Anda di halaman 1dari 25

BAB II

VIROLOGI, MIKOLOGI
DAN IMUNOLOGI
 Virus adalah makhluk hidup yang sangat
kecil, tetapi berperan penting karena dapat
menyebabkan penyakit pada manusia.
 Bidang ilmu yang mempelajari segala sesuatu

mengenai virus disebut Virologi


 Selain oleh bakteri dan virus, penyakit-

penyakit di rongga mulut maupun dibagian


tubuh lainnya dapat juga disebabkan oleh
jamur.
 Cabang mikrobiologi yang khusus

mempelajari tentang jamur disebut Mikologi.


Topik 1
Virologi Dasar
 Virus pertama kali digambarkan sebagai “agensia yang dapat
melewati filter”. Ukurannya yang amat kecil memungkinkan virus
melewati filter, yang didesain untuk menyaring bakteri.

 Virus hanya dapat hidup didalam sel hidup.


Virus sangat bergantung pada alat-alat kelengkapan sel
inangnya untuk memperbanyak diri (bereplikasi).

Jadi cara virus berkembang biak adalah dengan cara merakit


komponen-komponen tubuhnya, bukan dengan cara membelah
diri seperti bakteri.

Karena bersifat parasit, virus mampu menimbulkan berbagai


ragam penyakit (bisa menular dan menimbulkan kematian)
rabies
demam berdarah
cacar
hepatitis
influenza
covid.
A. STRUKTUR VIRUS

 Ukuran virus dinyatakan dengan nanometer (nm), dimana


1 nanometer adalah satu perseribu micron.
18 nm (Parvovirus) hingga 300 nm (Poxvirus).
Ukuran Poxvirus tersebut ±¼ ukuran staphylococcus.

Virion (partikel virus) terdiri dari genom asam nukleat


yaitu DNA atau RNA yang dibungkus oleh lapisan protein
(kapsid) atau dibungkus oleh amplop virus (envelope).
Virion juga mengandung enzim esensial tertentu atau
enzim tambahan atau protein lainnya. Kesatuan antara
kapsid dengan genomnya membentuk nukleokapsid yang
dapat sama dengan virion atau dikelilingi oleh amplop
virus
Selubung luar dari virion dapat berupa kapsid atau envelope (amplop).
Struktur tersebut melindungi dan sebagai sarana yang membawa virus
bertransmisi dari satu sel inang ke sel inang lainnya.

Kapsid adalah struktur yang kaku untuk melindungi virion dari


lingkungan yang mengancam. Virus berkapsid biasanya tahan
terhadap pengeringan, asam dan deterjen, termasuk asam
dan empedu pada saluran pencernaan. Bentuk kapsid dapat
berupa bentuk batang atau heliks, ikosahedral atau lebih
kompleks. Kapsid dibentuk oleh sejumlah kapsomer yang
terikat satu sama lain dengan ikatan non-kovalen.

Amplop virus adalah selaput yang komposisinya terdiri dari lipid, protein
dan glikoprotein.
Struktur membrane hanya bisa bertahan pada kondisi lingkungan yang
cair. Amplop virus mudah sekali rusak oleh pengeringan, suasana asam,
deterjen, dan pelarut seperti eter, sehingga membuat virus menjadi
inaktif.
Akibatnya virus-virus beramplop biasanya ada pada lingkungan yang cair
dan biasanya ditularkan dalam bentuk cair, droplet pernafasan, darah dan
jaringan. Sebagian besar, virus beramplop tidak bisa bertahan hidup pada
kondisi mengancam misalnya di saluran pencernaan.
 Genom dari virus dapat berupa DNA atau
RNA, tetapi tidak keduanya.
 DNA dapat berutas berutas tunggal atau

utas ganda, linear (lurus) atau sirkuler


(melingkar).
 RNA positif sense (+) seperti NA messenger

(mRNA) atau negatif sense ( fotografi), bisa


berutas ganda (+/ ujung-ujungnya saling
menempel).
B. UKURAN VIRUS
Untuk mengetahui ukuran tubuh virus, dapat dilakukan dengan cara
berikut :
1. Observasi langsung menggunakan mikroskop
Untuk pengamatan virus digunakan ekstrak atau sayatan ultratipis dan
jaringan makhluk hidup yang terinfeksi.
2. Filtrasi melalui selaput Kolodion yang mempunyai porositas bertingkat
Sediaan virus dilewatkan melalui serangkaian selaput yang ukurannya
berbeda-beda. Ukuran virus dapat diperkirakan berdasarkan selaput mana
yang bisa dilewati dan selaput mana yang menahan partikel virus.
3. Sedimentasi dalam Ultrasentrifugasi
Partikel virus disuspensikan kedalam suatu cairan, kemudian partikel akan
mengendap dengan kecepatan yang sebanding ukuran partikel. Hubungan
antara partikel dan bentuk partikel dengan laju pengendapan
memungkinkan penentuan ukuran partikel.
4. Pengukuran Perbandingan
Metode ini menggunakan teknik acuan, yaitu membandingkan ukuran
suatu virus dengan ukuran virus tertentu yang dijadikan sebagai acuan.
C. KLASIFIKASI VIRUS

Virus amat beragam:


 virus yang memiliki struktur yang sederhana dan kecil

(Parvovirus dan picovirus)


 virus yang relative berukuran besar dan kompleks seperti

(Poxvirus dan Herpesvirus)

Penamaannya dapat menggambarkan:


 ciri karakteristiknya,
 penyakit yang ditimbulkannya,
 letak geografis dimana virus tersebut pertama kali

ditemukan.
D. REPRODUKSI VIRUS
Virus hanya dapat berkembang biak pada sel
atau jaringan hidup.
Oleh karena itu, virus menginfeksi sel bakteri,
sel hewan, atau sel tumbuhan untuk
bereproduksi.
Cara reproduksi virus disebut replikasi.
Tahapan replikasi virus terdiri atas:
a. Mengenali sel target
b. Perlekatan pada sel target
c. Penetrasi ( masuk kedalam sel target)
d. Pelepasan selubung
e.Replikasi dan sintesa komponen virus yang
terdiri dari :
1.Sintesa mRNA awal dan protein
nonstructural : gen untuk sintesa enzim
dan protein pengikat asam nukleat
2.Replikasi genom
3.mRNA akhir dan sintesa protein struktural
4. Modifikasi protein pasca translasi
f. Perakitan virus
g. Bertunas dan pelapisan dengan selubung
amplop
h. Pelepasan virus
E. EFEK VIRUS PADA SEL INANG
Sel inang yang telah dimasuki dan digunakan
sebagai pabrik penghasil virus akan
mengalami beberapa macam kondisi. Efek
virus pada sel inang sebagai sel targetnya
dapat berupa :
a.Mengalami lisis dan kematian (infeksi
sitosidal)
b.Mengalami infeksi yang persisten (menetap)
c.Mengalami infeksi laten
d.Mengalami infeksi yang mengubah sifat sel
(transforming infection)
e.Mengalami infeksi yang abortif
F. JALUR INFEKSI VIRUS

1. Kulit
2. Darah
3. Saluran pernafasan
4. saluran cerna (saliva).
5. saluran genital
G. VIRUS YANG BERKAITAN DENGAN BIDANG
KEDOKTERAN GIGI : HEPATITIS B

1. Gambaran Virus Hepatitis B

Hepatitis B termasuk dalam family Heparnavirus.


Ada 3 partikel yang berbeda
 selubung Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg)

 Hepatitis B Core Antigen (HBcAg),

 DNA dan komponen lainnya termasuk enzim

DNA polymerase dan protein kinase.


Epidemiologi dan Penularan (Transmisi)

 Virus Hepatitis B berada didalam darah, sekresi serviks


rahim dan semen. Juga terdapat dalam jumlah kecil
dicairan tubuh yang lain termasuk saliva.

 Penyebarannya dapat lewat jalur parenteral (suntikan)


tapi penularannya lewat hubungan seksual.
 Dikalangan populasi, banyak indidvidu bertindak
sebagai karier (pembawa virus).
 Karena penularan dapat melalui jarum yang membawa
sedikit saja darah yang mengandung partikel Dane
tadi, maka infeksi silang antara pasien dan petugas
kesehatan menjadi sangat berisiko, kecuali jika
tindakan preventif sudah dilakukan dengan yang tepat.
3. Dampak Infeksi

Individu yang terkena infeksi Hepatitis B dapat mengalami


beberapa tingkatan penyakit sebagai berikut :
a. Akut : berlangsung dalam waktu singkat dan / parah.
b. Kronik : berlangsung lambat , dapat menjadi parah
dapat juga tidak parah
c. Fulminant : Berkembang dengan cepat, dengan tingkat
kematian tinggi
d. Sirosis : pengerasan hati, juga dapat disebabkan karena
proses infeksi atau toksin/ racun, misalnya Hepatitis
karena alkohol.
e. Jaundice : timbulnya warna kekuningan pada kulit, mata
dan lain-lain karena meningkatnya kadar bilirubin darah
akibat kerusakan pada hati.
f. Karsinoma hepatoseluler : berhubungan erat dengan
virus hepatitis B, dan dibeberapa negara dihubungkan
dengan virus hepatitis C.
 Periode inkubasi bervariasi antara 2 sampai 3
bulan.

65% individu yang terkena mengalami infeksi


yang subklinis (gejala samar)
30% nya mengalami Hepatitis B akut.
9% pasien dewasa bisa menjadi karier kronik
virus (bisa berkembang menjadi sirosis hati,
gagal hepar dan karsinoma hepatoseluler)

 Pasien-pasien demikian juga berisiko


menginfeksi petugas kesehatan dan pasien
lainnya, terutama jika hasil laboratorium
darahnya menunjukkan HBsAg (+).
 Infeksi yang dialami bayi baru lahir
merupakan masalah yang serius dibeberapa
bagian negara, seperti Asia Timur, Asia
Tenggara, pulau-pulau di Pasifik, dan
Negara-negara Afrika.

 Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mengidap


HBsAg (+), 95 % berpeluang terkena infeksi,
dan hampir semua bayi tersebut menjadi
karier HBsAg, dan dimasa dewasanya
mengalami sirosis maupun kanker hati.
4. Pencegahan Infeksi

Mengontrol infeksi HBV dapat dilakukan dengan


beberapa cara.
 Modifikasi perilaku dapat mengurangi risiko terinfeksi,

dan ditataran klinik, hal ini meliputi kontrol infeksi yang


tepat terhadap infeksi silang.
 Imunisasi pasif disediakan dalam bentuk

Imunoglobulin Hepatitis B, yang digunakan pada.


Imunisasi aktif dengan vaksin Hepatitis B juga sudah
tersedia cukup banyak.
SUKSMA

Anda mungkin juga menyukai