Anda di halaman 1dari 40

VIROLOGI DASAR By :

Drg. Sri Hidayati, MKes


VIRUS
bersifat parasite obligat intraseluler(virus hanya dapat hidup
didalam sel hidup)
Virus sangat bergantung pada alat-alat kelengkapan sel
inangnya untuk memperbanyak diri (bereplikasi).
Jadi cara virus berkembang biak adalah dengan cara merakit
komponenkomponen tubuhnya, bukan dengan cara membelah diri
seperti bakteri.
Karena bersifat parasit, virus mampu menimbulkan berbagai
ragam penyakit.
Penyakit oleh virus bisa menular dan menimbulkan kematian,
seperti rabies, demam berdarah, cacar, hepatitis dan influenza.
Cacar api = variolla (isi nanah/pus)
Cacar air = varicella (isi air)
Antigen = benda asing
Antibodi = reaksi dari tubuh
STRUKTUR VIRUS
Ukuran virus dinyatakan dengan nanometer (nm), dimana 1 nanometer adalah
satu perseribu micron.
Virus yang penting secara klinis berukuran antara 18 nm (Parvovirus) hingga
300 nm (Poxvirus).
Ukuran Poxvirus tersebut kira-kira adalah ¼ ukuran Staphylococcus.
Virion (partikel virus) terdiri dari genom asam nukleat yaitu DNA atau RNA yang
dibungkus oleh lapisan protein (kapsid) atau dibungkus oleh amplop virus
(envelope).
Virion juga mengandung enzim esensial tertentu atau enzim tambahan atau
protein lainnya.
Kesatuan antara kapsid dengan genomnya membentuk nukleokapsid yang
dapat sama dengan virion atau dikelilingi oleh amplop virus
BEDA ANTARA YANG ENVELOPED DAN
TIDAK
Jadi selubung luar dari virion dapat berupa kapsid
atau envelope (amplop)
Struktur tersebut melindungi dan sebagai sarana yang
membawa virus bertransmisi dari satu sel inang ke sel
inang lainnya.
Struktur permukaan kapsid maupun amplop akan
memperantarai perlekatan dengan sel target.
Jika kapsid atau amplop virus rusak akan membuat
virus menjadi inaktif.
Antibodi yang terbentuk untuk melawan struktur
permukaan virus akan mencegah infeksi oleh virus
tersebut.
KAPSID
adalah struktur yang kaku untuk melindungi virion
dari lingkungan yang mengancam.
Virus berkapsid biasanya tahan terhadap
pengeringan, asam dan deterjen, termasuk asam
dan empedu pada saluran pencernaan.
Bentuk kapsid dapat berupa bentuk batang atau
heliks, ikosahedral atau lebih kompleks.
Kapsid dibentuk oleh sejumlah kapsomer yang
terikat satu sama lain dengan ikatan non-kovalen.
BENTUK KAPSID DAPAT TERLIHAT PADA
GAMBAR DIBAWAH INI
AMPLOP VIRUS
adalah selaput yang komposisinya terdiri dari lipid, protein dan
glikoprotein.
Struktur membrane hanya bisa bertahan pada kondisi lingkungan
yang cair.
Amplop virus mudah sekali rusak oleh pengeringan, suasana asam,
deterjen, dan pelarut seperti eter, sehingga membuat virus
menjadi inaktif.
Akibatnya virus-virus beramplop biasanya ada pada lingkungan
yang cair dan biasanya ditularkan dalam bentuk cair, droplet
pernafasan, darah dan jaringan.
Sebagian besar, virus beramplop tidak bisa bertahan hidup pada
kondisi mengancam misalnya di saluran pencernaan.
UKURAN VIRUS
1. observasi langsung dengan
mikroskop
2. Filtrasi melalui selaput kolodion yg
mempunyai porositas bertingkat
3. Sedimentasi dalam ultrasentrifugasi
4. Pengukuran perbandingan
1. OBSERVASI LANGSUNG MENGGUNAKAN
MIKROSKOP
Mikroskop electron berbeda dengan mikroskop cahaya
yang biasa d laboratorium.
Mikroskop electron menggunakan berkas elektron dan
lensa elektromagnetik, sedangkan mikroskop cahaya
menggunakan gelombang cahaya dan lensa kaca.
Pengamatan virus dengan mikroskop electron pertama
kali dilakukan sekitar tahun 1930.
Untuk pengamatan virus digunakan ekstrak atau
sayatan ultrattipis dan jaringan mahluk hidup yang
terinfeksi
2. FILTRASI MELALUI SELAPUT KOLODION
YANG MEMPUNYAI POROSITAS BERTINGKAT
Sediaan virus dilewatkan melalui
serangkaian selaput yang ukurannya
berbeda-beda.
Ukuran virus dapat diperkirakan
berdasarkan selaput mana yang bisa
dilewati dan selaput mana yang menahan
pertikel virus
3. SEDIMENTASI DALAM
ULTRASENTRIFUGASI
Partikel virus disuspensikan kedalam suatu
cairan, kemudian partikel akan mengenda
dengan kecepatan yang sebanding ukuran
partikel.
Hubungan antara partikel dan bentuk
partikel dengan laju pengendapan
memungkinkan penentuan ukuran partikel
4. PENGUKURAN PERBANDINGAN

Metode ini menggunakan teknik acuan, yaitu


membandingkan ukuran suatu virus dengan
ukuran virus tertentu yang dijadikan sebagai
acuan
Contoh virus acuan antara lain bakteriofaga
yang memiliki ukuran 10-100nm
Virus memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil, antara 20nm-
300nm (1nm-1/1.000.000 mm).
Virus yang berukuran kecil memiliki diameter tubuh kurang lebih
20 nm (lebih kecil dari ribosoma).
Misalnya Poliovirus yang menyerang susunan saraf pusat.
Apthovirus yang menyebabkan penyakit kaki dan mulut p
Coksackie B Virus yang menyerang jantung, hati, pancreas dan
selaput pleura manusia.
Sementara itu, virus yang berukuran besar memiliki ukuran tubuh
antara 150 atau lebih, misalnya
 Parainfluenza virus yang menyerang saluran pernafasan.
 Paramyxovirus yang menyebabkan penyakit gondong.
 Morbilivirus yang menyebabkan penyakit campak
 TMV yang menyebabkan penyakit mosaic pada tembakau
UKURAN VIRUS , SEL INANG DAN
BAKTERI
KLASIFIKASI VIRUS

Virus amat beragam, dari mulai virus yang


memiliki struktur yang sederhana dan kecil
(misalnya Parvovirus dan Picornavirus) hingga
virus yang relative berukuran besar dan kompleks
seperti Poxvirus dan Herpesvirus).
Penamaannya dapat menggambarkan ciri
karakteristiknya, penyakit yang ditimbulkannya,
atau bahkan jaringan atau letak geografis
dimana virus tersebut pertama kali ditemukan.
KLASIFIKASI YANG PALING KONSISTEN DAN
TERKINI ADALAH KLASIFIKASI YANG
DIDASARKAN PADA
1. karakteristik fisik dan biokimiawi
2. seperti ukuran,
3. morfologi (misalnya ada atau tidak adanya amplop virus),
4. macam genom, dan
5. replikasinya.
Virus DNA yang berhubungan dengan penyakit manusia ada
6 famili, dan Virus RNA dapat dibagi menjadi sedikitnya 13
famili.
Salah satu penggolongan virus berdasarkan Asam Nukleatnya
dapat terlihat pada gambar
REPRODUKSI VIRUS
Virus hanya dapat berkembang biak pada sel atau jaringan
hidup. Oleh karena itu, virus menginfeksi sel bakteri, sel hewan,
atau sel tumbuhan untuk bereproduksi.
Cara reproduksi virus disebut replikasi.
Tahapan replikasi virus terdiri atas:
 a. Mengenali sel target
 b. Perlekatan pada sel target
 c. Penetrasi ( masuk kedalam sel target)
 d. Pelepasan selubung
 e. Replikasi dan sintesa komponen virus yang terdiri dari :
 f. Perakitan virus
 g. Bertunas dan pelapisan dengan selubung amplop
 h. Pelepasan virus
REPLIKASI DAN SINTESA KOMPONEN
VIRUS YANG TERDIRI DARI :
1. Sintesa mRNA awal dan protein nonstructural : gen untuk sintesa
enzim dan protein pengikat asam nukleat
2. Replikasi genom
3. mRNA akhir dan sintesa protein struktural
4. Modifikasi protein pasca translasi
MODEL REPRODUKSI VIRUS YANG
BERAMPLOP MAUPUN YANG TIDAK
BERAMPLOP :
PERLEKATAN DAN PENETRASI
merupakan interaksi spesifik virus dan inang.
Dalam hal ini virus akan mengenali dan akan melekat pada sel targetnya.
Terdapat reseptor khusus yang memperantarai pengenalan virus oleh sel inang.
Ligan pada virus akan dikenali oleh reseptor ada inang dan menempel pada
reseptor sel inang dapat berupa pili, flagella, komponen membran atau protein
pengikat pada bakteriofag.
Pada virus influensa, ligan berupa glikoprotein dan pada eritrosit dan virus
polio, ligan berupa lipoprotein.
Virus yang beramplop biasanya masuk kedalam sel inang melalui fusi
(penyatuan) antara lipid di membrane sitoplasma sel dengan amplop virus,
sementara virus yang tidak beramplop masuk melalui proses yang disebut
viropexis, yang mirip dengan fagositosis.
E. EFEK VIRUS PADA SEL INANG
Sel inang yang telah dimasuki dan digunakan sebagai
pabrik penghasil virus akan mengalami beberapa
macam kondisi. Efek virus pada sel inang sebagai sel
targetnya dapat berupa :
a. Mengalami lisis dan kematian (infeksi sitosidal)
b. Mengalami infeksi yang persisten (menetap)
c. Mengalami infeksi laten
d. Mengalami infeksi yang mengubah sifat sel
(transforming infection)
e. Mengalami infeksi yang abortif
LANJUTAN….
Efek yang paling sering terjadi adalah kematian sel atau
sel lisis. Pada infeksi tersebut, terjadi kematian sel inang,
sel pecah atau lisis. Bersamaan dengan peristiwa tersebut,
keluarlah ribuan virus baru yang sudah terakit dengan
utuh (progeni). Pada infeksi yang menetap (persisten), sel
inang masih bisa memperbanyak diri dan terus-menerus
membentuk virus baru hingga beberapa generasi. Contoh
hal ini terjadi pada infeksi Paramyxovirus, seperti virus
penyakit mumps (gondongan), juga pada virus penyebab
tumor, dimana sel-sel neoplasma terus menghasilkan virus-
virus baru.
JALUR INFEKSI VIRUS
Jalur infeksi virus mirip dengan jalur infeksi
mikroorganisme lainnya,
Kulit yang utuh adalah benteng pertahanan yang baik
terhadap infeksi virus, kerusakan pada kulit atau adanya
perforasi kulit akan memungkinkan kulit dimasuki virus.
Misalnya virus penyebab penyakit bloodborn (HBV, HCV,
HDV dan HIV-AIDS) dapat menginfeksi tenaga kesehatan
gigi yang tadinya sehat melalui tusukan jarum suntuk yang
terkontaminasi virus
LANJUTAN…
Saluran pernafasan adalah jalur utama bagi infeksi virus.
Hal ini meliputi infeksi-infeksi di saluran pernafasan, seperti influenza, maupun
infeksi yang bersifat umum seperti cacar air.
Infeksi terjadi karena virus penyebabnya terhirup melalui droplet
terkontaminasi virus.
Beberapa virus menginfeksi melalui saluran cerna, dan beberapa menyebar
melalui orofaring, misalnya melalui saliva.
Jalur ini terutama digunakan oleh kelompok virus herpes, dan bisa menjadi
ancaman bagi tenaga kesehatan gigi yang sehari-hari dalam pekerjaannya
berhubungan dengan saliva dan darah.
Penularan virus juga dapat melalui jalur saluran genital, baik melalui
hubungan seksual atau penyebaran lewat transplasental.
Penyebaran Cytomegalovirus melalui transplasental berisiko pada infeksi janin
yang menyebabkan kelahiran bayi dengan abnormalitas atau cacat
kongenital.
VIRUS YANG BERKAITAN DENGAN BIDANG
KEDOKTERAN GIGI : HEPATITIS B
Gambaran Virus Hepatitis B Hepatitis B termasuk dalam family Hepadnavirus.
Ada 3 partikel yang berbeda yang dapat terlihat dari pemeriksaan darah tepi
pasien berkaitan dengan infeksi ini.
Partikel yang terbesar dinamai partikel Dane, yang merupakan virion yang lengkap.
Partikel virus yang utuh ini memiliki struktur lapisan ganda, dengan struktur luar
adalah selubung Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) yang melingkupi Hepatitis B
Core Antigen (HBcAg), DNA dan komponen lainnya termasuk enzim DNA polymerase
dan protein kinase.
Bentuk DNA sirkuler, sebagian besarnya berutas ganda, hanya sebagian kecilnya
berutas tunggal.
Melengkapi partikel dane, virus juga memiliki partikel berbentuk bundar (sferikal)
dengan diameter 22nm dan partikel berbentuk tabung dengan diameter yang
sama.
Partikel yang lebih kecil tersebut mengandung HBsAg dalam jumlah banyak dan
tidak infektif.
EPIDEMIOLOGI DAN PENULARAN
(TRANSMISI)
Virus Hepatitis B berada didalam darah, sekresi serviks rahim dan semen.
Juga terdapat dalam jumlah kecil dicairan tubuh yang lain termasuk saliva.
Penyebarannya dapat lewat jalur parenteral (suntikan) tapi penularannya
lewat hubungan seksual.
Tidak ditularkan lewat jalur pernafasan. Dikalangan populasi, banyak
indidvidu bertindak sebagai karier (pembawa virus).
LANJUTAN…
Jika pasien positif terkena Hepatitis, maka didalam ml
darahnya mengandung 1010 partikel Dane, sehingga
tertular dengan 0,0001 ml darah saja sudah mampu
memindahkan virus tersebut.
Karena penularan dapat melalui jarum yang membawa
sedikit saja darah yang mengandung partikel Dane tadi,
maka infeksi silang antara pasien dan petugas kesehatan
menjadi sangat berisiko, kecuali jika tindakan preventif
sudah dilakukan dengan yang tepat.
DAMPAK INFEKSI
Individu yang terkena infeksi Hepatitis B dapat mengalami beberapa tingkatan
penyakit sebagai berikut :
1. Akut : berlangsung dalam waktu singkat dan / atau parah.
2. Kronik : berlangsung lambat , dapat menjadi parah tetapi dapat juga tidak
parah
3. Fulminant : Berkembang dengan cepat, dengan tingkat kematian tinggi
4. Sirosis : pengerasan hati, juga dapat disebabkan karena proses infeksi atau
toksin/ racun, misalnya Hepatitis karena alkohol.
5. Jaundice : timbulnya warna kekuningan pada kulit, mata dan lain-lain karena
meningkatnya kadar bilirubin darah akibat kerusakan pada hati.
6. Karsinoma hepatoseluler : berhubungan erat dengan virus hepatitis B, dan
dibeberapa negara dihubungkan dengan virus hepatitis C.
LANJUTAN….
Periode inkubasi bervariasi antara 2 sampai 3 bulan.
Kira-kira 65% individu yang terkena mengalami infeksi yang
subklinis (gejala samar), sementara 30% nya mengalami
Hepatitis B akut. 9% pasien dewasa bisa menjadi karier kronik
virus, dan sebagian daripadanya bisa berkembang menjadi
sirosis hati, gagal hepar dan karsinoma hepatoseluler.
Pasien-pasien demikian juga berisiko menginfeksi petugas
kesehatan dan pasien lainnya, terutama jika hasil laboratorium
darahnya menunjukkan HBsAg (+).
Kemungkinan perkembangan infeksi Hepatitis B secara klinis
dapat terlihat pada gambar 2.8 dibawah ini :
LANJUTAN….
Infeksi yang dialami bayi baru lahir merupakan
masalah yang serius dibeberapa bagian negara,
seperti Asia Timur, Asia Tenggara, pulau-pulau di
Pasifik, dan Negara-negara Afrika.
Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mengidap
HBsAg (+), 95 % berpeluang terkena infeksi, dan
hampir semua bayi tersebut menjadi karier
HBsAg, dan dimasa dewasanya mengalami sirosis
maupun kanker hati.
DISTRIBUSI PENYEBARAN VIRUS HEPATITIS B
DINEGARA-NEGARA DI DUNIA
PENCEGAHAN INFEKSI
Mengontrol infeksi HBV dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Modifikasi perilaku dapat
mengurangi risiko terinfeksi, dan ditataran klinik,
hal ini meliputi kontrol infeksi yang tepat terhadap
infeksi silang.
Imunisasi pasif disediakan dalam bentuk
Imunoglobulin Hepatitis B, yang digunakan pada
seseorang yang terpapar secara akut pada
individu yang belum terproteksi. Imunoglobulin ini
efektif diberikan dalam waktu maksimal 48 jam
sesudah paparan.
LANJUTAN…
Imunisasi aktif dengan vaksin Hepatitis B juga
sudah tersedia cukup banyak.
Vaksin yang ada sekarang ini dibuat dengan
rekayasa genetika. Dosisnya adalah 20 µg HBsAg
secara intra muscular pada 0, 1, dan 6 bulan.
Booster direkomendasikan pada selang waktu 5
tahun.
Proteksi baik dilakukan pada individu yang
respon terhadap vaksin, tetapi ada sekitar 5%
individu yang tidak respond dan tidak membentuk
antibodi proteksi pada tubuhnya.
LANJUTAN…
Sehingga setelah prosedur vaksinasi, perlu
diperiksa kadar antibodi yang terbentuk.
Jika individu yang tidak respon tersebut adalah
anggota tim kesehatan, maka perlu diperiksa
serologisnya untuk melihat apakah yang
bersangkutan sudah menjadi karier HBV (jika
hasil HBsAg nya positif).
Sejumlah agensia antivirus telah diteliti untuk
digunakan sebagai pengobatan infeksi Hepatitis
B kronik. Diantara bahan-bahan tersebut, yang
terbukti paling efektif adalah Interferon.

Anda mungkin juga menyukai