Bab 2 Deskripsi Usaha Atau Kegiatan
Bab 2 Deskripsi Usaha Atau Kegiatan
Gambar 2.1 Peta Orientasi Lokasi Pelabuhan Teba Terhadap Kabupaten Mamberamo Raya
Gambar 2.3 Peta Rencana Transportasi Laut Dalam RTRW Provinsi Papua
Selain dermaga utama, di pelabuhan Teba ini juga terdapat dermaga lain yang lebih
kecil, yakni terletak ±50 m di arah hulu dari dermaga utama. Dermaga ini berjenis
dermaga apung yang terbuat dari konstruksi plastik dan besi dengan dimensi 4 x 2 m.
Dermaga ini digunakan untuk bersandar bagi perahu milik warga sekitar yang
berkepentingan beraktivitas di pelabuhan Teba. Pada kenyataannya banyak perahu
milik warga yang tidak disandarkan pada dermaga tersebut, karena kapasitas dermaga
apung yang tidak mencukupi untuk bersandar perahu motor milik warga yang
jumlahnya cukup banyak. Akibatnya cukup banyak perahu motor warga yang langsung
bersandar di bagian tepi sungai Mamberamo terutama di dekat pasar pelabuhan Teba.
B. TRESTLE
Trestle adalah fasilitas pelabuhan yang berfungsi sebagai jalan akses atau jembatan
penghubung dari daratan menuju dermaga atau sebaliknya. Trestle pelabuhan Teba
dibangun menggunakan konstruksi cor dengan tiang pancang beton. Dimensi dari
trestle ini adalah 10 x 4 m yang menghubungkan sisi darat pelabuhan Teba dengan
fasilitas dermaga.
Karena pengaruh abrasi oleh aliran sungai Mamberamo, pondasi talud dan pagar
pembatas di sisi trestle mengalami kerusakan (penurunan/ambles). Kondisi ini turut
pula mempengaruhi bangunan trestle pelabuhan Teba, dimana tepat pada sambungan
antara trestle dengan jalan mengalami patahan sehingga terjadi beda tinggi antara
trestle dan jalan penghubung.
C. FENDER
Untuk mencegah kerusakan konstruksi dermaga akibat tumbukan dengan badan kapal
dan sebaliknya mencegah rusaknya badan kapal akibat tumbukan dengan dermaga,
pada dermaga dipasang fasilitas penahan benturan (fender). Fender pada prinsipnya
adalah medium yang memisahkan antara kapal dengan dermaga. Medium ini
berfungsi untuk menyerap sebagian energi kinetik dari kapal sehingga mengurangi
risiko rusaknya badan kapal dan badan dermaga. Konstruksi penahan benturan
(fender) yang dipasang pada dermaga pelabuhan Teba adalah fender tipe V250 yang
terbuat dari karet. Fender ini dipasang menempel pada sisi luar dermaga untuk
menahan benturan konstruksi beton dermaga dengan kapal yang bersandar. Pada saat
ini beberapa fender telah mengalami kerusakan karena umur dan benturan dengan
badan kapal, sehingga dipasang beberapa ban bekas sebagai gantinya.
Fender dermaga
Pelabuhan Teba
Gambar 2.6 Fasilitas penahan benturan kapal (fender) dermaga Pelabuhan Teba
D. BOLLARD
Dermaga pelabuhan Teba juga dilengkapi peralatan standar untuk kepentingan
penambatan kapal, yakni alat penambat (bollard). Alat penambat (bollard) adalah
suatu konstruksi yang digunakan untuk keperluan mengikat kapal pada waktu
berlabuh agar tidak terjadi pergeseran atau gerak kapal yang disebabkan oleh
gelombang, arus dan angin. Alat penambat (bollard) juga dapat berfungsi untuk
menolong berputarnya kapal. Bollard terbuat dari baja cor atau baja tuang yang
dilengkapi dengan baut angkur (anchor bolt), ditanam pada fondasi dermaga sehingga
mampu untuk mehanan gaya yang bekerja pada penambatan kapal di dermaga.
Ketika kapal merapat di dermaga, tali diturunkan dan diikatkan pada bollard agar
kapal tetap di dermaga, tidak lari di bawa arus atau gelombang laut/sungai selama
mengadakan aktifitas bongkar muat atau kegiatan lain seperti perbaikan atau
pengisian bahan bakar. Jumlah bollard yang terpasang di dermaga pelabhan Teba
adalah 7 buah dengan tipe bitt bollard atau straight bollard dengan kapasitas 35 ton.
Bollard dermaga
Pelabuhan Teba
Gambar 2.6 Kapal LCT yang terikat pada bollard di dermaga pelabuhan Teba
E. TIANG PANCANG
Pelabuhan Teba memiliki struktur Dermaga Deck On Pile yang menggunakan
serangkaian tiang pancang (piles) sebagai pondasi untuk lantai dermaga. Seluruh
beban di lantai dermaga, termasuk gaya akibat kegiatan labuh dan tambat kapal
diterima sistem lantai dermaga dan tiang pancang pada struktur dermaga ini. Dimensi
tiang pancang yang terpasang sebagai podasi dermaga pelabuhan Teba adalah tiang
pancang dengan diameter 45 cm dan panjang 28 m. Jumlah keseluruhan tiang
pancang yang terpasang adalah 82 buah.
Kondisi pagar pembatas pada saat ini sebagian mengalami kerusakan yaitu di bagian
sisi pagar sebelah kiri dari trestle pelabuhan Teba. Kerusakan terjadi karena pondasi
pagar pembatas yang merupakan talud sungai mangalami penurunan/ambles dan
patah akibat gerusan arus sungai Mamberamo. Hal ini menyebabkan pagar pembatas
di bagian ini miring ke bawah dan patah.
Gambar 2.8 Pagar pembatas sebelah kanan trestle yang masih baik
Karena jumlah penumpang yang berasal dari daerah sekitar pelabuhan Teba serta
penumpang yang transit di pelabuhan Teba tidak terlalu banyak, maka gedung-gedung
sarana pelayanan penumpang ini tidak termanfaatkan secara optimal bahkan terkesan
tidak digunakan. Penumpang transit dan calon penumpang cenderung untuk menuggu
keberangkatan kapal di area dermaga atau area pasar yang lebih ramai.
Pada saat ini kedua gedung ini dalam keadaan rusak terutama pada bagian lantainya
yang terbuat dari kayu.
D. GUDANG PENYIMPANAN
Sebagai tempat penyimpanan sementara barang yang akan diangkut kapal atau
barang yang telah diturunkan dari kapal serta menunggu diangkut ke tempat
selanjutnya, di pelabuhan Teba disediakan fasilitas gudang. Luas bangunan gudang
pelabuhan Teba adalah ± 211,567 m2. Fasilitas gudang yang tersedia hanya
dipersiapkan untuk menyimpan sementara barang-barang yang bersifat kering dan
tidak mudah busuk. Karena volume barang-barang yag diturunkan dari kapal di
pelabuhan Teba tidak terlalu besar, maka fasilitas gudang relatif jarang dimanfaatkan.
E. RUMAH GENSET
Di area pelabuhan Teba dan sekitarnya hingga saat ini masih belum terjangkau
jaringan listrik PLN sehingga kebutuhan energi listrik disuplai dari fasilitas genset.
Fasilitas genset ini terletak di rumah genset yang terdapat di area pelabuhan Teba.
Rumah genset pelabuhan Teba terletak di dekat jalan akses pelabuhan dan
berdekatan dengan bangunan gudang. Telah tersedia jembatan kayu kecil untuk
sarana akses dari jalan menuju ke rumah genset. Rumah genset ini dibangun dengan
konstruksi lantai dari beton untuk menunjang beban genset dan dinding kayu. Luasan
rumah genset pelabuhan Teba adalah ± 40,055 m2.
Karena jumlah barang yang diturunkan relatif kecil, lapangan penumpukan ini tidak
dimanfaatkan sebagaimana mestinya. hanya barang-barang yang akan dimasukkan ke
gudang yang diletakkan terlebih dahulu di lapangan penumpukan. Dengan alasan
kepraktisan, barang-barang yang langsung didistribusikan akan langsung diangkut ke
perahu-perahu masyarakat segera setelah diturunkan dari kapal di dermaga.
Kondisi saat ini, lapangan penumpukan lebih banyak dimanfaatkan sebagai area
berdagang pada saat kedatangan kapal.
G. PASAR
Di pelabuhan Teba juga terdapat fasilitas pasar. Meskipun beroperasi setiap hari,
pasar pelabuhan Teba akan lebih ramai saat ada kapal yang datang terutama kapal
penumpang. Selain makanan, warga masyarakat yang berjualan di pasar pelabuhan
Teba sebagian besar menjual hasil bumi dan tangkapan ikan.
Area pasar yang disediakan adalah seluas ± 255,497 m2, pada area ini dibangun
geduang pasar pelabuhan Teba berukuran 8 x 20 m dengan konstruksi lantai dari kayu
dan atap seng. Di pasar ini hanya disediakan meja-meja panjang untuk digunakan
warga meletakkan barang dagangannya. Belum tersedia sarana penerangan yang
dipasang di area pasar pelabuhan Teba, sehingga pada waktu ada kapal yang datang
bersandar pada sore atau malam hari, penjual memanfaatkan lampu-lampu
emergency milik pribadi yang telah diisi daya di rumah untuk menerangi dagangannya.
H. RUMAH DINAS
Karena lokasinya yang relatif jauh dari permukiman dan akses yang sulit, maka di
pelabuhan Teba disediakan rumah dinas bagi para pegawai/petugas pelabuhan.
Rumah dinas ini terletak di bagian sebelah dalam/belakang area pelabuhan Teba, yang
dibangun dengan tipikal yang sama dengan ukuran 4 x 8 m. Rumah-rumah dinas ini
memiliki struktur dinding dan lantai dari papan kayu dan beratap seng. Terdapat
sejumlah 8 rumah dinas di pelabuhan Teba yang disediakan bagi petugas pelabuhan
beserta keluarganya. Pada saat ini hanya 4 rumah yang ditempati.
Untuk keperluan penumpang, air bersih didapatkan dari sumur bor yang terletak di
dekat gedung ruang tunggu penumpang. Air bersih dari sumur bor dinaikkan
menggunakan pompa air menuju ke tandon air, yang selanjutnya secara gravitasi
dialirkan menuju toilet yang dibangun di dekatnya. Karena minimnya suplai tenaga
listrik dan kerusakan pompa air, sistem penyediaan air bersih bagi kepentingan
penumpang ini tidak dapat berjalan semestinya. Untuk keperluan toilet, penumpang
harus mengambil air dari sumur gali yang terletak di sebelah gedung kantor
pelabuhan. Dengan alasan yang sama, bagi pengguna toilet di dalam kantor pelabuhan
juga harus terlebih dahulu menimba air dari sumur gali di sebelah gedung kantor
pelabuhan.
Daerah sekitar pelabuhan Teba umumnya adalah daerah rawa. Masyarakat penghuni
rumah dinas memanfaatkan genangan air dari rawa-rawa yang ada di sekitar
rumahnya sebagai air bersih untuk kepentingan mandi dan mencuci. Sedangkan untuk
kepentingan memasak dan air minum, masyarakat memilih untuk menampung air
hujan yang lebih jernih untuk dimasak menjadi air minum.
Pada saat musim kemarau masyarakat akan menggunakan air permukaan dari rama-
rawa sekitar tempat tinggalnya untuk keperluan air minum dengan merebusnya
terlebih dahulu. Atau memilih membeli air minum dalam kemasan galon untuk
dikonsumsi yang tentunya dengan harga yang relatif mahal.
Mengingat ketersediaan air baku yang cukup melimpah dari sungai Mamberamo serta
kebutuhan air bersih bagi penumpang dan masyarakat penghuni di pelabuhan Teba,
dirasa perlu untuk menyediakan fasilitas pengolahan air bersih sederhana yang mudah
dioperasikan masyarakat setempat yang air bakunya bisa diambil dari sungai
Mamberamo.
Gambar 2.20 Rawa di dekat rumah dinas yang dimanfaatkan sebagai sumber air bersih
Kualitas air bersih yang digunakan masyarakat di rumah dinas Pelabuhan Teba
ditunjukkan dalam Tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Kualitas Air Bersih Yang Dikonsumsi Masyarakat di Pelabuhan Teba
No Parameter Hasil Baku Mutu Satuan
Physical Properties:
1 Odour Odourless Odourless -
2 Taste Normal Normal -
3 Temperature 29.5 Water Temp.± 3 ºC
4 Total Dissolved Solids, TDS 1430 1000 mg/L
5 Turbidity 0.36 25 NTU
6 Colour 0.4 50 Pt/Co
Chemical Properties (inorganic)
1 pH 7.33 6.5 – 9.0 pH Unit
2 Arsenic, As 0.0003 0.05 mg/L
3 Iron, Fe 0.02 1 mg/L
4 Fluoride, F <0.02 1.5 mg/L
5 Cadmium, Cd <0.001 0.005 mg/L
6 Hardness, Total as CaCO3 <4.5 500 mg/L
7 Hexavalent Chromium, Cr 6+
<0.026 0.05 mg/L
8 Manganese, Mn <0.006 0.5 mg/L
9 Nitrogen, Nitrate as N (NO3-N) <0.04 10 mg/L
10 Nitrogen, Nitrite as N (NO2-N) <0.01 1 mg/L
11 Mercury, Hg # <0.00002 0.001 mg/L
12 Selenium, Se <0.0002 0.01 mg/L
13 Zinc, Zn 0.13 15 mg/L
14 Cyanide, CN # <0.004 0.1 mg/L
B. TOILET
Di pelabuhan Teba telah tersedia fasilitas sanitasi yang berupa WC dan kamar mandi.
Fasilitas ini dibangun di bagian belakang gudang pelabuhan berdekatan dengan
gedung ruang tunggu penumpang. Karena letaknya yang relatif tersembunyi, fasilitas
ini tidak banyak dimanfaatkan. Fasilitas toilet pelabuhan telah dilengkapi tandon air di
dekatnya untuk suplai air bersih. Di fasilitas ini terdapat 2 kamar mandi untuk
pengunjung laki-laki dan perempuan yang masing-masing dilengkapi closet tipe duduk.
Selain toilet yang terdapat di dekat gedung ruang tunggu, juga terdapat toilet di dalam
kantor pelabuhan.
Gambar 2.22 Fasilitas yang ada di dalam gedung toilet pelabuhan Teba
C. JALAN
Fasilitas jalan yang ada di pelabuhan Teba relatif sangat sedikit, yakni jalan
penghubung dari area dermaga menuju ke bagian belakang pelabuhan (area rumah
dinas). Jalan tersebut dibangun dengan perkerasan beton dengan lebar 2,5 m
sepanjang ± 100 m dari arah dermaga. Sedangkan jalan yang menghubungkan antar
rumah dinas serta jalan menuju gedung transit dan ruang tunggu hanya berupa jalan
dengan perkerasan tombunan karang.
Kondisi awal area pelabuhan adalah daerah rawa ditepi sungai, sehingga sangat
mudah muncul genangan-genangan air di sekitar bangunan fasilitas pelabuhan. Untuk
itu, pengelola pelabuhan berinisiatif memasang jembatan-jembatan kecil dari kayu ke
arah beberapa bangunan fasilitas pelabuhan, sehingga pada saat timbul genangan
akibat hujan atau air sungai Mamberamo yang pasang, aktivitas tetap dapat
dilaksanakan.
D. ENERGI LISTRIK
Ketersediaan energi listrik merupakan satu hal yang vital dalam suatu kegiatan, tidak
terkecuali kegiatan pelabuhan Teba. Karena belum adanya jaringan distribusi listrik
dari PLN di wilayah ini, maka untuk pemenuhan kebutuhan energi listrik bagi kegiatan
pelabuhan Teba menggunakan genset. Genset yang diletakkan di rumah genset hanya
dinyalakan ketika ada kapal datang di malam hari dan memerlukan penerangan di
pelabuhan, terutama jika yang datang bersandar adalah kapal layar. Jika yang
bersandar adalah kapal motor atau kapal penumpang, maka penerangan lokasi
dermaga berasal dari lampu-lampu kapal yang terus dinyalakan. Hal ini dilakukan
mengingat cukup sulitnya memperoleh bahan bakar bagi operasional genset.
Sebenarnya di area pelabuhan Teba telah terpasang 12 buah lampu sorot di beberapa
titik lokasi pelabuhan untuk penerangan di malam hari. Akan tetapi karena minimnya
suplai energi listrik, lampu-lampu tersebut tidak dioperasikan hingga akhirnya
beberapa buah telah rusak.
E. PENGELOLAAN SAMPAH
Pengelolaan sampah yang dilakukan di pelabuhan Teba hanya berupa pengumpulan
sampah dan membakarnya. Fasilitas yang tersedia untuk pengelolaan sampah yang
timbul di pelabuhan Teba hanya berupa beberapa tempat sampah yang berupa karung
bekas yang diletakkan di sekitar dermaga dan sekitar pasar, serta tempat sampah
untuk menampung sampah di sekitar kantor pelabuhan.
Mengingat lokasi pelabuhan Teba yang jauh dari lokasi pengelolaan sampah yang
berupa TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Sampah, maka sampah-sampah yang timbul
dari kegiatan pelabuhan hanya akan dikumpulkan dan selanjutnya dibakar pada saat
kering. Jumlah sampah yang timbul relatif sedikit terutama pada saat setelah
kedatangan kapal penumpang.
Gambar 2.25 Tempat sampah yang disediakan di sekitar pasar pelabuhan Teba
Dari kegiatan permukiman di rumah dinas pelabuhan, limbah cair dari aktivitas mandi
dan memasak dibuang atau dialirkan ke bagian belakang rumah yang masih berupa
kebun atau hutan. Sedangkan untuk aktivitas buang air, masayarakat cenderung
melakukannya di tepian sungai Mamberamo.
Gambar 2.26 Tangki septik di bagian belakang gedung kantor Pelabuhan Teba
Kualitas limbah cair domestik dari toilet pelabuhan Teba ditunjukkan dalam Tabel 2.2
berikut :
1. Kegiatan Permukiman
Kegiatan permukman yang terdekat dengan Pelabuhan Teba adalah permukiman
Kampung Warembori. Kampung ini terletak di seberang lain sungai Mamberamo
yang merupakan lokasi pelabuhan Teba. Permukiman ini merupakan permukiman
2. Kegiatan Perikanan
Sebagai masyarakat yang tinggal di daerah pesisir, masyarakat di kampung
Warembori tentu saja sangat bergantung pada sektor perikanan. Masyarakat
setempat menangkap ikan dari sungai Mamberamo maupun laut yang tidak
terlalu jauh dari permukimannya. Selain untuk dikonsumsi sehari-hari, ikan hasil
tangkapan juga dijual di pasar pelabuhan Teba terutama kepada para penumpang
kapal yang turun sejenak dari kapal. Beberapa jenis ikan yang dapat dengan
mudah dijual masyarakat di pasar pelabuhan Teba adalah ikan Mujaer, ikan Lele,
kepiting dan Kerang
3. Kegiatan Kehutanan
Daerah sekitar pelabuhan Teba hampir seluruhnya masih berupa hutan alam.
Seperti juga di sepanjang aliran sungai Mamberamo. Area yang sudah dibuka
hanya merupak tapak area pelabuhan saja serta area permukiman masyarakat
Kampung Warembori di seberang sungai Maberamo. Belum terdapat jalan akses
darat menuju ke daerah lain.
Kondisi kelerengan lahan di sekitar pelabuhan Teba yang merupakan area hutan
cenderung datar dengan kelerengan berkisar 0 – 2 %.
2. Geologi
Secara geologis, Mamberamo dan kawasan sekitarnya memang cukup menarik
karena tersusun oleh endapan batuan sedimen yang tebalnya mencapai ribuan
meter serta terpotong-potong oleh struktur geologi yang rumit. Juga karena masih
dipengaruhi oleh tekanan tektonik aktif, di beberapa tempat muncul fenomena
alam berupa keluarnya semburan lumpur dari dalam bumi (mudvocano).
Fenomena ini mudah dikenali dari penampakan di lapangan yang jika diamati dari
udara bentuknya berupa kumpulan lumpur dan pasir berwarna abu-abu
berbentuk sirkuler dengan diameter lebih dari 50 m yang muncul di tengah-
tengah hutan lebat.
Kualitas air sungai Mamberamo di sekitar pelabuhan Teba dipantau di dua titik,
yaitu di bagian up stream dermaga dan di bagian down stream dermaga. Hasil
pemantauan kualitas air sungai Mamberamo dari segi fisik dan kimia ditunjukkan
dalam Tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Kualitas Air Sungai Mamberamo di sekitar dermaga Pelabuhan Teba
Hasil
No Parameter Down Baku Mutu Satuan
Up Stream
Stream
Physical Properties:
1 Temperature 28.9 29.9 Air Temp.± 5 ºC
2 Total Dissolved Solids, TDS 96 101 2000 mg/L
3 Total Suspended Solids, TSS 1678 760 400 mg/L
Chemical Properties
1 pH 7.86 7.90 5.0 – 9.0 pH Unit
2 Dissolved Oxygen, DO** 4.6 4.8 0 mg/L
Biochemical Oxygen Demand,
3 22 19 12 mg/L
BOD5
4 Chemical Oxygen Demand, COD 76 49 100 mg/L
Hasil
No Parameter Down Baku Mutu Satuan
Up Stream
Stream
5 Total Posphate as P# <0.04 <0.04 5 mg/L
6 Nitrate, NO3-N <0.02 <0.02 20 mg/L
7 Ammonia, NH3-N 0.013 0.13 - mg/L
8 Arsenic, As 0.0014 0.0013 1 mg/L
9 Cobalt, Co <0.006 <0.006 0.2 mg/L
10 Barium, Ba# 1.15 1.08 - mg/L
11 Boron, B # <0.0177 <0.0177 1 mg/L
12 Selenium, Se <0.006 <0.006 0.05 mg/L
13 Cadmium, Cd <0.003 <0.003 0.01 mg/L
14 Hexavalent Chromium, Cr# 0.57 0.082 1 mg/L
15 Copper, Cu 0.02 0.01 0.2 mg/L
16 Iron, Fe 0.23 0.38 - mg/L
17 Lead, Pb 0.108 0.12 1 mg/L
18 Manganese, Mn 0.02 0.04 - mg/L
19 Mercury, Hg <0.00008 <0.00008 0.005 mg/L
20 Zinc, Zn 0.015 0.033 2 mg/L
21 Chloride, Cl 2.5 2 - mg/L
22 Cyanide, CN# <0.004 <0.004 - mg/L
23 Fluoride, F <0.5 <0.5 - mg/L
24 Nitrite, NO2-N 0.027 0.055 - mg/L
25 Sulfate, SO4 18.4 21.3 - mg/L
26 Free Chlorine, Cl2 0.14 0.23 - mg/L
27 Sulfide, as H2S 0.0015 0.0008 - mg/L
28 Fecal Coli 400 500 2000 MPN/100 mL
Jumlah Taxon 9 10
Indeks Diversitas 2.13 2.24
Indeks Keseragaman 0.97 0.97
Indeks Dominansi 0.13 0.11
Sumber : Data Hasil Analisa Laboratorium Envilab Indonesia, 2018
Jumlah teramati
No Spesies
Up Stream Down Stream
9 Brachionus sp. - 30
10 Daphnia sp. - 9
11 Rhabditis sp. - 13
Jumlah Taxon 8 8
Indeks Diversitas 2.01 2.01
Indeks Keseragaman 0.97 0.97
Indeks Dominansi 0.14 0.14
Sumber : Data Hasil Analisa Laboratorium Envilab Indonesia, 2018
Jumlah Taxon 10 9
Indeks Diversitas 2.26 2.15
Indeks Keseragaman 0.98 0.98
Indeks Dominansi 0.11 0.12
Sumber : Data Hasil Analisa Laboratorium Envilab Indonesia, 2018
masih dalam kategori baik dengan sebaran individu biota air merata dan tidak
terdapat jenis biota air yang mendominasi.
4. Klimatologi
Kondisi klimatologi Kabupaten Mamberamo Raya relatif sama dengan kondisi
klimatologi di wilayah Provinsi Papua secara umum. Berdasarkan data stasiun
pengamatan cuaca terdekat di Sarmi, suhu udara maksimum adalah 31,1 °C dan
suhu udara minimum adalah 23,9 °C dengan rata-rata suhu udara berkisar 27 °C.
Kelembaban udara rata-rata di wilayah Kabupaten Mamberamo Raya adalah 85,3
%. Tekanan udara rata-rata adalah 1010,9 mb dan kecepatan angin rata-rata
adalah 1,8 knot. Rata-rata curah hujan di daerah selama tahun 2017 adalah 251,6
mm3, dengan lama hari hujan rata-rata adalah 25 hari. Rata-rata penyinaran
matahari berdasarkan stasiun pengamatan cuaca di Sarmi adalah 61,8 %.
6. Demografi
Berdasarkan data Provinsi Papua Dalam Angka Tahun 2018, jumlah penduduk
Kabupaten Mamberamo Raya pada tahun 2017 adalah sebesar 22.313 jiwa yang
terdiri dari 11.394 jiwa penduduk laki-laki dan 10.919 jiwa penduduk perempuan,
sehingga sex ratio di Kabupaten Mamberamo Raya pada tahun 2017 adalah
sebesar 104,35. Laju pertumbuhan penduduk tahun dari 2016 hingga tahun 2017
sebesar 2,25 %, sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2010 hingga
tahun 2017 adalah sebesar 2,72 %. Jumlah penduduk Kabupaten Mamberamo
Raya ini sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan penduduk
Provinsi Papua, yakni hanya sebesar 0,68 %. Dengan luas wilayah keseluruhan
sebesar 28.034,86 km2, maka kepadatan rata-rata penduduk Kabupaten
Mamberamo Raya pada tahun 2017 adalah sebesar 0,80 jiwa/km2.
Distrik Mamberamo Hilir, adalah wilayah (distrik) yang merupakan bagian dari
Kabupaten Mamberamo Raya. Dengan ibukota distrik berada di Kampung
Trimuris. Menurut data statistik pada tahun 2016/2017, wilayah ini tercatat terdiri
dari 8 Kampung (Desa/Kelurahan), dengan jumlah Kepala Keluarga 1.011 KK.
Tabel 2.7 Nama Kampung dan Jumlah Kepala Keluarga di Distrik Mamberamo Hilir
No Nama Kampung Jumlah Kepala Keluarga
1 Bagusa 71
2 Baudi 70
3 Kapeso 62
4 Mantabori 50
5 Swaseso 64
6 Trimuris 539
7 Warembori 59
8 Yoke 96
Jumlah 1.011
Sumber : Dinas Kependudukan Kabupaten Mamberamo Raya tahun 2018, diolah
Luas wilayah Distrik Mamberamo Hilir adalah 2.633,38 km² dan jumlah penduduknya
8.975 jiwa (tahun 2017), menjadikan kepadatan penduduk sebesar 3,4, yang artinya
dalam setiap 1 km² dihuni oleh sekitar 3-4 orang. Tingkat kepadatan penduduk di
Distrik Mamberamo Hilir tidak merata di tiap kampung (desa). Kampung Trimuris,
sebagai ibukota Distrik Mamberamo Raya adalah kampung terpadat dibanding
kampung-kampung lainnya. Sedangkan kampung Mantabori adalah kampung paling
sedikit jumlah penduduknya. Kampung Warembori, dimana Pelabuhan Teba berada
mempunyai jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 59 KK.
Tabel 2.8 Rekapitulasi Data Kapal Yang Bersandar di Pelabuhan Teba Tahun 2017
No Bulan Jenis Kapal Jumlah
KLM 6
1 Januari KM (Perintis) 1
LCT 1
KLM 6
2 Februari
KM (Perintis) 1
KLM 6
3 Maret KM (Perintis) 1
LCT 2
KLM 7
4 Aprill
KM (Perintis) 2
KLM 5
5 Mei
KM (Perintis) 3
KLM 5
6 Juni
KM (Perintis) 3
KLM 5
7 Juli
KM (Perintis) 3
KLM 7
8 Agustus
KM (Perintis) 2
KLM 9
9 September KM (Perintis) 2
LCT 2
KLM 10
10 Oktober
KM (Perintis) 2
KLM 8
11 November KM (Perintis) 2
LCT 1
12 Desember KLM 9
Saat akan bersandar, kapal akan mencari posisi yang tepat di dermaga. Kapal yang
berasal dari hulu sungai Mamberamo akan bermanuver/berputar terlebih dahulu
sehingga anjungan kapal akan menghadap ke arah hulu sungai Mamberamo atau
kapal bersandar pada sisi lambung sebelah kanan. Kegiatan sandar kapal serta
manuver yabg dilakukan menimbulkan gelombang air ke arah samping, keadaan ini
ditambah derasnya arus sungai menyebabkan abrasi di tepi sungai Maberamo sekitar
lokasi dermaga hngga membuat talud sungai rusak dan pagar pembatas pelabuhan
hampir roboh.
Fasilitas dermaga yang dibangun untuk sarana sandar kapal di pelabuhan Teba
mengakibatkan gangguan arus sungai Mamberamo. Hal ini selanjutnya mengakibatkan
potongan-potongan kayu lapuk yang banyak terbawa arus sungai Mamberamo
tersangkut oleh tiang pancang dermaga. Kondisi ini cukup berbahaya, baik bagi
struktur dermaga sendiri, berpotensi menganggu kegiatan pelayanan kapal, serta
berbahaya bagi perahu-perahu masyarakat yang bersandar di sekitar dermaga.
Kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan Teba dilakukan secara manual, karena
memang volume barang yang diturunkan ataupun dinaikkan ke kapal relatif kecil. Pada
saat bersandar, kapal penumpang akan menurunkan tangga kapal untuk selanjutnya
digunakan oleh penumpang untuk turun dari kapal menuju dermaga. Begitupun untuk
barang dimana setelah tangga kapal diturunkan ke dermaga, beberapa orang Tenaga
Kerja Bongkar Muat (TKBM) akan menurunkan barang-barang tersebut dari kapal ke
dermaga ataupun langsung ke perahu-perahu milik warga untuk selanjutnya langsung
dibawa ke tempat selanjutnya. Karena volumenya yang relatif kecil, TKBM biasanya
adalah orang-orang sekitar yang secara sukarela membantu atau juga masyarakat
pemilik perahu yang selanjutnya akan mengangkut barang ke wilayah kampung
terdekat.
Pada kenyataanya, fasilitas pelayanan penumpang saat ini tidak dimanfaatkan secara
maksimal. Hal ini dikarenakan jumlah penumpang yang naik dari Pelabuhan Teba
jumlahnya sedikit. Umumnya para penumpang akan lebih memilih menunggu kapal
berangkat di area sekitar dermaga atau di pasar. Begitu pula pada saat kapal
penumpang yang sedang transit. Para penumpang relatif lebih memilih untuk berada
di dalam kapal dan sesekali turun ke arah pasar untuk membeli makanan.
Jumlah masyarakat yang berdagang di pelabuhan Teba tidak terlalu banyak, yakni
hanya berkisar ± 25 orang. Jumlah tersebut adalah saat kedatangan kapal penumpang.
Jika yang bersandar adalah kapal layar motor (KLM) yang mengangkut barang ataupun
LCT, maka jumlah masyarakat yang berdagang hanya berkisar 5 sampai 10 orang saja.
Saat kapal-kapal telah meninggalkan pelabuhan, para pedagang akan secara sukarela
membersihkan sampah-sampah yang tercecer dengan cara menyapu untuk
selanjutnya dikumpulkan di karung-karung plastik sebagai tempat sampah. Sampah-
sampah tersebut selanjutnya dibuang di bagian belakang pelabuhan. Volume timbulan
sampah maksimal hanya 1 m3 pada saat setelah kedatangan kapal penumpang.
pelabuhan saat ada kapal yang datang. Hal ini dilakukan mengingat cukup sulit
mendapatkan bahan bakar genset. Untuk kebutuhan listrik di rumah dinas, selain
sudah terpasang solar cell juga memanfaatkan genset kapasitas kecil berbahan bakar
premium untuk pembangkitan listrik.
Pada saat yang bersandar adalah kapal yang relatif besar (kapal penumpang dan/atau
LCT), genset pelabuhan Teba tidak dinyalakan. Penerangan area dermaga dilakukan
menggunakan lampu-lampu sorot dari kapal yang bersandar untuk menghemat
penggunaan bahan bakar genset pelabuhan.
Kebutuhan air bersih dipenuhi dari pengambilan air tanah dengan menggunakan
pompa air di setiap rumah-rumah dinas yang ditempati. Sedangkan untuk pemenuhan
kebutuhan air bersih di kantor pelabuhan dan toilet di dekat rumah tunggu disuplai
dari sumur gali yang berada di sebelah kantor pelabuhan.
Air tanah akan dipompa ke atas untuk selanjutnya ditampung ke dalam tandon air,
selanjutnya didistribusikan secara gravitasi ke toilet rumah tunggu dan toilet kantor
pelabuhan.
Tapak asli area pelabuhan Teba adalah daerah rawa-rawa sekitar sungai Mamberamo,
sedangkan area yang ada saat ini mayoritas adalah hasil pengurugan pada saat
pembangunan Pelabuhan Teba. Hal ini menyebabkan air tanah kualitasnya kurang
bagus dan cenderung keruh. Untuk konsumsi, masyarakat lebih memilih menampung
air hujan dalam drum-drum plastik untuk kemudian dikonsumsi. Sedangkan air tanah
lebih dimanfaatkan untuk mandi dan mencuci.
Kegiatan pemeliharaan lain yang perlu dilakukan adalah perbaikan dan renovasi
beberapa gedung fasilitas pelabuhan (kantor pleabuhan, rumah tunggu, rumah transit,
serta gudang), perbaikan talud dan pagar pembatas pelabuhan serta fasilitas lainnya.
Sebagian besar fasilitas-fasilitas yang rusak dan memerlukan perbaikan adalah
diakibatkan minimnya pemeliharaan yang dilakukan.