VIRUS bersifat parasite obligat intraseluler(virus hanya dapat hidup didalam sel hidup) Virus sangat bergantung pada alat-alat kelengkapan sel inangnya untuk memperbanyak diri (bereplikasi). Jadi cara virus berkembang biak adalah dengan cara merakit komponenkomponen tubuhnya, bukan dengan cara membelah diri seperti bakteri. Karena bersifat parasit, virus mampu menimbulkan berbagai ragam penyakit. Penyakit oleh virus bisa menular dan menimbulkan kematian, seperti rabies, demam berdarah, cacar, hepatitis dan influenza. Cacar api = variolla (isi nanah/pus) Cacar air = varicella (isi air) Antigen = benda asing Antibodi = reaksi dari tubuh STRUKTUR VIRUS Ukuran virus dinyatakan dengan nanometer (nm), dimana 1 nanometer adalah satu perseribu micron. Virus yang penting secara klinis berukuran antara 18 nm (Parvovirus) hingga 300 nm (Poxvirus). Ukuran Poxvirus tersebut kira-kira adalah ¼ ukuran Staphylococcus. Virion (partikel virus) terdiri dari genom asam nukleat yaitu DNA atau RNA yang dibungkus oleh lapisan protein (kapsid) atau dibungkus oleh amplop virus (envelope). Virion juga mengandung enzim esensial tertentu atau enzim tambahan atau protein lainnya. Kesatuan antara kapsid dengan genomnya membentuk nukleokapsid yang dapat sama dengan virion atau dikelilingi oleh amplop virus BEDA ANTARA YANG ENVELOPED DAN TIDAK Jadi selubung luar dari virion dapat berupa kapsid atau envelope (amplop) Struktur tersebut melindungi dan sebagai sarana yang membawa virus bertransmisi dari satu sel inang ke sel inang lainnya. Struktur permukaan kapsid maupun amplop akan memperantarai perlekatan dengan sel target. Jika kapsid atau amplop virus rusak akan membuat virus menjadi inaktif. Antibodi yang terbentuk untuk melawan struktur permukaan virus akan mencegah infeksi oleh virus tersebut. KAPSID adalah struktur yang kaku untuk melindungi virion dari lingkungan yang mengancam. Virus berkapsid biasanya tahan terhadap pengeringan, asam dan deterjen, termasuk asam dan empedu pada saluran pencernaan. Bentuk kapsid dapat berupa bentuk batang atau heliks, ikosahedral atau lebih kompleks. Kapsid dibentuk oleh sejumlah kapsomer yang terikat satu sama lain dengan ikatan non-kovalen. BENTUK KAPSID DAPAT TERLIHAT PADA GAMBAR DIBAWAH INI AMPLOP VIRUS adalah selaput yang komposisinya terdiri dari lipid, protein dan glikoprotein. Struktur membrane hanya bisa bertahan pada kondisi lingkungan yang cair. Amplop virus mudah sekali rusak oleh pengeringan, suasana asam, deterjen, dan pelarut seperti eter, sehingga membuat virus menjadi inaktif. Akibatnya virus-virus beramplop biasanya ada pada lingkungan yang cair dan biasanya ditularkan dalam bentuk cair, droplet pernafasan, darah dan jaringan. Sebagian besar, virus beramplop tidak bisa bertahan hidup pada kondisi mengancam misalnya di saluran pencernaan. UKURAN VIRUS 1. observasi langsung dengan mikroskop 2. Filtrasi melalui selaput kolodion yg mempunyai porositas bertingkat 3. Sedimentasi dalam ultrasentrifugasi 4. Pengukuran perbandingan 1. OBSERVASI LANGSUNG MENGGUNAKAN MIKROSKOP Mikroskop electron berbeda dengan mikroskop cahaya yang biasa d laboratorium. Mikroskop electron menggunakan berkas elektron dan lensa elektromagnetik, sedangkan mikroskop cahaya menggunakan gelombang cahaya dan lensa kaca. Pengamatan virus dengan mikroskop electron pertama kali dilakukan sekitar tahun 1930. Untuk pengamatan virus digunakan ekstrak atau sayatan ultrattipis dan jaringan mahluk hidup yang terinfeksi 2. FILTRASI MELALUI SELAPUT KOLODION YANG MEMPUNYAI POROSITAS BERTINGKAT Sediaan virus dilewatkan melalui serangkaian selaput yang ukurannya berbeda-beda. Ukuran virus dapat diperkirakan berdasarkan selaput mana yang bisa dilewati dan selaput mana yang menahan pertikel virus 3. SEDIMENTASI DALAM ULTRASENTRIFUGASI Partikel virus disuspensikan kedalam suatu cairan, kemudian partikel akan mengenda dengan kecepatan yang sebanding ukuran partikel. Hubungan antara partikel dan bentuk partikel dengan laju pengendapan memungkinkan penentuan ukuran partikel 4. PENGUKURAN PERBANDINGAN
Metode ini menggunakan teknik acuan, yaitu
membandingkan ukuran suatu virus dengan ukuran virus tertentu yang dijadikan sebagai acuan Contoh virus acuan antara lain bakteriofaga yang memiliki ukuran 10-100nm Virus memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil, antara 20nm- 300nm (1nm-1/1.000.000 mm). Virus yang berukuran kecil memiliki diameter tubuh kurang lebih 20 nm (lebih kecil dari ribosoma). Misalnya Poliovirus yang menyerang susunan saraf pusat. Apthovirus yang menyebabkan penyakit kaki dan mulut p Coksackie B Virus yang menyerang jantung, hati, pancreas dan selaput pleura manusia. Sementara itu, virus yang berukuran besar memiliki ukuran tubuh antara 150 atau lebih, misalnya Parainfluenza virus yang menyerang saluran pernafasan. Paramyxovirus yang menyebabkan penyakit gondong. Morbilivirus yang menyebabkan penyakit campak TMV yang menyebabkan penyakit mosaic pada tembakau UKURAN VIRUS , SEL INANG DAN BAKTERI KLASIFIKASI VIRUS
Virus amat beragam, dari mulai virus yang
memiliki struktur yang sederhana dan kecil (misalnya Parvovirus dan Picornavirus) hingga virus yang relative berukuran besar dan kompleks seperti Poxvirus dan Herpesvirus). Penamaannya dapat menggambarkan ciri karakteristiknya, penyakit yang ditimbulkannya, atau bahkan jaringan atau letak geografis dimana virus tersebut pertama kali ditemukan. KLASIFIKASI YANG PALING KONSISTEN DAN TERKINI ADALAH KLASIFIKASI YANG DIDASARKAN PADA 1. karakteristik fisik dan biokimiawi 2. seperti ukuran, 3. morfologi (misalnya ada atau tidak adanya amplop virus), 4. macam genom, dan 5. replikasinya. Virus DNA yang berhubungan dengan penyakit manusia ada 6 famili, dan Virus RNA dapat dibagi menjadi sedikitnya 13 famili. Salah satu penggolongan virus berdasarkan Asam Nukleatnya dapat terlihat pada gambar REPRODUKSI VIRUS Virus hanya dapat berkembang biak pada sel atau jaringan hidup. Oleh karena itu, virus menginfeksi sel bakteri, sel hewan, atau sel tumbuhan untuk bereproduksi. Cara reproduksi virus disebut replikasi. Tahapan replikasi virus terdiri atas: a. Mengenali sel target b. Perlekatan pada sel target c. Penetrasi ( masuk kedalam sel target) d. Pelepasan selubung e. Replikasi dan sintesa komponen virus yang terdiri dari : f. Perakitan virus g. Bertunas dan pelapisan dengan selubung amplop h. Pelepasan virus REPLIKASI DAN SINTESA KOMPONEN VIRUS YANG TERDIRI DARI : 1. Sintesa mRNA awal dan protein nonstructural : gen untuk sintesa enzim dan protein pengikat asam nukleat 2. Replikasi genom 3. mRNA akhir dan sintesa protein struktural 4. Modifikasi protein pasca translasi MODEL REPRODUKSI VIRUS YANG BERAMPLOP MAUPUN YANG TIDAK BERAMPLOP : PERLEKATAN DAN PENETRASI merupakan interaksi spesifik virus dan inang. Dalam hal ini virus akan mengenali dan akan melekat pada sel targetnya. Terdapat reseptor khusus yang memperantarai pengenalan virus oleh sel inang. Ligan pada virus akan dikenali oleh reseptor ada inang dan menempel pada reseptor sel inang dapat berupa pili, flagella, komponen membran atau protein pengikat pada bakteriofag. Pada virus influensa, ligan berupa glikoprotein dan pada eritrosit dan virus polio, ligan berupa lipoprotein. Virus yang beramplop biasanya masuk kedalam sel inang melalui fusi (penyatuan) antara lipid di membrane sitoplasma sel dengan amplop virus, sementara virus yang tidak beramplop masuk melalui proses yang disebut viropexis, yang mirip dengan fagositosis. E. EFEK VIRUS PADA SEL INANG Sel inang yang telah dimasuki dan digunakan sebagai pabrik penghasil virus akan mengalami beberapa macam kondisi. Efek virus pada sel inang sebagai sel targetnya dapat berupa : a. Mengalami lisis dan kematian (infeksi sitosidal) b. Mengalami infeksi yang persisten (menetap) c. Mengalami infeksi laten d. Mengalami infeksi yang mengubah sifat sel (transforming infection) e. Mengalami infeksi yang abortif LANJUTAN…. Efek yang paling sering terjadi adalah kematian sel atau sel lisis. Pada infeksi tersebut, terjadi kematian sel inang, sel pecah atau lisis. Bersamaan dengan peristiwa tersebut, keluarlah ribuan virus baru yang sudah terakit dengan utuh (progeni). Pada infeksi yang menetap (persisten), sel inang masih bisa memperbanyak diri dan terus-menerus membentuk virus baru hingga beberapa generasi. Contoh hal ini terjadi pada infeksi Paramyxovirus, seperti virus penyakit mumps (gondongan), juga pada virus penyebab tumor, dimana sel-sel neoplasma terus menghasilkan virus- virus baru. JALUR INFEKSI VIRUS Jalur infeksi virus mirip dengan jalur infeksi mikroorganisme lainnya, Kulit yang utuh adalah benteng pertahanan yang baik terhadap infeksi virus, kerusakan pada kulit atau adanya perforasi kulit akan memungkinkan kulit dimasuki virus. Misalnya virus penyebab penyakit bloodborn (HBV, HCV, HDV dan HIV-AIDS) dapat menginfeksi tenaga kesehatan gigi yang tadinya sehat melalui tusukan jarum suntuk yang terkontaminasi virus LANJUTAN… Saluran pernafasan adalah jalur utama bagi infeksi virus. Hal ini meliputi infeksi-infeksi di saluran pernafasan, seperti influenza, maupun infeksi yang bersifat umum seperti cacar air. Infeksi terjadi karena virus penyebabnya terhirup melalui droplet terkontaminasi virus. Beberapa virus menginfeksi melalui saluran cerna, dan beberapa menyebar melalui orofaring, misalnya melalui saliva. Jalur ini terutama digunakan oleh kelompok virus herpes, dan bisa menjadi ancaman bagi tenaga kesehatan gigi yang sehari-hari dalam pekerjaannya berhubungan dengan saliva dan darah. Penularan virus juga dapat melalui jalur saluran genital, baik melalui hubungan seksual atau penyebaran lewat transplasental. Penyebaran Cytomegalovirus melalui transplasental berisiko pada infeksi janin yang menyebabkan kelahiran bayi dengan abnormalitas atau cacat kongenital. VIRUS YANG BERKAITAN DENGAN BIDANG KEDOKTERAN GIGI : HEPATITIS B Gambaran Virus Hepatitis B Hepatitis B termasuk dalam family Hepadnavirus. Ada 3 partikel yang berbeda yang dapat terlihat dari pemeriksaan darah tepi pasien berkaitan dengan infeksi ini. Partikel yang terbesar dinamai partikel Dane, yang merupakan virion yang lengkap. Partikel virus yang utuh ini memiliki struktur lapisan ganda, dengan struktur luar adalah selubung Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) yang melingkupi Hepatitis B Core Antigen (HBcAg), DNA dan komponen lainnya termasuk enzim DNA polymerase dan protein kinase. Bentuk DNA sirkuler, sebagian besarnya berutas ganda, hanya sebagian kecilnya berutas tunggal. Melengkapi partikel dane, virus juga memiliki partikel berbentuk bundar (sferikal) dengan diameter 22nm dan partikel berbentuk tabung dengan diameter yang sama. Partikel yang lebih kecil tersebut mengandung HBsAg dalam jumlah banyak dan tidak infektif. EPIDEMIOLOGI DAN PENULARAN (TRANSMISI) Virus Hepatitis B berada didalam darah, sekresi serviks rahim dan semen. Juga terdapat dalam jumlah kecil dicairan tubuh yang lain termasuk saliva. Penyebarannya dapat lewat jalur parenteral (suntikan) tapi penularannya lewat hubungan seksual. Tidak ditularkan lewat jalur pernafasan. Dikalangan populasi, banyak indidvidu bertindak sebagai karier (pembawa virus). LANJUTAN… Jika pasien positif terkena Hepatitis, maka didalam ml darahnya mengandung 1010 partikel Dane, sehingga tertular dengan 0,0001 ml darah saja sudah mampu memindahkan virus tersebut. Karena penularan dapat melalui jarum yang membawa sedikit saja darah yang mengandung partikel Dane tadi, maka infeksi silang antara pasien dan petugas kesehatan menjadi sangat berisiko, kecuali jika tindakan preventif sudah dilakukan dengan yang tepat. DAMPAK INFEKSI Individu yang terkena infeksi Hepatitis B dapat mengalami beberapa tingkatan penyakit sebagai berikut : 1. Akut : berlangsung dalam waktu singkat dan / atau parah. 2. Kronik : berlangsung lambat , dapat menjadi parah tetapi dapat juga tidak parah 3. Fulminant : Berkembang dengan cepat, dengan tingkat kematian tinggi 4. Sirosis : pengerasan hati, juga dapat disebabkan karena proses infeksi atau toksin/ racun, misalnya Hepatitis karena alkohol. 5. Jaundice : timbulnya warna kekuningan pada kulit, mata dan lain-lain karena meningkatnya kadar bilirubin darah akibat kerusakan pada hati. 6. Karsinoma hepatoseluler : berhubungan erat dengan virus hepatitis B, dan dibeberapa negara dihubungkan dengan virus hepatitis C. LANJUTAN…. Periode inkubasi bervariasi antara 2 sampai 3 bulan. Kira-kira 65% individu yang terkena mengalami infeksi yang subklinis (gejala samar), sementara 30% nya mengalami Hepatitis B akut. 9% pasien dewasa bisa menjadi karier kronik virus, dan sebagian daripadanya bisa berkembang menjadi sirosis hati, gagal hepar dan karsinoma hepatoseluler. Pasien-pasien demikian juga berisiko menginfeksi petugas kesehatan dan pasien lainnya, terutama jika hasil laboratorium darahnya menunjukkan HBsAg (+). Kemungkinan perkembangan infeksi Hepatitis B secara klinis dapat terlihat pada gambar 2.8 dibawah ini : LANJUTAN…. Infeksi yang dialami bayi baru lahir merupakan masalah yang serius dibeberapa bagian negara, seperti Asia Timur, Asia Tenggara, pulau-pulau di Pasifik, dan Negara-negara Afrika. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mengidap HBsAg (+), 95 % berpeluang terkena infeksi, dan hampir semua bayi tersebut menjadi karier HBsAg, dan dimasa dewasanya mengalami sirosis maupun kanker hati. DISTRIBUSI PENYEBARAN VIRUS HEPATITIS B DINEGARA-NEGARA DI DUNIA PENCEGAHAN INFEKSI Mengontrol infeksi HBV dapat dilakukan dengan beberapa cara. Modifikasi perilaku dapat mengurangi risiko terinfeksi, dan ditataran klinik, hal ini meliputi kontrol infeksi yang tepat terhadap infeksi silang. Imunisasi pasif disediakan dalam bentuk Imunoglobulin Hepatitis B, yang digunakan pada seseorang yang terpapar secara akut pada individu yang belum terproteksi. Imunoglobulin ini efektif diberikan dalam waktu maksimal 48 jam sesudah paparan. LANJUTAN… Imunisasi aktif dengan vaksin Hepatitis B juga sudah tersedia cukup banyak. Vaksin yang ada sekarang ini dibuat dengan rekayasa genetika. Dosisnya adalah 20 µg HBsAg secara intra muscular pada 0, 1, dan 6 bulan. Booster direkomendasikan pada selang waktu 5 tahun. Proteksi baik dilakukan pada individu yang respon terhadap vaksin, tetapi ada sekitar 5% individu yang tidak respond dan tidak membentuk antibodi proteksi pada tubuhnya. LANJUTAN… Sehingga setelah prosedur vaksinasi, perlu diperiksa kadar antibodi yang terbentuk. Jika individu yang tidak respon tersebut adalah anggota tim kesehatan, maka perlu diperiksa serologisnya untuk melihat apakah yang bersangkutan sudah menjadi karier HBV (jika hasil HBsAg nya positif). Sejumlah agensia antivirus telah diteliti untuk digunakan sebagai pengobatan infeksi Hepatitis B kronik. Diantara bahan-bahan tersebut, yang terbukti paling efektif adalah Interferon.