Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN GEOLOGI FISIK

ACARA V: PENGENALAN ALAT UKUR

OLEH

ANDI NAHDAH ZALFAA. A. M

D111211088

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas

limpahan nikmat dan karuna-Nya, Kesehatan dan kesempatan dari-Nya sehingga

penyusun dapat menyelesaikan laporan Geologi Fisik dengan judul Pengenalan Alat

Ukur.

Penyusun menyadari dalam menyelesaikan laporan ini terdapat banyak kendala

dalam pembuatannya, sehingga laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu

segala saran dan kritikan yang membangun sangat dibutuhkan agar laporan ini dapat

menjadi lebih sempurna lagi untuk selanjutnya.

Penyusun mengucapkan terimakasih, kepada bapak Dr. Ir. Irzal Nur, M.T. dan

bapak Dr. Sufriadin, S.T., M.T. selaku dosen mata kuliah Geologi Fisik yang telah

memberikan arahan, serta kepada asisten Praktikum Geologi Fisik, teman-teman

angkatan 2021 Departeman Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas

Hasanuddin serta seluruh pihak yang telah membantu penyusun dalam penyelesaian

Laporan Geologi Fisik ini.

Gowa, Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL..............................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v

DAFTAR TABEL.................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan.....................................................................................................2

1.4 Ruang Lingkup.........................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4

2.1 Palu Geologi.............................................................................................4

2.2 Kompas Geologi........................................................................................6

2.3 Waterpass dan Theodolite.........................................................................7

2.4 Kelebihan dan Kekurangan......................................................................15

2.5 Mekanisme Penggunaan Alat...................................................................16

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN...............................................................20

3.1 Alat dan Bahan.......................................................................................20

3.2 Metodologi.............................................................................................26

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN.......................................................................27

4.1 Hasil......................................................................................................27

4.2 Pembahasan...........................................................................................27

BAB V PENUTUP..............................................................................................31

5.1 Kesimpulan.............................................................................................31

iii
5.2 Saran.....................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Pick Point (Ansofa, 2016)……..………………………………………………….….………

Gambar 2.2 Chisel Point (Ansofa, 2016).…….……………………………………………….…….……

Gambar 2.3 Kompas Geologi (Ansofa, 2016)….………………………………………….

…………...6

Gambar 2.4 Waterpass (Syaifullah, 2014)….…………………………………….………………..……

Gambar 2.5 Nivo Kotak (Wedagama, 20013)…..…………….……………………………..

……….11

Gambar 2.6 Nivo Tabung (Wedagama, 2013)…………………………………………………………

12

Gambar 2.7 Theodolite (Syaripudin, 2014).………………….….…………..………………………..13

Gambar 3.1 Palu Geologi………………………..……………………………………………………………

20

Gambar 3.2 Kompas…………………………………………..

……………………………………………….21

Gambar 3.3 Theodolite……………………………………..…………………………………………………

21

Gambar 3.4 Waterpass……………………………..…………………………………………………………

22

Gambar 3.5 Bak Ukur……………………………………………………………………………..

…………..22

v
Gambar 3.7 Papan

Scanner………………………………………………………………………………….23

Gambar 3.8 Penggaris Busur……………….……………………………………….……………………..24

Gambar 3.9 Pulpen……………………………………………………………..………………………………

24

Gambar 3.10 Pensil……………..……………….…….……………………………….

……………………..24

Gambar 3.11 Lembar Patron Praktikum Geologi Fisik……….……..………………………………

24

Gambar 4.1 Arah strike dan dip stasiun

1……………………………………………………………….28

Gambar 4.2 Arah strike dan dip stasiun 2………….………………………………….

……………….29

Gambar 4.3 Arah strike dan dip stasiun 3………………………………….….

……………………….29

Gambar 4.4 Arah strike dan dip stasiun 4……………………………………..

……………………….30

vi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Hasil Dari Pengukuran Strike dan Dip………………………………………………..

…….27

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi. Ilmu geologi dalam

dunia pertambangan sangat vital karena berfungsi untuk menunjang aktivitas

pertambangan di antaranya survei untuk mengetahui daerah yang potensial untuk di

tambang dan dipergunakan pula sebagai acuan untuk penambangan. Survei geologi

adalah proses penyelidikan yang dilakukan pada sebuah batuan secara sistematis dan

rinci untuk mengetahui struktur fisik batuan dan kandungan yang terdapat pada

batuan yang membentuk lapisan paling atas dari kerak bumi. Survei dilakukan di alam

terbuka dengan bantuan alat-alat survei geologi. Saat ingin melakukan survei

dibutuhkan alat-alat yang dapat menunjang pada saat survei sehingga hasil yang

didapatkan bisa akurat (Zuhdi, 2019).

Survei (geomatik) dapat didefenisikan sebuah disiplin ilmu yang meliputi semua

metode untuk mengukur dan mengumpulkan informasi tentang fisik bumi dan

lingkungan, pengolahan informasi, dan menyebarluaskan berbagai produk yang

dihasilkan untuk berbagai kebutuhan. Survei memiliki peran yang sangat penting sejak

awal peradaban manusia. Diawali dengan melakukan pengukuran dan menandai batas-

batas pada tanah-tanah pribadi. Dengan berlalunya waktu, kepentingan akan bidang

survei terus meningkat dengan meningkatnya permintaan untuk berbagai peta dan

jenis spasial terkait informasi lainnya dan memperluas kebutuhan untuk menetapkan

garis yang akurat dan untuk membantu proyek konstruksi. Di zaman modern seperti

saat ini, dengan bantuan komputer dan teknologi satelit surveyor dapat mengukur,

memantau bumi dan sumber daya alam secara global (Syaripudin, 2014).

1
Secara umum survei geologi dalam dunia pertambangan didefinisikan sebagai

kegiatan lapangan yang bertujuan memetakan suatu tempat dengan mencakup

kegiatan pengukuran dan perhitungan. Tujuan pengukuran dan perhitungan dilakukan

adalah untuk menginformasikan bahwa tempat survei banyak mengandung mineral

berharga dan memberikan informasi bagaimana cara mengeksploitasi tempat tersebut

(Syaripudin, 2014).

Dalam mempelajari mengenai perpetaan, sebelum masuk dalam inti dari suatu

praktikum perpetaan atau pengukuran, maka terlebih dahulu kita harus mengenal alat-

alat yang di butuhkan dalam proses pengukuran. Oleh karena itu, diharapkan

mahasiswa Departemen Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin dapat

mengetahui mengenai alat-alat ukut beserta fungsinya. Melalui pelaksanaan praktikum

Geologi Fisik tentang Pengenalan Alat Ukur.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari praktikum ini, antara lain:

1. Apa yang dimaksud dengan alat ukur?

2. Apa saja bagian–bagian dari kompas, theodolite, dan waterpass?

3. Apa saja fungsi dari setiap bagian dari kompas, theodolit, dan waterpass?

4. Bagaimana cara penggunaan dari kompas, theodolit, dan waterpass?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:

1. Mengetahui mengenai alat ukur.

2. Mampu mengetahui serta memahami bagian-bagian dari kompas, theodolite,

dan waterpass.

3. Mengetahui fungsi dari setiap bagian dari kompas, theodolite, dan waterpass.

2
4. Mengetahui cara penggunaan dari kompas, theodolite, dan waterpass.

1.4 Ruang Lingkup

Pelaksanaan praktikum Geologi Fisik dilakukan dengan melakukan pengenalan

alat ukur. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 22 oktober 2021 pukul

14.30 WITA. Praktikum ini bertempat di Laboratorium Eksplorasi Mineral Departemen

Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Palu Geologi

Palu geologi merupakan alat yang digunakan untuk memberikan tumbukan

sehingga batuan dapat diambil sampelnya. Palu geologi berfungsi sebagai alat

sampling yang dibutukan pada saat survei geologi. Palu geologi terbagi atas dua jenis,

yaitu palu geologi sedimen (geosedimen) dan palu geologi batuan beku (Ansofa,

2016).

Fungsi dari palu geologi dalam kegiatan survei geologi yaitu untuk

memecahkan batuan dari ukuran yang relatif besar ke ukuran yang lebih kecil.

Berdasarkan bentuk dan kegunaannya palu geologi terbagi menjadi dua jenis yaitu

(Shidqi, 2019):

1. Pick Point

Pick Point atau jenis palu berujung runcing yang biasa dipakai untuk mengambil

batuan yang keras dan padat seperti batuan beku dan batuan metamorf. Palu

jenis ini mempunyai bentuk salah satu bagiannya runcing dan bagian lainnya

seperti palu biasanya.

4
Gambar 2.1 Pick Point (Ansofa, 2016)
2. Chisel Point

Chisel Point atau jenis palu berujung seperti pahat yang biasa dipakai untuk

batuan yang lunak atau batuan sedimen. Mempunyai bentuk pipih disalah satu

bagian yang digunakan untuk membuka kontak ketika terdapat suatu yang

menghalangi batuan yang akan diambil sampelnya. Palu ini merupakan tipe

palu yang mana memiliki salah satu bagian yang pipih, biasa digunakan untuk

mengait perlapisan pada batuan untuk mengait perlapisan pada batuan.

Gambar 2.2 Chisel Point (Ansofa, 2016)

5
Prosedur pengambilan sampel dengan menggunakan palu geologi adalah

sebagai berikut (Afif, 2020):

a. Palu geologi sedimen berujung lebar dan palu geologi beku berujung

runcing.

b. Selama dilapangan selalu gunakan APD lapangan yakni sepatu safety, lengan

panjang, celana panjang, rompi lapangan dan helm.

c. Untuk mengambil sampel batuan pada outcrop siapkan wadah sampel

terlebih dahulu.

d. Pengambilan sampel diusahakan untuk mengambil batuan yang segar dan

menghindari lapukannya.

e. Selama penggunaan palu dan pengambilan sampel harus diperhatikan

batuan diatasnya karena berbentuk singkapan, akan ada kemungkinan

reruntuhan batu.

f. Masukkan sampel pada wadah dan segera dilabeli untuk memudahkan

identifikasi sampel.

2.2 Kompas Geologi

Kompas geologi adalah alat yang navigasi yang menunjuk arah sesuai arah

magnetik bumi. Kompas geologi memiliki fungsi sebagai alat mengukur suatu unsur

geologi, misalnya mengukur strike/dip dan sebagai alat penunjuk arah, bulatan bidang

datar berfungsi sebagai alat pembacaan azimut atau arah lapisan batuan, jarum

magnet berfungsi sebagai alat penunjuk azimut dan clinometer berfungsi sebagai alat

penunjuk besaran sudut miring pada lapisan batuan. Cara pembacaan kompas geologi

dimulai dari lingkaran datar kanan hingga ke kiri disebut dengan pembacaan azimut

timur. Kompas geologi memiliki satuan derajat (Ansofa, 2016).

6
Gambar 2.3 Kompas Geologi (Ansofa, 2016)
Kompas adalah sebuah alat dengan komponen utamanya jarum dan lingkaran

berskala. Salah satu ujung jarumnya dibuat dari besi berani atau magnit yang

ditengahnya terpasang pada suatu sumbu, sehingga dalam keadaan mendatar jarum

magnit dapat bergerak bebas ke arah horizontal atau mendatar menuju arah utara

atau selatan. Kompas yang lebih baik dilengkapi dengan nivo, cairan untuk

menstabilkan gerakan jarum dan alat pembidik atau visir. Kompas ini bergam jenis dan

bentuknya. Fungsi utama dari kompas adalah untuk menentukan arah mata angin

terutama arah utara atau selatan sesuai dengan magnit yang digunakan. Kegunaan

lain yang juga didasarkan pada penunjukkan arah utara atau selatan adalah penentuan

arah dari satu titik/tempat ke titik/tempat lain yang ditunjukkan oleh besarnya sudut

azimut, yaitu besarnya sudut yang dimulai dari arah utara atau selatan, bergerak

searah jarum jam sampai di arah yang dimaksud, mengukur sudut horizontal dan

membuat sudut siku-siku (Syaripudin, 2014).

7
2.3 Waterpass dan Theodolite

Dalam ilmu ukur tanah, peralatan yang digunakan dapat dikelompokkan

menjadi dua kategori yaitu peralatan untuk pengukuran horizontal dan pengukuran

vertikal. Di dalam bab ini akan dibahas secara umum mengenai alat ukur theodolite

dan alat penyipat datar (waterpass). Juga diperlihatkan alat-alat lainnya yang juga

sebagai alat pendukung yang sering digunakan untuk membantu pengukuran sudut

dan jarak (Wedagama, 2013).

2.3.1 Waterpass

Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan

untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda tinggi tersebut

ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang ditunjukan ke

rambu-rambu ukur yang vertikal. Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat ini

disebut dengan levelling atau waterpassing. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka

penentuan tinggi suatu titik yang akan ditentukan ketinggiannya berdasarkan suatu

sistem referensi atau bidang acuan. Sistem referensi atau acaun yang digunakan

adalah tinggi muka air laut rata-rata atau Mean Sea Level (MSL) atau sistem referensi

lain yang dipilih. Sistem referensi ini mempunyai arti sangat penting, terutama dalam

bidang keairan, misalnya: irigasi, hidrologi, dan sebagainya. Namun demikian masih

banyak pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukan sistem referensi. Untuk

menentukan ketinggian suatu titik di permukaan bumi tidak selalu tidak selalu harus

selalu mengukur beda tinggi dari muka laut (MSL), namun dapat dilakukan dengan

titik-titik tetap yang sudah ada disekitar lokasi pengukuran (Syaripudin, 2018).

8
Gambar 2.4 Waterpass (Syaifullah, 2014)

Bagian-bagian dari waterpass yaitu alat penyipat datar yang terdiri dari sebuah

teropong dengan garis bidiknya dapat dibuat horizontal dengan sebuah nivo tabung.

Untuk mencari target, teropong dan nivo tabung dapat diputar pada sumbu pertama

yang dapat diatur pada tiga sekrup pendatar. Dengan skrup penyetel fokus bayangan

rambu ukur dapat diset tajam. Dengan sekrup pengerak horizontal bayangan dapat

diset tajam. Sinar cahaya yang masuk pada objektif membentuk bayangan antara

diafragma suatu bayangan terbalik dari rambu ukur yang diperhatikan. Bayangan

rambu dapat diperbesar oleh okuler. Okuler teropong harus diputar sampai benang

silang dapat dilihat tepat dan tajam (Wedagama, 2013).

Penyetelan ini tidak usah diubah lagi untuk mata yang sama. Titik potong pada

benang silang menjadi titik pusat pada objektif dan garis bidik teropong. Agar jarak

pada benang silang dapat diukur ada tambahan dua benang horizontal yang

dinamakan benang stadia dengan jarak yang ditentukan demikian sehingga ukuran

pada rambu ukur yang dilihat diantaranya dikalikan dengan 100 adalah jarak antara

alat penyipat datar dan rambu ukur. Karena jarak itu biasanya lebih kecil dari 100 m,

teropong dilengkapi dengan suatu lensa koreksi supaya bayangan selalu dapat diset

9
tajam. Jarak terkecil tergantung pada alat penyipat datar adalah antara 0.8 m dan 2.2

m. Bagian-bagian dari waterpass adalah sebagai berikut (Wedagama, 2013):

1. Lensa Objektif.

Lensa objektif ini terpasang di bagian depan badan dari pesawat sipat datar,

memiliki sumbu optik cukup konsentris dengan sumbu tabung. Fungsi

utamanya untuk mengumpulkan sinar cahaya yang masuk dan mengarahkan

mereka fokus kearah lensa negatif.

2. Lensa Negatif.

Lensa negatif terletak antara lensa objektif dan reticle, dipasang dibagian

tersebut sehingga sumbu optik berhimpit dengan lensa objektif. Fungsinya

adalah untuk memfokuskan sinar cahaya yang melewati lensa objektif ke

bidang reticle. Selama fokus, slide lensa negatif bolak-balik sepanjang sumbu

tabung.

3. Reticle.

Reticle ini terdiri dari sepasang garis acuan tegak lurus (biasanya disebut garis

bidik) dipasang pada arah fokus utama sistem optik. Titik potong garis bidik,

bersama-sama dengan pusat optik dari sistem objektif, membentuk apa yang

disebut garis bidik, juga kadang-kadang disebut garis collimation. Garis bidik

adalah garis-garis halus terukir di kaca bundar tipis. Pelat kaca di tempatkan

dalam tabung silinder utama dengan dua pasang sekrup yang berlawanan,

yang terletak di sudut kanan satu sama lain untuk memfasilitasi pengaturan

garis bidik.

4. Lensa mata Lensa mata adalah mikroskop (biasanya dengan perbesaran dari

sekitar 25 sampai 45 tenaga) untuk melihat gambar. Fokus adalah fungsi

penting yang akan dilakukan dalam menggunakan teleskop. Jarak dari lensa

untuk gambar pada pesawat reticle, jarak dari lensa ke objek, dan f lensa

10
panjang fokus. Panjang fokus lensa apapun adalah fungsi dari jari-jari dari

permukaan tanah bola lensa, dan dari indeks bias dari kaca yang dibuat. Ini

adalah konstan untuk setiap tertentu tunggal atau majemuk lensa.

5. Nivo

Pada waktu melakukan pengukuran dengan alat-alat ilmu ukur tanah, baik

pengukuran mendatar maupun pengukuran tegak, haruslah sumbu kesatu

tegak lurus dan sumbu kedua tegak lurus pada sumbu ke satu. Untuk mencapai

keadaan dua sumbu itu, digunakan suatu alat yang dinamakan nivo. Menurt

bentuknya nivo dibagi dalam dua macam, yaitu:

a. Nivo kotak yaitu terdiri atas kotak dari gelas yang dimasukkan dalam montur

dari logam sedemikian, hingga bagian atas tidak tertutup. Kotak dari gelas

itu diisi dengan eter atau alkohol dan diatas di bagian dalam tutup kotak

diberi bentuk bidang lengkung dari bulatan dengan jari-jari yang besar.

Bagian kecil kotak itu berisi zat cair, sehingga bagian dari atas kelihatan

gelembung. Nivo kotak berbentuk bulat, bagian dalam permukaan bola

diproduksi untuk radius tertentu. Seperti versi tabung, kecuali untuk

gelembung udara, nivo bulat dipenuhi dengan cairan. Nivo ini tepat dengan

lingkaran konsentris yang memiliki jarak 2 mm. Poros sebenarnya pesawat

bersinggungan dengan titik radius lingkaran konsentris. Ketika gelembung

tersebut berpusat di lingkaran terkecil, sumbu harus horizontal. Selain

penggunaannya untuk perataan pada tiliting level dan tingkat otomatis, nivo

bulat juga digunakan pada instrumen total station, tribrachs, jalon, rambu

prisma, dan banyak instrumen survei lainnya. Sensitivitas mereka jauh lebih

rendah dibandingkan dengan nivo tabung umumnya di kisaran dari 2‟

sampai 2’’ untuk per bagian 2 mm (Syaripudin, 2018).

11
Gambar 2.5 Nivo Kotak (Wedagama, 2013)

b. Nivo tabung yakni terdiri atas tabung dari gelas yang berbentuk silinder,

dengan bidang dalamnya yang diatas digosok, hingga mempunyai bentuk

bidang bulatan dengan jari-jari yang besar. Di bagian atas luar tabung

diperlengkapi dengan garis-garis yang berjarak 2 mm (garis-garis paris).

Tanda bahwa garis arah nivo mendatar adalah bila kedua ujung gelembung

letak di sebelah kiri dan di sebelah kanan titik nivo T dengan jarak yang

sama. Apabila gelembung dalam keadaan lain, maka garis arah nivo tidak

mendatar. Di bawah ini merupakan contoh nivo tabung (Syaripudin, 2018).

12
Gambar 2.6 Nivo Tabung (Wedagama, 2013)

Pada prinsipnya hanya satu syarat yang harus dipenuhi untuk kegiatan

menyipat tetap yaitu garis bidik harus horizontal kalau nivo tabung diset

horizontal/sejajar. Jika syarat ini tidak dipenuhi maka nilai yang dibaca pada

rambu ukur akan dihinggapi kesalahan. Agar memenuhi syarat tersebut

maka alat penyipat datar diibuat mendatar dengan nivo kotak dan teropong

diarahkan melalui salah satu sekrup pendatar. Teropong kemudian diputar

180o kemudian diatur kembali gelembung nivo agar selalu berada ditengah-

tengah. Demikian seterusnya sehingga jika teropong diputar ke segala arah,

posisi gelembung nivo selalu ditengah-ditengah kotak (Wedagama, 2013).

2.3.2 Theodolite

Theodolite adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk

menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan

waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolite sudut yang

dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik). Theodolite merupakan alat yang

paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini

berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat

13
(piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga

memungkinkan sudut horizontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada

piringan kedua dan dapat diputarputar mengelilingi sumbu horizontal, sehingga

memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan

tingkat ketelitian sangat tinggi. Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila

situs yang akan dipetakan luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila

situs tersebut memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang besar. Dengan

menggunakan alat ini, keseluruhan kenampakan atau gejala akan dapat dipetakan

dengan cepat dan efisien (Syaripudin, 2018).

Gambar 2.7 Theodolite (Syaripudin, 2014)

14
Theodolite atau teodolit adalah instrumen/alat yang dirancang untuk

menentukan tinggi tanah pengukuran sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan

dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang dinamakan dengan sudut vertikal.

Dimana sudut–sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak

tegak diantara dua buah titik lapangan. Dalam pekerjaan–pekerjaan ukur tanah,

theodolite sering digunakan dalam pengukuran polygon, pemetaan situasi maupun

pengamatan matahari. Theodolite juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti PPD

bila sudut vertikalnya dibuat 90°. Dengan adanya teropong yang terdapat pada

theodolite, maka theodolite bisa dibidikkan ke segala arah. Untuk pekerjaan-pekerjaan

bangunan gedung, theodolite sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku

pada perencanaan/pekerjaan pondasi, juga dapat digunakan untuk mengukur

ketinggian suatu bangunan bertingkat (Syaripudin, 2018).

Macam–macam theodolite dari konstruksi dan cara pengukuran, terbagi

menjadi 3 macam theodolite yaitu (Syaripudin, 2018):

1. Theodolite Reiterasi.

Pada theodolite reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal) menjadi satu dengan

plat lingkaran nonius dan tabung sumbu pada kiap. Sehingga lingkaran

mendatar

bersifat tetap. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci plat nonius.

2. Theodolite Repetisi.

Pada theodolite repetisi, plat lingkarn skala mendatar ditempatkan sedemikian

rupa, sehingga plat ini dapat berputar sendiri dengan tabung poros sebagai

sumbu putar. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci lingkaran mendatar dan

sekrup nonius.

3. Theodolite Elektro Optis

15
Dari konstruksi mekanis sistem susunan lingkaran sudutnya antara theodolite

optis dengan theodolite elektro optis sama. Akan tetapi mikroskop pada

pembacaan skala lingkaran tidak menggunakan sistem lensa dan prisma lagi,

melainkan menggunkan sistem sensor. Sensor ini bekerja sebagai elektro optis

model (alat penerima gelombang elektromagnetis). Hasil pertama sistem

analogdan kemudian harus ditransfer ke sistem angka digital. Proses

penghitungan secara otomatis akan ditampilkan pada layar (LCD) dalam angka

desimal.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan dan kekurangan alat ukur adalah sebagai berikut (Afif, 2020):

2.4.1 Kelebihan dan kekurangan kompas geologi

1. Kelebihan dari kompas geologi adalah:

a. Ringan sehingga mudah untuk dibawa ke mana-mana.

b. Mudah digunakan.

c. Tidak memerlukan sumber tegangan.

d. Harga relatif murah.

2. Kekurangan dari kompas geologi adalah:

a. Piringan kompas mudah bergerak sehingga mempersulit dalam perhitungan

besar sudut kompas.

b. Skala pada kompas mudah bergerak.

c. Waktu pengukuran yang lama.

d. Tingkat akurasi rendah.

2.4.2 Kelebihan dan kekurangan waterpass

1. Kelebihan dari waterpass adalah:

a. Memiliki ketelitian yang cukup tinggi.

16
b. Mampu melakukan pengukuran beda tinggi secara lebih cepat.

c. Centering lebih cepat karena hanya centering untuk nivo kotak.

2. Kekurangan dari waterpass adalah:

a. Gerakan teropong sipat datar terbatas sehingga kurang mampu membidik

area curam.

b. Alat ini tidak bisa digunakan untuk menentukan koordinat suatu titik, hanya

elevasi yang mampu dibaca.

2.4.3 Kelebihan dan kekurangan theodolite

1. Kelebihan dari theodolite adalah:

a. Pengoperasian dilakukan secara digital berbasis komputer.

b. Pembacaan sudut ditampilkan pada layar atau display.

c. Mampu mengukur sudut horizontal dan vertikal secara bersamaan.

d. Menggunakan bak ukur, tingkat akurasi lebih tinggi dibandingkan kompas

geologi.

2. Kekurangan dari theodolite adalah:

a. Harga yang relatif lebih mahal.

b. Hasil pengukuran dipengaruhi oleh cahaya.

c. Ketergantungan akan sumber daya.

2.5 Mekanisme Penggunaan Alat

Mekanisme penggunaan alat saat dilapangan adalah sebagai berikut:

2.5.1 Mekanisme penggunaan palu geologi

Dalam menggunakan palu geologi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,

berikut penjelasan bagaimana cara menggunakan palu geologi dengan baik dan benar

(Afif, 2020):

17
1. Pemakaian palu geologi yang profesional telapak tangannya dilengkapi dengan

sarung tangan yang terbuat dari kulit binatang atau dari kain katun sebagai

pengaman.

2. Pada saat membaca batuan yakinkan bahwa di tempat sekitar tidak ada orang

di sekitar anda pada saat memecah batu.

3. Sangat dianjurkan untuk mengenakan kacamata lapangan sebagai pengaman.

Usahakan memukul batuan yang lebih rendah dari mata anda dan mengarah ke

samping.

4. Satu dan lain hal demi keamanan mata apabila posisi yang demikian tidak

dapat dipilih pukulan singkapan batuan dengan hati-hati.

2.5.2 Mekanisme penggunaan kompas geologi

Kompas geologi digunakan dalam pengkuran arah jurus atau biasa disebut

strike, arah bidang atau yang biasa disebut dip, plunge dan trend. Adapun prosedur

yang perlu diperhatikan pada saat pengukuran dalam menggunakan kompas geologi

sebagai berikut (Afif, 2020):

a. Mengukur Strike (arah jurus)

Caranya adalah sebagai berikut, tempelkan sisi E ( east) kompas geologi,

kemudian geser gelembung nivo ( bull's eye level) hingga berada

didalam/tengah lingkaran. Tunggu jarum kompas hingga tidak bergerak lagi

atau pada posisi diam. Kemudian yang terakhir amatilah sudut jarum yg

menuju sudut utara. Lalu tulis dengan benar arah dengan format N_E.

b. Mengukur Dip (arah bidang)

Caranya yaitu tempelkan sisi W ( west) badan kompas geologi, dan usahakan

membentuk sudut 90 derajat terhadap strike. Kemudian clinometer diputar

sampai gelembung udara tepat berada ditengah-tengahnya. Kemudian baca

sudut dalam clinometer scale.

18
c. Mengukur Plunge

Cara mengukurnya sama dengan mengukur Dip, namun karena kita

menggunakan struktur garis maka pakai bantuan bidang datar seperti buku,

atau papan untuk mempermudah pekerjaan. Kemudian tempelkan sisi buku

distruktur garis dan melakukan pengukuran disisi buku yg lain.

d. Pengukuran Trend

Yakni sama dengan pengukuran strike, bedanya yakni dengan bantuan buku

karena yg diukur adalah struktur garis. Kemudian ukur sisi buku dengan

menempelkan sisi buku pada struktur garis dan mengukur pada sisi datar buku

atau papan.

e. Cara mengukurnya adalah dengan membuat garis strike dipermukaan bidang

lalu ukur derajat antara struktur garis dengan strike dengan menggunakan

mistar busur derajat.

2.5.3 Mekanisme penggunaan waterpass.

Pada prinsipnya hanya satu syarat yang harus dipenuhi untuk kegiatan

menyipat tetap yaitu garis bidik harus horizontal kalau nivo tabung diset

horizontal/sejajar. Jika syarat ini tidak dipenuhi maka nilai yang dibaca pada rambu

ukur akan dihinggapi kesalahan. Agar memenuhi syarat tersebut maka alat penyipat

datar diibuat mendatar 18 dengan nivo kotak dan teropong diarahkan melalui salah

satu sekrup pendatar. Teropong kemudian diputar 180° kemudian diatur kembali

gelembung nivo agar selalu berada ditengah-tengah. Demikian seterusnya sehingga

jika teropong diputar ke segala arah, posisi gelembung nivo selalu ditengah-ditengah

kotak (Wedagama, 2013).

2.5.4 Mekanisme penggunaan theodolite

Cara kerja penyiapan alat theodolit antara lain (Syaripudin, 2014):

a. Kendurkan sekrup pengunci perpanjangan.

19
b. Tinggikan setinggi dada.

c. Kencangkan sekrup pengunci perpanjangan.

d. Buat kaki statif berbentuk segitiga sama sisi.

e. Kuatkan (injak) pedal kaki statif.

f. Atur kembali ketinggian statif sehingga tribar plat mendatar.

g. Letakkan theodolite di tribar plat.

h. Kencangkan sekrup pengunci centering ke theodolite.

i. Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak/vertikal

dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar/kiap di tiga sisi alat

ukur tersebut.

j. Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar mendatar

dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar/kiap di tiga sisi alat

ukur tersebut.

k. Posisikan theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci centering

kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada tengah-tengah titik

ikat (BM), dilihat dari centering optic.

l. Lakukan pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T pada

dinding.

m. Periksa kembali ketepatan nilai index pada sistem skala lingkaran dengan

melakukan pembacaan sudut biasa dan sudut luar biasa untuk mengetahui nilai

kesalahan index tersebut.

20
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat merupakan benda yang digunakan untuk membantu memudahkan

pekerjaan dan tidak berkurang atau habis setelah digunakan. Sedangkan bahan adalah

benda yang wajib disediakan untuk menyelesaikan pekerjaan dan bisa berkurang atau

habis setelah digunakan. Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali

ini, antara lain:

3.1.1 Alat

1. Palu geologi, berfungsi memecahkan suatu singkapan yang mana akan

dijadikan sampel.

Gambar 3.1 Palu Geologi

21
2. Kompas, kegunaan utama atau yang umum dari kompas adalah untuk

menentukan arah mata angin terutama arah utara atau selatan sesuai dengan

magnit yang digunakan.

Gambar 3.2 Kompas

3. Theodolite, sebagai alat untuk mengukur sudut.

Gambar 3.3 Theodolite

22
4. Waterpass, berfungsi untuk menentukan posisi sejajar dari suatu benda.

Gambar 3.4 Waterpass

5. Bak ukur, berfungsi untuk mencari beda tinggi antara dua titik.

Gambar 3.5 Bak Ukur

23
6. Tripod, digunakan sebagai tempat dudukan untuk alat seperti waterpass dan

theodolite agar lebih stabil.

Gambar 3.6 Tripod

7. Papan scanner, berfungsi untuk membantu dalam pengukuran strike dan dip

dari singkapan dan juga sebagai pengalas untuk menulis.

Gambar 3.7 Papan Scanner

24
8. Penggaris busur, membantu menguku arah dari strike dan dip.

Gambar 3.8 Penggaris Busur

9. Pulpen, berfungsi untuk menandai arah strike dan dip pada batuan yang diukur.

Gambar 3.9 Pulpen

25
10. Pensil, berfungsi untuk menandai arah strike dan dip pada batuan yang diukur.

Gambar 3.10 Pensil

3.1.2 Bahan

1. Lembar patron praktikum geologi fisik, berfungsi sebagai lembar jawaban untuk

pertanyaan soal respon.

Gambar 3.11 Lembar Patron Praktikum Geologi Fisik

26
3.2 Metodologi

Adapun tahapan praktikum yang dilakukan pada praktikum kali ini, sebagai

berikut:

1. Praktikan dijelaskan mengenai Alat ukur.

2. Praktikan mampu mengetahui serta memahami bagian-bagian dari kompas,

theodolite, dan waterpass.

3. Praktikan mengetahui fungsi dari setiap bagian dari kompas, theodolite, dan

waterpass.

4. Praktikan mengetahui cara penggunaan dari kompas, theodolite, dan

waterpass.

5. Setelah melakukan percobaan alat ukur, praktikan membuat laporan sementara

mengenai praktikum pengenalan alat ukur.

27
BAB IV

HASIL & PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pada praktikum kali ini yaitu mengenai pengenalan alat ukur kita mempelajari

cara mengguunkakan kompas yang benar untuk mengetahui strike dan dip. Dengan

hasil yang didapatkan pada saat melakukan pengukuran, kami dapat menentukan arah

serta sudut strike dan dip dari sampel batuan. Adapun hasil yang diperoleh dari

pengukuran strike dan dip yang telah dilakukan pada percobaann kali ini, yaitu:

Tabel 4.1 Hasil Dari Pengukuran Strike dan Dip

Stasiun Strike Dip

01 N 1840 E 700

02 N 2350 E 90

03 N 1650 E 20

04 N 3460 E 400

4.2 Pembahasan

Cara mengukur strike adalah tempelkan sisi E ( east), kemudian geser

gelembung nivo (bull's eye level) masuk kedalam atau ke tengah lingkaran. Tunggu

jarum kompas hingga tidak bergerak lagi atau pada posisi diam. Kemudian amatilah

sudut jarum yg menuju sudut utara. Lalu tulis dengan benar arah dengan format N_E.

Cara mengukur dip adalah adalah tempelkan sisi W ( west) badan kompas usahakan

membentuk sudut 90 derajat terhadap strike. Kemudian klinometer diputar sampai

28
gelembung udara tepat berada ditengah-tengahnya. Kemudian baca sudut dalam

klinometer scale.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dengan mengkur penjurusan atau

yang disebut dengan strike dan mengukur kemiringan yang disebut dengan dip dengan

menggunakan kompas geologi maka diperoleh hasil yaitu pada stasiun 01 diperoleh

arah besaran strike dan dip yaitu strike N 184O E dan dip 70O. Pada stasiun 02,

diperoleh arah besaran strike dan dip yaitu strike N 235o E dan dip 9o. Pada stasiun 03,

diperoleh arah besaran strike dan dip yaitu strike N 165O E dan dip 2O. Dan pada

stasiun 04, diperoleh arah besaran strike dan dip yaitu strike N 346O E dan dip 40O.

4.2.1 Stasiun 01

Berdasarkan hasil praktikum pada stasiun 01 diperoleh strike kearah selatan

sebesar 184˚ dengan dip kearah barat sebesar 70˚ seperti pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Arah strike dan dip stasiun 01

4.2.2 Stasiun 02

29
Berdasarkan hasil praktikum pada stasiun 02 diperoleh strike kearah barat

sebesar 235˚ dengan dip kearah utara sebesar 9˚ seperti pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Arah strike dan dip stasiun 02

4.2.3 Stasiun 03

Berdasarkan hasil praktikum pada stasiun 03 diperoleh strike selatan sebesar

165˚ dengan dip kearah barat sebesar 2˚ seperti pada gambar 4.3:

30
Gambar 4.3 Arah strike dan dip stasiun 03

4.2.4 Stasiun 04

Berdasarkan hasil praktikum pada stasiun 04 diperoleh strike kearah utara

sebesar 346˚ dengan dip kearah timur sebesar 40˚ seperti pada gambar 4.4.

Gambar 4.4 Arah strike dan dip stasiun 04

31
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari laporan ini, antara lain:

1. Alat ukur geologi merupakan alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data, mempelajari data, mencari bahan galian, pengambilan sampel, serta

meliputi pengukuran permukaan bumi hingga penggambaran bentuk bumi

secara detail sesuai kebutuhan proyek yang dikerjakan. Palu geologi, kompas,

theodolite, dan waterpass.

2. Kompas geologi memiliki bagian utama yaitu sebuah jarum magnit, lingkaran

pembagi dalam derajat, nivo leveling (nivo mata sapi) dan sebuah clinometer

dengan nivo tabung mengukur kemiringan. Bagian utama dari theodolite yaitu

3 sekrup penyetel pada bagian atas dan 2 sumbu pada bagian tengah dan

32
bawah. Bagian dari waterpass adalah lup, teropong, tombol fokus, sekrup level,

dan lain sebagainya.

3. Kompas geologi, waterpass, dan theodolite adalah alat ukur yang dimana

memiliki fungsi yang berbeda-beda dan setiap bagian dari alat alat tersebut

memiliki fungsi masing-masing.

4. Pada pengukuran kemiringan suatu lereng, kompas geologi digunakan dengan

cara membuka kompas hingga kompas membentuk sudut 45°. Peganglah

kompas dengan menekuk tangan sebesar 90°. Arahkan ke titik yang diinginkan

melalui lubang penglihatan yang dinamakan 'sighting window' dan 'peep sight'.

Pastikan titik tersebut sejajar dengan mata. Penggunaan theodolite yaitu

dengan membuka kunci penjepit horizontal atas, dan putar theodolite hingga

panah di tempat yang kasar berbaris dengan titik yang ingin anda ukur, lalu

kunci klem. Gunakan adjuster horizontal atas untuk menyelaraskan objek

antara dua lampu vertikal dalam penglihatan. Kemudian cara penggunaan

waterpass dengan cara ditempatkan pada piringan berbentuk bulat sehingga

surveior dapat memutarnya mengelilingi sumbu vertikal. Pemakaian alat ini

mempermudah pengguna untuk dapat membaca sudut horizontal.

5.2 Saran

Adapun saran dari praktikum kali ini yaitu:

1. Tugas pendahuluan sebaiknya diberikan dua atau tiga hari sebeluum praktikum

dimulai, agar praktikan dapat mempelajari modul yang diberikan.

2. Sebaiknya diberikan fasilitas berupa kursi, agar praktikan dapat lebih nyaman

saat melakukan deskripsi batuan.

33
3. Waktu yang diberikan kepada praktikan untuk mendeskripsi batuan sebaiknya

ditambah agar praktikan dapat lebih maksimal dalam menentukan deskripsi dari

sampel batuan yang disediakan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Afif, S.T, H., 2020. Prosedur Penggunaan Seismik. Surabaya: Institut Teknologi

Sepuluh Nopember.

Ansofa, 2016. Pengenalan Alat-Alat Survey. Bandung: Universitas Islam Bandung.

Syaifullah, A., 2014. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Pertahanan

Nasional.

Syaripudin, A., 2014. Pengantar Survey Dan Pengukuran. Bandung: BSE.

Wedagama, D. M., 2013. Diktat Kuliah Ilmu Ukur Tanah. Denpasar: Teknik Sipil

Universitas Udayana.

Zuhdi, M., 2019. Buku Ajar Pengantar Geologi. Lombok: Duta Pustaka Ilmu.

35
LAMPIRAN

36

Anda mungkin juga menyukai