Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMANFAATAN AIR (FIQH AIR) DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN


ALAM DALAM KAJIAN ISLAM

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan IV

Disusun Oleh : Kelompok 8

Anggota Kelompok:

1. Auliya Dwi Rakhmawati (202010170311084)


2. Arum Dwi Apriliani (202010170311093)
3. Sylvia Wahyu Setyowati (202010170311097)
4. Betalia Alvionita (202010170311221)

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup manusia, hewan dan tumbuh-
tumbuhan adalah air. Tidak ada yang menyangkal bahwa air merupakan sumber daya alam yang
sangat vital, karena menentukan keberlanjutan kehidupan di planet bumi ini. Menurut keyakinan
agama-agama besar di dunia ini (agama samawi), air merupakan unsur atau elemen yang terlebih
dahulu diciptakan Tuhan sebelum menciptkan kehidupan di bumi. Dengan air maka segala
sesuatu di bumi ini menjadi hidup. Oleh karena itu air merupakan elemen utama kehidupan itu
sendiri. Tak ada makhluk hidup di dunia ini yang melangsungkan kehidupan tanpa air.
Air dengan jumlah atau volume dan kualitas tertentu serta pada lokasi tertentu sangatlah
dibutuhkan oleh manusia dan makhluk lain. Akan tetapi dengan jumlah tertentu atau dengan
kualitas tertentu air bisa berubah menjadi sesuatu yang berbahaya bagi kehidupan oleh karena itu
sangat tidak dibutuhkan (dihindari). Dengan demikian kesadaran akan makna pentingnya air,
nilai air, daya yang dikandung oleh air serta bagaimana cara mengelola air yang merupakan
karunia Allah SWT agar manfaatnya bisa tetap berkelanjutan, sangatlah perlu bagi semua orang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang makalah tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Apa itu air?
2. Apa saja macam-macam air menurut islam?
3. Apa saja peran air bagi kehidupan?
4. Bagaimana hukum fiqih tentang pemanfaatan air?
5. Bagaimana Fiqih air dalam kajian islam?
6. Bagaimana hukum islam terkait pengambilan, penggunaan dan pengelolaan air ?
7. Kitab-kitab apa saja dalam islam yang menjelaskan tentang pemanfaatan air ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini :


1. Untuk mengetahui apa itu definisi air.
2. Untuk mengetahui macam-macam air menurut islam.
3. Untuk mengetahui peran air bagi kehidupan.
4. Untuk mengetahui hukum fiqih tentang pemanfaatan air.
5. Untuk mengetahui maksud dari fiqh air dalam kajian islam.
6. Untuk mengetahui hukum islam terkait pengambilan, penggunaan dan pengelolaan air.
7. Untuk mengetahui kitab-kitab dalam islam yang menjelaskan tentang pemanfaatan air .
1.4 Manfaat Penulisan
Dengan kita mengetahui makna dan peranan air bagi kehidupan dan dalam kajian islam
maka diharapkan makalah ini dapat menyadarkan kita agar kita tidak mempergunakan air dengan
cuma- cuma karena itu dilarang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Air

2.1.1 Definisi Air dalam Bahasa Arab


Dalam bahasa Arab, kata air disebut
‫حر‬ ٌ‫( َب‬bahr) atau ‫( ماء‬maa’). Dalam Islam, air
memiliki makna yang sangat penting karena merupakan salah satu dari lima unsur pokok
yang diperlukan untuk kehidupan, selain udara, makanan, api, dan tanah. Secara syariat, air
dibagi menjadi dua jenis, yaitu air suci (tahir) dan air najis (kotor). Air suci adalah air yang
bebas dari kotoran dan najis, sedangkan air najis adalah air yang mengandung benda-benda
yang diharamkan dalam Islam, seperti darah, kotoran manusia atau hewan, dan sebagainya.
Air memiliki banyak kegunaan dalam Islam, di antaranya adalah untuk membersihkan diri
sebelum shalat (wudhu), mandi besar (mandi junub), dan membersihkan barang-barang yang
terkena najis. Selain itu, air juga digunakan untuk minum, memasak, dan membasahi
tanaman.
Dalam Al-Quran, air disebutkan sebagai salah satu anugerah dari Allah SWT yang
sangat berharga. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Furqan ayat 48:

‫كق‬
ُ ‫س ًبا ص ْه و‬ َ‫ما ِء ًرا َعل‬ٓ َ ‫و َو الَّ ِذ ي ش ْل‬
‫ِدي ًرا‬
‫و ًرا ۗ َكا ّب‬ ‫ن أ َب من ٱ فَ ۥ ُه ج‬cَ‫أ‬
‫َن ر‬ ‫ش‬
Artinya: "Dan Dialah yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia menjadikannya keturunan
dan mertua. Dan Tuhanmu Maha Kuasa."
Dalam hadits, Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya air dan kebersihan.
Beliau bersabda, "Bersihkanlah tempat-tempat kalian dari kotoran-kotoran, karena
sesungguhnya kebersihan itu termasuk bagian dari iman." (HR. Muslim).
2.1.1 Definisi Air dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), air didefinisikan sebagai zat cair
yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau yang sangat penting bagi kehidupan
makhluk hidup. Air juga dapat berasal dari air hujan, sungai, danau, atau laut, serta
digunakan sebagai sumber kehidupan bagi tumbuhan dan hewan. Selain itu, dalam bahasa
sehari-hari, air juga dapat merujuk pada zat cair lainnya yang digunakan untuk berbagai
keperluan, seperti air kelapa, air mineral, air soda, dan sebagainya.
Dalam sains, air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hidrogen dan satu
atom oksigen dengan rumus H2O. Air sangat penting bagi kehidupan karena berperan dalam
banyak proses biologis, seperti pencernaan, sirkulasi darah, dan pemeliharaan suhu tubuh.
Selain itu, air juga digunakan dalam berbagai industri, seperti industri kimia, farmasi, dan
makanan.
Secara umum, air memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan dan sangat
dibutuhkan oleh makhluk hidup. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga
kebersihan air dan memanfaatkannya dengan bijak agar dapat terus memenuhi kebutuhan
manusia, tumbuhan, dan hewan di masa depan.
2.2 Macam-macam Air

Dalam merumuskan tentang macam-macam air, Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air menyebutkan bahwa: yang dimaksud
dengan air adalah semua air yang ada di atas atau pun di bawah permukaan tanah, termasuk
air hujan, air tanah dan air laut yang berada di darat. Jika dilihat dari segi wujud dan tempat
air di bumi, maka wujud air dibagi menjadi 3 bentuk: Cairan air ada diatas atau dibawah
permukaan tanah; es yang mengembang; dan awan di udara yang merupakan uap air. Selain
itu juga air dapat berwujud padatan (es), cairan (air), dan gas (uap air). Air sebagian besar
terdapat di laut (air asin), akan tetapi juga tetap ada sebagai awan, hujan, sungai, muka air
tawar, danau, uap air dan lautan es. Air dalam objek-objek bergerak mengikuti sesuai dengan
siklus air, yaitu melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah menuju
laut. Air adalah satu- satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dengan tiga
bentuk wujudnya. Pengaturan air yang kurang baik dapat mengakibatkan kurangnya air,
monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik sosial yang berkepanjangan.
Sementara itu, macam-macam air di dalam perspektif fiqih biasanya dibahas pada
bab Ṭaharah yakni, bab bersuci berikut:
“air itu bermacam-macam. Air yang mensucikan, air suci, dan air najis. Air yang
mensucikan adalah air yang suci pada substansinya yang sekaligus mensucikan benda-
benda lainnya. Sementara itu, air suci adalah air yang suci pada dirinya, tetapi tidak dapat
mensucikan benda benda lainnya. Adapun air najis adalah air yang tidak termasuk
keduanya. Tidak diperbolehkan mengangkat hadas dan menghilangkan najis kecuali dengan
air mutlak yaitu, air suci dalam keadaan sifat air yang asli sesuai dengan kejadiannya.
Dalam Fiqh dijelaskan bahwa dimakruhkan menggunakan air di dalam sebuah bejana yang
terkena panas matahari di negeri tropis; dan kemakruhan itu hilang apabila air yang ada
dalam bejana menjadi dingin”.
Berdasarkan kajian air di atas dijelaskan bahwa islam membagi macam air menjadi
empat bagian seperti:
A. Air Mutlak, yaitu air yang suci dan mensucikan yang oleh al Ghamrawi dinamakan
at- Tahūr. Air mutlak adalah air yang biasa digunakan untuk mensucikan diri dari
hadas, baik hadas kecil dengan berwudhu maupun hadas besar junub dengan mandi
seperti air hujan, laut dan embun.
B. Air Musta’mal, yaitu air yang sudah dipakai untuk mensucikan diri dari hadas kecil,
besar maupun air yang sudah digunakan untuk keperluan lain seperti mandi dan
lainnya.
C. Air yang bercampur dengan benda suci; misalnya air yang bercampur dengan sabun
atau tepung. Air macam ini suci dan mensucikan selama masih termasuk air mutlak.
Jika kemutlakannya itu hilang dan berubah warna dan mengandung rasa maka air ini
termasuk suci, tetapi tidak dapat mensucikan diri dari hadas kecil maupun besar.
D. Air yang bercampur dengan najis, jika benda najis merubah sifat air, rasa, warna dan
bau maka air itu tidak lagi suci tetapi berubah menjadi air najis.
E. Air makruh (musyammas) adalah air yang dipanaskan dibawah terik sinar matahari
dengan menggunakan wadah yang terbuat dari logam selain emas dan perak, seperti
besi dan tembaga. Air ini hukumnya suci dan mensucikan, hanya saja makruh bila
dipakai untuk bersuci. Air ini makruh digunakan bila pada anggota badan manusia
dan hewan yang bisa terkena kusta seperti kuda, tetapi tak mengapa bila dipakai
untuk mencuci pakaian ataupun berwudhu. Meski demikian air ini tidak lagi makruh
bila digunakan untuk bersuci apabila telah kembali dingin kembali.
Pemanfaatan berasal dari kata dasar manfaat yang artinya guna atau bisa dikatakan
berfaedah. Pemanfaatan memiliki makna proses, cara atau perbuatan memanfaatkan.
Pemanfaatan adalah suatu kegiatan, proses, cara atau perbuatan yang menjadikan sesuatu
yang ada menjadi bermanfaat. Istilah pemanfaatan berasal dari kata manfaat yang berarti
faedah, yang mendapatkan imbuhan pe-an yang berarti perbuatan memanfaatkan atau suatu
perolehan, pemakaian hal-hal yang berguna baik dipergunakan secara langsung maupun
tidak langsung agar bermanfaat.

2.3 Peran Air Bagi Kehidupan


2.3.1 Peran Air Bagi Kehidupan menurut Kajian Islam

Air memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan, tidak hanya menurut kajian
Islam, tetapi juga menurut ilmu pengetahuan modern. Dalam kajian Islam, air dianggap
sebagai salah satu anugerah dari Allah SWT yang sangat berharga.
Dalam Al-Quran, air disebutkan sebagai salah satu sumber kehidupan yang sangat
penting. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Anbiya ayat 30:

‫َف ََل ُي ْؤ‬cَ‫ ۖ أ‬c‫ي‬


ٍ ‫ح‬ ‫َوج َع ْل َنا م َن ا َ شي‬
‫ِمنُون‬ ‫ْل َما ِء ّ ٍء‬
‫ل‬
Artinya: "Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air. Maka
mengapa mereka tidak mau beriman?"
Dalam hadits, Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya air bagi kehidupan dan
kesehatan manusia. Beliau bersabda, "Minumlah air, karena air itu menyembuhkan banyak
penyakit." (HR. Bukhari).
Berikut ini adalah beberapa peran air bagi kehidupan menurut kajian Islam:
1. Sumber Kehidupan

Air adalah sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup di bumi, termasuk
manusia, tumbuhan, dan hewan. Air dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
dasar seperti minum, memasak, dan mandi. Tanaman juga membutuhkan air
untuk fotosintesis dan pertumbuhannya.
2. Pembersih dan Penyucian
Air memiliki sifat pembersih dan penyucian yang sangat penting dalam Islam.
Air digunakan untuk membersihkan diri sebelum shalat (wudhu), mandi besar
(mandi junub), dan membersihkan barang-barang yang terkena najis.
3. Menjaga Kesehatan

Air juga sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Minum air yang
cukup dapat membantu menghilangkan racun dalam tubuh dan mempercepat
proses pencernaan. Selain itu, air juga dapat membantu menjaga suhu tubuh
dan menghindari dehidrasi.
4. Sumber Mata Pencaharian
Air juga memiliki peran yang penting sebagai sumber mata pencaharian bagi
banyak orang, terutama yang tinggal di daerah yang kaya akan sumber air
seperti sungai dan danau. Air digunakan untuk bercocok tanam, memelihara
ternak, dan berbagai kegiatan lainya.
Dari penjelasan diatas air memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan dan
harus digunakan dengan bijak untuk menjaga keseimbangan dan keberlangsungan
kehidupan di bumi. Kita sebagai manusia harus memanfaatkan air dengan bijak dan
menjaga.
2.3.2 Peran Air Bagi Kehidupan Lingkungan Alam
Air memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan lingkungan alam. Air
merupakan salah satu elemen penting dalam siklus hidrologi, yang mempengaruhi iklim,
tanah, tumbuhan, dan hewan. Berikut adalah beberapa peran air bagi kehidupan lingkungan
alam:

1. Memelihara keanekaragaman hayati


Air adalah sumber kehidupan bagi banyak organisme hidup di lingkungan alam,
seperti ikan, tumbuhan air, dan hewan lainnya. Air juga membentuk berbagai
ekosistem seperti danau, sungai, dan laut, yang menjadi rumah bagi banyak spesies
organisme hidup. Kehadiran air yang cukup memastikan kelangsungan hidup
spesies- spesies tersebut.
2. Mengatur iklim
Air berperan penting dalam mengatur iklim bumi. Air dapat menyerap panas dari
sinar matahari dan mengeluarkannya kembali ke atmosfer, sehingga menjaga suhu
bumi tetap stabil. Selain itu, air juga berperan dalam membentuk awan dan hujan,
yang membawa kelembaban ke tanah dan mempengaruhi siklus hidrologi.

3. Menjaga keseimbangan ekosistem


Air berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di lingkungan alam.
Air yang bersih dan sehat dapat mendukung kehidupan makhluk hidup di dalamnya,
termasuk ikan, tumbuhan air, dan hewan lainnya. Selain itu, air juga dapat membantu
mengurangi polusi dan menjaga keseimbangan ekosistem di bumi.
4. Membentuk dan mengubah topografi
Air memainkan peran penting dalam membentuk dan mengubah topografi bumi.
Aliran air dapat membentuk lembah dan ngarai yang indah, sementara ombak laut
dapat membentuk pantai dan tebing. Air juga dapat merusak dan mempengaruhi
topografi bumi, seperti banjir dan longsor.
5. Mendorong pertumbuhan tumbuhan
Air merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tumbuhan di lingkungan alam. Air
memasok kelembaban yang diperlukan oleh tumbuhan untuk bertahan hidup dan
tumbuh. Selain itu, air juga mengandung nutrisi penting seperti nitrogen dan fosfor,
yang membantu pertumbuhan tumbuhan.
6. Menyediakan sumber daya alam
Air adalah sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Air
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti minum, memasak, dan mandi.
Air juga digunakan untuk irigasi, pertanian, dan produksi energi listrik.
Dari penjelasan diatas air memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan
lingkungan alam. oleh karena itu, kita harus memanfaatkan air dengan bijak dan menjaga
kelestariannya untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlangsungan kehidupan di
bumi.

2.4 Hukum Fiqih tentang Pemanfaatan Air


2.4.1 Air sebagai Benda Sosial
Sebagai benda yang sangat diperlukan dalam kehidupan, baik sebagai alat bersuci,
pengairan tanaman, maupun untuk pemenuhan keperluan konsumsi manusia dan hewan, air
menjadi benda milik bersama sebagaimana padang rumput dan api. Oleh karena itu, air yang
yang berada di tempat-tempat umum/tidak dimiliki oleh seseorang atau kelompok tertentu,
seperti laut, sungai, danau dan lain-lain, semua orang memiliki hak yang sama untuk
memanfaatkannya dan kewajiban yang sama untuk memeliharanya. Ketetapan hukum fikih
ini berdasar hadis riwayat Ibnu Majah dan Abu Daud tentang air, padang rumput, dan api,
sebagai benda sosial milik bersama. Hak pemanfaatan atas air meliputi hak untuk pengairan
tanaman (ḥaqq asy syirb), hak untuk konsumsi manusia dan binatang (ḥaqq asy-syurb/ḥaqq
asy-syafah), hak untuk mengalirkan air (ḥaqq almajrā), dan hak untuk menjadikannya
sebagai jalan transportasi air (ḥaqq al-murūr).31 Implikasi dari hadis yang menyatakan
bahwa air, padang rumput, dan api sebagai benda sosial adalah: pertama, bahwa setiap orang
memiliki hak akses terhadap tiga sumber alam tersebut untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya; kedua, bahwa setiap orang memiliki kewajiban yang sama untuk memelihara tiga
sumber daya alam itu agar terus tersedia; ketiga, setiap orang berkewajiban untuk berhemat
dalam menggunakan tiga sumber daya alam; keempat, setiap individu memiliki kewajiban
kolektif (farḍu kifāyah) untuk meluruskan penyelewengan dan penghamburan terhadap
sumber daya alam. Dalam praktik yang lebih operasional yang pernah terjadi zaman
Rasulullah, aturan-aturan tentang air yang berada di tempat-tempat umum adalah sebagai
berikut:
a. Air yang terdapat di sungai secara mutlak dimiliki oleh semua orang, baik yang berada di
hulu maupun yang berada di hilir. Pada zaman Nabi pernah terjadi sengketa antara Zubair
dan laki-laki dari Ansar tentang sungai kecil yang berada di Harrah (suatu kawasan di
Madinah yang subur dan ber bebatuan). Sungai tersebut menjadi sumber air untuk
pemeliharaan kebun kurma mereka. Laki-laki Ansar itu meminta kepada Zubair agar air
sungai tersebut dialirkan ke kebunnya. Zubair menolaknya. Keduanya minta penyelesaian
kepada Nabi. Rasulullah memutuskan agar Zubair mengalirkan air tersebut ke kebun laki-
laki Ansar.
b. Rasulullah memutuskan agas air sungai dapat dimanfaatkan secara bersama untuk
kepentingan pengairan, sehingga wilayah yang terjauh dari sungai tersebut mendapat
bagian yang adil untuk diairi. Dalam hadis riwayat Malik dan Ibnu Majah, Rasulullah
memutuskan bahwa apabila tanah pertanian seseorang telah terairi sedalam dua mata
kaki, orang itu wajib mengalirkan air tersebut ke tanah berikutnya.
c. Rasulullah melarang menahan leburan air yang akan mengalir ke wilayah lahan hijau.
d. Hak untuk memenuhi keperluan konsumsi binatang dan manusia tetap ada pada setiap
air, meski air itu berada dalam kepemilikan seseorang atau sekelompok orang, karena
kebutuhan konsumtif itu bersifat darurat. Oleh karena itu, bagi pemilik air atau sumber air
yang melebihi dari kebutuhan konsumsi mereka wajib memberikan kesempatan kepada
orang lain yang memerlukannya secara darurat untuk mengambil air yang dimilikinya itu.
Diriwayatkan bahwa Umar ibn al-Khattab mengatakan kepada sekelompok orang yang
enggan memberikan air kepada kelompok yang memerlukannya: “Kalau begitu, apakah
kalian akan memberikan kepada mereka senjata/pedang”.

2.4.2 Penggunaan Air Harus Sehemat mungkin


dalam riwayat Abu Daud, Rasulullah juga menyinggung bahwa suatu ketika akan
terjadi pada umat Islam sikap melampaui batas dalam bersuci dan berdoa. 37 Singgungan
Rasulullah tersebut berawal dari permohonan anak Abdullah bin Mugaffal yang meminta
kepada Allah agar diberikan istana berwarna putih yang berada di bagian kanan sorga.
Ayahnya (Abdullah bin Mugaffal) berkata kepada anaknya tersebut: tidaklah perlu meminta
rincian surga, mintalah surga dan berlindunglah dari neraka. Aku pernah mendengar
Rasulullah bersabda: “suatu ketika akan terjadi pada umatku, mereka melampaui batas
dalam bersuci dan berdoa.
2.4.3 Skala Prioritas Penggunaan Air
Ketika terjadi keterbatasan jumlah air yang tersedia sementara beberapa kebutuhan
terhadap air harus dipenuhi, maka dalam fikih Islam ditentukan skala prioritas. Penggunaan
air untuk keperluan konsumsi mendapat prioritas pertama dalam fikih Islam. Dalam hadis
riwayat Abu Dawud, Ahmad dan Ibnu Majah, Rasulullah mengiyakan untuk menggunakan
air laut untuk berwudhu ketika air tawar yang dimiliki hanya cukup untuk keperluan minum.
Penentuan skala prioritas penggunaan air untuk kebutuhan konsumsi, seperti yang terurai
pula dalam bagian sebelumnya, mengakibatkan gugurnya kepemilikan air bagi seseorang
atau sekelompok orang ketika ada yang memerlukan untuk keperluan konsumsi, karena
pemenuhan konsumsi adalah pemenuhan kebutuhan yang sangat mendesak (ḍarūrī).
2.4.4 Air sebagai Komoditi

Ketika air berada di tempat tempat umum, seperti laut, sungai, telaga, sumur, dan mata
air yang tidak dimiliki oleh seseorang atau kelompok masyarakat tertentu karena
keberadaannya di wilayah umum, maka status air tersebut tetap menjadi benda sosial milik
bersama. Akan tetapi, ketika air berada dalam wilayah kepemilikan yang dimiliki seseorang
atau kelompok masyarakat tertentu, misalnya sumur yang digali dan berada di wilayah tanah
hak milik atau air yang berada dalam wadah air milik seseorang atau sekelompok orang,
maka air tersebut dapat berfungsi sebagai benda komoditas yang dapat ditransaksikan
(tasaruf), meski dalam keadaan darurat, air tersebut tetap berfungsi sebagai benda sosial
milik bersama. Abu Yusuf membolehkan menjual air yang berada dalam kepemilikan
seseorang, misalnya air yang berada dalam wadah yang dimilikinya atas hasil usahanya
dalam mengumpulkannya. Terhadap larangan Rasulullah dalam menjual air, Abu Yusuf
menafsirkan hadis tersebut sebagai larangan menjual air yang bukan berada dalam
kepemilikannya.
2.5 Fiqih Air dalam Kajian Islam

Dalam Musyawarah Nasional (Munas) Tarjih ke-28 Tahun 2014, yang diselenggarakan di
Palembang, Sumatera Selatan. Majelis Tarjih Muhammadiyah menetapkan panduan fiqih tentang
air, terutama tentang cara pelestariannya. Fikih Air merupakan jawaban cerdas dan merupakan
bagian dari kontribusi Muhammadiyah dalam rangka mencegah dan menanggulangi terjadinya
krisis air yang bersifat akut dan berskala global.
Gagasan Fikih air oleh Muhammadiyah merupakan sekumpulan nilai dasar, prinsip universal,
dan rumusan implementatif yang bersumber dari ajaran agama islam. Fikih air mengatur
bagaimana seharusnya sikap dan kepedulian kita terhadap air, bagaimana cara memanfaatkan air,
mengelolanya, konservasi, dan juga melestarikannya. Fikih air sebagai aturan hukum yang
bersumber dari syariat Islam wajib dipelajari dan dipahami oleh umat Islam. Dengan pemahaman
tersebut diharapkan lahir perilaku umat Islam yang sesuai dengan ajaran agamanya.

Fikih Air juga meliputi bagaimana pandangan hidup Islam (islamic worldview) tentang air,
pemanfaatannya, pengelolaannya, konservasi dan kelestariannya, dan bagaimana mencukupi
ketersediaan air bersih secara adil bagi seluruh masyarakat.

Fikih air berlandaskan prinsip-prinsip universal sebagai berikut:

1. Keterlibatan publik, yaitu partisipasi semua elemen masyarakat yang meliputi pengun,
perencana, atau pelaksana kebijakan terhadap air, yang harus memiliki perhatian dalam
pengelolaan air. Laki-laki maupun perempuan, lembaga pemerintah lintas sektor dan
lintas wilayah (pusat dan daerah) maupun masyarakat sipil, harus terlibat dan memiliki
perhatian tentang pengelolaan air, dalam rangka menjamin keberlanjutan dan masa depan
air.
2. Penyusunan skala prioritas, yaitu pemetaan air berdasarkan kebutuhan manusia yang
dikategorikan menjadi primer (makan, minum, ibadah dan sanitasi), sekunder (mencuci
mobil, motor, membuat kolam renang, membuat danau buatan untuk kepentingan
rekreasi). Kebutuhan primer terhadap air didahulukan pemenuhannya dari kebutuhan
sekunder dan tersier.
3. Konservasi, yaitu usaha yang dilakukan dalam rangka mengatur air agar tetap menjadi
sumber daya yang berkualitas dan berkelanjutan, supaya air tetap tersedia untuk
digunakan di masa depan, sehingga generasi yang akan datang dapat menikmati air yang
cukup, sehat dan terjangkau.
4. Regulasi kepemilikan air, yaitu pengaturan kepemilikan air, baik oleh publik maupun
individu dengan tidak membuka lebar-lebar pintu privatisasi dan monopoli tanpa batas.
5. Regulasi distribusi air, yaitu pengaturan penyaluran air yang sejalan dengan program
pengentasan kemiskinan sehingga warga masyarakat dari setiap lapisan memiliki akses
yang sama terhadap air.
2.6 Hukum Islam Terkait Pengambilan, Penggunaan Dan Pengelolaan Air
Pembahasan hukum Islam terkait pengambilan, penggunaan, dan pengelolaan air sangatlah
penting karena air adalah salah satu sumber daya alam yang sangat berharga dan menjadi
kebutuhan dasar manusia. Sebagai umat Muslim, kita harus memperhatikan dan mematuhi ajaran
Islam dalam pengambilan, penggunaan, dan pengelolaan air.

2.6.1 Pengambilan Air


Pengambilan air dalam Islam harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal, di
antaranya adalah:
1. Tidak merusak sumber air: Dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 60, Allah SWT
memerintahkan umat manusia untuk tidak merusak sumber air. Allah SWT berfirman,
“Dan (ingatlah), ketika Musa memohon air untuk kaumnya, maka Kami berfirman,
‘Pukullah batu itu dengan tongkatmu’. Maka memancarlah daripadanya dua belas mata
air. Sesungguhnya setiap suku (yang berbeda-beda) mengetahui tempat minumnya.
Makanlah dan minumlah rezeki yang diberikan Allah, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di muka bumi dengan berbuat fasad.”
2. Tidak membuang air sembarangan: Dalam hadits riwayat Abu Dawud dan At-Tirmidzi,
Nabi Muhammad SAW mengingatkan umat Muslim untuk tidak membuang air
sembarangan. Nabi bersabda, “Janganlah kalian membuang air kencing di jalanan, di
tempat yang biasa dilalui orang, dan janganlah pula kalian membuang air kencing di air
yang mengalir.”
2.6.2 Penggunaan Air
Penggunaan air dalam Islam juga harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal, di
antaranya adalah:
1. Tidak berlebihan: Dalam Al-Quran surah Al-A’raf ayat 31, Allah SWT mengingatkan
umat manusia agar tidak berlebihan dalam penggunaan air. Allah SWT berfirman, “Hai
anak- anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (tempat) shalat, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang
yang berlebihan.”
2. Menggunakan air dengan bersyukur: Dalam Al-Quran surah Al-Insan ayat 3, Allah SWT
mengajarkan umat manusia untuk menggunakan air dengan bersyukur. Allah SWT
berfirman, “Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dari air yang hina, (lalu) Kami
jadikan dia (berdiri) dengan sebaik-baiknya rupa, kemudian Kami jadikan dia ke dalam
kehidupan yang berada di tempat yang aman (surga).”
2.6.3 Pengelolaan Air

Pengelolaan air dalam Islam juga harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal, di
antaranya adalah:
1. Menjaga kebersihan air: Dalam hadits riwayat Muslim, Nabi Muhammad SAW
mengajarkan umat Muslim untuk menjaga kebersihan air. Nabi bersabda, “Air adalah
suci, tidak najis. Namun, ketika air bercampur dengan sesuatu yang menjadikannya
keruh, maka air tersebut menjadi najis.” Oleh karena itu, kita harus menjaga kebersihan
air agar tetap suci dan bisa digunakan dengan baik.
2. Menghindari pemborosan air: Dalam Al-Quran surah Al-Muminun ayat 61, Allah SWT
memerintahkan umat manusia untuk tidak memboroskan air. Allah SWT berfirman, “Dan
apabila dikatakan kepada mereka, ‘Belanjakanlah sebagian dari rezeki yang telah
diberikan Allah kepadamu’, orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang
beriman, ‘Apakah kami akan memberi makan orang yang jika Allah menghendaki tentu
Dia memberinya makan? Kamu tidak lain hanyalah dalam kesesatan yang nyata.’”

2.7 Kitab-Kitab dalam Islam yang Menjelaskan tentang Pemanfaatan Air


Kitab-kitab yang dijadikan referensi untuk mempelajari pemanfaatan air dalam pelestarian
lingkungan alam dalam kajian Islam mencakup berbagai aspek dan perspektif yang berbeda-
beda. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai beberapa kitab yang dapat dijadikan
referensi untuk mempelajari pemanfaatan air dalam pelestarian lingkungan alam dalam kajian
Islam.
2.7.1. Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah

Kitab ini merupakan kumpulan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Fatwa Kuwait, yang
mencakup berbagai masalah fiqih termasuk pemanfaatan air dalam pelestarian lingkungan
alam. Kitab ini membahas berbagai masalah praktis yang berkaitan dengan penggunaan air,
termasuk tentang air limbah, pengolahan air, dan penggunaan air dalam irigasi. Selain itu,
kitab ini juga membahas tentang masalah-masalah hukum yang berkaitan dengan
penggunaan air, seperti hak atas air, pengambilan air dari sumber alam, dan tanggung
jawab penggunaan air.
2.7.2 Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu

Kitab ini merupakan salah satu referensi utama dalam kajian fiqih Islam yang ditulis oleh
Dr. Wahbah Az-Zuhaili. Kitab ini membahas berbagai masalah fiqih, termasuk
pemanfaatan air dalam konteks pelestarian lingkungan alam. Dalam bab yang membahas
masalah air, kitab ini membahas tentang hak-hak dan kewajiban penggunaan air dalam
Islam, seperti hak penggunaan air bagi masyarakat, hak Allah SWT atas air, dan tanggung
jawab manusia dalam memelihara sumber air.
2.7.3. Al-Muhazzab fi Fiqh Al-Islam
Kitab ini ditulis oleh Imam Asy-Syafi'i dan membahas berbagai masalah fiqih, termasuk
pemanfaatan air dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bab yang membahas masalah air,
kitab ini membahas tentang hak-hak dan kewajiban penggunaan air dalam Islam, seperti
hak penggunaan air bagi masyarakat, hak Allah SWT atas air, dan tanggung jawab manusia
dalam memelihara sumber air. Selain itu, kitab ini juga membahas tentang masalah-
masalah praktis yang berkaitan dengan penggunaan air, seperti pemakaian air untuk mandi,
wudhu, dan lain sebagainya.
2.7.4. Al-Majmu' Syarh Al-Muhadzdzab
Kitab ini ditulis oleh Imam An-Nawawi dan merupakan penjelasan terhadap kitab Al-
Muhadzdzab karya Imam Asy-Syafi'i. Kitab ini membahas berbagai masalah fiqih,
termasuk pemanfaatan air dalam konteks pelestarian lingkungan alam. Dalam bab yang
membahas masalah air, kitab ini membahas tentang hak-hak dan kewajiban penggunaan air
dalam Islam, seperti hak penggunaan air bagi masyarakat, hak Allah SWT atas air, dan
tanggung jawab manusia dalam memelihara sumber air. Selain itu, kitab ini juga
membahas tentang masalah-masalah praktis yang berkaitan dengan penggunaan air, seperti
penggunaan air dalam mandi, wudhu, dan lain sebagainya, serta masalah-masalah hukum
yang berkaitan dengan pengambilan air dari sumber alam.
2.7.5. Al-Muhalla
Kitab ini ditulis oleh Imam Ibn Hazm dan merupakan salah satu kitab hukum Islam yang
sangat terkenal. Kitab ini membahas berbagai masalah hukum, termasuk masalah
pemanfaatan air dalam konteks pelestarian lingkungan alam. Dalam bab yang membahas
masalah air, kitab ini membahas tentang hak-hak dan kewajiban penggunaan air dalam
Islam, seperti hak penggunaan air bagi masyarakat, hak Allah SWT atas air, dan tanggung
jawab manusia dalam memelihara sumber air. Selain itu, kitab ini juga membahas tentang
masalah-masalah hukum yang berkaitan dengan pengambilan air dari sumber alam dan
penggunaan air dalam irigasi.
2.7.6. Mausu'ah Al-Fiqh Al-Islami Al-Muyassar

Kitab ini merupakan salah satu kumpulan fatwa yang diterbitkan oleh Lajnah Daimah lil-
Ifta', yang merupakan lembaga fatwa resmi Kerajaan Arab Saudi. Kitab ini membahas
berbagai masalah hukum dalam Islam, termasuk masalah pemanfaatan air dalam konteks
pelestarian lingkungan alam. Dalam bab yang membahas masalah air, kitab ini membahas
tentang hak-hak dan kewajiban penggunaan air dalam Islam, serta tanggung jawab manusia
dalam memelihara sumber air dan menjaga kelestarian lingkungan alam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Air suci adalah air yang bebas dari kotoran dan najis, sedangkan air najis adalah air yang
mengandung benda-benda yang diharamkan dalam Islam, seperti darah, kotoran manusia atau
hewan, dan sebagainya. Definisi Air dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), air
didefinisikan sebagai zat cair yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau yang sangat
penting bagi kehidupan makhluk hidup. Selain itu, dalam bahasa sehari-hari, air juga dapat
merujuk pada zat cair lainnya yang digunakan untuk berbagai keperluan, seperti air kelapa, air
mineral, air soda, dan sebagainya.
Sumber Mata Air juga memiliki peran yang penting sebagai sumber mata pencaharian bagi
banyak orang, terutama yang tinggal di daerah yang kaya akan sumber air seperti sungai dan
danau. Hak pemanfaatan atas air meliputi hak untuk pengairan tanaman (ḥaqq asy syirb), hak
untuk konsumsi manusia dan binatang (ḥaqq asy-syurb/ḥaqq asy-syafah), hak untuk mengalirkan
air (ḥaqq almajrā), dan hak untuk menjadikannya sebagai jalan transportasi air (ḥaqq al-murūr).
Hukum Islam Terkait Pengambilan, Penggunaan Dan Pengelolaan Air sangatlah penting karena
air adalah salah satu sumber daya alam yang sangat berharga dan menjadi kebutuhan dasar
manusia.
Kitab-kitab yang dijadikan referensi untuk mempelajari pemanfaatan air dalam pelestarian
lingkungan alam dalam kajian Islam mencakup berbagai aspek dan perspektif yang berbeda-
beda. Kitab ini membahas berbagai masalah praktis yang berkaitan dengan penggunaan air,
termasuk tentang air limbah, pengolahan air, dan penggunaan air dalam irigasi. Selain itu, kitab
ini juga membahas tentang masalah-masalah hukum yang berkaitan dengan penggunaan air,
seperti hak atas air, pengambilan air dari sumber alam, dan tanggung jawab penggunaan air.
Dalam bab yang membahas masalah air, kitab ini membahas tentang hak-hak dan kewajiban
penggunaan air dalam Islam, seperti hak penggunaan air bagi masyarakat, hak Allah SWT atas
air, dan tanggung jawab manusia dalam memelihara sumber air.
DAFTAR PUSTAKA
(n.d.). Retrieved from https://www.slideshare.net/umimasfufah/air-dalam-perspektif-islam

(n.d.). Retrieved from https://banten.nu.or.id/syariah/air-dan-macam-macamnya-dalam-islam-


tm25e
(n.d.). Retrieved from https://islam.nu.or.id/thaharah/empat-macam-air-dan-hukumnya-untuk-
bersuci-ps
Amburika, N. N. (2021). KONSEP PEMANFAATAN AIR DALAM AL-QURAN.

Istianah. (2015). UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PRESPEKTIF


HADIS. Riwayah, vol 1 no 2.
Muhammadiyah. (n.d.). Fikih Air. Retrieved from https://muhammadiyah.or.id/apa-yang-
dimaksud-dengan-fikih-air/
Razak, A. (2021). Redefinisi Air Mutlak (Kajian Kompratif terhadap Fiqh Klasik dan Fiqh
Modern).

Anda mungkin juga menyukai