Anda di halaman 1dari 23

OBAT TRADISIONAL HEWAN

BAHAN ALAM ANTISPASMODIK

Disusun oleh:

Kelompok IV

Azizah Mulyani 2002101010217


Muhammad Iqbal 1902101010033
Suci Maharani 1902101010054
Raihanul Effendi 1902101010114
Mulia Siddiq 1902101010182

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2023
1. PENDAHULUAN
Banyak tanaman obat telah digunakan untuk pengobatan berbagai jenis
penyakit dan gangguan termasuk penyakit saluran pencernaan (GI). Penyakit GI
adalah keluhan paling umum yang biasanya menyerang sebagian besar anak-anak
dan remaja dengan manifestasi klinis yang tumpang tindih dalam diagnosis dan
kebutuhan medis. Obat dengan efek antispasmodik biasanya digunakan untuk
pengobatan simtomatik kontraksi dan kram otot polos pada penyakit
gastrointestinal serta situasi klinis kritis lainnya.
Obat tradisional digunakan sejak zaman kuno untuk menyembuhkan
berbagai penyakit. Obat tradisional atau pengobatan alami telah diidentifikasi
sebagai metode hemat biaya yang dapat diterapkan untuk pengobatan beberapa
penyakit. Dalam sistem pengobatan alternatif, ramuan antispasmodik memainkan
peran penting dalam penyembuhan penyakit GI. Tumbuhan obat ini dan produk
herbalnya digunakan dari generasi ke generasi karena manfaat nutrisi dan
terapeutiknya yang berlipat ganda. Berbagai kegunaan mungkin dikaitkan dengan
keberadaan bahan kimia yang aktif secara biologis.
Contoh umum tanaman obat yang dapat digunakan sebagai agen
antispasmodik terhadap berbagai gangguan GI seperti sembelit, diare, sindrom
iritasi usus besar (IBS), dan lain-lain. Diantaranya tanaman obat yang bisa
dijadikan obat antispasmodik yaitu tanaman obat dengan aktivitas antispasmodik
seperti Zanthoxylum armatum, Matricaria chamomilla, Foeniculum vulgare,
Pycnocycla spinosa, Atropa belladonna, Lavandula angustifolia, Mentha
pulegium, Glycyrrhiza ularensis, Anethum graveolens, Origanum majorana, dan
masih banyak lagi. Senyawa spasmolitik saat ini digunakan untuk mengurangi
kecemasan, ketegangan muskuloskeletal, lekas marah, dan stres emosional.
Terdapat kajian terbaru tentang spesies tanaman obat lain juga telah
dimasukkan dalam makalah ini. Selain itu, makalah ini juga mengungkapkan
bahwa senyawa aktif dari semua tanaman ini memiliki efek spasmolitik yang
signifikan yang paling aman, manjur, dan hemat biaya dibandingkan dengan obat
sintetik yang tersedia.
2. PENJELASAN

TANAMAN OBAT SEBAGAI ANTISPASMODIK

A. AKAR MANIS TIONGKOK (Glycyrrhia uralensis)


KLASIFIKASI TANAMAN/TAKSONOMI

Kingdom: Plantae
Angiospermae
Eudicots
Rosids
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceacea
Genus: Glycyrrhiza
Spesies: G. uralensis
Karakteristik tanaman
Glycyrrhia uralensis adalah tanaman berbunga asli asia yang digunakan
sebagai pemanis dan dalam pengobatan tradisional cina. Tanaman ini
dibudidayakan didaerah kering dan semu kering di Cina. Tanaman ini ditemukan
tumbuh secara alami di eropa, asia, dan diseluruh timur tengah.
KANDUNGAN DAN KHASIAT
Tanaman ini digunakan untuk mengobati penyakit tukak lambung,
sembelit, dan batuk. Kandungan Glycyrrhia uralensis antara lain : Flavonoid,
liquirtin, asam glisirinat, isoliquirtin, asparagin 2%, gula 15%, amilum, protein,
glisiramarin, triterpenoid, stulbenoid, kimarin, dan polisakarida. Kandungan ini
dapat digunakan sebagai anti inflamasi, antimikroba, antivirus, antiprotozoa,
antioksidan, hepatoprotektif, dan aktivitas antitumor. Flavanoid merupakan salah
satu senyawa kimia dengan aktivitas melindungi saluran pencernaan seperti
memiliki aktivitas antispasmodik, antisekresi, antidiarem dan antiulcer. Kuersetin
merupakan salah satu flavononoid yang memiliki aktivitas antitukak.
MEKANISME KERJA
Studi antispasmodik yang signifikan melaporkan bahwa glycycoumarin
yang diisolasi dari G. uralensis memiliki aktivitas antispasmodik untuk kontraksi
yang diinduksi carbamylcholine (CCh) di jejunum tikus karena menghambat
fosfodiesterase-III yang memiliki inotropik dan efek vasodilatasi. Isoliquiritigenin
yang merupakan komponen lain dari G. uralensis juga ditemukan sebagai relaksan
poten untuk kontraksi yang diinduksi KCl, BaCl 2 , dan CCh, tetapi jumlah
isoliquiritigenin sangat sedikit dalam ekstrak air G. uralensis. Jadi, itu diobati
dengan naringinase yang meningkatkan jumlah isoliquiritigenin dan memicu
aktivitas antispasmodik yang kuat. Kuersetin yang terdapat di dalam G. uralensis
bekerja dengan melundungi mukosa lambung dari lesi yang diinduksi oleh agen
nekrotik. Mekanisme kerja dari kuersetin meluputi endogen PAF (Platelet-
activating factor), meningkatkan produksi mukus, menunrunkan histamin dan
menurunkan kadar sel mas yang diinduksi etanol (Anadika dan Amrullah, 2023).
Efek samping dari Glycyrrhia uralensis antara lain: mempengaruhi tekanan darah
dan mempengaruhi kadar kalium dalam darah.
BAGIAN YANG DIMANFAATKAN

Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada akar manis tiongkok


diperoleh setelah merebus dan melalui beberapa tahapan pengolahan terhadap
akar dari tanaman tersebut.
PENGOLAHAN

Akar manis dibersihkan, dikeringkan dengan cara dijemur langsung di


bawah sinar matahari pagi, dihaluskan sampai berupa serbuk dengan ukuran 4/18.
Sebanyak kurang lebih 1 kg akar manis, direndam dengan etanol 96% sebanyak
10 liter, diaduk selama 4 jam lalu biarkan terendam selama 24 jam. Untuk
memisahkan ampas, filtrat disaring. Ampas diremaserasi, disaring kembali sampai
diperoleh filtrat yang jernih tidak berwarna, diuapkan dengan menggunakan
penguap putar vakum (rotary vacum evaporator) pada suhu ±50 oC, tekanan
100mmHg, dan kecepatan 70 rpm sampai diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental
ditimbang, dikemas dan disimpan pada lemari pendingin,

B. TANAMAN PEPPERMINT (MSentha piperita L.)

KLASIFIKASI PEPPERMINT

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Mentha
Spesies : Mentha piperita L.

KARAKTERISTIK PEPPERMINT

Tanaman mint merupakan jenis tanaman aromatic yang termasuk salah


satu tanaman herbal tertua di dunia. Tanaman mint dapat tumbuh di dataran
rendah maupun dataran tinggi dan didukung oleh kondisi tanah yang gembur dan
mengandung banyak senyawa organik, berdainase baik, dan pH tanah antara 6 - 7.
(a) Tanaman Mint (b) Sketsa Daun Mint

Daun mint memiiki akar rizoma dan berbatang halus dan dapat tumbuh
hingga mencapai 30 - 90 cm. Daunnya memiliki panjang antara 4 – 9 cm dan
lebar 1,5 – 4 cm, berwarna hijau gelap dan memiliki pembuluh daun kemerahan,
ujungnya tajam dan tepi kasar seperti gerigi. Tanaman mint memiliki bulu halus
pada batang dan daunnya. Bunga tanaman mint berwarna ungu dengan panjang 6
– 8 mm.

KANDUNGAN DAN KHASIAT

Tanaman Peppermint termasuk salah satu tanaman penghasil minyak


atsiri. Minyak Peppermint memiliki kandungan kimia utama mentol dan menton
serta beberapa senyawa, seperti mentofuran, 1,8-cineol dan limonen. Minyak
Peppermint memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai antispasmodik.
Minyak ini dapat merelaksasi otot polos saluran pencernaan, kemungkinan karena
pengaruhnya pada saluran kalsium di usus. Dalam sebuah studi yang
menggunakan kelinci percobaan, ditemukan bahwa minyak peppermint bertindak
yaitu sebagai antagonis saluran kalsium dihidropiridin. Melalui mekanisme ini,
minyak peppermint dapat merileksasikan otot polos gastrointestinal.

Minyak peppermint juga memiliki efek antimikroba dan antiinflamasi.


Sebagai agen antimikroba, ia bertindak sebagai bakterisida terhadap setidaknya 20
patogen pencernaan, seperti Helicobacter pylori, Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, Klebsiella sp., Salmonella typhi, Shigella boydii, dan
Shigella flexneri. Penelitian tentang efek antiinflamasi yang telah dilakukan pada
monosit yang terstimulasi lipopolisakarida dari sukarelawan sehat dapat
menjelaskan peran menthol pada tingkat metabolisme asam arakidonat menjadi
leukotrien B4 dan prostaglandin E2. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
menthol dapat menghambat komponen-komponen ini secara signifikan, sehingga
dikatakan memiliki efek antiinflamasi.

MEKANISME KERJA

Senyawa mentol yang terkandung dalam minyak peppermint memiliki


efek relaksasi pada otot polos yang bertindak sebagai antispasmodik. Minyak
peppermint adalah karminatif alami yang menyebabkan relaksasi otot polos
gastrointestinal dengan blokade saluran kalsium. Eksitasi-Kontraksi Kopling atau
kontraksi otot dapat terjadi ketika ion kalsium masuk dari sisi ekstraseluler ke
dalam permukaan halus sel otot melalui saluran kalsium, yang mempengaruhi
pada tegangan sarcolemma. Kandungan mentol pada minyak peppermint dapat
menghambat saluran kalsium yang bergantung pada tegangan otot dan modulasi
saluran kalsium.

BAGIAN YANG DIMANFAATKAN

Minyak esensial tanaman mint (peppermint) dapat diambil dari semua


bagian tanaman, terutama pada tanaman yang sudah mulai berbunga, bagian yang
diambil khususnya adalah daunnya.

PENGOLAHAN

Daun peppermint kering ditepungkan menggunakan blender dengan


kecepatan 1 selama 2 menit. Kemudian daun peppermint diayak menggunakan
ayakan no. 60 mesh. Daun peppermint yang akan ditreatment ditimbang dan
sebagai dasar penambahan pelarut menggunakan etanol 70%. Rasio bahan dengan
pelarut yaitu 1 banding 5. Selanjutnya di maserasi selama 24 jam yang bertujuan
agar bercampur dengan rata atau homogen. Kemudian di ekstrak menggunakan
microwave assisted extraction (MAE) selama 2 menit, 4 menit, 6 menit, 8 menit,
dan 10 menit. Larutan daun peppermint disaring dengan vaccum buchner filtration
menggunakan kertas saring whatman no. 1, kemudian endapan dan filtrat
dipisahkan. Filtrat daun pepermint kemudian di waterbath pada suhu 69ºC selama
16 jam. Kemudian didapatkan ekstrak kental daun peppermint.

C. JAHE
TAKSONOMI JAHE
 Kingdom : Plantae
 Divisi : Spermatophyta
 Subdivisi : Angiospermae
 Kelas : Monocotyledonae
 Ordo : Zingiberales
 Famili : Zingiberaceae
 Genus : Zingiber
 Spesies : Zingiber officinale Rose

  Tanaman jahe merupakan terna tahunan, berbatang semu dengan tinggi


antara 30 cm - 75 cm. Berdaun sempit memanjang menyerupai pita, dengan
panjang 15 cm – 23 cm, lebar lebih kurang 2,5 cm, tersusun teratur dua baris
berseling. Tanaman jahe hidup merumpun, beranak-pinak, menghasilkan rimpang
dan berbunga. Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu: jahe besar (jahe gajah) yang ditandai dengan ukuran
rimpang yang besar, berwarna muda atau kuning, berserat halus dan sedikit
beraroma maupun berasa kurang tajam; jahe putih kecil (jahe emprit) yang
ditandai dengan ukuran rimpang yang termasuk kategori sedang, dengan bentuk
agak pipih, berwarna putih, berserat lembut, dan beraroma serta berasa tajam; jahe
merah yang ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil, berwarna merah jingga,
berserat kasar, beraroma serta berasa sangat tajam.
KARAKTERISTIK JAHE
Adapun karakteristik tanaman jahe yaitu memiliki bau yang khas dan
tajam serta terasa hangat bila dikonsumsi. Jahe biasanya digunakan sebagai
bumbu masakan, campuran jamu, atau bisa juga dibuat untuk wedang jahe.
Seiring dengan perkembangan zaman, cara pengolahan jahe pun semakin
berkembang dan beragam.
KANDUNGAN DAN KHASIAT JAHE
Kandungan : Pada dasarnya yang terkandung di dalam tiga jenis jahe
tersebut sama, yakni karbohidrat, serat, protein, mineral seperti zat besi dan
potasium, serta vitamin seperti vitamin C. Senyawa aktif yang terkandung pada
jahe sebagian besar berupa minyak atsiri, yaitu sekitar 1-3% dari bobot tanaman.
Senyawa aktif utama pada minyak atsiri pada jahe merupakan kelompok
sesquiterpen, seperti bisapolen, zingiberen, dan zingiberol.
Khasiat : Selain menjadi penyedap bumbu masakan, jahe sudah sejak
lama dikenal sebagai rempah yang bisa mengurangi gejala tidak nyaman di
saluran cerna. Salah satunya perut kembung dan begah. Seperti dikutip dari buku
“Integrative Medicine”, jahe dapat berperan sebagai antispasmodik dan
meredakan gejala sindrom iritasi usus besar. Senyawa-senyawa aktif tersebut
memiliki berbagai efek fisiologis yang berperan penting dalam pemeliharaan dan
penyembuhan penyakit (Mascolo, 1989; Rehman et al., 2011). Senyawa-senyawa
aktif pada rimpang jahe memiliki berbagai efek farmakologis diantaranya sebagai
obat karminatif, stimulan terhadap gastrointestinal tractus, antispasmodik,
digestif, stomachic, vasodilator, expectorant, bronchodilator, analgesik,
antiflatulen, mengatasi masalah pencernaan, antitusif, sebagai pencahar,
meningkatkan aktivitas berbagai enzim di usus, pereda rasa sakit, meredakan rasa
sakit dan peradangan (antiinflamasi) pada penderita rematik (Rehman et al., 2011;
Kiuchi et al., 1992), serta merangsang sirkulasi darah (Shoji et al., 1982).
Tak hanya meredakan kembung dan begah, penelitian juga menyebutkan
bahwa jahe dapat mengurangi gejala mual dan muntah pada wanita dengan
hiperemesis gravidarum. Khasiat jahe dapat membantu mencegah pembekuan
darah di pembuluh darah jantung karena mengandung asam alami yang disebut
salisilat. Untuk mendapatkan efek antikoagulan dari salisilat alami, jahe dapat
dikonsumsi dalam kondisi segar atau kering secara teratur dan meredakan nyeri
otot dan sendi.
BAGIAN YANG DIMANFAATKAN
Bagian utama pada jahe yang dimanfaatkan adalah rimpangnya. Rimpang
jahe digunakan secara luas sebagai bumbu dapur dan obat herbal untuk beberapa
penyakit.
PENGOLAHAN

1. Direbus Bersama Bahan Lain

rebus hingga air mendidih

2. Digeprek Lalu Dituang Air Panas


Selain direbus, manfaat jahe juga dapat diperoleh dengan menggepreknya dan
menambahkannya air panas.
D. LIDAH BUAYA
TAKSONOMI LIDAH BUAYA
 Kingdom: Plantae
 Subkingdom: Tracheobionta
 Superdivisi: Spermatophyta
 Divisi: Magnoliophyta (Angiospermae)
 Kelas: Liliopsida (Monocotyledonae)
 Subkelas: Liliidae
 Ordo: Asparagales
 Famili: Xanthorrhoeaceae
 Genus: Aloe
 Spesies: Aloe vera
Dalam taksonomi ini, Aloe vera termasuk ke dalam keluarga
Xanthorrhoeaceae, yang juga mencakup tanaman seperti kangkung laut (Zostera
marina) dan pohon sari laut (Xanthorrhoea spp.). Aloe vera adalah spesies
tanaman tunggal dalam genus Aloe dan dikenal karena sifat-sifat obatnya yang
telah dikenal selama ribuan tahun.
KARAKTERISTIK LIDAH BUAYA
Lidah buaya (Aloe vera) telah digunakan sebagai obat alami selama
berabad-abad karena sifat-sifatnya yang terbukti efektif dalam meredakan
berbagai gejala kesehatan. Berikut adalah beberapa karakteristik lidah buaya yang
terkait dengan penggunaannya sebagai obat antispasmodik:

1. Antispasmodik: Lidah buaya dapat meredakan kejang atau kram pada


organ pencernaan seperti usus dan perut. Hal ini karena tanaman ini
mengandung senyawa seperti antrakuinon dan antrakinon yang memiliki
efek antispasmodik pada otot polos dalam organ pencernaan.
2. Antiinflamasi: Lidah buaya memiliki sifat antiinflamasi yang dapat
membantu mengurangi peradangan di dalam organ pencernaan, yang dapat
memperburuk kejang atau kram.
3. Mengandung senyawa antioksidan: Lidah buaya mengandung senyawa
antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, dan beta-karoten, yang
membantu menetralkan radikal bebas dalam tubuh. Hal ini dapat
membantu mencegah kerusakan sel dan jaringan dalam organ pencernaan,
yang dapat memicu kejang atau kram.
BAGIAN YANG DIMANFAKAN

Lidah buaya (Aloe vera) memiliki beberapa bagian yang dapat


dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, termasuk sebagai obat antispasmodik.
Bagian lidah buaya yang umumnya digunakan untuk tujuan ini adalah gel yang
terdapat di dalam daunnya.Gel lidah buaya mengandung senyawa antrakuinon
yang dikenal sebagai aloin, yang dapat membantu mengurangi kejang otot atau
spasme. Selain itu, lidah buaya juga mengandung senyawa antiinflamasi yang
dapat membantu meredakan peradangan yang mungkin menyebabkan spasme.

PENGOLAHAN
Cara pengolahan lidah buaya sebagai obat antispasmodik:

1. Siapkan daun lidah buaya yang segar dan bersih. Pilih daun yang sehat dan
tebal.
2. Potong bagian tepi daun lidah buaya menggunakan pisau tajam.
Kemudian, potong bagian atas dan bawah daun untuk menghilangkan duri-
duri pada daun.
3. Buang kulit luar daun lidah buaya dan ambil gel di dalamnya. Cara terbaik
untuk melakukannya adalah dengan mengiris daun lidah buaya secara
melintang, kemudian mengambil gel menggunakan sendok.
4. Letakkan gel lidah buaya dalam blender dan haluskan hingga menjadi
pasta.
5. Tambahkan sedikit air ke dalam pasta lidah buaya dan aduk rata.
6. Saring pasta lidah buaya menggunakan kain kasa untuk menghilangkan
serat-serat halus.
7. Simpan sari lidah buaya dalam wadah kaca yang bersih dan kedap udara.
8. Sari lidah buaya dapat diminum langsung atau dicampur dengan jus atau
minuman lainnya
E. Atropa belladonna L.
Atropa Belladonna adalah hemicryptophyte rhizomatous abadi herba
bercabang, sering tumbuh sebagai subkulit dari batang bawah yang berdaging.
Tanaman tumbuh setinggi 2 m (7 kaki) dengan daun bulat telur sepanjang 18 cm
(7 inci). Bunganya berbentuk lonceng berwarna ungu kusam dengan semburat
hijau dan wangi samar. Ada bentuk berbunga kuning pucat yang disebut Atropa
bel ladonna var. lutea dengan buah kuning pucat.
Belladonna, yang punya nama lain Atropa belladonna atau nightshade
merupakan tanaman semak beracun yang berasal dari Asia dan Eropa. Tanaman
ini menghasilkan buah beri hitam yang tidak boleh dimakan. Menurut National
Institutes of Health (NHS), nightshade tidak aman dikonsumsi secara langsung.
Memakan buah atau daun dari tanaman ini dapat menyebabkan kematian. Kontak
kulit langsung dengan daunnya dapat menimbulkan reaksi alergi dan ruam kulit
kemerahan. Itu sebabnya di zaman dulu, getah tanaman ini sering digunakan
sebagai racun yang dioleskan pada ujung panah.

Ekstrak tumbuhan dalam keluarga nightshade yang mematikan telah


digunakan setidaknya sejak abad ke-4 SM, ketika Mandragora (mandrake)
direkomendasikan oleh Theophrastus untuk pengobatan luka, asam urat, dan sulit
tidur, dan sebagai ramuan cinta. Pada abad pertama SM, Cleopatra menggunakan
ekstrak kaya Atropin dari tanaman henbane Mesir (nama lain dari Nightshade)
untuk tujuan melebarkan pupil matanya.

Namun, seiring dengan perkembangan dunia medis modern, tanaman


semak ini mulai diolah ke dalam produk kosmetik dan obat-obatan. Misalnya saja
sebagai cairan antiseptik untuk dokter sebelum operasi dan obat tetes mata untuk
melebarkan mata Anda. Senyawa kimia penting itu adalah scopolamine dan
atropine. Scopolamine berfungsi untuk mengurangi sekresi beberapa organ tubuh.
Ini juga membantu mengurangi mual dan muntah akibat asam lambung naik.
Selain itu, scopolamine berfungsi untuk mengendalikan detak jantung dan
melemaskan otot. Atropine serupa dengan scopolamine. Atropine sama-sama
digunakan untuk mengurangi sekresi organ tubuh. Namun tidak seefektif
scopolamine bila digunakan untuk meregangkan otot dan mengendalikan denyut
jantung. Atropine juga digunakan sebagai bahan obat tetes mata untuk melebarkan
mata. Dalam beberapa kasus, atropine bekerja sebagai penangkal racun serangga
atau insektisida.
Belladonna adalah salah satu tanaman paling beracun yang diketahui, dan
penggunaannya melalui mulut meningkatkan risiko dalam berbagai kondisi klinis,
seperti komplikasi kehamilan, penyakit kardiovaskular, gangguan gastrointestinal,
dan gangguan kejiwaan. Semua bagian tumbuhan mengandung alkaloid tropane.
Akar memiliki 1,3%, daun 1,2%, batang 0,65%, bunga 0,6%, buah matang 0,7%,
dan alkaloid tropane biji o,4%. Daun mencapai kandungan alkaloid maksimal saat
tanaman sedang bertunas dan berbunga, akar paling beracun pada akhir masa
vegetasi tanaman. Nektar belladonna diubah oleh lebah menjadi madu yang juga
mengandung alkaloid troane. Buah beri merupakan bahaya terbesar bagi anak-
anak karena terlihat menarik dan memiliki rasa yang agak manis. Akar tanaman
umumnya merupakan bagian yang paling beracun, meskipun ini dapat bervariasi
dari satu spesimen ke spesimen lainnya.
Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, jika digunakan di
bawah pengawasan dokter, belladonna dapat mengobati berbagai masalah
kesehatan mulai dari buang air kecil berlebihan di malam hari hingga Irritable
Bowel Syndrome (IBS). Scopolamine bekerja langsung pada sistem saraf pusat
untuk menciptakan efek menenangkan di dalam lambung dan usus.
Senyawa kimia dalam Atropa Belladona adalah scopolamine dan atropine.
Scolapolamine berfungsi untuk mengurangi sekresi organ tubuh, mengurangi
mual dan muntah akibat asam lambung naik, mengendalikan detak jantung dan
melemaskan otot. Kombinasi atropin dan scopoamine bermanfaat dalam
mengendlikan kondisi seperti kolitis, divertikulitis, kolik ginjal dan empedu, ulkus
peptis, iritasi kulit kemerahan hingga gejala penyakit parkinson.
Kombinasi atropine dan scopolamine dalam Belladonna juga bermanfaat
dalam mengendalikan kondisi seperti kolitis, divertikulitis, kolik bayi, kolik ginjal
dan empedu, ulkus peptis, iritasi kulit kemerahan, hingga gejala penyakit
Parkinson. Obat ini bahkan juga bisa digunakan untuk mencegah mabuk
perjalanan. Bila dikonsumsi sebagai obat yang diresepkan dan di bawah
pengawasan dokter, Belladonna dianggap aman. Selalu konsultasikan dulu dengan
dokter sebelum menggunakan obat-obatan yang mengandung belladonna.

F. KUNYIT
1. Klasifikasi Kunyit
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liopsida
Subclass : Zingiberidae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica val.
2. Karakteristik kunyit
Kunyit atau disebut juga dengan Curcuma domestica val., termasuk tanaman
herbal yang tumbuh sepanjang tahun dengan ciri bunga berwarna kuning, daunnya
lebar serta termasuk family ginger dan dapat tumbuh pada iklim tropis. Pada
batang bawah terdapat rimpang dengan struktur seperti akar kulit berwarna coklat,
dan setelah dipotong dagingnya berwana kuning atau oranye terang.
Kunyit memiliki batangnya tidak bercabang, bentuknya memanjang dan
merupakan batang semu yang tertutup rapat oleh pelepah daun, berwarna hijau
agak keunguan. Setiap tanaman tanaman berdaun 3-8 helai, panjang daun beserta
pelepahnya sampai 70 cm, tanpa lidah daun, berambut halus jarang-jarang,
helainan daun berbentuk lanset lebar, ujung daun lancip, panjangnya 28-85 cm,
lebar 10-25 cm, tepi daun rata, tulang daun menyirip, rimpang terbentuk denag
sempurna bercabang-cabang, berwarna jingga, bau aromatis. Morfologi akar
kunyit yakni bentuk rimpangnya bulat dan panjang dengan diameter 1-2 cm serta
panjang 3-6 cm.

3. KANDUNGAN KIMIA DAN KHASIAT KUNYIT


Kunyit memiliki kandungan kurcumin yang merupakan campuran dari tiga
curcuminoids yaitu 71,5% curcumin (kurkumin I), 19,4% demethoxycurcumin
(kurkuminII),dan 9,1% bisdemethoxycurcumin (kurkumin III). Kunyit
mempunyai kandungan kurkumin yang memiliki efek farmakologi diantaranya
sebagai antispasmodic, antikanker, antiinflamasi, antiulser, antibakteri,
antikoagulan, antidiabetik, dan anrirematik.

4. MEKANISME KERJA KUNYIT


Mekanisme kerja antispasmodik kunyit (kurcumin) adalah bersaing dengan
asetilkolin untuk reseptor muskarinik. Reseptor ini terletak terutama di otot polos
saluran pencernaan dan genitourinari, di kelenjar, di jantung dan di sistem saraf
pusat. Karena efek antagonis ini bersifat kompetitif, dapat diatasi jika konsentrasi
asetilkolin di sekitar reseptor cukup tinggi. Parasimpatolitik antispasmodik
menghambat efek kolinergik muskarinik dari asetilkolin, sehingga menginduksi
relaksasi otot polos non-vaskular atau menurunkan aktivitasnya.

5. PENGOLAHAN
Siapkan 1 rimpang kunyit kira-kira sebesar 4 cm, 1 rimpang jahe kira-kira
sebesar 4 cm, 1/2 rimpang kencur kira-kira sebesar 4 cm. Parut semua bahan
tersebut, kemudian peras dan ambil air hasil dari perasannya. Hasil perasan
tersebut dicampur dengan air perasan jeruk nipis. Setelah itu seduh dengan
setengah gelas air yang panas dan kemudian disaring ampasnya. Hasil seduhan
diminum sebagai antispasmodic.
G. Matricaria chamomilla L

KARAKTERISTIK TANAMAN
Bunga chamomile adalah tanaman yang memiliki nama ilmiah Matricaria
chamomile L, Anthemis nobilis atau Chamaemelum nobile yang ditemukan di
Eropa, Afrika Utara, Asia Utara seperti Indonesia, Malaysia, Jerman, Hongaria,
Prancis, Rusia, Yugoslavia, Brazil. Chamomile berasal dari bahasa Yunani yang
berarti apel dikarenakan aroma dari bung aini seperti apel. Selain sebagai tanaman
hias yang dapat dibudidayakan juga dapat berguna untuk mengurangi rasa nyeri,
menyembuhkan sariawan, gangguan masalah tidur, pencernaan, anti jamur dan
antibakteri.
Tanaman ini dapat tumbuh dengan tinggi kurang lebih 30 cm dari
permukaan tanah, dengan batang bercabang dan berkerut, daun berwarna hijau
pucat dengan bunga mirip dengan bunga aster berkuntum putih dan inti kuning.
Kelopak dan intinya lah yang dimanfaatkan sebagai obat herbal yang disajikan
dalam bentik teh, ekstrak dan kapsul.
KANDUNGAN DAN KHASIAT
Bunga chamomile banyak mengandung senyawa kimia saponin, polifenol,
tannin, flavonoid dan flavon sehingga dapat digunakan sebagai anti jamur dan
antibakteri. Dari senyawa di atas yang memiliki nilai sebagai antibakteri dalam
bunga chamomile adalah senyawa tannin dan flavonoid.
MEKANISME KERJA
Senyawa fenol dan derivatnya sebagai antikuman yang dapat
menimbulkan denaturasi protein dan merusak membrane sel. Senyawa saponin
dapat menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri melalui mekanisme
menurunkan tegangan permukan. Tannin merupakan senyawa
fenolik yang larut dalam air dan biasanya memiliki berat molekul tinggi. Tannin
memiliki aktifitas antibakteri dengan mengikat makromolekul sehingga tidak
tersedia bagi bakteri. Tannin merupakan salah satu jenis senyawa yang masuk
kedalam golongan polifenol. Tannin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis
besar dapat dijelaskan bahawa toksisitas tannin dapat merusak membran sel
bakteri, senyawa astringent tannin dapat menginduksi pembentukan kompleks
ikatan tannin terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas tannin itu
sendiri. Selain itu mekanisme kerja tannin diduga dapat juga mengkerutkan
dinding sel (membran sel) sehingga mampu menganggu permeabilitas sel
tersebut. Akibat terganggunya permeabilitas sel, sel menjadi tidak mampu
melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya akan terhambat bahkan
dapat menyebabkan kematian sel.

H. Mentha pulegium L
KARAKTERISTIK TANAMAN

M. pulegium adalah tanaman kecil yang memiliki daun berwarna hijau tua
atau abu-abu. Secara lokal dikenal sebagai squaw mint atau rumput puding atau
tanaman nyamuk. Tanaman ini dikenal dengan bunga berbentuk tabung dari
musim panas hingga musim gugur. Ini juga digunakan dalam sistem tradisional
Meksiko untuk gangguan GIT. Minyak atsiri tanaman ini sangat
beracun.
KANDUNGAN DAN KHASIAT

Berbagai ekstrak pelarut M. pulegium telah diuji efek antispasmodiknya


pada ileum tikus yang diisolasi. Efek relaksan yang signifikan dari jaringan isolasi
usus tikus telah dipublikasikan. Fraksi diklorometana adalah spasmolitik yang
signifikan karena efek antagonis pada saluran kalsium. Studi tersebut dengan jelas
membuktikan bahwa spesies Mentha menunjukkan efek antispasmodik pada otot
polos.
DAFTAR PUSTAKA
Aryanta, I.W.R. 2019. Manfaat jahe untuk kesehatan. Jurnal Widya Kesehatan 1 (2): 39-43.
Dewantari, R., Lintang, M., Nurmiyati. 2018. Jenis tumbuhan yang digunakan
sebagai obat tradisional di daerah eks Karesidenan Surakarta. Bioedukasi 11 (2): 118-
123.
Herawati, I.E., Saptarini, N.M. 2019. Studi fitokimia pada jahe merah (Zingiber officinale
Roscoe var. Sunti Val). Majalah Farmasetika 4 (1): 22-27. Kaban, A.N., Daniel,
Saleh, C. 2016. Uji fitokimia, toksisitas, dan aktivitas antioksidan fraksi n-heksan dan
etil asetat terhadap ekstrak jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum). Jurnal Kimia
Mulawarman 14 (1): 24-28. Kementrian Pertanian. 2008. Status Teknologi Hasil
Penelitian Jahe. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.
Aflen, N. K.V. (2014). Encyclopedia of Agriculture and Food Systems. Elsevier Science,
Inggris.
Akbar, S. dan Akbar, S. (2020). Atropa belldonna L. (Solanaceae). Handbook Of
200 Medicinal Plants: A Comprehensive Review Of Their Traditional Medical Uses
and Scientific Justification. Springer, Berlin
Anandika, I. B. D. dan Amrullah, H. U. (2023). Review: studi tumbuhan sebagai antitukak
pada bagian daun. HUMANTECH: Jurnal Ilmiah Multi Disiplin Indonesia, 2(3): 789-
794.
Aziza, Nur. Rurini S., Suratmo S. 2013. Isolasi Dan Karakteristik Terhadap Minyak Mint
Dari Daun Mint Segar Dari Hasil Destilasi. Jurnal Ilmu Kimia, 2(2) : 580-586.
Clissold S. P., Heel R. C. Transdermal hyoscine (scopolamine) A Preliminary Review of its
Pharmacodynamic Properties and Therapeutic Efficacy. Drugs . 1985;29(3):189–
207.

doi:10.2165/00003495- 198529030-00001.
Izaddoost M., Robinson T. Synergism and antagonism in the pharmacology of alkaloidal
plants. Herbs, spices, and medicinal plants: recent advances in botany, horticulture,
and pharmacology (USA) 1987.
Rauf, A., Akram, M., Semwal, P., Mujawah, A. A., Muhamad, N., Riaz, Z. dan Khan, K.
(2021). Antispasmodic potential of medicinal plants: a comprehensive review.
Oxidative medicine and cellular longevity, 2021: 1-12.
Setiawan, A., Kunarto, B.dan Sani, E. Y.(2013). Ekstraksi daun peppermint (Mentha
piperita L.) menggunakan metode microwave assisted extraction terhadap total
fenolik, tanin, flavonoid dan aktivitas antioksidan. J Petrol, 369(1):1-9.

Anda mungkin juga menyukai