Anda di halaman 1dari 11

I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut para ahli biologi, virus merupakan organisme peralihan antara
makhluk hidup dan benda mati. Dikatakan peralihan karena virus mempunyai ciriciri makhluk hidup, misalnya mempunyai DNA (asam deoksiribonukleat) dan
dapat berkembang biak pada sel hidup. Memiliki ciri-ciri benda mati seperti tidak
memiliki protoplasma dan dapat dikristalkan. Para penemu virus antara lain D.
Iwanoski (1892) pada tanaman tembakau, dilanjutkan M. Beijerinck (1898),
Loffern dan Frooch (1897) menemukan dan memisahkan virus penyebab penyakit
mulut dan kaki (food and mouth diseases), Reed (1900) berhasil menemukan virus
penyebab kuning (yellow fever), Twort dan Herelle (1917) penemu Bakteriofage,
Wendell M. Stanley (1935) berhasil mengkristalkan virus mosaik pada tembakau.
Pengetahuan tentang virus terus berkembang sampai lahir ilmu cabang biologi
yang mempelajari virus disebut virology.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari penulis adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui pengertian virus
b. Mengetahui ciri-ciri virus
c. Mengetahui reproduksi virus
d. Mengetahui dampak positif virus
1.3
a.
b.
c.
d.

Identifikasi Masalah
Bagaimana dampak positif dari virus
Bagaiman mengoptimalkan virus
Bagaimana reproduksi virus
Bagaimana klasifikasi virus

II

TINJAUAN PUSTAKA

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel


organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena
virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan
selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil
asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang
diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid,
glikoprotein, atau kombinasi ketiganya.
Virus memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
a. Tidak berbentuk sel, karena tidak mempunyai protoplasma, dinding sel,
sitoplasma, dan nukleas.
b. Dapat digolongkan sebagai benda mati, karena dapat dikristalkan dan tidak
mempunyai protoplasma.
c. Dapat digolongkan sebagai benda hidup, karena memiliki kemapuan
metabolism,reproduksi,dan memiliki asma nukleat.
d. Hanya dapat berkembang biak di dalam sel atau jaringan yang hidup.
e. Organisme subrenik hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
f. Virus berasal dari bahasa latin venom yang berarti cairan yang beracun.
g. Bersifat pasif.
Struktur virus terdiri atas:
a. Bagian pusat virus: mengandung AND atau ARN dikelilingi oleh selubung
atau capsid dari protein.
b. Capsid: dibangun oleh beribu-ribu molekul protein.
c. Kapsomer (capsomere): mempunyai bentuk bermacam-macam seperti prisma,
heksagonal, pentagonal.
Bentuk virus bermacam-macam, yaitu silindris, kotak, oval, memanjang, dan
polyhedron. Ukuran virus lebih kecil dari bakteri 30 nm 300 nm (1nm = 10-9).
Perkembiangbiakan/Reproduksi Virus

A. Infeksi Secara Litik (Siklus Litik)


Dalam siklus litik, virus akan menghancurkan sel induk setelah berhasil
melakukan reproduksi. Fase-fase:
1. Fase Absorbsi (Pelekatan), tahap absorbsi (pelekatan) adalah saat partikel virus
(virion) melekat pada sel yang diinfeksi. Tempat pelekatan virus pada sel inang
terjadi pada reseptor (protein khusus pada membran plasma sel inang yang
mengenali virus).
2. Fase Penetrasi, tahap penetrasi adalah tahap virus atau materi genetik virus
masuk ke dalam sitoplasma sel inang.
3. Fase Replikasi dan Sintesis, tahap replikasi dan sintesis adalah tahap terjadinya
perbanyakan partikel virus di dalam sel inang. Sel inang akan dikendalikan
oleh materi genetik dari virus sehingga sel dapat membuat komponen virus,
yaitu asam nukleat dan protein untuk kapsid.
4. Fase Perakitan (Pematangan), tahap perakitan (pemasangan) adalah tahap
penyusunan asam nukleat dan protein virus menjadi partikel virus yang utuh.
5. Fase Pelepasan (Pembebasan), tahap pelepasan (perakitan) adalah tahap partikel
virus keluar dari sel inang dengan memecahkan sel tersebut. Dengan begitu, sel
inang menjadi mati.
B. Infeksi Secara Lisogenik
Dalam siklus lisogenik, virus tidak menghancurkan sel, tetapi berintegrasi
dengan DNA sel induk. Fase-fase:
1. Fase Absorbsi dan Infeksi, virus (fag/fage) menempel di tempat yang spesifik
pada sel bakteri.
2. Fase Penetrasi, DNA virus masuk ke dalam sel bakteri.

3. Fase Penggabungan, DNA virus bergabung dengan DNA bakteri membentuk


profag.
4. Fase Replikasi, DNA virus (dalam profag) akan terus bertambah banyak jika sel
bakteri terus menerus membelah. Dalam kasus yang jarang terjadi, DNA virus
akan terpisah dari profag dan akan memasuki siklus litik.

III
PEMBAHASAN
3.1 Dampak Positif Virus
DNA sebagai pembawa materi genetik dapat mengubah sifat makhluk
hidup. Dalam siklus lisogenik, penggabungan DNA bakteri dan DNA virus
menjadikan DNA bakteri mengandung DNA virus. Pada saat DNA virus aktif dan
DNA bakteri hancur, sebagian DNA bakteri tidak hancur sehingga sebagian DNA
virus tetap membawa gen bakteri. Jika di dalam DNA virus terkandung DNA
bakteri A dan DNA virus tersebut menginfeksi bakteri B, di dalam bakteri B
mengandung DNA virus dan DNA bakteri A. Dengan demikian, sebagian sifat
bakteri A dapat dimiliki oleh bakteri B. Berdasarkan teori di atas, virus dapat
berperan dalam berbagai hal
a.Memproduksi.Vaksin
Vaksin merupakan patogen yang telah dilemahkan sehingga tidak berbahaya
jika menyerang manusia. Ada beberapa virus yang dimanfaatkan untuk
memproduksi vaksin. Jika telah diberi vaksin, tubuh manusia akan dapat
memproduksi antibodi sehingga jika sewaktu-waktu terserang patogen yang
sebenarnya, tubuh manusia tersebut telah kebal karena di dalam tubuhnya telah
diproduksi antibodi patogen tersebut.
b.Membuat.Antioksin

Antitoksin dapat dibuat dengan menggabungkan DNA virus dan gen yang
mempunyai sifat menguntungkan sehingga jika virus menginfeksi bakteri, di
dalam sel bakteri tersebut terkandung gen yang menguntungkan. Gen manusia
adalah gen yang menguntungkan yang dapat mengendalikan produksi antitoksin.
Jika oleh DNA virus, DNA manusia disambungkan dengan DNA bakteri, sel
bakteri tersebut akan mengandung gen manusia penghasil antitoksin. Jadi, yang
mulanya gen bakteri tidak mengandung antitoksin manusia, sekarang mampu
memproduksi antitoksin manusia.
Selain itu virus dapat dimanfaatkan dalam bidang rekayasa genetika
maupun penelitian di bidang kedokteran. Dan beberapa contoh di antaranya
sebagai.berikut.
1)

Virus yang digunakan untuk memproduksi interferon. Interferon

merupakan protein kecil yang dihasilakn oleh sel normal sebagai respon
terhadap infeksi virus. Interferon berfungsi untuk mencegah replikasi virus
di.dalam.sel.hospes.
2)

Profage dapat digunakan untuk mengubah fenotip bakteri sehingga

bermanfaat dalam bidang kedokteran. Caranya, asam nukleat virus


digabungkan dengan gen manusia yang bersifat menguntungkan. Kemudian
secara lisogenik gen tadi digabungkan dengan sama nukleat bakteri.
Apabila bakteri membelah diri, berarti setiap anakan bakteri mengandung
gen manusia yang dapat memproduksi zat-zat yang menguntungkan.
3)Virus digunakan untuk pembuatan vaksin. Vaksin adalah mikroorganisme
patogen yang telah dilemahkan sehingga sifat patogenitas (penyebab
penyakit)-nya hilang, tetapi antigenitas (penimbul antibody)-nya tetap.
Berikut.contoh.beberapa.vaksin:
a)Vaksin Sabin dan Salk yang.mencegah poliomyelitis yang.ditemukan.oleh
Jonas.Salk.
b)Vaksin Pasteur untuk

mencegah

penyakit

rabies.

c)Vaksin Jenner umtuk mencegah penyakit cacar yang ditemukan oleh


Edward Jenner.
3.2 Optimalisasi Virus

Habitat Virus
Virus menunjukkan ciri kehidupan hanya jika berada pada sel organisme
lain (sel inang). Sel inang virus berupa bakteri, mikroorganisme eukariot (seperti
Protozoa dan jamur), sel tumbuhan, sel hewan, dan sel manusia. Virus yang
menyerang tumbuhan dapat masuk ke dalam tumbuhan lain, terutama melalui
perantara serangga. Virus yang menyerang hewan atau manusia dapat masuk ke
dalam tubuh hewan atau manusia lain misalnya melalui makanan, minuman,
udara, darah, luka, atau gigitan
1

Suhu
Bila virus dipanaskan 56 60 C selama 30 menit ( pasteurisasi ) akan

mengalami insktivitas dan virus akan menurun atau hilang daya infeksinya. Hal
ini karena protein (kapsid) mengalami denaturasi. Ada virus-virus yang tahan
panas seperti hepatitis, adenovirus dan scrapievirus sehingga tidak mengalami
inaktivitas. Virus yang dibeku keringkan ( liofilisasi, freze dried ) dan disimpan
pada suhu lemari es biasa ( 4-8 C ) bisa tahan hidup beberapa bulan dan pada
suhu -70 C bisa tahan bertahun tahun.Virus yang mempunyai pembungkus
cenderung kehilangan infektivitas setelah penyimpanan lama meskipun pada suhu
-90 C, terutama peka terhadap pembekuan dan pencairan yanng berulang- ulang.
Namun dengan adanya dimetilsukfosid (DMSO) dalam konsentrasi kurang dari
5%, virus virus ini menjadi stabil ( Depkes RI, 1996 :19 ).
Karena virus hanya terdiri dari asan nukleat yang dikelilingi oleh protein,
virus sangat mudah dipengaruhi faktor faktor luar. Pengetahuan tentang faktor
fisik dan kimiawi yang menghilangkan infektivitas virus penting tidak hanya
untuk desinfektasi dan antisepsis, tetapi juga dalam hubungannya dengan
pembuatan vaksin, isolasi virus dari bahan pemerikasaan dan pengawetan virus.
Pada umumnya virus sangat labil terhadap pengaruh panas. Kecuali virus hepatitis
B dan virus scrapie, pemaparan virus pada suhu 55 - 60C selama beberapa menit
menyebabakan denaturasi kapsid dan hilangnya infektivitas virion akibat
ketidakmampuannya melekat pada sel atau/dan gangguan pada proses pelepasan
selubung kapsid ( uncoating ). Bahkan pada suhu tubuhpun, kehilangan
infektivitas terjadi. Beberapa virus lebih stabil terhadap pengaruh panas daripada
virus lainnya. Adenovirus, enterovirus, papovavirus termasuk virus relatif stabil

terhadap pengaruh panas, sedangkan flavirus, Respiratory syncytal virus termasuk


yang relatif labil. Virus berselubung umumnya lebih labil terhadap pengaruh
panas daripada virus ikosahendral telanjang. Dapat dikatakan bahwa waktu paruh
untuk hampir semua virus dapat dihitung dalam detik pada suhu 60C, menit pada
suhu 37C, jam pada 20C, hari pada 4C, bulan s/d tahun pada suhu lebih rendah
atau sama dengan minus 70C.karena itu untuk penyimpanan jangka lama,
suspensi virus harus disimpan pada suhu sangat rendah atau dengan cara
liofilisasi (freeze-drying) ( Mikrobiologi Kedokteran, 1993 :248-249 ).
Pada suhu 50 60 C selam 30 menit maka daya infeksinya hilang atau
berkurang

(INAKTIVASI).Virus

dapat

disimpan

dengan

diLiofilisasi

(dibekukeringkan) dan masih mempunyai daya infeksi.Virus akan kehilangan


infeksitas setelah penyimpanan tetapi dengan Dimetil Sulfoxida (DMSO)
konsentrasi 5%, virus menjadi lebih stabil.Daya infeksi virus :
-

Pada suhu kamar tetap.

Pada suhu 4C tahan selama bertahun-tahun.

20 s/d. -70 C

akan tahan lebih lama lagi

Stabilitasi virus dengan Garam-Garam


Banyak virus dapat distabilkan dengan garam-garam dalam konsentrasi

tertentu (molar tertentu ). Dengan penambahan garam garam tersebut virus akan
tetap infektif dan tahan terhadap pemanasan pada suhu 80C selama 1 jam.
Mekanisme stabilisasi virus dengan cara ini belum diketahui misalnya:

MgCl2 1 mol dapat menstabilkan virus virus polio, Echo, Coxsackie .


Rhinovirus, Reovirus.

MgSO4 1 mol menstbilkan virus influenza, para influenza, Morbilli dan


Mumps.

Na2SO4 1 mol terhadap virus herpes Herpes Simplex. Herpes zoster.


Adakalanya efek stabilisasi dengan garam ini digunakan untuk membunuh

virus kontaminan. Misalnya pada pembuatan vaksin Polio Sabin. Vaksin ini dibuat
dengan cara menanan virus dalam biakan jaringan ginjal kera Rhesus. Kera ini
mungkin saja mengandung virus SV 40 tanpa menunjukkan gejala sakit,
sedangkan menurut penelitian virus SV 40 ini bisa menyebabkan sarkoma pada

hamster. Dan suda dibuktikan pula bahwa virus SV 40 berhasil ditemukan


kembali dari tinja orang yang sudah divaksinasi. Untuk mencegahnya maka virus
Polio yang sudah dipanen dari biakan jaringan ginjal kera tadi diberi MgCl2 1
mol, panaskan 60C 1 jam, virus polio tidahk inaktifikasi tetapi virus SV 40 mati .
Diketahui pula bahwa beberapa jenis garam bersifat sebagai stabilisator.
Larutan

garam

MgCl2 ;

MgSO4 ;

Na2SO4 secara

berturut-turut

dapat

mempertinggi stabilitas enterovirus, sebagai rhinovirus, reovirus;myxovirus,


rubella virus; dan herpesvirus. Dengan cara menambahkan MgCl2 misalnya,
enterovirus tahan suhu pemanasan 56C selam 1 jam.
Banyak virus dapat distabilkan dengan garam-garam pada konsentrasi
tertentu.Senyawa

yang

dipakai

:MgCl2, (Virus

Polio,

Echo,

Coxsackie,

Rhijovirus), MgSO4, (Virus Influenza, Morbili), Na2SO4.(Virus Herpes Simplek).


3. Derajat keasaman ( PH )
Virus biasanya hidup subur pada PH 5 7,5 dan diluar suhu tersebut virus
akan mati atau inaktif, kecuali golongan Arbovirus yang tahan sampai PH 9. Dan
yang paling baik virus biasanya hidup pada PH 7,0 7,4 oleh karena itu setiap
buffer yang digunakan untuk mengelola virus serta untuk kepentingan tes
serelogis biasanya digunakan PH 7,0 7,4 ( Depkes RI, 1996 :19 ).
Suspensi virus lebih baik bila terdapat dalam larutan isotonik dan PH
faali, walaupun demikian batas toleransinya cukup luas. Dalam hubungannya
dengan PH dikenal tes stabilitas terhadap PH rendah dan yang berguna untuk
membedakan Enterovirus dan Rhinovirus. Pada tes ini virus di suspensikan dalam
larutan dengan PH 3,0 dan di eram selama 3 jam, kemudian infektivitasnya
diukur. Enterovirus bersifat stabil, sedangkan Rhinovirus dan rubella virus tidak
stabil.
Virus hidup pada pH 5.0 9.0.Hidup baik pada pH 7.0 7.4.sehingga
setiap buffer yang digunakan untuk mengolah virus dan untuk tes serologis
digunakan pH 7.0 7.4.Virus yang dapat bertahan pada pH 9.0 sedikit sekali,
hanya golongan Arbovirus.
4. Radiasi

Pada umumnya sinar X ( sinar rontgen ), ultra violet (UV) dan partikel
berenergi tinggi dapat menghilangkan aktivitas virus atau membunuh virus.
Dosisnya bervariasi untuk setiap jenis virus( Depkes RI, 1996 :21 ).
Semua virus dapat diinaktifkan oleh radiasi elektro magnetik, terutama
sinar pengion dan sinar gelombang pendek. Sinar X menginaktifkan virus dengan
cara memecah asam nukleat. Oleh karena itu inaktivasi oleh sinar X pada virus
dengan asam nukleat rantai tunggal lebih efektif dari pada virus dengan asam
nukleat rantai ganda. Sinar ultra ungu juga merusak asam nukleat yaitu dengan
terjadinya ikatan kovalen antara 2 molekul pirimidin berdekatan membentuk
derivat siklobutan, akhirnya mengakibatkan ketidak mampuan asam nukleat
bereplikasi dan juga mungkin translasi . Selain itu sinar ultra ungu menyebabkan
ikatan silang(cross link) antara 2 rantai DNA dan pembentukan fotohidtrat(derivat
6 hidroksi 5-6 dihidro) yang keduanya berperan dalam mekanisme inaktivasi.
Pada dosis radiasi sangat tinggi, selain asam nukleat , kapsidpun menjadi rusak
sehingga virus kehilangan kemampuan

untuk mengadakan interferensi,

haemaglutinasi dan sifat-sifat khas keantigenannya( Mikrobiologi Kedokteran,


1993 :248-249 ).
Sinar X ( Rontgen), Ultraviolet (UV) dan partikel berenergi tinggi dapat
menghilangkan aktivitas virus atau membunuh virus. Dosisnya bervariasi untuk
setiap jenis virus.
5. Pengecatan Vital
Virus dapat ditembus sampai tingakat tertentu oleh zat warna vital, seperti
toluidin blue, Netral Red, proflavin atau acridin orange. Zat warna ini akan
diserap dan mengikat asam nukleat virus sehingga virus akan menjadi peka
terhadap cahaya biasa dan virus akan diinaktivasi. Cara inaktivasi seperti ini
disebut inaktivasi fotodinamik.
Diketahui pula bahwa virion dapat berinteraksi dengan zat warna seperti
biru metilen, merah netral, sedemikian rupa sehingga iluminasi oleh cahaya akan
menginaktifkan virus tersebut. Fenomena tersebut dikenal sebagai efek
fotodinamik.

Virus dapat ditembus sampai tingkat tertentu oleh zat warna vital (toluidin
blue, neutral red, proflavin, acridin orange), zat- ini akan tetap terikat dengan
asam nukleat virus. Sehingga virus akan peka terhadap cahaya biasa dan akan
kehilangan daya infeksinya.

IV
KESIMPULAN
4.1 Virus adalah parasit mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
4.2Virus dapat dikristalkan, mempunyai bentuk yang bervariasi (heliks, polihidris,
kompleks, dan sampul virus), virus tersusun atas asam nukleat yang
diselubungi kapsid
4.3 Reproduksi virus yaitu infeksi secara litik (Siklus Litik) dan infeksi secara
lisogenik.
4.4 Peran positif virus adalah

membuat antitoksin, melemahkan bakteri,

memproduksi vaksin, menyerang patogen

DAFTAR PUSTAKA

aaknasional.files.wordpress.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Virus
http://materi-sma1.blogspot.com/p/materi-sma-biologi.html
https://pobersonaibaho.wordpress.com/2011/02/22/pengertian-virus-sejarah-ciriciri-anatomi-reproduksi-klasifikasi/

Anda mungkin juga menyukai