CBR Genetika
CBR Genetika
A. Rekayasa Genetika
Keberhasilan Watson dan Crick menemukan model DNA, dan pemecahan masalah
sandi genetik oleh Nirenberg dan Mather membuka jalan bagi penelitian-penelitian
selanjutnya di bidang rekayasa genetika. Sandi-sandi genetik pada gen (DNA) ini digunakan
untuk penentuan urutan asam-asam amino pembentuk protein (enzim). Pengetahuan ini
memungkinkan manipulasi sifat makhluk hidup atau manipulasi genetik untuk menghasilkan
makhluk hidup dengan sifat yang diinginkan. Manipulasi atau perakitan materi genetik
dengan menggabungkan dua DNA dari sumber yang berbeda akan menghasilkan DNA
rekombinan. Penggunaan DNA dalam rekayasa genetika untuk menggabungkan sifat
makhluk hidup, karena DNA mengatur sifat-sifat makhluk hidup yang dapat diturunkan dan
struktur DNA dari makhluk hidup apapun adalah sama. Ada beberapa cara untuk
mendapatkan DNA rekombinan melalui rekayasa genetika, di antaranya adalah teknologi
plasmid, fusi sel (teknologi hibridoma), dan transplantansi inti.
Rekayasa genetika dapat diartikan sebagai kegiatan manipulasi Gen untuk
mendapatkan produk baru dengan cara membuat DNA rekombinan melalui penyisipan gen.
DNA rekombinasi adalah DNA yang urutannya telah direkombinasikan agar memiliki sifat-
sifat atau fungsi yang kita inginkan sehingga organisme penerimanya mengekspresikan sifat
atau melakukan fungsi yang kita Inginkan. Misalnya, kita membuat DNA rekombinan yang
memiliki fungsi membuat insulin. DNA ini kemudian kita masukkan ke dalam bakteri dengan
harapan bakteri tersebut dapat menghasilkan insulin.
Sejarah rekayasa genetika dimulai sejak Mendel menemukan faktor yang diturunkan.
Ketika Oswald Avery (1944) menemukan fakta bahwa DNA membawa materi genetik,
semakin banyak penelitian yang dilakukan terhadap DNA. Salah satu penelitian yang
memberikan kontribusi terbesar bagi rekayasa genetika adalah penelitian terhadap transfer
(pemindahan) DNA bakteri dari suatu sel ke sel yang lain melalui lingkaran DNA kecil yang
disebut plasmid. Bakteri eukariota uniseluler ternyata sering melakukan pertukaran materi
genetik untuk memelihara ciri-cirinya. Dalam rekayasa genetika inilah, plasmid berfungsi
sebagai kendaraan pemindah atau vektor.
Agar materi genetik yang dipindahkan sesuai dengan keinginan, materi genetik harus
dipotong. Secara alami, sel memiliki enzim-enzim pemotong yang sering disebut dengan
enzim restriksi. Enzim ini dapat mengenali dan memotong tempat-tempat tertentu di
sepanjang molekul DNA. Untuk menyambung kembali potongan-potongan DNA ini,
digunakan enzim ligase. Sampai sekarang, telah ditemukan lebih dari 200 enzim restriksi. Hal
ini tentu saja mempermudah pekerjaan para ahli rekayasa genetika untuk memotong dan
menyambung kembali DNA.
Genetika pada saat ini telah berkembang dengan pesat. Sejak struktur DNA diketahui
dan kode genetika dipecahkan, proses transkripsi dan translasi dapat dijabarkan. Dalam kurun
waktu antara tahun 1952 sampai tahun 1953, telah terjadi perkembangan penting di bidang
genetika. Penemuan di atas memicu perkembangan biologi molekuler. Pada tahun 1971-
1973, para ahli biologi molekuler berhasil melakukan rekayasa genetika, seperti pemotongan
gen (DNA) yang terkontrol dan rekombinasi DNA yang inti prosesnya adalah kloning atau
pengklonaan DNA (kloning gen). Melalui rekayasa genetika, dapat dihasilkan makhluk hidup
baru dengan cara menyatukan bahan genetik dari satu organisme dengan organisme lain.
Rekayasa genetika melalui DNA rekombinan atau kloning gen secara in vitro dapat
menciptakan rekombinasi genetik yang tidak terbatas, sama seperti jika terjadi secara alamiah
melalui reproduksi seksual. Dengan menggunakan teknik DNA rekombinan, saat ini telah
dapat dihasilkan berbagai zat, misalnya insulin manusia, hormon pertumbuhan manusia,
interferon alfa, dan vaksin hepatitis B. Di Amerika Serikat dan Inggris, zat-zat tersebut sudah
dipasarkan sejak tahun 1982. Sementara itu, sejak tahun 1987, telah dipasarkan tPA (tissue
Plasminogen Activator), suatu zat yang dapat mencegah pembekuan darah dan serangan
jantung.
3. Terapi Gen
Berbagai penyakit fatal, misalnya kanker, berpangkal pada sel-sel sebagai unit terkecil
jaringan. Kejanggalan berawal pada kelainan gen, yaitu kelainan pembawa kode di inti sel.
Gen cacat Inilah yang membuat sel jaringan menjadi sel-sel kanker. Para ahli berusaha
melawan gen-gen perusak dalam inti sel itu dengan berbagai cara rekayasa genetika. Upaya
yang dirintis tersebut dikenal dengan istilah terapi gen. Terapi gen adalah perbaikan kelainan
genetis dengan memperbaiki gen. Sayangnya, penemuan itu tidak segera dapat diterapkan.
Dalam rekayasa genetika, ada kode etik yang melarang keras percobaan ini pada manusia.
Rekayasa ini dikhawatirkan disalahgunakan untuk mengubah gen pembawa sifat manusia,
misalnya untuk membuat manusia super.
Akan tetapi, para ahli ndak selamanya bersikap kaku karena berbagai penyakit fatal
memang sulit disembuhkan kecuali dengan terapi gen. Oleh karena itu, muncul pendapat
tentang perlu adanya dispensasi. Dispensasi itu dikeluarkan oleh Komite Rekayasa Genetika
dari Nasional Institute of Health (NIH) Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1990.
Dispensasi tersebut mengizinkan penerapan terapi gen untuk dua jenis penyakit, yaitu
penyakit menurun yang sangat jarang, seperti adenosine deaminase deficsency (ADD), dan
penyakit sejenis kanker kulit yang ganas.
ADD adalah kelainan yang mengakibatkan penderitanya tidak memiliki daya tahan
tubuh sama sekali. Kontak dengan kuman apa pun akan menyebabkan kematian. Penyakit ini
dialami oleh seorang anak dari Texas, Amerika Serikat, yang dijuluki "David The Bubble
Boy'. David Vetter meninggal dunia setelah hidup, selama 12 tahun dalam balon plastik yang
melindunginya dari kontaminasi. Dokter gagal menolongnya melalui transplantasi sumsum
tulang.
Rusaknya sistem kekebalan tubuh pada penderita ADD terjadi akibat sel-sel darah
tidak mampu memproduksi enzim edenosin daeminase (AD) yang diperlukan untuk
membangun daya tahan tubuh.
4. Kloning (Pengklonaan)
Kloning berasal dari kata Yunani kuno, clone yang berarti ranting atau cangkokan.
Dalam bahasa Inggris, clone (klona) digunakan untuk menyebut sekelompok makhluk hidup
yang dilahirkan tanpa proses seksual. Istilah clone (klona) pertama diusulkan oleh Herbert
Webber pada tahun 1903.
Pada tahun 1986, Steen Willaden mengkloma sapi dengan tujuan komersial dengan
metode transfer inti. Ia bekerja sama dengan lembaga Grenada Genetics.
Tahun 1996, Lan Wilmut mengklona domba. Ia menggunakan sel kelenjar susu
domba finn Dorset sebagai donor inti dan sel telur domba blackface sebagai resipien. sel telur
domba blackface dihilangkan intinya dengan cara mengisap nukluesnya keluar dari sel
menggunakan pipet mikro, Selanjutnya, sel kelenjar susu (sel ambing) domba finn dorset
difusikan dengan sel telur blackface yang tanpa nukleus. Hasil fusi Ini kemudian berkembang
menjadi embrio dalam tabung percobaan dan kemudian dipindahkan ke rahim domba
blakface. Selanjutnya, embrio berkembang dan lahir dengan ciri-ciri sama dengan domba finn
dorset. Domba hasil kloning ini diberi nama Dolly. Dolly disuntik mati pada tanggal 14
Februari 2003 karena menderita berbagai penyakit yang sulit disembuhkan.
Perlu diperhatikan bahwa Wilmut melakukan 277 percobaan kloning. Pari sekian
banyak percobaan, hanya 29 yang berhasil menjadi embrio domba yang dapat
ditransplantasikan ke rahim domba dan hanya satu yang berhasil dilahirkan menjadi domba
normal. Dengan demikian, tingkat keberhasilan kloning domba masih sangat rendah.
Gambar. Percobaan Kloning Domba Doly.