Anda di halaman 1dari 97

MASTER PLAN DAN ACTION PLAN

PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU


LAR LIMUNG

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA


Desember 2011

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
LEMBAR PENGESYAHAN

MASTER PLAN DAN ACTION PLAN


PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU
LAR LIMUNG

Sumbawa Besar, Desember 2011


Mengesyahkan/Menyetujui:
Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa, Tim Pelaksana,
Pejabat Pemegang Komitmen,

Ir. Syafruddin, Noer Dr. Ir. Dahlanuddin, MRur.Sc


NIP. 19650605199203026 NIP.

ii

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
SUSUNAN TIM PELAKSANA:

NO. N A M A SKPD/ KEDUDUKAN


JABATAN
1. Ir. Dahlanuddin, M Rur. Sc., Ph.D. Fak. Peternakan Ketua Tim
Unram
2. Pror. Ir. H. Yusuf Akhyar Sutaryono, Ph.D Fak. Peternakan Tenaga Ahli
Unram Peternakan
3. Ir.Tanda Panjaitan, M.Sc., Ph.D Fak. Peternakan Tenaga Ahli
Unram Peternakan
4. Ir. H. Ahmad Zaini, MA., Ph.D. Fak. Peternakan Tenaga Ahli
Unram Peternakan
5. Ir. I Putu Sudrana, MS. Fak. Peternakan Tenaga Ahli
Unram Peternakan
6. Ir. Muhammad Muhzi, MS. Fak. Peternakan Tenaga Ahli
Unram Peternakan
7. Dian Sidharta, ST Kepala Bidang Tenaga Teknis
Tata Ruang Arsitektur
Dinas Pekerjaan
Umum kab.
Sumbawa
8. Wahyu Indrajaya, ST Kepala Subdit Tenaga Teknis
SDA & Sipil
Lingkungan
Hidup Bappeda
Ka. Sumbawa
9. Erma Hadi Suryani, ST Staf Dinas Tenaga Teknis
Pekerjaan Planologi
Umum Kab.
Sumbawa
10. Supriyadi, ST -- Drafter
11. Randy Chartana, ST -- Surveyor

iii

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami, Tim Pelaksana panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karuniaNya sehingga penyusunan dokumen Master Plan Pengembangan
Kawasan Peternakan Terpadu Lar Limung ini dapat kami selesaikan. Dokumen Master
Plan ini merupakan bukti tanggungjawab kami kepada Pemerintah Daerah Kabupaten
Sumbawa c.q Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa sebagai instansi pemberi pekerjaan
yang dalam kegiatan ini berkedudukan sebagai Tim Perencana dan Tim Evaluasi.
Penyusunan Master Plan menggunakan metode pendekatan partisipatif dan
komprehensif dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) terutama
peternak/ pemilik lahan, tokoh masyarakat, dan penentu kebijakan (Dinas Peternakan dan
Bappeda Kabupaten Sumbawa). Untuk mendapatkan data dan informasi yang relevan,
dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan gabungan dari beberapa metoda yaitu
analisis situasi, observasi langsung, dan analisis terhadap kebijakan dan program yang
telah dilaksanakan.

Dokumen Master Plan Pengembangan Kawasan Peternakan Terpadu Lar Limung


disusun secara swakelola oleh Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa dengan dukungan
dari berbagai pihak yaitu Tim Ahli dari Fakultas Peternakan Universitas Mataram dan
BPTP NTB serta Tim teknis dari SKPD terkait di Kabupaten Sumbawa. terkait beserta
stafnya, 3) pimpinan wilayah mulai tingkat kecamatan hingga dusun terkait kawasan
pengembangan peternakan terpadu Lar Limung, 4) para peternak/pemilik lahan dan tokoh
masyarakat di kawasan Lar Limung, dan 5) pihak lainnya, baik yang bersifat teknis
maupun non-teknis yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Atas bantuan dan
dukungannya, kami hanya dapat mengucapkan terima kasih dan berdo’a semoga amal
ibadah bapak/ibu/sdr mendapat imbalan yang sesuai dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sumbawa Besar, Desember 2011.

Tim Pelaksana

iv

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL DOKUMEN ……………………………………………………… i
LEMBAR PENGESYAHAN …………………………………………….. ii
TIM PELAKSANA ………………………………………………………. iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. v
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………. 1
1.1. Latar Belakang …………………………………………. 1
1.2. Maksud dan Tujuan Master Plan ………………………. 3
1.3. Dasar Penyusunan Master Plan ………………………… 4
1.4. Konsep Dasar Pengembangan Model ………………….. 4
1.4.1. Pengertian …………………………………….. 4
1.4.2. Pendekatan Pengembagan Model ……………. 4
1.4.3. Prinsip Operasional …………………………... 4
1.4.4. Komponen Pokok ……………………………. 5
1.5 Metode Penyusunan Master Plan ………………………. 5
1.6 Ruang Lingkup ………………………………………… 6
BAB II REFLEKSI DAN ANALISIS PENGEMBANGAN
PETERNAKAN TERPADU LAR LIMUNG
KABUPATEN SUMBAWA ………………………………… 8
2.1 Kondisi Kabupaten Sumbawa ……………………….. 8
2.1.1 Letak Geografis dan Adminitrasi …………….. 8
2.1.2 Potensi Lahan untuk Produksi Ternak Potong .. 8
2.1.3 Klimatologi …………………………………... 9
2.2. Refleksi Kebijakan Pengembangan Peternakan
Kabupaten Sumbawa …………………………………... 10
2.2.1. RPJP Kabupaten Sumbawa …………………... 10
2.2.2. RPJM Kabupaten Sumbawa …………………. 11
2.2.3. RTRW Kabupaten Sumbawa ………………… 13

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
2.2.4. Rencana Dinas Peternakan Kabupaten
Sumbawa untuk Kawasan Pengembangan
Peternakan Terpadu Lar Limung …………….. 15
2.2.5. SK Bupati Sumbawa Nomor 650 Tahun 2009
tentang Penetapan Kawasan Lar Limung di
Dusun Limung Desa Pungkit Kecamatan Moyo
Utara sebagai tempat Pengembalaan Ternak … 16
2.3. Potensi Ternak Potong sebagai Komoditas Unggulan …. 16
2.4. Kondisi Kawasan Lar Limung …………………………. 19
2.4.1. Kondisi Umum Kawasan Lar Limung ……….. 19
2.4.2. Kondisi Iklim, Tanah dan Air Tanah ………… 22
2.4.3. Ketersediaan Infrastruktur ……………………. 24
2.4.4. Kondisi Usaha Ternak Potong ……………….. 25
2.4.5. Kondisi Peternak dan Pola Pemeliharaan
Ternak ………………………………………... 26
2.4.6. Produktivitas Ternak …………………………. 29
2.4.7. Kondisi Penduduk ……………………………. 32
2.4.8. Pendapat Peternak tentang Program KPT Lar
Limung ……………………………………….. 32
2.4.9. Pendapat Masyarakat tentang Kondisi Lar
Limung ……………………………………….. 33
BAB III ISU STRATEGIS, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN PETERNAKAN TERPADU DI
KAWASAN LAR LIMUNG …………………………………. 36
3.1 Isu Strategis …………………………………………….. 36
3.2 Visi, Misi dan Arah Pengembangan Peternakan Terpadu
Lar Limung …………………………………………….. 36
3.2.1. Visi …………………………………………… 36
3.2.2. Misi …………………………………………... 37
3.2.3. Arah Pengembangan Peternakan Terpadu …… 37
3.3 Kebijakan Pengembangan Peternakan Terpadu ……….. 39
3.4 Strategi Pengembangan Peternakan Terpadu ………….. 39
BAB IV PROGRAM DAN RENCANA AKSI PENGEMBANGAN
PETERNAKAN TERPADU DI KAWASAN LAR LIMUNG . 41
4.1 Program Pengembangan Peternakan Terpadu …………. 41
4.1.1. Peningkatan Kelembagaan Kelompok ……….. 41
4.1.2. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih . 44

vi

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
4.1.3. Peningkatan Kualitas Air …………………….. 46
4.1.4. Penyediaan Sumber Air dan Sarana ………….. 46
4.1.5. Sistem Produksi Pakan Berbasis Legum Pohon 47
4.1.6. Konservasi Kelebihan Pakan Musim Hujan dan 51
Pemanfaatan Limbah Pertanian ……………….
4.1.7. Meningkatkan Angka Kelahiran ……………... 53
4.1.8. Peningkatan Mutu Ternak ……………………. 59
4.1.9. Menekan Angka Kematian …………………… 61
4.1.10. Mempercepat Pertambahan Berat Badan …….. 62
4.1.11. Meningkatkan Dearajat Kesehatan Ternak …... 64
4.1.12. Perbaikan Sanitasi Kandang Komunal ……….. 65
4.1.13. Pengadaan Fasilitas Penanganan Ternak …….. 65
4.1.14. Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendukung 66
4.1.15. Penataan Lingkungan ………………………… 67
4.1.16. Peningkatan Keamanan Ternak ………………. 67
4.1.17. Pelaksanaan Penelitian dan Pengkajian Lhan,
Air, Tanaman, dan Ternak …………………… 68
4.2 Matriks Out come, Program dan Kegiatan Aksi
Pengembangan Peternakan Terpadu …………………… 69
BAB V MONITORING DAN EVALUASI PENGEMBANGAN
PETERNAKAN TERPADU …………………………………. 80
BAB VI PENUTUP …………………………………………….............. 83
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 85
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………… 86

vii

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
DAFTAR TABEL
Tabel: Halaman
1. Luas Lahan Kering Menurut Penggunaannya ………………………… 9
2. Populasi Ternak di Kabupaten Sumbawa Tahun 2010 ……………….. 17
3. Location Quotient (LQ) Ternak Potong pada Semua Kabupaten/Kota
di Provinsi NTB ………………………………………………………. 18
4. Kondisi Tanah (hasil analisis BPPTP NTB, 2011) …………………… 23
5. Kondisi Air Tanah (hasil analisis BPLH Kabupaten Sumawa, 2011) ... 24
6. Infrastruktur/fasilitas yang Telah Dibangun menurut Kelompok
Ternak ………………………………………………………………… 24
7. Populasi Ternak Herbivora Di Kawasan Lar Limung ……………….. 25
8. Potensi Kerja dan Kerjasama Sesama Peternak ………………………. 26
9. Pola Pemeliharaan Ternak ……………………………………………. 29
10. Parameter Terkait Produktivitas Ternak ……………………………… 30
11. Jumlah Penduduk dan Kepadatannya Tahun 2006-2009 ……………... 32
12. Pendapat Peternak dan Syarat yang Diajukan Tentang KPT Lar
Limung ………………………………………………………………... 33

viii

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
DAFT AR GAMBAR

Gambar: Halaman
1. Grafik Jumlah Hari Hujan, Curah Hujan dan Penguapan …………….. 10
2. Grafik Populasi Ternak Herbivora/Potong di Provinsi NTB pada
Setiap Kabupaten ……………………………………………………... 17
3. Peta Kawasan Lar Limung Saat Ini …………………………………... 20
4. Peta Topografi Kawasan Lar Limung ………………………………… 21
5. Grafik Sebaran Curah Hujan di Kawasan Lar Limung ……………….. 22
6. Grafik Struktur Populasi Ternak Menurut Jenisnya ………………….. 25
7. Grafik Bulan Kelahiran dan Kematian Ternak ……………………….. 31
8. Peta Rencana Pengembangan Kawasan Peternakan Terpadu Lar
Limung ………………………………………………………………... 38
9. Photo Integrasi Lamtoro dengan Jagung di NTT …………………….. 48
10. Photo Produksi Lamtoro dan Rumput dengan Sistem Potong Angkut
di Poto Pedu, Rhee ……………………………………………………. 49
11. Photo Padang Penggembalaan Lamtoro-Rumput di Australia ……….. 50
12. Photo Contoh Bal Jerami Padi Kering Dipress untuk Menghemat
Tempat Penyimpanan ………………………………………………… 53
13. Kalender Kawin yang Sesuai untuk mendapatkan Satu Anak Setiap
Tahun di Lar Limung …………………………………………………. 55
14. Photo Pejantan Umur 3 Tahun dengan Warna Standard Bangsa Sapi
Bali ……………………………………………………………………. 56
15. Photo Induk Sapi Bali dari Skor Tubuh 2, 3, dan 4 pada Skala 1-5 ….. 57
16. Grafik Korelasi Antara Skor Kondisi Tubuh (BCS) dengan Tingkat
Kebuntingan …………………………………………………………... 58
17. Grafik Penetapan Mutu Calon Bibit Ternak Potong …………………. 60
18. Grafik Potensi Peningkatan Mutu Bibit Ternak Potong Melalui
Perbaikan Manajemen dan Seleksi Berkelanjutan ……………………. 61
19. Photo Suplementasi Daun Turi untuk Meningkatkan Pertambahan
Berat Badan Pedet Lepas sapih di Lombok Tengah (atas) dan
penggemukan dengan Daun Lamtoro di Rhee (bawah) ………………. 63

ix

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
20. Sketsa Holding Ground/Kandang Komunal ………………………….. 66

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
xi

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) telah dikenal sebagai salah satu daerah
penghasil ternak sapi dan kerbau di Indonesia, baik ternak bibit maupun ternak potong.
Permintaan sapi bibit dan potong asal NTB terus meningkat. Untuk memenuhi permintaan
tersebut pemerintah daerah Provinsi NTB membuat satu gerakan yang dikenal dengan
Program Nusa Tenggara Barat Bumi Sejuta Sapi (NTB-BSS) yang sejalan dengan program
nasional yaitu Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) 2014.
Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu kabupaten dengan populasi ternak
ruminansia (terutama sapi dan kerbau) yang tertinggi dibandingkan kabupaten lainnya di
Provinsi NTB sehingga pemerintah daerah dan masyarakat Sumbawa telah
mendeklarasikan Kabupaten Sumbawa sebagai Kabupaten Peternakan. Hal ini
menunjukkan pentingnya usaha peternakan dalam mendukung perekonomian masyarakat
dan adanya dukungan dan kepedulian yang nyata dari pemerintah daerah dalam upaya
meningkatkan produktivitas ternak potong di Kabupaten Sumbawa.
Sistim produksi ternak ruminansia di Kabupaten Sumbawa sangat spesifik, yang
dicirikan oleh peternakan dengan sistim Lar (suatu kawasan tempat melepas ternak
terutama selama musim tanam). Lar mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya
meningkatkan produktivitas dan populasi ternak terutama sapi dan kerbau.
Untuk mengoptimalkan fungsi Lar sebagai sentra pengembangan peternakan
berbasis peternakan rakyat, maka pada tanggal 22 Januari 2009, Gubernur NTB dan Bupati
Sumbawa menandatangani Nota Kesepahaman tentang Pengembangan Peternakan melalui
Sistem Lar. Hal ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan peran Kabupaten Sumbawa
dalam mendukung program NTB BSS dan mewujudkan Kabupaten Sumbawa sebagai
Kabupaten Peternakan.
Kabupaten Sumbawa memiliki lahan kering yang luas dan masih dapat
dioptimalkan untuk meningkatkan produktivitas ternak potong. Kabupaten Sumbawa
memiliki populasi ternak sapi dan kerbau yang paling tinggi di NTB (156,797 ekor sapi
dan 54,535 ekor kerbau). Berdasarkan analisa potensi komoditi unggulan Kabupaten
Sumbawa mempunyai potensi tertinggi untuk pengembangan ternak sapi dan kerbau jika
dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Provinsi NTB. Hal ini terlihat dari nilai LQ

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
(location quotient) untuk ternak sapi dan kerbau (masing-masing 1,28 dan 1,77). Nilai LQ
untuk ternak sapi lebih tinggi (4,75) jika dikoreksi dengan jumlah penduduk.
Namun dibalik berbagai keunggulan tersebut, terdapat masalah dan tantangan
dibidang pembangunan peternakan yang perlu mendapat perhatian pemerintah daerah
antara lain adalah:
a. Menyempitnya jumlah dan luas Lar sebagai akibat dari konversi lahan, invasi
gulma karena over grazing dan/atau konflik kepentingan. Jumlah titik Lar yang
dulunya tidak kurang dari 60, sekarang hanya sebagian kecil yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat dan hanya 2 Lar yang telah disyahkan dengan SK
Bupati, sehingga status Lar yang lain masih bisa berubah untuk keperluan lainnya.
Akibatnya, pemeliharaan ternak dengan sistim Lar akan terus menurun.
b. Sebagian besar masyarakat Sumbawa belum terbiasa memelihara ternak dengan
cara mencarikan rumput secara potong angkut (cut and carry) dan belum
menyadari bahwa sumberdaya untuk pemeliharaan sistim ekstensif (dilepas) sudah
berkurang drastis. Hal ini menjadi faktor penyebab utama penurunan kepemilikan
ternak (ekor/keluarga) di Kabupaten Sumbawa. Peternak yang dulunya memiliki
ternak dalam jumlah ratusan sampai ribuan ekor harus menjual sebagian besar
ternaknya (pengurangan aset) atau memindahkan pengelolaan ternaknya kepada
peternak lain (dengan sistim kadasan).
c. Upaya konkrit dari pemerintah daerah untuk memfasilitasi peternak beradaptasi
terhadap perubahan pola ekstensif menuju pola intensif belum banyak dilakukan
sehingga peternak tidak memiliki kapasitas mengikuti perubahan tersebut.
Mengingat pentingnya peran ternak terutama sapi dan kerbau sebagai sumber
penghasilan utama masyarakat, diperlukan upaya strategis dan terencana agar budaya
beternak (modal sosial) masyarakat tidak pudar akibat berkurangnya luas dan daya
tampung Lar. Untuk itu maka kapasitas peternak perlu ditingkatkan sehingga mampu
melakukan perubahan secara terencana dari sistim ekstensif menjadi sistim intensif yang
produktif dan efisien. Atas dasar hal tersebut, perlu disusun Master Plan Kawasan
Peternakan “Terpadu” Lar Limung yang selanjutnya diharapkan dapat dijadikan acuan
atau model pengembangan ternak potong di berbagai kawasan di Kabupaten Sumbawa.

1.2. Maksud dan Tujuan Penyusunan Master Plan

Penyusunan master plan kawasan peternakan terpadu Lar Limung adalah:


2

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
a. Sebagai pedoman bagi Dinas Peternakan dan SKPD terkait, swasta, masyarakat
dan unsur terkait lainnya dalam melaksanakan pengembangan peternakan.
b. Memberikan pemahaman kepada semua pihak terkait bahwa dengan menerapkan
pola pengembangan peternakan terpadu sebagaimana dirumuskan dalam master
plan ini dapat meningkatkan produktivitas ternak secara optimal.
c. Merupakan bentuk rekomendasi kepada penentu kebijakan di tingkat pusat,
provinsi, dan kabupaten dalam upaya mewujudkan Kabupaten Sumbawa sebagai
Kabupaten Peternakan.
d. Menjadikan Kawasan Lar Limung sebagai model atau contoh pengembangan
peternakan terpadu bagi kawasan lain di Kabupaten Sumbawa.
Master plan kawasan peternakan terpadu Lar Limung disusun dengan tujuan
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan untuk mengetahui
keterbatsan, hamabtan dan peluang pengembangan usaha peternakan yang tepat,
efektif, efisien, dan menguntungkan dan sesuai dengan daya dukung lahan yang
ada.
b. Mewujudkan kelembagaan kelompok peternak yang kuat dan mandiri sehingga
mampu mewadahi semua anggota/pemilik lahan dalam rangka meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan anggota melalui pembentukan badan usaha
perkoperasian.
c. Menyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk pengembangan
peternakan terpadu.
d. Membangun kawasan peternakan “terpadu” yang dapat dikembangkan menjadi
kawasan agribisnis/agrowisata.
e. Mewujudkan Kawasan Lar Limung sebagai model percontohan Kawasan
Peternakan “Terpadu” berbasis Lar di Sumbawa.

1.3. Dasar Penyusunan Master Plan

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Penyusunan master plan kawasan peternakan terpadu Lar Limung mengacu pada a)
Rencana Induk Pembangunan Kabupaten Sumbawa, b) Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sumbawa, c) Kebijakan pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)
Agropolitan Emparano, d) Rencana Strategis Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa
Periode 2005 – 2010 dan SK Bupati Sumbawa Nomor 650 Tahun 2009 tentang Penetapan
Kawasan Lar Limung sebagai tempat penggembalaan ternak.

1.4. Konsep Dasar Pengembangan Model

1.4.1. Pengertian

Kawasan pengembangan peternakan terpadu Lar Limung adalah kawasan


percontohan sistim produksi ternak potong yang terintergrasi dengan sistim produksi
tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan untuk mengoptimalkan produktivitas lahan
dan ternak. Model ini diharapkan dapat diadaptasikan dan direplikasi di kawasan lain di
Kabupaten Sumbawa.

1.4.2. Pendekatan Pengembangan Model

Pengembangan model dilakukan pada lahan milik petani dalam kawasan Lar
Limung dengan pola partisipatif yang terfokus pada peningkatan kapasitas peternak dan
kelembagaan peternak untuk dapat menerapkan teknologi yang sesuai dengan sumberdaya
yang tersedia dengan memperhatikan kaidah-kaidah agribisnis. Prioritas komiditi yang
dikembangkan adalah sapi, kerbau dan jagung secara terintegrasi. Peran pemerintah daerah
khususnya Dinas Peternakan lebih pada upaya memfasilitasi pengembangan kawasan
peternakan terpadu dengan dukungan dari SKPD terkait.

1.4.3. Prinsip Operasional

Mengingat keberhasilan pembangunan Lar Limung adalah indikator keberhasilan


Kabupaten Sumbawa sebagai Kabupaten Peternakan maka diperlukan dukungan semua
SKPD yang terkait. Prinsip operasional dari pengembangan kawasan Lar Limung adalah
keterpaduan lintas sektor yang terkait dan lintas subsistem agribisnis peternakan yang
meliputi subsistem penyediaan sarana produksi, perbaikan teknik budidaya, peningkatan
teknik pengolahan hasil dan pengembangan sistim pemasaran yang memberikan
keuntungan yang layak bagi peternak

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
1.4.4. Komponen Pokok

Komponen pokok dari konsep dasar pengembangan kawasan peternakan terpadu


adalah sebagai berikut:
a. Penataan kelembagaan peternak yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi
dan kerjasama peternak untuk mencapai sistim produksi yang berorientasi pasar,
b. Sistim produksi pakan yang teintegrasi dengan tanaman pangan, perkebunan dan
kehutanan,
c. Sistim produksi ternak terpadu yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
dan efisiensi,
d. Penataan sistim penjagaan keamanan lingkungan untuk menciptakan suasana
beternak yang kondusif,
e. Penataan sistim pemasaran yang dapat memberikan keuntungan yang memadai
bagi peternak,
f. Penyediaan sarana dan prasarana dengan menekankan asas manfaat, efisiensi dan
keberlanjutan,
g. Meningkatkan ketersediaan informasi dan teknologi mutakhir yang siap pakai
melalui program penelitian dan pengkajian bersama petani.

1.5. Metode Penyusunan Master Plan

Master Plan ini disusun dengan pendekatan partisipatif oleh tim pelaksana yang
terdiri dari tim teknis Dinas Peternakan dan SKPD terkait dan didukung oleh tim ahli dari
Fakultas Peternakan Universitas Mataram dan BPTP NTB. Proses penyusunan melibatkan
berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) seperti peternak/pemilik lahan, tokoh
masyarakat, dan penentu kebijakan di Kabupaten Sumbawa.
Penyusunan Master Plan ini didasarkan atas data, informasi dan pengalaman empirik yang
dikumpulkan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Pengumpulan data sekunder yang meliputi:
• Kondisi umum, kebijakan dan program yang telah dilaksanakan di Kabupaten
Sumbawa dan kawasan Lar Limung

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
• Hasil-hasil penelitian / kajian dan pengalaman empirik yang sesuai untuk
diterapkan di kawasan Lar Limung dan wilayah lain di Kabupaten Sumbawa
yang memiliki kondisi biofisik yang serupa
b. Pemetaan kondisi kawasan saat ini (existing condition) yang meliputi koordinat
batas wilayah, jaringan jalan dan fasilitas yang sudah tersedia
c. Analisis situasi kasawan Lar Limung yang dilakukan dengan beberapa pendekatan
yaitu:
• Telaah program yang telah dilaksanakan, ketersediaan dan kondisi sarana dan
prasarana di Lar Limung bersama Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa
• Observasi kondisi biofisik kawasan yang terdiri dari pengumpulan dan analisis
sampel air dan tanah, jenis tanaman yang tumbuh dan kondisi ternak saat ini
• Wawancara mendalam dengan peternak (pemilik lahan) untuk menggali data
yang terkait dengan lahan, ternak dan kondisi ekonomi, sosial budaya dan
kelembagaan peternak.
• Focus group discussion (FGD) dengan perwakilan kelompok peternak di Lar
Limung untuk menggali pemahaman bersama tentang kondisi Lar Limung saat
ini, permasalahan yang dihadapi, tujuan bersama yang ingin dicapai dan
bagaimana mewujudkan tujuan yang diinginkan.

1.6. Ruang Lingkup

Lokasi pekerjaan adalah Kawasan Peternakan Terpadu Lar Limung meliputi 2


(dua) wilayah administrasi pemerintahan desa, yakni Dusun Limung (Desa Pungkit,
Kecamatan Moyo Utara) dan Dusun Prajak (Desa Batu Bangka, Kecamatan Moyo Hilir)
dengan luas areal sekitar 1.007 ha.
Kegiatan penyusunan Master Plan meliputi:
a. Persiapan personil pelaksana pekerjaan, bahan dan peralatan
b. Pengumpulan data sekunder dan data primer serta hasil kajian perencanaan,
penelitian dan pengalaman empirik yang dapat digunakan untuk menetapkan arah
pengembangan
c. Penyusunan model pengembangan yang sesuai dengan kebijakan pemerintah
daerah, kondisi biofisik kawasan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
d. Pekerjaan kantor/studio untuk membuat peta existing dan peta rencana
pengembangan kawasan
e. Perhitungan volume pekerjaan dan Rencana Anggaran Biaya masing-masing
komponen kegiatan
Master Plan yang disusun akan diajukan oleh Dinas Peternakan Kabupaten
Sumbawa kepada Pemerintah Daerah untuk ditetapkan dalam bentuk Rancangan Peraturan
Daerah (RAPERDA) Kabupaten Sumbawa

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
BAB II. REFLEKSI DAN ANALISIS PENGEMBANGAN
PETERNAKAN TERPADU
LAR LIMUNG KABUPATEN SUMBAWA

2.1. Kondisi Kabupaten Sumbawa

2.1.1. Letak Geografis dan Administratif

Kabupaten Sumbawa secara geografis terletak antara 1160 42’ – 1180 22’ Bujur
Timur dan 80 08’ – 90 07’ Lintang Selatan. Kabupaten Sumbawa terdiri atas 24 kecamatan
dengan Kecamatan Sumbawa sebagai lokasi pusat pemerintahan kabupaten (ibukota
Kabupaten Sumbawa).
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Sumbawa adalah:
• Sebelah Utara : Laut Flores
• Sebelah Timur : Kabupaten Dompu
• Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
• Sebelah Barat : Kabupaten Sumbawa Barat
Kabupaten Sumbawa memiliki luas wilayah 6.643,98 km2. Dari luas tersebut,
Kecamatan Empang merupakan wilayah kecamatan yang paling luas, yaitu 558,55 km2
atau sekitar 8 % dari luas seluruh wilayah Kabupaten Sumbawa. Kecamatan Moyo Hilir
dan Moyo Utara termasuk kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil (sekitar 4% dari
total wilayah Kabupaten Sumbawa), namun memiliki potensi sebagai lokasi percontohan
peternakan terpadu di Kabupaten Sumbawa.

2.1.2. Potensi Lahan Untuk Produksi Ternak Potong

Wilayah Kabupaten Sumbawa terdiri dari 48.194 ha (7,25%) sawah, 240.245 ha


(36,16%) lahan kering, dan 375.959 ha (56,59%) lain-lain. Untuk lahan kering, macam
penggunaannya tercantum pada Tabel 1.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Tabel 1. Luas
Lahan Kering Menurut Penggunaannya
Luas
No. Penggunaan
Ha %
1. Kolam/tebat/empang 252 0,11
2. Tegal/kebun 60.038 24,99
3. Ladang/huma 9.691 4,03
4. Penggembalaan/padang rumput 3.780 1,58
5. Sementara tidak diusahakan 26.105 10,87
6. Hutan rakyat 89.306 37,17
7. Tambak 2.987 1,24
8. Perkebunan 27.780 11,56
9. Lain-lain 20.306 8,45
Jumlah 240.245 100,00
Sumber: Kabupaten Sumbawa Dalam Angka, 2010. BPS

2.1.3. Klimatologi

Berdasarkan data tahun 2010, musim hujan di Kabupaten Sumbawa berlangsung 6


bulan, yaitu dari bulan November sampai bulan April sedangkan musim kemarau
berlangsung selama 6 bulan yaitu dari bulan Mei sampai bulan Oktober. Kondisi curah
hujan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Sumbawa hampir merata. Jumlah hari
hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari, yaitu 24 hari hujan dengan curah hujan 300
mm, sedangkan hari hujan terendah terjadi pada bulan Oktober dengan jumlah hari hujan 4
hari, dengan curah hujan 2 mm. Banyaknya hari hujan, curah hujan serta penguapan yang
terjadi pada tahun 2010, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 1.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Gambar 1. Grafik Jumlah Hari Hujan, Curah Hujan dan Penguapan
(Sumbawa Dalam Angka, 2010)

2.2. Refleksi Kebijakan Pengembangan Peternakan Kabupaten Sumbawa

2.2.1. RPJP Kabupaten Sumbawa

Visi Kabupaten Sumbawa yang tertuang dalam RPJP Tahun 2005-2025 adalah
“Terwujudnya Kabupaten Sumbawa Sebagai Daerah Agribisnis Berdaya Saing
Menuju Masyarakat Sejahtera”
Daerah Agribisnis adalah daerah yang kegiatan utama masyarakat berbasis pada
bisnis sumberdaya pertanian (dalam arti luas) meliputi kegiatan budidaya, proses
pengolahan dan pemasaran. Daerah agribisnis yang dituju merupakan proses transformasi
kehidupan masyarakat dari proses produksi untuk pemenuhan kebutuhan sendiri
(subsisten) kearah peningkatan produksi dan nilai tambah yang berorientasi pasar (market
oriented). Produk agribisnis dapat berasal dari tumbuhan, hewan maupun organisme
lainnya dan seiring dengan perkembangan teknologi.
Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekedar produktivitas atau
efisiensi pada level mikro perusahaan atau individu. Kata kunci daya saing adalah
kompetisi, yaitu kondisi persaingan dengan para kompetitor dalam suatu sistem
10

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
perekonomian yang terbuka. Berdasarkan tinjauan berbagai literatur mengenai daya saing
disimpulkan bahwa daya saing dalam konteks perekonomian daerah adalah kemampuan
perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan
berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional (PPSK BI,
2002).
Kesejahteraan dalam masyarakat Sumbawa memiliki tiga dimensi, yakni dimensi
kesejahteraan spiritual (senap semu), kesejahteraan sosial (riam remo) dan kesejahteraan
ekonomis (nyaman nyawe). Dimensi kesejahteraan tersebut sejalan dengan visi masyarakat
yang hendak dituju baik dalam lingkup Provinsi Nusa Tenggara Barat maupun Nasional.
Masyarakat yang sejahtera sebagai wujud masyarakat yang dicita-citakan melalui proses
pembangunan yang diselenggarakan dalam kurun waktu 2005 hingga 2025 didorong
melalui pengerahan segala sumberdaya pembangunan yang dimiliki masyarakat Tana
Samawa sesuai dengan kekuatan dan kelemahan faktor internal serta peluang dan ancaman
faktor eksternal yang melingkupinya. Oleh karena itu pilihan perencanaan pembangunan
hingga tahun 2025 diarahkan dan bahkan wajib difokuskan pada terbentuknya
Kabupaten Sumbawa dengan core competency sebagai daerah agribisnis yang memiliki
daya saing di tingkat regional, nasional dan bahkan internasional
Hal ini sangat selaras dengan program nasional PSDSK 2014 dan NTB-Bumi
Sejuta Sapi yang memberi peran kepada Kabupaten Sumbawa sebagai Kabupaten
Peternakan sehingga diharapkan Kabupaten Sumbawa sebagai salah satu penyedia terbesar
kebutuhan ternak potong/ ternak bibit bagi daerah lain di Indonesia.

2.2.2. RPJM Kabupaten Sumbawa

Program RPJM selaras dengan pengembangan kawasan peternakan terpadu mandiri


yang direfleksikan dalam visi RPJM Kabupaten Sumbawa 2011-2015 yaitu :
“Terwujudnya Masyarakat Sumbawa Berdaya Saing dalam Memantapkan Samawa
Mampis Rungan”

Kata kunci dari pernyataan visi tersebut adalah Masyarakat Sumbawa, Berdaya
Saing, memantapkan Samawa Mampis Rungan. Kata kunci tersebut bermakna sebagai
berikut:

11

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
a. Masyarakat Sumbawa. Masyarakat secara sosiologis memiliki pengertian
kumpulan orang per orang dengan beragam latar belakang suku, ras dan agama
yang bertempat tinggal pada suatu wilayah. Kumpulan orang per orang tersebut
dalam tata kelola pemerintahan dikelompokkan dalam tiga institusi yakni institusi
pemerintah atau dalam konteks ini pemerintahan daerah, institusi dunia usaha dan
institusi masyarakat sipil seperti ormas, lembaga swadaya masyarakat, organisasi
profesi, dll. Orang per orang dalam institusi tersebut dalam istilah manajemen
sumber daya merupakan sumber daya manusia (human resources). Kata Sumbawa
merujuk pada Kabupaten Sumbawa yakni salah satu wilayah adminsitrasi
kabupaten di wilayah Provinsi NTB.
b. Berdaya Saing: Kemampuan pengelolaan sumber daya daerah secara bermutu,
ekonomis, efektif dan efisien, sehingga lebih unggul dari daerah lainnya. Berdaya
saing juga mengandung makna kemampuan untuk berprestasi dalam bidang kerja
masing-masing, dengan kualifikasi atau kualitas tertentu, sehingga dapat sejajar
atau bahkan lebih tinggi dari daerah lain.
c. Memantapkan Samawa Mampis Rungan. Kondisi Kabupaten Sumbawa yang
Makmur Aman Mandiri, Partisipatif, Inovatif dan Sehat yang bersendikan
Semangat Religius, Ulet dan Unggul, Gotong royong, Akuntabel dan transparaN.
Memantapkan mengandung pengertian mempertahankan prestasi yang telah
dicapai sebelumnya sekaligus memperbaiki dan meningkatkan hal-hal yang masih
kurang atau belum tercapai. Secara harfiah Samawa Mampis Rungan berarti
Sumbawa yang menebarkan kabar baik. Samawa Mampis Rungan merupakan
bagian dari syiar masyarakat Sumbawa yang berkehendak tenteram secara spiritual
religius (senap semu), rukun damai secara sosial (riam remo) dan makmur secara
material-ekonomis (nyaman nyawe). Memantapkan terwujudnya Samawa Mampis
Rungan dilakukan dengan fokus utama pada peningkatan pelayanan dasar,
peningkatan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dan percepatan
pengembangan potensi agribisnis wilayah.
Salah satu Misi RPJM Kabupaten Sumbawa yaitu mempercepat pengembangan
ekonomi daerah berbasis agrobisnis melalui percepatan pembangunan infrastruktur,
pengembangan kawasan strategis, penguatan kelembagaan ekonomi merupakan muatan
kebijakan yang sesuai dengan pengembangan peternakan terpadu dengan sasaran

12

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
peningkatan kesejahteraan peternak melalui strategi peningkatan produksi dan populasi
ternak.

2.2.3. RTRW Kabupaten Sumbawa

2.2.3.1. Tujuan RTRW Kabupaten Sumbawa

Tujuan dari RTRW Kabupaten Sumbawa adalah mewujudkan ruang wilayah yang
aman, nyaman, produktif berbasis agribisnis, pariwisata dan pertambangan untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan berdasarkan keunggulan komparatif, berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat.

2.2.3.2. Kebijakan dan Strategi

Kebijakan pengembangan kawasan yang berbasis peternakan, kelautan dan


perikanan, dan pulau pulau kecil dilakukan dengan:
a. Meningkatkan produksi dan produktifitas peternakan, kelautan dan perikanan
melalui intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi usaha peternakan, kelautan
dan perikanan yang ekonomis;
b. Melaksanakan penataan dan penyediaan lahan pengembangan peternakan;
c. Melaksanakan penataan dan pengembangan budidaya perikanan laut, perikanan
darat dan perairan umum;
d. Mengembangkan usaha agribisnis peternakan, kelautan dan perikanan;
e. Mengembangkan pusat penelitian dan pembinaan usaha agribisnis peternakan,
kelautan dan perikanan;
f. Mengembangkan pulau-pulau kecil untuk kegiatan konservasi, pendidikan dan
pelatihan, penelitian dan pengembangan, budidaya laut, pariwisata, usaha
perikanan dan industri perikanan secara lestari, pertanian organik dan atau
peternakan; dan
g. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang produksi dan
pemasaran.

13

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
2.2.3.3. Rencana Struktur Ruang untuk Kawasan Pengembangan Peternakan Terpadu
Lar Limung

Kawasan pengembangan peternakan terpadu LAR Limung termasuk dalam


Wilayah Moyo Utara dan Moyo Hilir yang merupakan Pusat Kegiatan Wilayah Perkotaan
Sumbawa yang diarahkan sebagai agribisnis bagi wilayah bawahannya. Jaringan jalan
yang melaluinya adalah jaringan jalan kolektor primer yaitu jaringan jalan yang melalui
Kota Sumbawa - Kecamatan Moyo Utara - Kecamatan Moyo Hilir, dan jaringan jalan
yang menghubungkan antara Kota Sumbawa - Kecamatan Moyo Hilir

2.2.3.4. Rencana Pola Ruang untuk Kawasan Pengembangan Peternakan Terpadu Lar
Limung

Kawasan Pengembangan Peternakan merupakan Kawasan Budidaya yang dalam


RTRW Kabupaten Sumbawa 2011-2031 memiliki luasan kurang lebih 22.450,54 Ha
dilakukan diarahkan untuk :
a. Pengembangan sentra produksi peternakan atau kawasan ternak unggulan di
Kecamatan Empang, Moyo Utara dan Plampang;
b. Pola pemeliharaan secara intensif dan semi intensif di wilayah sekitar kota dan
kawasan barat Kabupaten Sumbawa; dan
c. Pola pemeliharaan secara ekstensif dan pola kawasan di wilayah timur dan selatan
Kabupaten Sumbawa.

2.2.3.5. Kawasan Strategis untuk Kawasan Pengembangan Peternakan Terpadu Lar


Limung

Kawasan Pengembangan Peternakan Terpadu berdasarkan RTRW Kabupaten


Sumbawa 2011-2031 termasuk dalam wilayah Kawasan Strategis Propinsi dan Kawasan
Strategis Kabupaten yaitu
a. Kawasan Strategis Propinsi yaitu Kawasan Minapolitan Teluk Saleh dan sekitarnya
dari sektor unggulan perikanan, pariwisata, pertanian, peternakan, dan industri; dan
b. Kawasan Strategis Kabupaten yaitu Kawasan Kota Samawa Rea dari sektor
unggulan perdagangan, jasa- jasa dan industri;

14

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
2.2.4. Renstra Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa untuk Kawasan
Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung

Visi Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa adalah “Terwujudnya Peningkatan


Populasi Ternak Berkualitas dalam Memantapkan Sumbawa Kabupaten
Peternakan.”
Visi tersebut mengandung arti bahwa untuk mencapai visi dimaksud, diperlukan
optimisme baru dalam membangun peternakan, sehingga seluruh komponen yang terlibat
didalamnya, saling berinteraksi dan bersinergi guna mempercepat pencapaian kondisi
masyarakat peternakan yang sejahtera, mandiri dan tangguh.
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, maka misi pembangunan sub sektor peternakan
meliputi :
a. Meningkatkan mutu, produksi dan produktivitas ternak, menyediakan pangan asal
hewan yang cukup, melalui pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam serta
penerapan teknologi tepat guna.
b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menumbuhkembangkan agribisnis
peternakan.
c. Mengoptimalkan potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam dalam
pengelolaan serta pengembangan ternak dan hasil ternak menuju masyarakat yang
maju dan tangguh.
d. Penanggulangan penyakit hewan menular.
e. Menyediakan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana pendukung sebagai
peningkatan pelayanan peternakan
f. Menumbuh-kembangkan kawasan peternakan pola Lar berbasis agribisnis
peternakan yang disinergiskan dengan kawasan strategis peternakan
g. Penanggulangan penyakit gangguan reproduksi.

15

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
2.2.5. SK Bupati Sumbawa Nomor 650 Tahun 2009 tentang Penetapan Kawasan
Lar Limung di Dusun Limung Desa Pungkit Kecamatan Moyo Utara sebagai
tempat Pengembalaan Ternak

Berdasarkan SK Bupati Sumbawa nomor 650 tahun 2009, untuk mengoptimalkan


pemanfaatan dan pengembangan Kawasan Lar Limung maka ketentuan-ketentuan yang
harus dipatuhi adalah sebagai berikut:
a. Pemanfaatan Kawasan harus melakukan secara bersama – sama terhadap:
1. Pembentukan kelembagaan (Asosiasi) pengelola dan pemanfaat Kawasan;
2. Pembuatan aturan - aturan internal dalam upaya mempertahankan dan
mengembangkan Kawasan;
3. Membantu dan rnenyiapkan pagar keliling kawasan secara swadaya sebagai batas
kawasan;
4. Membantu program pemerintah berupa penghijauan yang dilaksanakan secara
swadaya dilokasi dan atau sekitar Lar ternak seluas minimal 5 % dari luasan lahan
ktitis didalarn dan diluar kawasan tersebut;
5. Membantu menyiapkan sarana penunjang lainnya secara '' swadaya dalam rangka
pengembangan kawasan oleh pemanfaat dan pengelola kawasan sesuai dengan
kemampuan.
b. Tidak melahukan pengrusakan, pembalakan dan pembakaran terhadap kawasan dan
diluar kawasan tersebut;
c. Lokasi kawasan semata mata dikelola secara bersama dan dimanfaatkan seluas-
luasnya untuk kepentingan masyarakat yang bergabung dalam kelompok (Asosiasi)
Kawasan Lar Limung;
d. Mendukung secara utuh kebijakan dan program pemerintah, baik terkait dan atau tidak
terkait dengan kawasan peternakan tersebut.

2.3. Potensi Ternak Potong Sebagai Komoditas Unggulan

Kabupaten Sumbawa memiliki wilayah yang terluas di NTB (6.643,98 km2)


dengan kepadatan penduduk yang rendah (63 jiwa/km2), sehingga memiliki potensi yang
besar untuk pengembangan ternak potong (sapi, kerbau dan kambing). Secara komparatif,

16

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Kabupaten Sumbawa memiliki popuasi ternak sapi dan kerbau yang paling tinggi di NTB
(Gambar. 2.)

200,000
180,000 Sapi Kerbau Kambing Domba Kuda
160,000
140,000
Populasi (ekor)

120,000
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
-
Lobar Lotim Loteng KSB Sumbawa Dompu Bima

Gambar 2. Grafik Populasi Ternak Herbivora di Provinsi NTB pada Setiap Kabupaten (diolah dari
data Dinas Peternakan NTB, 2010)

Populasi ternak potong tahun 2010 terdiri dari 48% sapi Bali, 21% kerbau, 14%
kambing, 0,7% sapi Hissar dan 0.5% domba. Data tersebut menunjukkan bahwa sapi,
kerbau dan kambing merupakan komoditi ternak potong utama di Kabupaten Sumbawa.
Untuk lebih jelasnya dapat di pada Tabel 2.

Tabel 2. Populasi Ternak di Kabupaten Sumbawa Tahun 2010

Sapi
No. Kecamatan Kuda Sapi Kerbau Kambing Domba Babi
Sbw

1. Lunyuk 1.224 10.223 1.594 1.271 - - 1.046


2. Orong Telu 1.754 2.158 2.026 1.375 - - -
3. Alas 601 1.789 367 1.534 244 - -
4. Alas Barat 920 3.624 1.344 932 244 - -
5. Buer 575 2.034 514 1.211 99 - -
6. Utan 467 9.082 386 4.117 603 16 950
7. Rhee 344 4.709 140 875 45 - 305
8. Batulanteh 1.072 3.810 692 1.798 - - -

17

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Sapi
No. Kecamatan Kuda Sapi Kerbau Kambing Domba Babi
Sbw

9. Sumbawa 262 4.761 173 834 - - -


10 Lab. Badas 338 8.196 492 1.505 - - 3.099
11. Unter Iwes 448 7.497 372 2.839 - - -
12. Moyohilir 3.934 8.467 7.743 1.856 17 267 -
Moyo
13. Utara 887 5.661 2.448 1.164 21 1.333 -
14. Moyohulu 2.195 11.384 6.617 1.617 - 10 -
15. Ropang 2.846 4.175 535 867 - - -
16. Lenangguar 1.291 3.035 2.953 1.052 - 10 -
17. Lantung 1.191 2.328 335 527 26 - -
18. Lape 3.849 3.067 5.214 1.686 - 14 -
19. Lopok 3.235 9.734 3.259 868 8 26 -
20. Plampang 167 10.117 4.374 2.138 - 48 109
21. Labangka 422 4.229 189 431 - 2 123
22. Maronge 6.228 2.020 3.716 600 - 25 -
23. Empang 1.689 2.648 8.240 3.434 - - -
24. Tarano 112 4.446 2.913 2.091 - 48 -
Jumlah 36.051 129.194 56.636 36.622 1.307 1.799 5.632
Sumber : Sumbawa dalam Angka Tahun 2010
Tabel 2 juga menunjukkan bahwa kawasan Lar Limung merupakan kawasan utama
untuk produksi ternak sapi, kerbau dan kambing.
Kabupaten Sumbawa memiliki konsentrasi relatif ternak sapi, kerbau dan kambing
yang menunjukkan bahwa ketiga komoditi tersebut merupakan basis ekonomi masyarakat.
Hal ini ditunjukkan oleh nilai LQ (location quotient) yang lebih besar dari 1.0 (Tabel 3).

Tabel 3. Location Quotient (LQ) Ternak Potong pada Semua Kabupaten/Kota


di Provinsi NTB
Sapi Kerbau Kambing Domba
Kab/Kota
A B A B A B A B

Lobar 1.25 0.55 0.57 0.06 0.81 0.27 0.78 0.02

Lotim 1.06 0.48 0.31 0.03 1.11 0.38 1.68 0.04

Loteng 1.08 1.47 0.79 0.27 1.01 1.03 0.09 0.01

KSB 1.17 2.71 1.48 0.85 0.62 1.08 0.79 0.09

18

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Sapi Kerbau Kambing Domba
Kab/Kota
A B A B A B A B

Sumbawa 1.28 4.75 1.77 1.64 0.42 1.16 0.22 0.04

Dompu 1.07 4.88 0.99 1.13 0.96 3.28 0.05 0.01

Bima 0.58 1.62 0.91 0.64 1.51 3.17 2.34 0.31

Kota Bima 0.82 0.83 0.98 0.25 1.27 0.97 0.59 0.03

Mataram 0.64 0.01 0.08 0.00 1.64 0.02 3.36 0.00

Keterangan: A= LQ berdasarkan rasio ternak tertentu terhadap semua ternak di


kabupaten/kota dibandingkan di NTB, B= rasio ternak tertentu terhadap
total populasi ternak yang dikoreksi dengan jumlah penduduk di
Kabupaten/kota

Berdasarkan kondisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Sumbawa adalah


wilayah yang sangat potensial untuk pengembangan ternak potong, khususnya sapi dan
kerbau.

2.4. Kondisi Kawasan Lar Limung

2.4.1. Kondisi Umum Kawasan Lar Limung

Lar Limung berada pada ketinggian 25-75 m di atas permukaan laut dan berjarak
sekitar 20 km dari kota Sumbawa Besar. Lahan kawasan Lar Limung terdiri dari petak-
petak lahan peternak/pemilik lahan, jalan, fasilitas yang telah dibangun seperti kandang,
gudang tempat penyimpanan pakan, bangunan gasbio, dan sumur dalam serta lokasi
pemukiman penduduk. Gambar 3 memperlihatkan peta kawasan Lar Limung saat ini,
sedangkan Gambar 4 memberikan gambaran tentang topografi kawasan Lar Limung.

19

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Gambar 3. Peta Kawasan Lar Limung Saat Ini

20

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Gambar 4. Peta Topografi Kawasan Lar Limung

21

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
2.4.2. Kondisi Iklim, Tanah dan Air Tanah

2.4.2.1. Kondisi Iklim

Kawasan Lar Limung merupakan lahan kering iklim kering dengan rata-rata curah
hujan sekitar 800 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 82 hari per tahun. Curah hujan
terbanyak terjadi mulai bulan Desember sampai bulan Mei (Gambar 5).

Gambar 5. Grafik Sebaran Curah Hujan di Kawasan Lar Limung


(rata-rata 2006-2009, BPS Kabupaten Sumbawa)

2.4.2.2. Kondisi Tanah dan Air Tanah

Hampir 70% kawasan Lar Limung merupakan lahan kering dengan tekstur tanah
lempung berpasir, pH tanah netral hingga alkalis, kandungan makro nutrient bervariasi.
Menurut Balai Penelitian Tanah (2005), kandungan unsur hara tanah yang dianggap baik
adalah 0,21 – 0,5% N, 11-15 ppm P dan 0.4-0,5 cmol/kg K, dengan pH 6,6-7,5.
Berdasarkan hasil analisis tanah di kawasan Lar Limung, kandungan N jauh dibawah nilai
minimal 2% sedangkan P dan K berada dalam kisaran normal. pH cenderung alkalis
karena tingginya kandungan garam. Hasil lengkap analisis tanah di kawasan Lar Limung
disajikan pada Tabel 4.

22

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Tabel 4. Kondisi Tanah Kawasan Lar Limung (hasil analisis BPTP NTB 2011)
No. Peubah Penjelasan Hasil analisis
1. Tekstur tanah: Lempung berpasir
Tingkat kedalaman: - 0 – 40 cm Lempung berpasir
- 40 – 60 cm Pasir berlempung
- 60 – 80 cm Lempung
- 80 – 100 cm Liat lempung berpasir
2. pH tanah: Sampai kedalaman 100 cm Netral hingga alkalis
Menggunakan air destilasi 7,9±2,3 (netral alkalis)
Menggunakan larutan KCl 7,1±0,4 (netral)
3. pH tanah: Lapisan permukaan dan lapisan Netral hingga alkalis
bawah
Menggunakan air destilasi 7,8±0,5 (netral alkalis)
Menggunakan larutan KCl 7,2±0,7 (netral)
4. Makro nutrient: Bervariasi, lapisan permukaan
kandungan P> lapisan bawah
- N (%) 0,09±0,04
- P (ppm) 11,4±5,9 (P2O5)
- K (cmol/kg) 1,5±0,9
5. Kandungan bahan organik Sangat rendah, dibawah
ambang batas 2%
- C-organik (%) 0,6±0,4
6. Kapasitas Tukar Ion (KTK) Rendah karena kandungan
BO rendah
- KTK (%) 35,7±1,4

Hasil analisis air tanah dari 4 sumur bor dan 2 sumur gali (Tabel 5) menunjukkan
bahwa sebagian besar air tanah memiliki salinitas (kadar garam) tinggi dan cenderung
bersifat basa. Kesadahan (kandungan mineral kalsium dan magnesium dalam bentuk
garam karbonat) air sumur bor rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan air sumur gali.
Dengan kualitas air seperti pada Tabel 5 dan debit air sumur bor yang rendah (3-5 liter per
detik) maka sumber daya air yang tersedia tidak layak digunakan untuk mengairi tanaman,
akan tetapi, sebagian besar air yang tersedia masih layak dan cukup untuk digunakan
sebagai air minum ternak.

23

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Tabel 5. Kondisi Air Tanah
(hasil analisis sampel di BPLH Kabupaten Sumbawa, 2011)
Sumur bor Sumur gali
No Parameter
1 2 3 4
1. Salinitas (g/dL) 0.4 1.9 0.6 0.2 0.0 0.2
2. pH 7.5 7.4 7.4 7.4 8.0 6.8
3. Kesadahan total (mg/L) 88 350 191 115 21 35
4. Debit (L/detik) 3 3 5 3

2.4.3. Ketersediaan Infrastruktur

Kawasan Lar limung telah memiliki berbagai fasilitas pendukung (Tabel 6) akan
tetapi belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini disebabkan oleh:
a. Peternak belum memiliki kapasitas yang memadai untuk memanfaatkan fasilitas
tersedia
b. Pembangunan sarana dan prasarana tidak didasarkan atas analisis kebutuhan yang
akurat dan sesuai dengan kondisi peternak saat ini, atau tidak dilakukan sesuai
dengan tahapan yang tepat
c. Air yang dihasilkan dari sumur bor sebagian besar memiliki salinitas tinggi

Tabel 6. Infrastruktur/fasilitas yang Telah Dibangun menurut Kelompok.


No. Jenis Infrastruktur Jumlah per kelompok Total
I II III IV V VI
1. Bak air minum 5 1 3 6 2 1 18
2. Gudang pakan 1 1
3. Instalasi gas bio 1 1
4. Irigasi tanah dangkal 1 1
5. Kandang jepit 2 1 1 1 1 1 7
6. Kandang komunal 1 1
7. Kebun HMT 4 1 1 1 1 1 9
8. Koda 1 1 1 2 1 1 7
9. Sumur bor 1 1 1 1 3
10. Sumur resapan 3 1 3 1 2 1 11
11. Sumur gali 1 1 2 1 5
12. Cek dam 1 1
13. Padang gembala 2 3 2 3 10
14. Rumah kompos 1 1
15. Lab/Kantor 1
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa (2011)

24

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
2.4.4. Kondisi Usaha Ternak Potong

2.4.4.1. Populasi Ternak, Struktur Populasi, dan Pemilikan Ternak

Populasi ternak herbivora di kawasan Lar Limung (berdasarkan kecamatan dan


desa) tercantum dalam Tabel 7.

Tabel 7. Populasi Ternak Herbivora di Kawasan Lar Limung


Jenis Ternak
Kecamatan / Desa
Sapi Sapi Hissar Kerbau Kuda Kambing
Moyo Utara 5405 1194 2402 887 1164
Moyo Hilir 9658 267 7612 3934 1856
Jumlah ditingkat 15.063 1.461 10.014 4.821 3.020
kecamatan
Pungkit 1233 66 433 191 301
Batu Bangka 882 71 1396 923 305
Jumlah ditingkat desa 2.115 137 1.829 1.114 606
Sumber: Kecamatan Moyo Utara dan Moyo Hilir Dalam Angka, 2009 dan 2010

2.4.4.2. Struktur Populasi Ternak

Struktur populasi ternak di kawasan Lar Limung


1200

1000
Dewasa Muda Pedet
Popuasi (ekor)

800

600

400

200

0
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
Sapi Bali Sapi Hisar Kerbau Kuda

Gambar 6. Grafik Struktur Populasi Ternak Menurut Jenisnya.


Sumber: Diolah dari data KUPT Moyo Hilir (2010).

25

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Gambar 6 menunjukkan bahwa:
a. Jenis ternak dengan populasi terbanyak dipelihara oleh peternak adalah sapi Bali
yang diikuti oleh kerbau, kuda, dan sapi Hisar.
b. Rasio pejantan-induk pada semua jenis ternak tergolong tidak efisien.
c. Angka panen pedet (calf crop) diperkirakan sebesar 79 % untuk sapi Bali, 64%
untuk sapi Hisar, 84% untuk kerbau, dan 67% untuk ternak kuda.
Hasil wawancara dengan 32 orang peternak di kawasan Lar Limung menunjukkan
bahwa struktur populasi ternak di kawasan Limung sesuai dengan data KUPT Moyo Hilir
(Gambar 6). Sapi Bali mewakili 72% total ternak yang ada di kawasan Limung, diikuti
oleh kerbau (17%), kuda 8,3% dan sapi Hissar 2,7%. Semua responden (32 orang)
memiliki sapi Bali, sedangkan sapi Hisar hanya dimilki oleh 3 (tiga) responden, ternak
kerbau dimiliki oleh 10 responden, dan ternak kuda oleh 11 responden. Data dapat
memberi petunjuk, bahwa sapi Bali dapat diperkirakan dimiliki oleh semua peternak di
kawasan Lar Limung, sementara sapi Hisar, kerbau, dan kuda masing-masing secara
berturut-turut dimilki oleh sekitar 9%, 31%, dan 34% peternak di kawasan Lar Limung.

2.4.5. Kondisi Peternak dan Pola Pemeliharaan Ternak

2.4.5.1. Kondisi Peternak

Kriteria kondisi peternak yang dianggap penting karena terkait dengan potensi
kerja dan kerjasama sesama peternak terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Potensi Kerja dan Kerjasama Sesama Peternak


Parameter Hasil Analisis
Umur (thn) 36,3±10,56
Pekerjaan utama saat ini (%) a.Petani ternak 93,8
b.Tidak ada jawaban 6,2
Pekerjaan sebelumnya (%) a.Petani ternak 50,0
b.Swasta 6,2
c.Buruh tani 3,1
d.Nelayan 34,4
e.Tidak ada jawaban 6,2

26

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Parameter Hasil Analisis

Partisipasi dan inisiatif masyarakat a.Sangat baik 37,5


dalam mengatasi dan b.Baik 53,1
menyelesaikan masalah (%) c.Sedang 9,4
Lembaga yang turut membantu a.Tokoh masyarakat 3,1
mengatasi dan memecahkan b.Kelompok ternak 9,4
masalah c.Lembaga formal (Kadus) 53,1
d.Gapoktan 12,5
e.Semua lembaga 3,1
f.Tidak ada jawaban 18,7

Dari data Tabel 8 nampak bahwa peternak/pemilik lahan yang berdomisili di KPT
Lar Limung dari sudut:
a. Umur tergolong pada kelompok orang yang sangat produktif dan mempunyai nilai
juang dan keinginan yang tinggi. Hal ini merupakan potensi yang harus
diberdayakan agar nilai juang mereka dapat ditampilkan seoptimal mungkin demi
tercapainya cita-cita hidup kedepan yang lebih baik.
b. Jenis pekerjaan utama, terlihat telah terjadi pergeseran yang cukup signifikan. Saat
ini, sekitar 94% masyarakat menjadikan bertani ternak sebagai pekerjaan utama,
yang sebelumnya pekerjaan sebagai petani ternak sekitar 50%. Dengan demikian
terdapat peningkatan sekitar 43% masyarakat yang kini mengalihkan jenis
pekerjaan utamanya menjadi petani ternak, diduga belum mempunyai pengalaman
yang cukup dibidang peternakan.
c. Sikap kebersamaan dan kerjasama, ternyata sangat baik. Hal ini terlihat dari cara
mengatasi masalah dan tingkat partisipasi masyarakat dalam mengatasi dan
memecahkan masalah. Kerjasama terjadi antara masyarakat dengan masyarakat dan
masyarakat dengan tokoh masyarakat dan lembaga kemasyarakatan yang ada.
Lembaga kemasyarakatan yang dominan turut membantu mengatasi dan atau
memecahkan masalah yang terjadi adalah lembaga formal yakni Kepala Dusun
(65%). Ini membuktikan, bahwa seorang Kepala Dusun mempunyai tanggung
jawab yang tinggi terhadap keamanan dan kerukunan warganya. Partisipasi dan

27

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
inisiatif masyarakat dalam mengatasi dan memecahkan masalah ternyata sudah
baik.
Yang dirasakan masih perlu mendapat kajian adalah peran Kepala Dusun, apakah
peran yang signifikan ini terjadi untuk kalangan internal (masalah dalam dusun)
atau untuk kalangan eksternal (masalah dengan dusun lain). Seyogyanya, peran
Kepala Dusun dalam mengatasi dan memecahkan masalah internal berlaku sebagai
fasilitator/mediator, penyelesaian masalah dilakukan secara kekeluargaan oleh
kelompoknya masing-masing.

2.4.5.2. Pola Pemeliharaan Ternak

Hal-hal yang berhubungan dengan pola pemeliharaan ternak yang dilakukan oleh
peternak di KPT Lar Limung dapat dilihat dari Tabel 9 yang memberikan gambaran
bahwa:
a. Tujuan pemeliharaan ternak adalah untuk pengembangbiakan (87,5%). Tujuan ini
dapat dinyatakan sesuai dan benar jika dikaitkan dengan data pada Tabel 8, yakni
angka kelahiran kasar dari jumlah induk untuk sapi Bali sekitar 87% dari jumlah
induk, artinya induk sapi Bali beranak setiap 14 bulan sedangkan ternak kuda
sekitar 71% dari jumlah induk, artinya kuda beranak setiap 17 bulan. Untuk sapi
Bali, angka kelahiran ini lebih tinggi dibanding angka kelahiran sapi Bali di NTB
yang besarnya 72,6% (Arman, dkk., 2006).
b. Cara pemeliharaan ternak masih termasuk dalam cara dilepas, walaupun pada saat
atau kondisi tertentu “dikandangkan”. Berdasarkan jawaban peternak, maksud
ternak dikandangkan antara lain adalah untuk keamanan, menghindari cuaca yang
terlalu panas, dan/atau agar ternak tidak mengganggu/merusak tanaman pangan
yang ditanam. Yang menarik dari cara pemeliharaan ini adalah tempat ternak
dilepas yang ternyata tempatnya didominasi pada lahan sendiri (78,1%). Ini dapat
dijadikan indikator bahwa mayoritas peternak bersedia memelihara ternak secara
intensif dengan alasan yang dominan adalah agar ternak mudah dikontrol dan untuk
meningkatkan kualitas ternak.
Terdapat sekitar 6,25% peternak yang menyatakan tidak bersedia memelihara
ternak secara intensif dengan alasan masing-masing adalah lahan yang sempit dan
susah cari pakan sehingga dirasakan perlu untuk diperhatikan.

28

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
c. Asal-usul ternak didominasi dari bantuan/kadasan pemerintah. Dilihat dari jawaban
peternak, dapat diperkirakan sekitar 87,5% ternak (sapi Bali) berasal dari bantuan
pemerintah yang merupakan petunjuk adanya keseriusan pemerintah untuk
perbaikan perekonomian peternak.
Ketersediaan air dan pakan merupakan masalah utama yang dirasakan peternak,
selain itu, juga penyakit.

Tabel 9. Pola Pemeliharaan Ternak

Parameter Persen

Cara Pemeliharaan a.Pagi-sore lepas, malam dikandang 46,9


b.Malam dilepas, pagi-sore dikandang 25,0
c.Dilepas terus menerus 21,9
d.Dikandangkan saat musim tanam 3,1
e.Tidak ada jawaban 3,1
Tempat melepas a.Di lahan sendiri 78,1
b.Di Lahan orang lain 9,4
c.Tidak ada jawaban 12,5
Tujuan pemeliharaan a.Perkembangbiakan 87,5
b.Tabungan 3,1
c.Kombinasi ab 9,3
a.Ya 78,1
Bersedia intensif b.Tidak 6,2
c.Tidak ada jawaban 15,6
Asal usul ternak a.Beli 9,4
b.Ladasan pemerintah 43,7
c.Kadasan teman
d.Warisan 3,1
e.Kombinasi abc 12,5
f.Kombinasi ab 31,2

2.4.6. Produktivitas Ternak

Data Tabel 10, memperlihatkan peubah-peubah yang terkait dengan performan


reproduksi ternak yang memberikan gambaran, bahwa:
a. Peternak mengetahui cara-cara untuk meningkatkan angka kelahiran, diantaranya
adalah dengan cara perbaikan mutu dan jumlah pakan yang diberikan kepada
ternaknya serta pengaturan perkawinan ternak.

29

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
b. Kelahiran ternak terjadi sepanjang tahun dengan puncak kelahiran terjadi pada
bulan Mei dan terrendah pada bulan September sementara puncak kematian terjadi
pada bulan September dan Oktober. Sudrana, dkk., (1998) melaporkan, puncak
kelahiran sapi Bali di P3Bali dan P3B Dompu terjadi pada bulan Juli sementara
terrendah pada bulan Januari. Bulan terjadinya kelahiran, kelahiran terbanyak,
kelahiran terrendah, dan kematian ternak, digambarkan pada Gambar 7.

Tabel 10. Parameter Terkait Produktivitas Ternak.


Parameter Persen
Penyebab kematian (%) a.Cuaca yang panas 3,1
b.Sakit 37,5
c.Kurang perhatian peternak 9,4
d.Kurang pakan dan air 25,0
e.Kombinasi b dan d 3,1
f.Kombinasi a dan d 6,2
g.Tidak ada jawaban 15,6
Cara meningkatkan kelahiran a.Penuhi kebutuhan gizi 18,7
b.Atur perkawinan 21,9
c.Penyediaan pejantan unggul 6,2
d.IB 9,4
e.Pemeliharaan intensif 3,1
f.Sistem pemeliharaan diperbaiki 3,1
g.Tidak ada jawaban 31,2
Ternak betina beranak a.24 bln 9,4
pertama b.30 bln 3,1
c.36 bln 75,0
d.42 bln 3,1
e.48 bln 3,1
f.Tidak ada jawaban
Ternak kawin pertama a.18 bln 9,4
b.24 bln 25,0
c.30 bln 43,7
d.36 bln 12,5
e.Tidak ada jawaban 9,4
Gejala penyakit dominan a.Mata berair/ cacingan 43,8
50,0
d. Ngorok / SE
6,2
e. Anthrax

30

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Penyebab kematian nampaknya berhubungan dengan manajemen ternak. Peternak
juga mengetahui cara-cara untuk mengurangi bahkan mencegah kematian ternak.
Cara-cara yang diketahui juga berkaitan dengan manajemen ternak baik yang
berhubungan dengan aspek pakan, perkawinan, dan cara pemeliharaan. Aspek
pakan melalui pemberian pakan yang cukup baik jumlah maupun kualitasnya.
Aspek perkawinan dengan cara pengaturan saat kawin, sementara dari aspek
manajemen dengan cara pemeliharaan kearah intensif.
c. Tentang ternak kawin pertama kali, untuk sapi Bali, terdapat sekitar 9,3% peternak
menyatakan terjadi pada umur 18 bulan sementara sekitar 81,2% menyatakan di
atas 18 bulan. Jawaban peternak mungkin agak kacau karena pertanyaan tidak
focus pada sapi Bali, namun jika peternak menjawab dengan pikiran pertanyaan ini
untuk sapi Bali, maka jawaban peternak ini harus ditelusuri agar dapat diketahui
cara penanggulangannya. Diduga penyebabnya terkait dengan kondisi iklim dan
sumber air yang berdampak terhadap ketersediaan pakan. Akibat dari terlambatnya
kawin pertama terlihat dari terlambatnya ternak betina beranak pertama. Sekitar
81,25% peternak menyatakan ternak beranak pertama pada umur 36 bulan ke atas.
d. Macam penyakit yang sering menyerang ternak perlu mendapat perhatian oleh
pihak terkait. Jenis penyakit tersebut adalah penyakit SE dan Anthrax.

25

20

15 LAHIR
MATI

10 B.LAHIR
R.LAHIR

0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

Gambar 7. Grafik Bulan Kelahiran dan Kematian Ternak

31

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
2.4.7. Kondisi Penduduk

Pertambahan jumlah penduduk dan kepadatannya empat tahun terakhir pada


tingkat desa dan kecamatan terkait terdapat pada Tabel 11. Nampak Desa Batu Bangka
lebih padat hampir 2 (dua) kali dibanding Desa Pungkit, namun pertambahan jumlah
penduduknya pertahun yang sekitar 0,75% ternyata lebih rendah dibanding desa Pungkit
yang pertambahannya pertahun sekitar 1,07% . Adapun rata-rata jumlah anggota pada
setiap rumah tangga (ART) adalah empat orang yang memberi arti bahwa setiap keluarga
mempunyai anak dua orang yang dapat merupakan gambaran ketersediaan tenaga kerja
dan keberhasilan program KB. Pertambahan jumlah penduduk, untuk jangka waktu yang
lama, akan berdampak terhadap penggunaan lahan.

Tabel 11. Jumlah Penduduk dan Kepadatannya Tahun 2006 – 2009


Tahun
Wilayah Kependudukan
2006 2007 2008 2009
Jumlah penduduk 21.131 21.674 22.027
Kecamatan Moyo
(jiwa)
Hilir
Kepadatan (jiwa/km2) 113 116 118
Jumlah penduduk 2.256 2.314 2.324
Desa Batu Bangka (jiwa)
Kepadatan (jiwa/km2) 134 138 138

Jumlah penduduk 9.034 9.110 9.266 9.417


Kecamatan Moyo
(jiwa)
Utara
Kepadatan (jiwa/km2) 99 100 102 104
Jumlah penduduk 1.358 1.370 1.393 1.416
Desa Pungkit (jiwa)
Kepadatan (jiwa/km2) 75 76 77 78
Sumber: Kecamatan Moyohilir dan Moyo Utara Dalam Angka, 2006, 2007/2008, 2009, dan 2010.
BPS Kabupaten Sumbawa.

2.4.8. Pendapat Peternak tentang Program KPT Lar Limung

Informasi yang tercantum pada Tabel 12 memberikan gambaran tentang harapan


dan masalah yang terkait dengan program pengembangan kawasan Lar Limung yang
berguna dalam menyusun program/kegiatan pengembangan kawasan.
Alasan masyarakat yang setuju (sekitar 63%) dengan program pemerintah daerah
menjadikan Lar Limung sebagai kawasan peternakan terpadu merupakan cermin dari
harapan masyarakat, yakni program pemerintah daerah ini akan dapat meningkatkan
32

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
kesejahteraan masyarakat. Harapan lainnya yang diungkapkan walaupun oleh sebagian
kecil masyarakat dalam bentuk syarat adalah, pemerintah daerah harus serius dan aturan-
aturan yang akan diterapkan tidak merugikan masyarakat waktu pelaksanaannya.

Tabel 12. Pendapat Peternak dan Syarat yang Diajukan tentang KPT Lar Limung.
Parameter Jumlah Hasil
responden analisis (%)
Alasan setuju a.Rencana bagus karena dapat 20 62,5
program meningkatkan kesejahteraan
b.Ingin lebih maju sebagai 1 3,1
peternak
c.Dapat binaan 1 3,1
d.Lahan dapat lebih bermanfaat 5 15,6
e.Tanpa alas an dan syarat 2 6,2
f.Tidak ada jawaban 3 9,4
Syarat yang diajukan a.Libatkan semua kelompok 2 6,2
b.Hilangkan keraguan masyarakat 1 3,1
c.Pemerintah tunjukkan 2 6,2
keseriusannya
d.Ada dulu sertifikat dan SPPT 1 3,1
e.Sesuai ekspose 1 3,1
f.Transparansi dan terarah 1 3,1
g.Tidak ada jawaban 24 75,0
Syarat jika ada aturan a.Tidak merugikan dan 8 25,0
menimbulkan masalah
b.Sertifikat dan SPPT ada 2 6,2
c.Kembalikan surat pernyataan 1 3,1
d.Perbanyak sosialisasi 2 6,2
e.Pemerintah lebih serius beri 1 3,1
bimbingan, bantuan, dan turun
ke lapangan
f.Tidak ada jawaban 18 56,3

2.4.9. Pendapat Masyarakat tentang Kondisi Lar Limung

Melalui focus group discussion (FGD) diperoleh beberapa informasi yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan program serta kegiatan yang akan
dilakukan untuk membangun kawasan Lar Limung. Informasi yang diperoleh adalah :
a. Banyak biaya untuk membangun fasilitas tapi belum dimanfaatkan secara optimal
b. Ternak kurus (musim kemarau skor kondisi rata-rata 2 dari skala 1-5)
c. Pakan tidak cukup terutama musim kemarau akibat:
1. Rumput unggul yg ditanam mati pada musim kemarau

33

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
2. Ternak lebih memilih rumput alam yang kering daripada rumput unggul yang
kering
3. Tidak ada tempat penyimpanan pakan untuk persediaan musim kemarau

d. Kesulitan mendapatkan air minum sapi karena:


1. Air dari sumur bor sebagian besar asin yang diduga penyebabnya karena
galiannya terlalu dalam.
2. Terdapat beberapa sumur dangkal dan satu sumur dalam / bor yang airnya tidak
asin dan masih ada airnya pada musim kemarau namun jumlahnya terbatas dan
belum dapat didistribusikan ke semua kelompok peternak / kandang komunal
3. Cek dam kering di musim kemarau
e. Kekurangan air untuk menanam pakan ternak. Tanaman mati kalau disiram dengan
air dari sumur bor.
f. Kematian ternak (terutama anak sapi) tinggi. Angka kematian pedet diungkapkan
melebihi 30%. Kematian terjadi pada musim kemarau, yakni setelah bulan Juni
yang jumlah lebih dari 50%. Resiko kematian pedet lebih besar jika dilahirkan pada
musim kemarau disbanding jika pedet lahir pada musim hujan.
1. kematian anak sapi >30%
2. >50% anak sapi lahir musim kemarau (setelah Juni), resiko kematian lebih besar
daripada yang lahir musim hujan
g. Pertumbuhan ternak lambat (jantan butuh sekitar 4 tahun untuk mencapai berat
250-300 kg)
h. Masih menggunakan pejantan dari keturunan sendiri meskipun ada pejantan dari
Dinas Peternakan (tidak ada seleksi dan pengaturan penggunaan pejantan)
i. Harga sapi potong turun (tidak banyak yang membeli sapi)
j. Kelembagaan peternak belum efektif baru kelompok IV yang melakukan
pertemuan rutin. Pengaturan hak dan kewajiban anggota yang tercantum dalam
awiq-awiq belum dilaksanakan (meskiput telah difasilitasi oleh petugas)
k. Kekompakan kelompok masih rendah (terutama di luar kelompok IV). Masalah
utama adalah masih ragu dengan komitmen Pemda untuk memusnahkan surat
pernyataan penyerahan hak dan masih khawatir dengan status kepemilikan lahan
(banyak yang belum terima SPPT)

34

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Berdasarkan hasil analisis wawancara mendalam, FGD telaah hasil kajian maka
dapat disimpulkan bahwa:
a. Status lahan Lar Limung adalah tanah milik masyarakat sehingga pengembangan
harus berbasis lahan petani. Sebagian pemilik lahan belum memiliki sertifikat
sehingga status kepemilikan lahan harus segera diselesaikan
b. Fasilitas yang ada belum dapat dimanfaatkan secara efektif.
c. Kelembagaan peternak belum berfungsi secara efektif
d. Kekurangan air untuk minum ternak dan menanam pakan ternak (tanaman mati
kalau disiram dengan air dari sumur bor)
e. Kematian ternak (terutama anak sapi) tinggi. Kematian anak sapi diatas 30%. Lebih
dari 50% anak sapi lahir pada musim kemarau (setelah Juni) sehingga resiko
kematian lebih besar dari pada yang lahir musim hujan. Angka kematian ini dapat
ditekan menjadi 10% atau lebih rendah melalui perbaikan manajemen beternak
secara menyeluruh (pakan, pemeliharaan, perkawinan, dan kesehatan).
f. Pertumbuhan ternak lambat (jantan butuh sekitar 4 tahun untuk mencapai berat
250-300 kg). Dengan perbaikan pakan dan manajemen, berat 250-300 kg dapat
dicapai pada umur sekitar 2 tahun.
g. Diperlukan kajian lebih lanjut untuk meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan
suplai dan kualitas air, memilih komoditas tanaman pangan dan tanaman pakan
yang sesuai dilokasi yang berbeda dan strategi untuk meningkatkan efisiensi
reproduksi dan mempercepat pertumbuhan ternak.
h. Penggunaan pejantan yang berasal dari keturunan sendiri merupakan hal yang
positif dan diharapkan untuk dilakukan oleh peternak dalam kegiatan seleksi,
asalkan pejantan yang digunakan telah melalui proses seleksi yang benar dan
dalam penggunaannya, pejantan terseleksi harus diatur sedemikian rupa sehingga
peluang terjadi silang dalam (inbreeding) dapat dihindari atau terjadi seminimal
mungkin. Dampak dari inbreeding adalah menurunkan ptoduktivitas ternak.

35

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
BAB III ISU STRATEGIS, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN PETERNAKAN TERPADU DI KAWASAN
LAR LIMUNG
3.1. Isu strategis

Dari hasil analisis dan refleksi kondisi peternakan di Kabupaten Sumbawa dan
kawasan Lar Limung maka dapat dirumuskan beberapa isu strategis yang harus ditangani:
a. Daya tampung Lar semakin terbatas
b. Produktivitas ternak lebih rendah dari potensi genetiknya
c. Ketersediaan dan kualitas pakan tidak memadai terutama pada musim kemarau
d. Ketersediaan dan kualitas air minum ternak tidak memadai
e. Lemahnya kinerja kelambagaan peternak (pengadaan input, adopsi teknologi dan
pemasaran hasil)
f. Program lintas instansi terkait belum terpadu dan sinergis untuk mendukung sistim
produksi ternak terpadu
g. Sarana dan prasarana pendukung belum memadai dan belum berfungsi secara
efektif
h. Peternak belum mendapatkan akses terhadap hasil-hasil penelitian yang dapat
diterapkan dikawasan Lar Limung

3.2. Visi, Misi dan Arah Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung

Dengan mempertimbangkan kebijakan pembangunan peternakan Kabupaten


Sumbawa dan analisis situasi kawasan Lar Limung maka ditetapkan Visi, Misi dan Arah
pengembangan Kawasan Peternakan Terpadu Lar Limung sebagai berikut:

3.2.1. Visi :

Lar Limung sebagai Model Kawasan Pengembangan Ternak Potong Terpadu


yang Berorientasi Agrobisnis dan Agrowisata.

36

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
3.2.2. Misi:

a. Meningkatkan kapasitas peternak untuk menerapkan teknologi dalam rangka


meningkatkan produktivitas ternak
b. Mewujudkan usaha peternakan yang berorientasi agrobisnis
c. Mendorong terwujudnya Kawasan Limung sebagai Kawasan Agrowisata

3.2.3. Arah Pengembangan Peternakan Terpadu

a. Memfasilitasi proses transisi dari sistim pemeliharaan ekstensif (sistim lepas bebas)
ke sistim intensif) dengan menanam pakan dan memelihara ternak di lahan sendiri
b. Fokus pada usaha penyediaan ternak bibit dan bakalan yang berkualitas tinggi
c. Menjadikan usaha peternakan sebagai sumber penghasilan utama.
Gambar 8 memperlihatkan peta rencana pengembangan KPT Lar Limung.

37

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Gambar 8. Peta Rencana Pengembangan KPT Lar Limung

38

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
3.3. Kebijakan Pengembangan Peternakan Terpadu

Berdasarkan Visi, Misi dan Arah Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung,
maka ditetapkan Kebijakan Peternakan Terpadu Lar Limung sebagai berikut:
a. Peningkatan produktivitas lahan kering melalui pengembangan tanaman pakan dan
pangan atau rumput yang dapat dijadikan sebagai sumber penyediaan pakan
dengan pola integrasi tanaman pakan legum pohon dan tanaman pangan, legume
pohon dan rumput, atau pengembangan pasture legum pohon dan rumput untuk
penggembalaan terbatas
b. Peningkatan produktivitas ternak sesuai dengan potensi genetiknnya
c. Peningkatan produksi pakan dengan sistim integrasi tanaman pakan, pangan,
perkebunan dan kehutanan
d. Optimalisasi pemanfaatan air yang tersedia untuk keperluan air minum ternak dan
keperluan air bersih rumah tangga
e. Penguatan fungsi kelembagaan peternak dalam meningkatkan produktivitas lahan,
tanaman pangan, ternak dan pendapatan masyarakat
f. Peningkatan keterpaduan dan sinergitas program instansi terkait untuk mendukung
program peternakan terpadu Lar Limung
g. Peningkatan sarana dan prasarana secara bertahap sesuai dengan kebutuhan

3.4. Strategi Pengembangan Peternakan Terpadu

a. Pengembangan Lar sebagai kawasan produksi ternak terpadu


b. Mengatur sistim perkawinan, penyapihan, pemberian pakan strategis, pemilihan
dan penggunaan pejantan, dan meningkatkan derajat kesehatan ternak
c. Pengembangan sistim produksi pakan terpadu
d. Menambah jumlah sumber air dan mengurangi kadar garam air yang tersedia
e. Revitalisasi kelembagaan dan peningkatan kapasitas SDM
f. Melibatkan semua instansi terkait mulai dari perencanaan, implementasi, dan
monitoring dan evaluasi (monev)
g. Optimalisasi pemanfaatan sarana yang sudah ada dan penambahan sarana lain
sesuai dengan prioritas

39

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
h. Melakukan penilitian dan pengkajian lebih lanjut bersama petani peternak untuk
meningkatkan kesuburan tanah, meningkatan suplai dan kualitas air, meningkatkan
produktivitas tanaman pakan dan pangan dan strategi meningkatkan produktivitas
ternak dan mutu hasil ternak.

40

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
BAB IV PROGRAM DAN RENCANA AKSI PENGEMBANGAN
PETERNAKAN TERPADU DI KAWASAN LAR LIMUNG
4.1. Program Pengembangan Peternakan Terpadu

4.1.1. Peningkatan Kelembagaan Kelompok Peternak

Kelembagaan merupakan salah satu faktor penting dalam rekayasa sosio- budaya
pedesaan, yakni sebagai pengatur hubungan antar individu melalui interaksi dan relasi
sosial dalam penguasaan dan pemanfaatan faktor produksi. Karena itu, kelembagaan
(sosial) seperti kelompok peternak dipandang sebagai salah satu “syarat kecukupan”
(sufficient condition) dalam pembangunan peternakan di samping sumberdaya alam
(SDA), sumberdaya manusia (SDM) dan teknologi.
Transformasi kelembagaan kelompok, khususnya kelompok peternak yang sedang
berjalan saat ini tidak mengarah pada tujuan pembangunan peternakan yang seharusnya
dicapai yakni petani/peternak yang sejahtera dalam kehidupannya. Hal yang sama juga
terjadi pada kelompok petani/peternak yang ada dikawasan Lar Limung. Oleh karena itu,
untuk mewujudkan Lar Limung sebagai kawasan pengembangan peternakan terpadu di
Kabupaten Sumbawa maka diperlukan adanya peningkatan kapasitas kelembagaan
kelompok peternak dan kapasitas peternaknya.

4.1.1.1. Peningkatan Kapasitas Kelompok

Kelompok tani/ternak pada dasarnya adalah organisasi non formal di perdesaan


yang ditumbuh kembangkan “dari, oleh dan untuk petani /peternak“. Kelompok tersebut
memiliki karakteristik sebagai berikut: (a). Saling mengenal, akrab dan saling percaya
diantara sesama anggota, (b). Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam
berusaha tani, (c). Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan
usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi. (d).
Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan
bersama.
Bila kelembagaan kelompok tani/ternak kuat dan mandiri, maka akan dapat
berfungsi sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi.

41

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Sebagai Kelas Belajar, kelompok tani/ternak merupakan wadah belajar mengajar
bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta
tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani/ternak sehingga
produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih
sejahtera.
Sebagai Wahana Kerjasama, kelompok tani/ternak merupakan tempat untuk
memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani/ternak dan antar
kelompok tani/ternak serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha
tani/ternaknya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan.
Terakhir, sebagai Unit Produksi, usaha tani/ternak yang dilaksanakan oleh masing
masing anggota kelompok tani/ternak, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu
kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang
dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
Untuk dapat berfungsinya kelompok sebagaimana tersebut di atas maka diperlukan
peningkatan kapasitas kelompok yang diarahkan pada: (a) peningkatan kemampuan
kelompok tani/ternak dalam melaksanakan fungsinya, (b) peningkatan kemampuan para
anggota dalam mengembangkan agribisnis, (c) penguatan kelompok tani/ternak menjadi
organisasi petani yang kuat dan mandiri .
Kondisi kelompok petani/peternak yang demikian dicirikan antara lain :
a. Adanya pertemuan/rapat anggota/pengurus yang diselenggarakan secara berkala
dan berkesinambungan;
b. Disusunannya rencana kerja kelompok secara bersama dan dilaksanakan oleh para
pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan,
dilakukan evaluasi secara partisipasi;
c. Memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama;
d. Memiliki pencatatan/pengadministrasian organisasi yang rapi;
e. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir;
f. Memfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar;
g. Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para petani
umumnya dan anggota kelompok tani khususnya;
h. Adanya jalinan kerja sama antara kelompok tani dengan pihak lain;

42

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
i. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil
usaha/kegiatan kelompok.
Dalam rangka mewujudkan fungsi dan peran kelompok tersebut diperlukan adanya
berbagai pelatihan antara lain:
a. Pelatihan penyusunan program,
b. Pelatihan penyusunan dan penetapan aturan main (awig-awig),
c. Pelatihan manajemen kelompok,
d. Pelatihan kewirausahaan, dan
e. Pelatihan tentang pemasaran ternak dan produknya.
Melalui pelatihan penyusunan program, kelompok peternak diharapkan dapat
menyusun rencana kerja kelompok secara bersama dan dilaksanakan oleh para pelaksana
sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan, dilakukan evaluasi
secara partisipasi; adanya pertemuan/rapat anggota/pengurus yang diselenggarakan
secara berkala dan berkesinambungan.???
Dengan pelatihan penyusunan dan penetapan aturan main (awig-awig), kelompok
diharapkan dapat memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama. Norma dan
aturan ini akan menjadi landasan dalam setiap melakukan aktifitas kelompok baik dalam
internal organisasi maupun dengan pihak luar ketika melakukan kerjasama.
Melalui pelatihan manajemen, kelompok diharapkan akan dapat menjalin kerja
sama antara kelompok tani dengan pihak lain, pemupukan modal usaha baik iuran dari
anggota atau penyisihan hasil usaha/kegiatan kelompok serta dapat sebagai sumber serta
pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para petani umumnya dan anggota
kelompok tani khususnya, serta pencatatan/ pengadministrasian organisasi yang rapi.
Melalui pelatihan kewirausahaan, diharapkan akan dapat melahirkan kelompok
yang mampu (a) Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir;
(b) Memfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar;

4.1.1.2. Peningkatan Kapasitas Peternak

Disamping upaya peningkatan kapasitas kelompok, maka peningkatan kapasitas


petani/peternak merupakan hal yang harus mendapat perhatian. Peningkatan kapasitas
peternak terutama ditujukan agar peternak mampu memahami dan melaksanakan cara
pemeliharaan ternak secara profesional, efektif dan efisien sehingga prinsip ”3S” (satu

43

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
anak, satu induk, satu tahun) yang telah berhasil dikembangkan di Kabupaten Lombok
Tengah dapat direalisasikan.
Untuk mewujudkan hal tersebut maka peternak harus mendapat pelatihan teknis
secara tematis seperti pelatihan manajemen pemeliharaan, manajemen pakan, reproduksi
dan kesehatan hewan. Melaui pelatihan manajemen pemeliharaan diharapkan peternak
dapat memelihara ternaknya secara lebih baik dan lebih menguntungkan.
Salah satu cara yang murah, cepat dan efektif dalam upaya meningkatkan kapasitas
peternak, selain pelatihan adalah dengan melakukan kunjungan peternak ke kelompok
peternak yang lebih maju. Melalui proses belajar seperti ini telah dapat memberikan
dampak yang sangat signifikan baik dari sisi tumbuh kembangnya motivasi untuk dapat
beternak lebih baik maupun dari sisi pengalaman dalam memelihara ternaknnya. Hal ini
telah menjadi salah satu model pembelajaran yang efektif yang sering dilakukan dalam
project ACIAR di Kabupaten Lombok Tengah.

4.1.2. Pengembangan Sistim Penyediaan Air Bersih

Penyediaan air bersih di kawasam Lar Limung, lebih diarahkan untuk ketersediaan
air minum ternak. Keterbatasan sumber air minum di kawasan Lar Limung, merupakan
masalah utama yang dihadapi dalam program pengembangan peternakan terpadu.
Optimalisasi pemanfaatan sumber air bersih yang ada, hendaknya diarahkan untuk dapat
memenuhi kebutuhan air minum ternak diseluruh wilayah kawasan Lar Limung. Untuk itu
diperlukan suatu sistem penyimpanan dengan menaikkan dan menampung air tersebut
kedalam tower air / reservoir (bak penampung) yang ditempatkan pada ketinggian tertentu
untuk memudahkan pendistribusiannya. Ukuran reservoir tersebut diupayakan agar
mampu menampung air untuk memenuhi kebutuhan air minum semua ternak yang ada di
kawasan Lar Limung (setara dengan 4000-5000 ekor sapi dewasa).

4.1.2.1. Pembuatan reservoir (tower)

Sumber air yang berpeluang dimanfaatkan untuk keperluan minum ternak dan
kebutuhan air bersih peternak adalah sumur bor/dalam yang telah ada. Agar air dari sumur
bor dapat dialirkan ke seluruh lahan kelompok maka air harus ditampung terlebih dahulu
dalam suatu bak penampung yang berada pada ketinggian tertentu (reservoir). Volume
reservoir sekitar 20 m3.
44

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
4.1.2.2. Pembuatan saluran / pipa distribusi air

Agar pendistribusian air minum ternak lebih efektif dan dapat menjangkau
keseluruh kelompok peternak di kawasan Lar Limung, diperlukan jaringan distribusi
dengan sistem pipanisasi. Sistem pipa ini dimaksudkan untuk mencegah pemborosan air
karena kebocoran saluran distribusi.

4.1.2.3. Kelembagaan dan manajemen pemakaian air

Agar fasilitas sumber air bersih yang dibangun dapat dimanfaatkan secara efektif
dan efisien serta terawat dalam jangka panjang, maka perlu ada wadah kelembagaan yang
khusus mengatur, memantau dan mengawasi makanisme pemanfaatan sumber air
tersebut. Seyogyanya keberadaan wadah itu sekaligus rambu-rambu ( “awiq-awiq”)
pengelolaannya, dibuat dan disepakati oleh masyarakat peternak di kawasan Lar Limung.
Dalam hal ini peran dinas instansi / pemerintah terkait, lebih banyak sebagai fasilitator.

4.1.2.4. Memperbanyak sumur dangkal / sumur gali (air tawar)

Dari hasil wawancara dengan peternak setempat, diketahui terdapat satu sumur
gali di kelompok IV (dengan kedalaman sekitar 15 m) yang airnya tawar dan layak
dikonsumsi ternak maupun untuk keperluan rumah tangga Dari gambaran ini memberikan
harapan bahwa di lokasi lain di kawasan Lar Limung, masih ada potensi sumur gali yang
airnya tawar. Oleh kerenanya diperlukan upaya untuk memperbanyak sumur gali / dangkal
yang merupakan kerjasama pemerintah dan partisipasi aktif masing-masing kelompok
peternak setempat.

4.1.2.5. Pembuatan tempat minum ternak

Tempat minum ternak harus ada di setiap kelompok, dibuat sedemikian rupa agar
ternak mudah menjangkaunya, tidak mudah tercemar kotoran ternak, tidak berbahaya bagi
pedet dan kapasitasnya dapat memenuhi jumlah air yang dibutuhkan untuk minum ternak.
Pada setiap kelompok dapat dipertimbangkan untuk dibuatkan lebih dari satu tempat
minum ternak, tergantung populasi ternak dan saluran distribusi air yang tersedia.

45

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
4.1.3. Peningkatan Kualitas Air

4.1.3.1. Pengurangan kadar garam air

Mengingat sebagian besar sumber air / “sumur dalam” yang ada di kawasan Lar
Limung memiliki air yang payau (kadar garamnya tinggi), maka diperlukan teknologi
untuk menurunkan kadar garamnya sampai batas aman dikonsumsi sebagai air minum
ternak. Diperlukan treatmen / perlakuan tertentu terhadap air tersebut, atau mungkin
dengan menggunakan/mengembangkan teknologi yang mampu dilaksanakan oleh para
peternak setempat. Jika upaya pengurangan kadar garam ini berhasil dilakukan, akan
sangat membantu tidak hanya untuk minum ternak , tetapi juga untuk kebutuhan konsumsi
rumah tangga peternak.

4.1.3.2. Memperbanyak sumur resapan / jebakan air hujan.

Keberadaan sumur resapan air hujan dalam jangka panjang diharapkan akan
berdampak positif terhadap empat hal yaitu :
a. Mengurangi kadar garam air tanah / sumur
b. Menambah potensi ketersediaan air tawar pada sumur gali / sumur dangkal. air
tawar
c. Meningkatkan kelembaban tanah
d. Menurunkan temperatur udara sekitar sehingga lebih nyaman bagi ternak

4.1.4. Penyediaan Sumber Air dan Sarana

4.1.4.1. Memperbanyak jebakan air hujan

Jebakan air hujan dimaksudkan untuk menghambat, bila memungkinkan


menahan air hujan agar tidak langsung mengalir ke sungai namun meresap ke dalam tanah
terlebih dahulu, yang dalam jangka panjang diharapkan dapat memunculkan sumber-
sumber air tanah. Jebakan air hujan ini dibuat sedemikian rupa dan tempatnya disesuaikan
dengan topografi lahan peternak.

4.1.4.2. Penyediaan air dari tanaman sumber pakan

46

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Salah satu strategi untuk mengurangi kebutuhan air minum ternak di musim
kemarau adalah dengan menanam tanaman yang banyak mengandung air dan dapat
digunakan sebagai pakan ternak. Salah satu tanaman yang cocok digunakan adalah
tanaman pohon pisang yang ternyata dapat tumbuh baik di kawasan Lar Limung. Batang
pohon, tangkai daun, daun, dan kulit buah dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Khusus
batang pohon, selain sebagai pakan, juga sebagai penyedia air minum ternak.

4.1.4.3. Menyusun DED penyediaan air minum ternak

Tempat air minum ternak dibangun pada setiap kandang komunal yang jumlah
disesuaikan dengan jumlah ternak pada setiap kelompok. Tempat air minum ini
sedemikian rupa sehingga semua ternak relatif dapat minum secara bersamaan. Ukuran
tempat air minum ternak sekitar 1x10x0,5 m3.

4.1.5. Sistim Produksi Pakan Berbasis Legum Pohon

Ada 3 model yang akan dikembangkan yaitu: 1) Model integrasi legum pohon dan
rumput dengan sistim potong angkut, 2) Model integrasi legum pohon dengan tanaman
pangan dengan sistim potong angkut dan 3) Model integrasi legum pohon dan rumput
dengan sistim penggembalaan terbatas. Ketiga model tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan produktivitas lahan yang selama ini menghasilkan tanaman pangan atau
pakan hanya pada musim hujan. Dengan model pertama, peternak dapat memproduksi
legum pohon sebagai sumber protein terutama untuk persediaan musim kemarau dan tetap
memproduksi tanaman pangan pada musim hujan. Integrasi legum pohon dengan rumput
unggul (model kedua), dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu rumput
unggul pada musim hujan dan legum pohon diupayakan tesedia sepanjang tahun. Dengan
model ketiga (penggembalaan terbatas), produktivitas lahan ditingkatkan dengan
ketersediaan legum pohon sepanjang tahun disamping meningkatkan produktivitas dan
mutu rumput padang gembala pada musim hujan.

Model 1. Integrasi legum pohon dengan tanaman pangan


Pada model 1, lahan dipagari dengan pohon gamal dan didalamnya ditanami
dengan lamtoro taramba secara alley cropping. Lamtoro taramba dipilih karena tahan
kering, produksi daun lebih tinggi, kualitas nutrisi baik dan lebih tahan kutu loncat
47

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
dibandingkan dengan lamtoro lokal. Lamtoro ditanam secara berbaris (timur-barat) dengan
jarak antar pohon 1 m dan jarak antar baris 5-10 m. Diantara baris lamtoro, ditanam
tanaman pangan yang sesuai (jagung, ubi kayu, kacang hijau dll).

Gambar 9. Photo Integrasi Lamtoro dengan Jagung di NTT (photo Marthen Mullik)

Dengan model 1, peternak harus memelihara ternak dengan sistim potong angkut.
Lamtoro (dan gamal) digunakan sebagai sumber protein yang diberikan bersama rumput
pada musim hujan atau sebagai pakan penguat limbah tanaman pangan (jerami jagung atau
jerami kacang) pada musim kemarau.
Lamtoro dipangkas (dipanen) pada tinggi yang sesuai dengan jangkauan peternak
(sekitar 1.5 m) secara berkala (setiap 8 minggu) dan jangan dibiarkan untuk menghasilkan
biji agar tidak menyebar kedalam lahan secara tidak terkontrol.

Model 2. Integrasi legum pohon dengan rumput unggul


Model 2 mirip dengan model 1, namun diantara baris lamtoro ditanami rumput
unggul yang sesuai. Jenis rumput yang ditanam bisa berupa rumput Gajah, rumput Raja,
Brachiaria mulato dll. Jenis rumput disesuaikan dengan kemampuan peternak untuk
mengelola sesuai dengan kebutuhan masing-masing varitas rumput.
Penting untuk diperhatikan bahwa, rumput unggul memerlukan pemupukan yang
memadai dan manajemen pemotongan yang sesuai. Apabila peternak tidak memiliki
48

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
kemampuan untuk melakukan pemupukan atau melakukan pengelolaan rumput secara
benar sebaiknya jangan menanam rumput unggul karena tidak akan meningkatkan
produktivitas lahan.

Gambar 10. Photo Produksi lamtoro dan rumput dengan sistim potong angkut di
Poto Pedu, Rhee (photo Dahlanuddin)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam model 2 adalah:


a. Pemupukan: Dosis pupuk minimal 100 kg urea /ha (atau dengan pupuk kandang
dengan dosis yang setara), dilakukan seminggu setelah pemotogan
b. Pemotongan rumput dilakukan sesaat sebelum berbunga (sekitar 6-8 minggu)
c. Lamtoro dan gamal dipotong secara berkala (setiap 6-8 minggu) agar produksi
daun tetap tinggi
d. Kelebihan produksi rumput dan legum pohon pada musim hujan disimpan dalam
bentuk hay (dikeringkan).

Model 3. Integrasi legum pohon dan rumput dengan sistim penggembalaan


terbatas
Model 3 disediakan bagi peternak yang memilih untuk tidak menanam tanaman
pangan dan menggunakan lahan hanya untuk menggembalakan ternak. Basis pakan untuk
49

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
penggembalaan adalah lamtoro taramba yang telah terbukti tahan penggembalaan dan
dapat berproduksi sepanjang tahun.
Lamtoro ditanam rapat (jarak antar pohon skitar 0.4 m) dalam baris ganda yang
membentang dari timur ke barat, dengan jarak antar baris 2-5 m.
Diantara baris lamtoro, ditanam rumput yang tahan gembala (jenis Brachiaria atau
African Star grass).

Gambar 11. Photo Padang Penggembalaan Lamtoro-rumput


di Australia utara (photo Max Shelton)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam model 3 ini adalah:


a. Lamtoro dipotong setinggi 40-50 cm untuk memudahkan penggembalaan
(dipotong pertama setelah lamtoro mencapai tinggi sekitar 5 m)
b. Penggembalaan dilakukan secara rotasi (dengan sistim ikat)
c. Rumput dipupuk dengan dosis pupuk sekitar 100 kg urea /ha (atau dengan pupuk
kandang dengan dosis yang setara), dilakukan seminggu setelah selesai
penggembalaan di masing-masing petak

Untuk tahap awal (tahun pertama) ketiga model tersebut dibuat secara partisipatif
di setiap kelompok sebagai contoh. Peternak diberikan kebebasan untuk memilih model
50

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
mana yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sosial ekonomi masing-masing. Hasil
akhir yang diharapkan dari ketiga model tersebut adalah meningkatnya pendapatan
peternak baik dari penjualan ternak maupun dari tanaman pangan atau tanaman lain yang
dihasilkan.

4.1.6. Konservasi Kelebihan Pakan Musim Hujan Dan Pemanfaatan Limbah


Pertanian

Hijauan merupakan sumber protein dan energi yang paling murah untuk dapat
dikonversi menjadi protein dan energi daging asal herbivora. Ketersediaan rumput tropis,
khususnya di daerah semiarid seperti Sumbawa sangat erat hubungannya dengan musim.
Rumput tropis atau lazim disebut rumput C4 mempunyai kemampuan tumbuh yang sangat
cepat dan mampu memproduksi biomas hijauan dalam jumlah yang besar pada awal
musim hujan namun cepat menjadi dewasa dan tua. Hal ini menyebabkan rendahnya
kualitas rumput tropis sebagai pakan ternak herbivora dan produksi hijauannya juga cepat
menurun memasuki musim kering, sehingga waktu pemanfaatan sebagai hijauan pakan
berkualitas tinggi dalam jumlah yang banyak menjadi relatif pendek.
Pertumbuhan ternak berbasis pakan rumput tropis berfluktuasi mengikuti pola
pertumbuhan rumput tersebut, dimana berat badan meningkat dari awal musim hujan
sampai awal musim kering, dan kemudian terjadi kehilangan berat badan sejak
pertengahan sampai puncak musim kering. Hal ini berdampak pada umur ternak mencapai
berat pubertas, berat dewasa dan berat jual menjadi lebih panjang. Untuk induk, seringkali
kekurangan pakan pada musim kering, seringkali berdampak pada menurunnya
kemampuan reproduksi ternak yang ditandai dengan post partum estrus yang panjang dan
angka service per conception yang tinggi.
Konservasi merupakan alternatif yang dapat dilakukan untuk memperpanjang
waktu pemanfaatan rumput tropis. Melalui konservasi, kemampuan pertumbuhan yang
cepat dengan kualitasnya yang tinggi pada musim hujan dapat dimanfaatkan secara
optimal dan dapat memperbaiki tingkat ketersediaan pakan sehingga ternak mendapatkan
pakan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang tahun. Konservasi dapat dilakukan
dengan berbagai cara, namun metode konservasi yang membutuhkan banyak tenaga dan
biaya cenderung mempunyai tingkat adopsi dan expansi yang rendah. Konservasi dengan
cara sederhana dapat dilakukan dengan mengeringkan hijauan dengan menggunakan sinar

51

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
matahari untuk menurunkan kadar air tanaman dan cara konservasi sederhana ini
berpeluang diterapkan di kawasan Lar Limung. Selain murah dan tidak membutuhkan
banyak tenaga, proses pengeringan yang berjalan dengan cepat dan sempurna akan
mengurangi kehilangan nutrisi selama proses pengeringan dan hijauan kering dapat
disimpan dalam waktu yang lama.
Limbah pertanian merupakan sumber pakan alternatif yang tersedia dalam jumlah
yang besar dan melebihi kebutuhan ternak pada waktu panen. Konservasi limbah pertanian
dapat meningkatkan ketersediaan pakan musim kering dan menjamin kontinuitas pakan
sepanjang tahun. Jagung dan kacang hijau merupakan tanaman pangan utama yang
ditanam masyarakat di kawasan Lar Limung. Jagung menghasilkan limbah berupa
brangkasan atas dan bawah mencapai 6 ton BK/Ha/panen sedangkan jerami kacang hijau
mencapai 7 ton BK/Ha/panen (Panjaitan dan Wirajaswadi, 2004), yang masing-masing
limbah cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan dasar 3-4 ekor sapi betina dewasa selama
setahun.
Kualitas dan kandungan nutrisi hay rumput yang dipangkas setelah dewasa dan
brangkasan jagung sebagai pakan ternak tergolong rendah sehingga kemampuan ternak
untuk mengkonsumsi limbah pertanian terbatas. Untuk memperbaiki tingkat konsumsi
limbah pertanian dan pakan berkualitas rendah lainnya, dapat dilakukan dengan
memberikan suplemen berupa hijauan berkualitas tinggi, seperti daun legum pohon.
Walaupun legume dapat memproduksi hijauan sepanjang tahun namun produksi hijauan
pada musim hujan lebih tinggi dibandingkan pada musim kering sehingga kelebihan
selama musim hujan juga dapat dikeringkan untuk persediaan pakan tambahan pada
musim kering.
Pakan yang dikeringkan mempunyai sifat bulki atau mempunyai volume yang
besar. Seringkali sifat bulki ini merupakan kendala dan hambatan bagi petani untuk
menyimpan pakan karena keterbatasan dalam menyediakan tempat penyimpanan. Volume
hay rumput dan limbah pertanian dapat dikurangi dengan memadatkannya dalam bentuk
bal dimana tumpukan hay dipadatkan dari keempat sisi untuk membentuk bal. Pemadatan
dapat dilakukan menggunakan alat hay press sederhana berbentuk tuas panjang dengan
pemberat sehingga berbentuk bal sebelum diikat dan disimpan.

52

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Gambar 12. Photo Contoh Bal Jerami Padi Kering Dipress untuk Menghemat Tempat
Penyimpanan (Photo Tanda Panjaitan).

4.1.7. Meningkatkan Angka Kelahiran

Tujuan utama memelihara induk adalah untuk menghasilkan pedet berkualitas


setiap tahun. Kualitas pedet yang dihasilkan sangat bergantung pada kualitas induk,
kualitas pejantan dan yang terutama kecukupan pakan selama proses kebuntingan. Untuk
menjamin kecukupan pakan diperlukan strategi yang tepat sehingga kebutuhan nutrisi
untuk mendukung perkembangan folikel sampai menjadi sel telur, mendukung
pertumbuhan embrio sampai phase akhir kebuntingan dan menyusui dapat terpenuhi.
Strategi untuk mencukupi kebutuhan pakan mendukung aktivitas reproduksi induk
dilakukan dengan menyelaraskan aktivitas reproduksi dengan waktu pakan tersedia.
Prinsip dasarnya adalah waktu induk membutuhkan nutrisi yang tinggi untuk mendukung
tahapan reproduksi dalam menghasilkan pedet diselaraskan dengan waktu dimana pakan
tersedia dalam jumlah dan kualitas yang tinggi, sebaliknya pada waktu ketersediaan pakan
menipis diupayakan induk berada pada tahapan reproduksi yang tidak membutuhkan
nutrisi yang tinggi sehingga kebutuhan induk tetap terpenuhi. Hal ini dapat dilakukan
melalui pengaturan waktu kawin dan waktu sapih.
53

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
4.1.7.1. Pengaturan waktu kawin dengan pejantan terseleksi.

Pakan merupakan faktor pengendali utama dalam menentukan waktu kawin agar
dapat menghasilkan pedet berkualitas baik. Induk membutuhkan pakan dalam jumlah dan
kualitas yang tinggi pada beberapa phase reproduksi untuk dapat menghasilkan pedet yaitu
pada phase perkembangan sel telur, phase akhir kebuntingan dan phase menyusui. Phase
tersebut merupakan phase kritis sehingga suplai nutrisi harus dapat disediakan diatas garis
kebutuhan nutrisi minimal untuk mendukung aktivitas reproduksi tersebut dalam
menghasilkan pedet setiap tahun. Kekurangan nutrisi pada phase kritis berdampak pada
terganggunya proses pematangan sel telur sehingga post partum estrus tertunda,
pertumbuhan embrio pada phase akhir kebuntingan terhambat sehingga kondisi pedet
dilahirkan buruk dan produksi air susu rendah.
Pada kondisi nutrisi yang cukup, perkembangan folicle sampai menghasilkan sel
telur yang matang dan siap dibuahi membutuhkan waktu ± 90 hari. Oleh karena itu untuk
dapat menghasilkan pedet setiap tahun maka nutrisi tersedia harus mencukupi kebutuhan
janin pada phase puncak perkembangannya yaitu pada ⅓ periode akhir kebuntingan (7-9
bulan) dan mencukupi kebutuhan perkembangan folicel sampai matang sehingga birahi
kembali setelah beranak terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dengan demikian
nutrisi yang dibutuhkan induk menjadi sangat tinggi karena phase akhir kebuntingan
membutuhkan nutrisi yang tinggi dan pada waktu yang sama nutrisi yang tinggi juga
diperlukan untuk mendukung perkembangan folicel sampai menjadi sel telur yang matang
dan siap dibuahi setelah induk beranak. Terjadinya akumulasi kebutuhan sehingga
meningkatkan total kebutuhan nutrisi pada waktu yang pendek untuk mendukung phase
kritis reproduksi tersebut dibutuhkan cara-cara yang strategis untuk dapat memenuhinya.

54

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Gambar 13. Kalender Kawin yang Sesuai untuk Mendapatkan Satu Anak setiap Tahun
di Lar Limung

Cara strategis, sederhana dan murah dapat dilakukan melalui pengaturan


perkawinan sehingga kelahiran dapat tersedia dalam jumlah dan kualitas yang tinggi.
Berdasarkan data curah hujan di Moyo Utara pada tahun 2007 sampai 2009, hujan mulai
turun dengan stabil pada bulan Desember yang artinya rumput mulai tumbuh dan segera
tersedia dengan jumlah dan kualitas yang cukup pada bulan Januari. Jika perkawinan dapat
diatur sehingga kebanyakan induk sudah memasuki umur kebuntingan 7 bulan pada bulan
Desember maka akan terjadi flushing alamiah dimana hijauan pakan tersedia melebihi
kebutuhan minimum nutrisi untuk mendukung pertumbuhan folicel sampai siap dibuahi,
mendukung perkembangan embrio sampai dilahirkan dan mendukung produksi air susu
pada periode awal menyusui.
Dengan demikian untuk kawasan Lar Limung, sesuai dengan bulan hujan dan
intensitas hujan yang ada maka waktu ideal, kelahiran pedet adalah dari bulan Maret
55

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
sampai Agustus atau sampai akhir musim hujan. Untuk mendapatkan induk beranak pada
bulan kelahiran yang ideal (Maret-Agustus) maka perlu dilakukan pengaturan perkawinan
yaitu dari bulan Juni sampai Desember (Gambar 13).
Pada musim kawin bulan Juni sampai Desember betina harus mendapatkan akses
sebesar-besarnya terhadap pejantan. Ketersediaan pejantan yang fertil sangat menentukan
tingkat keberhasilan perkawinan. Selain itu untuk dapat menghasilkan pedet berkualitas
dibutuhkan pejantan yang mempunyai berbagai sifat unggul yang dapat diturunkan pada
anaknya. Seleksi pejantan di lapangan dapat dilakukan menggunakan beberapa indikator
sederhana seperti; umur terhadap perkembangan tubuh, temperamen, kemampuan dan
nafsu makan, catatan kesehatan, penampilan luar sesuai dengan standard bangsa sapi Bali
dan indikator lain dapat ditambahkan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat
peternak di kawasan Lar Limung.
Untuk kemampuan melayani betina birahi dapat digunakan indikator ukuran testis
dan libido. Libido merupakan indikator terpenting dalam menentukan keberhasilan
perkawinan karena seringkali terjadi lebih dari satu betina menunjukkan tanda-tanda birahi
pada hari yang sama, sehingga dibutuhkan pejantan dengan libido yang tinggi untuk dapat
melayani semua betina birahi pada hari yang sama. Jantan terseleksi yang digunakan
sebagai pejantan selama 6 bulan musim kawin dapat melayani ≥ 50 betina .

Gambar 14. Photo Pejantan Umur 3 Tahun dengan Warna sesuai dengan Standard
Bangsa Sapi Bali (Photo Tanda Panjaitan)

56

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
4.1.7.2. Melakukan penyapihan pedet umur 6 bulan

Penyapihan bertujuan untuk mempertahankan kondisi induk supaya aktivitas


reproduksi tetap berjalan secara normal dengan cara menurunkan titik kritis kebutuhan
nutrisi sehubungan dengan menurunnya ketersediaan pakan baik dari jumlah maupun
kualitasnya memasuki musim kering. Untuk aktivitas reproduksi berjalan dengan normal
dibutuhkan skor kondisi tubuh induk ≥ 3, pada skala 1 – 5 (Gambar 15).
Penurunan titik kritis kebutuhan nutrisi sehingga suplai nutrisi dapat tetap berada
diatas garis kebutuhan minimum dapat dilakukan dengan menghentikan pedet menyusu.
Menurunnya kebutuhan nutrisi, memungkinkan penggunaan pakan berkualitas rendah
untuk memenuhi kebutuhan induk kering mempertahankan skor kondisi tubuh ≥ 3. Dengan
demikian pakan berkualitas tinggi, yang ketersediaannya terus menurun pada musim
kering dapat diberikan pada pedet sapihan untuk mendukung pertumbuhannya secara
optimal.

Skor 2

Skor 3

Skor 4

Gambar 15. Photo Induk Sapi Bali dari Skor Kondisi Tubuh 2, 3 dan 4 pada Skala 1–5.

57

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Penyapihan untuk kawasan Lar Limung idealnya dilakukan pada umur 6 bulan
dengan pertimbangan jika induk mempunyai aktivitas reproduksi yang normal dan birahi
kembali 2 bulan setelah beranak maka dapat diperkirakan pada waktu pedet disapih induk
juga sedang bunting 4 bulan. Dengan demikian waktu recovery tersedia untuk induk kering
hanya 3 bulan atau sampai umur kebuntingan mencapai 7 bulan.
Apabila pada phase recovery ini skor kondisi tubuh dapat mencapai nilai ≥ 3
sampai phase akhir kebuntingan (7-9 bulan) maka diharapkan tingkat kebuntingan yang
berikutnya akan meningkat karena terdapat korelasi postif antara skor kondisi tubuh waktu
beranak dengan tingkat kebuntingan berikutnya dimana semakin tinggi tinggi skor kondisi
tubuh maka peluang terjadinya kebuntingan akan semakin tinggi pula (Gambar 16).

Korelasi skor kondisi tubuh


dengan tingkat kebuntingan

Gambar 16. Grafik Korelasi antara Skor Kondisi Tubuh (BCS) dengan Tingkat
Kebuntingan.

4.1.7.3. Perbaikan pakan induk saat bunting tua dan menyusui.

Pertumbuhan embrio pada akhir kebuntingan berjalan sangat cepat dimana embrio
berkembang 2 sampai 3 kali lebih besar dari phase sebelumnya. Perkembangan yang pesat
pada phase akhir kebuntingan membutuhkan suplai nutrisi yang cukup agar
perkembangan embrio dapat terjadi secara optimal. Kebutuhan nutrisi yang tinggi
menyebabkan titik kritis kebutuhan minimal nutrisi meningkat, dan untuk dapat memenuhi

58

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
suplai nutrisi berada diatas garis minimal kebutuhan tersebut diperlukan berbagai strategi
untuk memenuhinya. Untuk induk yang pada saat memasuki bunting tua tidak mencapai
skor kondisi tubuh ≥ 3, membutuhkan suplai nutrisi yang tinggi untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi mendukung perkembangan embrio, perkembangan sel telur dan produksi
air susu.
Berbagai penelitian menunjukkan, pemberian pakan tambahan setelah beranak
tidak efektif dilakukan untuk memperbaiki kondisi setelah beranak dan untuk
meningkatkan produksi air susu induk, sehingga pilihan yang dapat di lakukan untuk di
kawasan Lar Limung adalah melakukan perbaikan pakan pada waktu bunting tua untuk
menjamin perkembangan embrio dan produksi air susu induk selama menyusui pedetnya.
Perbaikan pakan untuk induk bunting tua di kawasan Lar Limung, dapat dilakukan dengan
cara meningkatkan kemampuan induk bunting tua untuk mengkonsumsi pakan berserat
atau berkualitas rendah terutama jika bunting tua terjadi selama musim kering.
Kemampuan ternak mengkonsumsi pakan berserat tinggi dibatasi oleh rendahnya
kandungan Nitrogen pada pakan tersebut sehingga diperlukan asupan Nitrogen untuk
mengoptimalkan kemampuan ternak mengkonsumsi pakan berserat sehingga suplai nutrisi
dapat berada diatas garis minimal yang dibutuhkan. Sumber Nitrogen tersedia dan murah
di kawasan Lar Limung adalah Nitrogen yang berasal dari legume pohon. Berdasarkan
pengalaman empirik diberbagai tempat menunjukkan bahwa, pemberian daun legume
pohon sebagai pakan tambahan sebesar 1% berat badan atas dasar bahan kering, dapat
meningkatkan kemampuan induk bunting tua mengkonsumsi pakan berserat tinggi dan
kenaikan konsumsi dapat mencapai titik kritis kebutuhan nutrisi betina bunting tua.

4.1.8. Peningkatan Mutu Ternak

Penigkatan mutu genetik ternak untuk tujuan pengembangan ternak dilakukan


melalui kegiatan seleksi. Seleksi merupakan kegiatan memilih ternak-ternak yang
mempunyai produktivitas tinggi, seperti pertumbuhan yang cepat sehingga menghasilkan
berat badan yang tinggi pada umur tertentu dan mampu beranak setiap tahun secara rutin.
Selanjutnya ternak-ternak terpilih tersebut diberi kesempatan untuk berkembangbiak
dalam rangka menghasilkan keturunan yang diharapkan juga mempunyai produktivitas
tinggi. Ternak terseleksi merupakan ternak pengganti tetua, baik induk maupun pejantan.

59

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Produktivitas ternak meliputi unsur produksi ternak dan reproduksi. Unsur
produksi utama terdiri dari berat badan atau ukuran tubuh, sementara unsur reproduksi
utama terdiri dari angka kelahiran dan angka kematian.
Untuk melakukan seleksi perlu dilakukan tahapan-tahapan kegiatan yakni
identifikasi ternak dan pemilik ternak, pengamatan dan pencacatan, serta analisis data dan
informasi yang dicacat. Identifikasi ternak dapat menggunakan kombinasi antara cara
tradisional sebagai kearifan lokal dengan penggunaan ear tag. Data / informasi yang
dicacat meliputi kondisi dan prestasi sifat-sifat ternak seperti warna tubuh, ukuran-ukuran
tubuh, berat badan pada umur tertentu (berat lahir, berat sapih, berat setahun), tanggal
lahir, silsilah perkawinan, umur induk saat beranak, dan data kesehatan ternak, serta
mutasi ternak. Semua data dicatat pada kartu ternak dan juga disimpan dalam file
elektronik. Mencatat (recording) data yang diperlukan merupakan prasyarat utama yang
harus dilakukan pada kegiatan perbaikan mutu genetik (pemuliaan) ternak, terutama pada
kegiatan seleksi. Seleksi dilakukan berdasarkan informasi dari data ini. Contoh kartu
ternak pada Lampiran 1.
Dengan penerapan seleksi dan penetapan standar mutu akan menghambat proses
seleksi negatif. Proses seleksi dan penetapan standar mutu dilaksanakan dengan menilai
ciri-ciri penotif dan mengelompokkan bibit sesuai dengan ukuran tubuh atau berat badan
masing-masing spesies ternak (Gambar 17).

Stok komersial Grade C Grade B Grade A

- 1 stdev Rata-rata + 1 stdev

Gambar 17. Penetapan Standar Mutu Calon Bibit Ternak Potong

Standar mutu di atas diharapkan akan berkembang seiring dengan peningkatan


performans calon bibit, sehingga standar mutu bisa meningkat dalam kurun waktu tertentu,
apabila telah terjadi peningkatan ukuran tubuh (tinggi gumba, lingkar dada dan panjang
badan) calon bibit.

60

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Target jangka panjang yang ingin dicapai adalah meningkatnya mutu calon bibit
sesuai dengan potensi genetik ternak. Hal ini diharapkan akan terjadi melalui proses
seleksi yang berkelanjutan sehingga akan terjadi pergeseran nilai rata-rata ukuran tubuh
seperti diilustrasikan secara hipotetis pada Gambar 18.

Kondisi saat ini Setelah seleksi

Gambar 18. Potensi Peningkatan Mutu Bibit Ternak Potong Melalui Perbaikan
Manajemen dan Seleksi Berkelanjutan.

4.1.9. Menekan Angka Kematian

Tingginya angka kematian, terutama pedet hingga mencapai lebih dari 30%, jelas
berdampak terhadap perkembangan populasi dan keuntungan peternak karena pedet
merupakan aset produksi yang berfungsi sebagai sumber pendapatan dan atau pengganti
tetua. Oleh karena itu, harus diupayakan untuk menekannya sampai seminimal mungkin.
Direncanakan, dalam jangka 5 (lima) tahun kematian pedet menjadi dibawah 10%. Untuk
itu akan dilakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Perbaikan sanitasi kandang dan lingkungan
Kandang adalah tempat tinggal ternak, baik bersifat sementara atau menetap.
Kondisi kandang dan lingkungannya, dapat mempangaruhi kondisi ternak, yakni
terhadap kesehatan ternak, terutama pedet, yang jika tidak mendapat perhatian
yang baik atau serius dapat mengakibatkan kematian. Sanitasi kandang termasuk
lingungan sekitar kandang harus dilakukan secara rutin, caranya antara lain dengan
membersihkan kandang dan lingkungannya secara rutin, serta melakukan
penyemprotan desinfektan secara periodik. Selain itu, diperlukan sistim drainase
sedemikian rupa sehingga kandang, terutama pada musim hujan relatif tidak becek,
dan / atau pemanfaatan kotoran ternak untuk kesuburan lahan (pembuatan pupuk,
kompos) atau diolah sebagai sumber energi (gasbio).
61

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Kegiatan sanitasi ini membutuhkan komitmen yang kuat dari semua anggota
kelompok peternak, sementara pemerintah sebagai fasilitator.
b. Mengandangkan pedet selama induk digembalakan (model NTT)
Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak, diketahui kematian pedet terbanyak
terjadi saat pedet berumur antara 4 – 5 bulan yang disebabkan oleh kekurangan
pakan. Kekurangan pakan bagi si induk menyebabkan produksi susu terbatas yang
selanjutnya berakibat terhadap daya tahan si pedet. Agar pedet relatif terbatas
mengikuti induk mengembara mencari pakan, maka direncanakan melakukan
pengandangan pedet saat pedet berumur 4 (empat) bulan yang sekaligus dapat
dijadikan sebagai tahap awal umur penyapihan.

4.1.10. Mempercepat Pertambahan Berat Badan

Peningkatan pertambahan berat badan ternak penggemukan sangat dipengaruhi


oleh kondisi nutrisi induk ternak tersebut mulai dalam kandungan (sepertiga kebuntingan
terakhir) dan saat menyusui serta jenis pakan yang diberikan setelah pedet disapih.
Secara genetik sapi Bali mampu tumbuh dengan kecepatan 0.8 kg per hari dengan
ransum yang seimbang. Dengan pakan legum pohon pertambahan berat badan per hari
dapat mencapai 0.3 kg per hari mulai lepas sapih sampai menjadi bakalan dan 0.4-0.5
kg/hari pada fase penggemukan. Dengan kecepatan pertumbuhan tersebut, seekor sapi
jantan dengan berat lahir 14-16 kg dan berat sapih 70-80 kg (umur 6 bulan) mestinya dapat
mencapai berat potong (250 - 300 kg) pada umur 24 bulan.

62

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
70

Lokasi demonstrasi: 0.4 kg/hari


kumulatif (kg)
kumulatif(kg) 60

50
BBbadan

40
Pertambahan berat

30
Pertambahan

20
Lokasi kontrol 0.2 kg/hari
10

0
0 1 2 3 4 5 6

Waktu pengamatan (bulan) Suplementasi dg daun turi 30% dari total


Bulan
ransum, ADG meningkat 2 kali lipat

Gambar 19. Suplementasi Daun Turi untuk Meningkatkan Pertambahan Berat Badan
Pedet Lepas Sapih di Lombok Tengah (atas) dan Penggemukan dengan
Daun Lamtoro di Rhee (bawah).

Untuk mencapai hal ini maka hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
a. Perbaiki nutrisi induk 2 bulan sebelum beranak dan selama menyusuio

63

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
b. Berikan pakan berkualitas baik (rumput muda dan legum pohon) pada pedet yang
baru lepas sapih
c. Berikan legum pohon (dan sumber energi seperti dedak atau ubi kayu kalau
harganya murah) pada ternak selama penggemukan

4.1.11. Meningkatkan Derajat Kesehatan Ternak

Salah satu program yang harus dilaksanakan sesuai kebijakan dan strategi
pengembangan peternakan terpadu Lar Limung adalah meningkatkan derajat kesehatan
ternak yang dipelihara. Kondisi yang ingin diciptakan dan menjadi target program ini
adalah terbebasnya kawasan Lar Limung dari parasit dan penyakit menular strategis.
Untuk mewujudkan target dimaksud ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam
pengelolaan kawasan Lar Limung sebagai kawasan pengembangan peternakan terpadu,
meliputi :
a. Penyediaan satu Unit Pelaksana Teknis berupa Pos Pelayanan Kesehatan Hewan,
yang dilengkapi dengan tenaga Dokter hewan dan paramedis serta peralatan
pendukung yang memadai. Tugas dokter hewan dan paramedis ini, selain
memberikan pelayanan kesehatan dalam perawatan ternak, juga memantau dan
melaporkan perkembangan derajat kesehatan ternak yang dipelihara di kawasan
Lar Limung
b. Melaksanakan vaksinasi secara berkala terhadap induk maupun pedet yang ada,
sesuai kebutuhan dan standar teknis yang baku. Langkah vaksinasi ini
dimaksudkan sebagai upaya pencegahan menularnya penyakit tertentu, terutama
yang sering muncul di kawasan Lar Limung seperti penyakit SE (Septichaemia
Epizootica) dan Anthrax (sesuai data pada Tabel 10).
c. Pengisolasian terhadap sapi yang sakit dan sekaligus pengobatannya (sakit SE
dengan pemberian antibiotika I.V / I.M , dosis 10 mg / kg BB)
d. Penanganan ternak mati (karena sakit) sesuai petunjuk teknis dan tindakan standar
yang ditentukan.
e. Melakukan upaya perbaikan sanitasi kandang komunal, seperti mencegah adanya
genangan air atau kandang becek, menghindari adanya tumpukan / timbunan faeces
didalam kandang, melakukan penyemprotan dengan insektisida terhadap

64

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
serangga yang tergolong penghisap darah, secara rutin membersihkan kandang dan
mendesinfektan semua peralatan yang digunakan.
f. Penyediaan tempat pakan dan minum sedemikian rupa agar tidak mudah tercemar
dengan kotoran yang ada disekitarnya. Bentuk dan ukuran tempat pakan dan
tempat minum, disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi yang ada dan tidak
berpotensi beresiko terutama bagi pedet.
g. Pemberian antibiotik dan feed suplemen / vitamin, sesuai kebutuhan dan ketentuan

4.1.12. Perbaikan Sanitasi Kandang Komunal

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan sebagai upaya perbaikan sanitasi kandang
adalah :
a. Pembuatan sistem drainase disekitar kandang komunal untuk mencegah adanya
genangan air yang berlebihan yang mengakibatkan kandang menjadi becek.
b. Pengerasan lantai disebagian luasan kandang agar ternak dapat beristirahat lebih
nyaman dan bersih.
c. Pembuatan tempat penampungan dan pengolahan limbah ternak sehingga tidak
mencemari lingkungan sekitar kandang dan sekaligus memudahkan pegolahannya
sebagai sumber tambahan pendapatan peternak atau untuk perbaikan mutu tanah.

4.1.13. Pengadaan Fasilitas Penanganan Ternak

Fasilitas ini diperlukan agar kegiatan vaksinasi, pengobatan ternak sakit, pemberian
identitas, pengukuran dan mungkin penimbagan ternak dan macam-macam penanganan
ternak lainnya dapat dilakukan secara lebih mudah dan teliti. Yang diperlukan antara lain
adalah suatu areal lahan yang dirancang sedemikian rupa yang dikenal dengan holding
ground yang dilengkapi dengan fasilitas kandang jepit, jika mungkin juga dilengkapi
dengan timbangan ternak portable. Direncanakan luas areal yang diperlukan sekitar 3 are.
Oleh karena setiap kelompok direncanakan memiliki kandang komunal, maka kandang
komunal sekaligus difungsikan sebagai holding ground. Manfaat yang diperoleh dengan
memfungsikan kandang komunal sebagai areal penanganan ternak adalah penghematan
lahan dan kenyamanan ternak karena telah familier dengan lokasi dan kondisi kandang.
Sketsa sederhana fasilitas penanganan ternak seperti pada Gambar 20. Bentuk dan luas
dapat disesuikan dengan kondisi areal / kandang komunal masing-masing kelompok.
65

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
C
D
B
A

Gambar 20. Sketsa Kandang Komunal sekaligus dengan Fasilitas Penangan


Ternak
A = Pintu masuk, lebar 2-3 m yang dapat buka-tutup
B = Tempat kumpul ternak, luas sekitar 300 m2
C= Lorong yang menyempit, ukuran 1,5 x 6 m untuk 2-3 ekor ternak dewasa
D= Kandang jepit ukuran 0.8 x 2 m

4.1.14. Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendukung

Sarana dan prasarana pendukung dalam rangka lebih memperlancar


pengembangan kawasan Lar Limung yang perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya
antara lain adalah:

a. Perbaikan jalan raya. Kemudahan dan kelancaran hubungan transportasi antara


pusat / ibukota Kabupaten Sumbawa dengan kawasan Lar Limung , merupakan
salah satu kebutuhan utama yang sangat menunjang keberhasilan pengembangan
peternakan terpadu di Lar Limung. Perbaikan jalan raya menuju kawasan Lar
Limung diharapkan menjadi prioritas awal sebelum kegiatan-kegiatan lainnya.
b. Perbaikan jalan lingkungan dan jalan usahatani disekitar dan / didalam kawasan
Lar Limung, sudah tentu akan sangat menaikkan semangat produksi para peternak
dan masyarakat sekitar kawasan, sekaligus dapat meningkatkan efisiensi dalam
beragribisnis. Penataan yang rapi dan indah dari jalan lingkungan dan jalan usaha
tani ini, dalam jangka panjang akan menjadi pendukung awal dari terwujudnya
agrowisata yang diharapkan.
c. Balai pertemuan yang merupakan bangunan sederhana disetiap kelompok, menjadi
sangat penting keberadaannya, sebagai media pusat informasi dan tempat
komunikasi diantara peternak dan untuk kemudahan pembinaan kelompok secara
66

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
rutin dari berbagai instansi terkait. Perawatan, termasuk perbaikannya kedepan
menjadi tanggungjawab peternak.
d. Pengadaan fasilitas listrik bagi masyarakat Dusun Limung (Desa Pungkit) dan
Dusun Prajak (Desa Batubangka). Ini sangat penting untuk menggerakkan potensi
bisnis sebagai usaha alternatif yang dapat menambah pendapatan masyarakat
setempat, sekaligus akan lebih mengamankan keberhasilan program pengembangan
peternakannya.

4.1.15. Penataan Lingkungan

4.1.15.1. Penanaman pohon pelindung sepanjang jalan lingkungan dan jalan usaha
tani

Penentuan jenis tanaman / pohon dan penataan posisi / jarak tanam, paling tidak
memperhatikan tiga hal yaitu jenis tanaman tahan panas, dapat sebagai pakan ternak dan
memberikan rasa indah serta dapat memberi nilai tambah masyarakat. Dari hasil
identifikasi lapangan, jenis pohon yang tetap hijau pada musim kemarau di kawasan Lar
Limung adalah pohon ”imba”, ”bantenan’”, asam, mangga, dll. Pohon pelindung juga bisa
berupa tanaman keras yang memiliki nilai ekonomi tinggi (sebagai bahan bangunan)
seperti pohon jati.

4.1.15.2. Penanaman pohon naungan untuk ternak

Penanaman pohon naungan ini sangat diperlukan untuk menciptakan temperatur


yang lebih ideal bagi ternak sepanjang waktu, terutama disekitar kandang komunal pada
musim kemarau. Adapun jenis pohon yang ditanam, serupa dengan jenis-jenis pohon yang
menjadi pilihan sesuai uraian sebelumnya.

4.1.16. Peningkatan Keamanan Ternak

Rasa aman dalam melakukan suatu kegiatan sangat mendukung dalam


pengembangan dari usaha tersebut. Pada bidang peternakan, rasa aman terhadap usahanya
antara lain adalah tidak hilangnya ternak yang dimiliki oleh peternak. Untuk itu,
diperlukan upaya agar keamanan ternak dapat meningkat. Upaya-upaya yang dapat
dilakukan adalah :

67

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
a. Pembuatan pos jaga atau pembuatan portal pada tempat-tempat ternak keluar-
masuk wilayah kawasan peternakan. Bila memungkinkan, portal dibuat pada setiap
kandang komunal
b. Pemagaran keliling kawasan dengan pagar hidup. Pagar hidup sebaiknya yang
dapat sebagai sumber pakan seperti pohon lamtoro, gamal, turi.
c. Pengadaan kuda kontrol. Kuda juga merupakan jenis ternak yang dipelihara oleh
peternak di kawasan Lar Limung walaupun dalam jumlah terbatas baik dari
pemelihara dan jumlah yang dipelihara. Kuda juga merupakan alat transportasi
yang telah familier bagi masyarakat, oleh karena itu kuda dijadikan sebagai sarana
pembantu peternak untuk mengontrol keberadaan ternak pada saat ternak tidak
berada di kandang

4.1.17. Pelaksanaan Penelitian dan Pengkajian Lahan, Air, Tanaman, dan


Ternak

Penelitian dan pengkajian merupakan suatu kegiatan yang sangat berguna dalam
menemukan dan menguji suatu ilmu dan atau teknologi yang akan digunakan untuk tujuan
peningkatan produktivitas secara efisien dan efektif. Terkait dengan kondisi kawasan Lar
Limung seperti yang telah diuraikan pada BAB II, maka bidang-bidang penelitian dan
pengkajian yang perlu dilakukan adalah:

a. Penelitian dan pengkajian peningkatan kesuburan lahan

b. Penelitian dan pengkajian peningkatan suplai air dan mutu air

c. Penelitian dan pengkajian peningkatan produktivitas ternak dan mutu ternak

d. Penelitian dan pengkajian peningkatan produktivitas tanaman pangan

Penelitian dan pengkajian dilakukan dengan melibatkan peternak dan pihak lain
yang terkait (bersifat partisipatif)

68

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
4.2.

69

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Tahun pelaksanaan
Target Pihak yg
Outcome Program Kegiatan
/Sasaran Terlibat 2013 2014 2015 2016 2017
Pelatihan teknis
secara
Kelembagaan menyeluruh Disnak,
Peningkatan
peternak 1.1.1 (manajemen minimal 1 kali per BP4K,
1. 1.1. kapasitas X X X X X
berfungsi secara . pemeliharaan, topic Diskoperinda
peternak
efektif pakan, g
reproduksi dan
keswan)
Kunjungan
peternak ke
1.1.2 2 orang per
kelompok/ X
. kelompok
peternak yang
lebih maju
Pelatihan
penyusunan
program,
penetapan
1.1.3
aturan main X X X X X
.
(awig-awig),
manajemen
kelompok dan
kewirausahaan
Pelatihan
pengolahan hasil
1.1.4 ternak, limbah 1 kali per
X X X X X
. ternak, kelompok
kewirausahaan
dan pemasaran

70

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Air bersih untuk Pengembang
1 unit reservoir
keperluan air an Sistem 2.1.1 Pembuatan Disnak,
2. 2.1. /sumber air bersih X X X X X
minum ternak penyediaan . Reservoir (tower) Bappeda, PU
(vol sekitar 20 m3)
tercukupi air Bersih

Air bersih
Pembuatan terdistribusi ke
2.1.2 Disnak,
saluran/pipa minimal 6 lokasi X X
. Bappeda, PU
distribusi air didalam lar
Limung

sumur dangkal air


2.1.3 Memperbanyak
tawar tersedia di Bappeda, PU X X X X X
. sumur dangkal
setiap kelompok

Tersedia tempat
Pembuatan air minum ternak
2.1.4 Disnak,
tempat minum di semua X
. Bappeda, PU
ternak kelompok (ukuran
10x1x0.5m)
air payau dari
sumur pompa
dalam, layak Disnak, PU,
Peningkatan 2.2.1 Pengurangan
2.2 digunakan untuk BPMLH, X X X X X
kualitas air . kadar garam air
air minum ternak PDAM
dan keperluan
rumah tangga

71

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
2.2.2 Pengurangan disesuaikan
Disnak, PU X X
. kadar garam air dengan topografi

Disnak,
Penyediaan
2.3.1 Memperbanyak disetiap Sudut Dishutbun,
2.3 sumber air X X
. jebakan air hujan lahan Dinas
dan sarana
pertanian
Penanaman
pohon pisang Tersedia sumber
2.3.2 atau tanaman air yang layak
Disnak, PU X
. lain yang untuk ternak di
mengandung kawasan LAR
banyak air
Menyusun DED
Penyediaan
2.3.3 penyediaan 1 DED prasarana
2.4 sumber air Disnak, PU X
. sarana air mium air resapan
dan sarana
ternak

Pembuatan
Pakan tercukupi Sistim Tersedia satu
model integrasi
sepanjang tahun produksi percontohan Disnak, Dinas
3.1.1 legum pohon dan
3 baik dalam 3.1 pakan (minimal 1 Pertanian, X X X X X
. rumput dengan
Kuantitas maupun berbasis Ha/tahun) di Kehutanan
sistim potong
kualitas legum pohon setiap kelompok
angkut

72

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Pembuatan
model integrasi Tersedia satu
legum pohon dan percontohan
3.1.2
rumput dengan (minimal 1 Disnak X X X X X
.
sistim Ha/tahun) di
penggembalaan setiap kelompok
terbatas
1 unit
percontohan
tempat
Pembuatan hay
penyimpanan
rumput dan
Konservasi 3.2.1 pakan sederhana
legum pohon dan Disnak X X X X X
kelebihan . (volume 150m3,
pengawetan
pakan musim bahan kayu, atap
limbah pertanian
3.2 hujan dan seng, model
pemanfaatan terbuka) tersedia
limbah di tiap kelompok
pertanian
1 unit alat pres
Pembuatan bal
3.2.2 dan pemotong
hay rumput dan Disnak X X X X X
. hay tersedia di
jerami
setiap kelompok

Pengaturan
Meningkatka
Produktivitas 4.1.1 waktu kawin angka kelahiran
4. 4.1 n angka Disnak, BP4K X X X X X
ternak meningkat . dengan pejantan minimal 80%
kelahiran
terseleksi
Melakukan
4.1.2 penyapihan
Disnak, BP4K X X X X X
. pedet umur 6
bulan

73

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Perbaikan pakan
4.1.3 induk saat
Disnak, BP4K X X X X X
. bunting tua dan
menyusui
Penyiapan
pengganti
4.1.4
(replacement) Disnak, BP4K X X X X X
.
induk dan
pejantan
Perbaikan
4.2.1 angka kematian Disnak,
sanitasi kandang X X X X X
. <10% Bapeluh
Menekan dan lingkungan
4.2. angka
Mengandangkan
kematian
4.2.2 pedet selama
Disnak, BP4K X X X X X
. induk
digembalakan
Mempercepa
Perbaikan pakan
t
4.3.1 pedet lepas sapih
4.3. pertambaha pbb >0.4 kg / hari Disnak, BP4K X X X X X
. dan sapi
n berat
penggemukan
badan
Bebas parasit dan
4.4.1 Vaksinasi secara
penyakit menular Disnak X X X X X
Meningkatka . berkala
strategis
n derajat
4.4.
kesehatan Penyediaan 1 pos
ternak 4.4.2 pelayanan
Disnak X X
. kesehatan hewan
(P3KH)

74

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Perbaikan
4.4.3
sanitasi kandang Disnak X X X X X
.
komunal/modern

Pembuatan kartu
ternak,
Tersedia kartu
Peningkatan pengadaan alat
4.5. 4.5.1 ternak sesuai Disnak X X X X X
Mutu Ternak ukur / timbang
jumlah ternak
dan identifikasi
ternak
Melakukan
pengamatan, Semua peternak
pengukuran / dan ternak
penimbangan teridentifikasi
4.5.2 ternak, serta semua Disnak X X X X X
identifikasi ternak tersedia
ternak dan datanya secara
peternak secara baik dan benar
berkala
Melakukan Diperoleh ternak
seleksi ternak bermutu lebih Disnak dan
4.5.3 berdasarkan hasil tinggi disbanding Perguruan X X X X
analisis data yang rata-rata Tinggi terkait
tersedia kelompoknya

Pembuatan Pos
Penjaga /
Keamanan Ternak 5.1.1 Jaga/Portal Disnak, PU,
5 5.1 Keamanan 2 Portal X
Terjaga . Keluar masuk Bappeda
Ternak
ternak

75

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Pemagaran
5.1.2 Keliling Kawasan Seluruh batas
Disnak X X X X X
. dengan pagar kawasan
hidup

5.1.3 Pengadaan Kuda


1 paket Disnak X X
. Kontrol

Fasilitas 1 unit kandang


pendukung Perbaikan Pembuatan komunal yang
pengelolaan sanitasi 6.1.1 drainase, memenuhi
6. 6.1 Disnak, PU X
ternak tersedia kandang . pengerasan standar sanitasi
dan berfungsi komunal lantai (luas 3 m2 per eor
secara efektif ternak dewasa)
Pembuatan
tempat
1 unit per Disnak,
6.1.2 penampungan X X
kelompok BPMLH
dan pengolahan
limbah ternak
Pembuatan
holding ground
1 kandang
Pengadaan dan fasilitas
handling ternak
fasilitas 6.2.1 penanganan
6.2 (300 m2) yang Disnak X
penanganan . ternak (untuk
terhubung dengan
ternak tujuan vaksinasi,
kandang jepit
penanganan dan
pengobatan)

76

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Tersedianya
sarana dan
Peningkatan Perbaikan jalan
prasarana untuk
sarana dan 7.1.1 raya menuju sesuaikan dg
7 mendukung 7.1 Disnak, PU X X X X X
prasarana . kawasan Lar perencanaan PU
Limung sebagai
pendukung Limung
kawasan
agrowisata

Perbaikan jalan
7.1.2
lingkungan dan Disnak, PU X X X X X
.
jalan usahatani

Bentuk dan
Pembuatan balai
ukuran
7.2.3 pertemuan
disesuaikan Disnak, PU X
. sederhana pada
dengan jumlah
setiap kelompok
anggota
Penanaman
pohon pelindung
Penataan 7.2.1
7.2 sepanjang jalan Disnak, PU X
lingkungan .
lingkungan dan
jalan usaha tani

Penaman pohon
7.2.2
naungan untuk Disnak, PU X
.
ternak

77

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Menyusun DED
7.2.3 jalan lingungan
Disnak, PU X
. kawasan Lar
Limung

Pembuatan
7.2.4
tempat jebakan Disnak, PU X X
.
air

Terpenuhinya
listrik untuk
Peningkatan
mendukung
Jaringan 7.3.1 Penambahan
7.3 berfungsinya Disnak, PLN X X X X X
Listrik di . jaringan Listrik
sarana dan
kawasan
prasarana lar
limung
Tersedianya Penelitian
informasi ilmu dan dan Penelitian dan Disnak,
tekonologi tepat pengkajian pengkajian BKPPD,
8 8.1. 8.1.1 1 paket per tahun X X X X X
guna serta hasil- lahan, air , peningkatan Lembaga
hasil penelitian tanaman dan kesuburan tanah Riset lain
yang siap pakai ternak
Penelitian dan
Disnak,
pengkajian
8.1.2 BKPPD,
peningkatan 2 paket per tahun X X X X X
. Lembaga
suplai dan mutu
Riset lain
air

78

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Penelitian dan
pengkajian Disnak,
peningkatan BKPPD,
8.1.2 3 paket per tahun X X X X X
produktivitas Lembaga
ternak dan mutu Riset lain
produk ternak
Penelitian dan
Disnak,
pengkajian
8.1.2 BKPPD,
peningkatan 4 paket per tahun X X X X X
. Lembaga
produktivitas
Riset lain
tanaman pangan

79

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
BAB V MONITORING DAN EVALUASI PENGEMBANGAN
PETERNAKAN TERPADU

Monitoring dan evaluasi (MONEV) merupakan suatu aktifitas untuk melihat


perkembangan dan menilai keberhasilan suatu perencanaan. Monev terhadap
operasionalisasi Master Plan Pengembangan Peternakan Terpadu Kawasan Lar Limung
ini sangat diperlukan, karena hasil monev memiliki arti penting dalam hal :
a. Menjamin peningkatan kinerja program dari sisi Input (apa, berapa,
mengapa, kapan), Proses (bagaimana input digunakan dan bagaimana
output dihasilkan), serta Output (apa, berapa, mengapa, kapan).
b. Merangsang peningkatan dampak program, karena monev bisa
mengendalikan program sesuai dengan tujuan.
c. Merupakan proses pembelajaran sekaligus pemberdayaan, termasuk
memperkuat organisasi dan inisiatif semua stakeholder secara mandiri;
d. Mendorong reformasi kelembagaan dalam Pengembangan Peternakan Terpadu
Kawasan Lar Limung sebagai sebuah rekayasa sosio kultural secara partisipatif dan
disesuaikan dengan perkembangan kemajuan tatanan pelayanan pemerintahan
yang baik (good governance)
e. Menjamin keberlangsungan program, baik dari aspek organisasi maupun
keuangan.
f. Dapat dipergunakan sebagai wacana akademis dalam kerangka mengembangkan
sistim peternakan terpadu berbasis ilmu pengetahuan dan kearifan lokal.

Pemantauan sebagai langkah pengamatan terhadap berbagai program dan


kegiatan yang berbeda untuk memastikan bahwa strategi dan langkah yang
ditempuh telah sesuai prosedur. Pemantauan biasanya melekat pada
tahap pelaksanaan program. Artinya monitoring dilakukan pada saat program
berjalan dan memiliki jangkauan jangka pendek. Evaluasi lazimnya difahami
sebagai aktifitas tahap akhir suatu program untuk menilai apakah program tersebut
berhasil atau gagal.
Secara umum, monitoring dan evaluasi akan menjawab 3 (tiga) pertanyaan pokok
sebagai berikut : Pertama, Apakah telah dilakukan kegiatan/program seperti yang
80

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
direncanakan ?; Kedua, Apakah berhasil? Mengapa ada program dan kegiatan yang
berhasil dan ada yang tidak berhasil ?; dan Ketiga, apakah akan mengulanginya atau
melakukan kegiatan/ program yang berbeda?.
Sementara, prinsip-prinsip pokok yang menjadi pegangan kegiatan monitoring
dan evaluasi ini meliputi : Obyektif dan Profesional; Partisipatif; Tepat waktu;
Transparan; Akuntabel; Berkesinambungan; dan Berbasis kinerja.
Mekanisme pelaksanaan monev Pengembangan Peternakan Terpadu Kawasan
Lar Limung ini sesungguhnya merupakan sebuah proses pembelajaran bagi para pihak
terkait dengan pentingnya pemahaman bahwa optimalisasi fungsi Lar merupakan sebuah
gerakan sosial dan moral yang mengedepankan pendekatan ‘lokalitas’ dalam setiap
elemen kegiatannya. Karena itu, mekanisme monev yang dikembangkan bersifat terbuka
bagi keterlibatan seluruh pihak yang berkepentingan (pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat) baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan
kebijakan/program Pengembangan Peternakan Terpadu Kawasan Lar Limung ini.

Mekanisme monitoring dan evaluasi pelaksanaan Pengembangan Peternakan


Terpadu Kawasan Lar Limung ini terdiri dari 4 (empat) komponen utama, yaitu :
a. Pengumpulan Data. Pengumpulan data merupakan suatu proses awal dalam
kegiatan monev. Berkaitan dengan pengumpulan data, ada dua langkah
kegiatan yang perlu dilakukan yakni : penetapan indikator yang akan diukur;
dan menentukan model atau mengembangkan instrument; dan pengumpulan data
itu sendiri baik bersumber dari lapangan (primer) maupun sumber lainnya
(sekunder)
b. Analisis Data dan Pelaporan. Analisis data dan pelaporan dalam kerangka
monitoring dan evaluasi ini sesungguhnya merupakan tahapan untuk
menggambarkan status keberhasilan pelaksanaan Pengembangan Peternakan
Terpadu Kawasan Lar Limung. Selain itu, memuat juga analisa terhadap dampak
dan permasalahan yang timbul untuk dicarikan solusi yang terbaik bagi
semua stakeholders.
c. Perencanaan dan pengambilan keputusan. Dari hasil analisis data dan
laporan yang dibuat, maka langkah berikutnya adalah penetapan rencana

81

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
tindak lanjut dan pengambilan keputusan strategis terkait perbaikan aktifitas
program ke depan;
d. Implementasi. Langkah terakhir dari monev Pengembangan Peternakan
Terpadu Kawasan Lar Limung ini adalah implementasi dari rancangan program
yang telah diputuskan dari rangkaian tahapan kegiatan di atas.

Agar pelaksanaan di lapangan dari program dan kegiatan yang telah disusun dalam
master plan sesuai rencana, diperlukan adanya monitoring dan pengawasan serta evaluasi
sebagai berikut:
a. Oleh karena pelaksanaan dari semua program dan kegiatan dalam master plan ini
dilakukan oleh pihak (SKPD) terkait dan dibawah koordinasi Dinas Peternakan
Kabupaten Sumbawa, maka monitoring dan pengawasan selayaknya dilakukan
juga oleh pejabat yang berasal dari pihak (SKPD) terkait dibawah koordinasi Dinas
Peternakan Kabupaten Sumbawa.
b. Kegiatan monitoring dan pengawasan dilakukan secara berkala sesuai aturan yang
berlaku.
c. Evaluasi terhadap pelaksanaan program dan kegiatan dari Master Plan Kawasan
Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung serta hasilnya dilakukan oleh
pihak / lembaga independent seperti Perguruan Tinggi dan LSM. Evaluasi
dilakukan setidak-tidaknya dua kali setiap tahun, yakni pada saat pertengahan dan
akhir dari pelaksanaan program dan kegiatan.

82

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
BAB VI PENUTUP

Master Plan Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung ini telah


mengetengahkan kerangka pemikiran bagaimana mengembangan peternakan terpadu di
kawasan Lar Limung, yang dilengkapi dengan matrik outcome, program dan kegiatan yang
harus dilaksanakan secara bertahap, terpadu dan berkelanjutan.
Perumusan isu strategis, kebijakan, program dan kegiatan didasarkan pada hasil analisis
secara komprehensif berbagai kondisi dan situasi kawasan baik dari segi potensi dan
permasalahan sumber daya alam, sumber daya manusia dan kelembagaan. Disamping itu
juga dianalisis secara terpadu berbagai dokumen perencanaan yang ada seperti RPJP,
RTRW, RPJMD, Renstra Dinas dan SK Bupati tentang Penetapan Kawasan Lar Limung
serta masukan dari berbagai pihak dalam proses diskusi yang telah dilakukan selama ini.
Dengan kata lain, master plan merupakan pedoman dan instrumen untuk pengembangan
peternakan terpadu di kawasan Lar Limung.
Tantangan selanjutnya adalah bagaimana master plan ini dapat dilaksanakan
secara konsisten oleh berbagai pihak yang terkait sesuai dengan strategi, cara dan tahapan
yang telah dirumuskan. Dengan demikian diharapkan dapat mewujudkan tujuan utamanya
yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan. Apabila hal tersebut dapat
dicapai, maka pengembangan Lar Limung dapat dijadikan model pengembangan agro-
bisnis dan agrowisata yang dapat diadaptasi dan direplikasi pada berbagai kawasan Lar
lain yang ada di wilayah Kabupaten Sumbawa.
Untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut di atas, diperlukan pemerintahan yang
fasilitatif (facilitattive government) yang berlandaskan prinsip-prinsip demokrasi dan good
governance, serta penghargaan yang tinggi terhadap keberagaman, dan kearifan lokal yang
ada. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan program dan kegiatan yang ada diperlukan
dialog-dialog diantara stakeholder maupun konsultasi publik yang formal pada semua
tingkatan pemerintahan. Kelompok-kelompok masyarakat yang selama ini merasa kurang
dilibatkan perlu didengarkan secara sungguh-sungguh dan diberdayakan untuk berperan
serta aktif dalam proses pengambilan keputusan. Dengan proses yang demikian, besar
harapan akan tercipta kebijakan yang koheren serta program yang bersinergi antara

83

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
berbagai SKPD, daerah dan pusat, serta antara inisiatif pemerintah dan kebutuhan swasta
serta masyarakat.
Disamping itu, para pihak yang berwenang dan memiliki
kompetensi/sumber daya sepatutnya mengambil inisiatif dan tanggungjawab untuk
meningkatkan kapasitas (capacity building) bagi masyarakat di kawasan Lar Limung,
khususnya dalam perencanaan dan pemantauan (monitoring) serta program dan kegiatan
yang telah disepakati. Partisipasi stakeholder dalam dialog, proses perencanaan dan
pemantauan tersebut merupakan bagian dari pembelajaran dan pemberdayaan yang pada
gilirannya akan memperbaiki kualitas kebijakan, kualitas program serta kualitas hasil-hasil
pada masa yang akan datang.
Selain itu, peningkatan kapasitas masyarakat peternak melalui pendampingan
dan pelatihan secara terpadu dan berkelanjutan dari berbagi pihak yang terkait dipandang
sangat penting. Juga adanya monitoring dan evaluasi secara partisifatif oleh masyarakat
dengan melibatkan berbagai lembaga perguruan tinggi, penyuluh, dinas akan dapat
menjadi proses pembelajaran yang pada ujungnya memberi feedback baik bagi masyarakat
maupun aparat pelaksana. Terakhir, tidak kalah pentingnya adalah perlu adanya penelitian
lapangan yang aplikatif dan partisifatif selama proses pelaksanaan program dan kegiatan
sehingga dapat membantu mempercepat tercapainya tujuan dari program tersebut.

84

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
DAFTAR PUSTAKA

Arman, C., I P. Sudrana, I W. Karda, I.B. Dania, H. Poerwoto, L. Wirapribadi, L. Zainuri,


dan M. Ashari, 2006. Profil Produksi, Reproduksi, dan Produktivitas Ternak Sapi
Bali Di Nusa Tenggara Barat. Dinas Peternakan Provinsi NTB dan Fakultas
Peternakan Unram. Laporan Akhir.
Dinas Peternakan NTB, 2010. Laporan Tahunan 2010
Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa, 2011. Draft Laporan Tahunan 2011
Kabupaten Sumbawa Dalam Angka, 2010. BPS Kabupaten Sumbawa.
Kecamatan Moyo Utara Dalam Angka, 2006, 2007/2008, 2009, dan 2010. BPS Kabupaten
Sumbawa.
Kecamatan Moyo Hilir Dalam Angka, 2006, 2007/2008, 2009, dan 2010. BPS Kabupaten
Sumbawa.
KUPT Moyo Hilir, 2010. Catatan Data Ternak
SK Bupati Sumbawa No. 650/2009. Penetapan Kawasan Lar Limung di Dusun Limung
Desa Pungkit Kecamatan Moyo Utara sebagai Tempat Pengembalaan Ternak.
Sudrana, I P., I.B. Dania, M. Muhzi, dan Lutojo, 1998. Sifat-Sifat Produksi dan
Reproduksi Sapi Bali. J. Penelitian Unram, Vol. 1., No.14 (Juni), Edisi A: IPA
dan Teknologi.

85

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor
Lampiran : 1. Contoh Kartu Ternak

KARTU TERNAK
IDENTITAS: SILSILAH:
Peternak: Pejantan:
Nama No. Telinga

Alamat Warna Tubuh

Kelompok Induk:
Ternak: No. Telinga

No. Telinga Warna Tubuh

Kode Cap Bakar MUTASI


Jenis Kelamin Nama

Tgl. Lahir Alamat

Berat Lahir (kg) Tanggal

Umur Induk (th)

PERTUMBUHAN I II III IV V
Berat Badan (kg)

Tinggi Pundak (cm)

Panjang Badan (cm)

Lingkar Dada (cm)

Tgl. Ukur&Timbang

KESEHATAN: I II III IV V
Jenis Vaksinasi

Tanggal

Keterangan Lainnya: Petugas:


__________________________________
__________________________________

86

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Anda mungkin juga menyukai