Anda di halaman 1dari 8

2.

266 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 23 Tahun ke-8 2019
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PENINGGALAN SEJARAH
INDONESIA MENGGUNAKAN MEDIA RODA JELAJAH
IMPROVING THE LEARNING ACHIEVEMENT OF INDONESIAN HISTORICAL REASURE
USING RODA JELAJAH MEDIA

Oleh: Cahyati Indah Sari, Universitas Negeri Yogyakarta


sarinuruldewi@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pada materi peninggalan sejarah Indonesia
menggunakan media roda jelajah pada kelas IV SD Negeri Bangunrejo 2 Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan
model Kemmis and Mc. Taggart dan dilakukan sebanyak satu siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media
roda jelajah dapat meningkatkan hasil belajar materi peninggalan sejarah Indonesia pada siswa kelas IV SD Negeri
Bangunrejo 2 Yogyakarta. Peningkatan persentase ketuntasan pada pratindakan-siklus I yaitu sebesar 36,36%.

Kata kunci: roda jelajah Indonesia, IPS

Abstract
This study aims at improving of the learning achievement of Indonesian historical treasure study with Roda
Jelajah at 4th grade of Bangunrejo 2 Yogyakarta elementary school. This research used the Kemmis and Mc
Taggart model. This research was conducted by one cycle. The finding of the study show that Roda Jelajah can
improve the result of Indonesian historical treasure study at 4th grade of Bangunrejo 2 Yogyakarta elementary
school. The improving percentage from preaction until first action was 36,36%.

Keywords: roda jelajah Indonesia, IPS

PENDAHULUAN siswa sudah terbangun, hasil belajar siswa akan


Manusia dapat mengetahui banyak hal meningkat. Proses dalam kegiatan belajar sangat
melalui proses belajar. Kegiatan belajar dapat penting. Sebuah proses yang baik dapat
dilakukan dimana saja. Bisa di rumah, di masjid, menghasilkan yang baik pula.
di lingkungan alam maupun di sekolah. Di Keberhasilan dalam sebuah pembelajaran
sekolah, belajar dilakukan dengan bimbingan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Menurut
guru. Selain itu, siswa juga dapat berinteraksi Soemanto (1998: 113) faktor-faktor yang
dengan siswa yang lain dan lingkungan di sekitar mempengaruhi hasil belajar adalah: metode
sekolah. belajar, stimulus belajar, dan faktor individu.
Interaksi antara guru dan siswa sangat Menurut Susanto (2013: 15) hasil belajar
menentukan hasil belajar siswa. Di sekolah dasar dipengaruhi oleh: kecerdasan anak, kesiapan atau
guru sangat berperan dalam interaksi guru-siswa. kematangan, bakat anak, minat, kemauan belajar,
Jika guru dapat menciptakan suasana belajar yang model penyajian materi pelajaran, pribadi dan
kondusif, aktif, dan menyenangkan maka siswa sikap guru, suasana pengajaran, kompetensi guru,
akan mencerna pembelajaran dengan lebih dan masyarakat. Berdasarkan pendapat tersebut
mudah. Selain itu, suasana kelas yang keberhasilan dalam sebuah pembelajaran
menyenangkan membuat siswa termotivasi untuk dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
semangat dalam belajar. Ketika semangat belajar
Meningkatkan Hasil Belajar ... (Cahyati Indah Sari) 2.267
Faktor internal berasal dari dalam diri siswa dan tetapi, hasil belajar pada ranah kognitif masih ada
faktor eksternal berasal dari luar diri siswa. yang rendah.
Faktor eksternal termasuk metode belajar, Berdasarkan data yang dimiliki peneliti
model penyajian materi pelajaran, dan suasana selama menjadi guru di SD Negeri Bangunrejo 2
pengajaran. Metode belajar dan model penyajian Yogyakarta, nilai yang diperoleh siswa
materi pelajaran akan mempengaruhi suasana menunjukkan bahwa IPS merupakan muatan/
pengajaran di kelas. Ketika guru menggunakan materi ajar dengan nilai yang paling rendah jika
metode dan model penyajian materi pelajaran dibandingkan dengan materi ajar atau muatan
yang menyenangkan, maka suasana pembelajaran yang lain. Peneliti mencermati hasil tersebut dan
akan menyenangkan. Selama ini guru lebih menemukan bahwa kelas IV merupakan kelas
banyak menggunakan metode ceramah dan dengan perolehan nilai IPS di bawah KKM
penugasan sehingga siswa cepat merasa bosan terbanyak. Nilai yang diperoleh siswa kelas IV
dalam kegiatan belajar di kelas. Model penyajian pada satu tema yaitu tema 5 “Pahlawanku”
materi pelajaran hanya berupa buku teks sehingga memperlihatkan bahwa muatan IPS merupakan
hal tersebut semakin membuat siswa bosan yang paling rendah. Data tersebut menunjukkan
memperhatikan guru. Kebanyakan siswa hanya bahwa rata-rata terendah adalah IPS yaitu 69,6
memperhatikan guru pada awal pembelajaran, dengan nilai terendah 59 dan nilai tertinggi 84.
setelah itu banyak siswa yang ramai, mengganggu Materi ajar IPS di sekolah dasar mencakup
teman yang lain, dan sering minta izin ke toilet. berbagai aspek dari cabang-cabang ilmu sosial
Beberapa hal tersebut membuktikan bahwa proses (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
pembelajaran di kelas tidak berjalan dengan baik, hukum, dan budaya). Berdasarkan pengalaman
terlebih lagi jika dilihat pada hasil belajar ranah peneliti sebagai guru kelas IV, siswa kelas IV
kognitif siswa yang masih banyak di bawah banyak yang merasa kesulitan pada materi
kriteria ketuntasan minimal (KKM). peninggalan sejarah. Banyak siswa yang
Hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah, mendapat nilai di bawah KKM, dari 16 siswa, 9
yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah siswa mendapat nilai di bawah KKM dan hanya 7
psikomotor. Ranah kognitif tertuang dalam KI 3, siswa yang nilainya diatas KKM. Data nilai siswa
ranah afektif tertuang dalam KI 1 dan 2, ranah terdapat pada Lampiran 2. Ketika guru bertanya
psikomotor tertuang dalam KI 4. Siswa kepada beberapa murid yang mendapat nilai di
dinyatakan telah menguasai sebuah materi pada bawah KKM, mereka mengatakan bahwa materi
ranah kognitif dan atau psikomotor apabila nilai Peninggalan Sejarah adalah materi yang sulit.
yang diperoleh lebih dari kriteria minimal yang Siswa yang bernama N berkata, “angel Bu”
sudah ditentukan dan berada minimal predikat B (“sulit Bu”) . Hal yang sama dikatakan oleh
(baik) untuk ranah afektif. Hasil belajar siswa SD JI,”angel tenan Bu” (“sulit sekali Bu”).
Negeri Bangunrejo 2 pada ranah afektif sudah Pembelajaran mempunyai dua karakteristik,
menunjukkan nilai yang baik ditunjukkan dengan yaitu pertama, dalam proses pembelajaran
predikat minimal B (baik) pada buku rapor. Akan melibatkan proses mental siswa secara maksimal,
2.268 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 23 Tahun ke-8 2019
bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar pembelajaran (Sudirman, 2006: 28). Termasuk
dan mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas dalam pembelajaran IPS yang diselenggarakan di
siswa dalam proses berpikir. Kedua, dalam kelas IV karena materi-materi yang dipelajari
pembelajaran membangun suasana berdialog dan menuntut siswa untuk selalu berpartisipasi agar
proses tanya jawab terus-menerus yang diarahkan materi yang dipelajari dapat dipahami dan mudah
untuk memperbaiki dan meningkatkan diingat oleh siswa.
kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya Berdasarkan uraian di atas, peneliti
kemampuan berpikir tersebut dapat membantu mengadakan penelitian yang berkaitan dengan
siswa untuk memperoleh pengetahuan yang permasalahan-permasalahan tersebut. Berbagai
mereka konstruksi sendiri (Sagala, 2013: 61). permasalahan yang terdapat di kelas IV SD
Oleh karena itu, untuk memperbaiki proses Negeri Bangunrejo 2 Yogyakarta menurut
dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV peneliti dapat diatasi menggunakan media roda
dalam mempelajari IPS, diperlukan adanya suatu jelajah Indonesia. Oleh karena itu, penulis
perbaikan dalam proses pembelajaran yang dapat melakukan penelitian dengan judul
mempermudah siswa dalam memahami materi. “Meningkatkan Hasil Belajar Materi Peninggalan
Salah satu cara yang dilakukan peneliti adalah Sejarah Indonesia menggunakan Media Roda
penggunaan media. Media yang dapat digunakan Jelajah Indonesia pada Kelas IV SD Negeri
yaitu "Roda Jelajah Indonesia". Berdasarkan Bangunrejo 2 Yogyakarta”.
penelitian yang dilakukan oleh Ananda Galuh Berdasarkan uraian di atas, dapat
Suasari pada tahun 2017 media ini layak untuk diidentifikasi beberapa permasalahan yaitu: 1)
dijadikan sebagai salah satu media dalam Siswa kelas IV menganggap materi IPS sulit
pembelajaran IPS di kelas tinggi (IV, V, VI) untuk dipahami, 2) Pembelajaran didominasi
terutama pada materi peninggalan sejarah. dengan metode ceramah, 3) Siswa kelas IV
Penggunaan media roda jelajah Indonesia kurang bersemangat ketika berhadapan dengan
dalam pembelajaran ini dirasa tepat untuk materi hafalan, dan 4) Guru belum menggunakan
memperbaiki proses belajar, karena kegiatan ini media dalam pembelajaran IPS.
memberikan kemungkinan pada siswa untuk Berdasarkan permasalahan-permasalahan
berpartisipasi melalui kegiatan bermain yang tersebut, maka peneliti akan melakukan penelitian
menyenangkan. Melalui kegiatan tersebut, menggunakan media roda jelajah utuk
suasana belajar IPS menjadi lebih hidup dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada
bermakna serta dapat meningkatkan pemahaman materi peninggalan sejarah Indonesia. Media roda
siswa mengenai pembelajaran IPS materi jelajah adalah media sederhana yang dirancang
peninggalan sejarah. Partisipasi siswa sangat dengan memperhatikan prinsip visual. Media ini
penting dalam setiap kegiatan pembelajaran didesain dengan memperhatikan warna, bentuk,
karena siswa yang belajar harus berpartisipasi ukuran, keterpaduan, dan kesederhanaan sehingga
aktif, bertindak dan melakukannya dengan segala diharapkan mampu meningkatkan motivasi
panca inderanya secara optimal pada saat proses belajar siswa serta diharapkan mampu
Meningkatkan Hasil Belajar ... (Cahyati Indah Sari) 2.269
meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa diajak Berdasarkan pendapat tersebut siswa kelas
untuk menjelajah tempat-tempat dengan IV sekolah dasar yang masih berusia sekitar 10
peninggalan sejarah. Lingkup materi dari media tahun berada pada tahap berpikir operasional
ini adalah peninggalan sejarah yang ada di konkret. Menurut Marsh (Izzaty, 2013: 116-117)
Indonesia. Media pembelajaran ini mendorong ada beberapa strategi guru dalam pembelajaran
siswa untuk terlibat aktif dalam proses pada masa anak-anak akhir usia 7-12 tahun
pembelajaran karena media ini dimainkan secara adalah:
langsung oleh siswa. a. Menggunakan bahan-bahan yang konkret
Media roda jelajah Indonesia terdiri dari b. Menggunakan alat visual
beberapa komponen, yaitu roda berputar, kartu c. Menggunakan contoh-contoh yang sudah
pertanyaan, kartu jawaban, papan jelajah akrab dengan anak dari hal yang bersifat
Indonesia, pion, dan buku panduan. Menurut sederhana ke yang bersifat kompleks
Suasari (2017) keunggulan media roda jelajah d. Menjamin penyajian yang singkat dan
Indonesia adalah sebagai berikut: terorganisasi dengan baik, misalnya
a. Media roda jelajah Indonesia merupakan menggunakan angka kecil dari butir-butir
inovasi baru dalam media pembelajaran. kunci, dan berilah latihan nyata dalam
b. Media ini dirancang dapat dimainkan oleh menganalisis masalah atau kegiatan misalnya
banyak siswa sehingga pembelajaran mengunakan teka-teki dan curah pendapat.
melibatkan siswa. Berdasarkan pendapat tersebut siswa kelas
c. Komponen dalam media ini sangat mudah IV masih di usia 10 tahun dan berada pada tahap
didapatkan. operasional konkret. Pada tahap ini siswa kelas
d. Guru dapat mengembangkan kartu IV belum bisa berpikir secara abstrak. Mereka
pertanyaan dan kartu jawaban ketika memerlukan sesuatu yang nyata atau yang
menggunakan media ini untuk mata pelajaran berbentuk visual untuk membantu proses
lain. penalarannya. Dengan demikian, siswa kelas IV
e. Media ini sangat mudah dibuat dan biaya membutuhkan media dalam proses
yang dikeluarkan sedikit. pembelajarannya. Berdasarkan hal tersebut,
Karakteristik siswa kelas IV sekolah dasar media roda jelajah Indonesia cocok untuk
adalah berpikir secara konkret. Mereka masih digunakan dalam pembelajaran IPS kelas IV.
tergantung pada objek yang konkret atau nyata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Menurut Piaget (Santrock, 2007: 49) menjelaskan peningkatan hasil belajar siswa kelas
perkembangan kognitif individu terbagi ke dalam IV SD Negeri Bangunrejo 2 Yogyakarta pada
beberapa tahap, yaitu: materi ajar IPS materi peninggalan sejarah
a. Tahap sensori motorik (0-18 atau 24 bulan) kerajaan Hindhu, Budha, dan Islam di Indonesia.
b. Tahap pra-operasional (18 bulan-7 tahun)
c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
d. Tahap operasional formal (mulai 12 tahun)
2.270 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 23 Tahun ke-8 2019

MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan METODE PENELITIAN
dapat memberi manfaat. Terdapat dua manfaat Penelitian ini menggunakan model
pada penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan penelitian tindakan kelas. Menurut Akbar
manfaat praktis. Berikut adalah rincian manfaat (2010:28) penelitian tindakan kelas adalah proses
pada penelitian ini: investigasi terkendali untuk menemukan dan
1. Manfaat Teoritis memecahkan masalah pembelajaran di kelas,
proses pemecahan masalah tersebut dilakukan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah
bersiklus, dengan tujuan untuk meningkatkan
ilmu pengetahuan dan referensi dalam bidang
kualitas dan hasil pembelajaran di kelas. Sama
pendidikan khususnya mengenai media roda
halnya dengan pendapat Sanford dalam (Sukarno,
jelajah dapat meningkatkan hasil belajar siswa
2009: 5) yang mengemukakan bahwa penelitian
pada materi peninggalan sejarah.
tindakan merupakan suatu kegiatan siklustis yang
2. Manfaat Praktis
bersifat menyeluruh yang terdiri atas analisis,
a. Sekolah
penemuan fakta, konseptualisasi, perencanaan,
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan pelaksanaan, penemuan fakta tambahan, dan
dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada evaluasi.
materi peninggalan sejarah. Menurut Sukarno (2009: 19) penelitian
b. Guru tindakan kelas dilakukan untuk memecahkan
permasalahan pendidikan dan meningkatkan
Penelitian ini dapat membantu guru untuk
mutu pembelajaran. Dengan kata lain, penelitian
menyampaikan materi tentang peninggalan
tindakan kelas adalah usaha yang dilakukan oleh
sejarah dengan cara yang lebih menyenangkan.
guru untuk meningkatkan kualitas dan hasil
c. Siswa
pembelajaran. Pada penelitian ini akan dilakukan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
usaha untuk meningkatkan hasil pembelajaran
pengaruh yang baik terhadap hasil belajar siswa
IPS khususnya materi peninggalan sejarah
pada materi peninggalan sejarah Indonesia. Selain
kerajaan Hindhu Budha dan Islam.
itu, melalui media roda jelajah diharapkan siswa
Penelitian tindakan kelas memiliki beberapa
menjadi lebih bersemangat dalam belajar sejarah.
karakteristik, diantaranya:
d. Peneliti
a. Permasalahannya diangkat dari dalam kelas
Penelitian ini dapat menambah tempat guru mengajar yang benar-benar
keterampilan peneliti dalam mengajarkan materi dihayati oleh guru sebagai masalah yang
peninggalan sejarah dengan suasana yang harus diatasi.
menyenangkan dan siswa mendapatkan hasil b. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah
yang baik. Penelitian ini juga sebagai sarana penelitian yang bersifat kolaboratif.
menerapkan hasil pembelajaran yang diperoleh c. PTK adalah jenis penelitian yang
peneliti selama di bangku kuliah. memunculkan adanya tindakan tertentu untuk
Meningkatkan Hasil Belajar ... (Cahyati Indah Sari) 2.271
memperbaiki proses belajar mengajar di kelas dengan asumsi bahwa nilai IPS merupakan nilai
(Suyanto, 1997) dalam (Sukarno, 2009: 7). terendah pada setiap kelas di SD Negeri
Alur penelitian tindakan kelas menurut Bangunrejo 2 Yogyakarta dan kelas IV
Sukarno (2009: 36) adalah sebagai berikut: merupakan kelas dengan jumlah siswa terbanyak
identifikasi masalah, perumusan masalah, yang mendapat nilai IPS di bawah KKM.
tujuan/indikator keberhasilan, kajian teori dan
Prosedur
empiris, hipotesis tindakan, perencanaan
Penelitian ini menggunakan penelitian
tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi,
tindakan kelas model Kemmis dan Mc. Taggart
analisis data, indikator keberhasilan, dan refleksi.
yang dilaksanakan dengan minimal satu siklus,
bahwa model penelitian yang akan digunakan
setiap siklus terdiri dari empat langkah.
oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas
Berdasarkan Dirjen Dikti dalam Sukarno (2009)
yaitu penelitian untuk menemukan dan
satu siklus minimal dua kali pertemuan.
memecahkan masalah terkait pembelajaran di
Berdasarkan model Kemmis dan Mc Taggart,
kelas.
tahap pelaksanaan penelitiannya adalah
perencanaan, tindakan atau observasi, dan
Jenis Penelitian refleksi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif.
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan
Data
Waktu dan Tempat Penelitian Teknik pengumpulan data adalah cara-
Penelitian ini dilaksanakan pada semester cara yang digunakan peneliti untuk
ganjil tahun ajaran 2019/2020 yaitu pada tanggal mengumpulkan data (Sugiyono, 2015: 193). Cara
5-9 Agustus 2019. Penelitian ini dilaksanakan di yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan
kelas IV SD Negeri Bangunrejo 2 Yogyakarta. data bisa berbagai macam. Dalam penelitian ini
Sekolah ini terletak di dusun Kricak, kecamatan peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
Tegalrejo, kota Yogyakarta. berupa tes materi peninggalan sejarah. Tes materi
peninggalan sejarah dilakukan menggunakan
Target/Subjek Penelitian lembar tes.
Subjek penelitian yang dilaksanakan di
SD Negeri Bangunrejo 2 Yogyakarta ini adalah Teknik Analisis Data
siswa-siswi kelas IV dan guru. Siswa kelas IV Teknik analisis data pada penelitian ini
tahun ajaran 2018/2019 berjumlah 16 siswa yaitu statistik deskriptif. Statistik deskriptif
dengan 10 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan adalah ststistik yang digunakan untuk
sedangkan pada tahun ajaran 2019/2020 menganalisis data dengan mendeskripsikan atau
berjumlah 11 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki- menggambarkan data yang terkumpul tanpa
laki dan 2 siswa perempuan. Penelitian dilakukan bermaksud membuat kesimpulan (Sugiyono,
pada siswa kelas IV tahun ajaran 2019/2020 2015: 207). Penyajian data pada teknik statistik
2.272 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 23 Tahun ke-8 2019
deskriptif yaitu penyajian melalui tabel, grafik pada penelitian ini ditunjukkan dengan
yang diperoleh dari perhitungan rata-rata dan meningkatnya nilai yang diperoleh siswa serta
perhitungan presentase. Data yang diperoleh persentase ketuntasan siswa dalam satu kelas
berdasarkan penilaian hasil tes materi yaitu lebih dari 70%. Berikut ini adalah tabel
peninggalan sejarah yang dilakukan secara hasil nilai siswa pada tahap tindakan.
individu. Pedoman tes tersebut sesuai dengan NO NAMA NILAI
kompetensi dasar IPS kelas IV. Setelah
mengetahui skor yang diperoleh setiap siswa, 1. BAB 87

maka akan dihitung nilai rata-rata pada pra siklus,


2. JI 84
siklus 1, dan siklus 2. Rumus yang digunakan
untuk mencari rata-rata menurut Sudjana (2005: 3. KCJ 90
67) yaitu:
4. MFAYAI 67

5. MAP 77

Keterangan : 6. N 64
Me = rata-rata (mean)
∑Xi = jumlah dari ke-i 7. NANST 84
n = banyaknya data
Sebelum mengetahui rerata, terlebih dahulu 8. PIM 90

harus dicari nilai tes yang diperoleh setiap siswa.


9. VAKP 94
Berdasarkan penilaian menurut Kemendikbud
(2016: xii) untuk menghitung nilai yang diperoleh 10. SBK 97
siswa adalah sebagai berikut:
11. SAKA 94

Sedangkan rumus untuk menganalisis presentase RATA-RATA 84,36

ketuntasan yaitu:
NILAI TERENDAH 64

NILAI TERTINGGI 97

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel Hasil Belajar Siswa Tahap Tindakan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa hasil
belajar materi peninggalan sejarah Indonesia siwa Meningkatnya hasil belajar siswa kelas IV
kelas IV SD Negeri Bangunrejo 2 Yogyakarta SD Negeri Bangunrejo 2 Yogyakarta dipengaruhi
meningkat. Meningkatnya hasil belajar siswa oleh beberapa komponen pembelajaran yaitu
Meningkatkan Hasil Belajar ... (Cahyati Indah Sari) 2.273
tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi dan 6 siswa belum tuntas. Kemudian setelah
pembelajaran (Falahudin, 2014). Pada penelitian diberikan tindakan pada siklus I, nilai rata-rata tes
ini, yang paling berpengaruh adalah metode dan materi peninggalan sejarah Indonesia naik
penggunaan media pembelajaran. Penggunaan menjadi 84,36 dengan persentase ketuntasan
media dalam kegiatan pembelajaran membuat 81,81% atau sebanyak 9 siswa tuntas dan
kegiatan tersebut lebih menarik dan sebanyak 2 siswa belum tuntas. Peningkatan
menyenangkan sehingga siswa menjadi persentase ketuntasan pada pratindakan-siklus I
termotivasi untuk belajar dan berpartisipasi secara yaitu sebesar 36,36%.
aktif.
Saran
Berdasarkan pembahasan yang dibuat oleh Berdasarkan pada simpulan hasil penelitian
peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa hasil
di atas, untuk meningkatkan hasil belajar materi
belajar materi peninggalan sejarah Indonesia
siswa kelas IV SD Negeri Bangunrejo 2 peninggalan sejarah pada masa Hindhu, Budha,

Yogyakarta dapat meningkat menggunakan dan Islam sebaiknya menggunakan media


media roda jelajah.
pembelajaran roda jelajah.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan DAFTAR PUSTAKA
pembahasan yang telah diuraikan pada bab Sukarno. (2009). Penelitian Tindakan Kelas
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Prinsip-Prinsip Dasar dan
Implementasinya. Surakarta: Media
peningkatan hasil belajar materi peninggalan Perkasa.
sejarah Indonesia pada masa Hindhu, Buddha,
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan
dan Islam karena keberhasilan pembelajaran oleh Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
guru menggunakan media roda jelajah. Hasil R&D. Bandung: Alfabeta.

belajar siswa dapat meningkat melalui proses Ananda Galuh Suasari. (2017). Pengembangan
belajar yang dilakukan berdasarkan langkah- Media Pembelajaran Roda Jelajah
Indonesia untuk IPS Kelas V SD Negeri
langkah pembelajaran menggunakan media roda Wonosari Baru Gunung Kidul. Skripsi.
jelajah. UNY.

Peningkatan hasil belajar materi peninggalan


Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 47 Tahun
sejarah Indonesia dibuktikan dengan rata-rata 2008 tentang Penyelenggaraan Sekolah Inklusi.
nilai tes materi peninggalan sejarah Indonesia
pada pratindakan yaitu 71,18 dengan persentase
ketuntasan 45,45% atau sebanyak 5 siswa tuntas

Anda mungkin juga menyukai