Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Virus merupakan parasit berukuran mikroskopik yang dapat menginfeksi sel
oorganisme biologis (Marfalino dan Mahessya, 2016). Menurut para ahli biologi,
virus merupakan organisme peralihan antara makhluk hidup dan benda mati.
Dikatakan peralihan karena virus mempunyai ciri-ciri makhluk hidup, misalnya
mempunyai DNA (asam deoksiribonukleat) dan dapat berkembang biak pada sel
hidup. Memiliki ciri-ciri benda mati seperti tidak memiliki protoplasma dan dapat
dikristalkan.
Pengetahuan tentang virus terus berkembang sampai lahir ilmu cabang
biologi yang mempelajari virus disebut virology (Isthyqamah, 2012). Virologi sering
dianggap bagian mikrobiologi atau patologi. Virologi adalah studi tentang virus.
Virus muncul dari materi non-hidup, secara terpisah dari dan secara paralel untuk
bentuk-bentuk kehidupan lain, mungkin dalam bentuk self-reproducing RNA
ribozymes mirip dengan viroid. Virus yang muncul dari sebelumnya, lebih kompeten
selular bentuk kehidupan yang menjadi parasit untuk sel inang dan kemudian
kehilangan banyak fungsi mereka; contoh seperti prokariota parasit kecil adalah
mikoplasma dan Nanoarchaea. Takson di virologi tidak selalu monofiletik. Laporan
terbaru oleh Komite Internasional taksonomi virus (2005) daftar 5450 virus,
diselenggarakan di lebih dari 2.000 spesies, 287 genera, 73 keluarga dan 3 perintah
(Hasyyati, 2014). Disadari bahwa betapa pentingnya mempelajari tentang virus maka
dari itu melatarbelakangi kelompok kami untuk mebahasas topik tentang
Karakteristik dan Reproduksi Virus.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi:
Virus adalah mikroorganisme penyebab infeksi yang dapat melalui ultrafilter,
bersifat intraseluler obligat parasit dan hanya dapat berkembang biak didalam sel
hidup.
Virus dibedakan dengan mikroorganisme lain berdasarkan:
(1) Partikel virus yang lengkap mengandung satu jenis asam nukleat sebagai genom
yang terbungkus dalam selubung protein yang melindungi asam nukleat virus
terhadap pengaruh luar dan mempermudah perlekatan serta kemungkinan
penetrasi virus pada sel-sel yang peka.
(2) Genom, asam nukleat mengandung satu jenis asam nukleat DNA atau RNA,
beruntai satu (single stranded) atau beruntai ganda ( double stranded).
(3) Virus tidak mempunyai aktivitas metabolisme dan tidak mempunyai sistem
enzim serta lain-lain unsur pokok untuk hidup bebas dan berkembang biak.
(4) Virus tidak mempunyai ribosom.
(5) Virus tidak dapat tumbuh berkembang melalui pembelahan seperti pada lain-lain
mikroorganisme, tetapi virus berkembang biak dengan unsur genetis pada asam
nukleatnya dengan cara biosintesis.
(6) Virus tidak mempunyai metabolisme sehingga virus tidak peka terhadap
antibiotika dan lain-lain bahan yang bekerja pada proses metabolisms
mikroorganisme.
(7) Sebagian virus peka tethadap interferon.
(8) Beberapa virus dapat menyebabkan infeksi laten. Pada keadaan ini tercapai
keseimbangan antara virus dengan tuan rumah.
2. Struktur dan Ukuran Virus
Partikel virus yang lengkap (virion) mengandung asam nukleat pada inti
pusatnya yang dikelilingi oleh selubung protein (kapsid) yang melindungi struktur
dalam dari virus terhadap pengaruh dari luar. Asam nukleat dengan selubung
kapsidnya disebut nukleokapsid. Kapsid tersusun oleh subunit protein pada
permukaan partikel virus yang disebut kapsomer yang dapat dilihat dengan
mikroskop elektron. Beberapa virus mempunyai selubung paling luar (amplop) yang
mengandung lipid, karbohidrat, dan protein spesifik.Beberapa mempunyai aktivitas
ensim. (gambar 1.1).

Kapsomer

Asam nukleat

Kapsid nukleokapsid

Selubung luar (amplop)

Gambar 1.1 Struktur komponen partikel virus yang lengkap (virion)

Ukuran virus bervariasi dari, virus yang terbesar (pox virus) yaitu 300 x 200
nm, kira-kira sebesar elementary body dari chlamydia; sedangkan ukuran virus yang
terkecil (picorna virus) berdiameter 200x 28 nm, lebih kurang sebesar molekul
protein yang besar. Bila dibandingkan dengan ukuran kuman maka secara diagram
dapat digambarkan bahwa sekelompok virus besarnya adalah sama dengan satu sel
bakteri E.coli ( gambar 1.2).
Struktur dasar virus dan simetri virus dapat dilihat dengan mikroskop
elektron dengan menggunakan zat warna logam berat misalnya phosphotungstic acid
(PTA) untuk mempertegas struktur permukaan virus melalui "pewarnaan negatif”.
Arsitektur virus dapat dikelompokkan dalam 3 tipe berdasarkan simetri virus: (1)
memiliki simetri helix atau helical symetry; (2) memiliki simetri kubus atau cubic
symetry; (3) memiliki struktur kompleks.

Outline of E.Coli

Orthomyxovirus

Poxvirus

Parvovirus
Paramyxovirus

Papovavirus

Rhabdovirus Leukovirus
Adenovirus

Coronavirus

Herpesvirus

Picornavirus

Reovirus Iridovirus

Togavirus

T-even
bacteriophage
Arenavirus
100 nm

Gambar 1.2 : Diagram skematis. perbandingan antara satu sel bakteri dengan
sekelompok virus.
3. Satuan Ukuran Virus
1). Dalam satuan masa: Dalton. Satu dalton adalah masa dari satu atom hidrogen yaitu
sama dengan 1.67 x 10-24 g. Berat molekul komponen asam nukleat virus dinyatakan
dalam dalton. Untuk memisahkan asam nukleat dari virion dapat dilakukan dengan
menambah (1) fenol, (2) detergen yang akan melisis protein virus misalnya sodium
deoksikholat, (3) ensim proteolitik pada suspensi virus. Setelah pemurnian asam nukleat
yang telah bebas dari virion maka dapat ditentukan berat molekulnya. Berat molekul
genom virus RNA berkisar antara 2 x 106 dan 4 x 106, tetapi pada virus RNA beruntai
ganda misalnya reovirus berat molekulnya lima kali lebih besar yaitu kira-kira 15 x 106.
Kebanyakan virus DNA mempunyai berat molekul asam nukleat sangat tinggi dan
lebih bervariasi daripada virus RNA, misalnya virus vaksinia mempunyai berat molekul
DNA 160 x 106; virus herpes mempunyai berat molekul DNA 50 – 90 x 106 dalton.
2). Dalam satuan panjang: milimikron (mu) atau nanometer (nm) yaitu sama dengan 10 -
6
milimeter (mm). Angstrom (A atau AU) digunakan untuk mengukur struktur yang
terkecil dari virus, misalnya kapsomer. Hubungan antara unit satuan panjang adalah
sebagai berikut:
1 meter (m) = 1000 milimeter (mm)
1 milimeter = 1000 mikrometer (um)
1 mikrometer = 1000 nanometer (nm)
1 nanometer = 10 Angstrom unit (A atau AU)

4. Cara-cara Mengukur Partikel Virus


Berbagai macam cara dapat digunakan untuk mengetahui ukuran partikel virus,
dari cara yang klasik dengan penyaringan (filtrasi) menggunakan filter yang mempunyai
bermacam-macam diameter pori-pori sampai pada cara yang lebih sering digunakan
karena lebih akurat yaitu dengan melihat langsung di bawah mikroskop elektron.
Penyaringan (filtrasi) dengan menggunakan saringan yang mempunyai membran filter
yang mempunyai diameter pori-pori tertentu. Suspensi virus dilewatkan melalui membran
filter yang mempunyai diameter pori-pori bertingkat dari diameter yang besar, sedang
dan kecil. Bila suspensi virus dapat melalui suatu deret membran filter dengan ukuran
pori-pori tertentu dan tertahan pada deret membran filter dengan ukuran pori-pori yang
lain, maka ukuran rata-rata diameter pori-pori (APD = average pore diameter) yang
menahan virus dapat diperkirakan dengan cara mengalikan APD dengan 0,67. Dengan
cara ini, tidak dapat ditentukan ukuran virus dengan tepat, mengingat adanya variasi pada
struktur virus. Namun penyaringan dengan menggunakan filter ini sangat berguna dalam
memisahkan partikel virus dengan bahan-bahan lain yang mengkontaminasi virus. Hal ini
tidak dapat dilakukan dengan teknik-teknik yang lain
Dengan menggunakan mikroskop elektron, struktur dan ukuran virus dapat
diamati secara langsung dan tepat sehingga cara ini banyak digunakan. Phosphotungstic
acid (PTA), suatu zat warna yang biasanya digunakan dalam "pewarnaan negatif', yaitu
dengan mencampur suspensi virus dengan zat warna PTA di atas lempeng tembaga yang
dilapisi carbon. Setelah dikeringkan di udara, diperiksa langsung dibawah mikroskop
elektron. Struktur dan ukuran virus dapat dilihat dengan jelas dari latar belakang yang
gelap. Dengan "pengecatan positif', sediaan dibuat dalam potongan-potongan yang sangat
tipis dengan menggunakan mikrotom kemudian diwarnai dengan osmium tetroksida,
potasium phosphotungstat atau uranil asetat. Ultrastruktur dan virus dapat diamati dengan
cara ini.

5. Susunan Kimiawi Virion


5.1 Asam Nukleat Virus
Susunan kimiawi virus pertama kali diteliti oleh Schlesinger pada tahun 1933, ditemukan
bahwa virus bakteri mengandung protein esensial dan DNA. Kemudian pada tahun 1935
Stanley's melaporkan bahwa isolat virus tobaco mosaic ternyata mengandung protein dan
RNA. Selanjutnya ahli-ahli biokimia meneliti susunan kimiawi beberapa virus yang lain,
baik virus tanaman, insek, virus bakteria atau virus hewan, kesemuanya hanya
mempunyai asam nukleat satu jenis, ribonukleat (RNA) atau deoksiribonukleat (DNA)
yang mengatur informasi genetik yang diperlukan untuk replikasi virus. Genom RNA
atau DNA dapat beruntai tunggal (single stranded) maupun beruntai ganda (double
stranded).
Asam nukleat virus terdiri dan unit dasar yang disebut nukleotida. Nukleotida
adalah senyawa kimia yang terdiri dari: (1) Basa nitrogen; (2) gula dari 5 atom karbon,
deoksiribose atau ribose; (3) molekul asam phosphat yang menghubungkan basa dan
gula.
Susunan kimia RNA hampir sama dengan DNA, hanya terdapat beberapa perbedaan yang
penting, yaitu (1) Pada DNA terdapat 4 macam nitrogen basa yaitu, adenin (A) dan
guanin (G) yang keduanya mempunyai inti purin, serta thymin (T) dan cytosin (C) yang
keduanya mempunyai inti pirimidin. Susunan purin pada DNA dan RNA adalah sama
yaitu, adenin (A) dan guanin (G), tetapi susunan pirimidin berbeda. Pada DNA
pirimidinnya adalah cytosin (C) dan thymin (T) sedangkan pada RNA cytosin (C) dan
uracil (U). (2) Pada DNA gugusan pentosanya adalah deoksiribose sedangkan pada RNA
pentosanya adalah ribose. (gambar 1.3).
5.2 Protein Virus
Beberapa protein virus merupakan protein struktural yaitu merupakan bagian dari
virion; beberapa merupakan protein non-struktur yang berperan dalam pengaturan siklus
replikasi.
Protein struktur virus mempunyai fungsi melindungi genom virus terhadap daya
kerja nuklease, berperan pada perlekatan partikel virus pada sel yang peka; misalnya
hemaglutinin pada virus Influensa atau virus Newcastle Disease (ND); menentukan
simetri struktural partikel virus; juga menentukan sifat-sifat antigenik virus.

5.3 Lipid Virus


Sejumlah virus mengandung lipid sebagai bagian dari struktur virus dan terdapat
pada selubung luar (amplop), Virus yang mengandung lipid pada selubungnya peka
terhadap pelarut lemak, misalnya eter, chloroform, sodium deoksikholat, phospholipase.
Reaksi ini dapat digunakan dalam melakukan klasifikasi virus. Virus yang mengalami
gangguan kehilangan lipid akan menyebabkan kehilangan infektivitasnya.

5.4 Karbohidrat Virus


Selubung luar virus selain mengandung lipid, protein, juga mengandung karbohidrat
dalam glikoprotein. Myxovirus dan beberapa virus hewan lainnya mengandung sejumlah
kecil karbohidrat.

Gambar 1.3
Rumus struktur nitrogen basa (adenin, guanin, thymin, cytosin) pada DNA.
Pada RNA thymin diganti dengan uracil (adenin, guanin, uracil, cytosin). Pentosa pada
DNA dioksiribosa, pada RNA ribosa.
Molekul asam phosphat rnenghubungkan basa dengan gula.

A. Karakteristik atau ciri-ciri virus


1. Ciri-ciri umum virus
 Berukuran ultra mikroskopis.
 Parasit sejati/parasit obligat.
 Berbentuk oval, bulat, batang, huruf T, kumparan.
 Kapsid tersusun dari protein yang berisi DNA saja atau RNA.
 Untuk bereproduksi, virus hanya memerlukan asam nukleatnya saja.
 Dapat dikristalkan, tetapi virus tersebut masih memiliki daya patogen
apabila diinfeksikan ke organisme hidup.
 Bersifat aseluler dan tidak memiliki organel-organel sel.
 Aktivitasnya harus di sel makhluk hidup (Naibaho, 2011).
2. Ukuran virus
Semua virus dipelajari telah berkisar di diameter 20 sampai 300
nanometer, sementara rentang panjang mereka antara 20 sampai 14.000
nanometer. Satu nanometer sama dengan sepermilyar dari satu meter, yang
bahkan lebih kecil dari diameter sehelai rambut manusia. Bahkan, diameter
sehelai rambut manusia adalah sekitar 100 kali lebih besar dari nanometer.
Jadi untuk membantu virus studi secara rinci scanning dan mikroskop
elektron transmisi yang digunakan (Mousir, 2012).
3. Karakteristik morfologi virus
Menurut (Mousir, 2012) Secara umum virus dapat diklasifikasikan
menjadi lima jenis morfologi yang berbeda.
a. Virus Spiral
Sebuah virus heliks menyerupai tangga spiral. Virus ini adalah
non-menyelimuti dengan kapsomer dan tersusun spiral di sekitar genom
virus.
b. Virus Ikosahedral
Virus ikosahedral memiliki 20 wajah segitiga sama sisi dan sudut
12. Kebanyakan virus hewan yang ditemukan ikosahedral atau bola
dengan simetri ikosahedral.
c. Virus Yg tersebar luas
Sebuah virus yg tersebar luas pada dasarnya merupakan virus
ikosahedron dengan memanjang (lima kali lipat) sumbu. The yg tersebar
luas morfologi umumnya ditemukan dalam bakteriofag.
d. Virus Amplop
Virus ini membawa amplop yang mengelilingi kapsid heliks
dengan morfologi. Virus tersebut tergantung pada amplop untuk
kemampuan infektif.
e. Virus Kompleks
Virus kompleks terdiri dari kombinasi struktur yang mirip dengan
(atau sama sekali baru) struktur virus lainnya.
4. Karakteristik struktur virus
Untuk mengetahui struktur virus secara umum kita gunakan
bakteriofage (virus T), strukturnya terdiri dari:
a. Kepala
Kepala virus berisi DNA dan bagian luarnya diselubungi kapsid.
Satu unit protein yang menyusun kapsid disebut kapsomer.
b. Kapsid
Kapsid adalah selubung yang berupa protein. Kapsid terdiri atas
kapsomer. Kapsid juga dapat terdiri atas protein monomer yang yang terdiri dari
rantai polipeptida. Fungsi kapsid untuk memberi bentuk virus sekaligus sebagai
pelindung virus dari kondisi lingkungan yang merugikan virus.
c. Isi tubuh
Bagian isi tersusun atas asam inti, yakni DNA saja atau RNA saja. Bagian
isi disebut sebagai virion. DNA atau RNA merupakan materi genetik yang berisi
kode-kode pembawa sifat virus. Berdasarkan isi yang dikandungnya, virus dapat
dibedakan menjadi virus DNA (virus T, virus cacar) dan virus RNA (virus
influenza, HIV, H5N1). Selain itu di dalam isi virus terdapat beberapa enzim.
d. Ekor
Ekor virus merupakan alat untuk menempel pada inangnya. Ekor virus
terdiri atas tubus bersumbat yang dilengkapi benang atau serabut. Virus yang
menginfeksi sel eukariotik tidak mempunyai ekor (Naibaho, 2011).
Isthyqamah, Dewi. 2012. Isthyqama Dewi Blog. Makalah Mengenai Virus. http://isthyqamadewi.
blogspot.com/2012/07/makalah-mengenai-virus.Html (05 Desember 2014).
Marfalino, H. dan Mahessya, R. A. (2016). Membangun sistem pakar untuk diagnosa infeksi virus
pada anak dengan mmenggunakan metode forward chaining. Jurnal Teknologi, 6 (2) : 60-66.

Anda mungkin juga menyukai