Anda di halaman 1dari 24

BERITA NEGARA

REPUBLIK INDONESIA
No.1806, 2014 KEMENPAN RB. Pengelola. Ekosistem Laut.
Pesisir. Jabatan Fungsional.

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA


DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2014
TENTANG
JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA EKOSISTEM LAUT DAN PESISIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengembangan profesionalisme


Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas di
bidang pengelolaan ekosistem laut, pesisir dan pulau-
pulau kecil dan untuk meningkatkan kinerja organisasi
perlu ditetapkan jabatan fungsional Pengelola
Ekosistem Laut dan Pesisir;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia tentang Jabatan
Fungsional Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik
2014, No. 1806 2

Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4739) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007
Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau
Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5490);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5494);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang
Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai
Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1966 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2797);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 51, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5121);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang
Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 194, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4015),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 122, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4332);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 195, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4016),
sebagaimana telah dua kali diubah dengan Peraturan
3 2014, No. 1806

Pemerintah Nomor 78 Tahun 2013 (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 188, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5467);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang
Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 196,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4017), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 32, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4193);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang
Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4019);
10.Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 164);
11.Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
12.Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010 tentang
Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terluar (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 101);
13.Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2010 tentang
Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 109);
14.Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 121,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5258);
15.Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2014 tentang
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang Mencapai
2014, No. 1806 4

Batas Usia Pensiun Bagi Pejabat Fungsional (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 58);
16.Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 125);
17.Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56
Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 126);
18.Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang
Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 97 Tahun 2012 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 235);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR
NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI TENTANG
JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA EKOSISTEM LAUT
DAN PESISIR.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai
Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan.
2. Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan
tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada
keahlian dan keterampilan tertentu.
3. Pejabat Fungsional adalah Pegawai ASN yang menduduki Jabatan
Fungsional pada instansi pemerintah.
4. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai
kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan Manajemen ASN di
5 2014, No. 1806

instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan


perundangundangan.
5. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan
melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai ASN sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6. Instansi Pusat adalah kementerian, lembaga pemerintah
nonkementerian, kesekretariatan lembaga negara, dan kesekretariatan
lembaga nonstruktural.
7. Instansi Daerah adalah perangkat daerah provinsi dan perangkat
daerah kabupaten/kota yang meliputi sekretariat daerah, sekretariat
dewan perwakilan rakyat daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis
daerah.
8. Jabatan Fungsional Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir adalah
jabatan fungsional tertentu yang mempunyai ruang lingkup tugas,
tanggungjawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan pengelolaan
wilayah laut pesisir dan pulau-pulau kecil.
9. Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir adalah Pegawai Negeri Sipil yang
diberikan tugas, tanggungjawab, dan wewenang untuk melakukan
kegiatan pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil dalam
lingkungan instansi Pusat dan Daerah.
10. Pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil adalah suatu
pengoordinasian perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan
pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang
dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah, antar sektor,
antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan
manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
11. Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat dan
laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.
12. Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan
2.000 km2 (dua ribu kilo meter persegi) beserta kesatuan
Ekosistemnya.
13. Sasaran Kerja Pegawai yang selanjutnya disingkat SKP adalah
rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS.
14. Perilaku Kerja adalah setiap tingkah laku, sikap, atau tindakan yang
dilakukan oleh PNS atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
15. Angka Kredit Kumulatif adalah akumulasi nilai angka kredit minimal
yang harus dicapai oleh Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir sebagai
salah satu syarat kenaikan pangkat dan/atau jabatan.
16. Uraian Tugas adalah suatu paparan semua tugas jabatan yang
merupakan tugas pokok pemangku jabatan dalam memproses bahan
2014, No. 1806 6

kerja menjadi hasil kerja dengan menggunakan perangkat kerja dalam


kondisi tertentu.
17. Tim Penilai Kinerja Instansi adalah tim yang dibentuk oleh Pejabat
yang Berwenang dan ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
Pusat/Daerah yang bertugas menjamin objektivitas penilaian oleh
pejabat penilai kinerja dan memberikan pertimbangan terhadap
usulan kenaikan pangkat dan/atau jabatan Pengelola Ekosistem Laut
dan Pesisir.
18. Nilai Kinerja adalah nilai prestasi kerja sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan.
BAB II
RUMPUN JABATAN DAN KEDUDUKAN
Bagian Kesatu
Rumpun Jabatan
Pasal 2
Jabatan Fungsional Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir termasuk dalam
rumpun hayati.
Bagian Kedua
Kedudukan
Pasal 3
(1) Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir berkedudukan sebagai pejabat
fungsional di bidang pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-
pulau kecil pada instansi pusat dan daerah.
(2) Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan jabatan karier.
BAB III
INSTANSI PEMBINA DAN TUGAS INSTANSI PEMBINA
Pasal 4
Instansi Pembina Jabatan Fungsional Pengelola Ekosistem Laut dan
Pesisir adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Pasal 5
(1) Instansi Pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
mempunyai kewajiban sebagai berikut:
a. menyusun petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional
Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir;
b. menyusun pedoman formasi jabatan fungsional Pengelola
Ekosistem Laut dan Pesisir;
c. menetapkan standar kompetensi jabatan fungsional Pengelola
Ekosistem Laut dan Pesisir;
7 2014, No. 1806

d. mensosialisasikan jabatan fungsional Pengelola Ekosistem Laut


dan Pesisir;
e. menyusun kurikulum pelatihan fungsional dan teknis fungsional
Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir;
f. menyelenggarakan pelatihan fungsional dan teknis Pengelola
Ekosistem Laut dan Pesisir;
g. melakukan uji kompetensi terhadap Pengelola Ekosistem Laut
dan Pesisir untuk kenaikan jenjang jabatan Ahli Madya dan Ahli
Utama;
h. mengembangkan sistem informasi jabatan fungsional Pengelola
Ekosistem Laut dan Pesisir;
i. menyusun standar kualitas hasil kerja pejabat fungsional;
j. memfasilitasi pembentukan organisasi profesi Pengelola
Ekosistem Laut dan Pesisir;
k. memfasilitasi penyusunan etika profesi dan kode etik Pengelola
Ekosistem Laut dan Pesisir;
l. melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis kepada Tim Penilai
jabatan fungsional Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir; dan
m. melakukan monitoring dan evaluasi dalam rangka penjaminan
kualitas jabatan fungsional Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir.
(2) Instansi pembina dalam rangka melaksanakan tugas pembinaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil
pelaksanaan pembinaan jabatan fungsional Pengelola Ekosistem Laut
dan Pesisir secara berkala sesuai dengan perkembangan pelaksanaan
pembinaan kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi dengan tembusan Kepala Badan Kepegawaian
Negara.
BAB IV
KATEGORI DAN JENJANG JABATAN FUNGSIONAL
Pasal 6
(1) Jabatan Fungsional Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir merupakan
Jabatan Fungsional Keahlian.
(2) Jenjang Jabatan Fungsional Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dari jenjang terendah sampai
jenjang tertinggi terdiri atas:
a. Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir Ahli Pertama;
b. Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir Ahli Muda;
c. Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir Ahli Madya; dan
d. Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir Ahli Utama.
2014, No. 1806 8

(3) Jenjang pangkat dan golongan ruang Pengelola Ekosistem Laut dan
Pesisir sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
BAB V
TUGAS POKOK, HASIL KERJA DAN URAIAN TUGAS JABATAN
FUNGSIONAL PENGELOLA EKOSISTEM LAUT DAN PESISIR
Pasal 7
(1) Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir mempunyai tugas pokok
melakukan kegiatan pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-
pulau kecil.
(2) Hasil kerja jabatan fungsional Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir,
meliputi:
a. peta tematik;
b. rekomendasi teknis rencana zonasi WP3K;
c. peta alokasi pemanfaatan ruang;
d. peta kesesuaian pemanfaatan ruang;
e. peta arahan pola dan struktur ruang;
f. rekomendasi rencana pengelolaan dan zonasi kawasan
konservasi;
g. rekomendasi pemanfaatan kawasan konservasi perairan;
h. rekomendasi pengembangan kemitraan dan jejaring kawasan
konservasi;
i. rekomendasi jenis/tipe kawasan konservasi;
j. rekomendasi pencadangan penetapan dan penataan batas
kawasan konservasi;
k. rekomendasi pembentukan lembaga pengelola kawasan
konservasi;
l. rekomendasi efektifitas pengelolaan kawasan konservasi;
m. laporan status dan populasi jenis ikan;
n. rekomendasi ijin pemanfaatan dan peredaran jenis ikan;
o. rekomendasi rekayasa genetik jenis ikan;
p. basis data resiko bencana gempa bumi, tsunami, letusan
gunung api dan bencana geologis lainnya di wilayah pesisir;
q. basis data resiko bencana banjir, tanah longsor dan bencana
hidro-meteorologis di wilayah pesisir;
r. basis data kerentanan terhadap dampak perubahan iklim
akibat gelombang ekstrim, kenaikan paras muka air laut dan
bencana klimatologis lainnya di wilayah pesisir;
s. basis data kerentanan terhadap dampak perubahan iklim
akibat gelombang laut berbahaya, erosi pantai, angin puting
9 2014, No. 1806

beliung dan bencana hidro-meteorologis lainnya di wilayah


pesisir;
t. rekomendasi teknis upaya mitigasi bencana di wilayah pesisir;
u. rekomendasi teknis upaya adaptasi perubahan iklim di wilayah
pesisir;
v. materi sosialisasi peningkatan kesadaran masyarakat terhadap
upaya mitigasi bencana di wilayah pesisir;
w. materi sosialisasi peningkatan kesadaran masyarakat terhadap
upaya adaptasi perubahan iklim di wilayah pesisir;
x. materi sosialisasi peningkatan kesadaran masyarakat terhadap
upaya adaptasi perubahan iklim di wilayah pesisir;
y. materi bimbingan teknis peningkatan ketangguhan terhadap
bencana di wilayah pesisir;
z. materi bimbingan teknis peningkatan ketangguhan terhadap
perubahan iklim di wilayah pesisir;
aa. telaahan untuk bahan masukan NSPK terkait mitigasi bencana
di wilayah pesisir;
bb. telaahan untuk bahan masukan NSPK terkait adaptasi
perubahan iklim di wilayah pesisir;
cc. rekomendasi teknis upaya pengendalian pencemaran di wilayah
pesisir dan laut;
dd. database sebaran pencemaran di wilayah pesisir;
ee. database pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan;
ff. rekomendasi teknis pemberian izin lokasi;
gg. rekomendasi teknis pemberian izin pengelolaan;
hh. kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan;
ii. database kerusakan sumberdaya pesisir;
jj. rekomendasi teknis ijin reklamasi pesisir;
kk. rekomendasi teknis rehabilitasi ekosistem pesisir;
ll. rekomendasi teknis pemberian Ijin pemanfaatan Pulau-pulau
Kecil dan Perairan disekitarnya dalam rangka penanaman
modal asing;
mm. laporan promosi investasi pulau-pulau kecil;
nn. laporan kegiatan Fasilitasi Investasi Pulau-pulau Kecil;
oo. prospektus Investasi pulau-pulau Kecil;
pp. data sumber daya hayati, sosial budaya pulau-pulau kecil serta
lingkungan pulau-pulau kecil;
qq. perencanaan teknis upaya rehabilitasi di wilayah Pulau-pulau
Kecil;
2014, No. 1806 10

rr. perencanaan teknis upaya mitigasi bencana dan perubahan


iklim di wilayah Pulau-pulau Kecil;
ss. laporan hasil identifikasi pulau-pulau kecil;
tt. laporan analisis data primer dan sekunder;
uu. laporan analisi pengembangan pulau-pulau kecil;
vv. laporan hasil survey penamaan pulau-pulau kecil;
ww. data dan Informasi Pulau-pulau Kecil melalui Website
'www.ppk-kkp.go.id';
xx. data dan Informasi data spasial;
yy. data dan informasi terkait kebutuhan jenis sarana dan
prasarana di pulau-pulau kecil termasuk PPKT;
zz. laporan analisis data dan informasi kebutuhan jenis sarana
dan prasarana di pulau-pulau kecil termasuk PPKT;
aaa. dokumen Perencanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana di
Pulau-pulau Kecil;
bbb. laporan koordinasi lintas sektoral;
ccc. sarana dan Prasarana Dasar serta Pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat pulau-pulau kecil;
ddd. materi mengenai metode/pola/mekanisme pengelolaan sarana
dan prasarana di pulau-pulau kecil;
eee. buku pedoman pelaksanaan dan pengelolaan sarana dan
prasarana di pulau-pulau kecil;
fff. laporan pembinaan kelompok pengelola sarana dan prasarana
di pulau-pulau kecil;
ggg. data Kelompok Pengelola sarana dan prasarana di pulau-pulau
kecil yang sudah mendapatkan pelatihan;
hhh. laporan Potensi Usaha Kelautan dan perikanan;
iii. laporan hasil survey sumber daya pesisir;
jjj. laporan kebutuhan IPTEK tepat guna bagi masyarakat pesisir;
kkk. laporan Akses Permodalan;
lll. laporan Analisis kelayakan Usaha Masyarakat Pesisir;
mmm. laporan produksi garam rakyat;
nnn. laporan pemetaan dan analisis penerapan hukum adat di
WP3K;
ooo. laporan pemberdayaan Perempuan Pesisir;
ppp. laporan peran serta masyarakat dalam pengelolaan Wilayah
pesisir;
qqq. laporan monitoring dan evaluasi PELP;
(3) Uraian kegiatan/tugas Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir, meliputi:
11 2014, No. 1806

a. melakukan analisis data dan informasi spasial tematik (12 data


set);
b. melakukan analisis data dan informasi non spasial;
c. melakukan analisis data dan informasi spasial dan non spasial
kondisi eksisting wilayah pesisir;
d. melakukan analisis data dan informasi kriteria peruntukkan
ruang P3K;
e. menyusun peta rencana zonasi WP3K;
f. melakukan identifikasi dan analisis data dan informasi spasial
dan non spasial terkait pengelolaan dan Zonasi kawasan
konservasi;
g. melakukan identifikasi dan analisis daya dukung dan daya
tampung terhadap pemanfaatan kawasan konservasi perairan
Untuk Pariwisata alam perairan, penangkapan, pembudidayaan
ikan, penelitian dan pendidikan;
h. melakukan analisis data dan informasi pengembangan
kemitraan dan jejaring kawasan konservasi;
i. melakukan kegiatan analisis data kawasan konservasi;
j. melakukan analisis data dan informasi sesuai kriteria
pencadangan penetapan dan penataan batas kawasan
konservasi;
k. melakukan analisis kebutuhan kelembagaan pengelola
kawasan konservasi;
l. melakukan valuasi pengelolaan kawasan konservasi;
m. melakukan identifikasi jenis ikan dan genetik ikan yang
dilindungi dan atau terancam punah;
n. melakukan analisis jenis ikan dan genetik ikan;
o. menyusun rekomendasi untuk melaksanakan rekayasa genetik
jenis ikan terancam punah;
p. menyusun dan memperbaharui basis data risiko bencana
gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan bencana
geologis lainnya di wilayah pesisir;
q. menyusun dan memperbaharui basis data risiko bencana
banjir, tanah longsor dan bencana hidro-meteorologis di
wilayah pesisir;
r. menyusun dan memperbaharui basis data kerentanan terhadap
dampak perubahan iklim akibat gelombang ekstrim, kenaikan
paras muka air laut dan bencana klimatologis lainnya di
wilayah pesisir;
s. menyusun dan memperbaharui basis data kerentanan terhadap
dampak perubahan iklim akibat gelombang laut berbahaya,
2014, No. 1806 12

erosi pantai, angin puting beliung dan bencana hidro-


meteorologis lainnya di wilayah pesisir;
t. melakukan analisis tingkat bahaya, kerentanan, kapasitas
masyarakat, risiko dan kebutuhan upaya mitigasi bencana di
wilayah pesisir;
u. melakukan analisis tingkat keterpaparan, sensitivitas,
kapasitas masyarakat, kerentanan dan kebutuhan upaya
adaptasi perubahan iklim di wilayah pesisir;
v. menyusun materi sosialisasi peningkatan kesadaran
masyarakat terhadap upaya mitigasi bencana di wilayah pesisir;
w. menyusun materi sosialisasi peningkatan kesadaran
masyarakat terhadap upaya adaptasi perubahan iklim di
wilayah pesisir;
x. menyusun materi bimbingan teknis peningkatan ketangguhan
terhadap bencana di wilayah pesisir;
y. menyusun materi bimbingan teknis peningkatan ketangguhan
terhadap perubahan iklim di wilayah pesisir;
z. menyusun telaah untuk bahan masukan NSPK terkait mitigasi
bencana di wilayah pesisir;
aa. menyusun telaah untuk bahan masukan NSPK terkait adaptasi
perubahan iklim di wilayah pesisir;
bb. melakukan analisis jenis dan dampak pencemaran di wilayah
pesisir dan laut;
cc. melakukan analisis data dan informasi spasial dan non spasial
jenis, lokasi dan dampak pencemaran wilayah pesisir;
dd. melakukan analisis data (spasial dan pengembangan database)
kesesuaian pemanfaatan pesisir dan kelautan;
ee. melakukan analisis teknis kesesuaian lokasi dan
penatausahaan perizinan lokasi;
ff. melakukan analisis teknis kesesuaian lokasi dan
penatausahaan perizinan pengelolaan;
gg. menyiapkan kebijakan pengelolaan sumber daya kelautan;
hh. melakukan analisis data jenis-jenis kerusakan ekosistem
pesisir;
ii. melakukan analisis terhadap dokumen proposal, rencana
induk, rancangan detil, Studi kelayakan & Izin Lingkungan,
serta dokumen izin pengambilan sumber material reklamasi;
jj. melakukan analisis teknis lokasi, metodologi, jenis, jumlah dan
luasan ekosistem yang akan direhabilitasi;
13 2014, No. 1806

kk. melakukan analisis teknis kesesuaian dan kmlayakan bisnis


dalam pemanfaatan sumber daya pulau-pulau Kecil dan
perairan disekitarnya;
ll. melakukan analisis teknis target promosi investasi pulau-pulau
kecil;
mm. melakukan proses fasilitasi Investasi pulau-pulau kecil;
nn. menyusun prospektus investasi pulau-pulau kecil sebagai
bahan promosi investasi pulau-pulau kecil;
oo. melakukan Pengumpulan data sumber daya hayati, sosial
budaya pulau-pulau kecil serta lingkungan pulau-pulau kecil;
pp. menganalisis kondisi dan penyebab kerusakan sumber daya
hayati dan sosial budaya serta lingkungan pulau-pulau kecil;
qq. mengidentifikasi dan menginventarisasi potensi bencana dan
dampak perubahan iklim;
rr. mengidentifikasi dan menginventarisasi potensi bencana dan
dampak perubahan iklim (Perpres RI No. 64/2010 Tentang
Mitigasi Bencana di wilayah Pulau-pulau Kecil);
ss. melakukan identifikasi dan analisis data dan informasi spasial
dan non spasial sumber daya pulau-pulau kecil dan perairan
sekitarnya;
tt. melakukan analisis data primer dan sekunder sumber daya
pulau-pulau kecil;
uu. melakukan analisis pengembangan pulau-pulau kecil dengan
memperhatikan kondisi sumberdaya alam yang tersedia dan
daya dukung lingkungan pulau-pulau kecil;
vv. melakukan analisis data spasial, penetapan koordinat, dan
penamaan rupa bumi pulau-pulau kecil di Indonesia;
ww. melakukan up-dating data base direktori pulau-pulau kecil
pada web site PPK;
xx. melakukan pengolahan spasial dan updating data spasial
dalam mendukung peta satu Indonesia;
yy. melakukan pengumpulan data dan informasi terkait kebutuhan
jenis sarana dan prasarana di pulau-pulau kecil termasuk
PPKT;
zz. melakukan analisa data dan informasi terkait kebutuhan jenis
sarana dan prasarana di pulau-pulau kecil termasuk PPKT;
aaa. menyiapkan Perencanaan Teknis (DED) dan Perencanaan
Bisnis (FS) penyediaan sarana dan prasarana di pulau-pulau
kecil;
2014, No. 1806 14

bbb. melakukan koordinasi lintas sektor dalam pelaksanaan


Pembangunan serta Pengembangan Sarana dan Prasarana di
pulau-pulau kecil;
ccc. melakukan Pembangunan Sarana dan Prasarana di pulau-
pulau kecil termasuk PPKT;
ddd. melakukan pembahasan materi dengan pihak terkait mengenai
metode/pola/mekanisme pengelolaan sarana dan prasarana di
pulau-pulau kecil;
eee. melakukan penyusunan pedoman pelaksanaan dan
pengelolaan sarana dan prasarana di pulau-pulau kecil;
fff. melakukan Pembinaan Terhadap Kelompok Masyarakat
Pengelola Bantuan Sarana dan Prasarana di Pulau-pulau Kecil
termasuk PPKT;
ggg. melakukan Penguatan Kelembagaan terhadap kelompok
pengelola sarana dan prasarana di pulau-pulau kecil;
hhh. menganalisis dan mengevaluasi potensi usaha KP;
iii. melakukan kegiatan spasial dan non spasial kondisi sosekbud
masyarakat pesisir;
jjj. menyusun laporan kebutuhan IPTEK tepat guna bagi
masyarakat pesisir;
kkk. melakukan analisis akses permodalan dengan pelaku usaha /
perbankan-non perbankan di WP3K;
lll. melakukan analisis kelayakan usaha masyarakat pesisir;
mmm. melakukan survey dan analisis data, informasi, luasan lahan,
iklim dan prasarana penunjang produksi garam rakyat;
nnn. melakukan pemetaan dan analisis penerapan hukum adat di
WP3K;
ooo. melakukan kegiatan pemberdayaan perempuan pesisir;
ppp. melakukan survey dan analisis peran serta masyarakat dalam
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
qqq. menyusun laporan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir.
(4) Tugas tambahan Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir, meliputi:
a. membuat modul bahan ajar diklat pengelola ekosistem laut dan
pesisir;
b. membuat karya tulis ilmiah di bidang pengelolaan ekosistem laut
dan pesisir;
c. membuat model kebijakan sebagai bahan diklat pengelola
ekosistem laut dan pesisir;
d. membuat alat bantu diklat pengelola ekosistem laut dan pesisir;
15 2014, No. 1806

e. membuat audio visual untuk diklat pengelola ekosistem laut dan


pesisir;
f. mengembangkan buku pedoman tentang pengelolaan ekosistem
laut dan pesisir;
g. menyusun/mengembangkan juklak/juknis di bidang pengelolaan
ekosistem laut dan pesisir;
h. melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan tugas pokok
jabatannya.
(5) Komposisi untuk kenaikan pangkat/jabatan Pengelola Ekosistem Laut
dan Pesisir setingkat lebih tinggi berasal dari:
a. tugas pokok; dan/atau
b. tugas tambahan.
(6) Pejabat fungsional yang melaksanakan kegiatan tugas tambahan
diberikan nilai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(7) Pelaksanaan kegiatan Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) untuk setiap jenjang
jabatan diatur lebih lanjut oleh pimpinan instansi pembina.
Pasal 8
(1) Pada awal tahun, setiap Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir wajib
menyusun Sasaran Kerja Pegawai (SKP) yang akan dilaksanakan
dalam 1 (satu) tahun berjalan.
(2) SKP Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir disusun berdasarkan
penetapan kinerja unit kerja yang bersangkutan.
(3) SKP untuk masing-masing jenjang jabatan diambil dari kegiatan
sebagai turunan dari penetapan kinerja unit dengan mendasarkan
kepada tingkat kesulitan dan syarat kompetensi untuk masing-masing
jenjang jabatan.
(4) SKP yang telah disusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
disetujui dan ditetapkan oleh atasan langsung.
BAB VI
PENILAIAN KINERJA PENGELOLA EKOSISTEM LAUT DAN PESISIR
Pasal 9
(1) Angka kredit kumulatif untuk kenaikan pangkat dan jabatan
Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir ditetapkan berdasarkan hasil
penilaian kinerja Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir.
(2) Hasil penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikonversi ke dalam angka kredit kumulatif sebagai berikut:
a. nilai kinerja sebesar 91 ke atas atau dengan sebutan sangat baik
mendapatkan angka kredit sebesar 150% dari angka kredit yang
harus dicapai setiap tahun;
2014, No. 1806 16

b. nilai kinerja sebesar 76 - 90 atau dengan sebutan baik


mendapatkan angka kredit sebesar 125% dari angka kredit yang
harus dicapai setiap tahun;
c. nilai kinerja sebesar 61 - 75 atau dengan sebutan cukup
mendapatkan angka kredit sebesar 100% dari angka kredit yang
harus dicapai setiap tahun;
d. nilai kinerja sebesar 51 - 60 atau dengan sebutan kurang
mendapatkan angka kredit sebesar 75% dari angka kredit yang
harus dicapai setiap tahun;
e. Nilai kinerja sebesar 50 ke bawah atau dengan sebutan buruk
mendapatkan angka kredit sebesar 50% dari angka kredit yang
harus dicapai setiap tahun.
(3) Angka kredit kumulatif untuk kenaikan pangkat dan jabatan
Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir sebagaimana tersebut dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(4) Penilaian kinerja Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir dilakukan
secara objektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan.
(5) Untuk mendukung objektivitas dalam penilaian kinerja, pejabat
fungsional Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir wajib
mendokumentasikan hasil kerja yang diperoleh sesuai dengan SKP
yang ditetapkan setiap tahunnya.
Pasal 10
(1) Dalam rangka menjamin objektivitas dan keselarasan hasil penilaian
yang dilakukan oleh pejabat penilai, dibentuk tim penilai kinerja
instansi.
(2) Tim penilai kinerja instansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memiliki tugas:
a. mengevaluasi keselarasan hasil penilaian yang dilakukan oleh
para pejabat penilai;
b. memberikan bahan pertimbangan kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian dalam pengembangan PNS, dan dijadikan sebagai
persyaratan dalam pengangkatan jabatan dan kenaikan pangkat,
pemberian tunjangan dan sanksi, mutasi, dan promosi, serta
untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan pejabat fungsional
Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir;
(3) Tim Penilai Kinerja Instansi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas pejabat yang berasal dari unsur teknis yang membidangi
Pengelolaan Ekosistem Laut dan Pesisir, unsur kepegawaian, dan
pejabat fungsional Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir.
(4) Susunan keanggotaan Tim Penilai Kinerja Instansi sebagai berikut:
a. seorang Ketua merangkap anggota;
17 2014, No. 1806

b. seorang Sekretaris merangkap anggota; dan


c. paling kurang 3 (tiga) orang anggota.
(5) Anggota Tim Penilai Kinerja Instansi sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf c, paling sedikit 2 (dua) orang dari pejabat fungsional
Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir.
(6) Anggota Tim Penilai Kinerja Instansi Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) huruf c, paling sedikit 1 (satu) orang dari unsur BKD
Provinsi/Kabupaten/Kota.
(7) Sekretaris Tim Penilai Kinerja Instansi sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf b, harus berasal dari unsur kepegawaian.
(8) Syarat untuk menjadi anggota Tim Penilai Kinerja Instansi, yaitu:
a. menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan
jabatan/pangkat Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir yang
dinilai;
b. memiliki keahlian serta kemampuan untuk menilai kinerja
Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir; dan
c. aktif melakukan penilaian.
(9) Apabila jumlah anggota Tim Penilai Kinerja Instansi sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) tidak dapat dipenuhi dari Pengelola Ekosistem
Laut dan Pesisir, maka anggota Tim Penilai Kinerja Instansi dapat
diangkat dari Pegawai Negeri Sipil lain yang memiliki kompetensi
untuk menilai kinerja Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir.
Pasal 11
Tata cara penilaian kinerja Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir dan tata
kerja tim penilai kinerja instansi ditetapkan oleh Instansi Pembina.
BAB VII
KENAIKAN PANGKAT DAN KENAIKAN JABATAN
Bagian Kesatu
Kenaikan Pangkat
Pasal 12
(1) Persyaratan dan mekanisme kenaikan pangkat pejabat fungsional
Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(2) Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan memperhatikan ketersediaan formasi.
Bagian Kedua
Kenaikan Jabatan
Pasal 13
2014, No. 1806 18

(1) Persyaratan dan mekanisme kenaikan jabatan Pengelola Ekosistem


Laut dan Pesisir dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(2) Kenaikan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan memperhatikan ketersediaan formasi.
(3) Selain memenuhi syarat kinerja, Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir
yang akan dinaikkan jabatannya setingkat lebih tinggi harus
mengikuti dan lulus uji kompetensi.
BAB VIII
PENGANGKATAN DALAM JABATAN
Pasal 14
Pejabat yang memiliki kewenangan mengangkat PNS dalam jabatan
Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir yaitu Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 15
(1) PNS yang di angkat untuk pertama kali dalam jabatan Pengelola
Ekosistem Laut dan Pesisir harus memenuhi syarat:
a. berijazah paling rendah Sarjana (S-1)/Diploma IV (D-IV) bidang
perikanan/ilmu kelautan/planologi/ geografi/ lingkungan;
b. pangkat paling rendah Penata Muda, golongan ruang III/a;
c. telah mengikuti dan lulus diklat fungsional untuk jabatan
fungsional Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir; dan
d. nilai kinerja paling kurang bernilai baik dalam 1(satu) tahun
terakhir.
(2) Pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pengangkatan untuk mengisi lowongan formasi jabatan fungsional
Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir yang telah ditetapkan melalui
pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil.
(3) Calon Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
lama 1 (satu) tahun setelah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil
harus diangkat dalam Jabatan Fungsional Pengelola Ekosistem Laut
dan Pesisir.
(4) Ketentuan mengenai pelatihan fungsional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, diatur lebih lanjut oleh Pimpinan Instansi
Pembina Jabatan Fungsional Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir.
Pasal 16
(1) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dari jabatan lain ke dalam jabatan
Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir dapat dipertimbangkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. tersedia lowongan formasi untuk jabatan Pengelola Ekosistem
Laut dan Pesisir;
19 2014, No. 1806

b. berijazah paling rendah Sarjana (S-1)/Diploma IV (D-IV) bidang


perikanan/ilmu kelautan/planologi/ geografi/ lingkungan ;
c. pangkat paling rendah Penata Muda Tk.I, golongan ruang III/b;
d. telah mengikuti dan lulus pelatihan fungsional untuk Pengelola
Ekosistem Laut dan Pesisir;
e. mengikuti dan lulus uji kompetensi;
f. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil paling kurang
2 tahun;
g. nilai kinerja paling kurang bernilai baik dalam 2 (dua) tahun
terakhir; dan
h. usia paling tinggi 50 (lima puluh) tahun.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dari
jabatan lain ke dalam jabatan Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir,
diatur lebih lanjut oleh Instansi Pembina.
BAB IX
KOMPETENSI
Pasal 17
(1) PNS yang menduduki jabatan fungsional Pengelola Ekosistem Laut
dan Pesisir harus memenuhi standar kompetensi sesuai dengan
jenjang jabatan.
(2) Kompetensi Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir meliputi:
a. kompetensi teknis, antara lain:
1. kompetensi kerja khusus perencanaan pengelolaan kawasan
konservasi perairan;
2. kompetensi perencanaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil;
3. kompetensi pengelolaan sumber daya pulau-pulau kecil;
4. kompetensi pemanfaatan dan pengendalian sumberdaya
pesisir dan laut;
5. kompetensi pemberdayaan masyarakat pesisir dan
pengembangan usaha.
b. kompetensi sosial-kultural, antara lain :
1. mampu membangun komunikasi dengan berbagai kelompok
masyarakat, politik, swasta dan pemangku kepentingan
lainnya;
2. mampu mensosialisasikan dan mempublikasikan kebijakan
organisasi dan pemerintah;
2014, No. 1806 20

3. mampu mengedukasi dan mempengaruhi publik terhadap


penerapan peraturan perundang-undangan dan kebijakan;
dan
4. mampu membangun rasa kebangsaan dan nasionalisme
masyarakat.
(3) Rincian standar kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bagi
setiap jenjang jabatan dan pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) diatur lebih lanjut oleh instansi
pembina.
BAB X
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Pasal 18
(1) Untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme, Pengelola
Ekosistem Laut dan Pesisir harus diikutsertakan pendidikan
dan/atau pelatihan.
(2) Pendidikan dan/atau Pelatihan yang diberikan bagi Pengelola
Ekosistem Laut dan Pesisir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan diklat dan/atau
pertimbangan dari Tim Penilai Kinerja Instansi.
(3) Pendidikan dan/atau Pelatihan yang diberikan bagi Pengelola
Ekosistem Laut dan Pesisir sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
antara lain dalam bentuk:
a. pendidikan formal;
b. pelatihan fungsional;
c. pelatihan teknis; dan
d. pengembangan kompetensi lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(4) Pendidikan formal bagi Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir untuk
jenjang pendidikan yang lebih tinggi dapat ditempuh melalui
pemberian tugas belajar.
(5) Ketentuan mengenai pendidikan dan/atau pelatihan serta pedoman
penyusunan analisis kebutuhan diklat jabatan fungsional Pengelola
Ekosistem Laut dan Pesisir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
(2) lebih lanjut ditetapkan oleh instansi pembina.
BAB XI
KEBUTUHAN PNS DALAM JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA
EKOSISTEM LAUT DAN PESISIR
Pasal 19
(1) Penetapan kebutuhan PNS dalam jabatan fungsional Pengelola
Ekosistem Laut dan Pesisir dihitung berdasarkan beban kerja yang
ditentukan oleh indikator, antara lain:
21 2014, No. 1806

a. luas kawasan konservasi;


b. luas Wilayah Zonasi Laut, Pesisir dan pulau-pulau Kecil;
c. jumlah jenis ikan yang dilindungi;
d. jumlah Unit Usaha Masyarakat Pesisir;
e. jumlah Pulau-pulau Kecil yang dikelola;
f. kompleksitas pelaksanaan pekerjaan; dan
g. tingkat resiko pelaksanaan pekerjaan;
(2) Pedoman penghitungan kebutuhan jabatan Pengelola Ekosistem Laut
dan Pesisir diatur lebih lanjut oleh instansi Pembina.
BAB XII
PEMBERHENTIAN SEMENTARA DARI JABATAN DAN PENGANGKATAN
KEMBALI
Bagian Kesatu
Pemberhentian Sementara Dari Jabatan
Pasal 20
Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir diberhentikan sementara dari
jabatannya, apabila:
a. diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil;
b. menjalani cuti di luar tanggungan negara, kecuali untuk persalinan
anak keempat dan seterusnya;
c. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan; atau
d. ditugaskan secara penuh di luar jabatan Pengelola Ekosistem Laut
dan Pesisir.
Bagian Kedua
Pengangkatan Kembali
Pasal 21
(1) Pengangkatan kembali dalam jabatan fungsional Pengelola Ekosistem
Laut dan Pesisir harus memperhatikan ketersediaan beban kerja
sesuai jenjang jabatan.
(2) Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir yang diberhentikan sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a, dapat diangkat
kembali dalam jabatan Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir apabila
berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap dinyatakan tidak bersalah atau dijatuhi pidana
percobaan.
(3) Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir yang diberhentikan sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b, dapat diangkat
kembali ke dalam jabatan Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir
apabila yang bersangkutan telah selesai cuti di luar tanggungan
negara.
2014, No. 1806 22

(4) Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir yang diberhentikan sementara


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c, harus diangkat
kembali ke dalam jabatan Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir
setelah habis masa tugas belajarnya.
(5) Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir yang diberhentikan sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf d, dapat diangkat
kembali ke dalam jabatan Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir
apabila yang bersangkutan ditugaskan kembali ke unit kerja yang
membidangi ketahanan pangan.
(6) Pengangkatan kembali dalam jabatan Pengelola Ekosistem Laut dan
Pesisir harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. lulus uji kompetensi pada jenjang jabatan terakhir yang
dimilikinya;
b. usia paling tinggi 55 (lima puluh lima) tahun bagi jenjang jabatan
Ahli Pertama dan Ahli Muda;
c. usia paling tinggi 57 (lima puluh tujuh) tahun bagi jenjang
jabatan Ahli Madya dan Ahli Utama.
(7) Dikecualikan dari persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
untuk Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir yang diberhentikan
sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c.
Pasal 22
Pemberhentian sementara dan pengangkatan kembali jabatan Pengelola
Ekosistem Laut dan Pesisir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dan
Pasal 21 ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 23

(1) Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir dengan capaian kinerja dibawah
50% dijatuhi hukuman disiplin sesuai peraturan perundang-
undangan.
(2) Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir yang dijatuhi hukuman disiplin
tingkat berat berupa pemindahan dalam rangka penurunan jabatan,
melaksanakan tugas sesuai dengan jenjang jabatan yang baru.
(3) Penilaian kinerja dalam masa hukuman disiplin sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dinilai sesuai dengan jabatan yang baru.
BAB XIII
PENYESUAIAN (INPASSING) DALAM JABATAN
Pasal 24
(1) Pegawai Negeri Sipil yang pada saat ditetapkan Peraturan Menteri ini
yang memiliki pengalaman dan menjalankan tugas di bidang
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil berdasarkan
23 2014, No. 1806

keputusan pejabat yang berwenang dapat disesuaikan (di-inpassing)


ke dalam jabatan fungsional Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir
berdasarkan Peraturan Menteri ini.
(2) Pelaksanaan penyesuaian (inpassing) harus didasarkan pada
kebutuhan jabatan Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir.
(3) Pegawai Negeri Sipil yang disesuaikan (di-inpassing) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. berijazah paling rendah Sarjana (S-1)/Diploma IV (D-IV);
b. pangkat paling rendah Penata Muda, golongan ruang III/a;
c. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil paling kurang
2 tahun;
d. mengikuti dan lulus uji kompetensi di bidang analisis ketahanan
pangan;
e. nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu)
tahun terakhir; dan
f. usia paling tinggi:
1) 55 (lima puluh lima) tahun untuk Pengelola Ekosistem Laut
dan Pesisir Ahli Pertama dan Ahli Muda; dan
2) 57 (lima puluh tujuh) tahun untuk Pengelola Ekosistem Laut
dan Pesisir Ahli Madya dan Ahli Utama.
(4) Tata cara penyesuaian (inpassing) dan pelaksanaan uji kompetensi
dalam rangka inpassing diatur lebih lanjut oleh Instansi Pembina.
BAB XIV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 25
Untuk kepentingan organisasi dan pengembangan karier, Pengelola
Ekosistem Laut dan Pesisir dapat dipindahkan ke dalam jabatan lainnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
Ketentuan pelaksanaan Peraturan Menteri ini diatur lebih lanjut dalam
petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Instansi Pembina bersama dengan
Badan Kepegawaian Negara.

Pasal 27
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
2014, No. 1806 24

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Oktober 2014
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA,

AZWAR ABUBAKAR

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 18 November 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA HAMONANGAN LAOLY

Anda mungkin juga menyukai