POST OPERATIF
Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2012.01.1555
2012.01.1556
2012.01.1557
2012.01.1558
2012.01.1560
2012011561
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
terinfeksi virus. Penelitian ini menunjukkan bahwa infeksi virus mampu menimbulkan
tatanan baru dalam sintesa makromolekul oleh set pejamu.
Pada periode yang hampir bersamaan ditemukan teknologi pembiakan virus pada
biakan sel sebagai pengganti binatang hidup dan telur berembrio. Temuan ini memungkinkan pengendalian variabel penelitian lebih baik. Temuan dalam bentuk teknologi dan
bahan serta ide yang dikem-bangkan daripadanya terbukti berdampak luas, misalnya saja
dalam hal pembuatan vaksin. Jika antara tahun 1798-1949, semua vaksin dibuat dalam telur
berembrio, setelah periode tersebut banyak vaksin dibuat dalarn biakan sel dengan scaling up
yang lebih efisien dan efek samping vaksin yang lebih kecil.
Pada sisi lain, pemakaian biakan sel memungkinkan virus V dapat dipakai sebagai
pelacak untuk mengetahui berbagai fenomena biologis. Dengan menggunakan sel yang
diinfeksi oleh virus, dapat diketahui lebih jauh bagaimana pemrosesan pascatranlasi protein,
baik berupa pemecahan atau peng-gabungan, penambahan gugus karbohidrat ataupun
terjadinya fosforilasi. Dengan kata lain, banyak pengetahuan tentang inetabolisme sel baik
yang normal maupun yang tidak normal berasal dari penelitian interaksi virus dan sel dan
dengan dasar itu pula terbuka kemungkinan untuk merekayasa fungsi sel.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
2.
3.
4.
nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang sekitar 1,3
mikrometer. Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini disebut nukleokapsid. Pada
virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang didapatkan dari sel inang,
dan glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat pada selubung lipid tersebut.
Bagian-bagian ini berfungs dalam pengikatan pada dan pemasukan ke sel inang pada
awal infeksi. Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak
terlalu berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks. Struktur ini bisa bervariasi dari
ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun
dalam bentuk simetri ikosahedral.
Jumlah protein yang dibutuhkan untuk membentuk kapsid virus sferik ditentukan
dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t protein. Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki
angka T=4, butuh 240 protein untuk membentuk kapsid. Seperti virus bentuk heliks, kapsid
sebagian jenis virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun biasanya protein kapsid
sendiri langsung terlibat dalam penginfeksian sel.
Menggambarkan suatu kelas pholytetik pada virus merupakan replikasi keturunan dan
menempati bagian relung ekologinya.
2.4 Pengelompokkan Virus
Berdasarkan jenis asam nukleat, virus dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yaitu virus ARN dan virus ADN. Berikut ini beberapa contoh dari kedua kelompok virus
tersebut dan penyakit yang ditimbulkan.
Virus ARN Virus AND. Nama nama penyakit
Virus Orthomyxo
Influenza Virus mozaik Bercak-bercak pada daun tembakau
Virus rhabdo Rabies Virus herpes Herpes
Virus hepatitis Hepatitis Virus pox Cacar
Virus paramyxo Pes pada hewan ternak
Virus papova Kutil pada manusia
Retrovirus AIDS
Virus picorna Polio
Virus toga Demam kuning dan ensefalitis
Virus arena Meningitis
Reproduksi virus secera general terbagi menjadi 2 yaitu litik dan lisogenik prosesproses pada siklus litik: pertama, virus akan mengdakan adsorpsi atau attachment yang
ditandai dengan menmpelnya virus pada dinding sel, kemudian pada virus tertentu
(bakteriofage), melakukan penetrasi yaitu dengan cara melubangi membran sel dengan
menggunakan enzim, setelah itu virus akan memulai mereplikasi materi genetik dan selubung
protein, kemudian virus akan memanfaatkan organel-organel sel, kemudian sel mengalami
lisis Proses-proses pada siklus lisogenik: Reduksi dari siklus litik ke profage( dimana materi
genetiak virus dan sel inang bergabung), bakteri mengalami pembelan binner, dan profage
keluar dari kromosom bakteri. Siklus litik: Waktu relative singkat Menonaktifkan bakteri
Berproduksi dengna bebas tanpa terikat pada kromosom bakteri siklus lisogenik Waktu relatif
lama Mengkominasi materi genetic bakteri dengn virus Terikat pada kromosom bakteri.
1) Fase litik
a. fase absorbsi, fage melekat di bagian tertentu dari dinding sel bakteri dengan
serabut ekornya. Daerah perlekatan itu disebut daerah reseptor, daerah ini khas bagi
fage sehingga fage jenis lain tidak dapat melekat di tempat tersebut.
b. fase penetrasi, Meskipun tidak memilki enzim untuk metabolisme, bakteriofage
memiliki enzim lisosom yang berfungsi merusak dinding sel bakteri. Setelah dinding
sel bakteri terhidrolisi, maka DNA fage masuk ke dalam sel bakteri
c. fase replikasi dan sintesis, Pada fase ini, fage merusak DNA bakteri dan
menggunakannya sebagai bahan untuk replikasi dan sintesis. Pada fase replikasi, fage
menyusun dan memperbanyak DNAnya. Pada fase sintesis, fage membentuk
selubung-selubung protein (kapsid) baru. Bagian-bagian fage yang terdiri dari kepala,
ekor dan serabut ekor telah terbentuk.
d. fase perakitan, Komponen-komponen fage akan disusun membentuk fage baru
yang lengkap dengan molekul DNA dan kapsidnya
e. Fase pembebasan atau lisis, Setelah fage dewasa, sel bakteri akan pecah (lisis),
sehingga fage yang baru akan keluar. Jumlah virus baru ini dapat mencapai 200 buah.
Pembentukkan partikel bakteriofage melalui siklus litik ini memerlukan waktu 20
menit.
2) Fase lisogenik
a). Fase Absorpsi dan Infeksi : Pada fase absrpsi dan infeksi peristiwa yang terjadi
sam halnya dengan fase absropsi pada infeksi secara litik. Fage menempel di tempat
yang tepat yang spesifik pada sel bakteri
b). Fase Penetrasi : Pada fase ini, fage melepas enzim lisozim sehingga dinding sel
bakteri berlubang. Selanjutnya, DNA fage masuk ke dalam sel bakteri.
c.) Fase Penggabungan : DNA virus bergabung dengan DNA bakteri membentuk
profage. Dalam bentuk profage, sebagian besar gen berada dalam fase tidak aktif,
tetapi sedikitnya ada satu gen yang selalu aktif. Gen aktif berfungsi untuk mengkode
protein reseptor yang berfungsi menjaga agar sebagian gen profage tidak aktif.
d). Fase Replikasi : Saat profage akan bereplikasi, itu artinya DNA fage juga turut
bereplikasi. Kemudian ketika bakteri membelah diri, bakteri menghasilkan dua sel
anakan yang masing-masing mengandung profage. DNA fage (dalam profage) akan
terus bertambah banyak jika sel bakteri terus menerus membelah. Bakteri lisogenik
dapat diinduksi untuk mengaktifkan profagenya. Pengaktifan ini mengakibatkan
terjadinya siklus litik.
2.6 Kultur sel dan Pertumbuhan Virus
1) Metode Kultur Sel
Virus dapat diperbanyak dengan melakukan kultur sel yaitu menumbuhkan
sel yang terinfeksi virus secara invitro. Perbanyakan sel dilakukan di atas tabung gelas
atau flask (labu plastik) dengan ukuran yang beragam sesuai kebutuhan atau di dalam
bejana yang luas. Tekhnik ini dilakukan secara aseptis untuk menjaga agar kultur
bebas dari kontaminasi jamur dan bakteri. Suspensi sel tunggal yang diketahui
konsentrasinya ditumbuhkan ke dalam flask steril dengan media yang sesuai,
kemudian diinkubasi pada suhu yang sesuai (biasanya 370C) dengan posisi mendatar.
Sel akan melekat pada permukaan dan mulai bereplikasi membentuk sel monolayer
(satu lapis) yang saling berikatan satu dengan lainnya.
Setelah beberapa hari medium yang digunakan untuk pertumbuhan dan
metabolisme sel akan habis, dan jika tidak diganti maka sel akan mengalami
kerusakan dan akan mati. Sel monolayer diberi perlakuan dengan tripsin dan atau
larutan versene untuk mendapatkan sel tunggal. Sel ini kemudian ditumbuhkan pada
flask yang baru. Sel monolayer digunakan untuk menumbuhkan dan menguji
beberapa aspek interaksi virus dengan inang. Selain untuk menumbuhkan sel
monolayer, beberapa tipe sel juga dapat ditumbuhkan di dalam larutan dimana sel
tersebut tidak menempel pada permukaan flask dan tidak menempel satu dengan
lainnya, misalnya sel hibridoma yang mengsekresikan antibodi monoklonal.
2) Media dan Buffer
Kebanyakan media pertumbuhan yang digunakan merupakan media kimiawi,
tetapi ditambahkan dengan serum 5-20% yang mengandung stimulan yang penting
untuk pembelahan sel. Media yang bebas serum dengan tambahan stimulan tertentu
digunakan untuk beberapa tujuan. Media mengandung larutan garam isotonis, asam
amino, vitamin, dan glukosa, sontohnya Eagles Minimal Esential Medium (MEM)
yang diformulasikan oleh Eagle th 50-an. Selain mengandung serum, MEM juga
diperkaya dengan antibiotik (biasanya penicillin dan streptomycin) untuk membantu
mencegah kontaminasi bakteri. Umumnya pertumbuhan sel yang baik terjadi pada pH
7,0-7,4. Media juga ditambah fenol red sebagai indikator pH yang akan berwarna
merah pada pH 7,4, orange pH 7,0, dan kuning pH 6,5, kebiru-biruan pH 7,6 dan ungu
pH 7,8. Media tumbuh juga membutuhkan penyangga di antara dua kondisi, yaitu:
a. Penggunaan flask terbuka menyebabkan masuknya O2 dan Ph
meningkat
Berbagai contoh virus yang dapat ditumbuhkan secara kultur dan atau melalui
embrio, antara lain:
a. Virus herpes simplex, dapat tmbuh pada bermacam-macam kultur dan
pada membran chorio-allantoic
b. Virus Varicella-zoster, dapat tumbuh lambat dalam kultur sel manusia
(jaringan kulit, paru-paru, dan otot embrio manusia), dan pada sel
ginjal kera *Cytomegalovirus, dapat tumbuh lambat dalam kultur
jaringan sel paru-paru embrio manusia.
c. Virus Epstein-Barr, dapat tumbuh pada kultur suspensi dari limfoblas
manusia
d. Virus influenza, dapat tumbuh pada kantung korioalantois telur
berembrio
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dunia mikroba adalah dunia organisma yang sangat kecil, sehingga tidak dapat kita lihat
dengan mata telanjang. Walupun sudah agak lama dikenal, namun dunia mikroba baru mulai
terbuka secara luas sejak manusia menemukan sebuah alat yang disebut mikroskop, hasil
temuan Anthony van Leeuwenhoek (1632-1723). Mikroskop tersebut sangat sederhana,
hanya memiliki satu lensa, dan mencapai pembesaran kurang dari 200 kali.
Tetapi dengan mikroskop sederhana tersebut misteri tentang bentuk mikroba yang
sebelumnya
masih
merupakan
rahasia
besar
mulai
terungkap.
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus
hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan mengendalikan sel
makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota
(organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage
atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri
danorganisme lain yang tidak berinti sel).
Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak
kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein,
lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang
digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur
hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA