Anda di halaman 1dari 20

Halaqah yang ke-51 dari Silsilah ‘Ilmiyah Berimān kepada hari akhir

“Keadaan Orang-orang Kafir Ketika Digiring dan Dikumpulkan ke Neraka”

• Pertama | Mereka akan digiring dengan kasar.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

)١٤( َ‫) هَ ٰـ ِذ ِه ٱلنَّا ُر ٱلَّتِى ُكنتُم بِہَا تُ َك ِّذبُون‬١٣( ‫َار َجهَنَّ َم َد ًّعا‬
ِ ‫َي ۡو َم يُ َد ُّعونَ ِإلَ ٰى ن‬

“Pada hari mereka akan didorong ke neraka jahannam dengan keras


Dikatakan kepada mereka, “Inilah neraka yang dahulu kalian dustakan.”

(QS Ath-Thūr: 13-14)

• Kedua | Mereka akan digiring secara berkelompok dan akan disambut oleh para malāikat penjaga neraka,
di ambang pintu neraka dengan penuh penghinaan.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman yang artinya:

“Orang-orang kāfir akan digiring ke neraka jahannam secara berkelompok-kelompok, sehingga apabila
mereka telah sampai ke ambang neraka dibukalah pintu-pintunya.

Dan berkatalah para penjaga neraka kepada mereka:

“Bukankah telah datang kepada kalian, Rasūl-rasūl yang berasal dari kalian yang membacakan kepada
kalian ayat-ayat Rabb kalian, dan mengingatkan kalian pertemuan dengan hari ini?”.

Mereka menjawab: “Benar telah datang”.

Namun telah tetap adzab bagi orang-orang kāfir.

Dikatakan kepada mereka: “Masuklah kalian melalui pintu-pintu neraka jahannam tersebut, sedangkan
kalian kekal di dalamnya.

Maka neraka jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri”.

(QS Az-Zumar: 71-72)

• Ketiga | Mereka akan dikumpulkan dalam keadaan berjalan di atas wajah-wajah mereka.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

ً‫ضلُّ َسبِي ۬ال‬ ۬ ۬ َ ‫ٱلَّذينَ ي ُۡح َشرُونَ َعلَ ٰى وجُوههۡـم لَ ٰى جهنَّم ُأوْ لَـٓٮ‬
َ ‫ك شَرٌّ َّمكَانًا َوَأ‬ ِٕ ٰ َ َ َ ‫ُ ِ ِ ِإ‬ ِ

“Orang-orang yang dikumpulkan ke neraka jahanam dengan berjalan di atas wajah-wajah mereka, mereka
itulah orang-orang yang paling jelek kedudukan mereka dan paling sesat jalan mereka.”
(QS Al-Furqān: 34)

Seorang laki-laki bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam,

“Wahai Nabi Allāh, bagaimana orang kafir dikumpulkan di atas wajahnya pada hari kiamat?”

Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjawab:

“Bukankah yang telah menjadikan dia berjalan di atas kedua kakinya mampu untuk menjadikan dia
berjalan di atas wajahnya pada hari kiamat?”

(Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim)

• Keempat | Mereka akan dikumpulkan dalam keadaan buta, bisu dan tuli.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

‫ص ۬ ًّم ۖ‌ا‬
ُ ‫َون َۡح ُش ُرهُمۡ يَ ۡو َم ۡٱلقِيَ ٰـ َم ِة َعلَ ٰى ُوجُو ِه ِهمۡ عُمۡ ۬يًا َوب ُۡك ۬ ًما َو‬

“Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat di atas wajah-wajah mereka dalam keadaan
buta, bisu dan tuli.”

(QS Al-Isrā’: 97)

Ada sebagian ulamā yang mengatakan bahwasanya mereka buta, bisu dan tuli tidak dalam semua keadaan.

• Kelima | Mereka akan dikumpulkan bersama teman-teman mereka dan sesembahan-sesembahan mereka.

Dan akan saling menyalahkan di antara mereka, sebelum akhirnya mereka masuk ke dalam neraka.

( Lihat QS Ash-Shāffāt: 22-32)

• Keenam | Sebelum mereka sampai ke neraka, mereka akan mendengar suara neraka.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

۬
‫ُوا لَهَا تَ َغيُّظًا َو َزفِي ۬ ًرا‬ ِ ۭ ‫ِإ َذا َرَأ ۡتهُم ِّمن َّمك‬
ْ ‫َان بَ ِعي ۬ ٍد َس ِمع‬

“Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar suara neraka yang
bergemuruh karena marah.”

(QS Al-Furqān: 12)

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjauhkan kita dan keluarga kita dari neraka jahanam dan
memasukkan kita ke dalam surganya.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah
selanjutnya.

Halaqah yang ke-52 dari Silsilah ‘Ilmiyah Berimān kepada hari akhir adalah tentang “Tinggalnya
Orang-orang Berimān Dan Orang-orang Munāfiq”

Di dalam hadīts Abū Said Al-Khudri yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhāri dan Muslim
disebutkan bahwasanya setelah orang-orang kāfir baik musyrikin maupun ahlul kitāb digiring ke
neraka, maka tidak tersisa kecuali orang-orang yang menyembah Allāh, yang shālih maupun
yang fajir.

Dikatakan kepada mereka:

“Apa yang menghalangi kalian untuk pergi, sedangkan manusia sudah pergi?

Dalam riwayat Muslim,

“Apa yang kalian tunggu?

Mereka berkata:

“Kami berbeda dengan mereka di dunia. Padahal kami dahulu butuh dengan mereka.”

⇒Maksudnya dahulu mereka bertauhīd tidak menyembah apa yang disembah oleh orang-orang
kāfir. Meskipun mereka membutuhkan orang-orang kāfir tersebut dalam beberapa hal.

Mereka berkata:

“Sungguh kami telah mendengar penyeru menyeru supaya setiap kaum mengikuti apa yang dia
sembah. Dan kami sekarang sedang menunggu Rabb kami.

Maka datanglah Allāh Subhānahu wa Ta’āla didalam bentuk yang berbeda dengan bentuk yang
mereka lihat pertama kali.

⇒Ini menunjukkan bahwasanya orang-orang yang berimān akan melihat Allāh di Padang
Mahsyar.

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Maka Allāh berkata, “Aku adalah Rabb kalian.” Mereka berkata, “Kami berlindung kepada Allāh
darimu. Kami tidak menyekutukan Allāh sedikitpun.” Mereka mengatakan perkataan ini dua atau
tiga kali.

⇒Maksudnya Allāh akan menguji mereka dengan memperlihatkan diri-Nya kepada mereka
dalam bentuk yang lain.

Ketika mereka melihat Allāh dalam bentuk yang lain, maka mereka berlindung kepada Allāh ,
supaya tidak terfitnah di dalam ujian ini.

Dan ucapan mereka, “Kami tidak menyekutukan Allāh sedikitpun.” menunjukkan tentang
keutamaan tauhīd.

Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Maka tidak berbicara kepada Allāh saat itu kecuali para Nabi.”
Maka Allāh berkata:

“Apakah kalian memiliki tanda sehingga kalian mengetahui bahwa Dia adalah Rabb kalian?

Mereka berkata, “Betis”

Maka disingkaplah betis Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”

Para ulamā mengatakan bahwasanya ini adalah termasuk hadīts yang berisi sifat Allāh, Kewajibah
kita berimān bahwasanya Allāh memiliki betis sesuai dengan keagungan-Nya.

Tidak boleh kita ingkari, tidak boleh kita serupakan dengan mahluk, tidak boleh kita takwil, dan
tidak boleh kita bertanya tentang bagaimananya.

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Maka sujudlah setiap mukmin.”

Dan dalam riwayat Muslim disebutkan,

“Tidak tersisa orang yang dahulu sujud untuk Allāh , ikhlās dari dirinya kecuali Allāh akan
mengijinkan dia bersujud. Kemudian tidaklah tersisa orang yang dahulu sujud karena hanya ingin
melindungi diri dan riya’ kecuali Allāh akan menjadikan punggungnya menjadi rata.

Setiap akan sujud dia jatuh tersungkur di atas tengkuknya.

Maksudnya dia tidak bisa sujud karena punggungnya yang semula memiliki beberapa ruas tulang
yang memudahkan dia untuk membungkuk, menjadi hanya memiliki satu ruas tulang yang rata.

Demikianlah keadaan orang-orang yang dahulu menipu Allāh dan orang-orang yang berimān di
dunia
Maka Allāh menipu mereka.

Mereka mengira bahwasanya mereka akan selamat dengan tinggalnya mereka saat itu bersama
orang-orang yang berimān.

Namun ternyata perkiraan mereka adalah perkiraan yang salah.

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Kemudian orang-orang yang berimān mengangkat kepala mereka dan Allāh Subhānahu wa
Ta’āla telah kembali kepada bentuk-Nya yang semula.

Kemudian Allāh berkata:

“Aku adalah Rabb kalian”.

Mereka pun berkata:

“Engkau adalah Rabb kami”.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah
selanjutnya.

Halaqah yang ke-53 dari Silsilah ‘Ilmiyah Berimān dengan tentang ” Perpisahan Orang-orang
Berimān Dan Orang Munāfiq”
Setelah bangkit dari sujud, maka orang-orang yang berimān akan mengikuti Allāh Subhānahu wa
Ta’āla.

Dan akan dibentangkan As-Sirath (jembatan di atas neraka) Sebagaimana di dalam hadīts Abū
Hurairah yang diriwayatkan oleh Bukhāri dan Muslim.

Keadaan saat itu gelap gulita, Seorang Yahūdi pernah bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu
‘alayhi wa sallam:

“Di manakah manusia di hari di mana bumi dan langit diganti?”

Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

“Di tempat yang gelap sebelum jembatan. ”

(Hadīts Riwayat Muslim)

⇒Kemudian orang-orang yang berimān akan diberikan cahaya.

Di dalam hadīts yang shahīh yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, di dalam Al-Mu’jamul Kabir,
dari ‘Abdullāh Ibnu Mas’ud Radhiyallāhu ‘anhu, bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa
sallam bersabda:

“Maka Allāh memberikan kepada mereka cahaya sesuai dengan amalan mereka.”

√ Ada di antara mereka yang diberi cahaya sebesar gunung yang besar yang berjalan di
depannya.

√ Dan ada yang diberi lebih kecil dari itu.

√ Dan ada di antara mereka yang diberi cahaya sebesar pohon kurma di sebelah kanannya.

√ Dan ada yang diberi lebih kecil dari itu.

Sehingga ada orang yang diberi cahaya di jempol kakinya, kadang menyala dan kadang padam.
Apabila menyala, maka dia melangkahkan kakinya dan berjalan.

Dan apabila padam, dia berdiri.

⇒Ini menunjukkan kepada kita tentang pentingnya mengamalkan ilmu bagi seorang muslim.

Semakin banyak cahaya ilmu yang dia amalkan di dunia, maka akan semakin banyak cahaya yang
akan dia dapatkan di hari kiamat.

Di dalam hadīts yang diriwayatkan oleh Imām Muslim, disebutkan bahwasanya orang-orang
munāfiq juga akan diberikan cahaya dan akan mengikuti Allāh .

⇒Namun cahaya mereka padam sebelum sampai jembatan.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla menceritakan didalam Qs. Al-Hadīd : 12-15 yang artinya:

“Pada hari ketika kamu melihat orang-orang yang berimān, laki-laki dan wanita, cahaya mereka
bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka. Dikatakan kepada mereka, “Pada hari ini ada
berita gembira untuk kalian. Yaitu surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kalian
akan kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.”
Pada hari ketika orang-orang munāfiq, laki-laki dan wanita, berkata kepada orang-orang yang
berimān, “Tunggulah kami, supaya kami dapat mengambil sebagian cahaya dari kalian.”
Dikatakan kepada orang-orang munāfiq, “Kembalilah kalian ke belakang dan carilah sendiri
cahaya untuk kalian.” Lalu dibuatlah di antara orang-orang yang berimān dengan orang-orang
munāfiq sebuah dinding yang memiliki pintu.

Di sebelah dalamnya, yaitu di sisi orang-orang yang berimān ada rahmat. Dan di sebelah luarnya,
yaitu sisi orang-orang munāfiq ada siksa.

Orang-orang munāfiq memanggil orang-orang yang beriman dan berkata: “Bukankah kami
dahulu bersama-sama dengan kalian di dunia?” (Maksudnya bersama-sama dengan orang-orang
yang berimān secara zhahir).

Orang-orang berimān menjawab: “Benar ” Akan tetapi kalian mencelakakan diri kalian sendiri,
yaitu dengan kenifāqan kalian.

Dan kalian dahulu menunggu-nunggu kehancuran kami. Dan kalian ragu serta ditipu oleh angan-
angan kosong. Sehingga datanglah ketetapan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Dan penipu yaitu syaithān, telah memperdaya kalian tentang Allāh .

Maka pada hari ini tidak akan diterima tebusan dari kalian maupun dari orang-orang kāfir.

Tempat kalian adalah neraka, itulah tempat berlindung kalian, dan itulah seburuk-buruk tempat
kembali.

Demikianlah orang-orang munāfiq kembali tertipu. Mereka mendapat cahaya di awal dan
menyangka bahwasanya mereka akan selamat bersama dengan orang-orang yang berimān.

Namun ternyata persangkaan mereka salah. Orang-orang yang berimān ketika melihat cahaya
orang-orang munāfiq padam mereka berdo’a kepada Allāh.

ُ ٰ‫ٱغف ِۡر َلنَ ۖٓا‌ ِإنَّكَ عَ لَى‬


۬ ‫ڪ ِّل ش َۡى ۬ ٍء َقد‬
ٌ‫ِير‬ ۡ َ‫رَ بَّنَٓا َأتۡ م ِۡم لَنَا نُورَ نَا و‬

“Wahai Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa untuk melakukan segala sesuatu.”

( QS At-Tahrim : 8)

Di dalam hadīts yang shahīh yang diriwayatkan oleh Abū Dāwūd dan juga Tirmidzi, Rasūlullāh
shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda bahwasanya orang yang berjalan ke masjid di dalam
kegelapan malam, yaitu untuk melakukan shalāt berjama’ah, maka dia akan mendapatkan cahaya
yang sempurna di hari kiamat.

Di antara usaha seorang muslim untuk menghilangkan kenifāqan adalah dengan menjaga shalāt
lima waktu secara berjama’ah.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Barang siapa yang shalāt karena Allāh selama 40 hari secara berjama’ah mendapatkan takbiratul
ula (takbiratul ihram), maka dia akan terlepas dari dua perkara. Terlepas dari neraka dan terlepas
dari kenifāqan. (Hadīts hasan riwayat Tirmidzi).
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah
selanjutnya.

Halaqah yang ke- 54 dari Silsilah ‘Ilmiyah Berimān kepada hari akhir adalah tentang”As Shirath”

Termasuk berimān kepada hari akhir adalah berimān dengan adanya As Shirath
(Jembatan yang dipasang di atas neraka jahanam untuk lewat orang-orang yang berimān menuju surga)
Setelah berpisah dengan orang-orang munāfiq, maka tinggallah orang-orang yang berimān dengan
berbagai tingkatan keimānan mereka.

⇒Mulai dari para Nabi ‘alayhimussalām sampai para pelaku dosa besar.

Mereka semua akan menuju surga dengan melewati sebuah jembatan yang berada di atas neraka.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla ta’ala berfirman:

ِ ‫َوِإنْ ِم ْن ُك ْم ِإاَّل َو‬


‫ار ُدهَا ۚ َكانَ عَ لَ ٰى رَ بِّكَ حَ ْتمًا َم ْقضِ ًّيا‬

“Dan tidak ada seorangpun dari kalian kecuali akan melewati Neraka,yang demikian adalah ketentuan
Allāh yang sudah ditetapkan,

‫ج ِث ًّيا‬ َّ ‫ُث َّم ُن َنجِّ ي الَّذِينَ ا َّت َق ْوا َو َن َذ ُر‬


ِ ‫الظالِمِينَ فِيهَا‬
“Kemudian kami akan selamatkan orang-orang yang bertaqwa dan kami akan biarkan orang-orang yang
zhālim masuk kedalam Neraka dalam keadaan berlutut.”

(QS Maryam: 71-72)

Di dalam hadīts Abū Said Al Khudri Radhiyallāhu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Bukhāri dan Muslim,
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengabarkan bahwa jembatan tersebut sangat menggelincirkan.

⇒Di atasnya ada besi-besi pengait dan duri yang keras yang bentuknya seperti duri Sa’dan.

Berkata Abū Said Al Khudri, shahābat yang meriwayatkannya, di sini di dalam riwayat Muslim.

“Telah sampai kepadaku bahwasanya jembatan ini lebih lembut dari pada rambut dan lebih tajam dari
pada pedang.”

Di dalam hadīts ini disebutkan bahwasanya:

√ Ada orang yang berimān yang melewati jembatan tersebut dengan sangat cepat seperti kedipan mata,
√ Ada yang seperti kilat,
√ Ada yang secepat angin,
√ Ada yang secepat burung,
√ Ada yang secepat larinya kuda,
√ Ada yang secepat larinya unta,
√ Ada yang sangat lambat sehingga dia lewat jembatan tersebut dalam keadaan menyeret dirinya, dialah
orang yang terakhir melewati jembatan.”

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam juga menyebutkan di dalam hadīts ini bahwasanya manusia akan
terbagi menjadi 3 (tiga)

⑴ Orang yang benar-benar selamat melewati neraka yaitu tanpa terkena sambaran.
⑵ Orang yang selamat melewati neraka akan tetapi terkoyak tubuhnya.
⑶ Orang yang tersambar dan akhirnya terjatuh ke dalam neraka.
Di dalam hadīts Abū Hurairah yang diriwayatkan oleh Bukhāri dan Muslim, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi
wa sallam bersabda:

“Maka aku dan umatku lah yang pertama kali akan melewati dan tidak berbicara saat itu kecuali para
Rasūl.”

Do’a mereka saat itu, “Yā Allāh , selamatkan, selamatkan.”

Di atas jembatan tersebut ada besi besi pengait seperti duri Sa’dan, mereka menjawab, tahukah kalian
duri Sa’dan? Mereka menjawab “Iya….. Yā Rasūlullāh,

Beliau berkata:

“Besi pengait tersebut seperti duri Sa’dan. Namun tidak mengetahui besarnya kecuali Allāh, Dia akan
menyambar manusia sesuai dengan amalan mereka, yaitu dosanya.”

⇒Ada diantara mereka yang binasa karena amalannya dan ada diantara mereka yang terkoyak dari
belakang kemudian selamat.

⇒Di antara yang selamat adalah 70.000 orang yang akan masuk surga tanpa hisāb , Wajah-wajah mereka
seperti bulan di malam bulan purnama.

⇒Menyusul setelah mereka rombongan yang wajah mereka seperti bintang yang paling terang.

(Hadīts riwayat Muslim)

Dari Jābir ibnu Abdillāh al Anshari Radhiyallāhu ‘anhummā:

“Dan akan dikirim amanah dan rahim atau kekerabatan.”

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Dan akan dikirim amanah dan rahim atau kekerabatan, maka keduanya berdiri di samping kanan dan kiri
jembatan. ”

(Hadīts Riwayat Muslim)

Ini menunjukkan bahwasanya melaksanakan amanah dan menyambung silaturrahim atau hubungan
kekerabatan perkaranya besar di dalam agama Islām, keduanya akan menuntut orang-orang yang tidak
memenuhi hak keduanya.
Sebagian orang yang berimān akan jatuh ke dalam neraka karena sebab ucapan yang dia ucapkan di
dunia.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Sungguh seorang hamba mengucapkan sebuah kalimat yang membuat marah Allāh dan hamba tersebut
tidak menganggap penting kalimat itu, dia jatuh dengan sebab ucapan tadi ke dalam jahanam.”

(Hadīts Riwayat Bukhāri)

Sebuah batu yang dilempar ke dalam neraka akan sampai ke dasar neraka 70 tahun kemudian.
Sebagaimana di dalam hadits riwayat Muslim.

Sebuah peristiwa yang pasti akan kita alami dan sangat mendebarkan, berjalan di atas jembatan yang
sangat kecil, sangat panjang di bawahnya ada neraka yang sangat dalam dan berisi azab yang sangat
pedih dan di samping kanan dan kiri ada besi-besi pengait yang siap mengenai orang yang berhak.

Ketegaran kita di atas jembatan saat itu sesuai dengan ketegaran kita di dunia di dalam berpegang teguh
dengan agama Islām.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla merahmati kita dan menyelamatkan kita semua. Āmīn

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah
selanjutnya.

Halaqah yang ke-55 dari Silsilah ‘Ilmiyah Berimān kepada hari akhir adalah tentang “Beberapa
Contoh Dosa Penyebab Jatuhnya Seseorang Kedalam Neraka Bagian Pertama”

Dosa yang dilakukan oleh seorang muslim, apabila Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak
mengampuninya akan menjadi sebab seseorang terjatuh ke dalam neraka.

⇒Di antara dosa tersebut adalah dosa bid’ah.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata:


‫وَ َ ُأل‬
ِ ‫ وَ ُك َّل ضَ اللَ ٍة فِي الن‬، ‫ وَ ُك َّل ِبدْعَ ٍة ضَ اللَ ٌة‬، ‫ وَ ُك َّل مُحْ َدثَ ٍة ِبدْعَ ٌة‬، ‫ُور مُحْ َدثَاتُ َها‬
‫َّار‬ ِ ‫شرَّ ا م‬
“Dan sejelek-jelek perkara adalah perkara yang diada-adakan. Dan setiap yang diada-adakan
adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah adalah sesat. Dan setiap kesesatan di dalam neraka. ”

(Hadīts Shahīh Riwayat Nasā’i)

Bid’ah inilah yang sebenarnya telah memecah-belah umat Islām.

Umat yang dahulunya bersatu, satu di atas Al-Qur’an dan Al-Hadīts dengan satu pemahaman,
yaitu pemahaman para shahābat Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam generasi terbaik umat Islām,
menjadi berbagai aliran yang banyak.

Golongan yang selamat adalah golongan yang tetap berpegang kepada Islām yang murni yang
dipahami oleh para shahābat Radhiyallāhu ‘anhum.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

‫ى يَا رَ سُو َل اللَّ ِه َقا َل مَا َأنَا عَ لَ ْي ِه وَ َأصْ حَ ِابى‬


َ ‫َّار ِإالَّ ِملَّ ًة وَ ا ِح َد ًة َقالُوا وَ مَنْ ِه‬
ِ ‫س ْبعِينَ ِملَّ ًة ُكلُّ ُه ْم فِى الن‬ ٍ َ‫وَ تَ ْفت َِرقُ ُأ َّمتِى عَ لَى ثَال‬
َ َ‫ث و‬

“Dan akan berpecah-belah umatku menjadi 73 golongan. Semuanya masuk ke dalam neraka
kecuali satu golongan. Mereka berkata, “Siapakah golongan tersebut ya Rasūlullāh ?” Beliau
menjawab, “Golongan yang berada di atas jalanku dan jalan para sahabatku”.

(Hadīts Hasan Riwayat Tirmidzi)

Ucapan beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam umati yaitu umatku, menunjukkan bahwasanya aliran-
aliran tersebut tidaklah kafir dengan bid’ah yang mereka lakukan.

Dan ucapan beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam semuanya masuk neraka, menunjukkan
bahwasanya bid’ah yang mereka lakukan adalah dosa besar yang menyebabkan masuk neraka.

Kalau Allāh menghendaki, maka Allāh mengampuni tanpa diadzab dan kalau Allāh menghendaki
maka Allāh akan mengadzab di neraka sampai waktu yang Allāh kehendaki.

Seorang muslim hendaknya menjauhi aliran-aliran sesat tersebut yang di antara ciri-cirinya:

⑴ Tidak kembali kepada pemahaman para shahābat di dalam memahami Al Qurān dan Al-
Hadīts.
⑵ Tidak memiliki perhatian yang besar terhadap aqidah dan tauhīd
⑶ Mendahulukan akal di atas dalīl
⑷ Bersembunyi-sembunyi di dalam beragama
⑸ Dan ada di antara mereka yang memiliki bai’at khusus kepada pemimpin aliran.

Dantara cirinya:

√ Mencela dan membicarakan kejelekan penguasa.


√ Tidak berhati-hati di dalam berdalil dengan hadīts-hadīts Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
√ Mencukupkan diri dengan Al Qurān tanpa hadīts di dalam berdalīl.
√ Dan di antara cirinya mereka mudah mengkāfirkan orang yang tidak sependapat dengan
mereka.

Hendaknya seorang muslim meninggalkan bid’ah meskipun dianggap baik atau hasanah oleh
sebagian manusia.

Meninggalkan aliran-aliran sesat tersebut dan jangan tertipu dengan pakaian atau banyaknya
jumlah mereka. Karena kebenaran tidak diukur dengan perkara-perkara tersebut, tapi diukur
dengan kesesuaiannya dengan Al Qurān dan Al-Hadīts.

Menasehati para pengikut aliran sesuai dengan kemampuan supaya kembali kepada kebenaran
dengan cara yang hikmah merupakan bentuk rasa cinta kita kepada saudara seislām.

Dan upaya menyatukan umat di atas kebenaran serta menyelamatkan mereka dari ancaman
neraka.

Dan perlu diketahui bahwasanya meninggalkan aliran-aliran tersebut juga bukan berarti
seseorang hidup jauh dari agama, menjauhi ilmu dan para ulamā.

Kemudian mengikuti syahwat dan hawa nafsunya. Karena seorang muslim di dunia ini dituntut
untuk menjauhi fitnah syubhat (kerancuan berpikir) dan menjauhi fitnah syahwat.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan hidayah kepada kita semua.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah
selanjutnya.

Halaqah yang ke-56 dari Silsilah ‘Ilmiyah Berimān kepada hari akhir adalah tentang ” Beberapa
Dosa Penyebab Jatuhnya Seseorang kedalam Neraka Bagian ke-2″

Di antara dosa yang membahayakan seseorang yang berimān dan bisa menjadi penyebab
jatuhnya seseorang ke dalam neraka ketika melewati sirāth adalah berdusta atas nama Rasūlullāh
shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Beliau Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:


‫ْأ‬
ِ ‫ي َف ْليَتَبَوَّ َم ْق َع َد ُه مِنْ الن‬
‫َّار‬ َّ َ‫مَنْ َك َذبَ عَ ل‬

“Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya dia menyiapkan
tempatnya di dalam neraka.”

(Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim)


Hendaknya seseorang berhati-hati di dalam menyampaikan hadīts dari Nabi Shallallāhu ‘alayhi
wa sallam, menjauhi hadīts-hadīts dhaif dan palsu, baik dalam masalah aqidah, fadhail’amal,
maupun masalah yang lain.

Dan bagi yang tidak mampu menghukumi sebuah hadīts, maka hendaknya dia taqlid dengan
ulamā atau ustadz yang ia anggap paling ahli di dalam hadīts.

⇒Di antara dosa tersebut adalah “dosa lisan dan kemaluan”

Nabi Muhammad Shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah ditanya tentang perkara yang paling
banyak memasukkan manusia di dalam neraka.

Maka beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

ُ‫ ال َف ُم و ا ْل َفرَ ج‬: ‫ان‬ ‫َأل‬ ‫َأ‬


ِ ‫ْكثَرُ مَا يُ ْد ِخ ُل النَّاسَ النَّارَ ا جْ وَ َف‬
“Mulut dan kemaluan”

(Hadīts Shahīh Riwayat Tirmidzi dan Ibnu Mājah).

Dosa yang dilakukan mulut seperti:

√ Dusta
√ Membicarakan kejelekan orang lain
√ Mengadu domba
√ Berfatwa tanpa ilmu
√ Menuduh tanpa hak
√ Makan dan minum yang haram dan lain-lain.

Dosa yang dilakukan kemaluan seperti:

√ Berzina,
√ Liwath, dan lain-lain.

⇒Dan di antara dosa tersebut adalah sombong.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:

“Tidak akan masuk surga, orang yang di dalam hatinya terdapat seberat dzarrahpun dari
kesombongan”

Seorang laki-laki bertanya:

Sesungguhnya seseorang senang apabila bajunya bagus dan sandalnya bagus.

Maka beliau Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata:

“Sesungguhnya Allāh adalah indah dan mencintai keindahan.”

⇒ Yang dimaksud dengan kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.
(Hadīts Riwayat Muslim)

Ucapan beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak akan masuk surga adalah ancaman bagi
pelakunya, bahwasanya dia bukan termasuk orang-orang yang pertama-tama masuk surga. Dan
balasan kesombongan dia adalah masuk neraka terlebih dahulu.
Marilah kita belajar menerima kebenaran dari manapun datangnya. Karena pada hakikatnya
kebenaran adalah dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla .

Dan janganlah kita meremehkan orang lain, karena ilmu, harta, jabatan atau gelar yang kita miliki,
Karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang telah memberikan kepada kita kenikmatan-kenikmatan
tersebut, mampu untuk memberikan kepada orang lain yang semisal atau yang lebih baik kapan
Allāh kehendaki.

Semakin seseorang rendah hati karena Allāh , maka Allāh akan semakin mengangkat derajatnya.

Di antara dosa tersebut adalah dosa memakan makanan yang haram.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya tidaklah tumbuh daging dari makanan yang haram, kecuali neraka lebih pantas
bagi daging tersebut”

(Hadīts Shahīh Riwayat Tirmidzi)

Seorang muslim hendaknya sangat berhati-hati di dalam mencari rezeki untuk diri-sendiri dan
keluarga.

Tidak memakan dan memberi makan, kecuali setelah yakin itu halal.

Hendaknya dia menjauhi riba, memakan harta orang lain tanpa hak, menjauhi uang suap,
menjauhi kurang dalam menimbang dan segala jenis harta haram lainnya.

Dan di antara dosa yang dapat menjadi sebab jatuhnya seseorang ke dalam neraka adalah “tidak
ikhlās di dalam menuntut ilmu” (Ilmu agama)

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:

“Barang siapa yang menuntut ilmu, yang sebenarnya digunakan untuk mencari ridhā Allāh, Dia
tidak menuntut ilmu tersebut kecuali untuk mencari dunia, maka dia tidak akan mencium bau
surga pada hari kiamat”

(hadīts Riwayat Abū Dāwūd)

Di dalam hadīts yang lain beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

“Barangsiapa yang menuntut ilmu hanya untuk menyombongkan diri di hadapan para ulamā
atau untuk berdebat dengan orang-orang bodoh, maka ancamannya adalah neraka”

(Hadīts Shahīh Riwayat Ibnu Mājah)

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah
selanjutnya.

Halaqah yang ke-57 dari Silsilah ‘Ilmiyah Berimān Kepada Hari Akhir adalah tentang ” Beberapa
Contoh Dosa Penyebab Jatuhnya Seseorang Kedalam Neraka Bagian ketiga”

Di antara dosa yang bisa menyebabkan seseorang terjatuh ke dalam neraka adalah:

⑴ Dosa bunuh diri

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:


“Barangsiapa yang melempar dirinya dari gunung untuk membunuh dirinya, maka dia berada di
dalam neraka jahannam. Dilempar didalamnya kekal selamanya. Dan barang siapa meneguk
racun untuk membunuh dirinya, maka di dalam neraka jahannam dia akan meletakan racun di
tangannya, dia meneguknya selamanya di neraka. Dan barang siapa membunuh dirinya dengan
besi, maka besi tersebut di tangannya dia menusuk dengan besi tersebut perutnya di neraka
jahannam kekal selamanya”.

(Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim)

⇒Bunuh diri bukanlah cara untuk lepas dari masalah, namun justru akan mendatangkan masalah
yang lebih besar.

Dan barang siapa yang berimān kepada Allāh,maka Allāh akan memberikan hidayah kepada
hatinya.

⑵ Membunuh tanpa hak.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

‫وَ مَن يَقۡ تُلۡ م ُۡؤ ِم ۬نًا ُّمتَ َع ِّم ۬ ًدا َفجَ زَ ٓاُؤ ُه ۥ جَ َهنَّ ُم خَ ٰـ ِل ۬ ًدا فِيہَا وَ َغضِ بَ ٱللَّ ُه عَ لَيۡ ِه وَ لَ َعنَ ُه ۥ وَ َأعَ َّد لَ ُه ۥ عَ َذابًا عَ ظِ ي ۬ ًما‬

“Dan barang siapa yang membunuh orang yang berimān karena sengaja, maka balasannya
adalah jahannam dia kekal di dalamnya. Allāh akan marah kepadanya dan melaknatnya, dan Allāh
akan siapkan untuknya adzab yang besar.”

(QS An-Nissā’: 93)

Para ulamā menjelaskan bahwasanya maksud kekal di neraka bagi orang yang membunuh orang
yang berimān tanpa hak atau bunuh diri yaitu pada asalnya inilah balasan bagi orang tersebut.

Namun dalīl lain menerangkan bahwasanya orang yang berimān sekecil apapun imānnya dan
sebesar apapun dosanya dia akan keluar dari neraka baik dengan ampunan Allāh atau dengan
Syafā’at.

⑶ Memakan riba.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

)١٣١( َ‫ى ُأعِ د َّۡت ل ِۡل َك ٰـف ِِرين‬ ۖ ۡ ‫ٱلرّ ب ٰ َٓو ْا َأ‬ ُ ‫ي َٰـَٓأيُّ َها ٱلَّذِينَ ءَا َمنُو ْا اَل ت َۡأ‬
ٓ ‫) وَ ٱتَّقُو ْا ٱلنَّارَ ٱلَّ ِت‬١٣٠( َ‫ضع َٰـ ۬ ًفا مُّضَ ٰـ َع َف ۬ ً‌ة وَ ٱتَّقُو ْا ٱللَّ َه لَ َعلَّ ُك ۡم تُفۡ ل ُِحون‬ ِ ‫ڪلُو ْا‬
“Wahai orang-orang yang berimān, janganlah kalian memakan riba dengan berlipat ganda. Dan
bertakwalah kalian kepada Allāh, supaya kalian beruntung. Dan takutlah dengan api neraka yang
disediakan untuk orang-orang kāfir.”

(QS Āli-‘Imrān: 130-131)

Dan betapa banyak praktek riba di zaman sekarang, seseorang yang akan melakukan sebuah
transaksi hendaknya mengetahui ilmunya.

Dan janganlah dia menganggap mudah perkara riba ini.

Dan barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allāh , maka Allāh akan mengganti dengan yang
lebih baik.

⑷ Menggambar mahluk yang bernyawa.


Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

َ‫َّاس عَ َذابًا عِ ْن َد اللَّ ِه يَوْ َم ا ْل ِقيَا َم ِة ا ْلمُصَ ِوّ رُ ون‬ َ ‫ِإنَّ َأ‬
ِ ‫ش َّد الن‬
“Sesungguhnya orang yang paling keras adzabnya di sisi Allāh pada hari kiamat adalah para
penggambar.”

(Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim)

Dan maksud dari penggambar di sini adalah penggambar mahluk bernyawa, masuk di dalamnya
orang yang membuat patung mahluk bernyawa dan orang yang melukis mahluk bernyawa.

Banyak para ulamā yang memasukkan gambar fotografi didalam larangan ini.

Tidak diperbolehkan kecuali dalam keadaan darurat seperti untuk surat-surat penting dan lain-
lain.

Perbedaan pendapat di antara para ulamā dan banyaknya manusia yang melakukan, janganlah
menjadi alasan bagi seseorang untuk bermudah-mudahan di dalam gambar fotografi ini.

⑸ Dosa wanita yang berpakaian tetapi telanjang.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Dua golongan dari penduduk neraka yang aku belum pernah melihat mereka, sebuah kaum
yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka gunakan untuk memukul manusia. Dan wanita-
wanita yang berpakaian tetapi telanjang. Berjalan lenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk
unta yang miring. Mereka tidak akan masuk ke dalam surga dan tidak akan mencium baunya,
padahal bau surga bisa dicium dari jarak perjalanan sekian dan sekian”

⇒Dan makna berpakaian tapi telanjang ada yang mengatakan menutupi sebagian aurat dan
membuka sebagian yang lain untuk menampakkan keindahan. Atau memakai pakaian tetapi
tidak sempurna seperti memakai pakaian yang tipis atau membentuk badan.

Seorang muslimah hendaknya bersungguh-sungguh di dalam menjaga hijabnya dan ikhlās


karena Allāh .

Semoga kesabaran seorang muslimah atas rasa gerah, risih dan ribet yang mungkin dirasakan
oleh sebagian.

Dan juga kesabaran menghadapi gunjingan orang lain, menjadi sebab selamatnya dia dari
ancaman neraka.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah
selanjutnya.

Halaqah yang ke-58 dari Silsilah ‘IlmiyahBerimān Kepada hari Akhir adalah tentang “Beberapa Contoh
Dosa Penyebab Jatuhnya Seseorang Kedalam Neraka Bagian yang keempat”

Di antara dosa yang bisa menyebabkan seseorang terjatuh ke dalam neraka adalah dosa wanita yang
tidak bersyukur kepada suaminya.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

Diperlihatkan kepadaku bahwa sebagian besar penduduk neraka adalah wanita. Mereka telah ingkar.
Dikatakan kepada beliau:

Apakah mereka ingkar kepada Allāh ?

Beliau bersabda: “Mereka ingkar kepada suami-suami mereka, Mengingkari kebaikan-kebaikan mereka,
Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka sekian lama, kemudian dia
melihat darimu sesuatu yang tidak membuat dia senang, maka wanita tersebut akan berkata, “Aku tidak
melihat kebaikan sedikitpun darimu”.

(Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim)

Seorang wanita yang shālihah hendaklah bersyukur kepada Allāh , kemudian bersyukur kepada suaminya,
karena dengan sebabnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla

√ Menjaga dia sebagai seorang istri.


√ Menutupi kekurangannya.
√ Menunaikan hajatnya dan lain-lain.

Dan secara umum, bersyukur kepada orang lain yang pernah berbuat baik kepada kita diperintahkan
dalam agama Islām.

Apabila seseorang tidak bisa membalas maka hendaknya dia mendo’akan dengan kebaikan, baik di
hadapan orang tersebut maupun tidak di hadapannya.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Barang siapa yang berbuat baik kepada kalian, maka balaslah. Kalau kalian tidak menemukan sesuatu
untuk membalasnya, maka do’akanlah dengan kebaikan sampai kalian merasa bahwasanya kalian telah
membalas kebaikannya”

(Hadīts Shahīh Riwayat Abū Dāwūd dan An-Nasā’i)

Dan di antara dosa yang membahayakan kehidupan seorang hamba di akhirat adalah tiga dosa yang
tercantum didalam sabda Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

◆ Tiga orang yang Allāh harāmkan masuk surga:


⑴ Pecandu khamr (minuman keras)
⑵ Anak yang durhaka
⑶ Dayyuts (laki-laki yang membiarkan kejelekan di dalam keluarganya)

(Hadīts Hasan Riwayat Imām Ahmad di dalam Musnadnya)

Seorang kepala keluarga yang membiarkan kemaksiatan di dalam keluarganya dan memfasilitasi,
dikhawatirkan terkena ancaman ini.

Seorang kepala keluarga dituntut untuk tegas dan lembut dengan keluarganya.

Rasa sayang bukan berarti harus memberi semua yang diminta, Dan mendidik mereka untuk taat tidak
identik denga kekerasan, Istri dan anak adalah ujian dan titipan Allāh.

Kewajiban kita adalah mengerahkan tenaga semaksimal mungkin untuk menjaga diri dan keluarga kita
dari neraka, dan hidayah di tangan Allāh Subhānahu wa Ta’āla

⇒Dan di antara dosa yang membahayakan adalah durhaka terhadap kedua orang tua.

Dan di antara bentuk durhaka adalah menyakiti orang tua dengan lisan, dengan sikap ataupun dengan
tangan.
Seorang muslim dan muslimah diperintah untuk berlemah-lembut kepada orang tua. Merendahkan diri di
hadapan mereka, dan menaati perintah mereka selama tidak bertentangan dengan syariat.

Dan di antara bentuk bakti yang paling berharga kepada orang tua kita adalah mengeluarkan mereka dari
kegelapan, kesyirikan, kebid’ahan dan kemaksiatan menuju cahaya Tauhīd, Sunnah dan ketaatan kepada
Allāh Subhānahu wa Ta’āla

Dan di antara dosa yang membahayakan adalah dosa seorang pejabat yang menipu bawahan atau
rakyatnya.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Tidaklah seorang hamba, Allāh berikan jabatan kemudian dia mati dalam keadaan menipu bawahan atau
rakyatnya kecuali Allāh akan mengharamkan dia masuk ke dalam surga”

(Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim)

Di antara bentuk menipu kepada rakyat adalah tidak menasehati mereka demi keselamatan dunia dan
akhirat mereka, tidak memenuhi hak-hak mereka, tidak berbuat adil di antara mereka dan lain-
lain(diharamkan masuk surga di sini bahwasanya pelakunya tidak bisa masuk surga secara langsung,
namun dia berhak untuk diadzab di dalam neraka terlebih dahulu apabila Allāh menghendaki)

Ini adalah beberapa contoh dosa-dosa besar dan para ulama telah mengarang buku khusus tentang dosa-
dosa besar, kita pelajari supaya kita bisa menjauhi.

Keyakinan ahlusunnah bahwasanya pelaku dosa besar di bawah kehendak Allāh, Kalau Allāh
menghendaki, maka Allāh akan mengampuni, dan kalau Allāh menghendaki, maka Allāh akan
mengadzabnya terlebih dahulu, sebelum dimasukkan ke dalam surga.

Dan adzab neraka bagi pelaku dosa besar, meski tidak selamanya namun bukan sesuatu yang ringan.
Satu menit dibakar dengan api dunia adalah perkara yang berat. Maka bagaimana dibakar dalam waktu
yang lama dengan api akhirat yang jauh lebih panas.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Api kalian adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian dari neraka jahanam”

(Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim)

Kesabaran di dalam menahan hawa nafsu di dunia, bagi seorang muslim jauh lebih ringan dan lebih
mudah dari pada kesabaran di dalam menghadapi adzab neraka di akhirat.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla melindungi kita dan keluarga kita dari api neraka.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah
selanjutnya.

Halaqah yang ke-59 dari Silsilah ‘Ilmiyah Beriman kepada hari akhir adalah tentang “Syafa’at Bagi
Para Pelaku Dosa Besar Bagian Pertama”

Setelah sebagian orang-orang yang beriman selamat melewati neraka, maka Allāh Subhānahu wa
Ta’āla akan memberikan izin kepada mereka, untuk memberikan syafaat kepada saudara-saudara
mereka, orang-orang yang beriman yang terjatuh ke dalam neraka.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda didalam hadīts Abū Said Al-Khudri Radhiyallāhu
‘anhu yang diriwayatkan oleh Bukhāri dan Muslim,
◆Ketika orang-orang yang beriman selamat dari neraka, maka demi Dzat yang jiwaku berada di
tangan-Nya tidak ada yang lebih gigih di dalam memohon kepada Allāh , hak saudara-saudara
mereka yang jatuh ke dalam neraka dari pada orang-orang yang beriman di hari kiamat.

Mereka berkata, Wahai Rabb kami, saudara-saudara kami dahulu mereka shalāt bersama kami,
berpuasa bersama kami dan haji bersama kami.

◆ Ini menunjukkan tentang keutamaan berteman dengan orang-orang shālih dan melakukan
ibadah-ibadah tersebut bersama mereka.

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda,

Maka Allāh berkata, “Keluarkanlah oleh kalian orang-orang yang kalian kenal. Maka
diharamkanlah wajah-wajah mereka atas neraka (Maksudnya orang-orang yang beriman yang
melakukan dosa besar dan disiksa di dalam neraka akan dilindungi wajah-wajah mereka dari api
neraka, sehingga bisa dikenal)

Mereka pun mengeluarkan banyak orang. Ada di antaranya yang api neraka sudah membakar
sampai pertengahan kedua betisnya. Dan ada yang sampai kedua lututnya. Kemudian mereka
berkata, “Wahai Rabb kami tidak sisakan seorangpun yang Engkau perintahkan untuk kami
keluarkan?

Allāh berkata,

Kembalilah kalian, Barang siapa yang kalian dapatkan di dalam hatinya ada kebaikan, seberat
satu dinar, maka keluarkanlah.

Mereka pun kembali mengeluarkan banyak orang. Kemudian mereka berkata, “Wahai Rabb kami
tidak sisakan seorangpun yang Engkau perintahkan untuk kami keluarkan”

Maka Allāh berkata,

Kembalilah kalian, Barang siapa yang kalian dapatkan di dalam hatinya ada kebaikan, seberat
setengah dinar, maka keluarkanlah.

Mereka pun kembali mengeluarkan banyak orang. Kemudian mereka berkata, “Wahai Rabb kami
tidak sisakan seorangpun yang Engkau perintahkan untuk kami keluarkan.

Maka Allāh berkata,

Kembalilah kalian, Barang siapa yang kalian dapatkan di dalam hatinya ada kebaikan, seberat
satu dzarrah, maka keluarkanlah.

Mereka pun kembali mengeluarkan banyak orang.

Yang dimaksud dengan dzarroh adalah atom (bagian terkecil dari satu unsur, yang tidak bisa
dibelah lagi)

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda,

Mereka berkata, “Wahai Rabb kami tidak sisakan di dalam neraka seorangpun yang memiliki
kebaikan”

Allāh berkata,
Para malāikat telah memberikan syafā’at, para nabi telah memberikan syafā’at dan orang-orang
yang beriman telah memberikan syafā’at . Dan tidak tersisa, kecuali Dzat Yang Maha Penyayang.

Kemudian Allāh menggenggam satu genggaman dari neraka, dan mengeluarkan kaum yang
tidak pernah beramal sedikitpun.

Keadaan mereka telah menjadi arang.

Kemudian mereka dilempar ke dalam sungai yang berada di mulut-mulut surga (yang dinamakan
dengan sungai kehidupan).

Mereka pun tumbuh seperti tumbuhnya benih di dalam lumpur sisa banjir (Maksudnya akan
dengan cepat tumbuh, karena benih yang berada di dalam lumpur sisa banjir akan lebih cepat
tumbuh disebabkan banyaknya faktor yang mendukung, seperti tanah yang lembut, air yang
memadai dan adanya unsur-unsur yang bermanfaat. Sebagaimana hal ini diketahui oleh para
ahli)

Kemudian Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

Apakah kalian pernah melihat benih yang tumbuh, ketika dekat dengan batu atau pohon? bagian
yang dekat dengan matahari akan berwarna kuning dan hijau. Dan yang lebih dekat dengan
bayangan maka akan berwarna putih.

Maksudnya ada yang mengatakan bahwasanya bagian badan yang terbakar yang lebih dekat
dengan surga akan lebih cepat sempurna dari pada bagian badan yang lebih dekat dengan
neraka.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Kemudian mereka akan keluar seperti mutiara. Dan di leher-leher mereka ada khawatim, yang
dikenal oleh para penduduk surga.”

Sebagian mengatakan bahwasanya yang dimaksud dengan


khawatim (beberapa barang yang terbuat dari emas yang dikalungkan di leher mereka)

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

Maka berkatalah para penduduk surga, “Mereka adalah orang-orang yang Allāh bebaskan”Allāh
telah memasukkan mereka ke dalam surga tanpa sebab amalan yang mereka amalkan dan tanpa
sebab kebaikan yang mereka lakukan.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah
selanjutnya.

Halaqah yang ke-60 dari Silsilah ‘Ilmiyah Berimān Kepada Hari Akhir adalah tentang “Syafa’at Bagi Para
Pelaku Dosa Besar Bagian Kedua”

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam akan memberikan syafa’at untuk umatnya, para pelaku dosa
besar yang disiksa di dalam neraka.

Di dalam hadīts Anas bin Mālik Radhiyallāhu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Bukhāri dan Muslim,
bahwasanya Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam akan meminta izin kepada Allāh untuk memberi syafā’at
dan beliau diizinkan.
Maka Allāh akan mengilhamkan kepada beliau pujian-pujian yang sebelumnya tidak pernah diajarkan
kepada beliau di dunia.

Dan beliau bersujud, maka dikatakan kepada beliau, “Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu,
Berkatalah….. engkau akan didengar perkataanmu,
Mintalah……. maka kamu akan diberi, dan berikanlah syafā’at, maka akan diterima syafā’atmu.

Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata, “Wahai Rabb-ku, umatku… umatku….”

Dikatakan kepada beliau,

Pergilah engkau dan keluarkanlah dari neraka orang yang didalam hatinya ada iman sebesar biji gandum.

Maka beliau pergi dan melakukannya, Kemudian beliau kembali lagi dan kembali memuji Allāh
Subhānahu wa Ta’āla dan sujud kepada-Nya, maka dikatakan kepada beliau,

“Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, Berkatalah……. maka akan didengar perkataanmu.


Mintalah….. maka kamu akan diberi. Dan berikanlah syafā’at, maka akan diterima syafā’atmu.

Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata, “Wahai Rabb-ku, umatku… umatku….”

Dikatakan kepada beliau,

Pergilah engkau dan keluarkanlah dari neraka orang yang di hatinya ada iman sebesar dzarrah atau
qardalah yaitu biji sawi.

Maka beliau pergi dan melakukannya, Kemudian beliau kembali lagi dan kembali memuji Allāh dan sujud
kepada-Nya, dikatakan kepada beliau,

“Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, Berkatalah….. niscaya akan didengar perkataanmu.


Mintalah…… niscaya akan diberi permintaanmu dan berikanlah syafā’at, maka akan diterima syafā’atmu.

Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata, “Wahai Rabb-ku, umatku… umatku….”

Dikatakan kepada beliau,

Pergilah kamu dan keluarkanlah dari neraka orang yang di hatinya ada iman yang lebih kecil dan lebih
kecil dari sebuah biji sawi.

Maka beliau pergi dan melakukannya, Kemudian keempat kalinya beliau datang dan kembali memuji dan
sujud kepada Allāh, maka dikatakan kepada beliau, “Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu”
Berkatalah…….. niscaya akan didengar perkataanmu.
Mintalah……. maka kamu akan diberi, dan berikanlah syafaat, niscaya akan diterima syafaatmu.

Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata, “Wahai Rabb-ku, izinkan aku untuk memberikan syafā’at
kepada setiap orang yang mengatakan ” ‫“ ال إله إاّل هللا‬.

Maka Allāh berkata:

Demi keperkasaan-Ku, kebesaran-Ku, keagungan-Ku, dan kemuliaan-Ku sungguh aku akan keluarkan dari
neraka orang yang mengatakan ” ‫“ ال إله إاّل هللا‬.

Maksudnya adalah orang yang mengatakan ‫ ال إله إاّل هللا‬ikhlās dari hatinya dan tidak membatalkannya
dengan kesyirikan.

Di dalam shahīh Bukhāri disebutkan bahwasanya di antara amalan yang bisa menjadi sebab kita
mendapatkan syafā’at Nabi Muhammad Shallallāhu ‘alayhi wa sallam di akhirat adalah membaca doa
setelah mendengar ādzān, yaitu:
‫ت مُحَ َّم ًدا ْال َوسِ يلَ َة َو ْال َفضِ يلَ َة َوا ْبعَ ْث ُه َم َقامًا َمحْ مُو ًدا الَّذِي َوعَ ْد َت ُه‬
ِ ‫صالَ ِة ْال َقاِئ َم ِة آ‬
َّ ‫اللَّ ُه َّم رَ بَّ َه ِذ ِه الدَّعْ َو ِة ال َّتامَّة َوال‬

Dan di antara amalan tersebut adalah bersabar atas kesusahan dan kesempitan hidup di Kota Madināh,
kemudian meninggal di dalamnya.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:


ُ ‫اَل َيصْ ِب ُر عَ لَى ْأَل َوا ِء ْال َمدِي َن ِة َوشِ َّد ِتهَا َأحَ ٌد مِنْ ُأ َّمتِي ِإاَّل ُك ْن‬
‫ت لَ ُه َشفِيعًا ي َْو َم ْالقِيَا َم ِة َأ ْو َش ِهي ًدا‬

“Tidaklah bersabar seseorang atas kesusahan dan kesempitan hidup di Kota Madināh kemudian dia
meninggal, kecuali aku akan menjadi pemberi syafā’at untuknya atau pemberi saksi untuknya di hari
kiamat, apabila dia adalah orang islam.”

(Hadīts Riwayat Muslim )

Ada dua golongan dari umat Nabi Muhammad Shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang tidak akan mendapatkan
syafā’at beliau
Shallallāhu ‘alayhi wa sallam

Beliau bersabda:

‫َار ٍق‬ ُ َ‫ ِإمَا ٌم َظلُو ٌم غ‬:‫ان مِنْ ُأ َّمتِي لَنْ َت َنالَ ُهمَا َش َفاعَ تِي‬
ٍ َ‫ َو ُك ُل غ‬،ٌ ‫شوم‬
ِ ‫ال م‬ ِ ‫صِ ْن َف‬
“Dua golongan dari umatku yang tidak akan mendapatkan syafa’atku, pemimpin yang dzalim dan setiap
orang yang berlebih-lebihan di dalam agama”

(Hadīts Hasan Riwayat At-Thabrani di dalam Al-Mu’jamul Kabiir ).

Kita memohon kepada Allāh semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menerima syafā’at Nabi Muhammad
Shallallāhu ‘alayhi wa sallam untuk kita semua.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah
selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai