Anda di halaman 1dari 2

4. Nilai Konstitusi.

Sehubungan dengan penilaian berlakunya konstitusi sebagaimana diungkapkan


oleh Nyoman Dekker, dilihat dari implementasi konstitusi yaitu apa antara yang
tercantum dalam ketentuan konstitusi dengan aoa yang dilaksanakan secara nyata di
lapangaan, maka ada tiga kategori konstitusi yaitu konstitusi normative, konstitusi
nominal dan konstitusi semantic
Moh KUsnardi dan Harmaily Ibrahim mengutif pendapat Loewenstein memberikan
tiga tingkatan nilai konstitusi yaitu Nilai bersifat normatif (ein sollen), Nilai bersifat
nominal, Nilai yang bersifat semantik.

1. Nilai Normatif
Konstitusi memiliki nilai normative apabila konstitusi secara resmi diterima oleh
seluruh rakyat di suatu negara secara murni dan konsekuen, konstitusi benar-benar ditaati
dan dijunjung tinggi. Bagi Negara tersebut konstitusi tidak hanya berlaku secara hukum ,
namun juga secara kenyataan. Ketentuan-ketentuan yang terdapat didalam merupakan
pedoman dan pegangan yang mutlak harus dilaksanakan. Oleh karena itu konstitusi
memiliki nilai secara normatif apabilan diterima oleh suatu masyarakat dan dilaksanakan
secara murni dan konsekuen. Contohnya di Amerika Serikat, yang tiga kekuasaannya
terpisah dan dilaksankan sebagaiman mestinya.

2. Nilai Nominal
Kontitusi memiliki nilai nominal apabila menurut hukum memang berlaku, tetapi
dalam kenyataannya tidak dilaksankan sebagaimana seharusnya. Konstitusi hanya
dilaksanakan sebagian saja sehingga tidak sempurna. Hal tersebut dapat terjadi karena
ada pasal-pasal tertentu yang tidak dilaksanakan, atau baru akan dilaksanakan tergantung
kemauan Negara. Contohnya konstitusi AS pada amandemen ke XIV tentang
kewarganegaraan dan perwakilan, tidak berlaku secara sempurna untuk seluruh warga
Negara AS, karena Missipi dan Alabama hal tersbut tidak berlaku.

3. Nilai Semantik
Konstitusi memiliki nilai semantic jika konstitusi tersebut secara hukum tetap
berlaku, namun dalam kenyataannya adalah sekedar untuk memberikan bentuk dari
tempat yang telah ada, dan dipergunakan untuk melaksanakan kemauan kekuasaan
politik. Jadi dalam hal konstitusi hanyalah sekedar istilah belaka, sedangkan
pelaksanaannya dimaksud untuk kepentingan pihak penguasa, dengan demikian
konstitusi hanyalah sekedar istilah kata-kata saja atau semantik. Contohnya dulu Undang-
Undang Dasar 1945, pasal 24 dan 25 katanya ada kebebasan hakim, tetapi dibentuk UU
No. 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja.

Anda mungkin juga menyukai