Anda di halaman 1dari 89

VIRUS DAN PERKEMBANGAN RNA PADA VIRUS

Senin, 07 Januari 2013 | By Dcenly arfian

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Virus dapat menginfeksi setiap bentuk kehidupan sehingga sering menyebabkan


penyakit yang diantaranya berakibat cukup serius. Virus berbeda dengan agen penyebab
infeksi lainnya dalam hal struktur dan biologis, khususnya reproduksi. Walaupun virus
membawa informasi genetik dalam bentuk DNA atau RNA, tetapi ada kekurangan dalam
sistem sintesis yang diperlukan untuk memproses informasi ini kedalam materi virus baru.
Replikasi baru terjadi setelah virus menginfeksi sel inang yang kemudian mengendalikan sel
inang untuk melakukan transkripsi dan/atau translasi informasi genetik demi kelangsungan
hidup virus.
Ukuran virus bervariasi dari mulai yang paling kecil yaitu poliovirus: 30 nm sampai
yang cukup besar yaitu vaccinia virus : 400nm, hampir seukuran dengan bakteri. Virus terdiri
dari materi genetik yang berada didalam kapsul atau capsid. Virus dapat menginfeksi sel
inang melalui replikasi materi genetic yang dibawa.
Materi genetik pada virus sangat mudah mengalami mutasi misalnya karena rawan
kesalahan dalam replikasi. Perubahan susunan molekul RNA pada virus menyebabkan
munculnya virus-viru dengan materi genetik yang berbeda dengan virus sebelumnya.
Penelitian mengenai perkembangan RNA virus sangat penting terutama dalam pembuatan
vaksin yang sesuai dengan virus menyerang ataupun virus yang menyebabkan penyakit,
dengan demikian efek dari keberadaan virus hasil mutasi menjadi lebih minimal.Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai virus dan silkus hidup virus, materi genetik pada virus
serta perkembangan RNA pada virus.

1.2 Permasalahan
Adapun permasalahan yang diangkat dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apakah yang dimaksud virus dan bagaimanakah siklus hidup virus ?
2.
Molekul genetik apa saja yang terdapat pada virus ?
3.
Bagaimanakah perkembangan RNA pada virus dari waktu ke waktu.

1.3.Tujuan
Tujuan penyusunan makalah adalah menjawab apa yang menjadi permasalahan. Tujuan
penyusunan makalah adalah sebagai berikut
1.
Mengetahui apa yang dimaksud virus dan siklus hidupnya.
2.
Mengetahui Molekul genetik apa saja yang terdapat pada viru
3.
Mengetahui perkembangan RNA pada virus dari waktu ke waktu.

1.4

Manfaat
Manfaat penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai virus

dan perkembangan RNA pada virus, selain itu juga untuk memenuhi tugas mata kuliah
Biologi Molekuler.

II. Pembahasan
2.1 Virus dan Siklus Hidup Virus

Virus penting bagi ahli biologi karena beberapa alasan diantaranya adalah virus
merupakan bentuk sederhana dari kehidupan. virus berada di batas antara hidup dan mati,
non-biologis dunia. Virus juga mengungkapkan banyak hal tentang entitas biologis yang
lebih kompleks termasuk sel-sel, karena replikasi virus diatur oleh prinsip-prinsip yang sama
dengan pengaturan kehidupan dari sel. Selain itu virus adalah penyebab beberapa penyakit
pada manusia, termasuk influenza dan AIDS
Karena genom virus dapat diisolasi dari genom dari sel yang terinfeksi, virus adalah
sumber DNA murni. Hal ini menjelaskan mengapa virus dipelajari secara intensif sebelum
munculnya kloning gen. Sebagai contoh, virus SV40, DNA virus beruntai ganda, membawa
sekitar lima gen dalam genom dan molekul DNA virus dengan mudah dipisahkan dari DNA
dari sel-sel monyet terinfeksi oleh virus ini (genom sel inang membawa sekitar tiga puluh

ribu gen). Asal-usul virus bahkan lebih jelas dari asal-usul bentuk kehidupan selular. Genom
virus berkembang lebih cepat daripada genom organisme seluler.Virus yang parasit pada sel
bakteri (bakteriofag) dan virus yang parasit pada sel-sel hewan (virus hewan) beroperasi pada
prinsip yang sama, meskipun rincian dari gen mereka dan organisasi genom mereka tidak
memberikan tanda-tanda keterkaitan.
Karena genom virus dapat diisolasi dari genom dari sel yang terinfeksi, virus adalah
sumber DNA murni. Hal ini menjelaskan mengapa virus dipelajari secara intensif sebelum
munculnya kloning gen. Sebagai contoh, virus SV40, DNA virus beruntai ganda, membawa
sekitar lima gen dalam genom dan molekul DNA virus dengan mudah dipisahkan dari DNA
dari sel-sel monyet terinfeksi oleh virus ini (genom sel inang membawa sekitar tiga puluh
ribu gen). Asal-usul virus bahkan lebih jelas dari asal-usul bentuk kehidupan selular. Genom
virus berkembang lebih cepat daripada genom organisme seluler.Virus yang parasit pada sel
bakteri (bakteriofag) dan virus yang parasit pada sel-sel hewan (virus hewan) beroperasi pada
prinsip yang sama, meskipun rincian dari gen mereka dan organisasi genom mereka tidak
memberikan tanda-tanda keterkaitan.

Siklus hidup Virus


Secara umum, rincian siklus replikasi virus ditentukan oleh jenis materi genetik yang masuk
ke dalam sel inang. Kebanyakan DNA virus memasuki inti yang akan ikut bereplikasi ketika
terjadi replikasi DNA sel inang. Terdapat pengecualian, terutama DNA Virus cacar yang
mengkodekan dan mereplikasi DNA dengan sendirinya, dan dengan demikian tetap berada
dalam sitoplasma. Kebanyakan RNA virus bereplikasi dalam sitoplasma karena enzim yang
digunakan untuk mereplikasi RNA virus bekerja pada sitoplasma. Secara konseptual, untuk
memahami virus dengan genom DNA beruntai ganda (dsDNA) perlu diketahui siklus hidup virus.
Setelah nukleokapsid dari jenis virus ini memasuki sel, maka dilanjutkan ke inti di mana ia
meniru genom sel inang. Biasanya, genom virus direplikasi menggunakan DNA polimerase sel
inang, dan genom virus ditranskripsi oleh RNA polimerase sel inang. Transkrip yang dihasilkan
membawa informasi pengkodean protein virus ini kemudian diangkut ke sitoplasma dan
dianggap sebagai template oleh ribosom sel inang. Beberapa protein virus yang baru disintesis
digunakan sebagai protein kapsid disekitar tempat replikasi molekul DNA virus. virion baru Ini
dilepaskan dari sel, di mana mereka menargetkan sel inang lainnya dan memicu putaran baru
infeksi.
dsDNA Virus mengeksploitasi sel inang untuk melengkapi siklus hidup mereka dengan
membawa genom kecil yang mengkode sebagian besar protein struktural virus, seperti untuk
kapsid. Beberapa dsDNA virus, seperti famili virus herpes atau virus Epstein-Barr (penyebab
mononukleosis), memiliki genom yang besar, yang berisi lebih dari enam puluh gen. Virus ini
mengkode sendiri sistesis DNA polimerase dengan demikian memastikan mereplikasi

kemampuan mereka dalam sel yang sedang dalam keadaan tidak aktif membelah. virus Lain
menghindari masalah ini dengan memproduksi protein yang menginduksi sel inang yang berada
dalam fase istirahat untuk memasukkan siklus aktif sel. Hal Ini berarti produksi banyak virion
biasanya menyebabkan kematian sel inang. Namun perlu dicatat, apa yang mungkin terjadi jika
sel yang terinfeksi tidak dibunuh oleh virus. Kehadiran virus dan protein menyebabkan
pertumbuhan virus dapat mendorong sel inang menjadi tumbuh dan membelah secara terusmenerus sel. Ini mengubah pertumbuhan sel inang dari pola normal menjadi pola khas seperti
pada sel-sel kanker. Gen yang mengkode protein pada virus dapat berfungsi sebagai onkogen
yang bertindak untuk mengubah sel yang terinfeksi menjadi sel kanker.

2.2 Molekul Genatik pada Virus

Virus (+) Single-stranded


virus RNA (+) Single-stranded (ssRNA) adalah anggota dari keluarga besar virus yang
juga disebut picornavirus karena mereka memiliki genom RNA kecil ("pico"). RNA beruntai
tunggal dari genom picornavirus secara stuktural dan fungsional identik dengan suatu molekul
mRNA dan seperti disebut "+". Molekul RNA virus dapat langsung diterjemahkan oleh ribosom
sel inang untuk membuat protein virus. sel inang tidak memiliki mekanisme untuk mereplikasi
RNA (tidak ada enzim pada host yang menggunakan RNA sebagai template untuk sintesis asam
nukleat). Dengan demikian, genom ini harus mengkodekan suatu enzim virus yang dapat
mereplikasi genom ssRNA serta protein yang dibutuhkan untuk kapsid. Anggota kelas ini virus
mencakup banyak virus flu biasa serta virus polio. Virus flu bereplikasi dalam lapisan epitel pada
saluran pernapasan. Virus polio bereplikasi dalam lapisan usus, tetapi pada beberapa
kesempatan, lolos dari usus dan menginfeksi sel-sel saraf ditulang belakang yang
mengakibatkan

kelumpuhan.

RNA Virus(-) Single-stranded


Genom virus jenis ini tidak dapat langsung diterjemahkan. Alam telah menciptakan
ratusan (-) ssRNA virus yang berbeda mulai dari campak, virus influenza, rabies dan Ebola virus.
Virus memiliki strategi replikatif sangat aneh. Virus jenis ini dapat digambarkan melalui virus
stomatitis vesikuler (VSV).

VSV adalah kerabat dekat dari virus rabies. Menginfeksi kuda, sapi dan babi dan
menghasilkan lesi pada kuku dan mulut hewan yang terinfeksi. Hal ini dapat ditularkan ke
manusia yang dapat menyebabkan demam dan pembengkakan dalam mulut. Setelah memasuki
sel inang, VSV dengan RNA untai tunggal (-) menghadapi masalah logistik bahkan lebih besar
daripada yang dihadapi oleh virus polio. Selain itu, RNA stranded (-) ini tidak diakui oleh ribosom
tuan rumah sebagai template dan dengan demikian enzim ini dapat tidak langsung diproduksi.
Beberapa virus ssRNA(-) memiliki genom tersegmentasi. Sebagai contoh, virus Ebola
diperkirakan memiliki tiga (-)ssRNAs berbeda di dalamnya genom, untuk setiap pengkodean
protein yang terpisah. Anggota virus influenza memiliki delapan (-) ssRNAs yang berbeda.
Masing-masing RNA virus direplikasikan secara terpisah, dan kemasan harus diatur untuk
memastikan bahwa virion masing-masing menerima satu dari setiap RNA yang berbeda

Double-stranded RNA virus


Sekelompok kecil virus membawa informasi genetik dalam bentuk double-stranded
RNA (dsRNA). Anggota dari virus kelas ini memiliki sepuluh dsRNAs berbeda dalam virion.
Virion juga membawa RNA polimerase yang mentranskripsi dsRNA ke (+) ssRNA. Hasil
transkrip ini dapat berfungsi sebagai mRNA yang kemudian diterjemahkan menjadi protein
virus yang diperlukan atau mereka dapat bertindak sebagai template untuk (-) sintesis untai
dan diubah kembali menjadi genom dsRNA.

Retrovirus (+) SsRNA


Virus ini adalah virus yang mengandung genom yang dapat bertindak sebagai mRNA.
yang paling terkenal di antaranya adalah HIV, virus yang menyebabkan AIDS. Selain HIV,
retrovirus agak jarang pada manusia, namun lazim di mamalia lain dan burung. Genom
retrovirus serupa dalam struktur dan ukuran picornavirus seperti virus polio, dan orang
mungkin mengira bahwa replikatif strategi retrovirus menyerupai virus polio. Hal ini tidak
terjadi.

Kehidupan

siklus

retrovirus

adalah

unik

dan

tidak

biasa.
Setelah memasuki sel, untai RNA (+) tidak terkait dengan ribosom, meskipun memiliki
semua atribut dari mRNA. Sebaliknya, RNA virion digunakan sebagai template untuk

membuat DNA salinan genom virus. Istilah "terbalik" dan "retro" menyiratkan suatu
mekanisme yang kebalikan dari yang biasanya beroperasi di semua sel.pada Alur
biasa, informasi dalam sebuah sel dari DNA ke RNA, bukan dari RNA pada DNA. Produk
awal transkripsi balik RNA adalah: DNA helix ganda hybrid. Proses ini berlangsung di
sitoplasma. Setelah dsDNA virus disintesis, kemudian diangkut ke dalam inti, karena sifatnya
yang kovalen sehingga dapat dihubungkan ke DNA kromosom sel inang . DNA virus yang
terintegrasi ke dalam genom inang disebut provirus, akibatnya retrovirus telah menciptakan
sebuah versi dari genom virus yang memiliki semua atribut dari gen seluler yang ditemukan
dalam sel inang. DNA virus dapat ditranskripsi oleh sel inang menjadi RNA (+) yang
diangkut ke sitoplasma dan digunakan baik sebagai mRNA dalam sintesis protein virus
ataupun sebagai genom untuk progeni baru virus.
virus DNA beruntai tunggal
Beberapa virus kecil membawa genom mereka sebagai molekul DNA beruntai
tunggal (ssDNA). virus Ini memiliki genom sederhana: satu gen untuk protein nukleokapsid
virus dan gen lain untuk enzim replikasi DNA. Virus dengan genom ssDNA juga menghadapi
masalah replikasi yang serius dalam sel inang. Ketika masuk ke dalam sel inang, genom tidak
dapat digunakan untuk membuat protein virus karena template untuk transkripsi adalah DNA
beruntai ganda. Karena hal ini, langkah pertama setelah infeksi adalah konversi dari ssDNA
virus ke dsDNA menggunakan DNA polymerase sel inang. Pada beberapa virus, ujung 3 'dari
lipatan DNA virus dan dsDNA dibentuk kembali oleh pasangan dasar dengan urutan internal.
Dengan cara ini, primer yang dibangun ke dalam genom dengan ujung 3 'dapat diperpanjang
untuk menciptakan dsDNA yang berfungsi sebagai template untuk transkripsi. Hasil transkrip
dijabarkan untuk membuat protein virus, DNA virus direplikasi diubah kembali menjadi
genom ssDNA, dan virion dikemas untuk ekspor. Virus parvo pada anjing dan kucing
adalah anggota famili ssDNA virus.
2.3 Perkembangan RNA pada Virus
Sesuatu yang fundamental untuk memahami proses yang mengatur evolusi virus dan
untuk memprediksi respon mereka terhadap pengobatan dengan vaksin dan obat-obatan. Ketika
mempelajari RNA virus, sering diasumsikan bahwa karena rawan kesalahan dalam replikasi,
cepat dalam bermutasi dan karenanya terjadi perkembangan pada RNA dari waktu ke waktu.

Sejauh ini, tingkat substitusi telah diperkirakan hanya terbatas untuk sejumlah RNA
virus tertentu. Nilai subtistusi biasanya mendekati 1 10-3 substitusi / situs / tahun. Beberapa
jenis virus menunjukkan nilai yang bervariasi, influenza virus dilaporkan memiliki tingkat
substitusi lebih dari 1 10-3, sedangkan perkiraan untuk virus campak, C, GBV-Cvirus, dan
banyak vektor virus yang ditularkan, mulai dari 1 10-6 hingga 1 10-3 Selanjutnya, evolusi
beberapa virus tampaknya berbanding lurus seiring dengan perkembangan waktu, kasus
yang menonjol adalah virus influenza A dan HIV-1, akan tetapi virus lain seperti virus stomatitis
vesikuler, menunjukkan tidak ada hubungan antara waktu dan tingkat divergensi urutan genom
yang diamati. Tingkat sebenarnya dari variasi dalam tingkat substitusi nukleotida sulit untuk
ditentukan karena angka ini sering diperkirakan dengan menggunakan metode yang tidak begitu
ketat. Tingkat subtitusi RNA pada 50 sampel virus berbeda dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Subtitusi RNA pada 50 Jenis Virus

Gambar 1. Ilustrasi subtitusi yang terjadi pada RNA virus

RNA Virus memiliki tingkat mutasi yang sangat tinggi, hal ini tentu berkaitan dengan
kecepatan replikasi. Estimasi kesalahan antara 0,4 dan 1,1 nukleotida per genom per putaran
replikasi (termasuk beberapa retrovirus). Kecepatan replikasi diperkirakan seratus kali lipat lebih
cepat dibanding kecepatan replikasi mikroba lainnya. Pada virus, RNA adalah molekul
sederhana dibungkus protein yang memasuki sel inang dan diterjemahkan, protein yang

dihasilkan memulai replikasi virus dan mengarah ke produksi lebibanyak virus partikel oleh sel
inang.
Saat ini virus dengan urutan genom lengkap "500 nukleotida pada genom yang beruntai
tunggal (ss) disebut positif virus, diketahui menginfeksi hewan, tanaman dan bakteri (dan
termasuk virus polio, kaki-dan-mulut penyakit virus (FMDV ) dan 'commoncold' rhinoviruses).
Kelompok virus lainnya, dengan "100 nukleotida pada genom adalah virus ss negatif (di mana
RNA genom akan disalin untuk membentuk mRNA segera setelah masuk ke dalam sel, yang
meliputi influenza, campak, gondok dan virus rabies), virus beruntai ganda (yang meliputi
penyebab diare), dan retrovirus, yang mengkonversi RNA menjadi DNA sebagai bagian dari
siklus replikasi mereka (termasuk virus hepatitis B dan HIV retrovirus). Virus merupakan bagian
dalam daftar penyakit menular yang paling serius Karena bersifat sebagai pembunuh, pembunuh
terbesar kedua dan keenam di seluruh dunia adalah HIV dan campak sedangkan pembunuh
terbesar pertama dan ketiga masing-masing adalah infeksi Pernafasan dan diare.
RNA virus memiliki mutasi yang tinggi, apa konsekuensi dari hal ini, baik untuk populasi
virus dan tuan rumah manusia?. Laju mutasi yang tinggi dari RNA virus mempengaruhi
pentingnya mereka sebagai patogen manusia, dimana virus dapat dengan cepat melarikan diri
dan adaptif terhadap respon imun maupun terapi obat.
Banyak virus dengan genom berupa RNA menginfeksi host yang memiliki sistem imun
adaptif (pertahanan yang belajar untuk mengenali dan menghancurkan patogen menyerang)
Tingkat mutasi yang tinggi merupakan adaptasi virus yang memungkinkan mereka untuk tetap
tidak terdeteksi oleh sistem kekebalan dari tuan rumah lebih lama. Tingkat mutasi yang tinggi
virus dianggap berasal dari sejarah hidup mereka.
Antivirus yang layak adalah alasan di balik apa yang disebut terapi mutagenesis untuk
mengobati beberapa penyakit infeksi virus pada manusia termasuk virus hepatitis C (HCV) dan
virus RSV (RSV), dan diperkirakan bahwa efeknya adalah menjadi yang tidak dikenal karena
mutagen . Bahan kimia juga telah terbukti mengurangi pertumbuhan setidaknya enam lainnya
RNA spesies virus dalam kultur sel. Pada primata, beberapa protein APOBEC bertindak sebagai
pertahanan terhadap patogen retroviral akan tetapi salah satu protein aksesori dari HIV-1, VIF,
bertindak untuk menetralisir APOBEC.

Genom RNA virus berukuran kecil dengan panjang, biasanya hanya 10kb hingga
yang terbesar (coronavirus) pada 30 kb. Namun, bukan ukuran kecil RNA virus yang
mencolok, melainkan pengamatan bahwa tidak satupun dari mereka telah berevolusi untuk

menjadi lebih besar. DNA Virus dapat sekecil RNA virus tetapi ukuran genom mereka
berkisar lebih dari tiga lipat, dengan genom DNA beberapa virus yang lebih besar dari genom
beberapa bakteri endosimbion. Namun tidak diketahui apakah RNA virus dengan genom
yang lebih besar memiliki lebih rendah per tingkat dasar mutasi, seperti halnya pengukuran
langsung dari tingkat mutasi hanya ada untuk beberapa spesies. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa tingkat substitusi tampaknya lebih rendah pada virus dengan genom
yang berukuran lebih besar (meskipun tingkat substitusi juga dapat dipengaruhi oleh seleksi
alam dan pergeseran genetik). Hasil penelitian juga mengemukakan bahwa spesies RNA
virus dengan genom yang lebih besar cenderung memiliki polimerase yang relatif lebih besar,
selain itu parvoviruses (DNA virus yang sangat kecil) memiliki tingkat substitusi yang mirip
dengan RNA virus. Faktor terkait yang juga mungkin memainkan peran dalam ukuran kecil
RNAvirus

diduga

adalah

keterbatasan

titik

inisiasi

pada

saat

transkripsi.

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Virus merupakn bentuk sederhana dari kehidupan, virus dapat dikatakan antara hidup
dan mati. Virus hanya akan hidup dan berkembang apabila memperoleh inangnya. Virus
disusun oleh molekul-molekul selular yang sederhana. Molekul genetic ynag terdapat pada
virus adalah DNA dan RNA. Pada kebanyakan virus materi genetiknya adalah RNA. Molekul
genetic, khususnya RNA pada virus sangat mudah mengalami mutasi. Perubahan susunan
molekul RNA pada virus menyebabkan munculnya virus-viru hasil mutasi yang berbeda dari
virus sebelumnya. Penelitian mengenai perkembangan RNA virus sangat penting, karena
virus sangat cepat mengalami mutasi maka penyakit atau akibat yang disebabkan seringkali
menjadi lebih kompleks seiring perkembangan waktu. Perkembangan RNA virus penting
dipelajari terutama dalam pembuatan vaksin yang sesuai.
3.2 Saran
Penelitian mengenai virus harus terus dilakukan mengingat terus munculnya varian
virus jenis baru. Melalui penelitian-penelitian dapat diperoleh informasi mengenai
kerakteristik suatu virus sehingga upaya pembuatan vaksin yang tepat dapat dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Belshaw, Robert, Andy Gardner, Andrew Rambaut and Oliver G. Pybus. 2008.Pacing a small cage:
mutation and RNAviruse. Jour nal of Trends in Ecology and Evolution. Department of
Zoology, University of Oxford, Oxford OX1 3PS, UK
Hermiyanti, Emmy. 2010. Biologi Molekuler Virus. Program Pasca Sarjana Universitas Pajadjaran :
Bandung.
Holmes, Edward C. 2008. Evolutionary History and Phylogeography of Human Viruses. Annu. Rev.
Microbiol. 2008. 62:30728. Center for Infectious Disease Dynamics, Department of
Biology, The Pennsylvania State University, University Park, Pennsylvania.
Jenkins, Gareth M., Andrew Rambaut, Oliver G. Pybus, Edward C. Holmes. 2002. Rates of Molecular
Evolution in RNA Viruses: A Quantitative Phylogenetic Analysis. J Mol Evol (2002) 54:156
165. Department of Zoology, University of Oxford, South Parks Road, Oxford OX1 3PS,
UK.
Simmonds,Peter . 2004. RNA viruses evolution in action. Microbiology Today Vol 31/Nov04 Centre
for Infectious Diseases, University of Edinburgh, Summerhall, Edinburgh, EH9 1QH, UK.
Wagner, andreas and Peter F. Stadler. 1999. Viral RNA and Evolved Mutational Robustnes. Journal Of
Exeperimental Zoology (MOL DEV EVOL) 285:119127 (1999). 1Department of Biology,
University of New Mexico, Albuquerque, New Mexico.

Macam-macam Virus berdasarkan Morfologinya


21-06-2012 21:47

Quote:WELCOME

TO AING PERSIB'S THREAD

Quote:Mohon

Ratenya

Quote:Cuman

ngeliat tanpa komen = hantu

Quote:Jika

berkenan bagi cendolnya

Quote:

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus
bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam
material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak
memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah
kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam
bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom
virus akan diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik
maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Penjelasan virus itu akan sangat panjang dan bisa bikin
berdasarkan morfologinya.

:. Langsung saja ke macam2 virus

Quote:Berdasarkan

morfologinya, atau lebih tepatnya berdasarkan asam nukleatnya, virus dibagi


menjadi dua, yaitu Virus RNA dan Virus DNA
Quote:Virus

RNA

Virus RNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa RNA, kelompok yang tergolong
dalam kelompok ini adalah virus kelas III, IV, V, dan VI. Beberapa contoh familia virus yang
termasuk ke dalam kelompok ini adalah Retroviridae, Picornaviridae, Orthomixoviridae, dan
Arbovirus.
Retroviridae
Retroviridae merupakan virus berbentuk ikosahedral. Virus ini memiliki genom RNA berjumlah

dua buah yang keduanya identik dan memiliki polaritas positif yang nantinya akan diekspresikan
menjadi enzim polimerase yang unik yaitu reverse traskriptase yang berguna untuk mengubah
RNA menjadi DNA.DNA yang dihasilkan nantinya akan berintegrasi ke dalam DNA sel inang
sebagai provirus. Virus ini termasuk ke dalam virus yang ganas, dapat menyebabkan penekanan
sistem kekebalan tubuh dan juga tumor. Sifatnya yang ganas tersebut disebabkan salah satunya
karena virus ini mudah mengalami mutasi.
Salah satu genus dari famili ini yang paling terkenal adalah genus Lentivirus, yang contoh
spesiesnya adalah HIV 1 dan 2.
Spoiler for virus:

Spoiler for virus:

Spoiler for virus:

Spoiler for virus:

Spoiler for virus:

pas nginfeksi Limfosit-T

Picornaviridae
Picornaviridae merupakan berukuran kecil. Virus ini memiliki genom RNA dengan polaritas positif
sehingga termasuk virus kelas IV dalam klasifikasi Baltimore. Virus dalam famili ini mampu
menyebabkan banyak penyakit pada manusia, di antaranya adalah penyakit polio yang disebabkan
oleh Poliovirus dan flu ringan yang disebabkan oleh Rhinovirus.
Spoiler for VIRUS:

Spoiler for VIRUS:

Spoiler for VIRUS:

Spoiler for VIRUS:

Spoiler for VIRUS:

Orthomixoviridae
Orthomoxoviridae merupakan virus yang memiliki selubung dengan materi genetik RNA
bersegmen berpolaritas negatif sehingga virus ini termasuk dalam kelas V dalam klasifikasi
Baltimore. Ciri khan dari virus ini adalah virus ini memiliki protein permukaan yang merupakan
antigen utama yaitu Hemmaglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA).Hemmaglutinin merupakan
bagian virus yang menempel pada sel target oleh sebab itu antibodi terhadap hemmaglutinin dapat
melindung dari infeksi virus. Neuraminidase berperan untuk melepaskan virion dari sel oleh sebab
itu antibodi terhadap NA dapat menekan tingkat keparahan infeksi virus. Contohnya Influenza
Virus
Spoiler for virus:

Spoiler for virus:

Spoiler for virus:

Spoiler for virus:

Spoiler for virus:

Arboviruses
Arbovirus merupakan singkatan dari ARthropoda-BOrne virus yaitu virus yang berasal dari
kelompok Arthropoda.
Spoiler for rubella:

Spoiler for hepatitis:

Spoiler for denguevirus:

Spoiler for CE:

Spoiler for reovirus:

Quote:Virus

DNA

Virus DNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa DNA, kelompok yang tergolong
dalam kelompok ini adalah virus kelas I, II, VII. Beberapa contoh familia virus yang termasuk ke
dalam kelompok ini adalah Herpesviridae, Parvoviridae, dan Poxviridae.

Herpesviridae
Herpesviridae merupakan kelompok virus berukuran besar dengan materi genetik DNA utas ganda
sehingga dikelompokkan ke dalam kelas 1 dalam klasifikasi baltimore. Virus dalam kelompok ini
dapat menyebabkan penyakit ganas dan juga dapat menyebabkan kelainan pasca kelahiaran pada
bayi. Herpesviridae terbagi ke dalam beberapa genus, yaitu Alpha Herpesvirus, Beta Herpesvirus,
dan Gama Herpesvirus
Spoiler for herpes:

Spoiler for herpes:

Spoiler for herpes:

Spoiler for herpes:

Spoiler for herpes:

Parvoviridae
Parvoviridae merupakan virus dengan DNA utas tunggal polaritas positif atau negatif sehingga
termasuk dalam kelas II dalam klasifikasi Baltimore.Virus ini tidak memiliki selubung virus dan
merupakan virus manusia yang berukuran paling kecil.Virus merupakan virus yang tidak
sempurna sehingga perlu berasosiasi dengan adenovirus sehingga sering disebut Adeno-Associated
Virus(AAV).Salah satu contoh kelompok ini adalah virus B-19 yang dapat menyebabkan cacat atau
keguguran pada janin.
Spoiler for virus:

Spoiler for virus:

Spoiler for virus:

[
Spoiler for virus:

[
Spoiler for virus:

Poxviridae

Poxviridae merupakan virus dengan materi genetik DNA untai ganda sehingga virus ini di termasuk
dalam kelas I dalam klasifikasi Baltimore. Ciri khas dari virus ini adalah virus ini memiliki
morfologi besar dan kompleks. Virus yang terkenal dalam kelompok ini adalah Smallpox. Smallpox
cukup terkenal karena menimbulkan pandemik yang sangat besar diseluruh dunia. sekarang virus
Smallpox sudah bisa dimusnahkan.

Penanganan sampel virus untuk kepentingan propagasi, isolasi dan


identifikasi virus
Telur ayam berembrio adalah salah satu metode yang paling ekonomis dan mudah untuk
kultivasi berbagai macam virus. Telur ayam yang subur atau berembrio yang telah
diinkubasikan selama 5 sampai 12 hari dapat diinokulasi melalui kulitnya secara aseptik.
Lubang dapat ditutup dengan lilin parafin dan telurnya diinkubasikan pada 36 0 C selama
jangka waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan virus.

Pembuatan suspensi virus:

Ayam sakit diperiksa dan diperhatikan gejala klinis yang menonjol


Ayam kemudian dibedah diambil organ organ predileksi spesifik yang erat
kaitannya dengan gejala penyakit
Organ digerus di dalam mortir dengan ditambahkan PBS 1: 4
Kemudian dimasukkan ke dalam tabung untuk disentrifuse ( 15 menit 3000 rpm)
terbentuk 2 lapisan yaitu endapan dan supernatan
Kemudian supernatan diambil dan dimasukkan ke dalam tabung baru
Kemudian ditambahkan antibiotika dan antifungi broadspectrum
diinkubasi selama 3 jam 37 0 C.
Untuk mengetahui kemungkinan adanya kontaminasi dilakukan penanaman pada
media pertumbuhan bakteri
Kemudian diinkubasi selama 18 24 jam dalam inkubator suhu 37 0 C
Selanjutnya diamati ada pertumbuhan bakteri atau tidak
Apabila tidak ada berarti suspensi virus yang diperoleh layak ditanam ke dalam telur
ayam berembrio (TAB SPF).

Mempersiapkan TAB:

Periksalah telur-telur berembrio yang telah dieramkan 10-14 hari lamanya dengan
lampu di kamar gelap, apakah mati atau hidup (egg candling).
TAB-TAB yang hidup dikumpulkan untuk diinokulasi.
Beri tanda dengan pensil dimana letak kepala embrio dan batas rongga hawa agar
lokasi inokulasi benar.

Inokulasi suspensi virus:

Telur diletakkan pada nampan telur dengan posisi rongga hawa di atas, kemudian
telur didesinfeksi pada daerah di atas rongga hawa dan dibuat lubang di daerah
tersebut.
Dengan menggunakan suntikan diinokulasikan 0,1 0,3 ml inokulum, dengan cara
memasukkan jarum secara vertikal ke dalam lubang sedalam panjang jarumnya. Jika
jarum telah dimasukkan dalam telur tidak boleh digerakkan, untuk menghindari
robeknya CAM yang dapat menyebabkan perdarahan dan kematian embrio.

Lubang disegel dengan parafin dan telur dikembalikan ke dalam inkubator umumnya
selama 2-3 hari (virus ND) untuk kemudian diamati pertumbuhan embrio, perubahan
yang terjadi, dan cytophatic effect (CPE) yang ada.

Panen virus

Desinfeksi kutub tumpul dari telur telur berembrio dengan menggosokkan alkohol
lalu di sulut dengan api, desinfeksi dapat pula menggunakan alkohol 70 % ditambah
biocid atau jodium tincture
Dengan pinset yang tajam kita pecahkan kerabang telur lalu dibuat lubang sebesar
atau lebih sedikit dari rongga hawa, jika perlu diambil membran korio allantois maka
dengan memakai gunting kita gunting selaput tadi berbentuk bundaran menurut
kehendak kita
Dengan pinset tekanlah embrio kesamping akan terlihat cairan korio allantois di sisi
embrio, isaplah cairan dengan pompa suntik 5 ml
Teteskan 0,25 ml cairan ke dalam pompa suntik ke dalam perbenihan kaldu dan pada
pelat agar darah untuk menguji ada tidaknya pertumbuhan bakteri.

Setelah panen virus kemudian dilakukan uji untuk membuktikan virus yang tumbuh adalah
virus yang dimaksud sesuai sengan diagnosis sementara. Contohnya pada virus ND dapat
dilakukan uji HA-HI dan uji AGP.
Jika hanya sebatas mengetahui apakah virus yang tumbuh adalah virus yang dimaksud atau
bukan maka hanya dilakukan uji HA-HI cepat. Tujuan uji HA cepat adalah untuk mengetahui
apakah virus tersebut dapat menghemaglutinasi eritrosit ayam 2,5%. Jika hasilnya positif
maka dilanjutkan dengan identifikasi virus dengan metode HI cepat berdasarkan antibodi
yang digunakan. Maksudnya jika untuk menguji virus ND maka harus dipakai antibodi
terhadap virus ND.

Cara uji HA cepat

Objek glass ditetesi dengan satu tetes cairan korio allantois yang mengandung virus di
dua tempat
Didekat tetesan tersebut ditetesi suspensi eritrosit ayam 2,5 % dan 1 tetes lagi di
tempat yang berjauhan sebagai kontrol
Objek glass di goyang goyang tunggu 5 menit amati bandingkan dengan kontrol.
Hasil: HA(+) akan terjadi hemaglutinasi yaitu terlihat agregat-agregat eritrosit yang
berkeping-keping yang menandakan bahwa virus tersebut mampu menghemaglutinasi
eritrosit.

Cara uji HI cepat


1. Cairan korio allantois diteteskan pada 2 tempat yang terpisah pada objek glass
2. Satu tetes serum anti ND diteteskan pada salah satu cairan korio allantois
3. Dicampur tunggu selama 5 menit
4. Eritrosit ayam diteteskan pada kedua tetesan

5. Dicampur, tunggu selama 5 menit dan amati


Hasil: jika HI(+) tidak akan terjadi aglutinasi (hasil berlawanan dengan uji HA) yang
menandakan bahwa kemampuan virus untuk menghemaglutinasi telah dihambat oleh serum
anti ND.

Uji Agar Gel Presipitation


Uji ini bertujuan untuk mengetahui reaksi antara antigen dan antibodi pada medium agar
semisolid. Dalam percobaan ini terdapat 3 sumuran pada agar, sumuran tengah ditetesi
dengan antibodi virus ND dua sumuran yang lain ditetesi antigen virus kemudian
diinkubasikan pada suhu 37C selama 1-2 hari. Uji positif diinterpretasikan oleh adanya garis
preipitat yang merupakan presipitasi ikatan kompleks antigen antibodi yang berarti bahwa
antibodi sesuai denganantigen. Keberhasilan uji ini sangan dipengaruhi oleh kelembaban,
suhu, konsentrasi antigen-antibodi yang diteteskan dan kondisi lingkungan sekitarnya.
Cara kerja uji presipitasi Agar
1. Siapkan kaca benda bersih dari kotoran dan lemak.
2. Diatas kaca benda ditambahkan 3 ml 0,3 % larutan agar dalam air ( larutan agar
dipanaskan pada penangas air yang mendidih )
3. Setelah agar memadat kaca benda ditempatkan dalam oven 80 0 C sampai agar kering atau
ditempatkan dalam inkubator 37 0 C sampai agar kering
4. Tempatkan kaca benda yang sudah dilapisi agar di meja datar
5. Tambahkan diatas kaca benda larutan agar 1 % dalam 8,5 % NaCl dalam PBS dan
ditambah 0,1 % phenol sebagai pengawet
6. Agar dibiarkan mengeras
7. Setelah agar mengeras dibuat sumuran di tengah dengan dikelilingi dua sumuran
disekitarnya 8. Teteskan 0,05 ml anti virus ND di tengah sumuran sedangkan pada sumuran
disekitarnya diteteskan 0,05 ml suspensi ND
9. Tempatkan kaca benda pada cawan petri dengan kertas basah atau kapas basah dan batang
kaca untuk menempatkan kaca benda
10. Tempatkan kaca benda pada meja datar dan amati terjadinya presipitasi diantara sumuran
antigen dan antibodi yaitu dengan adanya garis presipitasi.
Cara-cara uji untuk deteksi antigen atau antibodi pada virus lain

ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent assay)


Indikator teknik ELISA adalah reaksi yang terjadi antara antibodi berlabel enzim dan
substrat, saat ini telah tersedia beberapa macam enzim seperti horse radish peroxidase
(HRP), -galaktosidase, urease, oksidase glukose dan alkali phosphatase (AP).
Matriks yang umum digunakan dalam ELISA adalah matriks padat. Antigen dan
antibodi teradsorbsi secara pasif pada permukaan padat dari matriks dan dapat
diikatkan dengan berbagi teknik Cara kerja ELISA :
1. Mikrotiter plate di coating dengan 100 l antigen (5g/ml dalam coating buffer)
dan diinkubasikan semalam pada suhu 40C.

2. Cuci plate 2 x dengan washing solution, 200 l/sumuran.


3. Blocking dengan blocking buffer, 200 l/sumuran selama 1 jam.
4. Cuci plate 1 x dengan washing solution, 200 l/sumuran.
5. Inkubasi dengan serum antibodi (primer antibodi) 100 l/sumuran selama 1 jam
pada suhu 370C.
6. Cuci plate 4 x dengan washing solution, 200 l/sumuran.
7. Tambahkan antibodi monoklonal antigoat / sheep IgGalkaline phosphatase
conjugated (1 : 5000 dengan bufer inkubasi).
8. Cuci plate 3 x dengan washing solution, 200 l/sumuran.
9. Tambahkan larutan substrat sebanyak 150 l/sumuran.
10. Baca absorbansi pada OD 405 nm setelah inkubasi 30 menit. Selain metode
ELISA masih ada metode yang lain seperti RIA, Immunohistokimia, dan CFT
(Complement Fixation Test).

Klasifikasi Virus Berdasarkan Morfologi


Klasifikasi Virus Berdasarkan Morfologi
Definisi Virus
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus
hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan mengendalikan sel
makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.
Istilah virus biasanya
merujuk
pada
partikel-partikel
yang
menginfeksi
selseleukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara
istilah bakteriofage atau fagedigunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis
sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel). Biasanya virus mengandung
sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang
diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau
kombinasi ketiganya. Genomvirus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat
bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat
menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu
terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influensa dan HIV),
hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).
Virus HIV Virus Influenza
Adapun sifat sifat khusus virus menurut Lwoff, Home dan Tournier (1966) adalah :
1. Bahan genetic virus terdiri dari asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksiribonukleat
(DNA), akan tetapi bukan gabungan dari kedua jenis asam nukleat tersebut.
2. Struktur virus secara relative sangat sederhana, yaitu dari pembungkus yang
mengelilingi atau melindungi asam nukleat.
3. Virus mengadakan reproduksi hanya dalam sel hidup, yaitu dalam nucleus, sitoplasma
atau di dalam keduanya dan tidak mengadakan kegiatan metabolisme jika berada di
luar sel hidup.
4. Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan biner. Partikel virus baru dibentuk
dengan suatu proses biosintesis majemuk yang dimulai dengan pemecahan suatu

partikel virus infektif menjadi lapisan protein pelindung dan komponen asam nukleat
infektif.
5. Asam nukleat partikel virus yang menginfeksi sel mengambil alih kekuasaan dan
pengawasan system enzim hospesnya, sehingga selaras dengan proses sintesis asam
nukleat dan protein virus.
6. Virus yang menginfeksi sel mempergunakan ribosom sel hospes untuk keperluan
metabolismenya.
7. Komponen komponen virus dibentuk secara terpisah dan baru digabung di dalam sel
hospes tidak lama setelah dibebaskan.
8. Selama proses pembebasan, beberapa partikel virus mendapat selubung luar yang
mengandung lipid, protein, dan bahan bahan lain yang sebagian berasal dari sel
hospes.
9. Partikel virus lengkap disebut Virion dan terdiri dari inti asam nukleat yang dikelilingi
lapisan protein yang bersifat antigenic yang disebut kapsid dengan atau tanpa
selubung di luar kapsid.
Sistem Taksonomi Virus Universal
Struktur Taksonomi secara umum adalah sebagai berikut:
Order (-virales)
Family (-viridae)
Subfamily (-virinae)
Genus (-virus)

Species (-virus)
Di dalam setiap famili, subdivisi disebut genera yang biasanya berdasarkan pada perbedaan
serologi dan fisikokimia.Kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan genera bervariasi dari
famili ke famili. Nama genus mempunyai akhiran virus. Pada 4 famili (Poxviridae,
Herpesviridae, Parvoviridae, Paramyxoviridae), kelompok besar yang disebut sub famili
didefinisikan dengan mempertimbangkan kompleksitas hubungan di antara anggota virus.
Jenis jenis virus digunakan untuk mengelompokkan famili virus yang memiliki karakter
yang umum. Hanya 1 jenis saat ini yang telah didefinisikan, yaitu Famili Mononegavirales,
meliputi famili Filoviridae, Paramyxoviridae, dan Rhabdoviridae,
Sejak tahun 1995, The International Committee on Taxonomy of Viruses telah
mengumpulkan lebih dari 4000 virus binatang dan tumbuhan menjadi 71 famili, 11 subfamili,
dan 164 genera, tetapi masih ada ratusan virus yang masih belum ditemukan, 24 famili virus
diantaranya dapat menginfeksi manusia dan binatang.
Dasar Klasifikasi
1. Morfologi virion, meliputi ukuran, struktur, dan anatomi,
2. Bagian bagian fisikokimia virion, meliputi banyaknya molekul, berat jenis, stabilitas
pH,stabilisasi suhu dan tingkat pengaruhnya terhadap agen fisik dan kimiawi, khusunya eter
dan detergen.
3. Bagian bagian gen virus
4. Bagian bagian protein virus
5. Replikasi virus
6. Bagian bagian antigen
7. Bagian bagian biologi
Morfologi (Ukuran, struktur, dan anatomi virus)
Virus merupakan organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat
dilihat dengan menggunakanmikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri.
Karena itu pula, virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri.
Perbedaan virus dengan sel hidup
Sel hidup: 1. memiliki 2 tipe asam nukleat sekaligus,
2. dapat mereproduksi semua bagian selnya,
3. memiliki system metabolisme
Virus : 1. hanya memiliki 1 tipe asam nukleat,
2. tidak dapat mereproduksi semua bagian selnya, virus hanya mereproduksi materi genetik dan
selubung proteinnya,
3. tidak memiliki system metabolisme , oleh karena itu virus tidak dapat tumbuh dan
bereproduksi tanpa adanya sel inang.
Partikel virus mengandung DNA atau RNA yang dapat berbentuk untai tunggal atau ganda.
Bahan genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan
kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal. Bahan genetik tersebut diselubungi
lapisan protein yang disebut kapsid. Kapsid bisa berbentuk bulat (sferik) atau heliks dan
terdiri atas protein yang disandikan oleh genom virus.
DNA virus

Replikasi genom DNA virus berlangsung di dalam inti sel tersebut. Jika sel mempunyai
bagian yang peka rangsangan yang sesuai pada permukaannya, virus ini masuk sel melalui
peleburan dengan selaput sel atau yang lebih dikenal endositosis. Kebanyakan DNA virus
seluruhnya bergantung pada DNA dan RNA sel tuan rumah yang sintese permesinan, dan
RNA yang memproses permesinan dalam sel tersebut.
RNA virus

RNA virus unik sebab RNA-lah pembawa informasi keturunan mereka. Replikasi
RNA umumnya berlangsung di dalam sitoplasma itu.
Struktur
Virus memiliki keanekaragaman ukuran dan bentuk. Virus berukuran sekitar 100 kali lebih
kecil dibanding bakteri.Beberapa virus telah dipelajari mempunyai suatu garis tengah antara
10 dan 300 nanometres. Beberapa filoviruses mempunyai total panjang mencapai 1400 nm,
walaupun garis tengah mereka hanya sekitar 80 nm. Beberapa virus tidak dapat dilihat
dengan suatu mikroskop cahaya dan hanya bisa dilihat dengan menggunakan mikroskop
elektron.
Kapsid dibentuk dari subunit protein yang disebut capsomers. Virus dapat mempunyai suatu
lipid amplop yang diperoleh dari selaput sel tuan rumah. Kapsid dibuat dari protein yang
disandikan oleh genome. Bagaimanapun, kode virus kompleks untuk protein virus yang
dibawa oleh genom membantu dalam konstruksi kapsid mereka. Protein dalam nukleus
dikenal sebagai nukleoprotein, dan yang digunakan dalam pembentukan kapsid disebut
nukleocapsid.
Secara umum, ada empat bentuk partikel virus utama:
Helical
Contoh struktur heliks pada virus mosaik tembakau: RNA virus bergulung berbentuk garis
sekerup / spiral selenoid yang disebabkan pengulangan sub-unit protein. Kapsid terdiri atas
satu jenis capsomer berbadan tegap di sekitar suatu poros pusat untuk membentuk suatu
struktur seperti bentuk sekerup yang mungkin punya suatu rongga pusat.
Icosahedral
Kebanyakan virus binatang adalah icosahedral atau near-spherical dengan icosahedral
simetri. Suatu bidang dua puluh reguler adalah jumlah maksimum suatu kelopak tertutup dari
sub-unit tersebut. Jumlah minimum capsomers yang diperlukan adalah duabelas, masing-

masing terdiri atas lima sub-unit serupa. Banyak virus, seperti rotavirus, mempunyai lebih
dari duabelas capsomers dan nampak berbentuk bola tetapi mereka mempertahankan simetri
ini. Capsomers di apices dikelilingi oleh lima capsomers lain dan disebut pentons. Capsomers
pada atas muka yang bersegi tiga adalah mengepung dengan enam capsomers yang lain dan
yang disebut hexons.Contohnya adalah adenovirus.
Enveloped
Beberapa jenis amplop virus, terdapat di dalam suatu selaput sel, yaitu selaput eksternal yang
melingkupi suatu sel tuan rumah yang terkena infeksi/tersebar, atau selaput internal seperti
selaput nuklir atau reticulum endoplasmic, begitu mendapatkan lipid, maka virus akan
membentuk bilayer yang dikenal dengan sebutan amplop. Selaput ini adalah protein yang
membawa kode genetic dari genom tuan rumah ke genom virus.
Complex
Struktur khas dari suatu bacteriophage Virus ini memiliki suatu kapsid yang tidak berbentuk
seperti bentuk sekerup, walaupun semata-mata serupa dengan icosahedral, dan memiliki
struktur ekstra seperti jas berekor protein atau suatu dinding sebelah luar yang kompleks.
Beberapa bacteriophages mempunyai suatu struktur kompleks terdiri dari suatu icosahedral di
depan dan diikuti suatu ekor seperti bentuk sekerup yang memiliki suatu pelat dasar bersudut
enam dengan serat ekor protein yang menonjol.

Klasifikasi Virus Berdasarkan Fisikokimia


Asam
Nukleat

DNA

Simetri kapsid
dan amplop

Icosahedral,tidak
Beramplop

Sensitivitas
terhadap
eter

Resisten

Famili Virus

Diameter
partikel
(nm)

Contoh Virus

Parvovirus

18 26

Adenoassociated virus

Papovavirus

45 55

Papilloma virus

Adenovirus

70 90

Adenovirus
Virus Herpes
simplek,
Varicella-zoster,
cytomegalovirus,
Smallpox
(variola),
vaccinia virus,
molluseum
contagiosum
virus

DNA

Icosahedral,
beramplop

Sensitif

Herpesvirus

100
150

DNA

Kompleks

Bervariasi

Poxvirus

230
300

Picornavirus

20 30

Enterovirus,
rhinovirus

Reovirus

60 80

Reovirus,
Orbivirus

RNA

Icosahedral,
tidak beramplop

Resisten

RNA

RNA

Icosahedral,
beramplop

Heliks, tidak
beramplop

Sensitif

Sensitif

40 70

Virus Rubella

Bunyavirus

90 100

California
Arbovirus,
Bunyamwera
Arbovirus

Coronavirus

100

Coronavirus

Togavirus

Orthomyxvirus 80 120
Paramyxovirus
Retrovirus
Rhadbovirus

RNA

Heliks,
beramplop

Sensitif

Arenavirus

100
200
100
200

Virus Influenza
A dan B
Parainfluenza
Animal tumor
virus

70 170

Virus Rabies

50 300

Lyphocytic
choriomeningitis
virus

2.2 Klasifikasi Virus berdasarkan jenis asam nukleat (DNA atau RNA)
1. Virus RNA
a. Famili : Picornaviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui pembentukan RNA
komplementer yang bertindak sebagai cetakan sintesis RNA genom.
Virion : tak berselubung, bentuk ikosahedral, tersusun atas empat jenis protein utama. Diameter virion
28-30 nm.
Replikasi dan morfogenesis virus terjadi di sitoplasma.
Spektrum hospes sempit.
Contoh : virus polio
b. Famili : Calicivirdae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal.
Virion : tak berselubung, bentuk ikosahedral, tersusun atas tiga jenis protein utama. Diameter virion 3545 nm.
Replikasi dan morfogenesis di sitoplasma.
Spektrum hospes sempit.
Contoh : virus Sapporo

c. Famili : Togaviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui pembentukan RNA
komplementer, yang bertindak sebagai cetakan RNA genom.
Virion : berselubung, nukleokapsid ikosahedral, tersusun atas 3-4 jenis protein utama. Protein selubung
mempunyai aktivitas hemaglutinasi. Diameter virion 60-70 nm.
Replikasi di sitoplasma dan morfogenesis melalui proses budding di membran sel.
Spektrum hospes luas.
Contoh : virus Chikungunya, virus rubella
d. Famili : Flaviviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui RNA komplementer
yang kemudian bertindak sebagai cetakan bagi sintesis RNA genom.
Virion : berselubung, simetri nukleokapsid belum jelas, tersusun atas empat jenis protein utama. Protein
selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi. Diameter virion 40-50 nm.
Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran sel.
Spektrum hospes luas.
Contoh : virus demam kuning
e. Famili : Bunyaviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, polaritas negatif, terdiri dari tiga segmen. Pada proses replikasinya, RNA virion
disalin menjadi mRNA dengan bantuan transkriptasa virion. Dengan bantuan produk translasi
mRNA selanjutnya disintesis RNA komplementer. Tiap segmen RNA komplementer
kemudian menjadi cetakan bagi RNA genom.
Virion : berselubung, nukleokapsid bentuk helik, tersusun atas empat protein utama. Protein selubung
mempunyai aktivitas hemaglutinasi. Diameter virion 90-120 nm.
Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran Golgi.
Contoh : virus ensefalitis California
f. Famili : Arenaviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, polaritas negatif, terdiri dari dua segmen. Prinsip replikasi RNAnya sama dengan
Bunyaviridae.

Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas tiga protein utama. Bentuk virion pleomorfik.
Diameter virion 50-300 nm (rata-rata 110-130 nm).
Replikasi di sitoplasma morfogenesisnya melalui proses budding di membran plasma.
Spektrum hospes luas.
Contoh : virus lymphotic
g. Famili : Coronaviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, terdiri dari satu segmen. Replikasi RNA genom melalui pembentukan rantai RNA
negatif yang kemudian bertindak sebagai cetakan bagi RNA genom. Sintesis RNA negatif
disertai sintesis enam jenis mRNA.
Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas tiga protein utama. Bentuk pleomorfik.
Diameter virion 80-160 nm.
Replikasi di sitoplasma
intrasitoplasma.

dan

morfogenesisnya

melalui

proses budding di

membran

Contoh : coronavirus manusia 229-E dan OC43


h. Famili : Rhabdoviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, polaritas negatif, satu segmen. Prinsip replikasi RNAnya sama dengan
Bunyaviridae.
Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas 4-5 protein. Virion berbentuk seperti peluru
dengan selubung beraktivitas hemaglutinasi. Diameter dan panjang virion 70-85 nm dan 130180 nm.
Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya di membran plasma atau intrasitoplasma,
tergantung spesies virus.
Contoh : virus stomatitis vesicularis
i. Famili : Filoviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, polaritas negatif, segmen tunggal.
Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas tujuh protein utama. Berbentuk pleomorfik.
Diameter virion 80 nm dan panjang mencapai 14.000 nm.
Replikasi di sitoplasma.
Contoh : virus Ebola
j. Famili : Paramyxoviridae

Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, polaritas negatif. Replikasi RNA dimulai dengan sintesis mRNA dengan bantuan
transkriptasa virion. Dengan bantuan produk protein mRNA dibuat RNA cetakan RNA
genom.
Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas 6-10 protein utama. Berbentuk pleomorfik.
Selubung mempunyai aktivitas hemaglutinasi dan menginduksifusi sel. Replikasi di
sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran plasma. Diameter
virion 150-300 nm.
Spektrum hospes sempit.
Contoh : parainfluenza 1-4, viris parotitis
k. Famili : Orthomyxoviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, segmen berganda (7 untuk influenza C dan 8 untuk influenza A dan B), polaritas
negatif. Replikasi RNA dimulai dengan sintesis mRNA dengan bantuan transkriptasa virion.
Dengan bantuan protein produk mRNA, RNa komplementer dibuat dan dijadikan cetakan
pembuatan RNA genom. Sifat segmentasi genom virus memudahkan terjadinya virus mutan.
Virion : berselubung, nukleokapsid helik, tersusun atas 7-9 protein utama. Bentuk pleomorfik. Selubung
beraktivitas hemaglutinasi. Diameter virion 90-120 nm. Pada filamentosa panjangnya
mencapai beberapa mikrometer.
Replikasi RNA di inti dan sitoplasma dan morfogenesis melalui proses budding di membran
plasma.
Contoh : virus Influenza A,B, dan C
l. Famili : Reoviridae
Sifat penting :
RNA : rantai ganda, segmen ganda (10 untuk reovirus dan obvirus, 11 untuk rotavirus, 12
untuk Colorado tick fever virus. Setiap mRNA berasal dari satu segmen genom. Sebagian
mRNA dipakai untuk sintesis protein dan sebagian lagi dipakai sebagai cetakan untuk
pembuatan rantai RNA pasangannya.
Virion : tak berselubung, kapsidnya dua lapis dan bersimetri ikosahedral. Diameter virion 60-80 nm.
Replikasi dan morfogenesis di sitoplasma.
Contoh : Reovirus 1-3
m. Famili : Retroviridae
Sifat penting :
RNA : rantai tunggal, terdiri dari dua molekul polaritas negatif yang identik. Replikasi dimulai dengan
pemisahan kedua molekul RNA dan pembuatan rantai DNA dengan cetakan RNA
tersebutdengan bantuan reverse transcriptase virion. Setelah molekul RNA-DNA terpisah,

dibuat rantai DNA komplementer terhadap pasangan DNA yang sudah ada. DNA serat ganda
kemudian mengalami sirkularisasi dan berintegrasi dengan kromosom hospes. Selanjutnya
RNA genom dibuat dengan cetakan DNa yang sudah terintegrasi pada kromosom hospes.
Virion : berselubung, simetri kapsid ikosahedral. Virion tersusun atas 7 jenis protein utama. Diametr
virion 80-130 nm. Morfogenesis virus melalui proses budding di membran plasma.
Contoh : HIV 1 dan 2
2. Virus DNA
a. Famili : Adenoviridae
Sifat penting :
DNA : rantai ganda, segmen tunggal. Replikasi DNA dan translasinya menjadi protein komplek.
Virion : tak berselubung, simetri kapsid ikosahedral. Diameter virion 70-90 nm. Virion tersusun atas
paling tidak 10 protein.
Replikasi dan morfogenesis di inti sel.
Spektrum hospes sempit.
Contoh : Adenivirus 1-49
b. Famili : Herpesviridae
Sifat penting :
DNA : rantai ganda, segmen tunggal. Replikasi DNA komplek.
Virion : berselubung, simetri kapsid ikosahedral. Diameter virion 15-200 nm.
Replikasi di intisel. Morfogenesis melalui proses budding di membran inti. Di dalam sitoplasma
virion dibawa dalam vesikel-vesikelke membran plasma. Di membran plasma, membran
vesikel fusi dengan membran plasma.
Contoh : virus herpes simplex 1-2, virus B
c. Famili : Hepadnaviridae
Sifat penting :
DNA : rantai ganda (bagian terbesar) dan rantai tunggal (bagian kecil, di ujung molekul DNA), segmen
tunggal. Pada replikasi genom, bagian rantai tunggalnya harus dibuat rantai ganda.
Transkripsi DNA menghasilkan mRNA untuk sintesis protein dan RNA lain sebagai cetakan
bagi pembuatan DNA oleh reverse transcriptase.
Virion : berselubung (HBsAg), diameter 42 nm. Tersusun atas selubung (HBsAg) dan nukleokapsid.
Dalam nukleokapsid terdapat core (HBcAg) dan protein penting lain (HBeAg).
Replikasi di hepatosit terjadi di inti sel sedangkan HBsAg dibuat di sitoplasma.
Contoh : virus hepatitis B

d. Famili : Papovaviridae
Sifat penting :
DNA : rantai ganda, segmen tunggal sirkuler. Replikasi DNA komplek dan selama replikasi bentuknya
tetap sirkuler. Siklus replikasi DNA dapat melibatkan DNA genom yang episomal maupun
yang berintegrasi dengan kromosom sel.
Virion : tak berselubung, diameter 45 nm (polyomavirus) dan 55 nm (papillomavirus), tersusun atas 5-7
jenis protein utama.
Replikasi dan morfogenesis di inti sel.
Spektrum hospes sempit.
Contoh : papilloma virus manusia
e. Famili : Parvoviridae
Sifat penting :
DNA : rantai tunggal, segmen tunggal. Genus Parvovirus lebih banyak mengandung rantai DNA
polaritas negatif sedang dua genus lagi DNA polaritas negatif dan positifnya
seimbang. Replikasi DNA komplek.
Virion : tak berselubung, nukleokapsid bersimetri ikosahedral dan berdiameter 18-26 nm, tersusun atas
tiga protein utama.
Replikasi dan morfogenesis di inti sel dan memerlukan bantuan sel hospes.
Spektrum hospes sempit.
Contoh : parvovirus B-19
f. Famili : Poxviridae
Sifat penting :
DNA : rantai ganda, segmen tunggal. Replikasi DNA komplek.
Virion : berselubung, berbentuk seperti batu bata dan merupakan virus dengan dimensi
terbesar.Tersusun atas lebih dari seratus jenis protein. Selubung mempunyai aktivitas
hemaglutinasi.
Replikasi dan morfogenesis di sitoplasma yaitu dalam viroplasma (semacam pabrik virus). Hasil
morfogenesis dapat berupa virion berselubung maupun tidak.
Contoh : virus cacar sapi
2.3 Komponen kimia virus menurut kandungan protein
Setiap makhluk hidup pada dasarnya tersusun oleh komponen-komponen kimiawi yang akan
membantu kelangsungan hidupnya. Virus memliki komponen kimia berups protein,
karbohidrat, dan lipid. Komponen kimis yang akan kita bahas hanya komponen protein saja.
Protein dalam virus terdapat dalam bentuk asam nukleat, kapsid, enzim, dan protein lainnya.

Asam Nukleat
Virus hanya mengandung DNA atau RNA saja. Hal ini menjadi ciri khas virus dibandingkan
dengan makhluk hidup lainnya. Virus hanya memiliki satu asam nukleat, jadi berdasarkan hal
ini, virus dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis asam nukleat yang mungkin dimiliki, yaitu:
v DNA berutasan tunggal
v RNA berutasan tunggal
v DNA berutasan ganda
v RNA berutasan ganda
Pada virus tumbuhan baru dapat ditemukan RNA berutasan tunggal dan ganda serta DNA
berutasan tunggal saja. Sedangkan pada hewan, keempat jenis asam nukleat telah
ditemukan.Berdasarkan jenis asam nukleat yang terkandung dalam virus, kita dapat
menggolongkan virus menjadi 3 yaitu virus RNA, virus DNA, dan virus yang tidak
diklasifikasi.
Beberapa famili virus yang tergolong virus RNA:

o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

Piconarviridae
Caliciviridae
Togaviridae (penyakit cikungunya, rubella)
Flaviviridae (virus demam kuning)
Bunyaviridae (virus demam berdarah korea)
Arenaviridae (virus lassa)
Coronaviridae (coronavirus)
Rhabdoviridae (virus rabies, virus mokola)
Filoviridae (virus ebola, virus marburg)
Paramixoviridae (virus paroritis, virus morbili)
Orthomixoviridae (virus influenza)
Reoviridae (virus kemorovo, rotavirus manusia)
Retroviridae
Beberapa famili virus yang tergolong virus DNA:
o Adenoviridae (adenovirus 1-49)
o Herpesviridae (virus herpes simpleks, virus epstein-barr)
o Hepadnaviridae (virus hepatitis B)
o Papovaviridae ( papilloma virus manusia, virus JK, virus BK)
o Parvoviridae (parvovirus B19)
o Poxviridae (virus variola, virus vaccinia, virus cacar monyet)
Virus yang tidak diklasifikasikan:
o Virus penyebab encefalopati spongiformis
o Virus hepatitis delta

o Verus hepatitis C
o Virus Norwalk penyebab diare
o Atrovirus
Pengertian tentang asam nukleat virus mempunyai arti penting untuk memahami proses
perkembangbiakan virus, sifat biologik, dan sebagainya. Misalnya:
v Ukuran asam nukleat dihubungkan dengan jumlah informasi genetik yang dibawanya
v Segmentasi asam nukleat pada virus influenza dihubungkan dengan terjadinya genetika yang
menimbulkan terjadinya antigenik, derajat homolog basa-basa asam nukleat dihubungkan
dengan taksonomi virus.

Kapsid
Protein lain
o
Pada adenovirus dan papovirus terdapat protein haemaglutinin yang dapat
menggumpalkan sel darah merah berbagai spesies binatang.

Enzim
Banyak virus telah diketahui mengandung enzim-enzim yang berfungsi dalam replikasi
komponen-komponen asam nukleatnya. Beberapa virion dapat mengandung suatu enzim
khusus yang mengandung RNA virus model untuk mensintesis utasan RNA kedua yang dapat
mengarahkan sel-sel inang untuk membuat virus. Virus tumor RNA mengandung suatu enzim
yang mengsintesis utasan DNA dengan menggunakan genom RNA virus sebagai acuan.
Beberapa virus yang mengandung enzim, dapat dikategorikan ke dalam tiga golongan:
Neuromisida yang menghidrolisis galaktosa N asetil neuraminat. Enzim ini terdapat pada
orthomixovirus yaitu pada salah satu tonjolan glikoproteinnya. Enzim ini berfungsi
membantu penetrasi ke dalam sel.
Beberapa jenis virion mengandung RNA polimerase. Jika genom virus merupakan genom yang
langsung dapat bertindak sebagai mRNA, maka ekspresi genom dapat berlansung.hal
demikian dapat ditemukan pada picornavirus dan arbovirus. Tatapi jika genom virus berupa
DNA atau RNA dengan polaritas negatif, maka sebelum genom tersebut diekspresikan dalam
bentuk protein, terlebih dahulu harus ditranskripsikan menjadi RNA dengan polaritas
positif. Dalam hal yang disebut terakhir, terdapat dua jenis enzim polimerase. Pertama, virus
menggunakan polymerase yang terdapat di dalam sel hospes, seperti pada herpesvirus,
adenovirus, dan papovavirus. Kedua, virion mengandung polymerase sendiri seperti pada
poxvirus, myxovirus, rhabdovirus, dan retrovirus menpunyai enzim transkripsi terbalik yang
berfungsi membentuk DNA dari cetakan RNA.
Beberapa virion juga mengandung enzim yang bekerja pada asam nukleat. Adenovirus,
poxvirus,, dan retrovirus misalnya mengandung enzim nuklease.
Reproduksi Virus Dalam Tahapan Daur Litik dan Lisogenik
Tahapan Daur Litik
A. Pada daur litik, virus melakukan penetrasi ke inang dan memperbanyak diri dalam tubuh
inang, kemudian ke luar dari inang. Sel inang mengalami lisis (pecah).

B. Tahapan daur litik sebagai berikut.


1. Adsorpsi (penempelan) dari partikel virus (virion) pada sel inang yang sesuai.
2. Penetrasi (injeksi) asam nukleat virus ke dalam sel inang.
3. Tahap awal replikasi dari asam nukleat virus. Dalam peristiwa ini mesin biosintesa sel
inang diambil alih untuk memulai sintesa asam nukleat virus. Enzim-enzim spesifik virus
mulai dihasilkan dalam tahap ini, yang disebut tahap eclipse.
4. Replikasi dari asam nukleat virus.
5. Sintesa dari protein subunit mantel virus.
6. Perakitan dari asam nukleat dan protein subunit serta komponen membran pada virus
bermembran ke dalam partikel virus.
7. Pelepasan partikel virus yang matang dari sel (lisis).
Tahapan Daur Lisogenik
A. Pada daur lisogenik, asam nukleat virus menyisip pada asam nukleat inang, tidak terjadi
perbanyakan virus dalam inang, dan sel inang tidak mengalami lisis.
B. Tahapan daur lisogenik sebagai berikut.
1. Adsorpsi (penempelan) dari partikel virus (virion) pada sel inang yang sesuai.
2. Penetrasi (injeksi) asam nukelat virus ke dalam sel inang.
3. Asam nukleat virus menyisip/ melebur pada asam nukleat inang membentuk profage.
4. Ketika bakteri melakukan pembelahan, profage tersebut akan ikut mengganda dan
seterusnya.
5. Suatu ketika profage tersebut dapat keluar dari tubuh bakteri dan masuk ke daur litik.

IMUNOLOGI VIROLOGI

VIROLOGI
Posted on October 31, 2008 by NURLITA2 Comments

9 Votes

1. A. Sifat-sifat Virus
Virus adalah agen infeksius terkecil (dengan diameter antara 20 nm sampai dengan kira-kira 300nm) yang hanya
mempunyai 1 jenis asam nukleat (RNA atau DNA saja) sebagai genom mereka. Asam nukleat terbungkus mantel protein
yang dikelilingi oleh membran dari lipid. Unit infeksius secara keseluruhan disebut virion. Dalam lingkungan ekstraseluler
virus akan bersifat inert (pasif). Virus hanya akan mengalami replikasi di dalam sel hidup dengan menjadi parasit pada
tingkat gen. Asam nukleat virus mengandung informasi penting untuk bisa menghasilkan keturunannya yaitu dengan cara
memprogram sel inang yang diinfeksinya agar mensintesis makromolekul virus-spesifik.
Setiap siklus replikasi menghasilkan asam nukleat dan mantel protein virus dalam jumlah yang banvak. Mantel
protein virus bergabung bersama-sama membentuk kapsid yang berfungsi membungkus dan menjaga stabilitas asam nukleat
virus terhadap lingkungan ekstraseluler. Selain itu juga berfungsi untuk mempermudah penempelan serta penetrasi virus
terhadap sel baru yang dapat dimasukinya. Infeksi virus terhadap sel inang yang dimasukinya dapat berefek ringan atau
bahkan tidak berefek sama sekali namun mungkin juga bisa membuat sel inang rusak atau bahkan mati.
Adapun sifat-sifat khusus virus menurut Lwoff, Home dan Tournier (1966) adalah:
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.
9.

Bahan genetik virus terdiri dari asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksiribonukleat (DNA), akan tetapi tidak
terdiri dari kedua jenis asam nukleat sekaligus.
Struktur virus secara relatif sangat sederhana, yaitu terdiri dari pembungkus yang mengelilingi atau melindungi
asam nukleat.
Virus mengadakan reproduksi hanya dalam sel hidup, yaitu di dalam nukleus, sitoplasma atau di dalam keduanya
dan tidak mengadakan kegiatan metabolisme jika berada di luar sel hidup.
Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan biner. Partikel virus baru dibentuk dengan suatu proses
biosintesis majemuk yang dimulai dengan pemecahan suatu partikel virus infektif menjadi lapisan protein
pelindunng dan komponen asam nukleat infektif.
Asam nukleat partikel virus yang menginfeksi sel mengambil alih kekuasaan dan pengawasan sistem enzim
hospesnya, sehingga selaras dengan proses sintesis asam nukleat dan protein virus.
Virus yang menginfeksi sel mempergunakan ribosom sel hospes untuk keperluan metabolismenya.
Komponen-komponen utama virus dibentuk secara terpisah dan baru digabung di dalam sel hospes tidak lama
sebelum dibebaskan.
Selama berlangsungnya proses pembebasan,beberapa partikel virus mendapat selubung luar yang mengandung
lipid protein dan bahan-bahan lain yang sebagian berasal dari sel hospes.
Partikel virus lengkap disebut virion dan terdiri dari inti asam nukleat yang dikelilingi lapisan protein yang bersifat
antigenik yang disebut kapsid dengan atau tanpa selubung di luar kapsid.

1.B. Prinsip-Prinsip Struktur Virus

Jenis-jenis Bentuk Tangkup Partikel Virus

Arsitektur virus dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan pada susunan sub unit morfologi:
1. Bentuk tangkup kubus, contoh: adenovirus
2. Bentuk tangkup heliks, contoh: orthomyxovirus
1. Tangkup Berbentuk Kubus
Semua bentuk tangkup kubus yang terlihat pada virus binatang adalah berpola icosahedral yaitu susunan
sub unit yang paling efisien di dalam mantel tertutup. Icosahedron mempunyai 20 muka (masing-masing
sebuah segitiga ekuilateral), 12 puncak, dan bentuk aksis rotasionalnya 5 lipatan, 3 lipatan, dan 2 lipatan.
Unit puncak mempunyai 5 perbatasan (pentatavalen), dan yang lain mempunyai 6 (heksavalen).
Ada 60 subunit identik yang nyata pada permukaan dari icosahedron. Untuk membangun suatu ukuran
partikel yang adekuat dalam menyelubungi genom virus, mantel virus disusun multiple dari 60 struktur
unit. Pemakaian sejumlah besar sub unit protein yang identik secara kimiawi, sambil menjaga aturan
bentuk tangkup icosahedral, dikerjakan oleh subtriangulasi masing-masing permukaan icosahedron.
Kebanyakan virus yang mempunyai tangkup icosahedral, tidak berbentuk icosahedral; tampilan fisik
partikelnya lebih berbentuk spheris.
Asam nukleat virus memadat di dalam partikel isometric, virus mengkode inti protein atau di dalam
kasus papovavirus, histone seluler terlibat di dalam kondensasi asam nukleat ke dalam bentuk yang
pantas untuk pembungkusan. Terdapat pemaksaan ukuran molekul asam nukleat yang bisa dibungkus ke
dalam kapsid icosahedral tertentu. Kapsid icosahedral terbentuk tidak tergantung dari asam nukleat.
Kebanyakan preparasi virus isometric akan berisi beberapa partikel kosong yang tidak berisi asam
nukleat virus. Baik kelompok virus DNA maupun RNA menunjukkan contoh tangkup berbentuk kubus.
2. Tangkup Berbentuk Heliks
Pada kasus tangkup berbentuk heliks, protein subunit terikat terhadap asam nukleat virus secara periodik, dan
membelitnya ke dalam heliks. Kompleks protein asam nukleat virus filamentosa (nukleokapsid) kemudian
terlilit ke dalam bungkus (amplop) yang mengandung lemak. Dengan demikian, tidak seperti nada kasus
struktur icosahedral, pada virus dengan tangkup berbentuk heliks terdapat interaksi periodic, regular antara
protein kapsid dan asam nukleat. Partikel heliks kosong tidak mungkin terbentuk.

Pengukuran Partikel Virus


Sifat klasik dari virus adalah berukuran kecil dan mampu melewati suatu filter yang tidak bisa dilewati oleh
bakteri. Namun, karena ada beberapa bakteri yang mungkin mempunyai ukuran lebih kecil dari virus yang
terbesar, maka kemampuan untuk dapat melewati sebuah filter menjadi tidak menggambarkan ciri khas dari virus.
Berikut ini adalah metode yang digunakan untuk menentukan ukuran virus beserta komponennya.
A. Melihat langsung dengan menggunakan mikroskop elektron
Untuk melihat virus dengan cara ini maka diperlukan preparat yang terbuat dari ekstrak jaringan atau irisan
ultra tipis dari sel yang terinfeksi. Mikroskop elektron ini merupakan cara atau metode yang paling luas
digunakan untuk memperkirakan ukuran partikel.
B. Filtrasi melalui membran penyerapan bertingkat
Apabila preparat virus berhasil melalui membran yang sudah diketahui ukuran pori-porinya, maka dapat
diperkirakan ukuran dari virus tersebut yaitu dengan cara menentukan membran mana yang bisa dilewati oleh unit
infektif dan mana yang menahannya. Namun demikian, masuknya virus ke dalam poripori membran tersebut juga
dipengaruhi oleh bentuk struktur fisik dari virus itu sendiri, maka cara ini hanya bisa memperoleh perkiraan ukuran
virus yang paling mendekati.

C. Sedimentasi dengan menggunakan ultrasentrifuge


Apabila partikel-partikel itu larut dalam cairan maka mereka akan mengendap sesuai proporsi ukuran mereka.
Jika dengan ultrasentrifuge dengan kekuatan lebih dari 100.000 kali gravitasi mungkin bisa digunakan untuk
menggiring partikel agar mengendap di dasar tabung. Hubungan antara ukuran dan bentuk partikel serta ratarata pengendapannya bisa menentukan ukuran nartikel. Sekali lagi, struktur fisik virus akan mempengaruhi
perkiraan ukuran yang diperoleh.
D. Pengukuran dengan perbandingan
Dengan membandingkan dengan ukuran bakteriofag, molekul protein, dan sebagainya.
2. Komposisi Kimia Virus
Untuk dapat menganalisis komponen kimia virus, diperlukan virus murni. Untuk pemurnian dipakai bahan-bahan yang
mengandung virus dalam jumlah besar dari jaringan atau biakan sel terinfeksi atau bahan ekstraselular seperti plasma, dan
carian alantois, medium biakan sel ataujaringan.
Adapun komposisi kimia virus adalah sebagai berikut:
1. Asam

Nukleat

Virus-virus hewan dan tumbuhan mengandung DNA dan RNA, tetapi virion yang
sama tidak dapat mengandung kedua-duanya. Hal ini berbeda dengan semua bentuk
kehidupan selular tanpa terkecuali mengandung kedua tipe asam nukelat dalam setiap
sel. Ada empat jenis asam nukleat yang mungkin, yaitu:
DNA

berutasan tunggal

RNA

berutasan tunggal

DNA

berutasan ganda

RNA

berutasan ganda

Keempat tipe itu telah dijumpai pada virus hewan. Pada virus tumbuhan, telah
dijumpai RNA berutasan tunggal dan ganda serta DNA berutasan tunggal. Disamping
itu, struktur asam nukleat di dalam virion dapat lurus atau bundar. Sebagai contoh,
virus simian membentuk vakuola (SV 40). Yang dijumpai pada sel-sel ginjal kera
mempunyai DNA bundar berutasan ganda sedangkan virus herpes mempunyai DNA
lurus berutasan ganda. Pengertian tentang asam nukleat virus mempunyai arti penting
untuk memahami roses perkembang biakan virus, sifat biologik, dan sebagainya.
Misalnya:
Ukuran

asam nukleat dihubungkan dengan jumlah informasi genetik


yang dibawanya.

Segmentasi

asam nukleat pada virus influenza dihubungkan dengan


terjadinya rekombinasi genetika yang menimbulkan terjadinya
antigenic shift, derajat homolog basa-basa asam nukleat dihubungkan
dengan taksonomi virus.

2. Protein

Protein ialah komponen kimiawi utama terbesar dari struktur virus dan merupakan
komponen tunggal dari kapsid, bagian terbesar dari selubung, dan dapat merupakan
bagian protein inti (core protein) pada beberapa virus ikosahedral. Protein diatas
disebut juga sebagai protein struktural karena mempunyai fungsi membentuk rangka
virion.
Banyak virus kini telah diketahui mengandung enzim-enzim yang berfungsi dalam
replikasi komponen-komponen asam nukleatnya. Beberapa virion dapat mengandung
suatu enzim khusus yang menggunakan RNA virus sebagai model untuk mesintesis
utasan RNA kedua yang dapat mengarahkan sel-sel inang untuk membuat virus. Virus
tumor RNA mengandung suatu enzim yang mensintesis utasa DNA dengan
menggunakan genom RNA virus sebagai acauan.
Beberapa virus yang mengandung enzim, dapat dikatagorikan ke dalam tiga
golongan:
1. Neuramisida

yang menghidrolisis galaktosa N asetil neuraminat. Enzim ini terdapat


pada orthomyxovirus yaitu pada salah satu tonjolan glikoproteinnya. Enzim ini
berfungsi membantu penetrasi ke dalam sel.

2. Beberapa jenis virion mengandung RNA polomerasi. Jika genom birus merupakan genom yang langsung dapat
bertindak sebagai mRNA, maka ekspresi gendom dapat terjadi secara langsung. Hal demikian ditemukan
pada picornavirus dan argovirus. Tetapi jika genom virus berupa DNA atau RNA dengan polaritas negatif,
maka sebelum genom tersebut diexpresikan dalam bentuk protein, terlebih dahulu harus di traskipsikan
menjadi RNA dengan polaritas positif. Dalam hal yang disebut terakhir, terdapat dua jenis sumber enzim
polimerase. Pertama virus menggunakan polimerase yang terdapat di dalam sel hospes, seperti pada herpes
virus, adenovirus, papofavirus. Kedua, virion mengandung polimerase sendiri seperti pada poxvirus,
myxsovirus, rhabdovirus. Retrovirus mempunyai enzim traskripsi terbalik yang berfungsi membentuk
DNA dari cetakan RNA.
3. Beberapa virion juga mengandung enzim yang bekerja pada asam nukleat. Adenovirus, poxvirusm dan
retrovirus misalnya mengandung enzim nukleus.
3. Lipid

Berbagai ragam senyawa lipid (lemak) telah ditemukan pada virus. Senyawa-senyawa
ini meliputi fosfolipid, flikolipid, lemak-lemak alamiah, asam lemak, aldehid lemak,
dan kolesterol. Virus yang berselebung mengandung lipid netral, fosfolipid, dan
glikolipid pada selubungnya. Komposisi campuran ini tergantung pada jenis sel yang
diinfeksikan, median dimana sel tumbuh dan jenis virus yang menginfeksi.
4. Karbohidrat

Semua virus mengandung karbohidrat karena asam nukleatnya itu sendiri


mengandung ribose dan deoksiribose. Beberapa virus hewan bersampul seperti virus
influensa dan mikro virus yang lain, pada umumnya terdapat duri-duri yang terbuat
dari glikoprotein. Unsur karbohidratnya terdiri dari monosakarida yang dihubungkan
dengan rantai polipeptida oleh ikatan glikosida.

3. Pembiakan Virus

Virus adalah parasit obligat intrasel, karenanya virus tidak dapat berkembang biak di
dalam medium mati. Ada tiga cara mengembangbiakan virus, yaitu: cara perbenihan
jaringan (in vitro) dan telur bertunas (in ovo).
1.

Cara perbenihan jaringan (in vitro)


In vitro pada sel yang ditumbuhkan dalam bentuk potongan organ (biakan organ), potongan kecil jaringan (biakan
jaringan), sel-sel yang telah dilepaskan dari pengikatnya (biakan sel). Biakan organ dan biakan jaringan hanya
dapat bertahan dalam beberapa hari sampai beberapa minggu saja. Sedangkan biakan sel dapat bertahan beberapa
hari sampai beberapa waktu yang tak terbatas, tergantung pada jenis biakan. Biakan sel terbagi atas:
Biakan

sel primer

Sel diambil dalam keadaan segar dari binatang. Sel demikian mampu
secara terbatas membelah dan selanjutnya mati, misalnya biakan primer
berasal dari ginjal monyet, embrio ayam, dll.
Proses pembuatan biakan sel dimulai dengan pelepasan sel-sel dari alatalat tubuh dengan mengocok sepotong jaringan dengan larutan tripsin. Selsel yang didapatkan dalam suspensi ini kemudian dibiakan dalam larutan pembenihan tertentu. Selsel akan tumbuh melekat pada dinding tabung sampai mebentuk selapis jaringan yang siap
digunakan untuk pembiakan virus. Sel-sel ini dapat dipindahbiakan dengan membuat suspensi baru
dan disebarkan dalam tabung-tabung lain sehingga didapat biakan sekunder.
Tergantung pada asal sel, di dalam biakan jaringan akan didapatkan sel-sel jenis tertentu. Misalnya
biakan sel-sel jaringan yang berasal dari ginjal monyet akan menghasilkan sel-sel jenis epitel.
Biakan yang berasal dari embrio ayam akan menghasilkan sel jenis fibroblas. Jenis sel tertentu
diperlukan untuk pembiakan virus-virus tertentu.
Virus yang dibiakan di dalam sel biakan jaringan dapat menimbulkan ESP (Efek Sitopatogenik),
seperti perubahan bentuk sel menjadi lebih bulat, perubahan pada inti sel, kemungkinan
pembentukkan jisim atau sel sinsitia dan juga sel-sel akan melepas dari dinding tabung.infeksi
selanjutnya akan menyerang sel-sel disekitarnya dan bila pada tepat itu sudah ada banyak sel yang
terlepas, maka akan tampak sebagai tempat yang berlubang dan tempat ini disebut plaque. Tiap
virion infektif dalam biakan sel dapat membentuk plaquedan ini dapat dipakai untuk titrasi virus,
sama halnya dengan pembentukkan koloni oleh kuman pada permukaan perbenihan padat.
Biakan

sel haploid

Yaitu kumpulan satu jenis sel yang mampu membelah kira-kira 100 kali
sebelum mati.
Biakan

sel letusan (continous cell lines culture)

Yaitu sel yang mampu membelah tak terbatas. Kromosomnya sudah


bersifat poliploid atau aneuploid. Dapat berasal dari sel tumor ganas ataupun sel diploid
yang telah mengalami transformasi. Diantaranya adalah sel Hela, Hep-2, KB yang berasal dari
manusia, BHK-21 yang berasal dari binatang hamster, sel LLC-MK dari ginjal monyet, J-III dari
leukemia manusia dan sebagainya.
Cara pembiakan in vitro dapat bermanfaat untuk:

Isolasi primer virus dari bahan klinis. Untuk itu, dipilih sel yang mempunyai kepekaan tinggi, mudah dan
cepat menimbulkan ESP
Pembuatan vaksin. Untuk itu, dipilih sel yang mampu menghasilkan virus dalam jumlah besar
Penyelidikan biokimiawi, biasanya dipilih biakan sel terusan dalam bentuk suspensi
1.

Cara telur bertunas (in ovo)


Telur juga merupakan perbenihan virus yang sudah steril dan embrio telur yang tumbuh di dalamnya tidak
mebentuk zat anti yang dapat mengganggu pertumbuhan virus. Karena telur merupakan sumber sel hidup yang
relatif murah untuk isolasi virus, maka cara in ovo ini sering digunakan dalam laboratorium.
Cara pertama: dengan mempergunakan lapisan luar (lapisan ektoderm) selaput korioalantois telur berembrio 10
hari. Cara penanaman ini berguna untuk isolasi virus yang menyebabkan kelainan pada kulit yang dulu
digolongkan sebagai virus dermatotrofik seperti virus variola, virus vaccinia, dan virus herpes. Tiap virion yang
infektif akan meyerang sel-sel di sekitarnya dan menibulkan reaksi inflamasi yang dapat dilihat sebagai bercak
putih yang disebut pock. Pock ini berlainan ukurannya dan bersifat bergantung pada virus yang menyebabkannya.
Cara penanaman pada selaput korioalantois juga berguna untuk titrasi virus dan titrasi antibodi terhadap virus
dengan teknik menghitung jumlah pock.
Cara kedua: dengan menyuntikkan bahan ke dalam ruang anion terlur berembrio yang berumur 10-15 hari. Cara ini
terutama untuk isolasi virus influenza dan virus parotitis karena virus ini tumbuh di dalam sel epitel paru-paru
embrio yang sedang berkembang. Adanya perkembangan virus dikenal dengan adanya reaksi hemaglutinasi.

Cara ketiga: dengan menyuntikkan bahan pada kantung kuning telur berembrio 9-12
hari. Teknik penanaman ini menggunakan penyuntikan langsung melalui lubang kecil
di kulit telur ke dalam kantung kuning telur. Dipakai untuk isolasi mikroorganisme
golongan Bedsonia dan Rickettsia. Untuk maksud pembiakan in vivo suspensi virus
diinfeksikan pada binatang percobaan yang cocok. Mencit yang baru lahir misalnya
digunakan untuk virus-virus golongan arbovirus, coxsackie virus. Hamster banyak
digunakan untuk golongan herpes virus tertentu. Adanya pertubuhan virus dikenal
oleh timbulnya gejala-gejala yang khas atau adanya perubahan patologis lain.
Adapun perkembangbiakan virus dapat dikenal melalui:
1.

Timbulnya efek sitopatogenik

Efek sitopatogenik adalah perubahan morfologis yang terjadi akibat infeksi oleh virus
sitopatogenik. Pada sediaan yang tak berwarna, tampak sel menjadi lebih refraktil.
Perubahan morfologis dari sel dapat berupa piknosis, karioreksis, plasmolisis,
pembentukkan sel raksasa, pembentukkan sel busa dan sebagainya. Tenggang waktu
untuk timbulnya efek sitopatogenik dan jenis perubahan yang terjadi berbeda-beda
untuk berbagai jenis virus. Karena itu ESP mempunyai arti penting dalam diagnosis,
misalnya virus morbilli, parainfluenza cenderung menimbulkan sel raksasa,
sedangkan adenovirus menimbulkan kelompok sel-sel besar yang bulat. Untuk
melihat perubahan lebih terinci diperlukan pewarnaan.
1.

Hambatan metabolisme
Dalam metabolismenya, sel membentuk asam. Jika sel diinfeksi oleh virus, maka pada berbagai tingkatan akan
terjadi hambatan metabolisme, termasuk pembentukan asam. Dengan memakai indikator tertentu, perubahan ini
dapat dikenal. Tes hambatan ini perlu dikembangkan antara lain untuk adenovirus, arbovirus, echovirus,
coxsackievirus, herpes simplex dan beberapa myxovirus.

1.

Fenomena hemadsorpsi

Selain efek dari sitopatogenik dan hambatan metabolisme, adanya infeksi virus dapat
juga diketahui dari timbulnya fenomena hemadsorpsi. Misalnya pada parainfluenza
virus dan influenza virus; pembentukan antigen reaksi ikat komplemen pada
poliovirus, varicella zoter, adenovirus coxsackie, dan echovirus; pembentukan antigen
hemaglutinasi pada coxsackie virus; pertunjukkan antigen dengan reaksi
imunofluoresensi atau perubahan morfologik hospes akibat infeksi virus onkogenik
yang biasanya diikuti oleh adanya loss of contact inhibition dan berkumpulnya sel-sel
menjadi sel yang tak teratur.
4. Perhitungan virus
Dalam perhitungan virus terdapat metode titrasi virus. Titrasi virus dapat dilakukan dengan cara menghitung
jumlah partikel virus yang ada tanpa memandang kemampuan menginfeksi dari virus tersebut dan cara yang lain adalah
menghitung jumlah virus yang infektif.
1.

Metode Fisika

Pada suspensi virus murni yang berkonsentrasi tinggi, jumlah partikel virus dapat
dihitung mikroskop elektron. Salah satu caranya adalah dengan menambahkan
partikel latex yang berukuran sama dengan virus dan telah diketahui konsentrasinya
ke dalam suspensi virus dan kemudian dicampur sehingga homogen. Dengan
menghitung perbandingan antara latex dan virus yang tampak di bawah mikroskop
electron, dapat ditentukan titer virus.
Virus yang infektif maupun tidak, dapat menimbulkan aglutinasi sel darah merah,
maka sifat ini dapat digunakan untuk menghitung jumlah virus yang ada. Satu seri larutan
dengan konsentrasi virus tertentu, masing-masing ditetesi dengan sel darah merah. Jika konsentrasi virus
mencukupi, maka akan terjadi pengendapan virus-cell complex di dasar tabung. Dengan metode pengenceran ini
akan didapatkan titer virus yang diukur dengan hemagglutination unit.
1.

Metode Biologi

Metode biologi biasanya dilakukan dengan menentukan kemampuan infeksi


virus. Infektivitas virus ditentukan dengan berbagai cara antara lain dengan menggunakan kultur jaringan.
1. Metode

kultur tabung

Sejumlah 0,1 ml virus dari berbagai pengenceran, masing-masing diinokulasikan


pada kultur tabung. CPE (Cytopatogenik Effect) yang terjadi pada pengenceran
yang tertinggi dicatat dan dengan menggunakan metode Reed dan Muench dapat
ditentukan TCID50 (50% tissue culture infectious dosis).
2. Plaque method

atau Metode Plak

Sel-sel monolayer diinfeksi dengan virus yang sudah diencerkan kemudian


dieramkan selama satu jam agar cukup terjadi absorpsi virus ke dalam sel.
Kemudian lapisan sel yang terinfeksi tersebut dilapisi dengan aar atau
metilselulosa. Sesudah dieramkan selama beberapa hari, jumlah plaqueyang terjadi
dihitung dan dengan memperhitungkan angka pengenceran, maka PFU (Plaque
Forming Unit) dapat ditentukan.
3. Tes

Netralisasi

Dalam tes ini yang paling sering digunakan adalah sistem dengan penyediaan
virus dengan pengenceran tertentu dan berbagai tingkat pengenceran serum yang
diperiksa. Sejumlah volume tertentu virus dari 1000 TCID50 dan serum dari
pengenceran tertentu dengan volume yang sama dicampur dalam tabung dan
disimpan pada suhu 37 C, selama satu jam. Masing-masing tabung kultur sel
diberi 0,2 ml campuran tersebut dan ditambahkan 1 ml medium pemelihara lalu
dieramkan dan diamati selama satu minggu.
0

4. Teknik

Immunofluoresens

Prinsip dari cara ini adalah mengenal antigen virus yang terdapat dalam hapusan
atau irisan jaringan yang bereaksi dengan antibodi yang mengandung zat warna
fluoresens sehingga akan bersinar di bawah pengamatan mikroskop fluoresens.
5. Metode

Imuniperoksidase

Prinsip metode ini sana dengan immunofluoresens, namun sesudah terjadi reaksi
antigenantibodi yang mengandung horse raddish peroksidase sebagai pengganti
zat warna fluoresens, dilakukan penambahan bahan substrat 3-3 diaminobenzidin
tetrahidroklorida yang mengandung hydrogen peroksida. Hasilnya dapat dilihat
dengan mikroskop biasa.
6. ELISA

(Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)

Dengan metode yang baru ini, maka baik antigen maupun antibodi dapat dideteksi
dengan lebih mudah. Sesuai dengan prosedur dari Voller yang sudah dimodifikasi,
maka ELISA dapat dilakukan sebagai berikut:
Sumur-sumur microplate diisi dengan 100 mikroliter antigen yang telah
diencerkan dengan 0,05 M buffer karbonat-bikarbonat pH 9,6 dan dieramkan
semalam pada lemari es untuk melapisi microplate dengan antigen. Sisa antigen
dibuang dan sumur dicuci. Kemudian ke dalam sumur ditambahkan 100 mikroliter
serum yang sudah diencerkan lalu dieramkan pada suhu 37 C selama satu jam.
Sesudah dicuci dari sisa-sisa serum, tambahkan 100 mikroliter peroksidase
konjugasi anti-human immunoglobulin yang sudah diencerkan, lalu eramkan lagi
37 C selama satu jam. Akhirnya ditambahkan 100 mikroliter larutan substrat yang
mengandung 0,5 mg o-fenilen diamin per ml dan 0,02% hydrogen peroksida dalan
0,05 M buffer sitrat-fosfat pH 5,0 ke dalam masing-masing sumur dan dieramkan
pada suhu kamar dalam ruang gelap. Reaksi dihentikan dengan menambahkan 4N
hydrogen sulfoksida sebanyak 75 mikroliter dalam tiap-tiap sumur. Akhirnya
optical density (OD) pada panjang gelombang 500 nm dapat dicatat dengan
menggunakan mikrospektrofotometer.
0

7. Pock

Assay

Beberapa macam virus membentuk kelainan (pock) yang berbatas jelas pada
membrane korioalantois telur berembrio. Dengan menghitung jumlah pock yang
terbentuk sesudah penambahan larutan virus yang diketahui pengencerannya,
maka jumlah partikel virus yang infektif dapat ditentukan.

8. Quantal

Assay

Satu seri pengenceran virus dibuat dan sel-sel yang peka dieramkan sesudah
diinokulasi dengan virus. Sesudah beberapa waktu pengeraman, kultur, telur atau
hewan percobaan diperiksa untuk mengetahui akibat repliksi virus. Untuk
menentukan titik akhir titrasi quantal, digunakan kriteria:
a. Pembentukan
b. Jumlah

CPE dalam kultur sel

binatang yang mati atau yang menderita sakit akibat virus

c. Kelainan

yang terjadi pada membrane telur berembrio atau kelainan pada


embrio, dan

d. Terjadinya kelainan yang dapat dideteksi dengan prosedur in vitro misalnya tes hemaglutinasi dan
hemadsorpsi.
Titer dinyatakan dalam ID50 (50 persen infectious dose), yaitu pengaruh virus yang memiliki
pengenceran tertinggi yang menimbulkan kelainan pada 50 persen kultur sel, telur atau bintang yang
telah diinokulasi dengan virus.
5. Badan Inklusi
Secara umum, virus menginfeksi sel manusia dengan 2 cara, yaitu dengan cara :
1. Cytocydal
Infeksi virus yang terjadi dengan cara membunuh sel inangnya.
2. Cytopathic
Infeksi virus yang terjadi tidak dengan cara membunuh sel inangnya, tetapi hanya menyebabkan kerusakan pada
sel inangnya.

Ketika virus menginfeksi sel manusia, maka pada sel yang diinfeksi terjadi beberapa kemungkinan, yaitu :

a. Lytic Infection
Pada lytic infection, virus membunuh sel inangnya dengan cara melisis atau memecah sel inang. Ketika sel inangnya
lisis, partikel-partikel virus yang baru dibentuk akan dibebaskan.
b. Persistent infection
Infeksi virus jenis ini dapat bertahan selama beberapa tahun, menghasilkan partikel virus baru tanpa membunuh sel
inang. Partikel virus baru dikeluarkan dari dalam sel inang dengan cara membentuk vesikel-vesikel, sehingga dapat
melewati membrane sel inang. Proses ini hanya menyebabkan sedikit kerusakan pada membrane sel inang, tetapi tidak
membunuhnya.
c. Latent infection
Pada Latent infection, virus hidup di dalam sel inang, tanpa memproduksi partikel virus baru. Pada infeksi jenis ini,
tidak ada kerusakan yang terjadi pada sel inang, akan tetapi ada beberapa rangsangan yang dapat mengaktifkan virus
tersebut, sehingga menyebabkan terjadinya lytic infection.
d. Cancer-causing infection
Pada latent infection, pengaktifan virus juga bias menyebabkan terjadinya perubahan pada sel yang terinfeksi menjadi
sel kanker. Virus ini disebut juga virus oncogenic (penyebab kanker).
Biasanya, pada sel yang terinfeksi virus, terdapat adanya efek cytopathic, sebagai contoh, yaitu timbulnya perubahan
morfologi pada sel tersebut. Salah satu perubahan yang dapat terjadi pada sel yang terinfeksi virus bias berupa
pembentukan badan inklusi. Pembentukan badan inklusi dapat dilihat dengan menggunakan bantuan mikroskop. Badan
inklusi dapat dilihat pada saat virus bereplikasi dengan bantuan pewarnaan. Badan inklusi dapat mengandung asam
nukleat virus, protein, virion dewasa ataupun produk reaksi sel yang tidak digunakan lagi. Letak badan inklusi di dalam
sel menunjukkan tempat dimana virion-virion dibentuk.
Badan inklusi dapat ditemukan di :
1. Inti sel
Intranuclear inclusions ditemukan pada sel yang terinfeksi oleh virus DNA, sperti virus-virus herpes
(herpes simplex, varicella-zooster, cytomegalovirus) dan adenovirus.

Gambar. badan inklusi dalam inti sel.


2. Sitoplasma

Intracytoplasmic inclusions (badan inklusi yang terdapat di dalam sitoplasma sel) ditemukan pada sel
yang terinfeksi oleh virus RNA, seperti paramyxovirus (parainfluenza, gondok, cacar), virus rabies, retrovirus, dan
virus DNA, sperti poxyvirus (variola, vaccine, molluscum contangiosum). Beberapa badan inklusi memiliki sifat
yang khas, sehingga bisa digunakan untuk kepentingan diagnosis. Pada penyakit Rabies, badan inklusinya
ditemukan di dalam sel saraf, disebut juga Negri bodies. Pada penyakit cacar, badan inklusinya ditemukan di lesi
kulit, disebut Guarnieri bodies.

Negri bodies dapat dilihat dengan mikroskop. intracytoplasmic inclusions


(cerebellum, manusia) pada sel Parkinje yang terinfeksi (cerebellum, manusia).
3. Inti sel dan Sitoplasma

Pada beberapa virus, badan inklusinya dapat ditemukan baik di dalam inti sel
ataupun di dalam sitoplasma sel yang terinfeksi oleh virus tersebut. Hal ini dapat
ditemukan pada virus cacar, yang merupakan suatu virus RNA.

Gambar.

Pembentukan sel tumor

6. Perkembangbiakan Virus

Untuk perkembangbiakan, virus memerlukan lingkungan sel yang hidup. Oleh karena
itu, virus menginfeksi sel bakteri, sel hewan, atau sel tumbuhan untuk bereproduksi.
Ada dua macam cara virusmenginfeksi sel hospes, yaitu secara litik dan secara
lisogenik.
A. INFEKSI SECARA LITIK
Infeksi secara litik melalui fase-fase sebagai berikut ini:
1. Fase adsorpsi dan infeksi

Fag akan melekat atau menginfeksi bagian tertentu dari dinding sel hospes, daerah itu
disebut daerah reseptor (receptor site = reseptor spot). Daerah ini khas bagi fag
tertentu, dan fag jenis lain tidak dapat melekat di tempat tersebut. Virus tidak
memiliki enzim untuk metabolisme, tetapi memliki enzim lisozim yang berfungsi
merusak atau melubangi dinding sel hospes.
Sesudah dinding sel hospes terhidrolisis oleh lisozim, maka seluruh isi fag masuk
kedalam hospes. Fag kemudian merusak dan mengendalikan DNA hospes.
2. Fase replikasi (fase sintesa)
DNA fag mengadakan replikasi (menyusun DNA) menggunakan DNA hospes sebagai bahan, serta membentuk
selubung protein. Maka terbentuklah beratus-ratus molekul DNA baru virus yang lengakap dengan selubungnya.
3.Fase pembebasan virus (fag-fag baru)/ fase lisis
Sesudah fag dewasa, sel hospes akan pecah (lisis), sehingga keluarlah virus atau fag yang baru. Jumlah virus baru
ini dapat mencapai sekitar 200.
B. INFEKSI SECARA LISOGENIK
1. Fase adsorpsi dan infeksi
Fag menenpel pada tempat yang spesifik. Virus melakukan penetrasi pada hospes kemudian mengluarkan
DNAnya kedalam tubuh hospes.
2. Fase penggabungan
DNA virus bersatu dengan DNA hospes membentuk profag. Dalam bentuk profag, sebagian besar gen berada
dalam fase tidak aktif, tetapi sedikitnya ada satu gen yang selalu aktif. Gen aktif berfungsi untuk mengkode protein
reseptor yang berfungsi menjaga agar sebagian gen profag tidak aktif.
3. Fase pembelahan
Bila sel hospes membelah diri, profag ikut membelah sehingga dua sel anakan hospes juga mengandung profag
didalam selnya. Hal ini akan berlangsung terus-menerus selama sel bakteri yang mengandung profag membelah.

Virus
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Untuk kegunaan lain dari Virus, lihat Virus (disambiguasi).


?

Virus

Rotavirus

Klasifikasi virus
Kelas: IVII
Groups
I: Virus dsDNA
II: Virus ssDNA
III: Virus dsRNA
IV: Virus (+)ssRNA
V: Virus ()ssRNA
VI: Virus ssRNA-RT
VII: Virus dsDNA-RT
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus
bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapatbereproduksi di dalam
material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak
memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah
kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi
semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi
ketiganya. Genom virus akan diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat
bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi selseleukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara
istilah bakteriofage atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis
selprokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).

Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan
fungsi biologisnya secara bebas jika tidak berada dalam sel inang. Karena karakteristik khasnya
ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya
virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus
mosaik tembakau/TMV).
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Etimologi

2 Sejarah penemuan

3 Struktur dan anatomi virus

4 Patogenesis Virus
o

4.1 Macam-macam infeksi virus

5 Replikasi virus
o

5.1 Pelekatan Virus

5.2 Penetrasi

5.3 Pelepasan Mantel

5.4 Replikasi Genom dan Ekspresi Gen

5.5 Perakitan

5.6 Pematangan

5.7 Pelepasan

6 Klasifikasi virus

7 Contoh-contoh virus
o

7.1 Virus RNA

7.1.1 Retroviridae

7.1.2 Picornaviridae

7.1.3 Orthomixoviridae

7.1.4 Arboviruses

7.2 Virus DNA

7.2.1 Herpesviridae

7.2.2 Parvoviridae

7.2.3 Poxviridae

7.3 Virus Raksasa

8 Peranan Virus dalam Kehidupan


o

8.1 Penyakit hewan akibat virus

8.2 Penyakit tumbuhan akibat virus

8.3 Penyakit manusia akibat virus

9 Diagnosis di laboratorium

10 Pencegahan dan pengobatan

11 Lihat pula

12 Referensi

13 Bacaan lebih lanjut

14 Pranala luar

Etimologi[sunting | sunting sumber]


Kata virus berasal dari bahasa latin virion yang berarti racun, yang pertama kali digunakan di
Bahasa Inggris tahun 1392.[1]Definisi "agen yang menyebabkan infeksi penyakit" pertama kali
digunakan tahun 1728,[1] sebelum ditemukannya virus sendiri oleh Dmitry Iwanovsky tahun 1892.

Sejarah penemuan[sunting | sunting sumber]

Virus mosaik tembakau merupakan virus yang pertama kali divisualisasikan denganmikroskop elektron.

Virus telah menginfeksi sejak zaman sebelum masehi, hal tersebut terbukti dengan adanya
beberapa penemuan-penemuan yaitu laporan mengenai infeksi virus dalam hieroglyph di
Memphis, ibu kota Mesir kuno (1400SM) yang menunjukkan adana penyakit poliomyelitis,
selain itu, Raja Firaun Ramses V meninggal pada tahun 1196 SM dan dipercaya meninggal
karena terserang virus Smallpox.

Pada zaman sebelum masehi, virus endemik yang cukup terkenal adalah virus Smallpox
yang menyerang masyarakat cina pada tahun 1000. Akan tetapi pada pada tahun 1798
,Edward Jenner menemukan bahwa beberapa pemerah susu memiliki kekebalan terhadap
virus pox. Hal tersebut diduga karena Virus Pox yang terdapat pada sapi, melindungi
manusia dari Pox. Penemuan tersebut yang dipahami kemudian merupakan pelopor
penggunaan vaksin.

Pada tahun 1880, Louis Pasteur dan Robert Koch mengemukakan suatu "germ theory" yaitu
bahwa mikroorganisme merupakan penyebab penyakit. Pada saat itu juga terkenal Postulat
Koch yang sangat terkenal hingga saat ini yaitu :
1. Agen penyakit harus ada di dalam setiap kasus penyakit

2. Agen harus bisa diisolasi dari inang dan bisa ditumbuhkan secara in vitro
3. Ketika kultur agen muri diinokulasikan ke dalam sel inang sehat yang rentan maka ia
bisa menimbulkan penyakit
4. Agen yang sama bisa di ambil dan diisolasi kembali dari inang yang terinfeksi tersebut

Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang
menghambat pertumbuhan tanamantembakau dan membuat daun tanaman tersebut
memiliki bercak-bercak. Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman,
menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika tanaman yang ia teliti menjadi
sakit setelah disemprot dengan getah tanaman yang sakit. Karena tidak berhasil
menemukan mikroba di getah tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa penyakit
tersebut disebabkan oleh bakteri yang lebih kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat
dengan mikroskop.

Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun tembakau
yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit mosaik.
Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit
tersebut berbentuk sangat kecil sehingga masih dapat melewati saringan, atau bakteri
tersebut mengeluarkan toksin yang dapat menembus saringan.[2] Kemungkinan kedua ini
dibuang pada tahun 1897setelah Martinus Beijerinck dari Belanda menemukan bahwa agen
infeksi di dalam getah yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi karena
kemampuannya menimbulkan penyakit tidak berkurang setelah beberapa kali ditransfer
antartanaman.[2] Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri, melainkan
merupakan contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit.[2]

Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab penyakit
mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat dilewati bakteri. Namun, mereka
menyimpulkan bahwa patogennya adalah bakteri yang sangat kecil.[2]

Pendapat Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell Meredith
Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mosaik
yang kini dikenal sebagai virus mosaik tembakau.[3] Virus ini juga merupakan virus yang
pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan
Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska.[4]

Pada tahun 1911, Peyton Rous menemukan jika ayam yang sehat diinduksi dengan sel
tumor dari ayam yang sakit, maka pada ayam yang sehat tersebut juga akan terkena
kanker.[5] Selain itu, Rous juga mencoba melisis sel tumor dari ayam yang sakit lalu
menyaring sari-sarinya dengan pori-pori yang tidak dapat dilalui oleh bakteri, lalu sari-sari
tersebut di suntikkan dalam sel ayam yang sehat dan ternyata hal tersebut juga dapat
menyebabkan kanker.[5] Rous menyimpulkan kanker disebabkan karena sel virus pada sel
tumor ayam yang sakit yang menginfeksi sel ayam yang sehat.[5] Penemuan tersebut

merupakan penemuan pertama virus onkogenik, yaitu virus yang dapat menyebabkan tumor.
Virus yang ditemukan oleh Rous dinamakan Rous Sarcoma Virus(RSV).[5]

Pada tahun 1933, Shope papilloma virus atau cottontail rabbit papilloma virus (CRPV)yang
ditemukan oleh Dr Richard E Shope merupakan model kanker pertama pada manusia yag
disebabkan oleh virus.[6] Dr Shope melakukan percobaan dengan mengambil filtrat dari
tumor pada hewan lalu disuntikkan pada kelinci domestik yang sehat, dan ternyata timbul
tumor pada kelinci tersebut.[6]

Wendell Stanley merupakan orang pertama yang berhasil mengkristalkan virus pada tahun
1935.[7] Virus yang dikristalkan merupakan Tobacco Mozaic Virus (TMV).[7] Stanley
mengemukakan bahwa virus akan dapat tetap aktif meskipun setelah kristalisasi.[7]

Martha Chase dan Alfred Hershey pada tahun 1952 berhasil menemukan
bakteriofage.[8] Bakterofage merupakan virus yang memiliki inang bakteri sehingga hanya
dapat bereplikasi di dalam sel bakteri.[8]

Struktur dan anatomi virus[sunting | sunting sumber]

Model skematik virus berkapsid heliks (virus mosaik tembakau): 1. asam nukleat (RNA), 2. kapsomer, 3. kapsid.

Virus adalah organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri sehingga virus
tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus terkecil berdiameter hanya 20 nm (lebih
kecil daripada ribosom), sedangkan virus terbesar sekalipun sukar dilihat dengan mikroskop
cahaya.[9]
Genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA.[10] Genom virus dapat terdiri dari DNA untai
ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau RNA untai tunggal.[10] Selain itu, asam nukleat
genom virus dapat berbentuk linear tunggal atau sirkuler.[10] Jumlah gen virus bervariasi dari
empat untuk yang terkecil sampai dengan beberapa ratus untuk yang terbesar.[9][10] Bahan
genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan
kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal.[10]
Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung.[10] Protein yang menjadi lapisan
pelindung tersebut disebutkapsid.[10] Bergantung pada tipe virusnya, kapsid bisa berbentuk bulat
(sferik), heliks, polihedral, atau bentuk yang lebih kompleks dan terdiri atas protein yang
disandikan oleh genom virus.[10] Kapsid terbentuk dari banyak subunit protein yang
disebut kapsomer.[9][10]

Bakteriofagterdiri dari kepala polihedral berisi asam nukleat dan ekor untuk menginfeksi inang.

Untuk virus berbentuk heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid) terikat
langsung dengan genom virus.[11] Misalnya, pada virus campak, setiap protein nukleokapsid
terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang sekitar 1,3
mikrometer.[11] Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini disebut nukleokapsid.[11] Pada
virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang didapatkan dari sel inang, dan
glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat pada selubung lipid tersebut.[11] Bagian-bagian
ini berfungsi dalam pengikatan pada dan pemasukan ke sel inang pada awal infeksi.[11]

Virus cacar air memiliki selubung virus.

Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu berikatan
dengan asam nukleat seperti virus heliks.[12]Struktur ini bisa bervariasi dari ukuran 20 nanometer
hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun dalam bentuk
simetri ikosahedral.[12] Jumlah protein yang dibutuhkan untuk membentuk kapsid virus sferik
ditentukan dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t protein.[12] Sebagai contoh, virus hepatitis
B memiliki angka T=4, butuh 240 protein untuk membentuk kapsid.[12] Seperti virus bentuk heliks,
kapsid sebagian jenis virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun biasanya protein kapsid
sendiri langsung terlibat dalam penginfeksian sel.[12]
Beberapa jenis virus memiliki unsur tambahan yang membantunya menginfeksi inang.Virus pada
hewan memiliki selubung virus, yaitu membran menyelubungi kapsid.[13] Selubung ini
mengandung fosfolipid dan protein dari sel inang, tetapi juga mengandung protein
dan glikoprotein yang berasal dari virus.[13] Selain protein selubung dan protein kapsid, virus juga
membawa beberapa molekul enzim di dalam kapsidnya. Ada pula beberapa
jenis bakteriofagyang memiliki ekor protein yang melekat pada "kepala" kapsid. Serabut-serabut
ekor tersebut digunakan oleh fag untuk menempel pada suatu bakteri.[14] Partikel lengkap virus
disebut virion. Virion berfungsi sebagai alat transportasi gen, sedangkan komponen selubung
dan kapsid bertanggung jawab dalam mekanisme penginfeksian sel inang.[14]

Patogenesis Virus[sunting | sunting sumber]


Macam-macam infeksi virus[sunting | sunting sumber]
Virus dapat menginfeksi inangnya dan menyebabkan berbagai akibat bagi inangnya.[15] ada yang
berbahaya, namun juga ada yang dapat ditangani oleh sel imun dalam tubuh sehingga akibat
yang dihasilkan tidak terlalu besar.[15]

1. Infeksi Akut
infeksi akut merupakan infeksi yang berlangsung dalam jangka waktu cepat namun
dapat juga berakibat fatal.[15]Akibat dari infeksi akut adalah :
* Sembuh tanpa kerusakan (Sembuh total)[15]
* Sembuh dengan kerusakan/cacat, misalnya : polio[15]
* Berlanjut kepada infeksi kronis[15]
* Kematian[15]
2. Infeksi Kronis
Infeksi kronis merupakan infeksi virus yang berkepanjangan sehingga ada resiko gejala
penyakit muncul kembali.[15]Contoh dari infeksi kronis adalah :
* Silent subclinical infection seumur hidup, contoh : cytomegalovirus( CMV)[15]
* Periode diam yang cukup lama sebelum munculnya penyakit, contoh : HIV [15]
* Reaktivasi yang menyebabkan infeksi akut, contoh : shingles[15]
* Penyakit kronis yang berulang (kambuh), contoh : HBV, HCV
* Kanker contoh : HTLV-1, HPV, HBV, HCV, HHV.[15]

Replikasi virus[sunting | sunting sumber]


Replikasi virus terdiri atas beberapa tahapan-tahapan yaitu pelekatan virus, penetrasi, pelepasan
mantel, replikasi genom dan ekspresi gen, perakitan, pematangan, dan pelepasan.

Pelekatan Virus[sunting | sunting sumber]


Pelekatan virus merupakan proses interaksi awal antara partikel virus dengan
molekul reseptor pada permukaan sel inang.[16]Pada tahap ini, terjadi ikatan spesifik antara
molekul reseptor seluler dengan antireseptor pada virus.[16] Beberapa jenis virus memerlukan
molekul lainnya untuk proses pelekatan yaitu koreseptor.[16]
Molekul reseptor yang target pada permukaan sel dapat berbentuk protein (biasanya
glikoprotein) atau residu karbohidratyang terdapat pada glikoprotein atau glikolipid.[16]
Beberapa virus kompleks seperti poxvirus dan herpesvirus memiliki lebih dari satu reseptor
sehingga mempunyai beberapa rute untuk berikatan dengan sel.[16]
Reseptor virus mempunyai beberapa kelas yang berbeda :

molekul immunoglobulin-like superfamily

reseptor terkait membran

saluran dan transporter transmembran[16]

Beberapa contoh virus beserta reseptor yang dimiliki :

Human Rhinovirus (HRV)


Human Rhinovirus memiliki reseptor ICAM-1(Intracelluler adhesion molecule1).[17] Molekul tersebut merupakan molekul adhesi yang fungsi normalnya adalah untuk
mengikatkan sel kepada substratnya.[17] struktur ICAM-1 mirip dengan
molekul imunoglobulin dengan domain C dan V sehingga digolongkan sebagai
protein supefamily immunoglobulin[17]

Struktur ICAM-1 memiliki lima Ig-like domain untuk berikatan dengan Lfa-1 (Leukocite
function antigen-1), Mac-1(Macrofage antigen-1), Rhinovirus (HRV), fibrinogen,
dan PFIE (malaria infected erythocytes).[17]
10 serotipe dari HRV menggunakan ICAM-1 sebagai reseptor, sepuluh serotipe lainnya
menggunakan protein yang beruhubungan dengan LDL reseptor.[17]

Poliovirus

mempunyai reseptor virus berupa protein membran integral yang juga anggota dari
molekul superfamily immunoglobulin.[18] Reseptor ini memiliki tiga domain yaitu satu
berupa variabel dan dua konstan.[18]

Virus influenza

Virus ini mempunyai dua tipe spike glikoprotein pada permukaan partikel virus
yaitu hemagglutinin (HA) danneuraminidase.[19] HA akan berikatan dengan reseptor virus
influenza yang berupa asam sialat (N-asetil neuraminic acid).[19]
virus ini berikatan dengan muatan negatif dari moieties asam sialat yang ada pada
rantai oligosakarida yang secara kovalen berikatan dengan glikoprotein pada permukaan
sel.[19]
adanya asam sialat pada hampir semua jenis sel menyebabkan virus influenza bisa
berikatan dengan banyak tipe sel.[19]

Penetrasi[sunting | sunting sumber]


Penetrasi terjadi pada waktu yang sangat singkat setelah pelekatan
virus pada reseptor di membran sel.[20] Proses ini memerlukan
energi Tiga mekanisme yang terlibat:

Translokasi partikel virus

Proses translokasi relatif jarang terjadi di antara virus dan mekanisme belom
sepenuhnya dipahami benar, kemungkinan diperantarai oleh protein di dalam virus
kapsid dan reseptor membran spesifik.[21]

Endositosis virus ke dalam vakuola intraseluler

proses endositosis merupakan mekanisme yang sangat umum sebagai jalan masuk virus
ke dalam sel.[22] Tidak diperlukan protein virus spesifik selain yang telah digunakan untuk
pengikatan reseptor.[22]

fusi dari envelope dengan membran sel (untuk virus


yang berenvelope)

Proses fusi virus berenvelop dengan membran sel baik secara langsung maupun dengan
permukaan sel maupun mengikuti endositosis dalam sitoplasma.[22] Diperlukan

adanya protein fusi spesifik dalam envelop virus, misalnya : HA influenza


dan glikoprotein transmembran (TM) Rhinovirus.[22]

Pelepasan Mantel[sunting | sunting sumber]


Tahap ini terjadi setelah proses penetrasi dimana kapsid virus baik seluruhnya maupun sebagian
dipindahkan ke dalam sitoplasma sel inang.[20] Pada tahap ini genom virus terekspos dalam
bentuk kompleks nukleoprotein.[20] Dalam beberapa kasus, tahap ini berlangsung cukup
sederhana dan terjadi selama fusi pada membran virus dengan membran plasma.[20]untuk virus
lainnya, tahap ini merupakan proses multistep yang melibatkan jalur endositosis dan
membran nukleus.[20]

Replikasi Genom dan Ekspresi Gen[sunting | sunting sumber]

7 Klasifikasi Baltimore.

[23]

Strategi replikasi dari beberapa virus tergantung pada material genetik alami dari virus
tersebut.[24] Dalam hal ini, virus dibagi dalam 7 kelompok seperti pengelompokan David
Baltimore.[24] Proses ekspresi gen akan menentukan semua proses infeksi virus (akut, kronis,
persisten, atau laten).[24]

Kelas I : DNA Utas Ganda

Kelompok ini dibagi menjadi dua kelompok :


1. Replikasi terjadi di inti dan relatif tergantung kepada faktor-faktor seluler
(Adenoviridae, Polyomaviridae, Herpesviridae)[24]
2. Replikasi terjadi di sitoplasma (Poxviridae). virus ini melibatkan semua faktorfaktor yang penting untuk transkripsi dan replikasi dari genomnya, dan
kebanyakan tidak tergantung pada perangkat replikasi dari inangnya[24].

Kelas II : DNA Utas Tunggal

Replikasi terjadi di dalam nukleus, melibatkan bentuk utas ganda intermediate sebagai
cetakan untuk sintesis utas tunggal DNA turunannya (Parvoviridae)[24]

Kelas III : RNA Utas Ganda

Virusnya memiliki genom yang tersegmentasi. masing-masing segmennya ditranskripsi


secara terpisah untuk menghasilkan monosistronik mRNA individual.
contoh : Reoviridae[24]

Kelas IV : RNA Utas Tunggal (+)

Virus dengan polisistronik mRNA dimana kelas ini genom RNA membentuk mRNA yang
ditranslasikan untuk membentuk suatu polyprotein yang dipecah membentuk protein
matang. Contoh : Picornaviridae[24]

Kelas V : RNA Utas Tunggal (-)

Genom pada kelas ini dibagi menjadi dua tipe :


1. Genom tidak bersegmen (Rhabdoviridae), Tahap pertama dalam replikasi
adalah transkripsi dari genom RNA utas (-) oleh virion RNA-dependent RNA
polimerase untuk menghasilkan monosistronik mRNA yang juga sebagai
cetakan untuk replikasi genom.[24]
2. Genom bersegmen (Orthomixoviridae), replikasi terjadi di dalam nukleus dimana
monosistronik mRNA untuk masing-masing gen virus dihasilkan oleh
transkriptase virus.[24]

Kelas VI : RNA Utas Tunggal


(+) dengan DNA Intermediate

Genom Retrovirus RNA utas tunggal (+) bersifat diploid dan tidak dipakai secara
langsung sebagai mRNA tetapi sebagi template untuk reverse transkriptase menjadi
DNA.[24]

Kelas VII : DNA Utas


Ganda dengan RNA
Intermediate

Virus kelompok ini bergantung kepada reverse transkriptase, tetapi berbeda dengan
retrovirus, prosesnya terjadi di dalam partikel virus selama maturasi (Hepadnaviridae).[24]

Perakitan[sunting | su
nting sumber]
Perakitan merupakan proses pengumpulan komponen-komponen virion pada bagian khusus di
dalam sel.[20] Selama proses ini, terjadi pembentukan struktur partikel virus.[20] Proses ini
tergantung kepada proses replikasi di dalam sel dan tempat di mana virus melepaskan diri dari
sel.[20] mekanisme perakitan bervariasi untuk virus yang berbeda-beda. Contoh : proses
perakitan Picornavirus, Poxvirus, dan Reovirus terjadi di sitoplasma, sementara itu proses
perakitan Adenovirus , Poliovirus, dan Parvovirus terjadi di nukleus.[20]

Pematangan[sunting | sunting sumber]

Pematangan merupakan tahap dari siklus hidup virus dimana virus bersifat infeksius.[20] pada
tahap ini terjadi perubahan struktur dalam partikel virus yang kemungkinan dihasilkan oleh
pemecahan spesifik protein kapsid untuk menghasilkan produk yang matang.[20] protease virus
dan enzim seluler lainnya biasanya terlibat dalam proses ini.[20]

Pelepasan[sunting | sunting sumber]


Semua virus kecuali virus tanaman melepaskan diri dari sel inang melalui dua mekanisme :

untuk virus litik (semua virus non-selubung), pelepasan merupakan proses yang sederhana,
dimana sel yang terinfeksi terbuka dan virus keluar.[20]

untuk virus berselubung, diperlukan membran lipid ketika virus keluar dari sel melewati
membran , proses ini dikenal sebagai budding.[20]

Proses pelepasan partikel virus kemungkinan bisa merusak sel(Paramyxovirus, Rhabdovirus,


dan Togavirus) , dan kemungkinan sebagian lagi tidak merusak sel (Retrovirus).[20]

Klasifikasi virus[sunting | sunting sumber]


Virus dapat diklasifikasi menurut morfologi, tropisme dan cara penyebaran, dan genomik
fungsional.[25]

Klasifikasi virus berdasarkan morfologi


Berdasarkan morfologi, virus dibagi berdasarkan jenis asam nukleat dan juga protein
membran terluarnya (envelope) menjadi 4 kelompok, yaitu :[25]
1. Virus DNA
2. Virus RNA
3. Virus berselubung
4. Virus non-selubung

Klasifikasi virus berdasarkan tropisme dan cara penyebaran


Berdasarkan tropisme dan cara penyebaran, virus dibagi menjadi:[25]
1. Virus Enterik
2. Virus Respirasi
3. Arbovirus
4. Virus onkogenik
5. Hepatitis virus

Klasifikasi virus berdasarkan genomik fungsional


Virus di klasifikan menjadi 7 kelompok berdasarkan alur fungsi genomnya. Klasifikasi ini
disebut juga klasifikasi Baltimore yaitu:[25]
1. Virus Tipe I = DNA Utas Ganda

2. Virus Tipe II = DNA Utas Tunggal


3. Virus Tipe III = RNA Utas Ganda
4. Virus Tipe IV = RNA Utas Tunggal (+)
5. Virus Tipe V = RNA Utas Tunggal (-)
6. Virus Tipe VI = RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA perantara
7. Virus Tipe VII = DNA Utas Ganda dengan RNA perantara

Contoh-contoh virus[sunting | sunting sumber]


Virus RNA[sunting | sunting sumber]
Virus RNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa RNA, kelompok yang
tergolong dalam kelompok ini adalah virus kelas III, IV, V, dan VI. Beberapa
contoh familia virus yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Retroviridae,
Picornaviridae, Orthomixoviridae, dan Arbovirus.[26]
Retroviridae[sunting | sunting sumber]
Retroviridae merupakan virus berbentuk ikosahedral. Virus ini memiliki
genom RNA berjumlah dua buah yang keduanya identik dan memiliki polaritas positif yang
nantinya akan diekspresikan menjadi enzim polimerase yang unik yaitu reverse
traskriptase yang berguna untuk mengubah RNA menjadi DNA.[26][27] DNA yang dihasilkan
nantinya akan berintegrasi ke dalam DNA sel inang sebagai provirus.[26] Virus ini termasuk
ke dalam virus yang ganas, dapat menyebabkan penekanansistem kekebalan tubuh dan
juga tumor.[26] Sifatnya yang ganas tersebut disebabkan salah satunya karena virus ini
mudah mengalami mutasi.[26]
Salah satu genus dari familia ini yang paling terkenal adalah genus Lentivirus, yang contoh
spesiesnya adalah HIV 1 dan 2.[26]
Picornaviridae[sunting | sunting sumber]
Picornaviridae merupakan berukuran kecil. Virus ini memiliki genom RNA dengan polaritas
positif sehingga termasuk virus kelas IV dalam klasifikasi Baltimore.[28] Virus dalam famili
ini mampu menyebabkan banyak penyakit pada manusia, di antaranya adalah penyakit
polio yang disebabkan oleh Poliovirus dan flu ringan yang disebabkan oleh Rhinovirus.[28]
Orthomixoviridae[sunting | sunting sumber]
Orthomoxoviridae merupakan virus yang memiliki selubung dengan materi
genetik RNA bersegmen berpolaritas negatif sehingga virus ini termasuk dalam kelas V
dalam klasifikasi Baltimore.[29] Ciri khan dari virus ini adalah virus ini
memilikiprotein permukaan yang merupakan antigen utama yaitu Hemmaglutinin (HA)
dan Neuraminidase (NA).[29] Hemmaglutinin merupakan bagian virus yang menempel pada
sel target oleh sebab itu antibodi terhadap hemmaglutinin dapat melindung dari infeksi
virus.[29] Neuraminidase berperan untuk melepaskan virion dari sel oleh sebab itu antibodi
terhadap NA dapat menekan tingkat keparahan infeksi virus.[29]
Virus ini di klasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu :
1. Influenza tipe A
Influenza tipe A merupakan virus yang menginfeksi berbagai spesies baik manusia,
burung (burung liar, ternak, domestik), babi, kuda, anjing, dan mamalia air(anjing laut
dan paus).[29] Virus influenza tipe A dapat mengalamiantigenic drift dan antigenic
shift.[29]

Antigenic drift adalah terjadinya mutasi pada gen yang menyandikan protein
Hemmaglutinin. Hal tersebut menyebabkan antibodi yang ada tidak dapat
mengenalinya lagi. Kejadian tersebut menyebabkan terjadinya endemikmusiman.[29]
Antigenic shift adalah munculnya subtipe barus virus influenza yang disebabkan
karena penggabunggan genetik antara manusia dengan virus hewan atau dengan
transmisi langsung dari hewan unggas ke manusia. karena tidak ada atau sedikitnya
imunitas terhada virus baru, maka pandemik dapat terjadi.[29]
2. Influenza tipe B
3. Influenza tipe C
4. Tick-Borne Influenza
virus ini merupakan virus yang berasal dari kutu.[29]
Arboviruses[sunting | sunting sumber]
Arbovirus merupakan singkatan dari ARthropoda-BOrne virus yaitu virus yang berasal dari
kelompok Arthropoda.[30]Arbovirus dibagi menjadi empat famili yaitu :
1. Togaviridae
contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah Rubellavirus.[30]
2. Flaviviridae
contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah Hepatitis C virus
dan Denguevirus yang penyebabkan penyakitdemam berdarah dengue.[30]
3. Bunyaviridae
contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah California encephalitis virus
(CE) yang menyebabkan penyakitencephalitis pada manusia.[30]
4. Reoviridae
contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah reovirus yang menyebabkan
Colorado tick fever dan Rotavirusyang menyebabkan diare epidemik pada anakanak.[30]

Virus DNA[sunting | sunting sumber]


Virus DNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa DNA, kelompok yang tergolong
dalam kelompok ini adalah virus kelas I, II, VII. Beberapa contoh familia virus yang termasuk ke
dalam kelompok ini adalah Herpesviridae, Parvoviridae, dan Poxviridae.[31]
Herpesviridae[sunting | sunting sumber]
Herpesviridae merupakan kelompok virus berukuran besar dengan materi genetik DNA utas
ganda sehingga dikelompokkan ke dalam kelas 1 dalam klasifikasi baltimore. Virus dalam
kelompok ini dapat menyebabkan penyakit ganas dan juga dapat menyebabkan kelainan pasca
kelahiaran pada bayi.[31] Herpesviridae terbagi ke dalam beberapa genus, yaitu :
1. Alpha Herpesvirus
Virus yang termasuk dalam kelompok Alpha herpesvirus biasanya menyebabkan penyakit
yang akut dengan gejala yang muncul saat itu juga.[31] infeksi virus ini bersifat laten

persisten disebabkan karena kemampuan genom virus ini untuk berintergrasi dengan sel
inang.[31] jika kondisi inang sedang lemah, maka ada kemungkinan penyakit dapat muncul
kembali pada tempat yang sama.[31]
contoh dari virus ini adalah Herpes simplex tipe 1 dan 2 dan Varicella zoster(VZ) virus.[31]
2. Beta Herpesvirus
Virus yang termasuk dalam kelompok beta herpesvirus biasanya menyebabkan penyakit
yang akut akan tetapi tidak ditemukan gejala pada carrier.[31] virus ini
menyebabkan infeksi pada bayi dan perkembangan abnormal (penyakit kongenital).[31]
contoh dari virus ini adalah Cytomegalovirus.[31]
3. Gamma Herpesvirus
Virus yang termasuk dalam kelompok ini mampu menyebabkan
penyakit limphopoliperatif jinak dan ganas.[31]
contoh dari virus ini adalah Epstein-Barr virus.[31]
Parvoviridae[sunting | sunting sumber]
Parvoviridae merupakan virus dengan DNA utas tunggal polaritas positif atau negatif sehingga
termasuk dalam kelas II dalam klasifikasi Baltimore.[32] Virus ini tidak memiliki selubung virus dan
merupakan virus manusia yang berukuran paling kecil.[32]Virus merupakan virus yang tidak
sempurna sehingga perlu berasosiasi dengan adenovirus sehingga sering disebut AdenoAssociated Virus(AAV).[32] Salah satu contoh kelompok ini adalah virus B-19 yang dapat
menyebabkan cacat atau keguguran pada janin.[32]
Poxviridae[sunting | sunting sumber]
Poxviridae merupakan virus dengan materi genetik DNA untai ganda sehingga virus ini di
termasuk dalam kelas I dalamklasifikasi Baltimore.[33] Ciri khas dari virus ini adalah virus ini
memiliki morfologi besar dan kompleks.[33] Virus yang terkenal dalam kelompok ini
adalah Smallpox.[33] Smallpox cukup terkenal karena menimbulkan pandemik yang sangat besar
diseluruh dunia.[33] sekarang virus Smallpox sudah dimusnahkan.[33]

Virus Raksasa[sunting | sunting sumber]


Ilmuwan menemukan virus raksasa yang dikenal dengan
istilah Mimivirus, Megavirus dan Pandoravirus.
Pandoravirus merupakan jenis virus berukuran sangat besar dengan genom yang jauh lebih
besar dibanding virus-virus lain yang sudah lebih dulu dikenal. Pandoravirus disebut sebagai
virus super raksasa, karena ukurannya mengalahkan virus berukuran raksasa lain seperti
Mimivirus atau Megavirus.
Meski berukuran raksasa, namun tetap tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Virus ini
ditemukan peneliti dari Prancis Jean Michael Claverie dari Universitas Mediterrane.[34]
Pandoravirus berukuran seribu kali lebih besar dibanding virus influenza yang berukuran 100
nanometer. Pandoravirus memiliki 2.556 gen (200 kali lebih banyak dari virus influenza). Ukuran
Pandoravirus lebih besar dua kali lipat dari Megavirus yang hanya memiliki 1.120 gen.

Peranan Virus dalam Kehidupan[sunting | sunting sumber]


Beberapa virus ada yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi genetika.[15] Melalui terapi gen,
gen jahat (penyebab infeksi) yang terdapat dalam virus diubah menjadi gen baik
(penyembuh).[15] Baru-baru ini David Sanders, seorang profesor biologi pada Purdue's School of
Science telah menemukan cara pemanfaatan virus dalam dunia kesehatan.[15] Dalam temuannva
yang dipublikasikan dalam Jurnal Virology, Edisi 15 Desember 2002, David Sanders berhasil

menjinakkan cangkang luar virus Ebola sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pembawa gen
kepada sel yang sakit (paru-paru).[15]Meskipun demikian, kebanyakan virus bersifat merugikan
terhadap kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan.[15]
Virus sangat dikenal sebagai penyebab penyakit infeksi pada manusia, hewan, dan
tumbuhan.[15] Sejauh ini tidak ada makhluk hidup yang tahan terhadap virus.[15] Tiap virus secara
khusus menyerang sel-sel tertentu dari inangnya. Virus yang menyebabkan selesma menyerang
saluran pernapasan, virus campak menginfeksi kulit, virus hepatitis menginfeksi hati, dan virus
rabies menyerang sel-sel saraf. Begitu juga yang terjadi pada penyakit AIDS (acquired immune
deficiency syndrome), yaitu suatu penyakit yang mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh
penderita penyakit tersebut disebabkan oleh virus HIV yang secara khusus menyerang sel darah
putih.[15] Tabel berikut ini memuat beberapa macam penyakit yang disebabkan oleh virus.[15]
Selain manusia, virus juga menyebabkan kesengsaraan bagi hewan dan tumbuhan.[15] Tidak
sedikit pula kerugian yang diderita peternak atau petani akibat ternaknya yang sakit atau hasil
panennya yang berkurang.[15]

Penyakit hewan akibat virus[sunting | sunting sumber]


Penyakit tetelo, yakni jenis penyakit yang menyerang bangsa unggas, terutama ayam.
Penyebabnya adalah new castle disease virus (NCDV).[15] Penyakit kuku dan mulut, yakni jenis
penyakit yang menyerang ternak sapi dan kerbau.[15] Penyakit kanker pada ayam oleh rous
sarcoma virus (RSV).[15] Penyakit rabies, yakni jenis penyakit yang menyerang anjing, kucing,
dan monyet, disebabkan oleh virus rabies.[15]

Penyakit tumbuhan akibat virus[sunting | sunting sumber]


Penyakit mosaik, yakni jenis penyakit yang menyerang tanaman tembakau.[2] Penyebabnya
adalah tobacco mosaic virus (TMV) Penyakit tungro, yakni jenis penyakit yang menyerang
tanaman padi.[2] Penyebabnya adalah virus Tungro.[2] Penyakit degenerasi pembuluh tapis pada
jeruk. Penyebabnya adalah virus citrus vein phloem degeneration (CVPD).[2]

Penyakit manusia akibat virus[sunting | sunting sumber]


Contoh paling umum dari penyakit yang disebabkan oleh virus adalah pilek (yang bisa saja
disebabkan oleh satu atau beberapa virus sekaligus), cacar, AIDS (yang disebabkan virus HIV),
dan demam herpes (yang disebabkan virus herpes simpleks).[35] Kanker leher rahim juga diduga
disebabkan sebagian oleh papilomavirus (yang menyebabkan papiloma, atau kutil), yang
memperlihatkan contoh kasus pada manusia yang memperlihatkan hubungan antara kanker dan
agen-agen infektan.[35] Juga ada beberapa kontroversi mengenai apakah virus borna, yang
sebelumnya diduga sebagai penyebab penyakit saraf pada kuda, juga bertanggung jawab
kepada penyakit psikiatris pada manusia.[35]
Potensi virus untuk menyebabkan wabah pada manusia menimbulkan kekhawatiran
penggunaan virus sebagai senjata biologis. Kecurigaan meningkat seiring dengan ditemukannya
cara penciptaan varian virus baru di laboratorium.[35]
Kekhawatiran juga terjadi terhadap penyebaran kembali virus sejenis cacar, yang telah
menyebabkan wabah terbesar dalam sejarah manusia, dan mampu menyebabkan kepunahan
suatu bangsa.[35] Beberapa suku bangsa Indian telah punah akibat wabah, terutama penyakit
cacar, yang dibawa oleh kolonis Eropa.[35] Meskipun sebenarnya diragukan dalam jumlah
pastinya, diyakini kematian telah terjadi dalam jumlah besar.[35] Penyakit ini secara tidak
langsung telah membantu dominasi bangsa Eropa di dunia baru Amerika.[35]
Salah satu virus yang dianggap paling berbahaya adalah filovirus.[35] Grup Filovirus terdiri
atas Marburg, pertama kali ditemukan tahun 1967 di Marburg, Jerman, dan ebola.[35] Filovirus
adalah virus berbentuk panjang seperti cacing, yang dalam jumlah besar tampak seperti sepiring
mi.[35] Pada April 2005, virus Marburg menarik perhatian pers dengan terjadinya penyebaran
di Angola. Sejak Oktober 2004 hingga 2005, kejadian ini menjadi epidemi terburuk di dalam
kehidupan manusia.[35]

Diagnosis di laboratorium[sunting | sunting sumber]

Deteksi, isolasi, hingga analisis suatu virus biasanya melewati proses yang sulit dan
mahal.[36] Karena itu, penelitian penyakit akibat virus membutuhkan fasilitas besar dan mahal,
termasuk juga peralatan yang mahal dan tenaga ahli dari berbagai bidang, misalnya teknisi,
ahli biologi molekular, dan ahli virus.[36] Biasanya proses ini dilakukan oleh lembaga kenegaraan
atau dilakukan secara kerjasama dengan bangsa lain melalui lembaga dunia seperti Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO).[36]

Pencegahan dan pengobatan[sunting | sunting sumber]


Karena biasanya memanipulasi mekanisme sel induknya untuk bereproduksi, virus sangat sulit
untuk dibunuh.[37] Metodepengobatan sejauh ini yang dianggap paling efektif adalah vaksinasi,
untuk merangsang kekebalan alami tubuh terhadap proses infeksi, dan obat-obatan yang
mengatasi gejala akibat infeksi virus.[37]
Penyembuhan penyakit akibat infeksi virus biasanya disalah-antisipasikan dengan
penggunaan antibiotik, yang sama sekali tidak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
virus.[37] Efek samping penggunaan antibiotik adalah resistansi bakteri terhadap
antibiotik.[37] Karena itulah diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan apakah suatu
penyakit disebabkan oleh bakteri atau virus.[37]
Infeksi virus atau bakteri pada umumnya menimbulkan demam, hanya saja infeksi bakteri akan
meningkatkan kadar Sel darah putih, sedangkan infeksi virus tidak, tetapi infeksi bakteri, virus
bahkan jamur akan meningkatkan kadar Antibodi M(IgM), tetapi pemeriksaan IgM agak mahal.
Pemeriksaan Sel darah putih ataupun IgM tidak dapat menentukan jenis penyakitnya, tetapi
kedua pemeriksaan tersebut hanya mengindikasikan penyakit tersebut diakibatkan oleh apa.
Jika biaya menjadi kendala, maka pemeriksaan Sel darah putih saja sudah cukup, karena infeksi
virus tidak dapat diobati dengan anti-biotik dan pada umumnya infeksi virus akan sembuh
dengan sendirinya (virus self limiting life) dengan istirahat (istirahat penuh di ranjang, jika perlu)
dan gizi yang cukup, kecuali HIV dimana untuk diagnosis awal diperlukan
pemeriksaan CD4 yang relatif murah.

CARA PENULARAN DAN


PENCEGAHAN VIRUS PADA
MAKHLUK HIDUP
VIRUS PADA MANUSIA
1. Polio

Adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus.

Cara Penularan:
Polio menular melalui kontak antar manusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui
mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses
(fekal-oral). Atau bisa juga melalui mulut dengan mulut (oral-oral).
Cara Pencegahan:

Menjaga lingkungan tetap bersih agar terhindar dari virus ini.


Melakukan vaksinasi polio bagi para balita

2. Herpes Simplex

Adalah virus DNA yang dapat menyebabkan infeksi akut pada kulit.
Cara Penularan:
Melalui kontak fisik dengan penderita, seperti: hubungan seksual, berciuman (bila
herpes di mulut), maupun oral seks.
Cara Pencegahan:

Selalu menjaga higienis (kebersihan/kesehatan) organ genetalia (atau alat


kelamin pria dan wanita secara teratur).

Setia kepada pasangannya, dengan tidak berganti-ganti pasangan.

Jangan lupa menggunakan kondom, bila pasangan kita sudah terinfeksi PMS
(Penyakit Menular Seksual).

Mintalah jarum suntik baru tiap kali menerima pelayanan medis yang
menggunakan jarum suntik.

3. Virus Ebola

Adalah sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae, dan juga nama dari
penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut.

Cara Penularan:

Melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau kulit.

Cara Pencegahan:

Menghindari bepergian ke daerah yang dilanda wabah ebola atau daerah yang
memiliki riwayat wabah ebola.

Menghindari kontak dengan cairan tubuh pasien/orang yang terinfeksi ebola


seperti darah, feses, air liur, cairan muntahan, air kencing, bahkan keringat.

Tidak berhubungan langsung (bersentuhan) dengan pasien ebola.

Bila terpaksa kontak langsung, harus menggunakan pelindung diri (proteksi


diri) seperti kaca mata, masker, pakaian khusus, sepatu boot dan sarung tangan.

4. SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)


Adalah penyakit sindrom pernapasan akut parah.

Cara Penularan:
Melalui udara, seperti bersin dan batuk dari penderita SARS ke orang yang ada di
dekatnya.

Cara Pencegahan:

Menjaga kekebalan tubuh agar tetap tinggi dan kuat, yaitu dengan makan
makanan bergizi dan tidur yang cukup untuk mempertinggi sel imunitas.

Menjaga udara sekeliling bebas virus: Udara yang masuk ke dalam air
conditioner (AC) terlebih dahulu dilewatkan ke sistem yang bertemperatur tinggi

(300oC) agar semua virus dan bakteri menjadi mati, baru dialirkan ke AC, sehingga
diperoleh udara yang sesuai dengan temperatur yang diinginkan.

Memakai masker di dekat orang yang terkena SARS, sebisa mungkin


menjauhinya. Masker yang efektif adalah masker yang berpori-pori lebih kecil dari 100
nm.
5. Flu Singapura (oleh Enterovirus 71)
Adalah penyakit infeksi yang disebabkan virus RNA yang masuk dalam
keluarga Picornaviridae (Pico, Spanyol = kecil ) dan Genus Enterovirus (non Polio).

Cara Penularan:

Melalui kontak langsung, seperti: doplet, air liur, tinja, cairan dari vesikel atau
ekskreta.

Melalui kontak tidak langsung: dari barang-barang yang terkontaminasi oleh


sekresi itu.

Melalui hewan: lalat dan kecoak.


Cara Pencegahan:

Orangtua sebaiknya mencuci tangan dengan bersih dan benar sebelum


menyentuh bayi untuk menghindari bayi dari virus, dan mengajarkan cuci tangan yang
benar kepada anaknya.

Mencuci tangan terutama setelah membersihkan hidung, menggunakan toilet,


atau mengganti popok.

Membersihkan bagian tangan dan kaki terutama bagian yang sering menjadi
sarang kuman.
6. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
Adalah kumpulan kelainan tubuh yang disebabkan oleh kelemahan sistem kekebalan
tubuh.
Cara Penularan:

Melalui hubungan seksual, dari penderita AIDS ke pasangannya.


Melalui transfusi darah.
Dari ibu penderita AIDS kepada anaknya yang masih dalam kandungan.

Cara Pencegahan:

Hindari sentuhan langsung terutama dengan darah, sperma, air liur, air seni, air
mata, ataupun cairan lain dari tubuh penderita AIDS.

Wanita yang sedang hamil diharapkan menjauhkan diri dari penderita AIDS,
karena berbahaya bagi dirinya dan bayinya.

Hindari pemakaian alat, pakaian, dan benda-benda lain yang digunakan oleh
orang yang menderita AIDS atau yang berisiko tinggi terhadap virus AIDS.
7. Demam Berdarah
Adalah penyakit demam akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran
geografis yang mirip dengan malaria.
Cara Penularan:

Melalui virus yang mendapat virus dengue sewaktu digigit/menghisap darah


orang yang sakit DBD, atau melalui orang yang tidak sakit DBD tapi dalam darahnya
terdapat virus Dengue (karena orang ini memiliki kekebalan terhadap virus Dengue.)

Melalui orang yang mengandung virus Dengue tapi tidak sakit, dapat pergi
kemana-mana dan menularkan virus itu kepada orang lain di tempat yang ada
nyamuk Aedes aegypty.

Virus dengue yang terhisap akan berkembangbiak dan menyebar ke seluruh


tubuh nyamuk termasuk kelenjar liurnya. nyamuk tersebut menggigit/menghisap
darah orang lain, virus itu akan dipindahkan bersama air liur nyamuk.
Cara Pencegahan:

Menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah.

Menguras bak mandi setiap seminggu sekali.

Mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan


jentik-jentik nyamuk.

Menutup wadah yang dapat menampung air.

Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan
istirahat yang cukup.

Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan


bubuk abate akan mematikan jentik pada air.

Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami
demam atau panas tinggi.
8. Campak

Adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam,
batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit
Cara Penularan:

Melalui saluran hidung. Virus campak yang berasal dari cairan hidung
dan tenggorokan yang keluar dari penderita pada saat bersin, bantuk, dan bernapas.
Cara Pencegahan:

Penyakit campak dapat dicegah dengan imunisasi.

Hindari penderita, karena campak dapat ditularkan melalui


saluran pernapasan. Virus campak yang berasal dari cairan hidung dan tenggorokan
yang keluar dari penderita pada saat bersin, bantuk, dan bernapas.
9. Cacar Air

Adalah suatu infeksi virus menular, yang menyebabkan ruam kulit berupa
sekumpulan bintik-bintik kecil yang datar maupun menonjol, lepuhan berisi cairan
serta keropeng, yang menimbulkan rasa gatal.
Cara Penularan:

Sentuhan

Droplet : bila penderita cacar air batuk/pilek/bicara ia mengeluarkan semacam


liur tapi dalam ukuran super kecil. Droplet masuk ke tubuh orang sehat & tinggal
selama 7 - 10 hari.

Bila selama periode itu, ia tetap sehat, virus tidak berkembang, atau
berkembang tp dengan pertumbuhan tertekan, sehingga pada beberapa orang, ia tidak
merasa pernah kena cacar air padahal dia sebenarnya sudah kena tapi nggak pernah
muncul ke kulit.

Bila selama periode itu, si sehat jadi lemah, virus menyebar dan muncul ke
permukaan & jadilah cacar air.
Cara Pencegahan:

Imunisasi tersedia bagi anak-anak yang berusia lebih dari 12 bulan. Imunisasi
ini dianjurkan bagi orang di atas usia 12 tahun yang tidak mempunyai kekebalan.
Penyakit ini erat kaitannya dengan kekebalan tubuh.

Kepada orang yang belum pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan
memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem
kekebalan), bisa diberikan immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicellazoster. Vaksin varisela biasanya diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan.
10. Gondong

Adalah penyakit menular, disebabkan oleh virus (Myxovirus parotitidis),


berlangsung cepat (akut) yang ditandai dengan pembesaran kelenjar ludah, terutama
kelenjar di bawah telinga (parotis).

Cara Penularan:

Kontak langsung
Percikan ludah (droplet)
Muntahan
Air seni (kencing)

Cara Pencegahan:

Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi MMR (Mumps, Morbili, Rubela)
yang diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan. Imunisasi MMR tidak menimbulkan
panas dan efek lainnya. Imunisasi dapat juga diberikan kepada remaja dan orang
dewasa yang belum menderita Gondong.

VIRUS PADA HEWAN


NCD (Newcastle Disease)
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Newcastle Disease Virus dari golongan
Paramyxovirus. Virus ini biasanya berbentuk bola, meski tidak selalu (pleomorf)
dengan diameter 100 300 nm.
Cara Penularan:

Melalui kontak langsung dari ayam sakit ke ayam lainnya.

Melalui kontak tidak langsung, melalui bahan, pekerja, atau alat yang tercemar
virus tersebut.

Virus NCD yang bereplikasi di saluran pencernaan akan menyebabkan adanya


feses yang tercemar oleh virus tersebut. Dalam hal ini, penularan virus NCD dapat
terjadi melalui oral akhibat ingesti feses yang mengandung virus tersebut ataupun
secara tidak langsung melalui pakan atau minuman yang tercemar atau per inhalasi
akhibat menghirup partikel feses yang telah mengering.
Cara Pencegahan:

Vaksinasi yang teratur sesuai dengan program yang dianjurkan yaitu:

1) Umur ayam antara Umur ayam antara 4-7 hari, vaksinasi dengan vaksin aktif melalui
tetes mata yaitu cukup tetes pada mata kiri atau kanan juga dilakukan vaksinasi inaktif
yang disuntikan pada kulit leher dengan menggunakan Spuit atau spet dengan dosis
0,2-0,25 CC pada waktu yang sama.
2) Umur ayam antara 18 hari - 21 hari dilakukan vaksinasi (revaksinasi) dengan vaksin
aktif galur lasota / Clone melalui tetes mata atau air minum.
3) Setelah vaksinasi kedua, vaksinasi selanjutnya dapat dilakukan pada umur ayam tiga
bulan atau empat bulan atau setiap akan memasuki bulan peralihan.

Memelihara ayam dalam kandang terbatas serta menjaga kebersihan ayam,


jangan memasukkan ayam luar sebelum dikarantina atau divaksin dan dipastikan
tidak membawa penyakit.

Rabies
Adalah suatu penyakit hewan menular akut yang disebabkan oleh virus neurotropik
dari ss RNA virus; genus Lyssavirus; famili Rhabdoviridae.
Cara Penularan:

Melalui air liur yang mengandung virus rabies.


Cara Pencegahan:

Memelihara anjing dan hewan lainnya dengan baik dan benar. Jika tidak
dipelihara dengan baik dapat diserahkan ke Dinas Peternakan atau para pecinta
hewan.

Mendaftarkan anjing ke Kantor Kelurahan/Desa atau Petugas Dinas


Peternakan setempat.

Pada hewan virus rabies dapat ditangkal dengan vaksinasi secara rutin 1-2 kali
setahun tergantung vaksin yang digunakan, ke Dinas Peternakan, Pos Kesehatan
Hewan atau Dokter Hewan Praktek.

Semua anjing/kucing yang potensial terkena, divaksin setelah umur 12 minggu,


lau 12 bulan setelahnya, dilanjutkan dengan tiap 3 tahun dengan vaksin untuk 3 tahun,
untuk kucing harus vaksin inaktif.

Penangkapan/eliminasi anjing, kucing, dan hewan lain yang berkeliaran di


tempat umum dan dianggap membahayakan manusia.

Pengamanan dan pelaporan terhadap kasus gigitan anjing, kucing, dan hewan
yang dicurigai menderita rabies.

Penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit rabies.

Menempatkan hewan didalam kandang, memperhatikan serta menjaga


kebersihan dan kesehatan hewan.

Setiap hewan yang beresiko rabies harus diikat/dikandangkan dan tidak


membiarkan anjing bebas berkeliaran.

Menggunakan rantai pada leher anjing dengan panjang tidak lebih dari 2 meter
bila tdak dikandang atau saat diajak keluar halaman rumah.

Tidak menyentuh atau memberi makan hewan yang ditemui di jalan

Daerah yang sudah bebas rabies, haeus mencegah masuknya anjing, kucing atau
hewan sejenisnya dari daerah yang tertular rabies.

Pada area terkontaminasi dilakukan desinfeksi menggunakan 1:32 larutan (4


ounces per gallon) dari pemutih pakaian untuk menginaktifkan virus dengan cepat.

Papillomatosis (Kutil pada Sapi)


Adalah penyakit kulit (Warts) pada sapi yang disebabkan oleh virus yang dikenal
dengan Bovine Papillomavirus (BPV).
Cara Penularan:

Kontak langsung.

Gigitan lalat (serangga).

Menular dari puting ke puting atau dari sapi ke sapi melewati tangan pemerah
atau melalui mesin perah.
Cara Pencegahan:

Hindari pemerahan yang mengakibatkan trauma pada puting yang sakit juga
bisa mengendalikan penyebaran penyakit ini.

Menjaga kebersihan selama proses pemerahan.

Pemerah yang menggunakan sarung tangan dan desinfektan celup putting yang
baik dari golongan Chlorhexidine bisa digunakan untuk mengendalikan penyebaran
penyakit ini.

VIRUS PADA TUMBUHAN


CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration)
Adalah penyakit yang menyebabkan daun berwarna kuning.

Cara Penularan:
Penularan penyakit CVPD dilakukan oleh serangga vektor Diaphorina citri dari
satu tanaman ke tanaman lain setelah melalui:
1) Periode makan akuisisi yaitu waktu yang diperlukan vektor untuk makan pada
tanaman sakit sampai mendapatkan patogen,
2) Periode makan inokulasi yaitu waktu yang diperlukan vektor untuk makan pada
tanaman sehat sampai dapat menularkan patogen dan,
3) Periode retensi yaitu selang waktu vektor masih dapat menularkan patogen.
Selanjutnya ditambahkan ketepatan vektor menusukkan stiletnya pada bagian
tanaman sakit dan proporsi vektor yang infektif mempengaruhi laju penularan
penyakit cvpd.
Cara Pencegahan:

Melarang peredaran bibit yang tidak jelas asal usulnya.


Melarang memasukkan bibit jeruk dari daerah serangan endemis ke daerah

lain.

Membersihkan dan sanitasi kebun terhadap inang lain dan membongkar


tanaman yang sakit serta memusnahkannya.

Menggunakan insektisida untuk mengendalikan vektornya.

Mosaik pada Tembakau


Adalah virus yang menyebabkan penyakit pada tembakau dan tumbuhan anggota
suku terung-terungan (Solanaceae) lain.
Cara Penularan:
Melalui tangan pekerja yang telah terkontaminasi oleh cairan tembakau yang telah
terkena penyakit Mosaik.

Cara Pencegahan:

Tidak merokok sambil menangani tanaman, karena cerutu, rokok, dan


tembakau pipa bisa terinfeksi virus Mosaik tembakau.

Melakukan sanitasi dan memotong tanaman yang terinfeksi agar tidak


menyebar.

Mensterilkan alat dan bahan yang digunakan untuk memotong.

Penyakit Tungro
Adalah penyakit yang disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus
bentuk batang Rice Tungro Bacilliform Virus dan virus bentuk bulat Rice Tungro
Spherical Virus.

Cara Penularan:

Ditularkan melalui wereng hijau. Nephotettix virescens merupakan wereng hijau


yang paling efisien sehingga perlu diwaspadai keberadaannya.

Cara Pencegahan:

Menanam varietas tahan, artinya mampu mempertahankan diri dari infeksi


virus dan atau penularan virus oleh wereng hijau.

Memusnahkan tanaman yang sudah terserang agar tidak menyebar luas.

Menggunakan insektisida sistemik butiran (carbofuran).

Tidak membuat persemaian di sekitar lampu untuk menghindari berkumpulnya


wereng hijau di persemaian.
Edited by : http://jc-aifhaaa.blogspot.com
Sumber : http://viktoria-me.blogspot.com/2011/06/biologi-virus-yang-menyerang-mhcara.html

ada macam-macam penularan virus pada hewan dan manusia


salah satu contohnya adalah virus HIV yang dapat menular karena hubungan seksual dan transfusi
darah.
seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa virus merupakan parasit obligat yang hanya dapat
tumbuh dan berkembang di dalam sel inang yang "HIDUP", oleh karena itu diluar organisme hidup,
virus akan mengkristal dan tidak aktif.

Manusia adalah makhluk hidup yang paling kompleks, diikuti dengan hewan sebagai makhluk hidup
kompleks urutan berikutnya.
Baik manusia ataupun hewan, memiliki ketahanan tubuh yang berbeda-beda. semakin kompleks
makhluk hidup bisa dikatakan semakin kuat pertahanan tubuhnya, ibarat sebuah istana, semakin

kompleks susunan suatu istana, akan semakin banyak pertahanan yang ditempatkan di semua pintu.
begitu pula dengan kasus ini.
Virus bisa tersebar lewat udara. Virus yang masuk ke dalam tubuh manusia dan hewan, akan
menyerang sistem imun (sistem kekebalan tubuh/pertahanan tubuh) apabila saat virus masuk dan
menyerang, sistem imun manusia dalam kondisi prima, manusia tersebut tidak akan jatuh sakit,
namun apabila yang terjadi sebaliknya, virus akan dengan cepat mengambil alih, dengan diambil nya
alih sistem kekebalan tubuh, manusia / hewan dapat dengan cepat terjangkit penyakit2 yang lainnya
mengingat di udara ini, banyak sekali virus2 atau bakteri2 yang bisa menyebabkan penyakit.
Tetapi tidak perlu khawatir, yang diperlukan hanya mengembalikan sistem imun kita, dengan
mengkonsumsi vitamin untuk memperkuat sistem imun sehingga virus bisa dikalahkan. Manusia
adalah makhluk hidup yang paling kompleks, diikuti dengan hewan sebagai makhluk hidup kompleks
urutan berikutnya.
Baik manusia ataupun hewan, memiliki ketahanan tubuh yang berbeda-beda. semakin kompleks
makhluk hidup bisa dikatakan semakin kuat pertahanan tubuhnya, ibarat sebuah istana, semakin
kompleks susunan suatu istana, akan semakin banyak pertahanan yang ditempatkan di semua pintu.
begitu pula dengan kasus ini.
Virus bisa tersebar lewat udara. Virus yang masuk ke dalam tubuh manusia dan hewan, akan
menyerang sistem imun (sistem kekebalan tubuh/pertahanan tubuh) apabila saat virus masuk dan
menyerang, sistem imun manusia dalam kondisi prima, manusia tersebut tidak akan jatuh sakit,
namun apabila yang terjadi sebaliknya, virus akan dengan cepat mengambil alih, dengan diambil nya
alih sistem kekebalan tubuh, manusia / hewan dapat dengan cepat terjangkit penyakit2 yang lainnya
mengingat di udara ini, banyak sekali virus2 atau bakteri2 yang bisa menyebabkan penyakit.
Tetapi tidak perlu khawatir, yang diperlukan hanya mengembalikan sistem imun kita, dengan
mengkonsumsi vitamin untuk memperkuat sistem imun sehingga virus bisa dikalahkan.

a. Dasar klasifikasi
1) Jenis asam nukleat: RNA/DNA; berantai tunggal
2) Ukuran dan morfologi termasuk jenis simetri, jumlah kapsomer, dan ada tau
tidaknya selubung,
3) Sifat biologi, kimia, fisika
4) Adanya enzim khusus
5) Sifat-sifat imunologik
6) Metode penularan alami
7) Host, jaringan, dan trofisme sel
8) Patologi; pembentukan benda inklusi
9) simptomatologi
1. Pembiakan Virus
Virus adalah parasit obligat intrasel, karenanya virus tidak dapat berkembang biak di
dalam medium mati. Ada tiga cara mengembangbiakan virus, yaitu: cara perbenihan
jaringan (in vitro) dan telur bertunas (in ovo).
1) Cara perbenihan jaringan (in vitro)
In vitro pada sel yang ditumbuhkan dalam bentuk potongan organ (biakan organ),
potongan kecil jaringan (biakan jaringan), sel-sel yang telah dilepaskan dari
pengikatnya (biakan sel). Biakan organ dan biakan jaringan hanya dapat bertahan
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu saja. Sedangkan biakan sel dapat
bertahan beberapa hari sampai beberapa waktu yang tak terbatas, tergantung pada
jenis biakan. Biakan sel terbagi atas:
Biakan sel primer
Sel diambil dalam keadaan segar dari binatang. Sel demikian mampu secara
terbatas membelah dan selanjutnya mati, misalnya biakan primer berasal dari ginjal
monyet, embrio ayam, dll.

Proses pembuatan biakan sel dimulai dengan pelepasan sel-sel dari alat-alat tubuh
dengan mengocok sepotong jaringan dengan larutan tripsin. Sel-sel yang
didapatkan dalam suspensi ini kemudian dibiakan dalam larutan pembenihan
tertentu. Sel-sel akan tumbuh melekat pada dinding tabung sampai mebentuk
selapis jaringan yang siap digunakan untuk pembiakan virus. Sel-sel ini dapat

dipindahbiakan dengan membuat suspensi baru dan disebarkan dalam tabungtabung lain sehingga didapat biakan sekunder.

Tergantung pada asal sel, di dalam biakan jaringan akan didapatkan sel-sel jenis
tertentu. Misalnya biakan sel-sel jaringan yang berasal dari ginjal monyet akan
menghasilkan sel-sel jenis epitel. Biakan yang berasal dari embrio ayam akan
menghasilkan sel jenis fibroblas. Jenis sel tertentu diperlukan untuk pembiakan
virus-virus tertentu.

Virus yang dibiakan di dalam sel biakan jaringan dapat menimbulkan ESP (Efek
Sitopatogenik), seperti perubahan bentuk sel menjadi lebih bulat, perubahan pada
inti sel, kemungkinan pembentukkan jisim atau sel sinsitia dan juga sel-sel akan
melepas dari dinding tabung.infeksi selanjutnya akan menyerang sel-sel
disekitarnya dan bila pada tepat itu sudah ada banyak sel yang terlepas, maka akan
tampak sebagai tempat yang berlubang dan tempat ini disebut plaque. Tiap virion
infektif dalam biakan sel dapat membentuk plaquedan ini dapat dipakai untuk
titrasi virus, sama halnya dengan pembentukkan koloni oleh kuman pada
permukaan perbenihan padat.
Biakan sel haploid
Yaitu kumpulan satu jenis sel yang mampu membelah kira-kira 100 kali sebelum
mati.
Biakan sel letusan (continous cell lines culture)
Yaitu sel yang mampu membelah tak terbatas. Kromosomnya sudah bersifat
poliploid atau aneuploid. Dapat berasal dari sel tumor ganas ataupun sel diploid
yang telah mengalami transformasi. Diantaranya adalah sel Hela, Hep-2, KB yang
berasal dari manusia, BHK-21 yang berasal dari binatang hamster, sel LLC-MK
dari ginjal monyet, J-III dari leukemia manusia dan sebagainya.
Cara pembiakan in vitro dapat bermanfaat untuk:

Isolasi primer virus dari bahan klinis. Untuk itu, dipilih sel yang mempunyai
kepekaan tinggi, mudah dan cepat menimbulkan ESP

Pembuatan vaksin. Untuk itu, dipilih sel yang mampu menghasilkan virus dalam
jumlah besar

Penyelidikan biokimiawi, biasanya dipilih biakan sel terusan dalam bentuk


suspensi

2.

Cara telur bertunas (in ovo)


Telur juga merupakan perbenihan virus yang sudah steril dan embrio telur yang tumbuh
di dalamnya tidak mebentuk zat anti yang dapat mengganggu pertumbuhan virus.
Karena telur merupakan sumber sel hidup yang relatif murah untuk isolasi virus, maka
cara in ovo ini sering digunakan dalam laboratorium.
Cara pertama: dengan mempergunakan lapisan luar (lapisan ektoderm) selaput
korioalantois telur berembrio 10 hari. Cara penanaman ini berguna untuk isolasi virus
yang menyebabkan kelainan pada kulit yang dulu digolongkan sebagai virus
dermatotrofik seperti virus variola, virus vaccinia, dan virus herpes. Tiap virion yang
infektif akan meyerang sel-sel di sekitarnya dan menibulkan reaksi inflamasi yang
dapat dilihat sebagai bercak putih yang disebut pock. Pock ini berlainan ukurannya dan
bersifat bergantung pada virus yang menyebabkannya. Cara penanaman pada selaput
korioalantois juga berguna untuk titrasi virus dan titrasi antibodi terhadap virus dengan
teknik menghitung jumlah pock.
Cara kedua: dengan menyuntikkan bahan ke dalam ruang anion terlur berembrio yang
berumur 10-15 hari. Cara ini terutama untuk isolasi virus influenza dan virus parotitis
karena virus ini tumbuh di dalam sel epitel paru-paru embrio yang sedang berkembang.
Adanya perkembangan virus dikenal dengan adanya reaksi hemaglutinasi.
Cara ketiga: dengan menyuntikkan bahan pada kantung kuning telur berembrio 9-12
hari. Teknik penanaman ini menggunakan penyuntikan langsung melalui lubang kecil
di kulit telur ke dalam kantung kuning telur. Dipakai untuk isolasi mikroorganisme
golongan Bedsonia dan Rickettsia. Untuk maksud pembiakan in vivo suspensi virus
diinfeksikan pada binatang percobaan yang cocok. Mencit yang baru lahir misalnya
digunakan untuk virus-virus golongan arbovirus, coxsackie virus. Hamster banyak

digunakan untuk golongan herpes virus tertentu. Adanya pertubuhan virus dikenal oleh
timbulnya gejala-gejala yang khas atau adanya perubahan patologis lain.

Anda mungkin juga menyukai