Anda di halaman 1dari 12

KEPALA DESA PESAWARAN

KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN

PERATURAN DESA PESAWARAN


NOMOR 05 TAHUN 2020

TENTANG

PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK TINGKAT DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA DESA PESAWARAN,

Menimbang : a. bahwa setiap anak berhak untuk bebas dari


penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat
martabat manusia serta berhak mendapatkan rasa
aman, bebas dari segala bentuk tindakkekerasan,
diskriminasi dan pelanggaran hak-hak anak;

b. Tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak terus


meningkat, sehingga diperlukan upaya perlindungan
yang komprehensif dan maksimal, adanya tindakan
nyata, dukungan kelembagaan secara formal, peraturan
yang dapat menjamin pelaksanaan dari Pemerintah
Desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat
secara luas;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Desa tentang Perlindungan Anak;

Mengingat : 1. Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang


Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3143);

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang


Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (CEDAW)
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984
Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 3277);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang
Pengesahan Konvensi ILO Nomor 182 mengenai
Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan
Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4235);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo UU Nomor


35
Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5606);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang


Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419);

6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang


Pengesahan Protokol Opsional Konvensi Hak-Hak Anak
Mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak dan
Pornografi Anak ;
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
8. Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 06
Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara tahun
2014 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5539) ;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2015 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang
Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa
(Lembaran Negara RI tahun 2015 Nomor 157 ) ;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2019 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor
43 tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa
(Lembaran Negara RI tahun 2019 Nomor 41 ) ;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun
2014 Tentang Pedoman Teknis Peraturan Desa ( Berita
Negara RI Tahun 2014 Nomor 2091 ) ;
13. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kelurahan
Layak Anak;
14. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Indikator Kabupaten/Kelurahan Layak Anak;
15. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Panduan Pengembangan Kabupaten/Kelurahan Layak
Anak;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2016
tentang Kartu Identitas Anak;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2016
tentang Percepatan Peningkatan Cakupan Kepemilikan
Akta Kelahiran;
18. Peraturan daerah Provinsi Lampung No. 06 Tahun
2006 tentang Pelayanan Terpadu Terhadap Perempuan
dan Anak Korban Tindak Kekerasan;
19. Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran No. 01 Tahun
2019 tentang Perlindungan Perempuan dan Anak;
20. Peraturan Bupati Pesawaran No. 67 Tahun 2018
tentang Kabupaten Layak Anak;
21. Peraturan Bupati Pesawaran Nomor 05 Tahun 2019
Tentang Daftar Kewenangan Desa berdasarkan Hak
Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa
( Berita Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun
2019
Nomor );
22. Peraturan Desa Pesawaran Nomor .. Tahun 2019
Tentang Daftar Kewenangan Desa Berdasarkan Asal
Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa ( Lembaran
Desa Tahun 2019 Nomor 22 ).

Dengan Kesepakatan Bersama


BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PESAWARAN
DAN
KEPALA DESA PESAWARAN

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DESA PESAWARAN TENTANG


PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK TINGKAT DESA

BAB I KETENTUAN
UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan ;

1. Desa adalah Desa Pesawaran;


2. Pemerintahan Desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam system pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang di sebut nama lain di
bantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
desa;
4. Badan Permusyawaratan Desa selanjutnya disebut BPD adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan
wilayah dan di tetapkan secara demokratis;
5. Rencana Aksi Desa berupa dokumen Kebijakan Perlindungan Anak
adalah rencana aksi yang memuat program/kegiatan pencegahan,
penanganan dan rehabilitasisecara terintegrasi dan terukur yang
dilakukan oleh Perangkat Desa dalam jangka waktu tertentu, sebagai
instrumen dalam mewujudkan perlindungan anak;
6. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan;
7. Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi;
8. Kekerasan adalah setiap perbuatan yang berakibat atau
dapat mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan baik fisik,
seksual, ekonomi, sosial, dan psikologis,ancaman tindakan tertentu,
pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang,
baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi
terhadap korban;
9. Kekerasan terhadap anak adalah setiap tindakan yang berakibat atau
mungkin berakibat penderitaan anak secara fisik, psikis, seksual,
penelantaran, eksploitasi, ekonomi, dan kekerasan lainnya;
10. Kekerasan Fisik adalah setiap perbuatan yang mengakibatkan rasa
sakit, cedera, luka atau cacat pada tubuh seseorang, pingsan dan atau
menyebabkan kematian;
11. Kekerasan Psikis adalah setiap perbuatan yang mengakibatkan
ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak, rasa tidak berdaya dan atau penderitaan psikis berat pada
seseorang;
12. Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pelecehan
seksual, pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual
dengan tidak wajar atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual
dengan orang lain untuk tujuan komersial dan atau tujuan tertentu;
13. Kekerasan Ekonomi adalah setiap perbuatan yang menelantarkan
anggota keluarga dalam bentuk tidak memberikan kehidupan
perawatan atau pemeliharaan secara layak;
14. Eksploitasi Terhadap Anak adalah setiap perbuatan melibatkan anak
dalam kegiatan yang dapat merugikan kesejahteraan dan tumbuh-
kembang atau membahayakan keselamatan anak dengan tujuan
membuat orang lain dapat memperoleh manfaat ekonomi, seksual,
sosial, atau juga politik, termasuk bila di dalamnya terdapat
pembatasan atau penghilangan kesempatan anak memperoleh haknya;
15. Pelecehan seksual adalah segala tindakan bernuansa seksual yang
disampaikan melalui kontak fisik maupun non fisik yang menyasar
pada bagian tubuh seksual atau seksualitas seseorang, termasuk
dengan menggunakan siulan, main mata, komentar atau ucapan
bernuansa seksual, mempertunjukan materi-materi pornografi dan
keinginan seksual, colekan atau sentuhan di bagian tubuh, gerakan
atau isyarat yang bersifat seksual sehingga mengakibatkan rasa tidak
nyaman, tersinggung merasa direndahkan martabatnya, dan mungkin
sampai menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan;
16. Korban adalah Anak korban dan atau anak pelaku kekerasan terhadap
anak yang mengalami kesengsaraan dan atau penderitaan baik
langsung maupun tidak langsung sebagai akibat dari kekerasan;
17. Pencegahan adalah berbagai upaya penyadaran, pendidikan untuk
menghapus segala bentuk tindak kekerasan terhadap anak;
18. Penanganan adalah berbagai upaya penyadaran, pemberdayaan dan
perlindungan untuk menghapus segala bentuk tindak kekerasan
terhadap anak;
19. Pemulihan Dalam Makna Luas yang selanjutnya disebut rehabilitasi
/pemulihan adalah proses mendukung anak korban dan atau anak
pelaku kekerasan terhadap anak, orang tuaanak korbandan atau anak
pelaku kekerasan terhadap anak, untuk menjadi berdaya dalam
mengambil keputusan dan mengupayakan kehidupan yang adil,
bermartabat dan sejahtera, melalui pendekatan yang berpusat pada
korban, berbasis hak, multidimensi, berbasis komunitas dan
berkesinambungan, bersifat partisipatif, menyeluruh dan berkelanjutan
dengan mengikutsertakan peran keluarga dan / atau komunitas demi
kepentingan terbaik untuk anak;
20. Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat atau di sebut dengan
PATBM adalah sebuah gerakan dari jejaring atau kelompok masyarakat
yang bekerja secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan
perlindungan anak;
21. Monitoring dan evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara berkala
mengumpulkan informasi secara sistematik dan analisitik serta
mengukur dampak kegiatan yang nyata terhadap rencana strategis
yang telah disusun.

BAB II
PRINSIP

Pasal 2

Desa Pesawaran dalam menjalankan prinsip perlindungan anak adalah


sebagai berikut:

(1) Anti Kekerasan


Dalam menjalankan kegiatan mengedepankan sikap cinta damai dan
selalu peduli pada upaya-upaya mewujudkan kedamaian serta menolak
dan menentang dengan tegas sikap-sikap dan perilaku kekerasan baik
di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
(2) Non Diskriminatif
Dalam menjalankan kegiatan pemenuhan hak anak selalu
mengedepankan persamaan hak, persamaan kesempatan dan
persamaan kedudukan tanpa ada pembedaan jenis kelamin, agama,
suku,ras.
(3) Penghargaan terhadap pendapat anak
Dalam menjalankan kegiatan pemenuhan hak anak mengedepankan
penghargaan terhadap pendapat anak, melibatkan dan memberikan
ruang terhadap anak dalam pengambilan keputusan baik pada proses
kegiatan dan proses pembangunan mulai dari lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat.
(4) Kemandirian
Dalam melaksanakan kegiatan pemenuhan hak anak, Desa Bogorejo
menjunjung tinggi semangat kemandirian bagi setiap sasarannya (anak),
mengedepankan tatanan sosial yang mendukung tumbuh kembang
anak menjadi pribadi yang mandiri, jasmani dan rohani.
(5) Kepentingan terbaik untuk anak
Dalam kegiatan pemenuhan hak anak, DesaBogorejo selalu menjadikan
anak sebagai pertimbangan utama dalam setiap kebijakan, program dan
kegiatan.
Tumbuh dan berkembang
(6) Desa Bogorejo dalam menjalankan kegiatan pemenuhan hak anak
mengedepankan pemberian kesempatan yang sama antara anak laki-
laki dan perempuan sebagai generasi bagi yang diharapkan dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal yang mempunyai kepribadian
adil gender.
(7) Kesetaraan Gender
Desa Bogorejo dalam menjalankan kegiatan pemenuhan hak anak
berusaha mengedepankan keadilan tanpa membedakan gender.

BAB III MAKSUD DAN


TUJUAN

Pasal 3

Maksud dan tujuan perlindungan anak tingkat desa adalah sebagai berikut;

(1) Menyediakan upaya perlindungan anak, sesuai tugas dan fungsinya di


tingkat Desa;
(2) Mengintegrasikan hak dan kebutuhan anak ke dalam program/kegiatan
pencegahan, penanganan sesuai dengan kondisi Desa dan rehabilitasi
di tingkat Desa;
(3) Tersedianya upaya perlindungan anak sesuai tugas dan fungsinya di
tingkat Desa;
(4) Terintegrasinya upaya perlindungan anak ke dalam program/kegiatan
pencegahan, penanganan sesuai dengan kondisi Desa dan rehabilitasi
di tingkat Desa;

BAB IV
HAK-HAK ANAK

Pasal 4

Setiap anak berhak mendapatkan hak-haknya sebagai berikut:

(1) Hak untuk Hidup


(2) Hak untuk Tumbuh dan Berkembang
(3) Hak untuk mendapatkan Perlindungan
(4) Hak untuk dapat Berpartisipasi
Pasal 5

Anak korban kekerasan selain mendapatkan hak-haknya sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4, juga mendapatkan hak-hak sebagai berikut:

(1) Hak penghormatan atas kelangsungan hidup, tumbuh dan


berkembang;
(2) Hak pelayanan dasar dalam bidang pendidikan;
(3) Hak pelayanan dasar dalam bidang kesehatan;
(4) Hak perlindungan yang sama;
(5) Hak bebas dari berbagai stigma; dan
(6) Hak mendapatkan kebebasan.

BAB V
KEWAJIBAN DAN TANGGUNGJAWAB

Pasal 6

Kewajiban dan tanggungjawab dalam penyelenggaraan perlindungan anak


adalah:

(1) Pemerintah Desa;


(2) Masyarakat , termasuk dunia usaha;
(3) Keluarga; dan
(4) Orang tua.

Pasal 7

Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat


(1), Pemerintah Desa melaksanakan upaya perlindungan anak, dalam
bentuk:
(1) Merumuskan kebijakan tentang perlindungan Anak dari segala bentuk
tindak kekerasan dan diskriminasi;
(2) Menyusun perencanaan program dan kegiatan yang berpusat pada
anak, dan memastikan anak terlibat langsung dalam Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes);
(3) Memberikan dukungan sarana dan prasarana;
(4) Mengalokasikan anggaran khusus yang responsive hak anak;
(5) Membentuk dan memfasilitasi PATBM tingkat Desa; dan
(6) Melakukan monitoring dan evaluasi.

Pasal 8

Dalam hal pelaksanaan kewajiban Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud


pada pasal 7 maka Pemerintah Desa :

(1) Menyusun Rencana Aksi Desa berupa dokumen kebijakan


perlindungan anak sebagai dasar bagi para stakeholder dalam
melaksanakan perlindungan terhadap anak.
(2) Rencana Aksi Desa berupa dokumen kebijakan perlindungan anak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan bagian Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rencana Aksi Desa berupa dokumen
kebijakan perlindungan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Desa.
Pasal 9

Pemerintah Desa berkewajiban dan bertanggungjawab untuk:

(1) Mengawasi penyelenggaraan upaya perlindungan anak; dan


(2) Menyediakan anggaran untuk upaya perlindungan anak melalui
APBDes.

Pasal 10

Kewajiban dan tanggungjawab masyarakat termasuk dunia usaha


sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (2) berupa :

(1) Mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak;


(2) Memberikan dukungan dalam pemenuhan dan atau penyelenggaraan
perlindungan anak;
(3) Melakukan peningkatan kewaspadaan dini dari segala bentuk
kekerasan, diskriminasi dan eksploitasi terhadap anak;
(4) Memberikan informasi dan/atau melaporkan bila terjadi tindak
kekerasan terhadap anak kepada pihak terkait tingkat Desa sesuai
standar operasional dan prosedur (SOP);
(5) Melakukan advokasi kebijakan yang menjamin perlindungan bagi anak
yang berperspektif hak asasi manusia (HAM);
(6) melindungi anak korban kekerasan; dan
(7) memberikan pertolongan darurat.

Pasal 11

Kewajiban keluarga dan / atau orangtua sebagaimana dimaksud pada Pasal 6


ayat (3) dan ayat (4) , secara hukum memiliki tanggungjawab penuh untuk
mencegah segala bentuk tindak kekerasan dan diskriminasi terhadap anak
danmelindungi anak sebagai anggota keluarga.

BAB VI PENYELENGGARAAN
PERLINDUNGAN ANAK

BagianKesatu
Kelembagaan

Pasal 12

(1) Dalam rangka memberikan perlindungan kepada anak, Pemerintah Desa


membentuk Komite Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat
(KPATBM) sebagai wadah yang akan mengkoordinasikan kegiatan
perlindungan anak tingkat Desa;
(2) Selanjutnya pelaksana pokok perlindungan anak tingkat Desa adalah
Forum Anak (FA) di bawah koordinasi Komite Perlindungan Anak
Terpadu Berbasis Masyarakat (KPATBM);
(3) Forum Anak (FA) di bawah koordinasi Komite Perlindungan Anak
Terpadu Berbasis Masyarakat (KPATBM) tingkat Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) mempunyai tugas, pokok, dan fungsi melakukan
upaya perlindungan anak dari tindak kekerasan, dan diskriminasi;
(4) KPATBM dan FA sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan
dengan Keputusan Kepala Desa;

Pasal 13

KPATBM dan FA dalam melakukan upaya perlindungan anak korban


kekerasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) memiliki tugas:

(1) Melakukan upaya restoratif justice apabila korbana dalah anak;


(2) Melakukan penyelamatan anak korban kekerasan;
(3) Melakukan wawancara dan observasi keadaan korban;
(4) Membuat rekomendasi layanan lanjutan;
(5) Melakukan koordinasi dan rujukan ke layanan lanjutan dan pihak
terkait; dan
(6) Melakukan administrasi proses pengaduan.

Bagian Kedua
Pencegahan
Pasal 14

(1) Upaya pencegahan kekerasan terhadap Anak dilakukan secara terpadu


dan dikoordinasikan oleh Pemerintah Desa
(2) Upaya pencegahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan cara:
a. Membentuk jaringan kerja dalam upaya pencegahan kekerasan dan
penanganan tindak kekerasan secara koordinasi, integrasi,
sinkronisasi pencegahan kekerasan berdasarkan pola kemitraan;
b. Membentuk sistem pencegahan kekerasan, pemetaan lokasi atau
wilayah rawan terjadinya tindak kekerasan;
c. Menyelenggarakan komunikasi, informasi, dan pendidikan kritis
tentang hak-hak anak bagi masyarakat;
d. Melakukan sosialisasi tentang peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan perlindungan anak;

Bagian Ketiga
Penanganan

Pasal 15

Pemerintah Desa wajib menyediakan mekanisme penanganan anak korban


kekerasan di tingkatDesa yang meliputi;

(1) Menyediakan ruang pengaduan kasus kekerasan terhadap anak (KtA);


(2) Menyediakan Mekanisme Pendokumentasian kasus kekerasan terhadap
anak;
(3) Menyediakan Sistem Rujukan penanganan kasus dengan lembaga
terkait di tingkat desa, antar desa maupun kabupaten/kota.
Pasal 16

Ruang pengaduan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat 1 kasus KtA,


antara lain harus:

(1) Mudah diakses oleh warga Desa terutama anak korban dan atau anak
pelaku.
(2) Tersedia sarana dan prasarana yang dapat menunjang unit pengaduan,
lisan dan elektronik atau media lainnya.
(3) Tersedia standar operasional dan prosedur (SOP) pengaduan, SOP
rujukan penanganan yang mudah dipahami dan dilaksanakan serta
sesuai dengan kondisi Desa.

Pasal 17

Mekanisme Pendokumentasian Kasus sebagaimana dimaksud dalam pasal 15


ayat (2), antara lain harus:
(1) Dilakukan sumber daya manusia (SDM) yang sudah terlatih sederhana.
(2) Tersedia sarana prasarana sederhana pendokumentasian kasus.
(3) Tersedia SOP pendokumentasian kasus KtA yang mudah dipahami dan
dilaksanakan serta sesuai dengan kondisi Desa.

Pasal 18

Sistem Rujukan Kasus sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (3), antara
lain harus:

(1) Mudah, cepat, sederhana, aman bagi korban.


(2) Tersedia SDM pendamping kasus yang memahami dan terampil merujuk
kasus.
(3) Tersedia sarana dan prasarana yang dapat menunjang rujukan kasus.
(4) Tersedia SOP rujukan kasus KtA yang mudah dipahami dan
dilaksanakan serta sesuai dengan kondisi Desa, antar Desa, dan Desa
dengan Kabupaten/kota.

Bagian Keempat
Rehabilitasi

Pasal 19

Rehabilitasi merupakan pelayanan yang diberikan oleh pendamping dalam


rangka memulihkan kondisi traumatis korban, termasuk rujukan fasilitasi
rumah aman untuk melindungi korban dari berbagai ancaman dan intimidasi
bagi korban dan memberikan dukungan secara sosial sehingga korban
mempunyai rasa percaya diri, kekuatan, dan kemandirian dalam
menyelesaikan masalahnya, dengan cara:

(1) memberikan bimbingan kerohanian kepada anak korban dan atau anak
pelaku maupun orang tua korban dan atau orangtua pelaku.
(2) pemulihan kejiwaan korban.
(3) pemulangan dan reintegrasi sosial bertujuan untuk mengembalikan
anak korban dan atau anak pelaku kepada keluarga dan lingkungan
sosialnya.
(4) pemulangan dan reintegrasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan dan dikoordinasikan dengan:
a. Pemerintah Desa lain;
b. KPATBM, Instansi dan atau lembaga terkait baik pemerintah
maupun non pemerintah.

BAB VII
KERJA SAMA DAN KEMITRAAN

Pasal 20

(1) Pemerintah Desa membentuk kemitraan dengan dunia usaha dalam


perlindungan anak.
(2) Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui :
a. Bantuan fasilitasi atau pendanaan dalam pemenuhan dan
penyelenggaraan perlindungan anak;
b. bantuan pendidikan bagi anak korban tindak kekerasan yang rawan
putus sekolah; dan
c. menumbuhkan dan meningkatkan kemandirian ekonomi keluarga
anak korban tindak kekerasan.
(3) Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dituangkan dalam bentuk kesepakatan bersama.

BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 21

(1) Pemerintah Desa melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap


pelaksanaan pemenuhan perlindungan anak.
(2) Pembinaan dan Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. koordinasi;
b. bimbingan;
c. pendidikan dan pelatihan; dan
d. pemantauan dan evaluasi.
(3) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a mencakup
aspek yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan.
(4) Bimbingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b mencakup
aspek yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, tata laksana,
pendanaan, kualitas, pengendalian dan pengawasan.
(5) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
dilakukan oleh pemerintah Desa yang membidangi kesejahteraan
masyarakat termasuk kesejahteraan anak.
(6) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
dilakukan secara berkala.

BAB IX
PELAPORAN

Pasal 22

(1) KPATBM dan FA membuat pelaporan penyelenggaraan kegiatan


perlindunganAnakkepadaKepalaDesa.
(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara
tertulis, meliputi:
a. administrasi;
b. keuangan;
c. pelayanan; dan
d. kinerja.
(3) Penyampaian pelaporan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), dilaksanakan paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali dan
diselenggarakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB X
PEMBIAYAAN

Pasal 23

Pembiayaan pelaksanaan, pencegahan, penanganan dan perlindungan anak


dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan BelanjaDesa.

BAB XI
PENUTUP

Pasal 24

Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Desa ini akan diatur dalam
Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa.

Pasal 25

Peraturan Desa ini berlaku pada saat di undangkan agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan desa ini dengan
menempatkan pada Lembaran Desa

Ditetapkan di : Pesawaran
Pada tanggal : 15 Agustus 2020

KEPALA PESAWARAN,

AZWAN FERI

Diundangkan di : Pesawaran
Pada tanggal : 13 Agustus 2020

SEKRETARIS DESA PESAWARAN,

ARIF SETIAWAN

LEMBAGA DESA PESAWARAN TAHUN 2020 NOMOR 15

Anda mungkin juga menyukai