Anda di halaman 1dari 16

Klasifikasi Virus

Morfologi: Virus dikelompokkan berdasarkan ukuran dan bentuk, komposisi kimia dan struktur
genom, serta cara replikasi. Morfologi heliks terlihat pada nukleokapsid dari banyak virus
berfilamen dan pleomorfik. Nukleokapsid heliks terdiri dari susunan heliks protein kapsid
(protomer) yang melilit filamen heliks asam nukleat. Morfologi ikosahedral merupakan
karakteristik nukleokapsid dari banyak virus “bola”. Jumlah dan susunan kapsomer (subunit
morfologi ikosahedron) berguna dalam identifikasi dan klasifikasi. Banyak virus juga memiliki
selubung luar.
Komposisi Kimia dan Cara Replikasi: Genom suatu virus dapat terdiri dari DNA atau RNA,
yang dapat berupa untai tunggal (ss) atau untai ganda (ds), linier atau melingkar. Keseluruhan
genom dapat menempati satu molekul asam nukleat (genom monopartit) atau beberapa segmen
asam nukleat (genom multipartit). Jenis genom yang berbeda memerlukan strategi replikasi yang
berbeda.

Morfologi

Virus mempunyai berbagai bentuk dan ukuran, namun ciri-ciri ini konsisten
untuk setiap keluarga virus. Seperti yang telah kita lihat, semua virion
mempunyai genom asam nukleat yang ditutupi oleh kapsid pelindung. Protein
kapsid dikodekan dalam genom virus, dan disebut kapsomer . Beberapa
kapsid virus berbentuk heliks sederhana atau “bola” polihedral, sedangkan
kapsid virus lainnya memiliki struktur yang cukup kompleks
Secara umum, kapsid virus diklasifikasikan menjadi empat kelompok: heliks,
ikosahedral, berselubung, dan kepala-dan-ekor. Kapsid heliks berbentuk
panjang dan silindris. Banyak virus tanaman berbentuk heliks, termasuk
TMV. Virus ikosahedral mempunyai bentuk yang kira-kira bulat, seperti virus
polio atau virus herpes. Virus yang berselubung memiliki membran yang berasal
dari sel inang yang mengelilingi kapsid. Virus hewan, seperti HIV, sering kali
terselubung. Virus kepala dan ekor menginfeksi bakteri dan mempunyai kepala
yang mirip dengan virus ikosahedral dan ekor berbentuk seperti virus heliks.

Struktur Genom Contoh

RNA Virus rabies, retrovirus


DNA Virus herpes, virus cacar
Struktur Genom Contoh

Beruntai tunggal Virus rabies, retrovirus


Beruntai ganda Virus herpes, virus cacar

Virus rabies, retrovirus, virus herpes,


Linier
virus cacar
Bundar
Papillomavirus, banyak bakteriofag

Tidak tersegmentasi: genom terdiri dari satu


segmen materi genetik Virus parainfluenza
Tersegmentasi: genom dibagi menjadi beberapa Virus influenza
segmen

Virus berselubung dan tidak berselubung


Salah satu klasifikasi virus yang utama dan paling terkenal
adalah pemisahan virus berselubung dan tidak
berselubung. Secara umum yang membedakannya adalah ada
(untuk virus beramplop) atau tidak adanya (untuk virus tidak
beramplop) membran lipid bilayer pada bagian luar virus.
Untuk memahami klasifikasi struktural spesifik ini dan
perbedaan yang timbul darinya, penting untuk mengetahui
sedikit tentang struktur virus secara umum. Virus terdiri dari
dua komponen utama: genom virus (yang dapat berupa RNA
atau DNA) dan kapsid protein berkode virus yang mengelilingi
genom. Jika partikel virus hanya mengandung dua unsur
tersebut, maka disebut virus tidak berselubung. Jika partikel
virus mengandung membran lipid bilayer ekstra yang
mengelilingi kapsid protein, maka disebut virus beramplop.
Virus yang tidak berselubung biasanya lebih ganas.
Virus yang tidak berselubung (juga dikenal sebagai virus
telanjang) biasanya lebih ganas daripada virus yang
berselubung. Hal ini karena mereka biasanya menyebabkan
lisis sel inang. Inilah salah satu perbedaan utama antara virus
yang tidak beramplop dan virus beramplop; mari kita pahami
alasan dibalik itu. Karena virus yang tidak berselubung tidak
memiliki membran lipid ekstra, lisis sel adalah cara keluar
yang paling umum dari sel inang. Selama peristiwa ini, virus
melanggar integritas membran sel, menyebabkan kematian sel
dan kerusakan jaringan yang signifikan pada organisme
inang. Virus yang tidak berselubung lebih tahan terhadap pH
ekstrim, panas, kekeringan, dan disinfektan
sederhana. Beberapa contoh virus yang tidak berselubung
adalah norovirus, enterovirus, adenovirus, dan rhinovirus.
Virus yang berselubung biasanya kurang ganas.
Sebaliknya, virus yang berselubung biasanya kurang ganas
dibandingkan virus yang tidak berselubung. Hal ini karena
virus tidak selalu menyebabkan lisis sel saat sel keluar,
meskipun kematian sel sering kali terjadi akibat replikasi
virus. Karena virus yang beramplop mengandung membran
luar yang mengelilingi kapsid, selama virus berkumpul dan
keluar dari sel inang, virus ini dapat menggunakan membran
sel inang itu sendiri untuk merakit membrannya, yang dikenal
sebagai amplop. Proses ini menghindari lisis sel dan
membantu virus yang terselubung keluar dari sistem
kekebalan tubuh inang.
Virus yang berselubung juga cenderung lebih sensitif terhadap
pH ekstrim, panas, kekeringan, dan disinfektan
sederhana. Contoh virus berselubung meliputi: influenza,
human cytomegalovirus (HCMV), HIV, pernafasan syncytial
virus (RSV), virus vaccinia, dan virus corona manusia

2.) tropisme

Tropisme virus adalah kemampuan virus yang berbeda untuk menginfeksi


tipe sel yang berbeda pada akhirnya menghasilkan infeksi yang berhasil.
Tropisme virus adalah kemampuan virus tertentu untuk secara
produktif menginfeksi sel tertentu (tropisme seluler), jaringan (tropisme
jaringan), atau spesies inang (tropisme inang). Berbagai sitokin antivirus
imun bawaan inang, khususnya interferon (IFN) dan faktor nekrosis
tumor (TNF), mempunyai peran dalam memediasi tropisme virus pada
tingkat yang berbeda-beda.
1.) Pengantar Virus Enterik Manusia
virus enterik, penyakit bawaan makanan . Virus-virus ini memiliki ciri-ciri tertentu dan
diwakili oleh beberapa keluarga virus ; oleh karena itu, mereka merupakan kelompok
fungsional, bukan kelompok taksonomi. Khususnya pada host spesifik dan jaringan
tropik, penularan virus enterik terjadi terutama melalui rute fekal-oral melalui kontak
dengan kotoran manusia. Penularan langsung terjadi melalui kontak orang ke orang,
sedangkan penularan tidak langsung terjadi melalui konsumsi makanan atau air yang
terkontaminasi, atau melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi
(fomites). Meskipun kotoran manusia kemungkinan besar ditangani dengan cara yang
higienis di sebagian besar negara industri, penularan virus enterik tetap saja
terjadi. Memang benar, baik di negara industri maupun negara berkembang, angka
kesakitan dan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh virus enterik sangatlah
signifikan.

2.) virus respiras

Respiratory syncytial virus (RSV) adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi paru-paru dan
saluran pernapasan. Jenis virus ini sangat rentan menyerang anak-anak yang berusia di bawah
dua tahun. Meskipun begitu, virus ini juga dapat menyerang orang dewasa.

Gejala yang dialami oleh pengidapnya pun akan berbeda-beda. Mulai dari gejala yang terbilang
ringan hingga yang cukup berat. Untuk mencegah dampak buruk akibat penyakit ini, sebaiknya
kenali lebih banyak mengenai gejala dan penanganan yang tepat baik pada orang dewasa
maupun anak.

Cara Penyebaran Virus RS Menurut laman CDC, virus RSV dapat menyebar dengan cara
sebagai berikut:
1. Orang yang sedang sakit batuk atau bersin;
2. Tertular virus dari batuk atau bersin lewat mata, hidung, dan mulut;
3. Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi virus ini. Seperti mencium bagian wajah
orang yang terinfeksi virus RSV;
4. Menyentuh permukaan yang ada virus RSV di atasnya. Seperti memegang gagang pintu, lalu
menyentuh wajah tanpa mencuci tangan dahulu; Orang yang terinfeksi virus RSV biasanya
dapat menular selama tiga sampai delapan hari dan dapat menular satu atau dua hari sebelum
mulai menunjukkan gejala penyakit.

3) arbovirus
Di antara virus hewan, arbovirus memiliki keunikan karena ditularkan
melalui artropoda (vektor) penghisap darah ke vertebrata, suatu cara
penularan yang umumnya dikenal sebagai penularan biologis. Cara
penularan aneh yang melibatkan tiga komponen penting (virus, vektor,
dan vertebrata) Penyakit arboviral disebabkan oleh arbovirus
(kependekan dari virus yang ditularkan melalui
arthropoda). Mereka menyebar ke manusia melalui gigitan
nyamuk, kutu, lalat pasir, dan arthropoda lainnya yang terinfeksi.
Gejala infeksi arboviral dapat berkisar dari yang sangat ringan
hingga sangat parah. Kebanyakan orang yang terinfeksi tidak
menunjukkan gejala apa pun atau hanya mengalami demam
ringan, sakit kepala, nyeri tubuh, mual, muntah, atau
ruam. Kasus yang parah jarang terjadi. Dalam kasus ini
gejalanya bisa berupa demam tinggi, leher kaku, disorientasi,
gemetar, perubahan status mental seperti kebingungan, radang
otak, kelumpuhan, koma, atau bahkan kematian.
Gejala-gejala ini biasanya muncul antara 1–15 hari setelah
gigitan nyamuk, kutu, atau lalat pasir yang terinfeksi.

Penularan
Infeksi arbovirus biasanya menyebar ketika nyamuk, kutu, lalat
pasir, atau arthropoda lain yang terinfeksi menggigit
manusia. Cara lain untuk terinfeksi mungkin terjadi tetapi tidak
umum. Hal ini termasuk transplantasi organ, paparan pekerjaan
di layanan kesehatan, dan dari ibu ke anak selama kehamilan
atau menyusui. Dalam kasus virus Zika, kontak seksual juga
menyebarkan virus tersebut.
4.) Onkovirus atau virus onkogenik adalah istilah untuk virus yang dapat
menyebabkan kanker.[4] Istilah tersebut bermula dari kajian retrovirus yang
menyebabkan transformasi sel sehingga menimbulkan gejala kanker akut

5.) hepatitis
Hepatitis masih menjadi penyakit yang ditakuti. Hal ini karena hepatitis dapat dapat berkembang
menjadi fibrosis, sirosis, atau kanker hati. Oleh karena itu, penting untuk tahu cara penularan
hepatitis dari orang ke orang.
Cara penyakit ini menular cukup bervariasi, tergantung jenisnya. Dua cara penularan utama
adalah kontak dengan darah yang terinfeksi, atau cairan tubuh lainnya dan kontak dengan
kotoran yang terinfeksi.

Virus hepatitis adalah penyebab paling umum hepatitis akut maupun kronis. Namun, infeksi lain,
zat beracun (misalnya, alkohol dan obat-obatan tertentu), serta penyakit autoimun juga dapat
menyebabkan hepatitis.

Hepatitis yang dapat menular adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus. Secara umum, ada
sekitar 5 virus hepatitis utama, yang disebut sebagai tipe A, B, C, D dan E. Kelima jenis virus
hepatitis ini dapat menular dari orang ke orang dengan berbagai cara.

Jika diklasifikasikan, cara penularan hepatitis A dan E disebut rute enterik. Sementara hepatitis
B, D, dan C memiliki rute parenteral. Rute enterik disebut juga rute pencernaan atau fekal.

Virus hepatitis A (HAV) dan hepatitis E (HEV), dapat menular saat kamu menelan makanan atau
minuman yang terkontaminasi kotoran atau feses orang yang terinfeksi.

Meski penularan bisa terjadi dengan berbagai cara, kebersihan dan kondisi sanitasi yang buruk di
suatu daerah dapat membuat risiko penularan meningkat.

Sementara itu, rute parenteral adalah jalur penularan yang dapat terjadi melalui apa pun. Ini
berarti bahwa virus dapat masuk melalui semua rute kecuali melalui saluran usus, yang
membuka pintu lebar-lebar dalam hal kemungkinan paparan.

Jenis virus hepatitis yang memiliki cara penularan seperti ini adalah virus hepatitis B, C, dan D
(HBV, HCV, dan HDV). HBV dapat ditularkan melalui cairan tubuh orang yang terinfeksi.
Termasuk darah, keringat, air mata, air liur, air mani, cairan vagina, darah menstruasi, dan lain-
lain.

HCV ditularkan terutama melalui kontak darah ke darah. Ini berarti bahwa seseorang dapat
terinfeksi virus jika darah orang yang membawa virus masuk ke dalam aliran darah orang lain.

Sementara HDV ditularkan dengan cara yang sama seperti hepatitis B. Namun, hepatitis D hanya
dapat menginfeksi jika seseorang sedang atau pernah terinfeksi HBV sebelumnya.

Cara mengatasi :
1. Mendapatkan Vaksin Hepatitis

Vaksin tersedia untuk melindungi kamu dari hepatitis A dan B. Berikut beberapa jenis vaksin
yang tersedia:

 Vaksin Hepatitis A (Havrix dan Vaqta): Ini diberikan sebagai rangkaian dua kali selama enam
bulan terpisah.
 Vaksin Hepatitis B (Recombivax HB, Comvax dan Engerix-B): Vaksin ini dibuat dari virus yang
tidak aktif dan diberikan dalam tiga atau empat seri selama enam bulan.
 Kombinasi vaksin hepatitis A dan B (Twinrix): Vaksin ini diberikan dalam seri tiga bagian dan,
ketika selesai, menawarkan kekebalan terhadap hepatitis A dan B.

Belum ada vaksin yang tersedia untuk mencegah hepatitis C, D, atau E. Namun, hepatitis C
sekarang dapat disembuhkan bagi banyak pasien karena obat antivirus baru yang efektif.

Sementara itu, meskipun belum ada vaksin hepatitis D, tapi virus ini membutuhkan hepatitis B
untuk bertahan hidup. Karena itu, mendapatkan vaksin hepatitis B juga memastikan bahwa
infeksi hepatitis D tidak akan terjadi. Namun, jika kamu sudah terinfeksi hepatitis B,
mendapatkan vaksin hepatitis B tidak akan melindungimu dari hepatitis D.

 Jangan lupa juga untuk mencuci tangan secara teratur, karena dapat membantu
melindungi diri dari hepatitis A dan E. Terutama setelah dari toilet, sebelum makan, dan
menyiapkan makanan.

Hindari Berbagi Jarum Suntik dan Lakukan Seks yang Aman

Ekonomi
Peran Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran
Lantas, bagaimana peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran?
Sebagai regulator dan pengatur, Bank Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam
memastikan kelancaran serta keamanan dalam sistem pembayaran di Indonesia.
Beberapa peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran adalah sebagai berikut:

1. Lembaga Pengawas
Salah satu peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran adalah sebagai lembaga pengawas.
Peran ini bertujuan agar transaksi pembayaran yang dilakukan oleh masyarakat dapat berjalan
dengan aman dan terhindar dari tindakan penipuan atau kejahatan lainnya.
Dengan kata lain, Bank Indonesia melindungi kepentingan konsumen dan memastikan bahwa
proses transaksi pembayaran berlangsung dengan baik.

2. Lembaga Penyelenggara
Peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran selanjutnya adalah sebagai lembaga
penyelenggara.
Pada praktiknya, Bank Indonesia mengatur serta mengawasi infrastruktur sistem pembayaran,
seperti jaringan ATM, kartu debit, dan internet banking.
3. Penyedia Perizinan
Selain itu, Bank Indonesia juga memiliki peran sebagai penyedia perizinan untuk lembaga yang
ingin melakukan kegiatan dalam sistem pembayaran.
Hal ini dilakukan, agar lembaga yang melakukan kegiatan dalam sistem pembayaran memiliki
legalitas jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.

4. Meminimalisasi Risiko dalam Sistem Transaksi


Peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran berikutnya berkaitan erat dalam meminimalisasi
risiko prosedur transaksi.
Hal ini dilakukan dengan mengatur prosedur atau aturan dalam sistem pembayaran, serta
memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai tindakan yang harus dilakukan agar transaksi
mereka aman dan terhindar dari risiko.

5. Menciptakan Efisiensi dalam Proses Transaksi


Peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran lainnya adalah menciptakan efisiensi dalam
proses transaksi.
Hal ini dilakukan melalui optimalisasi infrastruktur dan teknologi dalam sistem pembayaran,
sehingga proses transaksi dapat dilakukan dengan lebih cepat serta efisien.
Baca juga: Bank Asing Adalah: Definisi, Manfaat, Perbedaan & Contohnya

6. Regulator dan Fasilitator Pengembangan


Peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran terakhir adalah sebagai regulator dan
fasilitator.
Hal ini dilakukan dengan mengatur serta mengawasi perkembangan teknologi dan produk, serta
mendorong inovasi dalam sistem pembayaran yang dapat mempercepat juga memudahkan
transaksi.
Oleh karena itu, Bank Indonesia berperan penting dalam memastikan bahwa sistem pembayaran
di Indonesia selalu berkembang sesuai dengan perubahan teknologi dan kebutuhan masyarakat.
Secara keseluruhan, peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran sangatlah penting, mulai
dari pengawasan hingga menjadi pembuat kebijakan.
Perihal menjalankan perannya dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia selalu berusaha untuk
memberikan pelayanan terbaik serta terus melakukan pengembangan di bidang teknologi dan
produk, sehingga dapat mempercepat atau memudahkan transaksi bagi masyarakat.
Melalui peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran, diharapkan masyarakat dapat
melakukan transaksi dengan lebih aman, cepat, dan efisien.

Bagaimana Bank Indonesia mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah?


Bank Indonesia berkomitmen untuk senantiasa mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah melalui pengelolaan bidang Moneter, Sistem Pembayaran, dan Stabilitas
Sistem Keuangan.
Dimana yang dimaksud dengan "stabilitas nilai Rupiah" adalah kestabilan harga barang dan
jasa serta nilai tukar Rupiah. Konsep stabilitas nilai Rupiah mencakup kestabilan harga barang
dan jasa serta nilai tukar Rupiah. Kestabilan harga barang dan jasa secara umum diukur dari
inflasi yang rendah dan stabil.
Sejarah
Kerajaan dengan latar belakang agama Buddha ini terkenal dengan sebutan negara maritim
yang mendominasi Selat Malaka.
Kejayaan kerajaan ini terlihat dari penduduk Kerajaan Sriwijaya yang bersifat terbuka dengan
kebudayaan asing. Selain itu, raja-raja Sriwijaya memberi dukungan dan perhatian penuh pada
perkembangan ajaran Buddhisme.

Bahkan, biksu bernama I-tsing pernah singgah di Sriwijaya untuk mempelajari agama Buddha
selama dua sampai tiga bulan. Sebelum dirinya belajar ke Nalanda, India untuk mendalami
pengetahuan Buddhis dan belajar Bahasa Sanskerta.

Makna kata Sriwijaya dalam bahasa Sansekerta adalah gabungan dari kata 'Sri' yang berarti
cahaya dan 'Wijaya' yang bermakna kejayaan. Sehingga Sriwijaya merujuk pada makna kata
tentang sesuatu kemenangan yang gemilang dan jaya.

Awal Berdiri Kerajaan Sriwijaya


Pada tahun 1892, sebuah prasasti ditemukan di Kampung Kota Kapur, Desa Penagan,
Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka. Prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa dan
bahasa Melayu Kuno itu mengandung beberapa kata yang dibaca sebagai "Sriwijaya".

Temuan Prasasti Kota Kapur itu telah menjelaskan bahwa kerajaan Sriwijaya mulai
berkembang pada abad ke-7 karena pada masa itu, kepulauan Nusantara ramai dikunjungi oleh
para musafir asal Cina dan India.

Sejak awal, pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya berubah-ubah. Semula Sriwijaya berpusat
di Minanga Tamwan, lalu pindah ke Jambi, dan berakhir di Palembang.

Dikutip dari buku "Kedatuan Sriwijaya: Perjalanan Suci" oleh Kemdikbud RI, prasasti lain yang
ditemukan sebagai petunjuk Kerajaan Sriwijaya adalah Prasasti Kedukan Bukit.

Prasasti tersebut diketahui Kerajaan Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang pada tanggal 16
Juni 682 M. Nama lengkapnya tertulis pada Prasasti Talang Tuo yaitu Dapunta Hyang Sri
Jayanasa.

Menurut Prasasti Kedukan Bukit, Sri Jayanasa mengadakan perjalanan dengan memimpin
20.000 tentara. Dalam perjalanannya, ia berhasil menaklukan daerah-daerah strategis untuk
perdagangan sehingga hal ini yang mendorong kesejahteraan Sriwijaya ke depannya.

Sriwijaya merupakan kerajaan yang bercorak kebudayaan India tertua ke-3. Diperkirakan, Sri
Jayanasa melakukan pada awal berdiri Sriwijaya melakukan ekspedisi pada wilayah-wilayah
yang enggan tunduk pada mereka.

Ekspedisi ini sejalan dengan masa keruntuhan dua kerajaan pendahulunya, yaitu Kerajaan
Tarumanegara di Jawa bagian barat dan Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur.

Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya


Kerajaan Sriwijaya berkembang menjadi sebuah kerajaan besar sejak abad ke-7 hingga abad
ke-11 Masehi. Hal ini dilihat dari kedudukan kerajaan yang mencakup wilayah-wilayah strategis
untuk menjaga dominasi perdagangan laut.

Raja Dharmasetu berhasil melebarkan sayap Sriwijaya hingga Semenanjung Malaya. Bahkan,
kerajaan ini membangun sebuah pangkalan di daerah ligor yang memungkinkan kapal-kapal
dari Cina dan India singgah.

Puncak kejayaan Kerajaan Sriwijaya dimulai pada abad ke-8 hingga ke-9 di bawah
kepemimpinan Raja Balaputradewa (850 M). Pada masa tersebut, Sriwijaya memiliki wilayah
kekuasaan hingga Malaysia, Singapura, dan Thailand Selatan.

Berdasarkan Prasasti Nalanda, Balaputradewa merupakan anak dari Samaratungga, Raja


Kerajaan Mataram Kuno dari garis keturunan Syailendra. Di bawah kepemimpinan Raja
Balaputradewa, Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim.

Kerajaan ini membangun armada laut yang kuat dan membuat para kapal pedagang yang
singgah di kerajaan ini merasa aman dari gangguan perompak.

Menurut buku "Sriwijaya: Sebuah Kejayaan Masa Lalu di Asia Tenggara" dari Kemdikbud,
Kerajaan Sriwijaya mampu menaklukan jalur perdagangan strategis Selat Malaka meliputi
daerah Bandar Melayu di Jambi, Kota Kapur di Pulau Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan
Sunda di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, serta Kedah dan Chaiya di Semenanjung
Melayu.

Bukti-bukti kuat Sriwijaya sebagai kerajaan bahari dengan ditemukannya runtuhan perahu yang
berasal dari sekitar abad ke-6-7 Masehi, yaitu di Kolam Pinisi, Samirejo, Tulung Selapan,
Karang Agung, dan Kota Kapur. Perahu-perahu Sriwijaya dibuat dengan tradisi yang khas yaitu
teknik papan ikat dan kupingan pengikat.
Akhir Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Kebesaran Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran sejak kepemimpinan Raja
Rajendra Coladewa dari Kerajaan Cola (India Selatan) pada abad ke-11. Pada tahun 1025,
Kerajaan Cola berhasil menawan Raja Sanggrama Wijayatunggawarman.

Kerajaan Cola lalu mengambil alih kendali perdagangan di Selat Malaka. Serangan tersebut
mengakibatkan kehancuran jalur perdagangan yang menjadi penghasilan utama Kerajaan
Sriwijaya. Sehingga membuat Ibu Kota Sriwijaya pindah ke Jambi. Lambat laun, suara Kerajaan
Sriwijaya mulai meredup.

Kerajaan Sriwijaya semakin tenggelam ketika Kerajaan Singasari melangsungkan Ekspedisi


Pamalayu pada 1275. Ekspedisi ini merupakan misi dari Raja Kertanegara untuk melemahkan
Sriwijaya.

Pada akhirnya, di tahun 1377, Kerajaan Sriwijaya benar-benar runtuh karena persaingan dari
Kerajaan Majapahit yang berhasil menaklukan bagian-bagian wilayah Sriwijaya.

Raja-raja Kerajaan Sriwijaya


Mengutip dari buku "Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara" karya Deni Prasetyo, berikut
daftar raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Sriwijaya:

Dapunta Hyang Sri Jayanasa (683 M)


Indrawarman (702 M)
Rudra Wikrama (728-742 M)
Sanggramadhananjaya (775 M)
Dharanindra/Rakai Panangkaran (778 M)
Samaragrawira/Rakai Warak (782 M)
Dharmasetu (790 M)
Samaratungga/Rakai Garung (792 M)
Balaputradewa (856 M)
Sri Udayadityawarman (960 M)
Sri Wuja atau Sri Udayaditya (961 M)
Hsiae-she (980 M)
Sri Cudamani Warmadewa (988 M)
Malayagiri/Suwarnadwipa (990 M)
Sri Marawijayottunggawarman (1008 M
Sumatrabhumi (1017 M)
Sri Sanggrama Wijayatunggawarman (1025 M)
Sri Dewa (1028 M)
Dharmawira (1064 M)
Sri Maharaja (1156 M)
Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (1178 M)

2. Bentuk peninggalan
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya dalam Bentuk Tulisan
Informasi mengenai keberadaan Kerajaan Sriwijaya dapat diketahui melalui beberapa bukti
prasasti dalam bentuk tulisan di beberapa situs di Kota Palembang.

1. Prasasti Kedukan Bukit


Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di Kampung Kedukan Bukit, di tepi Sungai Tatang,
Palembang. Dalam prasasti itu menjelaskan mengenai perjalanan beberapa orang yang
melakukan ekspekdisiuntuk mendapatkan kemenangan dan membuat kota di daerah tersebut
yang diberi nama Sriwijaya.

2. Prasasti Talang Tuo


Prasasti Talang Tuo menyebutkan bahwa pada tanggal 23 Maret 684 M mendirikan sebuah
taman yang dinamakan Sriksetra yang dapat ditanami tanaman-tanaman yang dapat di
konsumsi masyarakat untuk kemakmuran makhluk hidup di bawah kepemimpinan Sri Baginda
Sri Jayanasa. Yang letaknya ada di Desa Gandus, sebelah barat Palembang

3. Prasasti Telaga Batu


Sumpah Kutukan Kepada siapa saja yang melakukan perbuatan kejahatan dan tidak patuh
perintah raja merupakan isi dari Prasasti Telaga Batu, yang letanya berada di sekitar kolam
Telaga Biru yang tidak jauh dari Sabokingking, Palembang.

4. Prasasti Bukit Siguntang


Prasasti Bukit Siguntang merupakan Prasasti yang terletak di Situs Bukit Siguntang, Palembang
yang berisi tentang terjadinya peperangan hebat dan pertumpahan darah besar-besaran pada
masa itu.

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya dalam Bentuk Situs Bangunan


1. Wanu Sriwijaya, Rekonstruksi Kota Sriwijaya
Pernah ditemukan Pecahan keramik dan tembikar, tiang-tiang kayu, sisa industri dan sisa
barang-barang keperluan sehari-hari di situs Wanu Sriwijaya, Rekonstruksi Kota Sriwijaya. Kota
ini dibagi menjadi tiga, yaitu lokasi pemukiman, lokasi upacara keagamaan, dan tama Sriksetra
yang pernah di bnaagin oleh Dapunta Hiyang Srijayanasa.

2. Situs Karanganyar
Di sebelah selatan Bukit Siguntang, di wilayah Kelurahaan Karanganyar dan Kelurahan 36 Ilir,
terdapat sebuah dataran rendah yang berupa rawa, ditemukan sisa-sisa bangunan air, yaitu
kanal-kaanal, kolam buatan, dan parit-parit kuno.

3. Situs Tingkap
Situs Candi Tingkap merupakan suatu wilayah kebun karet ditemukannya sebuah arca Buddha
dan runtuhan bangunan bata. Arca Buddha berdiri pada sebuah padmasana (teratai) dengan
sikap tanganya witarkamudra, dengan memakai jubah. Yang terletak di Desa Tingkap,
Kecamatan Surulangun, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan.

4. Situs Bingin Jungut


Situs Bingin Jungut merupakan situs yang letaknya di Desa Bingin Jungut, Kecamatan Muara
Kelingi, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Di situs ini ditemukan sebuah arca
Awalokiteswara yang bertangan empat (disimpan di Museum Nasional), dan sebuah arca
Buddha yang belum selesai (disimpan di Museum Balaputradewa, Palembang).

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya dalam Bentuk Arca


Dikutip dari Jurnal Pemanfaatan Situs Buddhisme di Palembang Sebagai Suplemen Materi
Pembelajaran Sejarah yang disusun oleh Suswandari, Nur Fajar Absor, Desyanti Aprilia, dkk.
Yang menjelaskan beberapa Arca peninggalan Kerajaan Sriwijajaya.

1. Arca Wairocana, Arca Jambhala, Arca Sakhyamuni, dan Arca Bodhisattwa


Arca Wairocana, Arca Jambhala, Arca Sakhyamuni, dan Archa Bodhisattwa merupakan empat
arca peninggalan Situs Buddha yang ada di Situs Bukit Siguntang, Palembang.

2. Arca Bodhisattwa Awalokiteswara


Arca Bodhisattwa Awalokiteswara adalah salah satu arca yang ada di Situs Bingin Jungut,
Mambnag, Lubuk Tua Musi Rawas, Sumatera Selatan. Yang berisi tentang seorang pendeta
Hindu yang memberikan persembahan kepada pemmeluk ajaran Buddha Mahayana.

3. Keramik Tiongkok dan Kaca Persia


Keramik Tiongkok, Kaca Persia yang berisi tentang penanda hubungan yang erat dengan
bangsa lain yang singgah di Sriwijaya. Keramik Tiongkok ini berada di Taman Purbakala
Sriwijaya, Kota Palembang.

4. Guci, Tembikar, dan Tempayan


Guci, Tembikar, dan Tempayan merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang terletak sama
dengan Keramik Tiongkok di Taman Purbakala Sriwijaya, Palembang. Peninggalan ini berisi
tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Sriwijaya.

5. candi muara takus


Salah satunya adalah candi Muara Takus yang berada di Kabupaten Kampar, Provinsi
Riau. Candi Muara Takus memiliki corak Buddha yang khas dengan beberapa susunan
stupa di atasnya.

Sistem Pendidikan Agama Buddha di Kerajaan Sriwijaya


Sistem pendidikan agama buddha bermula dari kerajaan Sriwijaya. Kerajaan ini
sendiri merupakan kerajaan Buddha terbesar di Indonesia. Mulai dari Raja,
masyarakat dan kerajaan-kerajaan di bawah kekuasaan Sriwijaya, menganut ajaran
Buddha.

Kerajaan Sriwijaya sangatlah terkenal. Selain karena kemaritiman dan angkatan


perang, Perguruan Tingginya pun juga terkenal. Pendidikan pada masa itu yang paling
menonjol adalah ketatanegaraan, agama dan budaya.

Sebelum tahun 700, telah ada Perguruan Tinggi termahsyur di Sriwijaya yang terkenal
sampai India dan China. Banyak mahasiswa China dan Asia Tenggara datang hanya
untuk belajar di Perguruan Tinggi tersebut.

Dua mahaguru, Syakyakirti dan Dharmapala datang dari India untuk memberikan
ilmu agama Buddha di Sriwijaya. Selain mereka, mahaguru Vajrabodhi turut
mengunjungi Palembang pada 717 lalu menyebarkan agama Buddha di China.

Sistem Asrama di Kerajaan Sriwijaya


Seorang yang ingin memperdalam pengetahuan tentang ilmu agama Buddha. Haruslah
terlebih dahulu masuk asrama. Biasanya mereka dinamakan cantrik. Kepala cantrik
akan dicukur gundul, lalu mereka wajib mengenakan pakaian jubah kuning.

Seorang cantrik harus hidup sederhana. Sebagai pelajar, mereka dilarang membawa
uang atau harta benda lainnya dari luar. Selain itu, cantrik dituntut belajar keras serta
menjaga kebersihan ruang belajar juga asrama.

Sistem seperti ini pula yang diterapkan pada sistem pendidikan agama Buddha di
kerajaan Sriwijaya masa itu. Dengan sistem demikian, maka pendidikan agama di
Sriwijaya pun terkenal sampai ke seluruh dunia.

Hingga sekarang, sistem pendidikan agama Buddha di kerajaan Sriwijaya masih


digunakan bahkan untuk agama lain. Salah satu contohnya adalah pendidikan
pesantren dengan siswa yang disebut sebagai santri.

Sistem Pendidikan Pancavidya

Sebagai pusat agama Buddha, pendidikan pada masa kerajaan Sriwijaya merupakan
pendidikan dengan misi penyebaran agama dan ajaran kehidupan secara menyeluruh.
Hal ini juga dikenal dengan nama Pancavidya.

Pancavidya sendiri adalah sebuah sistem pendidikan agama Buddha di kerajaan


Sriwijaya selain dengan adanya sistem asrama. Pancavidya dikenal dengan penerapan
lima aspek ilmu pengetahuan, yaitu:

1. Śabdavidyā (tata bahasa)


2. Hetuvidyā (logika)
3. Cikitsāvidyā (pengetahuan pengobatan)
4. Śilakarmasthānavidyā (kesenian dan kerajinan)
5. Adhyātmavidyā (teknik dan pengetahuan spiritualitas)

Untuk mendukung kemajuan wilayah, kerajaan Sriwijaya mengutus siswa mereka


untuk belajar di Nalanda. Semua fasilitas seperti biaya hidup dan tempat tinggal
ditanggung oleh kerajaan Sriwijaya, disebut sebagai beasiswa di masa modern.

Warisan kerajaan ini tidak hilang begitu saja. Mulai dari asrama, berbagai pemahaman
ilmu, beasiswa, merupakan sistem pendidikan agama Buddha yang masih
digunakan sampai detik ini.

2. politik
Kerajaan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan bercorak Buddha tertua ke-3 di
Nusantara.
Kerajaan Sriwijaya berpusat di tepian sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan.
Masa kejayaannya berlangsung sejak abad ke-7 hingga ke-13 Masehi.

Kejayaan Sriwijaya ini diceritakan dalam berbagai prasasti, salah satunya prasasti
Kedukan Bukit yang menceritakan pertama berdirinya Sriwijaya pada tanggal 16 Juni
682 M oleh Dapunta Hyang.

Semasa kejayaannya, Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim terbesar di


Nusantara. Kehidupan Politik di Kerajaan Sriwijaya menganut sistem kedatuan. Hal ini
menunjukkan kemajuan sistem politiknya.

Sistem Kedatuan Kerajaan Sriwijaya


Dari berbagai prasasti yang ditemukan, bentuk pemerintahan Kerajaan Sriwijaya adalah
kedatuan yang berarti tempat berkumpul para datu. Datu sendiri adalah orang yang
dihormati atau sesepuh.

Sistem kedatuan ini menggambarkan Kerajaan Sriwijaya yang terdiri dari mandala
(provinsi).

Mandala-mandala tersebut membentuk sebuah perkumpulan yang dikepalai oleh


seorang Datu. Datu memiliki peran sebagai "primus interpares".

Hal ini menunjukkan peran datu yang tidak hanya sebagai ketua tetapi juga berperan
sebagai orang tua yang dihormati keberadaannya. Datu ini dipilih oleh para putra dari
keturunan kerajaan.

Datu juga memiliki tingkat sosial dalam kehidupan politik di Sriwijaya. Tingkat pertama
dipegang oleh putra datu yang utama Yuwaraja (Putra Mahkota) atau disebut raja
muda.

Kemudian ada putra yang bergelar Pratiyuwaraja. Selain itu ada juga Rajaputra yang
tidak punya hak atas tahta apapun karena merupakan anak dari selir.

Alasan Kerajaan Sriwijaya Menganut Sistem Kedatuan


Kehidupan Politik di Kerajaan Sriwijaya menerapkan sistem kedatuan. Ada beberapa
alasan yang mendasari hal ini.

Menurut Pradhani dalam buku Sejarah Hukum Maritim Kerajaan Sriwijaya dan
Majapahit dalam Hukum Indonesia Kini, salah satu aspek yang kuat di Kerajaan
Sriwijaya adalah kemaritimannya.

Bahkan, Sriwijaya juga memiliki aturan wilayah maritim. Oleh karena itu, Sriwijaya lebih
cocok untuk menganut kedatuan.
Secara umum, berikut beberapa alasan mengapa Kerajaan Sriwijaya menganut sistem
kedatuan:

1. Sistem pemerintahan yang dianut oleh Kerajaan Sriwijaya tidak sekuat kerajaan
lainnya.
2. Kerajaan Sriwijaya fokus pada bidang perdagangan dan jaringannya.
3. Sriwijaya disebut kedatuan karena adanya proses penyebaran agama Buddha yang
kuat di Indonesia hingga ke Asia Tenggara.

3.) social budaya

Kehidupan Sosial Kerajaan Sriwijaya

Buddhisme merupakan agama yang berkembang di kerajaan Sriwijaya.

Ada dua aliran Buddhisme yang dianut oleh rakyatnya, yaitu Hinayana dan Mahayana.

Kerajaan Sriwijaya menjadi tempat belajar agama Buddha yang terkenal dan menarik
banyak peziarah dan cendekiawan dari berbagai negara Asia.

Beberapa cendekiawan yang pernah belajar di kerajaan Sriwijaya adalah I Tsing,


seorang pendeta dari Tiongkok, dan Atisha, seorang cendekiawan dari Benggala.

Kerajaan Sriwijaya menggunakan koin emas dan perak sebagai mata uang. Koin-koin
ini menunjukkan kemakmuran dan kemajuan kerajaan ini.

Karena menguasai wilayah Kepulauan Melayu pada abad 7-9 M, bahasa dan
kebudayaan Melayu juga dipakai oleh rakyat kerajaan Sriwijaya.

Kerajaan Sriwijaya juga menjalin kerjasama dengan pedagang-pedagang dari Timur


Tengah.

Hal ini membuat pengaruh Islam masuk ke kerajaan Sriwijaya.

Salah satu raja kerajaan Sriwijaya, yaitu Sri Indrawarman, bahkan memeluk Islam pada
tahun 718 karena banyaknya pedagang Arab yang datang ke kerajaannya.

Hal ini menjadi awal mula berdirinya beberapa kerajaan Islam di Sumatera setelah
kerajaan Sriwijaya runtuh.

Perkembangan Islam di kerajaan Sriwijaya tercatat dalam surat-surat yang dikirimkan


oleh para raja kepada khalifah Islam di Suriah, Umar bin Abdul Aziz pada 717-720 M.

Anda mungkin juga menyukai