (Variabel X2)


a. Definisi Konseptual Variabel Kompetensi Profesional Guru
PAI
Kompetensi profesional Guru agama adalah sejumlah
kewenangan dan kemampuan guru PAI dalam rangka
melaksanakan tugas profesinya, meliputi kompetensi
diantaranya menguasai bahan ajar, menyusun silabus dan
acara pembelajaran, melaksanakan acara pembelajaran, dan
menilai hasil belajar.6
b. Definisi Operasional Variabel Kompetensi Profesional Guru
PAI
Kompetensi profesional Guru PAI yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah nilai yang diperoleh tes angket
kemampuan atau keahlian yang dimiliki guru secara luas dan
mendalam dari seluruh komponen pengajaran, dan mampu
menciptakan pengalaman-pengalaman belajar yang dapat
membuat seluruh komponen mata pelajaran PAI menjadi
bermakna bagi para siswanya dalam memahami dan

6
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama & Pembangunan Watak
Bangsa, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 285-286
68

mempraktekkan ajaran Islam yang dapat diukur


melalui:menguasai landasan pendidikan, menguasai bahan
pengajaran, menyusun program pengajaran, melaksanakan
program pengajaran, menilai hasil dan proses belajar
mengajar yang telah dilaksanakan, yang kemudian dijabarkan
melalui indikator-indikator. Dari indikator-indikator inilah
nantinya akan dibuat pernyataan-pernyataan dan dijadikan
angket yang kemudian akan disebarkan kepada responden-
responden untuk dijawab sesuai dengan keadaan yang nyata
dilapangan.
c. Kisi-kisi Instrumen Kompetensi Profesional Guru PAI
(Variabel X2)
Adapun kisi-kisi Instrumen adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Kompetensi Profesional Guru PAI
Butir
No Variabel Aspek Indikator
Soal
1. Kompetensi Menguasai • mengenal tujuan 1
Profesional landasan pendidikan untuk
Guru PAI pendidikan mencapai tujuan
(Variabel X2) pendidikan nasional 2
• mengenal fungsi
sekolah dalam 3
masyarakat
• mengenal prinsip-
prinsip psikologi
pendidikan yang dapat
dimanfaatkan dalam
proses belajar mengajar
2. Menguasai • menguasai bahan 4,5,6
bahan pengajaran sesuai
pengajaran kurikulum
• menguasai bahan 7,8, 9,10
69

Butir
No Variabel Aspek Indikator
Soal
pengayaan
3. Menyusun • menetapkan tujuan 11
program pembelajaran
pengajaran • memilih dan 12
mengembangkan bahan
pembelajaran
• memilih dan 13
mengembangkan
strategi belajar-
mengajar
• memilih dan 14,15
mengembangkan media
pengajaran yang sesuai
• memilih dan
memanfaatkan sumber 16
belajar

4. Melaksanaka • menciptakan iklim 17


n program belajar mengajar yang
pengajaran tepat
• mengatur ruangan 18
mengajar
• mengelola interaksi 19,20
belajar mengajar.

5. Menilai hasil • menilai prestasi murid 21,22,23


dan proses untuk kepentingan
belajar pengajaran
mengajar • menilai proses belajar 24
yang telah mengajar yang telah
dilaksanakan dilaksanakan
70

3. Disiplin Belajar Siswa (VariabelY)


a. Definisi Konseptual Disiplin Belajar Siswa
Dalam arti luas disiplin mencakup setiap macam pengaruh
yang ditujukan untuk membantu peserta didik agar dia dapat
memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan
tuntutan yang mungkin ingin ditujukan peserta didik terhadap
lingkungannya.7
b. Definisi Operasional Variabel Disiplin Belajar Siswa
(VariabelY)
Disiplin belajar siswa disini dimaksudkan adalah skor yang
diperoleh dari respon siswa yang berkaitan dengan disiplin
belajar siswa, yaitu tentang aspek: ketaatan terhadap
peraturan sekolah, ketaatan terhadap kegiatan belajar-
mengajar di sekolah, melaksanakan tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawabnya, dan disiplin belajar di rumah, yang
kemudian dijabarkan melalui indikator-indikator.
c. Kisi-kisi Instrumen Disiplin Belajar Siswa (Variabel Y)
Adapun kisi-kisi Instrumen adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Disiplin Belajar Siswa
No Variabel Aspek Indikator Butir Soal
1. Disiplin Belajar Ketaatan • Datang tepat waktu 1
Siswa (Variabel terhadap • Tertib berpakaian 2
Y) peraturan • Patuh kepada guru
sekolah 3

7
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta:Rineka
Cipta, 1995), h.126
71

No Variabel Aspek Indikator Butir Soal


2. Ketaatan • Perhatian pada 4,5,6
terhadap proses kegiatan
kegiatan pembelajaran
belajar- • Tertib saat belajar di 7,8 ,
mengajar di kelas
sekolah • Penggunaan fasilitas 9,10
3. Melaksanaka • Ketaatan 11, 12
n tugas-tugas menyelesaikan tugas
yang menjadi • Ketaatan
tanggung mengerjakan PR 13,14
jawabnya • Mengerjakan soal
ujian 15,16,17
4. Disiplin • Ketaatan pada aturan 18
belajar di di rumah 19,20
rumah • Keteraturan belajar
di rumah

E. Kalibrasi Instrumen
1. PengujianValiditas (Kesahihan)
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kepalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu
instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.
Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah.8 Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur.9Perhitungan validitas butir soal dilakukan
dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson,
yaitu sebagai berikut:
8
Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 158
9
Sugiyono, op.cit., h.173
72

n ( ∑ XY ) − ( ∑ X )( ∑ Y )
rxy =
{n ( ∑ X 2
}{
) − (∑ X ) 2 n(∑ Y 2 ) − (∑ Y ) 2 }
Keterangan :
= koefisien korelasi

= jumlah Responden
x = jumlah nilai-nilai x
∑ = jumlah kuadrat nilai-nilai x
∑y = jumlah nilai-nilai y
∑ = jumlah kuadrat nilai-nilai y
Koefisien korelasinya signifikan atau tidak digunakan distribusi
(tabel t) dengan α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2).
Kemudian diambil keputusan dengan membandingkan thitung
terhadap ttabel. Adapun kaidah keputusan adalah :
a. Jika thitung>ttabel berarti Valid
b. Jika thitung<ttabel berarti tidak Valid
Setelah dilakukan uji validitas maka didapat data sebagai
berikut:
1) Variabel X1
Pada variabel X1ada 24 instrumen penelitian yang diujikan
ke 20 sampel. Setelah dilakukan pengujian ada 20 nomor
instrumen penelitian yang dinyatakan valid.
73

Tabel 3.5
Daftar Drof dan Valid Variabel X1
Butir Butir Butir
Indikator
Instrumen Drop Valid
 Bertindak sesuai norma 1 1
hukum 2 2
 Bertindak sesuai norma sosial 3 3
 Bangga sebagai guru 4
 Memiliki konsisten dalam 4
bertindak sesuai norma
 Menampilkan kemandirian 5,6,7,8,9 5 6,7,8,9,
dalam bertindak sebagai
pendidik dan memiliki etos
kerja sebagai guru
 Menampilkan tindakan yang 10,11,12,13, 10,11,12,13
didasarkan pada pemanfaatan
peserta didik, sekolah dan 14,16
masyarakat 14,15
 Menunjukkan keterbukaan
dalam berpikir dan bertindak
 Memiliki perilaku yang 16 16
berpengaruh positif terhadap
peserta didik 17
 Memiliki perilaku yang
disegani 17
 Bertindak sesuai dengan norma 18 18
religius (iman dan taqwa,jujur,
ikhlas dan suka menabung)
 Memiliki perilaku yang 19,20 19,20
diteladani peserta didik
 Memiliki kemampuan untuk 21,22 21 22
berinstrospeksi
 Mampu mengembangkan diri 23,24 23,24
secara optimal
74

2) Variabel X2
Pada variabel X2 ada 24 instrumen penelitian yang diujikan
ke 20 sampel. Setelah dilakukan pengujian ada 20 nomor
instrumen penelitian yang dinyatakan valid.

Tabel 3.6
Daftar Drof dan Valid Variabel X2
Butir Butir Butir
Indikator
Instrumen Drop Valid
• mengenal tujuan pendidikan 1 1
untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional
• mengenal fungsi sekolah dalam 2
masyarakat 2
• mengenal prinsip-prinsip
psikologi pendidikan yang 3
dapat dimanfaatkan dalam 3
proses belajar mengajar
• menguasai bahan pengajaran 4,5,6 5 4,6
sesuai kurikulum
• menguasai bahan pengayaan 7,8,9,10 7,8,9,10

• menetapkan tujuan 11 11
pembelajaran
• memilih dan
• mengembangkan bahan 12 12
pembelajaran
• memilih dan
mengembangkan strategi belajar-
mengajar 13 13
• memilih dan mengembangkan
media pengajaran yang sesuai
• memilih dan memanfaatkan 14,15 14,15
sumber belajar 16 16
75

Butir Butir Butir


Indikator
Instrumen Drop Valid
• menciptakan iklim belajar 17 17
mengajar yang tepat
• mengatur ruangan mengajar 18
• mengelola interaksi belajar 19,20 20 18
mengajar.
19
• menilai prestasi murid untuk 21,22, 21,22,
kepentingan pengajaran 23 23
• menilai proses belajar
mengajar yang telah
dilaksanakan 24 24

Pada variabel Y ada 24 instrumen penelitian yang diujikan ke 20


sampel. Setelah dilakukan pengujian ada 20 nomor instrumen penelitian
yang dinyatakan valid.

Tabel 3.7
Daftar Drof dan Valid Variabel Y
Butir Butir Butir
Indikator
Instrumen Drop Valid
• Datang tepat waktu 1 1
• Tertib berpakaian 2 3 2
• Patuh kepada guru 3
• Perhatian pada proses 4,5,6,78 5 4,6,78
kegiatan pembelajaran
• Tertib saat belajar di
kelas 9,10 9,10
• Penggunaan fasilitas
11,12 11,12
• Ketaatan 13,14,15,16, 13,14,15,16
menyelesaikan tugas 17
• Ketaatan mengerjakan 17,18,19 18, 1
PR 20,21
• Mengerjakan soal ujian 20,21
76

Butir Butir Butir


Indikator
Instrumen Drop Valid
• Ketaatan pada aturan di 22 22
rumah 23,24
• Keteraturan belajar di 23,24
rumah

2. Pengujian Reliabilitas (Keterhandalan)


Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Yang
diusahakan dapat dipercaya adalah datanya, bukan semata – mata
instrumennya.10 Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan
tingkat ketepatan (keterandalan atau keajegan).
Keterhandalan (reliabilitas) perangkat soal untuk angket
digunakan indeks reliabilitas Cronbach Alpha dengan rumus:

di mana :
rii = Koefisien reliabilitas tes
n = Banyaknya butir soal yang dikeluarkan dalam
tes
Sti = Varians total
∑St = Jumlah Varians skor dari tiap-tiap item
1 = Bilangan konstanta
Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak
digunakan distribusi (tabel r) dengan α = 0,05 dan derajat
kebebasan (dk = n – 2). Kemudian diambil keputusan dengan
membandingkanrhitungterhadap rtabel. Adapun kaidah keputusan
adalah :

10
Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 168-169
77

a. Jika rhitung> rtabel berarti reliabel


b. Jika rhitung< rtabel berarti tidak reliabel
Berdasarkan perhitungan realibilitas dengan menggunakan
metode Alpha, diperoleh nilai untuk masing-masing variabel,
sebagai berikut:
Variabel yaitu = 0,979 untuk variabel = 0,982
sedangkan variabel Y, = 0,963. Ketiga hasil variabel tersebut
dikonsultasikan dengan nilai tabel r Product Moment dengan dk=
n-1= 20-1= 19, signifikansi 5% maka diperoleh tabel = 0,456.
Kesimpulannya: karena masing-masing variabel lebih besar
dari r tabel maka semua data yang dianalisis adalah reliabel.

F. Tehnik Analisa Data


1. Pengumpulan Data
Sebagai alat pengumpulan data harus betul-betul dirancang dan
dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris
sebagaimana adanya. Alat pengumpulan data juga dilakukan pada
saat peristiwa berlangsung, yang mana alat pengumpulan data itu
berupa:
a. Pengamatan (observasi), adalah metode pengumpulan data di
mana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka
saksikan selama penelitian.
b. Kuesioner (angket), merupakan tehnik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Dalam penyebaran daftar pertanyaan atau pernyataan
78

kuesioner (angket) yang dilakukan dengan mengajukan


pertanyaan atau pernyataan yang jelas dan tersusun kepada
responden yang terpilih sebagai sampel, kemudian jawaban
tersebut diklasifikasikan menurut skala likert’s dengan kategori
skor sebagai berikut:
1) Jawaban Selalu (SL) diberi skor 5
2) Jawaban Sering (SR) diberi skor 4
3) Jawaban Kadang-kadang (KD) diberi skor 3
4) Jawaban Pernah (PR) diberi skor 2
5) Jawaban Tidak Pernah (TP) diberi skor 1
Alat penelitian yang menggunakan skala likert’s dapat dibuat
dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
Untuk alat pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa
alat pengumpulan data yaitu:
a) Untuk data primer peneliti menggunakan interview
(wawancara) tidak terstruktur yaitu wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan. Data primer berikutnya yaitu
menggunakan angket dengan cara didistribusikan terlebih
dahulu ke seluruh responden dengan meminta kepada
mereka untuk mengisi angket tersebut sesuai dengan yang
dialami responden.
b) Untuk data sekunder menggunakan alat pengumpulan data
berupa pengamatan (observasi) dan dengan kajian pustaka
79

(library research) untuk mencari teori-teori yang relevan


terhadap judul.
2. Tehnik Analisa Data
Analisa data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional untuk
meningkatkan disiplin belajar, setelah data terkumpul yang
diperoleh melalui instrumen yang dipilih, langkah berikutnya
adalah mengolah dan menganalisis data untuk menjawab
pertanyaan penelitian, atau menguji hipotesis dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Uji Persyaratan Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji prasyarat agar langkah-langkah
yang akan diambil selanjutnya benar. Uji normalitas data
ini digunakan untuk memeriksa apakah data yang terjaring
dari masing-masing variabel berdistribusi normal atau
tidak. Dalam penelitian ini perhitungan akan
menggunakan program komputer yaitu program SPSS for
Windows menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov.
Ketentuan pengujian penolakan atau penerimaan hipotesis
apabila signifikansi dibawah atau sama dengan 0,05 maka
H0 diterima dan Ha ditolak.11
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi yang sempurna

11
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS
(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006), h. 30-32.
80

antarvariabel bebas (independent). Model regresi yang


baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang sempurna
diantara variabel bebas..
c. Uji Heteroskedastisitas
Pengertian heteroskedastisitas adalah apabila kesalahan
atau residual yang diamati tidak memiliki varian yang
konstan. Kondisi heteroskedastisitas sering terjadi pada
data cross section, atau data yang diambil dari beberapa
responden pada suatu waktu tertentu.
Salah satu metode untuk mendeteksi adanya
heteroskedastisitas adalah dengan membuat scatter-plot
antara standardized Residual (ZRESID) dan Standardized
Predicted Value (Y topi).
d. Uji Normalitas Galat
Persyaratan regresi yang baik jika data penelitian
mengikuti distribusi normal.
e. Uji Linearitas
Uji lineritas dilakukan untuk menentukan teknik dalam
analisis regresi apakah variabel bebas (X1 dan X2) dan
variabel terikat (Y) terbentuk linear. Uji linearitas ini
menggunakan perhitungan SPSS 20.0
f. Hipotesis Statistik
1) Hipotesis 1:
H1: β1 ≠0 → Terdapat pengaruh kompetensi
kepribadian guru PAI terhadap peningkatan
disiplin belajar siswa.
81

2) Hipotesis 2 :
H1: β 2 ≠ 0 → Terdapat pengaruh kompetensi profesional
guru PAI terhadap peningkatan disiplin
belajar siswa.

3) Hipotesis 3 :
H1: β1 >0atau β 2 >0 → Terdapat pengaruh kompetensi
kepribadian dan kompetensi
profesional guru PAI terhadap
peningkatan disiplin belajar siswa.
82
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian di SMK Negeri 8 Kota Tangerang


1. Deskripsi Data
a. Data Disiplin Belajar Siswa (Y)
Data disiplin belajar siswa diperoleh dari nilai angket 51 siswa
yang menjadi sampel penelitian. Nilai yang di peroleh adalah
terendah 39, tertinggi 95, mean sebesar 59.33, median sebesar
57.00, modus sebesar 44 dan simpangan baku sebesar 14.553.
Tabel 4.1.
Deskripsi Data Penelitian Disiplin Belajar Siswa

Statistics
Disiplin Belajar Siswa
Valid 51
N
Missing 0
Mean 59.33
Median 57.00
Mode 44
Std. Deviation 14.553
Variance 211.787
Skewness -.644
Std. Error of
.333
Skewness
Kurtosis -102
Std. Error of Kurtosis .656
Range 56
Minimum 39
Maximum 95
Sum 3026
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

83
84

Bila dilihat dari hasil perhitungan di atas, maka bisa dikatakan


bahwa disiplin belajar siswa SMK Negeri 8 Kota Tangerang
tergolong cukup baik.Hal ini di indikasikan dengan perolehan
nilai mean 59.33. Hal ini berdasarkan pada ketentuan kontinum
untuk mengukur tingkat kompetensi kepribadian dikategorikan
sebagai berikut:
0 - 20% = Sangat tidak baik
21% - 40% = Tidak baik
41% - 60% = Cukup baik
61% - 80% = Baik
81% - 100% = Sangat baik
Untuk memperjelas data di atas, digambarkan dalam
histogram sebagai berikut :

Gambar 4.1. Histogram Disiplin Belajar Siswa


85

Dari histogram dan polygon frekuensi di atas dapat


disimpulkan bahwa data disiplin belajar siswa SMK Negeri 8
Kota Tangerang memiliki sebaran yang normal.
b. Data Kompetensi Kepribadian Guru PAI (X1)
Data kompetensi kerpibadian guru PAI diperoleh dari
kuisioner yang di jawab oleh 51 siswa dihasilkan skor terendah
42, skor tertinggi 98, skor mean sebesar 63.47, median 60,
modus sebesar 58, dan simpangan baku sebesar 14.208
Tabel 4.2.
Deskripsi Data Penelitian Kompetensi Kepribadian Guru PAI
Kompetensi
Kepribadian Guru
PAI
N Valid 51
Missing 0
Mean 63.47
Median 60.00
Mode 58
Std. Deviation 14.208
Variance 201.854
Skewness .659
Std. Error of
.333
Skewness
Kurtosis -.153
Std. Error of Kurtosis .656
Range 56
Minimum 42
Maximum 98
Sum 3237
86

Dari hasil perhitungan di atas, maka bisa dikatakan bahwa


kompetensi kepribadian Guru PAI di SMK Negeri 8 Kota
Tangerang dalam kategori baik. Hal ini di indikasikan dengan
perolehan skor mean sebesar 63.47.
Untuk memperjelas data di atas, digambarkan dalam
histogram sebagai berikut :

Gambar 4.2. Histogram Poligon Variabel Kompetensi


Kepribadian Guru PAI

Dari histogram dan polygon frekuensi di atas dapat


disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian Guru PAI di SMK
Negeri 8 Kota Tangerang memiliki sebaran yang normal.
87

c. Data Kompetensi Profesional Guru PAI (X2)

Tabel 4.3.
Deskripsi Data Penelitian Kompetensi Profesional Guru PAI
Statistics
Kompetensi
Profesional Guru
PAI
Valid 51
N
Missing 0
Mean 64.35
Median 60.00
Mode 50
Std. Deviation 14.126
Variance 199.553
Skewness .493
Std. Error of
.333
Skewness
Kurtosis .981
Std. Error of Kurtosis .656
Range 47
Minimum 45
Maximum 92
Sum 3282
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Dari hasil perhitungan diatas, maka bisa dikatakan bahwa


Kompetensi Profesional Guru PAI di SMK Negeri 8 Kota
Tangerang dalam kategori baik. Hal ini di indikasikan dengan
perolehan skor mean sebesar 64,35.
Untuk memperjelas data di atas, digambarkan dalam
histogram sebagai berikut :
88

Gambar 4.3. Histogram dan Poligon Variabel Kompetensi


Profesional Guru PAI
Dari histogram dan polygon frekuensi di atas dapat
disimpulkan bahwa Kompetensi Profesional Guru PAI di SMK
Negeri 8 Kota Tangerang memiliki sebaran yang normal.

2. Uji Persyaratan Analisis Regresi


a. Uji Normalitas Data
Persyaratan regresi yang baik jika data penelitian mengikuti
distribusi normal.
Tabel 4.4.
Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kompetensi Kompetensi Disiplin
Kepribadian Profesional Belajar Siswa
Guru PAI Guru PAI
N 51 51 51
Normal Mean 63.47 64.35 59.33
89

Parametersa,b Std.
14.208 14.126 14.553
Deviation
Absolute .120 .150 .122
Most Extreme
Positive .120 .150 .112
Differences
Negative -.090 -.085 -.081
Kolmogorov-Smirnov Z .860 1.074 .799
Asymp. Sig. (2-tailed) .450 .199 .546
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa uji hipotesis yang
menyatakan distribusi data pada analisis regresi ini mengikuti
distribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan semua nilai
Asymp. Sig > 0,05. Hal ini berarti semua data berdistribusi
normal
b. Analisis Koefisien Korelasi Pearson Product Moment
Koefisien korelasi adalah suatu alat statistik, yang dapat
digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua
variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat
hubungan antara variabel-variabel ini. Jadi dapat disimpulkan
bahwa analisis korelasi adalah metode statistik yang digunakan
untuk mengukur derajat hubungan antara dua variabel atau
lebih. 1
Tabel 4.5
Koefisien Korelasi Pearson Product Moment
Correlations
Disiplin Kompetensi Kompetensi
Belajar Kepibadian Profesional
Siswa Guru PAI Guru PAI
Pearson Disiplin Belajar 1.000 .310 .460
Correlation Siswa

1
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratik.2010.hal 313
90

Disiplin Kompetensi Kompetensi


Belajar Kepibadian Profesional
Siswa Guru PAI Guru PAI
Kompetensi .310 1.000 .118
Kepibadian Guru
PAI
Kompetensi .460 .118 1.000
Profesional Guru
PAI
Sig. (1- Disiplin Belajar . .013 .000
tailed) Siswa
Kompetensi .013 . .204
Kepibadian Guru
PAI
Kompetensi .000 .204 .
Profesional Guru
PAI
N Disiplin Belajar 51 51 51
Siswa
Kompetensi 51 51 51
Kepibadian Guru
PAI
Kompetensi 51 51 51
Profesional Guru
PAI
Berdasarkan data di atas korelasi kompetensi kepribadian (X1)
dengan disiplin belajar (Y) mempunyai nilai 0,310 > 0,05,
berarti terdapat korelasi yang signifikan antara kompetensi
kepribadian dengan disiplin belajar siswa sebesar 0,310.
Sedangkan berdasarkan data di atas korelasi kompetensi
profeional (X2) dengan disiplin belajar (Y) mempunyai nilai
0,460 > 0,05, berarti terdapat korelasi yang signifikan antara
kompetensi profesional dengan disiplin belajar siswa sebesar
0,460.
91

c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi yang sempurna
antarvariabel bebas (independent). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi yang sempurna diantara
variabel bebas. Salah satu cara untuk untuk mendeteksi adanya
multikolinieritas adalah dengan melihat tolerance atau varian
inflation factor (VIF).Apabila tolerance < 0,1 atau nilai VIF>
10 maka terjadi multikolinearitas.
Tabel 4.6.
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
(Constant)
Kompetensi Kepribadian
.986 1.014
1 Guru PAI
Kompetensi Profesional
.986 1.014
Guru PAI
a. Dependent Variable : Disiplin Belajar Siswa
Hasil uji multikolininearitas pada tabel di atas diketahui
bahwa hasil Tolerance 0,986> 0,1 atau varian inflation factor
(VIF)1,014< 10. Sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak ada
multikolinearitas antara Kompetensi Kepribadian Guru PAI
dan Kompetensi ProfesionalGuru PAI pada analisis regresi
ganda ini.
d. Uji Heteroskedastisitas
Pengertian heteroskedastisitas adalah apabila kesalahan atau
residual yang diamati tidak memiliki varian yang konstan.
92

Kondisi heteroskedastisitas sering terjadi pada data cross


section, atau data yang diambil dari beberapa responden pada
suatu waktu tertentu.
Salah satu metode untuk mendeteksi adanya
heteroskedastisitas adalah dengan membuat scatter-plot antara
standardized Residual (ZRESID) dan Standardized Predicted
Value (Y topi). Pada gambar dibawah ini menunjukkan tidak
ada perubahan e sepanjang Y topi, maka dinyatakan tidak ada
heteroskedastisitas pada galat (erro residual ) tersebut.

Gambar 4.4. Scatterplot Uji Heteroskedastisitas

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar


secara acak dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas,
serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi tersebut, sehingga dapat dipakai untuk
memprediksi variabel disiplin belajar berdasarkan kompetensi
kepribadian guru dan kompetensi profesional guru.
93

e. Uji Normalitas Galat


Persyaratan regresi yang baik jika data penelitian mengikuti
distribusi normal.
Tabel 4.7.
Uji Normalitas Galat
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 51
Mean 0000000
Normal Parametersa,b Std.
12.36712888
Deviation
Absolute .072
Most Extreme
Positive .072
Differences
Negative -.055
Kolmogorov-Smirnov Z .518
Asymp. Sig. (2-tailed) .951
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa uji hipotesis yang


menyatakan distribusi residual pada analisis regresi ini
mengikuti distribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
Z = 0,518 dan Sig. = 0,951> 0,05. Hal ini berarti asumsi atau
persyaratan analisis regresi terpenuhi.
f. Uji Linearitas
Uji lineritas dilakukan untuk menentukan teknik dalam
analisis regresi apakah variabel bebas (X1 dan X2) dan variabel
terikat (Y) terbentuk linear. Uji linearitas ini menggunakan
perhitungan SPSS 20.0
94

a) Linaeritas Regresi pengaruh variable X1 atas Y


Hasil uji linearitas regresi antara kreativitas belajar dengan
prestasi belajar bahasa Inggris, perhitungan SPSS 20.0
sebagai berikut:
Tabel 4.8.
Hasil Pengujian Linearitas Regresi Variabel Y atas X1
ANOVA Table
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
(Combined) 5859.883 25 234.395 1239 .298
Between Linearity 1016.497 1 1016.497 5.373 .029
Disiplin Belajar
Groups Deviation from
* Kompetensi 4843.386 24 201.808 1.067 .436
Linearity
Kepribadian
Within Groups 4729.450 25 189.178
Total 10589.333 50

Berdasarkan hasil perhiungan di atas diperoleh hasil


perhitungan Deviation from Linearity dengan Fo = 1.067
dan Sig. = 0,436 > 0,05. Hal ini memiliki pengertian bahwa
variabel kompetensi kepribadian guru PAI dengan disiplin
belajar siswa mempunyai hubungan yang linear.
b) Linaeritas Regresi pengaruh variable X2 atas Y
Hasil uji linearitas regresi antara kompetensi profesional
dengan disiplin belajar siswa, perhitungan SPSS 20.0
sebagai berikut:
Tabel 4.9.
Hasil Pengujian Linearitas Regresi Variabel Yatas X2
ANOVA Table
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Disiplin Belajar * Between (Combined) 5895.357 24 245.640 1.361 .222
Kompetensi Groups Linearity 2241.354 1 2241.354 12.415 .002
95

Profesional Guru Deviation from


3654.003 23 158.870 .880 .619
PAI Linearity
Within Groups 4693.976 26 180.538
Total 10589.333 50

Berdasarkan hasil perhiungan di atas diperoleh hasil


Deviation from Linearity dengan Fo = 0.880 dan Sig. =
0,619 > 0,05. Hal ini memiliki pengertian bahwa variabel
disiplin belajar siswa dengan kompetensi profesional Guru
PAI mempunyai hubungan yang linear.

3. Pengujian Hipotesis
Pengajuan hipotesis dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
telah dijelaskan dalam Bab III. Hasil perhitungan dan pengujian
bisa dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.10. Hasil Perhitungan Pengujian Koefisien
Korelasi Ganda Variabel X1 dan X2 terhadap Y
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate
a
1 .527 .278 .248 12.622
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Profesional Guru
PAI, Kompetensi Kepribadian Guru PAI

Tabel 4.11. Hasil Perhitungan Pengujian Signifikansi


Koefisien Regresi Variabel X1 dan X2 terhadap Y
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 2942.039 2 1471.020 9.233 .000b
1 Residual 7647.294 48 159.319
Total 10589.333 50
a. Dependent Variable: Disiplin Belajar Siswa
b. Predictors: (Constant), Kompetensi Profesional Guru PAI, Kompetensi Kepribadian
Guru PAI
96

Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Persamaan Regresi


Ganda Variabel X1 dan X2 terhadap Y
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig. Correlati
Coefficients Coefficients on
B Std. Error Beta parsial
(Constant) 14.022 10.915 1.285 .205
Kompetensi Kepribadian .290
.265 .127 .259 2.097 .041
1 Guru PAI
Kompetensi Profesional .448
.442 .127 .429 3.477 .001
Guru PAI
a. Dependent Variable: Disiplin Belajar Siswa

a. Pengaruh kompetensi kepribadian (X1) dan kompetensi


profesional (X2) secara bersama-sama terhadap disiplin
belajar siswa (Y)
Hipotesis yang diuji:

Artinya:
H0 : Tidak terdapat pengaruh kompetensi kepribadian dan
kompetensi profesional secara bersama-sama terhadap
peningkatan disiplin belajar siswa
H1: Terdapat pengaruh kompetensi kepribadian dan
kompetensi profesional secara bersama-sama terhadap
peningkatan disiplin belajar siswa
Dari table 4.11. dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan kompetensi kepribadian dan kompetensi
profesional secara bersama-sama terhadap peningkatan disiplin
97

belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai Fo =


9,233 dan Sig. 0,000< 0,05
Sementara itu, persamaan garis regresi ganda dapat
dinyatakan dengan = 14.022 + 0,265 X1 + 0,442 X2. Hal ini
memiliki pengertian bahwa kenaikan satu skor variabel
kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional
memberikan kontribusi sebesar 0,265 oleh X1 dan 0,442 oleh
X2 terhadap variabel disiplin belajar siswa. Dari tabel 4.10
juga dapat menjelaskan bahwa secara bersama-sama variabel
kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional
memberikan kontribusi sebesar 27.8% terhadap peningkatan
disiplin belajar siswa dalam kategori cukup baik.
b. Pengaruh kompetensi kepribadian guru PAI (X1) terhadap
disiplin belajar siswa (Y)
Hipotesis yang diuji:

Artinya:
H0 : Tidak terdapat pengaruh kompetensi kepribadian guru PAI
dalam meningkatkan disiplin belajar siswa
H1 : Terdapat pengaruh kompetensi kepribadian guru PAI
dalam meningkatkan disiplin belajar siswa.
Dari table 4.12. dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan kompetensi kepribadian guru PAI dalam
meningkatkan disiplin belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan
perolehan nilai thitung= 2,097 dan Sig. 0,041< 0,05.
98

Adapun kontribusi variabel kompetensi kepribadian guru PAI


dalam meningkatkan disiplin belajar siswa dapat dinyatakan
dengan rumus:
KD = Nilai x Nilai Korelasi Pasialnya ( ) x 100 %

KD = 0,259 x 0,290 x 100 % =7,51 %


Dari hasil perhitungan di atas dapat dinyatakan bahwa
kontribusi kompetensi kepribadian dalam meningkatkan
disiplin belajar siswa sebesar 7,51 % dalam kategori rendah.
c. Pengaruh kompetensi profesional guru PAI (X2) terhadap
disiplin belajar siswa (Y)
Hipotesis yang diuji:

Artinya:
H0: Tidak terdapat pengaruh kompetensi profesional guru PAI
dalam meningkatkan disiplin belajar siswa
H1: Terdapat pengaruh kompetensi profesional guru PAI dalam
meningkatkan disiplin belajar siswa.
Dari table 4.12. dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan kompetensi profesional guru PAI dalam
meningkatkan disiplin belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan
perolehan nilai thitung = 3,477 dan Sig. 0,001< 0,05.
Adapun kontribusi variabel kompetensi profesional guru PAI
dalam meningkatkan disiplin belajar siswa dapat dinyatakan
dengan rumus:
KD = Nilai x Nilai Korelasi Pasialnya ( ) x 100 %
99

KD = 0,429 x 0,448 x 100 % = 19,22 %


Dari hasil perhitungan di atas dapat dinyatakan bahwa
kontribusi kompetensi profesional guru PAI dalam
meningkatkan prestasi belajar disiplin belajar siswa sebesar
19,22% dalam kategori cukup baik.

B. Hasil Penelitian di SMK Tiara Aksara


1. Deskripsi Data
a. Data Disiplin Belajar Siswa (Y)
Data hasil angket tentang disiplin belajar siswa sebanyak 77
siswa yang menjadi sampel penelitian. Nilai yang di peroleh
terendah 38, tertinggi 95, mean sebesar 58.91 median sebesar
57,00 modus sebesar 67 dan simpangan baku sebesar 13.513.
Tabel 4.13.
Deskripsi Data Penelitian Disiplin Belajar Siswa
Statistics
Disiplin Belajar Siswa
Valid 77
N
Missing 0
Mean 58.91
Median 57.00
Mode 67
Std. Deviation 13.513
Variance 182.610
Skewness .534
Std. Error of Skewness .274
Kurtosis -.121
Std. Error of Kurtosis .541
Range 57
Minimum 38
Maximum 95
Sum 4536
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
100

Bila dilihat dari hasil perhitungan di atas, maka bisa dikatakan


bahwa disiplin belajar siswa SMK Tiara Aksara Kota
Tangerang dalam kategori cukup disiplin. Hal ini di
indikasikan dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 58.91.
Untuk memperjelas data di atas, digambarkan dalam
histogram sebagai berikut :

Gambar 4.5.
Histogram dan Poligon Variabel Disiplin Belajar Siswa

Dari histogram dan polygon frekuensi di atas dapat


disimpulkan bahwa data hasil penyebaran angket penelitian di
SMK Tiara Aksara Kota Tangerang memiliki sebaran yang
normal.
b. Data Kompetensi Kepribadian Guru PAI (X1)
Data kompetensi kepribadian guru PAI diperoleh dari
kuisioner yang di jawab oleh 77 siswa dihasilkan skor terendah
40, skor tertinggi 98, skor mean sebesar 61.18, median 57,
modus sebesar 45, dan simpangan baku sebesar 15.403.
101

Tabel 4.14. Deskripsi Data Penelitian Kompetensi


Kepribadian Guru PAI
Statistics
Kompetensi
Kepribadian
Guru PAI
Valid 77
N
Missing 0
Mean 61.18
Median 57.00
Mode 45a
Std. Deviation 15.403
Variance 237.256
Skewness .625
Std. Error of
.274
Skewness
Kurtosis -.507
Std. Error of Kurtosis .541
Range 58
Minimum 40
Maximum 98
Sum 4711
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Dari hasil perhitungan di atas, maka bisa dikatakan bahwa


kompetensi kepribadian guru PAI di SMK Tiara Aksara Kota
Tangerang dalam kategori berkepribadian baik. Hal ini di
indikasikan dengan perolehan nilai mean sebesar 61.18.
Untuk memperjelas data di atas, digambarkan dalam
histogram sebagai berikut :
102

Gambar 4.6. Histogram - Poligon Variabel Kompetensi


Kepribadian Guru PAI

Dari histogram dan polygon frekuensi di atas dapat


disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian guru PAI di SMK
Tiara Aksara Kota Tangerang memiliki sebaran yang normal.
c. Data Kompetensi Profesional Guru PAI (X2)
Data minat belajar diperoleh dari kuisioner yang di jawab oleh
77 siswa sebagai responden dihasilkan nilai terendah 40, skor
tertinggi 90 , skor rerata sebesar 63.79, median sebesar 64.00,
modus sebesar 50 dan simpangan baku sebesar 13.929.
Tabel 4.15.
Deskripsi Data Penelitian Kompetensi Profesional Guru PAI
Statistics
Kompetensi Profesional
Guru PAI
Valid 77
N
Missing 0
Mean 63.79
Median 64.00
Mode 50a
Std. Deviation 13.929
Variance 194.009
Skewness .012
103

Std. Error of Skewness .274


Kurtosis -1.111
Std. Error of Kurtosis .541
Range 50
Minimum 40
Maximum 90
Sum 4912
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Dari hasil perhitungan diatas, maka bisa dikatakan bahwa


kompetensi profesional Guru PAI SMK Tiara Aksara Kota
Tangerang dalam kategori baik. Hal ini di indikasikan dengan
perolehan nilai mean sebesar 63.79.
Untuk memperjelas data di atas, digambarkan dalam
histogram sebagai berikut :

Gambar 4.7. Histogram - Poligon Variabel Kompetensi


Profesional Guru PAI

Dari histogram dan polygon frekuensi di atas dapat


disimpulkan bahwa bahwa kompetensi profesional guru PAI di
SMK Tiara Aksara Kota Tangerang memiliki sebaran yang
normal.
104

2. Uji Persyaratan Analisis Regresi


a. Uji Normalitas Data
Persyaratan regresi yang baik jika data penelitian mengikuti
distribusi normal.
Tabel 4.16. Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kompetensi Kompetensi Disiplin
Kepribadian Profesional Belajar Siswa
Guru PAI Guru PAI
N 77 77 19
Mean 61.18 63.79 80.89
a,b
Normal Parameters Std.
15.403 13.929 5.705
Deviation
Absolute .114 .100 .194
Most Extreme
Differences Positive .114 .090 .194
Negative -.085 -.100 -.095
Kolmogorov-Smirnov Z 1.001 .879 .845
Asymp. Sig. (2-tailed) .269 .422 .322
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Tabel 4.17.
Koefisien Korelasi Pearson Product Moment
Correlations
Disiplin Kompetensi Kompetensi
Belajar Kepribadian Guru Profesional
Siswa PAI Guru PAI
Pearson Disiplin Belajar Siswa 1.000 .256 .335
Correlation Kompetensi Kepribadian Guru PAI .256 1.000 .074
Kompetensi Profesional Guru PAI .335 .074 1.000
Sig. (1-tailed) Disiplin Belajar Siswa . .012 .001
Kompetensi Kepribadian Guru PAI .012 . .261
Kompetensi Profesional Guru PAI .001 .261 .
N Disiplin Belajar Siswa 77 77 77
Kompetensi Kepribadian Guru PAI 77 77 77
Kompetensi Profesional Guru PAI 77 77 77
105

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa uji hipotesis yang


menyatakan distribusi data pada analisis regresi ini mengikuti
distribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan semua nilai
Asymp. Sig > 0,05. Hal ini berarti semua data berdistribusi
normal.
b. Analisis Koefisien Korelasi Pearson Product Moment
Berdasarkan data di atas korelasi kompetensi kepribadian (X1)
dengan disiplin belajar (Y) mempunyai nilai 0,256 > 0,05,
berarti terdapat korelasi yang signifikan antara kompetensi
kepribadian dengan disiplin belajar siswa sebesar 0,256.
Sedangkan berdasarkan data di atas korelasi kompetensi
profeional (X2) dengan disiplin belajar (Y) mempunyai nilai
0,335 > 0,05, berarti terdapat korelasi yang signifikan antara
kompetensi profesional dengan disiplin belajar siswa sebesar
0,335.
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi yang sempurna
antarvariabel bebas (independent). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi yang sempurna diantara
variabel bebas. Salah satu cara untuk untuk mendeteksi adanya
multikolinieritas adalah dengan melihat tolerance atau varian
inflation factor (VIF).Apabila tolerance< 0,1 atau nilai VIF>
10 maka terjadi multikolinearitas.
106

Tabel 4.18.
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
(Constant)
1 Kompetensi Kepribadian Guru PAI .995 1.006
Kompetensi Profesional Guru PAI .995 1.006

Hasil uji multikolininearitas pada tabel di atas diketahui


bahwa hasil Tolerance 0,995 > 0,1 atauvarian inflation factor
(VIF)1,006 < 10. Sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak ada
multikolinearitas antara kompetensi kepribadian dan
kompetensi profesional pada analisis regresi ganda ini.
d. Uji Heteroskedastisitas
Pengertian heteroskedastisitas adalah apabila kesalahan atau
residual yang diamati tidak memiliki varian yang konstan.
Kondisi heteroskedastisitas sering terjadi pada data cross
section, atau data yang diambil dari beberapa responden pada
suatu waktu tertentu.
Salah satu metode untuk mendeteksi adanya
heteroskedastisitas adalah dengan membuat scatter-plot antara
standardized Residual (ZRESID) dan Standardized Predicted
Value (Y topi). Pada gambar dibawah ini menunjukkan tidak
ada perubahan e sepanjang Y topi, maka dinyatakan tidak ada
heteroskedastisitas pada galat (error/residual ) tersebut.
107

Gambar 4.8. Scatterplot Uji Heteroskedastisitas

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar


secara acak dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas,
serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi tersebut, sehingga dapat dipakai untuk
memprediksi variabel disiplin belajar berdasarkan kompetensi
kepribadian dan kompetensi profesional.
e. Uji Normalitas Galat
Persyaratan regresi yang baik jika data penelitian mengikuti
distribusi normal.
Tabel 4.19 Uji Normalitas Galat
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 77
Mean .0000000
Normal Parametersa,b Std.
12.34255216
Deviation
108

Absolute .064
Most Extreme
Positive .064
Differences
Negative -.056
Kolmogorov-Smirnov Z .562
Asymp. Sig. (2-tailed) .911
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Dari table di atas menunjukkan bawha uji hipotesis yang


menyatakan distribusi residual pada analisis regresi ini
mengikuti distribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
Z = 0,562 dan Sig. = 0,911> 0,05. Hal ini berarti asumsi atau
persyaratan analisis regresi terpenuhi.
f. Uji Linearitas
Uji lineritas dilakukan untuk menentukan teknik dalam
analisis regresi apakah variabel bebas (X1 dan X2) dan variabel
terikat (Y) terbentuk linear. Uji linearitas ini menggunakan
perhitungan SPSS 20.0
a) Linaeritas Regresi pengaruh variable X1 atas Y
Hasil uji linearitas regresi antara kompetensi kepribadian
dengan disiplin belajar siswa, perhitungan SPSS 20.0
sebagai berikut:
Tabel 4.20. Hasil Pengujian Linearitas Regresi Variabel
Y atas X1
ANOVA Table
Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
(Combined) 6199.080 37 167.543 .851 .688
Disiplin Belajar
Between Linearity 910.232 1 910.232 4.623 .038
Siswa *
Groups Deviation from
Kompetensi 5288.848 36 146.912 .746 .811
Linearity
Kepribadian
Within Groups 7679.283 39 196.905
Guru PAI
Total 13878.364 76
109

Berdasarkan hasil perhiungan di atas diperoleh hasil


perhitungan Deviation from Linearity dengan Fo = 0,746
dan Sig. = 0,811 > 0,05. Hal ini memiliki pengertian bahwa
variabel kompetensi kepribadian dengan disiplin belajar
siswa mempunyai mempunyai hubungan yang linear.

b) Linaeritas Regresi pengaruh variable X2 atas Y


Hasil uji linearitas regresi antara kompetensi profesional
Guru PAI dengan disiplin belajar siswa, perhitungan SPSS
20.0 sebagai berikut:
Tabel 4.21. Hasil Pengujian Linearitas Regresi Variabel
Y atas X2
ANOVA Table
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
(Combined) 8484.364 38 223.273 1.573 .084
Disiplin Belajar Linearity 1553.850 1 1553.850 10.947 .002
Between
Siswa * Deviation
Groups
Kompetensi from 6930.513 37 187.311 1.320 .199
Profesional Linearity
Guru PAI Within Groups 5394.000 38 141.947
Total 13878.364 76

Berdasarkan hasil perhiungan di atas diperoleh hasil


Deviation from Linearity dengan Fo = 1.320 dan Sig. =
0,199 > 0,05. Hal ini memiliki pengertian bahwa variabel
kompetensi profesional dengan disiplin belajar siswa
mempunyai hubungan yang linear.
110

3. Pengujian Hipotesis
Pengajuan hipotesis dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
telah dijelaskan dalam Bab III. Hasil perhitungan dan pengujian
bisa dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.22. Hasil Perhitungan Pengujian Koefisien Korelasi
Ganda Variabel X1 dan X2 terhadap Y
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate
a
1 .407 .166 -143 12.508
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Profesional Guru
PAI, Kompetensi Kepribadian Guru PAI

Tabel 4.23. Hasil Perhitungan Pengujian Signifikansi


Koefisien Regresi Variabel X1 dan X2 terhadap Y
ANOVAa
Model Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 2300.631 2 1150.315 7.352 .001b
1 Residual 11577.733 74 156.456
Total 13878.364 76
a. Dependent Variable: Disiplin Belajar Siswa
b. Predictors: (Constant), Kompetensi Profesional Guru PAI, Kompetensi
Kepribadian Guru PAI

Tabel 4.24. Hasil Perhitungan Persamaan Regresi


Ganda Variabel X1 dan X2 terhadap Y
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardize T Sig. Correlat
Coefficients d ion
Coefficients
B Std. Error Beta Partial
(Constant) 26.781 8.517 3.144 .002
1 Kompetensi .246
Kepribadian Guru .204 .093 .233 2.185 .032
PAI
111

Kompetensi .327
Profesional Guru .308 .103 .317 2.981 .004
PAI
a. Dependent Variable: Disiplin Belajar Siswa

1. Pengaruh kompetensi kepribadian (X1) dan kompetensi


profesional (X2) secara bersama-sama terhadap disiplin belajar
siswa (Y)
Hipotesis yang diuji:
H 0 : β y1 = β y 2 = 0
H 1 : β y1 ≠ 0 atau β y 2 ≠ 0

Artinya:
H0 : Tidak terdapat pengaruh kompetensi kepribadian dan
kompetensi profesional secara bersama-sama terhadap
peningkatan didiplin belajar siswa.
H1 : Terdapat pengaruh kompetensi kepribadian dan
kompetensi profesional secara bersama-sama terhadap
belajar bahasa Inggris
Dari tabel 4.23. dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan kompetensi kepribadian dan kompetensi
profesional secara bersama-sama terhadap peningkatan disiplin
belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai Fo =
7,352 dan Sig. 0,001< 0,05
Sementara itu, persamaan garis regresi ganda dapat
dinyatakan dengan γˆ = 26.781+ 0,204 X1 +0,308 X2. Hal ini
memiliki pengertian bahwa kenaikan satu skor variable
kompetensi kepribadian dan kompetensi kepribadian
memberikan kontribusi sebesar 0,204 oleh X1 dan 0,308 oleh
112

X2 terhadap variable disiplin belajar siswa. Dari tabel 4.22


juga dapat menjelaskan bahwa secara bersama-sama variable
kompetensi kepribadian dan kompetensi kepribadian
memberikan kontribusi sebesar 16,6% terhadap variable
disiplin belajar siswa.
2. Pengaruh kompetensi kepribadian (X1) terhadap disiplin
belajar siswa (Y)
Hipotesis yang diuji:
H 0 : β y1 = 0
H 1 : β y1 ≠ 0

Artinya:
H0 : Tidak terdapat pengaruh kompetensi kepribadian terhadap
terhadap disiplin belajar siswa
H1 : Terdapat pengaruh kompetensi kepribadian terhadap
terhadap disiplin belajar siswa
Dari table 4.24. dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan kompetensi kepribadian terhadap disiplin
belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai thitung=
2,185 dan Sig. 0,032< 0,05.
Adapun kontribusi variabel kompetensi kepribadian terhadap
disiplin belajar siswadapat dinyatakan dengan rumus:
KD = Nilai β x1 y x Nilai Korelasi Pasialnya ( rx1 y ) x 100 %

KD = 0,233 x 0,246 x 100 % = 5,73 %


Dari hasil perhitungan di atas dapat dinyatakan bahwa
kontribusi kompetensi kepribadian dalam meningkatkan
disiplin belajar siswa sebesar 5,73 %
113

3. Pengaruh kompetensi profesional (X2) terhadap disiplin


belajar siswa (Y)
Hipotesis yang diuji:
H 0 : β y1 = 0
H 1 : β y1 ≠ 0

Artinya:
H0: Tidak terdapat pengaruh kompetensi profesional terhadap
disiplin belajar siswa.
H1 : Terdapat pengaruh kompetensi profesional terhadap disiplin
belajar siswa.
Dari table 4.24. dapat dinyatakan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan kompetensi profesional terhadap
disiplin belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan perolehan
nilai thitung = 2,981 dan Sig. 0,04< 0,05.
Adapun kontribusi variabel kompetensi profesional terhadap
disiplin belajar siswa dapat dinyatakan dengan rumus:
KD = Nilai β x 2 y x Nilai Korelasi Pasialnya ( rx 2 y ) x 100 %

KD = 0,317 x 0,327 x 100 % = 10,37 %


Dari hasil perhitungan di atas dapat dinyatakan bahwa
kontribusi kompetensi profesional guru PAI dalam
meningkatkan disiplin belajar siswa sebesar 10,37 %.

C. Pembahasan Hasil Penelitian


1. SMK Negeri 8 Kota Tangerang
a. Dari hasil perhitungan terhadap 51 angket yang disebarkan
diperoleh data mengenai disiplin belajar siswa SMKN 8 Kota
114

Tangerang tergolong cukup baik dengan perolehan nilai rata-


rata (mean) sebesar 59,33. Sedangkan untuk kompetensi
kerpibadian guru PAI tergolong baik dengan jumlah rata-rata
(mean) sebesar 63,47 demikian juga dengan kompetensi
profesional guru PAI SMKN 8 Kota Tangerang juga tergolong
baik dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 64,35.
b. Uji hipotesis yang menyatakan distribusi data pada analisa
regresi ini berdistribusi normal dengan ditunjukkan semua nilai
ketiga variabel > 0,05 dengan diketahui nilai variabel
X1(kompetensi kepribadian) sebesar 0,450, variabel X2
(kompetensi profesional) sebesar 0,199, dan variabel Y
(disiplin belajar) sebesar 0,546.
c. Hasil pengujian hipotesis kontribusi kompetensi kepribadian
guru PAI terhadap disiplin belajar siswa berpola linier
mempunyai arah positif dan signifikan serta memiliki koefisien
korelasi sebesar 0.310 dan koefisien determinasi rx122 = 9,61 %

dalam kategori rendah. Sedangkan untuk kontribusi


kompetensi profesional guru PAI terhadap disiplin belajar
siswa berpola linier mempunyai arah positif dan signifikan
serta memiliki koefisien korelasi sebesar 0.460 dan koefisien
determinasi rx122 = 21,16% dalam kategori cukup.

d. Hasil uji linearitas regresi antara kompetensi kepribadian guru


PAI dengan disiplin belajar siswa diperoleh nilai F = 1,067 dan
sig = 0,436 > 0,05, dan kompetensi perofesional guru PAI
dengan disiplin belajar siswa diperoleh nilai F = 0,880 dan sig
115

= 0,619 > 0,05. Dengan demikian kedua variabel (X1 dan X2)
terhadap variabel Y mempunyai hubungan yang linier.

e. Pengaruh kompetensi kepribadian (X1) dan kompetensi


profesional (X2) secara bersama-sama terhadap
peningkatan disiplin belajar siswa (Y)
1. Terdapat pengaruh yang signifikan kompetensi kepribadian
guru PAI terhadap peningkatan disiplin belajar siswa di
kelas XI SMKN 8 Kota Tangerang. Hal ini terlihat pada
nilai thitung 2.097 dan sig = 0,041< 0,05. Adapun kontribusi
kompetensi kepribadian guru PAI dalam meningkatkan
disiplin belajar siswa sebesar 7,51 %.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan kompetensi profesional
guru PAI terhadap peningkatan disiplin belajar siswa di
kelas XI SMKN 8 Kota Tangerang. Hal ini terlihat pada
nilai thitung 3.477, dan sig = 0,001< 0.05. Adapun kontribusi
kompetensi profesional guru PAI dalam meningkatkan
disiplin belajar siswa sebesar 19,22 %.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi
kepribadian dan kompetensi profesional guru PAI terhadap
peningkatan disiplin belajar siswa di kelas XI SMKN 8
Kota Tangerang. Hal ini terlihat pada nilai fhitung 9.233, dan
sig = 0.000 < 0,05. Adapun secara bersama-sama variabel
kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional
memberikan kontribusi sebesar 27.8%.
116

2. SMK Tiara Aksara Kota Tangerang


a. Dari hasil perhitungan terhadap 77 angket yang disebarkan
diperoleh data mengenai disiplin belajar siswa SMK Tiara
Aksara Kota Tangerang tergolong cukup baik dengan
perolehan nilai rata-rata (mean) sebesar 58,91. Sedangkan
untuk kompetensi kerpibadian guru PAI tergolong baik dengan
jumlah rata-rata (mean) sebesar 61,18 demikian juga dengan
kompetensi profesional guru PAI SMK Tiara Aksara Kota
Tangerang juga tergolong baik dengan nilai rata-rata (mean)
sebesar 63,79.
b. Hasil pengujian hipotesis kontribusi kompetensi kepribadian
guru PAI terhadap disiplin belajar siswa berpola linier
mempunyai arah positif dan signifikan serta memiliki koefisien
korelasi sebesar 0.256 dan koefisien determinasi ry122 = 6,55%

dalam kategori rendah. Sedangkan untuk kontribusi


kompetensi profesional guru PAI terhadap disiplin belajar
siswa berpola linier mempunyai arah positif dan signifikan
serta memiliki koefisien korelasi sebesar 0.335 dan koefisien
determinasi ry122 = 11,22 % dalam kategori rendah.

c. Uji hipotesis yang menyatakan distribusi data pada analisa


regresi ini berdistribusi normal dengan ditunjukkan semua nilai
ketiga variabel > 0.05 dengan diketahui nilai variabel
X1(kompetensi kepribadian) sebesar 0.269, variabel X2
(kompetensi profesional) sebesar 0.422, dan variabel
Y(disiplin belajar) sebesar 0.322.
117

d. Hasil uji linearitas regresi antara kompetensi kepribadian guru


PAI dengan disiplin belajar siswa diperoleh nilai F = 0.746 dan
sig = 0,811 > 0,05, dan kompetensi perofesional guru PAI
dengan disiplin belajar siswa diperoleh nilai F = 1.320 dan sig
= 0,199 > 0,05. Dengan demikian kedua variabel (X1 dan X2)
terhadap variabel Y mempunyai hubungan yang linier.

e. Pengaruh kompetensi kepribadian (X1) dan kompetensi


profesional (X2) secara bersama-sama terhadap
peningkatan disiplin belajar siswa (Y)
1. Terdapat pengaruh yang signifikan kompetensi kepribadian
guru PAI terhadap peningkatan disiplin belajar siswa di
kelas XI SMK Tiara Aksara Kota Tangerang. Hal ini
terlihat pada nilai thitung 2.185 dan sig = 0,032< 0,05.
Adapun kontribusi kompetensi kepribadian guru PAI dalam
meningkatkan disiplin belajar siswa sebesar 5,73 %.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan kompetensi profesional
guru PAI terhadap peningkatan disiplin belajar siswa di
kelas XI SMK Tiara Aksara Kota Tangerang. Hal ini
terlihat pada nilai thitung 2.981, dan sig = 0,004< 0.05.
Adapun kontribusi kompetensi profesional guru PAI dalam
meningkatkan disiplin belajar siswa sebesar 10,37 %.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi
kepribadian dan kompetensi profesional guru PAI terhadap
peningkatan disiplin belajar siswa di kelas XI SMK Tiara
Aksara Kota Tangerang. Hal ini terlihat pada nilai fhitung
7.352, dan sig = 0.001< 0,05. Adapun secara bersama-sama
118

variabel kompetensi kepribadian dan kompetensi


profesional memberikan kontribusi sebesar 16,6%.

E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui metode dan cara yang ilmiah
dan telah diupayakan secara optimal. Meski demikian, tentu saja
masih terdapat beberapa keterbatasan yang sangat mungkin
mempengaruhi terhadap derajat kesimpulan yang dihasilkan. Secara
rinci beberapa kelemahan antara lain sebagai berikut:
1. Kelemahan yang berkenaan dengan instrumen penelitian.
Meskipun instrumen penelitian yang disusun dan dikembangkan
oleh peneliti telah menempuh prosedur secara metodologis,
seperti menyusun dan mengembangkan butir-butir instrumen
berdasarkan indikator, melakukan uji coba, serta menguji validitas
dan realibilitasnya, namun tetap saja masih terdapat keterbatasan
dan kekurangan. Dengan demikian hasil pengukuran yang
diperolehpun belum sepenuhnya mencerminkan kemampuan
subjek penelitian yang sebenarnya. Kelemahan dan kekurangan
ini antara lain tidak adanya kontrol yang ketat terhadap validitas
eksternalnya, seperti suasana belajar yang tidak selalu kondusif,
perhatian siswa yang lemah terhadap proses penyampaian materi
serta kurangnya sarana dan prasarana yang memadai.
2. Pengaruh situasi dan kondisi belajar yang berlangsung selama
proses penelitian dilakukan. Hal ini mempengaruhi berbagai
variabel yang seharusnya digunakan secara ketat oleh peneliti,
misalnya kehadiran seluruh siswa yang menjadi sampel
penelitian. Dengan kondisi yang ada, peneliti lebih banyak
119

menyesuaikan diri sehingga tidak mampu melaksanakan proses


penelitian secara optimal. Oleh karena itu, maka hasil
penelitianpun tidak sesuai dengan standar yang ideal.
3. Pengambilan sampling dilakukan di dua sekolah yang memiliki
kondisi yang berbeda. Di SMKN 8 memiliki peserta didik yang
hampir 99% laki-laki serta letaknya yang cukup strategis
memiliki peserta didik yang kualitasnya tidak terlalu beragam.
Sementara SMK Tiara Aksara, merupakan sekolah yang
bernuansa Islami dengan kualitas yang beragam.
4. Keterbatasan dalam proses pelaksanaan di lapangan misalnya
jawaban yang diberikan responden dalam mengisi ketiga angket
yang diberikan peneliti. Responden dapat saja kurang
mengungkapkan perasaan dan kenyataan yang mereka lihat dan
alami tentang kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional
guru PAI serta tentang disiplin belajar mereka.
120
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dijelaskan pada
Bab IV maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Melihat dari masing-masing data dan hasil uji hipotesis
maka secara garis besarnya dapat dijabarkan tingkat perbedaan dari
hasil penelitian pada dua sekolah tersebut yaitu; untuk tingkat
disiplin belajar di SMKN 8 Kota Tangerang nilai rata-rata sebesar
59,33 sedangkan di SMK Tiara Aksara sebesar 58,93, keduanya
masuk kategori cukup baik. Sedangkan untuk kompetensi
kepribadian guru PAI di SMKN 8 Kota Tangerang nilai rata-rata
sebesar 63,47 sedangkan di SMK Tiara Aksara sebesar 61,18
keduanya masuk kategori baik. Adapun untuk kompetensi
profesional guru PAI di SMKN 8 Kota Tangerang nilai rata-rata
sebesar 64,35 sedangkan di SMK Tiara Aksara sebesar 63,79
keduanya masuk kategori baik.
Sementara hasil uji hipotesis dapat dijabarkan tingkat
pengaruh kedua variabel bebas terhadap variabel terikat
perbedaannya pada dua sekolah tersebut sebagai berikut : Di SMKN
8 Kota Tangerang untuk tingkat pengaruh kompetensi kepribadian
terhadap disiplin belajar diperoleh nilai sebesar 7,51% tingkat
pengaruh kompetensi profesional terhadap disiplin belajar diperoleh
nilai sebesar 19,22% , sedangkan kompetensi kepribadian dan
kompetensi profesional secara bersama-sama berpengaruh terhadap
peningkatan disiplin belajar siswa diperoleh nilai sebesar 27,8% .

121
122

Berikutnya di SMK Tiara Aksara Kota Tangerang tingkat pengaruh


kompetensi kepribadian terhadap disiplin belajar diperoleh nilai
sebesar 5,73%, tingkat pengaruh kompetensi profesional terhadap
disiplin belajar diperoleh nilai sebesar 10,37%, sedangkan
kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional secara bersama-
sama berpengaruh terhadap peningkatan disiplin belajar siswa
diperoleh nilai sebesar 16,6%. Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam masalah tingkat pengaruh kompetensi
kepribadian di kedua sekolah tergolong rendah sementara untuk
pengaruh kompetensi profesional dan pengaruh dua variabel bebas
terhadap variabel terikat tergolong cukup baik di SMKN 8 Kota
Tangerang, dan tergolong rendah di SMK Tiara Aksara. Namun
demikian perbedaan pengaruh dari perolehan nilai ketiga variabel
antara SMKN 8 dan SMK Tiara Aksara tidak terpaut jauh yaitu
untuk kompetensi kepribadian perbedaan nilai selisihnya 1,78%,
kompetensi profesional selisih nilai 8,85% dan kompetensi
kepribadian dan kompetensi profesional secara bersama-sama
mempengaruhi terhadap disiplin belajar siswa selisih nilai
16,6%,sehingga tidak menutup kemungkinan di masa mendatang
SMK Tiara Aksara pun akan bisa mengimbangi sekolah negeri.

B. Implikasi Hasil Penelitian


Hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa kompetensi
kepribadian guru PAI sebagai faktor eksternal mempunyai pengaruh
dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan disiplin belajar
siswa. Hal ini berarti jika kompetensi kepribadian guru menunjukkan
123

ke arah terjadinya perubahan positif akan diikuti oleh peningkatan


dalam proses pembelajaran untuk kedisiplinan belajar siswa.
Adanya hubungan yang signifikan antara variabel ini
dimungkinkan karena dunia sekolah pada umumnya merupakan
suatu wahana yang memberikan akses pada siswa untuk
berkompetisi. Dengan demikian jika hendak meningkatkan kualitas
disiplin belajar siswa dalam proses pembelajaran salah satu faktor
yang perlu dikembangkan adalah kompetensi kepribadian.
Selain kompetensi kepribadian guru PAI, hasil penelitian
tentang kompetensi profesional juga memiliki implikasi penting
untuk meningkatkan disiplin belajar siswa pada pelajaran PAI,
karena berdasarkan hasil uji hipotesis, kompetensi guru PAI
mempunyai pengaruh yang positif dan berarti dengan disiplin belajar
siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa memiliki dua faktor
tersebut akan dapat meningkatkan kedisiplinan belajar yang optimal.
Dengan demikian untuk meningkatkan disiplin belajar siswa dalam
proses pembelajaran, maka kompetensi kepribadian dan kompetensi
profesional harus lebih dahulu dikembangkan.
Upaya kearah itu di samping tergantung kepada usaha
individu itu sendiri juga memerlukan dukungan dari pihak-pihak lain
seperti peningkatan kualitas proses belajar mengajar oleh guru dan
pengelolaan lembaga pendidikan yang lebih profesional.

C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis di atas, maka
peneliti menyarankan kepada:
124

1. Para guru harus lebih menggunakan kompetensi kepribadian dan


kompetensi profesionalnya untuk peserta didik dalam hal
menstimulasi disiplin belajar, karena hasil penelitian kompetensi
kepribadian dan kompetensi profesional mempunyai hubungan
yang positif dengan disiplin belajar siswa.
2. Para peserta didik agar lebih mempersiapkan diri untuk
menghadapi guru yang berkompetensi kepribadian dan
berkompetensi profesional dalam proses pembelajaran untuk
bersikap disiplin dalam belajar.
3. Lembaga pendidikan agar mendukung terhadap program
kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk meningkatkan
disiplin belajar siswa yang maksimal sesuai dengan apa yang
diharapkan.
4. Peneliti lain mengembangkan dan memperluas penelitian dengan
memperdalam variabel yang diteliti dan ditambah dengan
variabel lain sehingga dapat memberikan informasi yang lebih
komprehensif dalam meningkatkan kedua kompetensi guru PAI
tersebut.
5. Peneliti berharap semoga apa yang telah peneliti lakukan dapat
bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi
masyarakat yang membutuhkan, serta dapat membantu bagi
peneliti berikutnya dan bagi lembaga yang berkepentingan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Supriyono, Widodo. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka


Cipta, cet. Ke- 2, 2004
Ahmadi, Abu, Sholeh, Munawar. Psikologi Perkembangan. Jakarta:
Rineka Cipta, cet.ke- 1, 2005.
Amiruddin, Perencanaan Pembelajaran (Konsep dan Implementasi).
Yogyakarta: Parama Ilmu, cet.ke- 1, 2016.
Anitah, Sri, Strategi Pembelajaran di SD, Pamulang Selatan, Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, cet. Ke 15, 2013.
Arief, Armai, Reformulasi Pendidikan Islam, Jakarta: CRSD Press, cet.
Ke-1, 2005.
Arwen, Desri, Kurikulum Ideal dan Mutu Pendidikan, Jakarta Selatan:
Al-Wasat Publishing House. cet. ke-1, 2015
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, cet.
Ke-10, 1996
Colvin, Geoff, 7 Langkah untuk menyusun Rencana Disiplin Kelas
Proaktif. Anggota IKAPI/DKI: Indeks, cet.ke-1, 2008
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta,
cet.ke-3, 2011
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta, cet.ke-1, 2000.
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta,
cet.ke-3, 2006.
Daradjat, Zakiah, Kepribadian Guru. Jakarta : Bulan Bintang, cet.ke-4,
2005.
Fathurrohman, Pupuh, Guru Profesional. Bandung: Refika Aditama,
cet.ke-1, 2012.
Gie, The Liang, Cara Belajar Yang Efesien, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta, 1997.

125
126

Haedari, Amin, Pendidikan Agama di Indonesia Gagasan dan Realita.


Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan Kebudayaan,
cet.ke-1, 2010.
Haryati, Nik, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.
Bandung: Alfabeta, cet.ke-2, 2014.
Khalsa, S., SiriNam, Pengajaran Disiplin & Harga Diri Strategi,
Anekdot, dan Pelajaran yang Efektif untuk Pengelolaan
Kelas yang Sukses. Anggota IKAPI/DKI: Indeks, cet.ke-2,
2008
Khodijah, Nyanyu, Psikologi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo
Persada, cet.ke-2, 2014.
Karwati, Euis, Priansa, Donni Juni, Kinerja dan Profesionalisme
Kepala Sekolah Membangun Sekolah yang Bermutu.
Bandung: Alfabeta, cet.ke-1, 2013.
Ismaya, Bambang, Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Refika Aditama,
cet.ke-1, 2015
Madjid, Abdul, Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset, cet.ke-1, 2013.
Muslihah, Eneng, Metode dan Strategi Pembelajaran. Cireundeu
Ciputat: Haja Mandiri, cet.ke-2, 2014.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja
Rosdakarya, cet.ke-5, 2012.
Nazir, Mohammad, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia,
cet.ke-4, 1999.
Nata, Abuddin, Tafsir ayat-ayat Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2009.
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung:
Remaja Rosdakarya, cet.ke-18, 2007.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam
Mulia, cet.ke-4,2005.
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, cet.ke-5,
1998.
127

Rohani, Ahmad, Ahmadi, Abu, Pengelolaan Pengajaran. Jakarta:


Rineka Cipta, cet.ke-2, 1995.
Rohmah, Noer, Pengantar Psikologi Agama. Yogyakarta: Teras, cet.ke-
1, 2013.
Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
RajaGrafindo Persada, cet.ke-11, 2004
Suderadjat, Hari, Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Cipta
Cekas Grafika, cet.ke-1, 2004
Suparman, Aplikasi dalam Penyusunan Karya Ilmiah (SPSS, Minitab
dan Lisrel). Tangerang: Pustaka Mandiri, 2012
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo, cet.ke-4, 2004
Sujanto, Agus, Lubis, Halem, Hadi, Taufik. Psikologi Kepribadian.
Jakarta: Bumi Aksara, cet.ke-11, 2006
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, cet.ke-5, 2012
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, cet.ke-2,
2008
Santoso, Singgih, Mastering SPSS 18. Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2010
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya, cet.ke-15, 2010
Suharsaputra, Uhar, Menjadi Guru Berkarakter. Bandung: Refika
Aditama, cet.ke-1, 2013
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo
Persada, cet.ke-20, 2013
Santrock, John W, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana, cet.ke-2,
2008
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan
Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara, cet.ke-7, 2009
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, cet.ke-20, 2014
128

Syah, Darwyan, Supardi, Muslihah, Eneng, Strategi Belajar Mengajar.


Jakarta: Diadit Media, cet.ke-1, 2009
Santoso, Singgih, Mastering SPSS 20. Jakarta: PT Elek Media
Komputindo, 2010
Supardi, Aplikasi Statistika Dalam Penelitian Edisi Revisi, Konsep
Statistika Yang Lebih Komprehensif, Jakarta: Change
Publication, cet.ke IV, 2014
Sopiatin, Popi, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa.
Bandung: Ghalia Indonesia, cet.ke-1, 2010
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana,
cet.ke-1, 2010
Usman, Basyiruddin, Asnawir, Media Pembelajaran. Ciputat: Delia
Citra Utama, cet.ke-1, 2002
Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya, cet.ke-27, 2013
Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya, cet.ke-14, 2014
Yamin, Martinis, Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada,
cet.ke-1, 2010

Anda mungkin juga menyukai