Anda di halaman 1dari 5

Vol. 1 No.

2, Desember 2019

STUDI KOMPARASI KETERAMPILAN PROSES SAINS MENGUNAKAN MODEL


PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
INKUIRI TERSTRUKTUR MATERI TERMOKIMIA PADA SISWA KELAS
XI MIPA SMAN 1 GERUNG TAHUN AJARAN 2017/2018

Sukarni, Aliefman Hakim, I Nyoman Loka


Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Mataram
E-Mail: sukarni1806@gmail.com

Abstrak
The research aims to know are there or not differences between student who use guided
inquiry learning model and student who use structured learning model on thermochemistry at
class XI science of SMAN 1 Gerung for academic year 2017/2018. This research is quasi-
experimental with deign using nonequivalent control group design. The sample was taken
using purposive sampling technique with class XI MIPA 3 as experiment I class and class XI
MIPA 2 as experiment II. The writer took the data using instrument which was science
process skill test and observation sheets. Hypotheses test using t-test at significances level of
5%. Calculating data using t-test from posttest value between the two class experiment,
obtained the value of t-count was 6,10 and t-table is 2,00, while calculating data using t-test
from observation value between the two class experiment obtained the value of t-count was
11,27 and t- table is 2,00. It mean that alternative hypothesis (Ha), which told the student
teaching use structured inquiry model learning higher than student teaching use guided
inquiry model learning on science process skill has been accepted.

Kata Kunci: Science Process Skill, Guided Inquiry, Structured Inquiry

PENDAHULUAN oleh para peserta didik (Hasanah, 2014).


Proses pembelajaran kimia di sekolah saat Keterampilan proses sains (KPS)
ini masih menjadi masalah yang perlu merupakan pengembangan keterampilan
untuk dipecahkan. Kebanyakan guru fisik dan mental yang bersumber dari
kimia masih menggunakan cara kemampuan-kemampuan mendasar yang
konvensional dan kurang inovatif dalam dimiliki seseorang (Semiawan dalam
mengajarkan ilmu kimia sehingga siswa Nanda et al, 2016). Keterampilan proses
merasa tidak tertarik untuk mempelajari sangat ideal untuk dikembangkan dalam
kimia bahkan menganggap bahwa pembelajaran kimia. Hal ini dikarenakan
pelajaran kimia itu sulit (Marheni, 2014). keterampilan proses tercermin hakikat
Pembelajaran IPA termasuk kimia sains, yaitu sebagai proses dan produk.
merupakan pembelajaran yang melibatkan Namun sangat sedikit guru yang
siswa secara langsung dalam proses mengembangkan ketarampilan proses
pembelajaran untuk memecahkan sains ini. Keterampilan proses sains ini
permasalahan berdasarkan metode ilmiah. menghabiskan waktu yang lebih lama
Selama ini pembelajaran dan pengukuran dibandingkan pembelajaran yang
hasil belajar hanya terpaut pada aspek berorientasi pada ranah kognitif saja,
kognitif saja, sehingga guru yang merupakan salah satu penyebab guru
mengajar hanya mengejar target nilai mengabaikan keterampilan proses sains
yang sudah ditetapkan oleh sistem ini (Susanti, 2014).
pendidikan tanpa berusaha untuk Berdasarkan hasil observasi dan
mengembangkan dan mengukur wawancara yang dilakukan pada tanggal 2
keterampilan-keterampilan yang dimiliki Agustus 2017 dengan guru mata pelajaran

52
Vol. 1 No. 2, Desember 2019
kimia kelas XI SMAN 1 Gerung, guru berimajinasi. Dengan imajinisi, siswa di
tidak pernah melakukan pengukuran bimbing untuk menciptakan penemuan-
terhadap keterampilan proses sains siswa penemuan, baik yang berupa
secara khusus guru hanya melakukan penyempurnaan dari apa yang telah ada,
pengukuran terhadap hasil belajarnya maupun menciptakan ide, atau alat yang
saja. Berdasarkan analisis dari RPP guru belum pernah ada sebelumnya (Khoirul,
kimia aspek keterampilan proses sains 2015). Model pembelajaran inkuiri
siswa dalam proses pembelajaran masih terbagi menjadi tiga, yaitu: (1)
kurang hanya terbatas pada menerapkan Discovery/Structured Inquiry (Inkuiri
konsep dan mengkomunikasikan. Terstruktur); (2) Guided Inquiry; (3)
Sedangkan dalam keterampilan proses Open Inquiry (Susanti, 2014). Dalam
sains terdapat sembilan keterampilan penelitian model pembelajaran yang
proses, yaitu melakukan pengamatan digunakan untuk melakukan penelitian
(observasi); menafsirkan (interpretasi); yaitu model pembelajaran inkuiri
mengelompokkan (klasifikasi); terbimbing dengan model pembelajaran
meramalkan (prediksi); berkomunikasi; inkuiri terstruktur.
berhipotesis; merencanakan percobaan Model pembelajaran inkuiri terbimbing
dan pennyelidikan; menerapkan konsep (guided inquiry), merupakan suatu model
atau prinsip; dan mengajukan pertanyaan pembelajaran yang mengacu kepada
(Avianti, 2015). kegiatan penyelidikan dan menjelaskan
Berdasarkan permasalahan tersebut hubungan antara objek dan peristiwa
diperlukan suatu tindakan untuk (Iskandar dalam Nanda et al, 2016).
meminimalisir permasalahan yang terjadi Selain model pembelajaran inkuiri
dalam proses pembelajaran kimia. Salah terbimbing, Model pembelajaran inovatif
satu cara yang dapat dilakuakan untuk lain yang dipandang mampu dalam
meminimalisir permasalahan tersebut meningkatkan keterampilan proses sains
adalah dengan memilih model yaitu model pembelajaran inkuiri
pembelajaran yang tepat yang di sesuikan terstruktur. Model pembelajaran inkuiri
dengan materi yang akan diajarkan. terstruktur merupakan pendekatan dimana
Penggunaan model pembelajaran yang guru melibatkan siswa dalam kegiatan
tepat diharapkan dapat memberikan kesan Hand-on untuk melakukan penyelidikan
belajar tersendiri bagi siswa, sehingga sesuai dengan prosedur dan konsep, akan
pemahaman siswa terhadap materi yang tetapi guru tidak memberitahukan siswa
dipelajari akan dapat diingat dalam waktu alternatif hasil (Novitsania, 2013).
yang lama. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan guru METODE
untuk mengembangkan keterampilan Jenis penelitian yang digunakan dalam
proses sains siswa adalah model penelitian ini adalah kuasi eksperimen
pembelajaran inkuiri. dengan desain Nonequivalent Control
Model pembelajaran inkuiri menurut Group Design Posttest Only. Dalam
Colburn dalam Marheni (2014) tidak penelitian ini, tidak ada yang berperan
hanya mendikte tentang konsep, tetapi sebagai kelompok kontrol, kedua
mendorong pengalaman belajar siswa kelompok berperan sebagai kelompok
untuk memahami konsep-konsep ilmiah, eksperimen yang diberi perlakuan berbeda
yang dapat memberikan pemahaman yang dan keduanya diberikan posttest.
lebih mendalam, membuat konsep lebih Populasi dalam penelitian ini adalah
lama diingat dan bermakna bagi siswa. seluruh siswa kelas XI MIPA SMAN 1
Selain itu pembelajaran berbasis inkuiri Gerung, yang berjumlah 256 orang dan
bertujuan untuk mendorong siswa tersebar dalam 7 kelas. Sedangkan sampel
semakin berani dan kreatif dalam adalah sebagian atau wakil dari populasi

53
Vol. 1 No. 2, Desember 2019
yang diteliti. Teknik pengambilan sampel dilakukan uji normalitas pada kedua kelas
yang digunakan dalam penelitian ini ekperimen. Berdasarkan perhitungan yang
purposive sampling. Dari tujuh kelas telah dilakukan didapatkan hasil bahwa
populasi peneliti memilih dua kelas kedua kelas eksperimen terdistribusi normal.
sebagai sampel penelitian yaitu kelas XI Untuk kelas eksperimen I diperoleh nilai X2
MIPA 1 dan XI MIPA 2. Dimana kelas XI sebesar 9,026 dan 7,188 untuk kelas
MIPA 3 dijadikan sebagai kelas eksperimen II. Nilai X2tabel dengan taraf
eksperimen I (penerapan model signifikan 0,05 untuk kelas eksperimen I
pembelajaran inkuiri terbimbing) dan kelas maupun kelas eskperimen II yaitu 11,070.
XI MIPA 2 dijadikan sebagai kelas Hasil dari perhitungan kedua data tersebut
eksperimen II (penerapan model menunjukkan bahwa kedua kelas eksperimen
pembelajaran inkuiri terstruktur). Dalam terdistribusi normal.
penelitian ini instrumen yang digunakan Berdasarkan uji persyaratan yang telah
berupa tes keterampilan proses sains siswa dilakukan, diperoleh dua kelompok sampel
dalam bentuk posttest dan lembar yang variansnya homogen dan terdistribusi
observasi. Posttest yang diberikan dalam normal, sehingga pengujian hipotesis
bentuk soal pilihan ganda terdiri dari 18 penelitian dilakukan dengan uji parametris
soal. Sebelum diuji tes pilihan ganda yakni Uji-t. Oleh karena data tersebut bersifat
dilakukam uji vaiditasnya sehingga homogen dan n1 ≠ n2, maka dapat
diperoleh digunakan rumus Uji-t polled varians.
18 soal valid. Uji F digunakan untuk Berdasarkan perhitungan menggunakan Uji-t
mengetahui homogenitas data dan uji dari hasil posstest diperoleh thitung = 6,10,
normalitas untuk mengtahui apakah data sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5%
terdistribusi normal atau tidak. Setelah itu sebesar 2,00, sehingga thitung ˃ ttabel maka
untuk mengetahui peningkatan nilai kedua dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha
kelas sesudah diberi perlakuan digunakan diterima. Perhitungan uji t juga dilakukan
uji- t polled varians. berdasarkan hasil observasi diperoleh thitung
= 11,27, sedangkan ttabel pada taraf
HASIL DAN PEMBAHASAN signifikan 5% sebesar 2,00, sehingga thitung
Alat pengukuran keterampilan proses sains ˃ ttabel maka dapat disimpulkan H0 ditolak
siswa pada materi temokimia menggunakan dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan
instrumen tes berupa pilihan ganda dan bahwa terdapat perbedaan keterampilan
lembar observasi keterampilan proses sains proses sains siswa yang diajarkan
siswa pada saat pembelajaran berlangsung. menggunakan model pembelajaran inkuiri
Data yang diperoleh dari hasil posttest kelas terbimbing dengan model pembelajaran
esperimen I (LKS inkuiri terbimbing) yaitu inkuiri terstruktur pada materi termokimia
67,85 dan kelas eksperimen II (LKS inkuiri siswa kelas XI MIPA SMAN 1 Gerung
terstruktur) yaitu 72,67. tahun ajaran 2017/2018. Berdasarkan nilai
Pengujian data keterampilan proses sains hasil posttest dan hasil observasi
kedua kelas eksperimen diawali dengan uji menunjukakan bahwa nilai kelas esperimen
homogenitas yang dilanjutkan dengan uji II lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
normalitas dan terakhit uji hiotesis eksperimen I. Hal ini menunjukkan bahwa
menggunakan uji-t. dari uji homogenitas data kelas ekperimen II yang diajarkan dengan
kedua kelas eksperimen yang telah dilakukan model pembelajaran inkuiri terstruktur lebih
diperoleh nilai Fhitung sebesar 1,01 baik dibandingkan dengan kelas eksperimen
sedangkan niai Ftabel 1,90 dengan taraf I yang diajarkan dengan model pembelaran
signifikan 0,05, sehingga dapat dikatakan inkuiri terbimbing.
Fhitung < Ftabel, maka varians-variansnya Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
homogen. Artinya kedua kelas memiliki penelitian yang dilakukan oleh Annis
kemampuan awal yang sama. Selanjutnya Novitsania (2013) yang menyatakan bahwa

54
Vol. 1 No. 2, Desember 2019
adanya perbedaan yang signifikan terbimbing. Nilai rata-rata hasil posttest dan
keterampilan proses sains siswa yang hasil observasi kelas eksperimen I dan kelas
menggunakan LKS inkuiri terstruktur eksperimen II diberikan pada Gambar 1.
dengan siswa yang menggunkan LKS inkuiri

Gambar 1. Rata-rata nilai Posttest dan Hasil Observasi

Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata eksperimen II. Pada kelas ekperimen II
posttest dan hasil observasi kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran inkuiri
II lebih tinggi daripada kelas eksperimen I. terstruktur dan pada kelas eksperimen I
Berdasarkan hasil perhitungan persentase diterapkan model pembelajaran inkuiri
rata-rata keterampilan proses sains siswa terbimbing. Dari hasil perhitungan hasil
yang dilihat dari hasil posstest, nilai KPS posttest maupun lembar observasi didapat
kelas eksperimen I lebih rendah keterampilan proses sains siswa yang
dibandingkan dengan kelas eksperimen II diajarkan menggunakan model pembelajaran
yaitu pada kelas eksperimen I persentase inkuiri terstruktur lebih tinggi dibandingkan
rata-rata keterampilan proses sains siswa dengan siswa yang diajarkan menggunakan
yaitu 63,58 % yang dapat dikategorikan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Hal
memiliki keterampilan proses sains sedang, ini dikarenakan pada penerapan model
sedangkan pada kelas eksperimen II pembelajaran inkuiri terstruktur siswa lebih
persentase rata-rata keterampilan proses sains banyak mendapatkan bimbingan dari guru
siswa yaitu 78,07% yang dapat dikategorikan pada saat proses pembelajaran berlangsung
tinggi. Pengukuran keterampilan proses sains dibandingkan dengan penerapan pada model
juga berdasarkan lembar obesrvasi siswa pembelajaran inkuiri terbimbing. Faktor lain
pada saat proses pembelajaran berlangsung. yang menunjang kenapa inkuiri terstruktur
Dari hasil observasi keterampilan proses lebih berpengaruh dalam penerapan
sains siswa didapatkan bahwa nilai rata-rata keterampilan proses sains juga dikarenakan
kelas eksperimen I lebih rendah di dalam inkuiri terstruktur menuntut siswa
bandingkan dengan kelas eksperimen II yaitu mengikuti dengan seksama setiap langkah
77.81 % dan 86.007%. Berdasarkan hasil kerja dalam kegiatan praktikum yang telah
penilaian baik dari penilaian posttest maupun disusun oleh guru melalui lembar kerja siswa
lembar observasi dapat disimpulkan bahwa (LKS), sedangkan dalam penerapan model
keterampilan proses sains siswa kelas pembelajaran inkuiri terbimbing siswa
eksperimen I lebih rendah dibandingkan menentukan sendiri langkah kerja yang
kelas eksperimen II. sesuai dengan permasalahan yang disajikan
Perbedaan hasil keterampilan proses sains dalam lembar kerja siswa (LKS). Selain itu,
siswa pada kelas eksperimen I dan kelas pada kelompok eksperimen II memiliki
eksperimen II secara keseluruhan dapat waktu lebih lama pada saat diskusi,
diakibatkan karena perbedaan perlakuan sedangkan pada kelas eksperimen II waktu
pada kelas eksperimen I dan kelas untuk berdiskusi sangat terbatas dikarenakan

55
Vol. 1 No. 2, Desember 2019
waktu lebih banyak tersita pada saat Pembelajaran Inkuiri Pada Materi
merancang percobaan.Hal tersebut tidak Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan
terjadi pada kelas eksperimen I karena Untuk Meningkatkan Metakognisi
langkah percobaan sudah terdapat dalam Siswa Sma. [Skripsi]. Semarang :
LKS. Dari uraian diatas dapat dikatakan UNNES PRESS.
bahwa model pemebelajaran inkuiri sesusai
untuk diterapkan pada siswa SMA. Dari dua Hasanah, H.D. 2014. Analisis
jenis inkuiri yang diterapkan pada penelitian keterampilan proses sains kelas XI
ini yaitu inkuiri terbimbing dengan inkuiri pada pembelajaran sistem laju reaksi
terstruktur menunjukkan bahwa penerapan menggunakan model problem
inkuiri terstruktur lebih berpengaruh solving. [Skripsi]. Jakarta: UIN
dibandingkan dengan inkuiri terbimbing. Syarif Hidayatullah.
Sehingga penerapan model pembelajaran
inkuiri terstruktur dapat dikatakan lebih Marheni, N.P, Muderawan I.W dan Tika
cocok diterapkan pada siswa kelas XI I.N. 2014. Studi Komparasi Model
SMAN 1 Gerung dibandingkan dengan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk Dan Model Pembelajaran Inkuiri
meningkatkan keterampilan proses sains Bebas Terhadap Hasil Belajar Dan
siswa. Keterampilan Proses Sains Siswa
Pada Pembelajaran Sains Smp. E-
SIMPULAN (PENUTUP) Journal Program Pascasarjana
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat Universitas Pendidikan Ganesha.
disimpulkan bahwa: Terdapat perbedaan Volume 4 tahun 2014 .
keterampilan proses sains siswa yang
diajarkan menggunakan model Nanda M, Dasna I W dan Sulistina O.
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan 2016. Pengaruh Penggunaan Model
model pembelajaran inkuiri terstruktur Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
pada materi termokimia siswa kelas XI Terhadap Hasil Belajar Dan
MIPA SMAN 1 Gerung tahun ajaran Keterampilan Proses Sains Siswa
2017/2018. Adapun saran yang dapat Kelas Xi Ipa Sman 3 Malang Pada
diberikan yaitu perlu dilakukan penelitian Materi Hidrolisis Garam. Malang:
lebih lanjut terhadap studi komparasi Universitas Negri Malang.
model pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan model pembelajaran inkuiri Novitsania, Annis. 2013. Perbedaan
terstruktur dalam meningkatkan Keterampilan Proses Sains Antara
keterampilan proses sains siswa maupun Siswa Yang Menggunakan Model
hasil belajar siswa pada materi yang lain. Pembelajaran Inkuiri Terstruktur
Dengan Siswa Yang Menggunakan
DAFTAR PUSTAKA Model Pembelajaran Inkuiri
Avianti R. dan Bertha Y. 2015. Terbimbing Pada Konsep
Keterampilan Proses Sains Siswa Fotosintesis. [Skripsi]. Jakarta: UIN
Melalui Penerapan Model Syarif Hidayatullah.
Pembelajaran Kooperatif Materi
Asam Basa Kelas Xi Sman 8 Susanti,Wulan. 2014. Pengaruh Model
Surabaya. UNESA journal of Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
chemical education. Vol. 4, No. 2, Terhadap Keterampilan Proses Sains
pp. 224-231. Siswa Pada Materi Laju Reaksi.
[skripsi]. Jakarta: Universitas Islam
Fitriana, M. 2014. Penggunaan Strategi Negri Jakarta.

56

Anda mungkin juga menyukai