BAB219086030038
BAB219086030038
A. Strategi Pembelajaran
proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
b) Drs. Slamet menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
baru secara keseluruhan, sehingga hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
35
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, 2011
36
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Strategi Mewujudkan
Pembelajaran Bermakna Melalui Konsep Umum dan Konsep Islami, Refika Aditama Bandung, 2010
37
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno
28
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
dan seni menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Istilah
strategi berasal dari kata strategos (Yunani) yang berarti keseluruhan usaha,
Strategi bisa juga diartikan (1) ilmu dan seni menggunakan semua
dalam perang dan damai, (2) ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk
yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus, dan (4)
berasal dari ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
38
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) h.
39
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka, 2007), h. 964
29
Dalam peperangan digunakan strategi peperangan dengan
diperlukan suatu metode atau cara, maka strategi adalah suatu proses
dimiliki oleh seseorang tanpa pernah belajar secara formal tentang ilmu
Istilah strategi juga dipakai dalam banyak konteks dengan makna yang
tidak selalu sama, didalam konteks pembelajaran, strategi berarti pola umum
umum pola tersebut berarti bahwa macam dan urutan perbuatan yang
40
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Suatu Tinjauan Konseptual Operasional,
Bumi Aksara Jakarta, 2012
30
bermacam-macam peristwa belajar. Konsep strategi dalam hal ini merujuk
rasional yang membedakan strategi yang satu dari strategi yang lain
yang berbeda41.
pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru- murid dalam
bentuk macam itulah yang dimaksud dengan pola dan urutan umum
perbuatan guru-murid42.
pola umum guru dan murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar
41
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Suatu Tinjauan Konseptual Operasional
42
Asrori
31
pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber
a. Kegiatan Pendahuluan
bagian ini guru diharapkan dapat menarik minat peserta didik atas materi
43
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Strategi Mewujudkan
Pembelajaran Bermakna Melalui Konsep Umum dan Konsep Islami, Refika Aditama Bandung, 2010
44
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara) : 29
32
meyakinkan apa manfaat mempelajari pokok bahasan tertentu akan
b. Penyampaian Informasi
Dalam kegiatan ini guru juga harus memahami dengan baik situasi
disampaikan dapat diserap oleh peserta didik dengan baik. Beberapa hal
pusat dari suatu kegiatan belajar. Hal ini dikenal dengan CBSA (Cara
45
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara) : 32
33
langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah
tertentu.
2. Umpan balik
d. Pengetesan
patokan yang dapat digunakan, yaitu : (1) tes tingkah laku masukan; (2)
prates; (3) tes sisipan dan (4) pascates. Keempat tes tersebut perlu
46
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara) : 30
34
e. Kegiatan Tindak Lanjut
oleh guru. Dalam kenyatannya, setiap kali setelah tes dilakukan selalu
saja terdapat peserta didik yang berhasil dengan bagus atau di atas rata-
rata (a) hanya menguasai sebagian atau cenderung di rata- rata tingkat
berikut:48
47
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara) : 33
48
Kurniawan dan Khanifatul. Pembelajaran Inovatif. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013). h. 19 – 21
35
Cooperative Learning adalah strategi pembelajaran yang
3) Strategi Elaborasi
49
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana
Prenamedia, 2013), h. 241
36
dengan mengikuti urutan umum terinci.50 Pengurutan isi pembelajaran
4) Strategi Organisasi
verbal dari seorang guru kepada siswa agar siswa dapat menguasai
50
Made Wena. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan Konseptual Operasional,
h. 25
51
Made Wena. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan Konseptual Operasional,
h. 7
37
materi pelajaran secara optimal.52 Kelebihan dari strategi ini adalah guru
52
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana
Prenamedia) 179
53
Sitiatava Rizema Putra. Desain Belajar Mengajar Berbasis Sains. (Yogyakarta : Diva Press, 2013),
h. 85
38
data serta akhirnya menyimpulkan. Menurut Abbas dalam Sitiatava,
diketahui bahwa secara umum tidak ada satu strategi pembelajaran yang
Kualitas baik tidaknya suatu strategi pembelajaran bisa dilihat dari efektif
54
Sitiatava Rizema Putra. Desain Belajar Mengajar Berbasis Sains. h. 66
55
Bambang Warsita. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. (Jakarta : Rineka Cipta,
2008), h. 276
39
keterampilan dan sikap baru. Pada tahap ini guru bisa menjelaskan
b. Penyajian (presentation)
sebagai berikut :
2) Contoh (example) dan Non Contoh (non example) adalah benda atau
negatif.
40
1) Pelaksanaan tes hasil belajar untuk mengukur kemajuan belajar
peserta didik.
2) Umpan balik (feed back) adalah informasi hasil tes peserta didik
3) Tindak lanjut (follow up) berupa petunjuk tentang hal yang harus
Tahfidz Al-Qur’an terdiri dari dua suku kata, yaitu tahfidz dan Al-Qur’an,
yang mana keduanya mempunyai arti yang berbeda. Pertama tahfidz yang
berarti menghafal, menghafal dari kata dasar hafal yang dari bahasa arab
hafidza - yahfadzu - hifdzan, yaitu lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit
lupa.
Kedua kata Al-Qur’an, menurut bahasa Al-Qur’an berasal dari kata qa-
ra-a yang artinya membaca, para ulama berbeda pendapat mengenai pengertian
56
Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur"an Da"iyah..., h. 49
41
atau definisi tentang Al-Qur’an. Hal ini terkait sekali dengan masing-masing
pecahan dari akar kata manapun dan bukan pula berhamzah, yaitu tanpa
dengan tidak membunyikan ”a”. Oleh karena itu, menurut Asy-syafi’i lafadz
kepada Nabi Muhammad SAW. Berarti menurut pendapatnya bahwa lafazh Al-
Qur’an bukan berasal dari akar kata qa-ra-a yang artinya membaca. Sebab kalau
akar katanya berasal dari kata qa-ra-a yang berarti membaca, maka setiap
kepada Rasulullah saw di luar kepala agar tidak terjadi perubahan dan
pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan mau pun
sebagiannya.
57
Rosihan Anwar, Ulumul Qur"an, (Bandung : Pustaka Setia, 2004), h. 31
42
2. Aspek-aspek Pembelajaran Tahfidzul Qur’an
1) Aspek Internal
(santri).58 Aspek berasal dari dalam diri sendiri siswa, ini merupakan
belajar atau kegiatan mereka. Beberapa aspek yang berasal dari diri
(1). Bakat
masa yang akan datang.59 Dalam hal ini siswa yang memiliki
58
ibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,(Bandung: Remaja
Rosdakarya,2000), h.132.
59
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru , h.135
43
kitab suci ini pasti termotivasi oleh sesuatu yang berkaitan
dengan Al-Qur’an.
(3). Kecerdasan
dijalani.
(4). Usia
60
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, h. 134
44
berpengaruh terhadap keberhasilannya dalam menghafalnya.
hingga 23 tahun.
2) Aspek Eskternal
berasal dari luar diri siswa juga ada yang bisa menunjang keberhasilan
waktu khusus dan tidak terlalu berat materi yang dipelajari para
61
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, h. 134
45
pembagian waktu akan bisa memperbaharui semangat, motivasi
1) Aspek Internal
maupun takrir.
62
Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama, ( Solo:Ramadhani,1993), h. 40
46
sehingga ia malas dan tidak bersungguh- sungguh dalam
menghafalkan Al-Qu’ran.
mudah lupa dan sulit untuk mengingat kembali materi yang sudah
47
tahfidzul Qur’an. Karena hal yang paling penting adalah kerajinan
ingatan yang kuat, karena ingatan yang lemah akibat dari usia
menghafalkannya.
2) Aspek Eksternal
63
Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur"an..., h. 141
64
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung : Wacana Prima, 2011)
48
Materi yang terlalu banyak atau padat akan menjadi salah
dilihat dari anak-anak, remaja bahkan orang tua ada yang belum mampu
bukan saja untuk memenuhi kurikulum di sekolah Islam tetapi kewajiban tiap
49
Rasulullah SAW bersabda:
Hal ini berarti bahwa Al-Qur'an wajib dipelajari dan diamalkan bagi umat
Islam dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur'an harus ditanamkan sejak usia dini
qur'ani.
Al-Qur'an adalah sebuah kitab suci yang telah diteliti dengan sangat
cermat oleh muslim maupun pakar lainnya baik secara kritis dan mendapat
memperhatikan makna dari ayat yang dibaca. Membaca Al-Qur'an tidak boleh
65
Imam Nawawi. Tarjamah Riyadhus Shalihin Jilid 1. (Surabaya : Duta Ilmu, 2009) h.230
50
Al-Qur’an dan mengajarkannya. Tujuan mempelajari Al- Quran selain
sebagai berikut66:
kejahatan.
serta suri teladan yang baik dari riwayat-riwayat yang termaktub dalam Al-
Qur’an.
66
Mahmud Yunus. Metodik Khusus Pendidikan Agama. (Jakarta : Hidakarya, 1978) h. 55
67
Imam Nawawi. Tarjamah Riyadhus Shalihin Jilid 1. (Surabaya : Duta Ilmu, 2009), HR.At-Thabrani,
51
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya”.68
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, cerdas,
luar sekolah, seperti di rumah, di masjid, atau di langgar atau surau, di Taman
sebagainya.
kehidupan pada jiwa, akal bahkan jasadnya, ini berarti Al-Qur’an sangat
dibutuhkan ruhani kita. Ruhani yang sehat dan kuat terkadang melebihi
kekuatan tubuh yang sehat dan jasmani yang kuat, kedua unsur tersebut sehat
kepribadian pada diri santri yang tercermin dalam tingkah laku dan pola
tidak hanya menjadi tanggung jawab guru Tahfidz Al-Qur’an seorang diri,
68
Imam Nawawi. Tarjamah Riyadhus Shalihin Jilid 1. (Surabaya : Duta Ilmu, 2009), HR.At-Thabrani
69
Abdur Rauf. Kiat Sukses Menjadi Hafid Al – Qur’an Da’iyah. (Jakarta : Markaz Alquran, 2014)
52
dan lebih penting lagi adalah orang tua. pesantren harus mampu mengkoordinir
yang saling mendukung dan menjaga demi terbentuknya santri berakhlak dan
dapat diajarkan hanya dalam bentuk pengetahuan saja, tetapi perlu adanya
guru harus mendorong siswa untuk selalu berprilaku baik dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu selain menilai, guru/ustadz juga menjadi pengawas
harinya. Hal ini juga dapat dijadikan dasar evaluasi bagi guru bagi keberhasilan
dipesantren adalah sebagai pilar pendidikan karakter yang utama. Tahfidz Al-
53
keagamaannya, mengajarkan Al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman hidupnya,
sebagai pedoman prilaku manusia apakah dalam kategori baik ataupun buruk.
C. Pembentukan Karakter
1. Pengertian Karakter
dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
tabiat seseorang yang telah dimiliki sejak lahir dan merupakan sesuatu
bahwa karakter diartikan sebagai pembentuk nasib, bahkan karakter yang baik
pembawaan dari dalam yang dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku,
70
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta : Amzah, 2015), h. 19
71
A. Rahmat Rosyadi, Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini.(Jakarta :
Rajagrafindo, 2013), h. 13
54
Karakter dapat diartikan sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi
nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan dan tingkah saja berkarakter jelek,
secara bermoral, yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik,
jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain, dan nilai-nilai karakter
mulia lainnya. Dalam konteks pemikiran Islam, karakter berkaitan dengan iman
seringkali tidak jauh dari perilaku ayah atau ibunya. Kecuali itu lingkungan,
72
Abdi Madrasah, Metode Pembentukan Karakter Siswa Madrasah Menurut Perspektif Islam. 2018
73
H.E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter. (Jakarta : Bumi Aksara, 2012), h. 3
74
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter. (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2017), h. 41
55
Dalam upaya mendidik karakter anak, maka harus disesuaikan dengan
dunia anak tersebut. Selain itu juga harus disesuaikan sengan pertumbuhan dan
salah satunya adalah teori kode warna manusia yang dicetuskan oleh Taylor
yaitu :
a. Determinisme Genetis
begitu kepada anda, itulah sebabnya anda memiliki tabiat seperti ini. Kakek
nenek anda mudah marah dan itu ada pada DNA anda. Sifat ini diteruskan
b. Determinisme Psikis
berbuat begitu baik kepada anda. Pengasuhan anda, pengalaman masa anak-
karakter anda. Itulah sebabnya anda takut berdiri di depan banyak orang.
56
c. Determinisme Lingkungan
atas pertanyaan, “Mengapa karakter saya seperti ini ?” adalah karena anda
memang dilahirkan dengan gen seperti itu. Jika teori Determinisme Psikis
maka salahkan orang tua anda yang kurang pandai mendidik ketika anda
menjadi jawaban atas hidup anda yang serba kekurangan dan jauh dari
cukup.
atas75 :
a. Karakter yang bersumber dari olah hati antara lain beriman dan
75
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta : Amzah, 2015), h. 19
57
b. Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis,
c. Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika antara lain bersih dan
d. Karakter yang berasal dari olah rasa dan karsa antara lain kemausiaan,
umum, cinta tanah air, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia,
semuanya dijiwai iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
Pancasila.76
76
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter. (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2017), h. 52
58
Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, ada 18
dibuat oleh Diknas. Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di
adalah77:
1) Religius; Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
pekerjaan.
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
baiknya.
77
Hartono, Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013, (Jnana Budaya Vol. 19, no. 2, 2014)
59
6) Kreatif; Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
7) Mandiri; Sikap d an perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
8) Demokratis; Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
9) Rasa Ingin Tahu; Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
kelompoknya
11) Cinta Tanah Air; Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
kelompoknya
12) Menghargai Prestasi; Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
60
14) Cinta Damai; Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
16) Peduli Lingkungan; Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
17) Peduli Sosial; Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
18) Tanggung Jawab; Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang
Maha Esa)
antara lain :
78
Marzuki. Pendidikan Karakter Islam. h. 113
61
1. Keteladanan
2. Pembelajaran
pendidikan.
tenaga kependidikan.
kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh atau sebagian peserta didik,
62
tahun pelajaran atau program pembelajaran dan dimasukkan ke
yaitu pada latar makro dan latar mikro. Latar makro bersifat nasional
nilai dan moral, serta sosiokultural; (3) empiris: berupa pengalaman dan
79
Marzuki. Pendidikan Karakter Islam. h. 115
63
4. Penguatan
karakter.80
5. Penilaian
80
Daryanto, dkk. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. (Yogyakarta: Gava Media, 2013)
64
berbagai hal terkait dengan berbagai aturan yang melekat pada diri
lain.81
81
Daryanto, dkk. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. (Yogyakarta: Gava Media, 2013)
65
b. Metode Pembentukan Karakter
Kepercayaan akan adanya fitrah yang baik pada diri manusia akan
a) Metode Perumpamaan
b) Metode Keteladanan
yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini
82
Abdi Madrasah, Metode Pembentukan Karakter Siswa Madrasah Menurut Perspektif Islam,
66
dilakukan oleh semua ahli pendidikan, dasarnya karena seccara
psikologis pelajar memag senang meniru, tidak saja yang baik, tetapi
beajar. Untuk itu seorang guru harus memiliki sikap bersahabat, kasih
e) Metode Pembiasaan
67
membiasakan berprilaku terpuji, giat belajar, bekerja keras bertanggung
bersama 2 kakaknya, K.H Ahmad Sahal dan K.H. Zainuddin Fananie, sebelum
melanjutkan ke Sekolah Arabiyah Adabiyah yang dipimpin oleh KH. M.O. Al-
68
pendidikan baru yang diberi nama Kulliyatu-l Mu’allimin Al-Islamiyah
(KMI)83.
Akhlak menurut Imam Zarkasyi tidak bisa dilepaskan dari agama, sebab
dalam terminologi Islam, etika terkait erat dalam salah satu dari tiga aspek
pokok dari agama, yakni akhlak, keyakinan (i'tiqad atau aqidah) dan rasa atau
perasaan ('atifah). Akhlak adalah “sesuatu yang ideal” dalam berperilaku bagi
“Akhlak adalah petunjuk dan pedoman, yang harus kita ikuti dalam kehidupan
kita. Pedoman-pedoman itu, bagi umat Islam, diambil dari kitab suci dan hadist-
hadist”85. Etika yang menjadi acuan adalah yang berdasarkan agama atau etika
Peran akhlak sebagai penilaian yang ideal, absolut, paling benar menurut
ukuran agama. Ajaran akhlak ideal sebagai tolok ukur, “ancerancer”, atau
pedoman dan arah yang “sempurna”, tidak bisa begitu saja diterapkan dalam
hal akhlak dan perilaku. Ajaran perilaku ideal atau “akhlak yang penuh
keutamaan”, adalah sebagai norm atau ukuran, tetapi penerapan akhlak bisa
83
Muhammad Ridlo Zarkasyi, Ajaran Kiai Gontor, (Jakarta, Rene Turos , 2019) h. 211
84
Tim, K.H. Imam Zarkasyi Dari Gontor Merintis Pesantren Modern, Unida Gontor Press (Gontor,
Cetakan II, 2016); 280
85
Tim, K.H. Imam Zarkasyi Dari Gontor Merintis Pesantren Modern, Unida Gontor Press (Gontor,
Cetakan II, 2016); 281
69
berubah tergantung kondisi dan waktu, juga sudut pandang. Oleh karena itu,
curriculum lebih ditekankan dan lebih banyak berpengaruh bagi pribadi santri.
The hidden curriculum, sebagai kurikulum yang tidak tertulis dan terencana,
adalah ajang dan proses internalisasi nilai, pengetahuan, dan ketrampilan bagi
Keseimbangan aspek soft skill bahasa, penggunaan bahasa pengantar Arab dan
Inggris secara teratur, dan kedisiplinan santri tinggal di asrama, menjadi corak
khas Pondok Gontor. Ditambah pelajaran praksis, santri terlibat langsung dalam
yang menawarkan nilai-nilai moral yang merupakan nilai ideal sesuai prinsip
terletak pada isi dan jiwanya. Isi dari pondok pesantren adalah pendidikan
86
Tim, K.H. Imam Zarkasyi Dari Gontor Merintis Pesantren Modern, Unida Gontor Press (Gontor,
Cetakan II, 2016); 281
70
mental dan karakter. Kehidupan dalam pondok pesantren dijiwai oleh suasana-
1. Jiwa Keikhlasan: Sepi ing pamrih (tidak karena didorong oleh keinginan
bukanlah artinya itu untuk dan karena kemelaratan atau kemiskinan, tetapi
segala kesulitan.
(berdiri di atas kaki sendiri). Berdikari bukan saja dalam arti bahwa para
tetapi juga pondok pesantren itu sendiri sebagai lembaga pendidikan tidak
87
Tim penulis, K.H. Imam Zarkasyi Dari Gontor Merintis Pesantren Modern, Unida Gontor Press
(Gontor, Cetakan II, 2016); 438-439
71
dengan jalinan perasaan keagamaan, ukhuwah (persaudaraan), bukan saja
selama di dalam pondok pesantren itu sendiri, tetapi juga dibawa sampai
dalam masyarakat.
5. Jiwa bebas: Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan
ini harus tetap dikembalikan kepada aslinya, yaitu bebas di dalam garis-
garis disiplin yang positif, dengan penuh tanggung jawab. Baik di dalam
masyarakat.
72