Anda di halaman 1dari 21

BAB III

PEMBAHASAN

A. Definisi

Virus adalah parasit intraseluler obligat dan ukurannya 20-200 nm, bentuk dan
komposisi kimianya bervariasi, tetapi hanya mengandung RNA or DNA. Partikelnya
secara utuh disebut “VIRION” yang terdiri dari “Capsid” yang dapat terbungkus oleh
sebuah Glycoprotein/membrane lipid. Virus resisten terhadap antibiotics
Virus merupakan Partikel yang bersifat parasit obligat pada sel/makhluk hidup
Aseluler (bukan merupakan sel) Berukuran sangat renik Di dalam sel inang virus
menunjukkan ciri makhluk hidup, sedangkan di luar sel menunjukkan ciri bukan
makhluk hidup.
Bentuk virus berbeda beda ada yang bula, batang, polihidris dan seperti huruf T.

B. Bentuk dan Ukuran virus

Bentuk virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk dan komposisi kimiawinya. Bentuk
virus ada yang berbentuk bulat, oval, memanjang, silindariis, dan ada juga yang
berbentuk T. Ukuran Virus sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop elektron, ukuran virus lebih kecil daripada bakteri. Ukurannya berkisar
dari 0,02 mikrometer sampai 0,3 mikrometer (1 μm = 1/1000 mm). Unit pengukuran
virus biasanya dinyatakan dalam nanometer (nm). 1 nm adalah 1/1000 mikrometer
dan seperjuta milimeter. Virus cacar merupakan salah satu virus yang ukurannya
terbesar yaitu berdiameter 200 nm, dan virus polio merupakan virus terkecil yang
hanya berukuran 28 nm.

C. Susunan Tubuh Virus

1. Kabsid

Kapsid adalah lapisan pembungkus tubuh virus yang tersusun atas protein. Kapsid
terdiri dari sejumlah kapsomer yang terikar satu sama lain.

Fungsi :

a. Memberi bentuk virus

b. Pelindung dari kondisi lingkungan yang merugikan

c. Mempermudah penempelan pada proses penembusan ke dalam sel

2. Isi

Terdapat di sebelah dalam kapsid berupa materi genetik/ molekul pembawa sifat
keturunan yaitu DNA atau RNA. Virus hanya memiliki satu asam nukleat saja yaitu
satu DNA/ satu RNA saja, tidak kedua-duanya. Asam nukleat sering bergabung
dengan protein disebut nukleoprotein. Virus tanaman/ hewan berisi RNA/ DNA, virus
fage berisi DNA.

3. Kepala

Kepala virus berisi DNA, RNA dan diselubungi oleh kapsid. Kapsid tersusun oleh
satu unit protein yang disebut kapsomer.

4. Ekor

Serabut ekor adalah bagian yang berupa jarum dan berfungsi untuk menempelkan
tubuh virus pada sel inang. Ekor ini melekat pada kepala kapsid. Struktur virus ada

2 macam yaitu virus telanjang dan virus terselubung (bila terdapat selubung luar
(envelope) yang terdiri dari protein dan lipid). Ekor virus terdiri atas tabung
bersumbat yang dilengkapi benang atau serabut. Khusus untuk virus yang
menginfeksi sel eukariotik tidak memiliki ekor.

D. Reproduksi Virus
Reproduksi virus secara umum terbagi menjadi 2 yaitu daur litik dan daur
lisogenik.
1. Daur Litik
Daur litik dari bakteriofage (dimulai dari kanan bawah ke kiri):1. adsorbsi &
penetrasi 2. Pengabungan DNA virus dengan DNA sel 3. Replikasi DNA virus 4.
Pembentukan kapsid 5. Pembentukan tubuh dan ekor bakteriofage 6. Lisis daur litik
dalam virologi merupakan salah satu daur reproduksi virus selain daur lisogenik.
daur litik dianggap sebagai cara reproduksi virus yang utama karena menyangkut
penghancuran sel inangnya.
Daur litik, secara umum mempunyai 3 tahap yaitu adsorbsi & penetrasi,
replikasi (biosintesis) dan lisis. Setiap daur litik dalam prosesnya membutuhkan
waktu dari 10-60 menit.
Tahapan daur:
1. Adsorbsi & penetrasi
Tahap adsorbsi yaitu penempelan virus pada inang. Virus mempunyai reseptor
protein untuk menempel pada inang spesifik.Setelah menempel, virus kemudian akan
melubangi membran dari sel inang dengan enzim lisozim. Setelah berlubang, virus
akan menyuntikkan DNA virusnya kedalam sitoplasma sel inang.
2. Replikasi (Biosintesis)
Tahap ini setelah disuntikkan kedalam sel inang, DNA dari virus akan menonaktifkan
DNA sel inangnya dan kemudian mengambil alih kerja sel inang, lalu menggunakan
sel tersebut untuk memperoleh energi dalam bentuk ATP untuk melanjutkan proses
reproduksinya.

DNA dari virus, akan menjadikan sel inang sebuah tempat pembentukan virus baru,
kemudian DNA akan mengarahkan virus untuk menghasilkan protein dan mereplikasi
DNA virus untuk dimasukkan ke dalam virus baru yang sedang dibuat.Molekul-
molekul protein (DNA) yang telah terbentuk kemudian diselubungi oleh kapsid,
kapsid dibuat dari protein sel inang dan berfungsi untuk memberi bentuk tubuh virus.

3. Lisis
Tahap lisis terjadi ketika virus-virus yang dibuat dalam sel telah matang. Ratusan
virus-virus kemudian akan berkumpul pada membran sel dan menyuntikkan enzim
lisosom yang menghancurkan membran sel dan menyediakan jalan keluar untuk
virus-virus baru. Sel yang membrannya hancur itu akhirnya akan mati dan virus-virus
yang bebas akan menginvasi sel-sel lain dan daur akan berulang kembali.

2. Daur Lisogenik
Daur lisogenik dalam virologi merupakan daur reproduksi virus selain daur
litik. Tahapan dari daur ini hampir sama dengan daur litik, perbedaannya yaitu sel
inangnya tidak hancur tetapi disisipi oleh asam nukleat dari virus. Tahap penyisipan
tersebut kemudian membentuk provirus.
Daur lisogenik secara umum mempunyai tiga tahap, yaitu adsorpsi dan
penetrasi, penyisipan gen virus dan pembelahan sel inang.
Tahap daur:
1. Adsorpsi dan penetrasi
Virus menempel pada permukaan sel inang dengan reseptor protein yang
spesifik lalu menghancurkan membran sel dengan enzim lisozim, virus melakukan
penetrasi pada sel inang dengan menyuntikkan materi genetik yang terdapat pada
asam nukleatnya kedalam sel.
2. Penyisipan gen virus
Asam nukleat dari virus yang telah menembus sitoplasma sel inang kemudian akan
menyisip kedalam asam nukleat sel inang, tahap penyisipan tersebut kemudian akan
membentuk provirus (pada bakteriofage disebut profage). Sebelum terjadi
pembelahan sel, kromosom dan provirus akan bereplikasi.
3. Pembelahan sel inang
Sel inang yang telah disisipi kemudian melakukan pembelahan, provirus yang telah
bereplikasi akan diberikan kepada sel anakan dan daur inipun akan kembali berulang
sehingga sel yang memiliki profage menjadi sangat banyak.
4. Hubungan dengan daur litik
Provirus yang baru dapat memasuki keadaan Litik dalam kondisi lingkungan yang
tepat tetapi kemungkinannya sangat kecil. Kemungkinan akan bertambah besar
apabila diberi agen penginduksi.

E. Klasifikasi Virus

Nama famili ditandai dengan akhiran viridae. Nama subfamili diberi akhiran virinae
Nama akhiran genus diberi akhiran virus. Lwoff, Horne & Tournier adl ahli dlm
taksonomi virus, berdasarkan kriteria

1. Jenis asam nukleat (DNA/ RNA) berantai ganda/ tunggal

2. Ukuran & morfologi tmsk tipe simetri kapsid

3. Adanya enzim spesifik, terutama polimerase RNA & DNA yang penting bg
replikasi genom

4. Kepekaan thd zat kimia & keadaan fisik

5. Cara penyebaran alamiah

6. Gejala2 yang timbul

7. Ada tidaknya selubung


8. Byknya kapsomer untuk virus ikosohedarial/ diameter nukleokapsid untuk virus
helikoidal

Saat ini telah lebih dari 61 famili virus diidentifikasi, 21 diantaranya mempunyai
anggota yang mampu menyerang mns & binatang.

Menurut RNA, famili virus dibagi mjd :

1. Picontohrnaviridae 8. Rhabdoviridae

2. Caliciviridae 9. Filoviridae

3. Togaviridae 10. Paramyxoviridae

4. Flaviviridae 11. Orthomyxoviridae

5. Bunyaviridae 12. Reoviridae

6. Arenaviridae 13. Retroviridae

7. Contohronaviridae

F. Pengertian dan Struktur RNA

RNA adalah makromolekul polinukleotida berupa rantai tunggal atau ganda yang
tidak berpilin seperti halnya DNA. RNA banyak terdapat pada ribosom atau
sitoplasma dan keberadaannya tidak tetap karena mudah terurai dan harus kembali.

Berbeda dengan DNA, RNA merupakan rantai tunggal polinukleotida. Tiap


ribonukleotida

terdiri dari 3 molekul gugus, yaitu gula 5 karbon (ribosa), gugus fosfat, membentuk
punggung RNA bersama ribosa, basa nitrogen, yang terdiri dari basa purin yang sama
dengan DNA sedangkan pirimidin berbeda, yaitu sitosin dan urasil, dan gugus fosfat.

G. Fungsi RNA dan Macam - Macam RNA

RNA yang berperan dalam proses sintesis protein di dalam sel. Akan tetapi, pada
beberapa jenis virus, RNA berperan seperti DNA untuk membawa informasi genetik.
RNA genetik, yaitu RNA yang berperan seperti DNA dalam membawa informasi
genetik. RNA tipe ini hanya ada dalam beberapa jenis virus.

RNA nongenetik, yaitu RNA yang hanya berperan dalam proses sintesis protein.
RNA tipe ini ada dalam organisme yang memiliki DNA. Ada tiga macam RNA
nongenetik, yaitu:

RNA duta (mRNA), rantai tunggal panjang yang tersusun atas ratusan nukleotida.
RNA ini terbentuk melalui proses transkripsi di dalam inti sel oleh DNA. Fungsi dari
mRNA adalah sebagai pembawa kode genetik (kodon) dari inti sel ke sitoplasma.

RNA pemindah (tRNA), rantai tunggal pendek yang dibentuk DNA dalam inti sel
kemudian diangkut ke sitoplasma. Fungsi dari tRNA adalah sebagai penerjemah
kodon dari mRNA dan pengangkut asam-asam amino dari sitoplasma ke ribosom.

RNA ribosom (rRNA) memiliki rantai tunggal, tidak bercabang, serta fleksibel pada
ribosom yang berbentuk DNA di dalam inti sel. Jumlahnya lebih banyak mRNA atau
tRNA. Fungsi dari rRNA adalah sebagai mesin perakit polipeptida pada sintesis
protein.

H. Perbedaan DNA dan RNA


E. Virus RNA

Virus RNA adalah virus yang memiliki RNA (asam ribonukleat) sebagai
bahan genetiknya (Wagner dkk., 1999). Asam nukleat ini biasanya RNA untai tunggal
(ssRNA) tetapi bisa juga RNA untai ganda (dsRNA) (Patton., 2008). Penyakit
manusia yang terkenal yang disebabkan oleh virus RNA termasuk flu biasa, influenza,
SARS, COVID-19, Virus Dengue, hepatitis C, hepatitis E, demam West Nile,
penyakit virus Ebola, rabies, polio, dan campak .

Komite Internasional Taksonomi Virus (ICTV) mengklasifikasikan virus RNA


sebagai milik Grup III, Grup IV atau Grup V dari sistem klasifikasi Baltimore untuk
mengklasifikasikan virus dan tidak menganggap virus dengan perantara DNA dalam
siklus hidupnya sebagai virus RNA (Anonim., 2008). Virus dengan RNA sebagai
materi genetiknya yang juga mencakup DNA intermediet dalam siklus replikasinya
disebut retrovirus, dan termasuk dalam Grup VI dari klasifikasi Baltimore. Retrovirus
manusia yang terkenal termasuk HIV-1 dan HIV-2, penyebab penyakit AIDS. Istilah lain
untuk virus RNA yang secara eksplisit mengecualikan retrovirus adalah ribovirus
(Drake & Holland., 1999).
G. Klasifikasi Baltimore

 RNA VIRUS 1

dsRNA (Class III):

1.Reoviridae

 2.Birnaviridae

ssRNA (+) (class IV):

1.Coronaviridae

2.Flaviviridae

 3.Caliciviridae

4.Picornaviridae

5.Togaviridae

RNA VIRUS 2

ssRNA (-) (Class V):

1.Bunyaviridae

2.Orthomyxoviridae

3.Filoviridae
4.Bornaviridae

5.Paramyxoviridae

6.Rhabdoviridae

 ssRNA (RT) (Class VI):

1. Retroviridae

H. Karakteristik Virus RNA

1. Virus RNA untai tunggal dan RNA Sense

Virus RNA dapat diklasifikasikan lebih lanjut menurut pengertian atau polaritas
RNA mereka menjadi virus RNA sense negatif dan positif, atau RNA ambisense.
RNA virus sense positif mirip dengan mRNA dan dengan demikian dapat segera
diterjemahkan oleh sel inang. RNA virus sense negatif melengkapi mRNA dan
karenanya harus diubah menjadi RNA sense positif oleh RNA polimerase yang
bergantung RNA sebelum terjemahan. RNA yang dimurnikan dari virus yang berindra
positif dapat secara langsung menyebabkan infeksi meskipun mungkin kurang
menular daripada keseluruhan partikel virus. Sebaliknya, RNA yang dimurnikan dari
virus yang berindra negatif tidak menular dengan sendirinya karena ia perlu
ditranskripsikan menjadi RNA akal positif; setiap virion dapat ditranskripsikan
menjadi beberapa RNA sense positif. Virus RNA ambisense menyerupai virus RNA
sense negatif, kecuali mereka juga menerjemahkan gen dari untai positif (Nguyen &
Haenni., 2003).

2. Virus RNA untai ganda

Virus RNA untai ganda (ds) mewakili berbagai kelompok virus yang sangat
bervariasi dalam kisaran inang (manusia, hewan, tumbuhan, jamur, dan bakteri),
nomor segmen genom (satu sampai dua belas), dan organisasi virion (nomor
triangulasi, lapisan kapsid, paku, menara, dll.). Anggota kelompok ini termasuk
rotavirus, yang merupakan penyebab paling umum dari gastroenteritis pada anak
kecil, dan picobirnavirus, yang merupakan virus paling umum dalam sampel tinja
manusia dan hewan dengan atau tanpa tanda-tanda diare. Virus bluetongue
merupakan patogen yang penting secara ekonomi pada sapi dan domba. Dalam
beberapa tahun terakhir, kemajuan telah dibuat dalam menentukan, pada tingkat atom
dan subnanometer, struktur sejumlah protein virus utama dan kapsid virion dari
beberapa virus dsRNA, menyoroti kesejajaran yang signifikan dalam struktur dan
proses replikasi banyak dari virus ini. Virus (Patton., 2008).

3. Tingkat mutasi

Virus RNA umumnya memiliki tingkat mutasi yang sangat tinggi dibandingkan
dengan virus DNA (Sanjuan dkk.,2010). karena RNA polimerase virus tidak memiliki
kemampuan mengoreksi DNA polimerase (Klein dkk.,1993). Inilah salah satu alasan
mengapa sulit membuat vaksin yang efektif untuk mencegah penyakit yang
disebabkan oleh virus RNA, keragaman adalah kekuatannya (Boutwell dkk., 2010).
Retrovirus juga memiliki tingkat mutasi yang tinggi meskipun DNA intermediet
mereka terintegrasi ke dalam genom inang (dan dengan demikian tunduk pada
proofreading DNA inang setelah terintegrasi), karena kesalahan selama transkripsi
balik tertanam ke dalam kedua untai DNA sebelum integrasi. Beberapa gen virus
RNA penting untuk siklus replikasi virus dan mutasi tidak dapat ditoleransi.
Misalnya, wilayah genom virus hepatitis C yang mengkode protein inti sangat terjaga,
karena mengandung struktur RNA yang terlibat dalam tempat masuk ribosom
internal.

I. Replikasi Virus RNA

Virus RNA hewan diklasifikasikan oleh ICTV. Ada tiga kelompok virus RNA
yang berbeda tergantung pada genom dan cara replikasinya:

 Virus RNA untai ganda (Grup III) mengandung satu sampai selusin molekul
RNA yang berbeda, masing-masing mengkode satu atau lebih protein virus.
 Virus ssRNA sense-positif (Grup IV) memiliki genomnya secara langsung
digunakan sebagai mRNA, dengan ribosom inang menerjemahkannya
menjadi protein tunggal yang dimodifikasi oleh protein inang dan virus untuk
membentuk berbagai protein yang diperlukan untuk replikasi. Salah satunya
termasuk RNA polimerase yang bergantung pada RNA (RNA replicase), yang
menyalin RNA virus untuk membentuk bentuk replikatif untai ganda.
Selanjutnya, dsRNA ini mengarahkan pembentukan RNA virus baru.

 Virus ssRNA sense negatif (Grup V) harus memiliki genom yang disalin oleh
replikase RNA untuk membentuk RNA sense positif. Ini berarti bahwa virus
harus membawa serta enzim RNA replikase. Molekul RNA sense positif
kemudian bertindak sebagai mRNA virus, yang diterjemahkan menjadi protein
oleh ribosom inang.

Retrovirus (Grup VI) memiliki genom RNA untai tunggal tetapi, secara umum,
tidak dianggap sebagai virus RNA karena mereka menggunakan perantara DNA
untuk bereplikasi. Reverse transcriptase , enzim virus yang berasal dari virus itu
sendiri setelah tidak dilapisi, mengubah RNA virus menjadi untai pelengkap DNA,
yang disalin untuk menghasilkan molekul DNA virus beruntai ganda. Setelah DNA
ini diintegrasikan ke dalam genom inang menggunakan integrase enzim virus,
ekspresi gen yang dikodekan dapat mengarah pada pembentukan virion baru.

J. Klasifikasi Virus RNA

Klasifikasi virus RNA sulit dilakukan. Ini sebagian karena tingkat mutasi yang
tinggi yang dialami genom ini. Klasifikasi pada prinsipnya didasarkan pada jenis
genom (untai ganda, untai tunggal negatif atau positif) dan jumlah dan organisasi gen.
Saat ini, ada 5 ordo dan 47 famili virus RNA yang dikenali. Ada juga banyak spesies
dan genera yang belum ditetapkan.Terkait tetapi berbeda dari virus RNA adalah virus
viroid dan virus satelit RNA. Saat ini tidak diklasifikasikan sebagai virus RNA dan
dijelaskan di halamannya sendiri.

Sebuah studi terhadap beberapa ribu virus RNA telah menunjukkan keberadaan
setidaknya lima taksa utama: grup levivirus dan kerabat; supergrup picornavirus;
supergrup alphavirus plus supergrup flavivirus; virus dsRNA; dan virus untai -ve.
Kelompok lentivirus tampaknya menjadi basal untuk semua virus RNA yang tersisa.
Divisi utama berikutnya terletak di antara picornasupragroup dan virus yang tersisa.
Virus dsRNA tampaknya telah berevolusi dari satu + ve RNA moyang dan virus -ve
RNA dari dalam virus dsRNA. Hubungan terdekat dengan virus RNA yang terdampar
adalah Reoviridae .

1. Virus RNA untai positif

Ini adalah kelompok virus RNA terbesar dengan 30 keluarga. Upaya telah
dilakukan untuk mengelompokkan keluarga-keluarga ini dalam tatanan yang lebih
tinggi. Proposal ini didasarkan pada analisis RNA polimerase dan masih dalam
pertimbangan. Sampai saat ini, saran yang diajukan belum diterima secara luas
karena keraguan atas kesesuaian gen tunggal untuk menentukan taksonomi klade.

Klasifikasi yang diusulkan untuk virus RNA untai positif didasarkan pada RNA
polimerase yang bergantung pada RNA. Tiga kelompok telah diakui (Koonin., 1991)

1. Bymoviruses, comoviruses, nepoviruses, nodaviruses, picornaviruses,


potyviruses, sobemoviruses dan subset dari luteoviruses (virus bit western
yellows virus dan potato leafroll virus) —picorna like group (Picornavirata).
2. Carmovirus, dianthovirus, flavivirus, pestivirus, statovirus, tombusvirus,
bakteriofag RNA untai tunggal, virus hepatitis C, dan subset luteovirus (virus
kerdil kuning barley) —kelompok seperti flavi (Flavivirata).

3. Alfavirus, carlavirus, furoviruses, hordeiviruses, potexviruses, rubiviruses,


tobraviruses, tricornaviruses, tymoviruses, virus bercak daun klorotik apel,
virus bit kuning dan virus hepatitis E — kelompok seperti alfa (Rubivirata).

2. Virus RNA untai ganda

Analisis ini juga menunjukkan bahwa virus dsRNA tidak terkait erat satu
sama lain tetapi termasuk dalam empat kelas tambahan — Birnaviridae,
Cystoviridae, Partitiviridae, dan Reoviridae — dan satu orde tambahan
(Totiviridae) dari salah satu kelas virus ssRNA positif di subfilum yang sama
dengan virus RNA untai positif.

Satu studi menunjukkan bahwa ada dua klade besar: Satu termasuk famili
Caliciviridae, Flaviviridae, dan Picornaviridae dan yang kedua mencakup famili
Alphatetraviridae, Birnaviridae, Cystoviridae, Nodaviridae, dan
Permutotretraviridae .

3. Virus RNA untai negatif

Virus ini memiliki banyak jenis genom mulai dari molekul RNA tunggal
hingga delapan segmen. Terlepas dari keragaman mereka, tampaknya mereka
berasal dari arthropoda dan telah melakukan diversifikasi dari sana.

4. Virus satelit

Sejumlah virus satelit - virus yang membutuhkan bantuan virus lain untuk
menyelesaikan siklus hidupnya - juga dikenal. Taksonomi mereka belum
diselesaikan. Empat genera berikut telah diusulkan untuk virus satelit RNA untai
tunggal sense positif yang menginfeksi tanaman - Albetovirus, Aumaivirus,
Papanivirus dan Virtovirus. sebuah keluarga - Sarthroviridae yang termasuk genus
Macronovirus - telah diusulkan untuk arti positif virus satelit RNA untai tunggal
yang menginfeksi arthropoda .

I. Beberapa virus RNA yang merugikan

1. Virus Hepatitis

Hepatitits adalah istilah umum yang berarti radang hati dan dapat disebabkan
oleh berbagai virus yang berbeda seperti virus hepatitis A, B, C, D, E. Karena
perkembangan penyakit kuning merupakan fitur karakteristik penyakit hati.

a) Virus Hepatitis A (HAV)

Anggota virus famili picornaviridae, genus hepatovirus, virus RNA tidak


berselubung berukuran 28-32 nm, hanya terdiri dari satu serotipe.

Epidemiologi : Sumber ledakan kasus biasanya air minum dan makanan yang
tercemar. Sebagian besar infeksi didaerah endemis (negara berkembang, kelompok
sosial ekonomi rendah). Kebanyakan bersifat asimtomatis. Pernah terjadi ledakan
kasus akibat pengelolaan makanan yang terinfeksi dan ingesti kerang yang tercemar

Patogenesis : Transmisi terjadi secara fekal-oral. Dengan masa tunas 3-5 minggu
(rata-rata 30 hari). Virus terdapat dalam darah sejak 2 minggu sebelum hingga 1
minggu sesudah timbul ikterus dan sedikit lama di tinja. Semua kelompok usia rentan
terjangkit infeksi hepatitis A dan keparahan penyakit meningkat seiring peningkatan
usia. Kadang-kadang HAV juga ditularkan melalui kontak seksual (anal-oral) dan
transfusi darah. Sebagian besar kasus terjadi pemulihan sempurna, dengan respons
antibodi spesifik yang menetap seumur hidup. Tidak terdapat carrier atau penyakit
kronis.

Diagnosis: diagnosis ditegakan denga melalui pemerikasaan serologi (EIA) terhadap


IgM spesifik HAV (Infeksi Akut) atau IgG (status imun)

Terapi: pengobatan simtomatik dan suportif.

Pencegahan: Sanitasi yang adekuat dan higiene perorangan yang baik akan
menurunkan tranksmisi HAV. Vaksin inaktif telah tersedia untuk perlindungan secara
aktif. Individu dapat secara pasif terlindungi dengan menggunakan imunoglobolin.

b) Virus Hepatitis C (HCV)

HCV adalah virus RNA yang masih berhubungan dengan genus pestivirus dari
famili flaviviridae dengan diameter 4-50 nm. Terdapat variabilitas genom yang
tertinggi dengan sedikitnya enam genotip berbeda (paling tidak terdapat enam 1-6)
dan beberapa subtipe.

Epidemiologi: HCV terdapat diseluruh dunia. Prevalensi antibodi bervariasi antara <
1 % di AS dan Eropa barat dan 2% di italia bagian selatan, Spanyol, dan Eropa
Tengah. Angka prevalen yang lebih tinggi, hingga 20%, terdeteksi di Mesir. Angka
prevalensi yang tinggi juga di jumpai pada para pemakai narkoba intravena.

Patogenesis: HCV memiliki patogenesis serupa dengan HBV; tetapi, berbeda dengan
HBV infeksi meningkat menjadi hepatitis kronis pada 60-80% kasus. Masa tunas 2-6
bulan. Sebagian besar inveksi tidak menimbulkan gejala (80%) dan kasus simtomatis
hepatitis yang terjadi biasanya ringan

Diagnosis: ditegakkan dengan pemeriksaan serologi yaitu EIA untuk mendeteksi


antibodi HCV dan dengan metode deteksi asam nukleat.

Terapi: interferon-α dan ribavirin.

Pencegahan: prinsipnya sama dengan pencegahan HBV.

c) Virus Hepatitis D (HDV)

Virus hepatitis D adalah sebuah virus RNA cacat yang dapat bereplikasi hanya
pada sel yang terinveksi HBV.

Epidemiologi: tersebar di seluruh dunia. Prevalensi tinggi di daerahmediterania,


afrika, amerika selatan, jepang, dan Timur tengah. Virus ini juga memiliki cara
penularan dan kelompok resiko yang sama dengan yang dijumpai pada HBV.

Patogenesis: infeksi berupa ko-infeksi bersama HBV.

Diagnosis: serologi (EIA) dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi dan antigen
HDV.

d) Virus Hepatitis E (HEV)

Morfologi, ukuran dan susunan genom mirip calicivirus tetapi virus ini blm
diklasifikasikan tersendiri. Serotipe tunggal.

Epidemiologi: endemis di sub komtinen india, asia tenggara, timur tengah, afrika
utara, dan amerika tengah. Sumber ledakan kasus adalah air dan makanan yang
tercemar. Di negara maju kasus sporadis ditemukan pada pelancong yang baru
kembali dari daerah endemis.

Patogenesis: penularan melalui fecal-oral dan melalui transfusi darah di negara


endemis (jarang). Masa tunas 6 minggu. Infeksi memicu pembentukan antibodi IgM
dan IgM spesifik. Penyakit yang disebabkan oleh HEV yaitu hepatitis akut swasirna
tanpa tanda-tandainfeksi kronis. Angka kematian tinggi (10-20%) pada wanita hamil.

Diagnosis: serologi; deteksi asam nukleat.

2. Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Merupakan anggota subfamili lentivirinae dari famili retroviridae. Virus RNA


berselubung. Dengan diameter 100-150 nm. HIV adalahretrovirusyang
biasanyamenyerang organvitalsistemkekebalanmanusia sepertisel T CD4+(sejenissel
T), makrofaf, dan sel dendritik. Bereplikasi melalui DNA perantana menggunakan
DNA polimer yang dikendalikan oleh RNA (reverse transcriptase). Terdapat 2 tipe
yaitu: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 dibagi menjadi 3 kelompok: kelompok M, O, N.

Epidemiologi: sejak tahun 1981 telah terjadi penyebaran HIV ke seluruh dunia.
Perkiraan prevalensi diseluruh dunia sangat bervariasi. Kelompok utama yang
berisiko terinfeksi HIV adalah: Homoseksual, Pemakai narkoba intravena, Penderita
Hemofilia dan penerima transfusi darah. Orang yang sering berganti pasangan
seksual, anak yang lahir dengan ibu yang terinveksi HIV, kontak heteroseksual
denganorang yang terinfeksi.

Patogenesis: HIV secara langsung dan tidak langsung merusak sel T CD4+ padahal
sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh berfungsi baik. Jika HIV
membunuh sel T CD4+ sampai terdapat kurang dari 200 sel T CD4+
permikroliter(μL) darah, kekebalan selular hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang
disebut AIDS. Infeksi akut HIV dilanjutkan dengan infeksi HIV laten klinis sampai
terjadinya gejala infeksi HIV awal dan kemudian AIDS, yang diidentifikasi
berdasarkan jumlah sel T CD4+ di dalam darah dan adanya infeksi tertentu. AIDS
merupakan bentuk terparah akibat infeksi HIV. Setelah infeksi primer, berlangsung
fase infeksi asimtomatik selama 2-15 tahun. Selama periode ini terjadi produksi HIV
dalam jumlah besar dan menurun jumlah limfosit. Penyakit yang diakibatkan oleh
HIV, AIDS ditandai oleh penyakit berat akibat infeksi generalisasi oleh bakteri, virus,
jamur, protosoa bahkan tumor.
Diagnosis: deteksi antigen dan antibodi HIV-spesifik melalui tes aglutinasi partikel
pasif (PPAT), EIA, dan western blot (WB). Teknik molekular untuk mendeteksi HIV,
perhitungan jumlah virus (viral load), dan penemuan resistensi obat telah menjadi
bagian yang penting dalam diagnosis dan penganan klinis pasier.

Terapi: terdapat beberapa kelas obat antiretroviral untuk mengobati untuk mengobati
yaitu: nucleoside reverse transscriptase inhibitor (misal: zidovudin, lamivudin), non-
nucleoside reverse transcriptase inhibitor (misal: nevarapin dan delavirdin), inhibitor
protease (misal indinavir, retonavir), dan inhibitor fusi (T-20 enfuvirtide). Kombinasi
tiga jenis obat (highly active antiretroviral therapy atau HAART) adalah terapi baku
yang telah di terima.

Pencegahan dan pengendalian: belum ada obat antivirus HIV. Belum ada vaksin,
pemeriksaan untuk semua donor darah dan donor organ, kampanye informasi,
program gantian jarum dan pemakaian kondom

4. Virus Dengue

Virus Dengue hanya dapat hidup dalam sel hidup, merupakan salah satu virus
yang termasuk dalam famili Flavividae. Virion Dengue merupakan partikelsferis
dengan diameter nukleokapsid 30nm dan ketebalan selubung 10 mm, sehingga
diameter virion kira-kira 50 nm. Genon virus Dengue terdiri dari asam ribonuleat
berserat tunggal, panjangnya kira-kira 11 kilibasa. Genon terdiri dari protein structural
dan protein non structural, yaitugen C mengkode sintesa nukleokapsid (Capsid), gen
M mengkode sintesa protein M(Membran) dangan E mengkode sentesa glikoprotein
selubung (Envelope). Virus dengue mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4. Masing-masing tipe mempunyai subtipe (strain) yang jumlahnya
ratusan, sesuai daeraah atau asal virus itu. Serotipe DEN-2 dan DEN-3 adalah
penyebab wabah demam berdarah di Asia Tenggara.Infeksi DD/DBD dapat ditularkan
padamanusia melalui gigitan vector nyamuk Aedes aegyptidan Aedes albopictus
betina. Virus dengue mampu berkembang biak didalam tubuh hospes (manusia,
monyet, simpanse, kelinci, mencit, marmut, tikus, hamster serta serangga khususnya
nyamuk).
Kontrol dan pencegahan virus dengue dilakukan PSN (pemberantasan sarang
nyamuk dengan menguras atau larvasida dan penyemprotan nyamuk dewasa dengan
insektisida. Kontrol epidemi yang terpenting adalah dengan membunuh nyamuk
vektor betina dewasa. Menghambat perkemabangan nyamuk.

5. Virus Polio

Virus polio merupakan penyebab penyakit polio. Penyakit polio terutama


menyerang pada anak-anak kecil. Polio dapat menyebabkan demam, sakit kepala,
muntah,sakit perut,nyeri otot,kekakuan pada leherdan punggung,serta
kelumpuhan.Kebanyakanpasien akan pulih,namun dalam kasus yang parah,
penyakit ini dapat menyebabkan cacat permanen dan kematian. Penyakit ini
sangat menular. Polio menyebar dari orang ke orang,terutama melalui rute dari
tinja ke mulut.Virus memasuki tubuh melalui rute mulut dan akhirnya menyerang
sistem saraf pusat. Masa inkubasi 7-14 hari, dengan kurun waktu antara 3-35
hari.Orang yang diduga terinfeksi harus dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan
lebih lanjut dan isolasi. Dewasa ini,tidak ada perawatan penyembuhan untuk
penyakit tersebut.

6. Paramyxovirus

Virus RNA berselubunga berbentuk bulat atau pleomorfik, berdiameter 150-300


nm, genom tidak bersegmen. Memiliki 4 genus yaitu: pneumovirus , paramyxovirus
(parainfluenzavirus tipe 1-4), rubulavirus (virus mumps), mobillivirus (virus
campak).

a) Pneumovirus (Respiratory syncytial virus (RSV)

b) Virus parainfluenza

c) Virus campak

d) Virus mumps

7. Virus Rabies
Virus rabies adalah single strandedRNA, berbentukseperti peluru berukuran 180
x 75 μm. Sampai saat inisudah dikenal 7 genotip Lyssavirus dimana genotip
1merupakan penyebab rabies yang paling banyak di dunia.Virus ini bersifat labil dan
tidak viable bila berada diluarinang. Virus menjadi tidak aktif bila terpapar Sinar
matahari, sinar ultraviolet, pemanasan 1 jam selama 50menit, pengeringan, dan
sangat peka terhadap pelarutalkalis seperti sabun, desinfektan, serta alkohol
70%.Reservoirutama rabies adalah anjing domestik.

Rabies yaitu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus RNA dari genus
Lyssavirus, famili Rhabdoviridae,virus berbentuk seperti peluru yang bersifat
neurotropis,menular dan sangat ganas. Reservoir utama rabies adalahanjing
domestik. Sebagian besar kasus (98%) disebabkanoleh gigitan anjing, sedangkan
sisanya oleh hewan lainseperti monyet dan kucing. Rabies adalah infeksi virusakut
yang menyerang sistem saraf pusat manusia danmamalia. Penyakit ini sangat
ditakuti karena prognosisnyasangat buruk. Pada pasien yang tidak divaksinasi,
kematianmencapai 100%. Di Indonesia, sampai tahun 2007, rabiesmasih tersebar di
24 propinsi, hanya 9 propinsi yangbebas dari rabies, yaitu Bangka Belitung,
KepulauanRiau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta,NTB, Bali,
Papua Barat dan Papua.

Dapus :

Nugroho, L. Hartono Purnomo. 2003. Biologi X . Bandung : Erlangga

Volk,wesley.1990.Mikrobiologi Dasar Edisi kelima jilid .Jakarta :Erlangga

Adrenalin, Sruti Listra. 2020. Virus RNA.


http://vlm.ub.ac.id/pluginfile.php/42236/mod_resource/content/1/Virologi%20-
%20RNA%20VIRUS.pdf

Amri, I,A., Qosimah, D., Nugroho, W. 2019. Pengantar Virologi Veteriner. UB


Press.

MacLachlan, N.J., Dubovi, E.J. 2016. Fenner’s Veterinary Virology 5th Edition.
Academic Press.
 Wagner, Edward K .; Hewlett, Martinez J. (1999). Virologi dasar . Malden, MA:
Blackwell Science, Inc. hal. 249. ISBN 0-632-04299-0 . Diakses tanggal 30 Maret
2020 .
  Patton JT (editor). (2008). Virus RNA Untai Ganda Tersegmentasi: Struktur dan
Biologi Molekuler . Caister Academic Press. ISBN 978-1-904455-21-9 .
  "Pencatatan dalam Urutan Taksonomi - Indeks Daftar Spesies ICTV" . Diakses
11 April 2008 .
  Drake JW, Holland JJ (November 1999). "Tingkat mutasi di antara virus
RNA" . Prosiding National Academy of Sciences of the United States of America . 96
(24): 13910–13. Kode Bib : 1999PNAS ... 9613910D . doi : 10.1073 /
pnas.96.24.13910 . PMC 24164 . PMID 10570172 .
  Nguyen M, Haenni AL (Juni 2003). "Strategi ekspresi virus ambisense".
Penelitian Virus . 93 (2): 141–50. doi : 10.1016 / S0168-1702 (03) 00094-7 . PMID
12782362 .
  Sanjuán R, Nebot MR, Chirico N, Mansky LM, Belshaw R (Oktober 2010).
"Tingkat mutasi virus" . Jurnal Virologi . 84 (19): 9733–48. doi : 10.1128 /
JVI.00694-10 . PMC 2937809 . PMID 20660197 .
  Klein DW, Prescott LM, Harley J (1993). Mikrobiologi . Dubuque, Iowa: Wm.
C. Brown. ISBN 978-0-697-01372-9 .
  Steinhauer DA, Holland JJ (1987). "Evolusi cepat virus RNA". Review
Tahunan Mikrobiologi . 41 : 409–33. doi : 10.1146 / annurev.mi.41.100187.002205 .
PMID 3318675 .
 Boutwell CL, Rolland MM, Herbeck JT, Mullins JI, Allen TM (Oktober 2010).
"Evolusi virus dan melarikan diri selama infeksi HIV-1 akut" . Jurnal Penyakit
Menular . 202 Suppl 2 (Suppl 2): S309–14. doi : 10.1086 / 655653 . PMC 2945609 .
PMID 20846038

Anda mungkin juga menyukai