JM - Lexcrimen, 6-Rifanly Potabuga-PIDANA PENJARA MENURUT KUHP
JM - Lexcrimen, 6-Rifanly Potabuga-PIDANA PENJARA MENURUT KUHP
4/Okt-Des/2012
79
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
80
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
6
Ibid.
5 7
Widodo, Op-Cit, hlm. 13. Ibid, hlm. 248.
81
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
penghukuman, apapun yang menjadi kejahtan tidak dapat begitu saja digunakan
hakikatnya yaitu apakah dimaksudkan sebagai ukuran untuk menentukan efektif
untuk menghukum atau untuk tidaknya pidana penjara. Terlebih lagi ada
memperbaiki, sedikit atau tidak mempunyai sisi lain dari ’aspek perlindungan
pengaruh terhadap masalah kejahatan.8 masyarakat’ yaitu pemidanaan bertujuan
Mengetahui pengaruh bekerjanya juga untuk ’memulihkan keseimbangan
pidana penjara ini memang tidak mudah, masyarakat’. Seberapa ajauh efektivitas
karena seperti dikatakan bahwa bekerjanya pidana penjara untuk mencapai tujuan ini,
hukum pidana selamanya harus dilihat dari jelas tidak dapat diukur dengan indikator
keseluruhan konteks kulturalnya. Ada saling naik turunnya frekuensi kejahatan yang
pengaruh antara hukum dengan faktor- lebih bersifat kuantitatif.10
faktor lain yang mmeebntuk sikap dan Indikator telah pulihnya kembali
tindakan-tindakan kita. Sehubungan keseimbangan masyarakat antara lain telah
dengan adanya ’saling pengaruh’ ini, maka ada penyelesaian konflik, telah ada
wajarlah apabila Wolf Middendorf kedamaian dan rasa aman dalam
dikatakan bahwa sangatlah sulit untuk masyarakat, telah hilangnya noda-noda di
melakukan evaluasi terhadap efektivitas masyarakat atau telah pulihnya kembali
dari general detrrence (pencegahan umum) nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
karena mekanisme penangkalan/awal Indikator-indikator ini lebih bedifat
pencegahan itu tidak diketahui. Kita tidak kualitatif dan hal ini pulalah yang menurut
dapat mengetahui hubungan yang Roger Hood dan Richard Sparks merupakan
sesungguhnya antara sebab dan akibat. aspek-aspek lain dari ’general prevention’
Orang mungkin melakukan kejahatan atau yang sulit untuk diteliti.11
mungkin mengulanginya lagi tanpa Pengaruh pidana terhadap masyarakat
hubungan dengan ada tidaknya undang- luas sangatlah sukar untuk diukur, karena
undang atau pidana yang dijatuhkan. pengaruh itu terdiri dari sejumlah bentuk-
Terlebih lagi menurut Middendorf, sarana- bentuk aksi dan reaksi yang berbeda dan
sarana kontrol sosial lainnya seperti saling berkaitan erat, yang disebut dengan
kekuasaan orang tua, kebiasaan-kebiasaan berbagai nama, misalnya pencegahan awal,
atau agama, mungkin dapat mencegah pencegahan umum, memperkuat kembali
perbuatan jahat sama kuatnya dengan nilai-nilai moral, memperkuat kesadaran
ketakutan orang pada pidana.9 Efektifitas kolektif, menghidupkan kembali perasaan
hukum pidana tidaklah dapt diukur secara solidaritas yang goyah, penegasan kembali
akurat. Malahan ditegaskan bahwa hukum rasa aman masyarakat, memgurangai atau
hanya merupakan salah satu sarana kontrol meredakan ketakutan, melepaskan
sosial. Kebiasaan, keyakinan agama, ketegangan-ketegangan agresif dan lain
dukungan dan pencelaan kelompok, sebagainya. Pengaruh penjara terhadap si
penekanan dari kelompok-kelompok pelanggar dapat diketahui dengan jelas
interest dan pengaruh dari pendapat umum tetapi pengaruhnya terhadap masyarakat
merupakan sarana yang lebih efeisien secara keseluruhan merupakan suatu
dalam megatur tingkah laku manusia wilayah yang tidak diketahui.
daripada sanksi hukum.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa indikator naik turunnya frekuensi
10
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan
Hukum Pidana, Perkembangan Penyusunan Konsep
8
ibid, hlm. 249. KUHP Baru, Kencana, Jakarta, 2010, hlm. 212.
9 11
Ibid., hlm. 249. ibid, hlm. 213.
82
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
2.Efektivitas Pidana Penjara Dilihat dari berapa lama tenggang waktu pengulangan
Aspek Perbaikan Si pelaku. sejak putusan pemidanaan yang terdahulu.
Ukuran efektivitas terletak pada aspek Aspek kedua, yaitu aspek perbaikan.
pencegahan khusus, ukurannya terletak Berhubungan dengan masalah perubahan
pada masalah seberapa ajauh pidana itu sikap dari siterpidana. Seberapa jauh
(pidana penjara) mempunyai pengaruh pidana penjara dapat mengubah sikap
terhadap si pelaku/terpidana. Ada dua (2) terpidana masih merupakan masalah yang
aspek pengaruh pidana terhadap terpidana, belum dapat dijawab secara memuaskan.
yaitu aspek pencegahan awal dan aspek Hal ini disebabkan karena adanya beberapa
perbaikan.12 problem metodology yang belum
Aspek pertama, biasanya diukur dengan terpecahkan dan belum ada kesepakatan,
menggunakan indikator residivis. khususnya mengenai:
Berdasarkan indikator ini R.M. Jackson a. Apakah ukuran untuk menentukan
menyatakan, bahwa suatu pidana adalah telah adanya ’tanda-tanda
efektif apabila si pelanggar tidak dipidana perbaikan’ atau adanya ’perubahan
lagi dalam suatu periode tertentu. sikap’ pada diri si pelaku; ukuran
Selanjutnya ditegaskan, bahwa efektivitas ’recidivism rate’ (residivis) atau
adalah suatu pengukuran dari ’reconviction rate’ (penghukuman
perbandingan antara jumlah pelanggar kembali) masih banyak yang
yang dipidana kembali dan yang tidak meragukan.
dipidana kembali.13 Penelitian dengan b. Berapa alamnaya ’periode tertentu’
indikator residivis ini sulit dilakukan di untuk melakukan evaluasi terhadap
Indonesia, karena data yang ada biasanya ada tidaknya perubahan sikap
sangat sumir yaitu hanya mengemukakan setelah terpidana menjalani pidana
jumlah residivis pada tiap akhir bulan atau penjara.14
akhir tahun. Dari data yang disajikan tidak Berdasarkan masalah metodologis yang
dapat diketahui secara pasti jenis dan berat dikemukakan di atas dapat dinyatakan
ringannya pidana yang terdahulu bahwa penelitian-penelitian selama ini
dijatuhkan, jenis tindak pidana yang pernah belum dapat membuktikan secara apasti
dilakukan terdahulu dan yang kemudian apakah pidana penjara itu efektif atau
diulanginya serta berapa tenggang waktu tidak. Masalah efektivitas sesungguhnya
pengulangnnya. Dengan hanya mengetahui berhubungan dengan masalah
jumlahnya saja, tidak dapat diketahui berfungsinya/bekerjanya sanksi pidana. Di
tingkat efektivitas pidana penjara dan samping itu, berdasarkan pengamatan
perbandingannya dengan jenis pidana beberapa hasil penelitian dan pendapat
lainnya. Mengukur perbandingan para sarjana, efektivitas pidana penjara
efektivitas pidana tidak dapat dilakukan lebih bersifat khusus yaitu berhubungan
hanya dengan mengetahui jumlah residivis, erat dengan karakteristik tindak pidana dan
tetapi perlu juga diketahui jumlah orang pelaku tertentu. Oleh karena itu, mungkin
yang pernah dipidana untuk pertama lebih patut untuk dipertimbangkan pada
kalinya, dengan tiap-tiap jenis pidana yang tahapan penerpan pidana daripada tahap
diterimanya dan berapa diantaranya yang penetapan pidana in abstracto yang lebih
tidak mengulangi lagi. Juga perlu diketahui menghendaki hal-hal yang berlaku umum.
Dalam hal-hal tertentu, efektivitas
pidana penjara memang dapat
12
Ibid, hlm. 214.
13 14
Ibid, hlm. 214. Ibid, hlm. 216.
83
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
84
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
85
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
86
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
87
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
88
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
tidak lepas dari cara-cara kehidupan dalam pidana penjara sebagai bagian dari prevensi
masyarakat, sesuai dengan rumusan umum dan khusus, dan tolok ukur
Standard Minimum Rules for The treatment penjeraan sebagai salah satu sarana
of Prisoners, yang anatara lain mengatur nasional dalam menanggulangi kejahatan.
tentang pembinaan, perbaikan nasib, Dari perkembangan kongres PBB, mengenai
pekerjaan, pedidikan, rekreasi dan prevention of crime and treatment of
hubungan-hubungan sosial.16 Eksistensi offenders, pidana penjara masih tetap
dasar pembenaran ditetapkannya pidana dapat dipertahankan hanya perlu dibatasi
penjara selama ini tidak pernah penggunaannya untuk tindak pidana
dipersoalkan, yang pada umumnya tertentu, terutam yang menjadi perhatian
dipersoalkan adalah mengani berat adalah tentang resosialisasi terpidana.
ringannya ancaman pidana penjara dan Selanjutnya dilihat dari pemidanaan dalam
sistem perumusannya dalam undang- masyarakat modern, pidana sebagai proses
undang. Tidak dipersoalkan eksistensi dan untuk merobah tingkah laku, maka pidana
dasar pembenaran penjara yang penjara masih dapat dipertahankan, dan
berhubungan dengan adanya kebijaksanaan dilihat dari perlunya upaya pengamanan
yang mempertahankan jenis-jenis pidana masyarakat, pidana penjara merupakan
sebagaimana dalam Pasal 10 KUHP salah satu dari pemidanaan yang lebih
menurut UU No. 1 Tahun 1946. Tetapi manusiawi dibandingkan dengan tindakan
menurut pertimbangan kriminalisasi, masih yang sewenang-wenagn diluar hukum.17
patutnya dipidana perbuatan tertentu Sebagai suatu kajian, pidana penjara
sehingga penggunaan sanksi pidana pada dalam berbgaai pendekatan, maka selalu
umumnya dan pidana penjara pada dikaitkan antara stelsel pidana penjara
khususnya, tetap bersifat selektif yang dengan hukum pidana dan filsafat sebagai
diorientasikan pada pola kebijaksanaan pembenarannya. Bambang poernomo
tertentu, yakni ditujukan terhadap mengemukkakan bahwa pertentangan
perbuatan-perbuatan: pendapat apakah pidana itu telah dimulai
pertama, yang bertentangan dengan pada zaman keemasan paham Sofisme,
kesusilaan, agama dan moral Pancasila; dengan memeberikan isyarat bahwa tujuan
kedua, yang membahayakan atau pdana adalah harus memeperhatikan
merugikan kehidupan masyarakat, bangsa keadaan masa datang dan usaha untuk
dan negara; mencegah agar seseorang atau orang yang
ketiga, yang menghambat tercapainya lain sadar untuk tidak mengulangi
pembangunan nasional. kejahatannya lagi.18 Selanjutnya
Dengan demikian, maka pendekatan pertentangan anatar teori preventif dan
kebijaksanaan kriminalisasi sekaligus retributif dengan perkembangannya
kebijaksanaan penetapan pidana penjara masing-masing.
selama ini, ditempuh melalui atau Pada masyarakat Indonesia, peristiwa
berorientasi pada nilai. Dengan melihat pelanggaran yang mengakibatkan derita
aspek-aspek tujuan pemidanaan yakni pada orang lain, sehingga kehidupan
bernuansa pada aspek perlindungan masyarakat menjadi tidak seimbang,
masyarakat, perlindungan individual. penyelesaiannya sangat beraneka ragam,
Sehingga dapat dilihat dari hasil-hasil dimana tidak hanya dikenai hukum, tetapi
penelitian ilmiah, masih diperlukannya juga ikutnya bertanggungjawab dari
16 17
Bambang Poernomo, Hukum Pidana, Bina Kasara, Syaiful Bakhri, Op-Cit, hlm. 78.
18
Jakarta, 1982, hlm. 174. Bambang Poernomo, Op-Cit.
89
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
90
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
91
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
92
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012
93