Anda di halaman 1dari 33

PROGRAM INOVATIF UPT PUSKESMAS NGRAMBE TAHUN 2018

PROGRAM TB

GEMMA ABUSEMI (GErakan Masyarakat memakai MAsker ketikA BatUk dan


SEMangat Identifikasi TB) melalui pendekatan ETIKA BATUK

DAN

“KADER TB CINTA SATU LIMA”

(Cari IdeNtifiksi sekiTar penderitA lima belas orang terduga TB) bersama lintas
sector

Menuju Eliminasi TB tahun 2035 dan Indonesia bebas TB tahun 2050

Kategori Inovasi : Pelayanan Langsung pada Masyarakat

UPT Puskesmas Ngrambe

Jln. Diponegoro 18 C Ngrambe, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur


BAB 1

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Pusat Kesehatan Masyarakat yang dikenal dengan sebutan Puskesmas

adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggung

jawab atas kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada satu atau bagian

wilayah kecamatan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun

2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas

berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan

Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama. Puskesmas merupakan

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dinas kesehatan Kabupaten/Kota,

sehingga dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, akan mengacu pada

Kebijakan Pembangunan Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

bersangkutan, yang tercantum dalam rencana pembangunan jangka

menengah daerah (RPJMB) dan rencana lima tahunan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

Agar Puskesmas dapat mengelola Upaya Kesehatan dengan baik dan

berkesinambungan dalam mencapai tujuannya, Puskesmas harus menyusun

rencana kegiatan untuk periode lima tahunan yang selanjutnya akan dirinci

lagi kedalam rencana tahunan puskesmas sesuai siklus perencanaan anggaran

daerah. Semua rencana kegiatan baik lima tahunan maupun rencana tahunan,

selain mengacu pada kebijakan pembangunan kesehatan kabupaten/kota

harus juga disusun berdasarkan pada hasil analisis situasi saat itu (evidance

based) dan prediksi kedepan yang mungkin terjadi. Proses selanjutnya adalah
pergerakan dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana

kegiatan/program yang disusun, kemudian melakukan pengawasan dan

pengendalian diikuti dengan upaya-upaya perbaikan dan peningkatan

(corrective action) dan diakhiri dengan pelaksanaan penilaian hasil kegiatan

melalui penilaian kinerja Puskesmas.

Dengan adanya perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan

pembangunan kesehatan, diantaranya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

75 tahun 2014 program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga yang

berbasis siklus kehidupan, Sustainable Development Goals (SDG’s), dan

dinamika permasalahan kesehatan yang dihadapi masyarakat, maka pedoman

manajemen Puskesmas perlu disesuaikan dengan perubahan yang ada.

Melalui pola penerapan manajemen /Puskesmas yang baik dan benar oleh

seluruh Puskesmas di Indonesia, maka tujuan akhir pembangunan jangka

panjang bidang kesehatan yaitu “Masyarakat Indonesia yang Sehat Mandiri

secara Berkeadilan”, dipastikan akan dapat diwujudkan.

II. VISI DAN MISI

Untuk mewujudkan “Masyarakat Indonesia yang Sehat Mandiri secara

berkeadilan”, maka Puskesmas Ngrambe memiliki Visi dan Misi dalam

memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat yaitu:

1. VISI

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan 75 Tahun 2016 Tentang

Pusat Kesehatan Masyarakat dan dengan mempertimbangkan potensi,

kondisi, permasalahan, dan peluang yang ada di Puskesmas Ngrambe serta


mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat, maka visi yang

dicanangkan pada Tahun 2016 – 2019 adalah:

“Menjadi fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama (FKTP)

yang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di

lingkungan Kecamatan Ngrambe”

Penjabaran dari visi tersebut adalah sebagai berikut:

1. FKTP adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan

upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama, baik promotif, preventif,

kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerin-

tah daerah dan/atau masyarakat

2. Meningkatkan derajat kesehatan adalah menjadikan masyarakat Keca-

matan Ngrambe:

a. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat;

b. mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu

c. hidup dalam lingkungan sehat; dan

d. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,

e. kelompok dan masyarakat.

2. MISI

Misi adalah rumusan umum tentang upaya yang akan dilaksanakan

untuk mewujudkan visi dengan mengantisipasi kondisi dan permasalahan


yang ada serta memperhatikan tantangan ke depan dengan

memperhitungkan peluang dan kekuatan yang dimiliki.

Misi berfungsi sebagai pemersatu gerak, langkah dan tindakan

nyata bagi segenap komponen penyelenggara BLUD Puskesmas Ngrambe

tanpa mengabaikan mandat yang diberikannya.

Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan maka Puskesmas

Ngrambe merumuskan misi sebagai berikut:

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, serta mencegah dan

menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga,

kelompok, dan masyarakat

2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk pen-

ingkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan

akibat penyakit, dan pemulihan kesehatan bagi perorangan

3. Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan oleh tenaga

yang professional secara merata dan terjangkau oleh masyarakat dengan

didukung sarana dan prasarana yang memadai.


BAB II

GAMBARAN UMUM

I. Geografi

Ngrambe adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Ngawi, Propinsi

Jawa Timur. Kecamatan ini terletak sekitar + 40 Km barat daya Ibu kota

Kabupaten Ngawi, sedangkan jarak dengan Ibukota Propinsi Jawa Timur

(Surabaya) sekitar + 251 Km. Luas wilayah Kecamatan Ngrambe 57,48

Km², yang terbagi atas 14 Desa dan 57 Dusun serta 61 RW.

Batas – batas wilayah Kecamatan Ngrambe sebagai berikut :

 Sebelah utara : Kecamatan Widodaren

 Sebelah timur : Kecamatan Jogorogo

 Sebelah selatan : Gunung Lawu

 Sebelah barat : Kecamatan Sine


PETA WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGRAMBE

Jumlah penduduk seluruhnya 46.433 jiwa, yang terdiri dari

Laki-laki 23.364 jiwa dan Perempuan 23.063 jiwa. Jumlah kepala

keluarga sebanyak 12.099 jiwa, sedangkan Jumlah keluarga miskin

yang menerima PBJS sebanyak 16.890 jiwa, Jamkesda sebanyak

3.893 jiwa, dan Jamkeskab sebanyak 976 jiwa.Sedangkan total jiwa

yang mempunyai kartu BPJS sejumlah 26.246 Jiwa


2. Keadaan Sosial Budaya dan Ekonomi

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ngrambe mayoritas beragama

Islam selain kristen dan katolik. Mata pencaharian masyarakat Ngrambe

sebagian besar adalah petani dan buruh tani, selain pedagang, buruh industri

dan pegawai negeri sipil ( PNS ). Pendidikan penduduk kecamatan Ngrambe

paling banyak lulusan SD/MI 36,2% selanjutnya lulusan SLTP 23,9%, lulusan

SLTA 16,1 %, perguruan tinggi 3,4%, yang tidak tamat SD 10,5%, dan yang

tidak sekolah 9,9 %.

3. Sumber Daya Puskesmas Ngrambe

1. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Pesatnya pembangunan bidang kesehatan, salah satunya ditandai oleh

makin meningkatnya peran pemerintah dan swasta dalam penyediaan sarana

dan prasarana kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

Pada bab ini akan diuraikan mengenai sarana dan prasarana kesehatan,

diantaranya Puskesmas dan jaringannya, Sarana kesehatan lain, Upaya

Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) serta tenaga kesehatan.

a) Puskesmas dan jaringannya

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas kesehatan

Kabupaten/Kota yang berada di wilayah kecamatan yg melaksanakan tugas-

tugas operasional pembangunan kesehatan. Jumlah Puskesmas di Kecamatan

Ngrambe dengan rawat inap dan Poned sebanyak 1 buah. Untuk memperluas

jangkauan pelayanan Puskesmas ke masyarakat, setiap Puskesmas telah


dibantu oleh Puskesmas Pembantu (Pustu) yang pada saat ini jumlah Pustu di

Kecamatan Ngrambe berjumlah 3 buah, yaitu Pustu Gedoro, Manisharjo dan

Tawangrejo.

Sedangkan jumlah Polindes ada 10 buah terdiri dari Polindes Giriharjo,

Setono, Wakah, Sambirejo, Sidomulyo, Babadan, Krandegan, Pucangan,

Cepoko, Mendiro, dan juga ada 1 buah Ponkesdes Hargomulyo .Selain itu,

Puskesmas juga dibantu oleh sarana Posyandu Lansia yang berguna untuk

membantu pelayanan kesehatan di luar gedung bagi para usia lanjut dan pra

usia lanjut yang mana mereka sudah atau hampir tidak mampu untuk datang ke

Puskesmas. Jumlah posyandu Lansia 39 buah tersebar di setiap desa dengan

frekuensi bukan 3 bulan sekali.

b). Sarana Kesehatan lainnya.

Selain Puskesmas, sarana kesehatan yang lain sangat membantu terwujudnya

peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Sarana kesehatan lainnya yang ada

di Puskesmas Ngrambe tahun 2017 meliputi :

 Rumah bersalin (BPS) : 3 buah

 Praktek dokter perorangan : 3 buah

 Apotek : 4 buah

c). Peran serta Masyarakat

Dukungan masyarakat dalam mewujudkan visi puskesmas Ngrambe “Menjadi

fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang mampu

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di lingkungan Kecamatan


Ngrambe” adalah faktor yang mutlak dibutuhkan. Tanpa ada peran serta

masyarakat tujuan kemandirian hidup sehat tidak akan pernah tercapai.

Dukungan dan peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ngrambe

meliputi :

1. Jumlah dukun bayi : 4 orang

2. Jumlah Kader Posyandu : 360 orang

3. Kader Peer Konselor : 65 orang

4. Jumlah Kader Tiwisada : 425 orang

5. Jumlah Guru UKS : 51 orang

6.Jumlah Saka Bhakti Husada : 37 orang

7. Jumlah kader usila : 120 orang

8. Jumlah Kelompok Usila : 39 kelompok

9. Jumlah pengobat tradisional : 115 buah

10. Jumlah posyandu : 72 posyandu

- Strata Pratama : 0 Posyandu

- Strata madya : 5 posyandu

- Strata Purnama : 63 posyandu

- Strata Mandiri : 4 posyandu

11. Jumlah Ponkesdes : 1 buah


12. Jumlah Poskestren : 1 buah

13. Jumlah Posbindu PTM : 15 buah

14. Jumlah panti asuhan : 1 buah

15. Jumlah Posyandu lansia : 39 buah

Dukun bayi yang ada dirangkul sebagai mitra kerja dengan diberikan

pembinaan dan penyuluhan tentang wewenang yang boleh dilakukan dan

pentingnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terdidik dan

terlatih untuk menurunkan angka kematian bayi di Ngrambe khususnya dan

Indonesia pada umumnya.

Jumlah kader kesehatan yang cukup banyak diharapkan mampu

menjadi ujung tombak program kesehatan di tiap-tiap desa dan menjadi

penggerak pembangunan desa yang berwawasan kesehatan. Pembinaan

terhadap kader dimaksudkan memberikan bekal informasi yang cukup tentang

program-program puskesmas dan mampu melaksanakan secara mandiri di desa

masing-masing. Kader tiwisada dan guru UKS diharapkan mampu

mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat baik dari segi fisik dan perilaku

seluruh komponen di sekolah yang berwawasan sehat.

d). Upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM)

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

berbagai upaya telah dikembangkan termasuk dengan memanfaatkan potensi

dan sumberdaya yang ada di masyarakat melalui posyandu, polindes,

poskesdes maupun pembentukan desa siaga.


Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh

masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas yaitu

kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan

penanggulangan diare. Jumlah posyandu di wilayah kerja Puskesmas Ngrambe

berjumlah 72 Posyandu yang menyebar di 14 desa. Pelaksanaan posyandu

dilakukan 1 bulan sekali pada 1 posyandu.

Taman Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang merupakan

pengembangan dari posyandu, BKB dan Paud.Taman Posyandu

menyelenggarakan tiga kegiatan disatukan satu kegiatan dengan leading sektor

Posyandu oleh PKK, BKB oleh BBKB dan Paud oleh Dinas pendidikan.

Jumlah Taman posyandu di wilayah kerja Puskesmas Ngrambe berjumlah

40taman Posyandu yang menyebar di 14 desa. Pelaksanaan Taman posyandu

dilakukan minimal 1 bulan sekali.

Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam

rangka mendekatkan pelayanan kebidanan melalui penyediaan tempat

pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk

pelayanan keluarga berencana. Jumlah Polindes di wilayah kerja Puskesmas

Ngrambe tahun 2016 sebanyak 10 buah antara lain Wakah, Giriharjo, Setono,

Babadan, Sambirejo, Krandegan, Pucangan, Mendiro, Cepoko dan Sidomulyo.

Ponkendes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam

rangka mendekatkan pelayanan kebidanan dan pelayanan kesehatan lainya

melalui penyediaan tempat Pelayanan kesehatan Umum, pertolongan

persalinan, pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan KB.


Ponkesdes merupakan pengembangan dari polindes dengan menambah tenaga

Perawat untuk kesehatan pelayanan umum lainya. Jumlah Ponkesdes di

wilayah kerja Puskesmas Ngrambe tahun 2017 sebanyak 1 buah yaitu di Desa

Hargomulyo

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumberdaya

serta kemauan dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah

kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Tujuan

dibentuknya desa siaga adalah mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk

sehat serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.

Pada tahun 2010 jumlah desa/kelurahan siaga yang telah dibentuk di

Kecamatan Ngrambe sebanyak 14 desa (100%) yang berarti semua desa di

Kecamatan Ngrambe telah menjadi desa siaga, sehingga diharapkan

Kecamatan Ngrambe dapat segara mewujudkan ” Ngrambe sehat Mandiri ” .

e). Tenaga Kesehatan

Dalam pembangunan kesehatan, Sumber Daya Manusia merupakan salah

satu faktor penggerak utama, sehingga dengan SDM kesehatan yang

berkualitas akan menentukan keberhasilan dari seluruh proses pembangunan

kesehatan tersebut.

Jumlah tenaga kesehatan administrasi dan tenaga lain di Puskesmas

Ngrambe pada tahun 2017 ada 98 orang yang tersebar di Puskesamas induk,

Pustu dan Polindes, yang bersetatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), PTT

dan sukwan secara lengkap sebagai berikut :


Tabel 2.1 Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Ngrambe Tahun 2017

1 Dokter umum 2

2 Dokter gigi 1

3 Perawat 31

4 Bidan 27

5 Apoteker 1

6 Asisten apoteker 3

7 Sanitasi 1

8 Promkes 1

9 Gizi 1

10 Analis laboratorium 2

11 Fisioterapi 1

12 Rekam medik 1

13 Staf 26

Sedangkan jumlah tenaga Puskesmas sesuai dengan status

kepagawaian sesuai tabel di bawah ini :


Tabel 2.2 Jumlah Tenaga Puskesmas Ngrambe Berdasarkan Status

Kepegawaian Tahun 2017.

JUMLAH
NO STATUS KEPEGAWAIAN
(ORANG)

1 Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) 64

2 Pegawai Tidak Tetap 1

3 Sukarela Mandiri 1

4 Tenaga Latihan Kerja 32

Total 98

1. Jenis pelayanan di Puskesmas

a. Pelayanan kesehatan umum i. Konseling anak dan remaja

b. Pelayanan kesehtan gigi j. Klinik sanitasi

c. Klinik spesialis Kandungan k. Layanan gawat darurat

d. Klinik Spesialis Jiwa l. Rawat inap dan poned

e. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA/KB) m. Laboratorium

f. Imunisasi n. Apotek

g. Konseling gizi o. Fisioterapi

h. Poli TB p. Poli Mata


Grafik 1. Grafik 10 penyakit terbanyak Puskesmas Ngrambe tahun 2016

Jumlah kasus 3500


3000 2870
2500
2000
1500
1000 681
500 330 233 199 175 157 155 144 133
0
i s ) ) r
ens riti ggu ilek han ntah gue asik roke rife Series1
t e n a
(p lel mu de e k n l St f pe
p er ent rga t
)h
i
tro te aku n ke an rah ngu ra
er gas ang itis da la d rda (de sa
im n y g e u be m
(pr da aan ryn alais M r ah
siste
ial re rn ha M am da ri
ens Dia nce sop D em ber n
da
Es Pe Na am lai
m an
De gg
u
n penyakit
Ga

Sumber : simpustronik Puskesmas Ngrambe periode Januari s/d Desember 2016

Grafik 2.Grafik 10 penyakit terbanyak Puskesmas Ngrambe tahun 2017

1600 1505
Jumlah kasus
1400
1200
1000
800
600 347
400 207 205
200 123 120 106 104 100 78
0
i u er h igi
ns gg rif ta ig
r te n e un s
pe r ga fp m p
hi te ra an eru
) yg a a
er n
s
ald ad
rim aa em u p
(p rn sist M an
al ce r i gu
si n da ng
en pe n Ga
Es lai
an
ggu
n penyakit
Ga

Sumber : simpustronik Puskesmas Ngrambe periode januari s/d Oktober 2017


PENCAPAIAN PROGRAM

a. Pencapaian Program dengan Indikator Pencapaian SPM

No Kegiatan 2014 2015 2016


(%) (%) (%)

1 Cakupan kunjungan ibu hamil 97,95 95 93,23


(K4)
2 Cakupan komplikasi kebidanan 101,59 94,35 79,03
yang ditangani
3 Cakupan pertolongan persalinan 101,16 93,90 92,54
oleh tenaga kesehatan yang
memilki kompetensi kebidanan
4 Cakupan pelayanan nifas 101,49 93,90 92,71

5 Cakupan neonatus dengan 102,20 50,62 59,26


komplikasi yang ditangani
6 Cakupan kunjungan bayi 101,65 106,32 106,28
7 Cakupan desa UCI 42,86 64,29 92,66
8 Cakupan pelayanan anak balita 89,13 99,01 86,91
9 Cakupan pemberian MP-ASI pada
anak usia 6 – 24 bulan
10 Cakupan balita gizi buruk yang 100 100 100
mendapat perawatan
11 Cakupan penjaringan kesehatan 100 44,27 100
siswa SD dan setingkat

12 Cakupan peserta KB aktif 77,48 44,27

13 Cakupan penemuan dan


penanganan penderita penyakit
a. Penemuan penderita 100 0 0
AFP
b. Penemuan dan penangananan 13,43 2,99 49,44
Pneumonia balita
c. Penemuan dan penangananan 81,82 87,50 75,00
pasien baru TB BTA positif
d. penemuan dan penanganan 220 350 100
DBD
e. Penanganan penderita diare 21,80 13,33 19,08
14 Cakupan pelayanan kesehatan 55,83 56,77 70,74
dasar masyarakat miskin
15 Cakupan pelayanan kesehatan 92,43 91,30 389,33
rujukan pasien masyarakat miskin
16 Cakupan pelayanan gawat darurat 67,33 0 0
level 1 yang harus diberikan
sarana kesehatan (RS) di Kab/Kota
17 Cakupan desa/kelurahan 0 2 0
mengalami KLB yang dilakukan
penyelidikan epidemiologi < 24
jam
18 Cakupan desa siaga aktif 100 14 7,14
19 Pelaksanaan lokakarya mini 100 100 100

Catatan : Laporan SPM 2014, 2015, 2016 UPT Puskesmas Ngrambe


BAB III
PROGRAM TB PARU

1. Situasi TB di Dunia dan Indonesia

Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih merupakan salah satu


masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan TB telah
dilaksanakan di banyak negara sejak tahun 1995.

Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6


juta kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan. Dengan
1,5 juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah perempuan. Dari kasus
tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian 320.000 orang
(140.000 orang adalah perempuan) dan 480.000 TB Resistan Obat (TB-RO)
dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta
kasus TB anak (dibawah usia 15 tahun) dan 140.000 kematian/tahun.

Jumlah kasus TB di Indonesia menurut WHO tahun 2015, diperkirakan


ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk) dengan 100.000
kematian pertahun (41 per 100.000 penduduk). Diperkirakan 63.000 kasus TB
dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka notifikasi kasus (Case
Notification Rate/CNR) dari semua kasus, dilaporkan sebanyak 129 per 100.000
penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus, diantaranya 314.965 adalah kasus
baru.secara nasional perkiraan prevalensi HIV diantara pasien TB diperkirakan
sebesar 6,2%. Jumlah kasus TB-RO diperkirakan sebanyak 6700 kasus yang
berasal dari 1,9% kasus TB-RO dari kasus baru TB dan ada 12% kasus TB-RO
dari TB dengan pengobatan ulang.

Penyebab utama yang mempengaruhi meningkatnya beban TB antara lain :

a. belum optimalnya pelaksanaan program TB selama ini diakibatkan karena


masih kurangnya komitmen pelaksana pelayanan, pengambil kebijakan, dan
pendanaan untuk operasional, bahan serta sarana prasarana.
b. belum memadainya tata laksana TB terutama di fasyankes yang belum
menerapkan layanan TB sesuai dengan standar pedoman nasional dan ISTC
seperti penemuan kasus/diagnosis yang tidak baku, paduan obat yang tidak
baku, tidak dilakukan pemantauan pengobatan, tidak dilakukan pencatatan dan
pelaporan yang baku.

c. masih kurangnya keterlibatan lintas program dan lintas sektor dalam


penanggulangan TB baik kegiatan maupun pendanaan. Belum semua
masyarakat dapat mengakses layanan TB khususnya di daerah terpencil,
perbatasan dan kepulauan (DTPK), serta daerah resiko tinggi seperti daerah
kumuh di perkotaan, pelabuhan, industri, lokasi perumahan padat seperti
pondok pesantren, asrama, barak dan lapas/rutan.

d. belum memadainya tatalaksana TB sesuai dengan standar, baik dalam


penemuan kasus diagnostik, paduan obat, pemantauan pengobatan, pencatatan
dan pelaporan. Besarnya masalah kesehatan lain yang bisa berpengaruh
terhadap resiko terjadinya TB secara signifikan seperti HIV, gizi buruk,
diabetes melitus, merokok, serta keadaan lain yang menyebabkan penurunan
daya tahan tubuh.

e. meningkatnya jumlah kasus TB Resistant Obat (TB-RO) yang akan


meningkatkan pembiayaan program TB.

f. Faktor sosial seperti besarnya angka pengangguran, rendahnya tingkat


pendidikan dan pendapatan per kapita, kondisi sanitasi, papan, sandang, dan
pangan yang tidak memadai yang berakibat pada tingginya resiko masyarakat
terjangkit TB.

Menurut laporan WHO tahun 2015, Indonesia sudah berhasil menurunkan


angka kesakitan dan kematian akibat TB di tahun 2015 jika dibandingkan dengan
tahun 1990. Angka prevalensi TB yang ada pada tahun 1990 sebesar > 900 per
100.000 penduduk, pada tahun 2015 menjadi 647 per 100.000 penduduk. Dari
semua indikator MDG’s untuk TB di Indonesia saat ini baru target penurunan
angka insidens yang sudah tercapai. Untuk itu perlu upaya yang lebih besar dan
terintegrasi supaya Indonesia bisa mencapai target SDG’s pada tahun 2030 yang
akan datang.

Grafik 3. Grafik 3 negara penyumbang TB terbanyak di dunia


3,000 2,500
2,500
2,000 1,600
1,500 1,200
PREVALENSI
1,000
500
-
INDIA INDONESIA CHINA
Sumber: WHO, Global TB Report 2015

2. Program Penanggulangan TB di Indonesia

Untuk tercapainya target program penanggulangan TB Nasional,


Pemerintah daerah Provinsi dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota harus
menetapkan target penanggulangan TB tingkat daerah berdasarkan target nasional
dan memperhatikan Strategi Nasional.

Strategi Nasional Penanggulangan TB sebagaimana dimaksud diatas


antara lain :

a. penguatan kepemimpinan program TB

b. peningkatan akses layanan TB yang bermutu

c. pengendalian faktor resiko TB

d. peningkatan kemitraan TB

e. peningkatan kemandirian masyarakat dalam penanggulangan TB

f. penguatan manajemen program TB

Tujuan : Melindungi kesehatan masyarakat dari penularan TB agar tidak terjadi

kesakitan, kematian dan kecacatan

Target : target program nasional penanggulangan TB sesuai dengan target

eliminasi global adalah Eliminasi TB pada tahun 2035 dan Indonesia bebas TB
tahun 2050. Eliminasi TB adalah tercapainya cakupan kasus TB 1 per 1 juta

penduduk.

Grafik 4. Pasien TB yang tercatat di Indonesia tahun 2015

KALTARA
PAPUA BARAT
JAWA BARAT MALUT
SULBAR
BABEL
GORONTALO
BENGKULU
52,661 DIY
KALTENG
KEPRI
BALI
JAWA TIMUR
MALUKU
SULTRA

39,995 KALTIM
JAMBI
SULTENG
NAD
KALBAR
KALSEL

35,392 RIAU
NTT

22,230
SUMBAR
SULUT

21,811 PAPUA
NTB
LAMPUNG
SUMSEL
SULSEL
BANTEN
SUMUT
DKI JAKARTA
JATENG
JATIM
JABAR

Data per 1 Maret 2016

Data di Dinas Kesehatan kabupaten Ngawi bahwa pada tahun 2016 jumlah

pasien TB 762 orang, dengan rincian BTA positif baru diobati Kategori I

sejumlah 361 kasus, BTA positif kambuh 10 kasus, BTA negative 198 kasus, TB

ekstra paru 103 kasus, TB anak 90 kasus .


Di UPT Puskesmas Ngrambe pasien TB yang diobati 3 tahun terakhir

adalah sebagai berikut :

NO DESA 2015 2016 2017


1 Cepoko 5 4 4
2 Pucangan 1 3 5
3 Krandegan 3 1 2
4 Mendiro 3 3 1
5 Manisharjo 4 1 1
6 Sidomulyo 3 2 6
7 Sambirejo 2 1 0
8 Ngrambe 3 2 1
9 Tawangrejo 1 0 4
10 Giriharjo 3 1 1
11 Setono 0 2 2
12 Hargomulyo 2 3 4
13 Babadan 1 1 0
14 Wakah 1 4 3
Total 32 28 34

Dengan banyaknya kasus TB di Indonesia, maka UPT Puskesmas

Ngrambe mencanangkan “KADER TB CINTA SATU LIMA (Cari IdeNtifiksi

sekiTar penderitA lima belas orang terduga TB) ” bersama Lintas Sektor pada

tahun 2017 sampai saat ini, dan diperluas dengan perencanaan perubahan perilaku

hidup sehat di Masyarakat dengan gerakan Masyarakat “GEMMA ABUSEMI

(GErakan Masyarakat memakai MAsker ketikA BatUk dan SEMangat Identi-

fikasi TB)” melalui pendekatan ETIKA BATUK di tahun 2018.


a. Pengertian dan Tujuan

KADER TB CINTA SATU LIMA adalah suatu kegiatan kunjungan

rumah yang dilakukan oleh kader TB terlatih untuk memberikan informasi

mengenai TB sekaligus melakukan skrining/penapisan gejala TB pada

semua anggota keluarga yang ditemui saat itu di sekitar p[enderita TB

yang diobati di desa tersebut dengan menemukan suspek TB disekitar

penderita sejumlah lima belas terduga TB. Kemudian Terduga TB tersebut

dikonselingkan dan dirujuk ke Puskesmas Ngrambe untuk dilakukan tata

laksana pemeriksaan laboratorium, dengan berkoordinasi dengan lintas

sector jika ada hambatan dalam pelaksanaan di lapangan baik dengan

bidan desa setempat maupun dengan tokoh masyarakat dan aparatur

pemerintahan yang ada di desa. Suspek Tb yang dilakukan rujukan adalah

suspek TB dengan 1 gejala utama TB atau 3 gejala tambahan.

Gejala utama : batuk berdahak (tidak harus 2 minggu)

Gejala tambahan : batuk bercampur darah, sesak nafas dan nyeri dada,

nafsu makan menurun, bnerkeringat di malam hari, demam meriang

berkepanjangan, berat badan menurun.

b. Indikator keberhasilan

Indikator Keberhasilan Kader TB di lapangan :

1. Jumlah Suspek TB yang ditemukan dan di rujuk ke Puskesmas

2. Jumlah orang yang diedukasi informasi TB di masyarakat oleh Kader

TB

3. Jumlah penemuan Pasien TB baik dari BTA Positif, maupun dari

pemeriksaan TB lainnya yang dirujuk dan diobati di Puskesmas


Di Kecamatan Ngrambe kegiatan KADER TB CINTA SATU LIMA

dilakukan oleh semua desa di Kecamatan Ngrambe dengan penemuan terduga TB

melalui “KADER TB CINTA SATU LIMA” dari masyarakat yang tinggal di

sekitar Penderita TB yang ditemukan di desa tersebut.

Di Kecamatan Ngrambe, kegiatan “KADER TB CINTA SATU LIMA”

dilakukan dengan Inovasi melibatkan kader TB dan lintas sektor yang ada di

Kecamatan Ngrambe, baik dari Kecamatan, Kepolisian, Koramil, Kelurahan,

perangkat desa, bidan desa dan masyarakat, berkomitmen bersama mensukseskan

program TB.

Hasil dari Kegiatan “KADER TB CINTA SATU LIMA” di UPT

Puskesmas Ngrambe tahun 2017 adalah sebagai berikut :

1. Jumlah Suspek TB yang ditemukan dan di rujuk ke Puskesmas 382 orang

2. Jumlah orang yang diedukasi informasi TB oleh Kader TB 14.000 orang

3. Jumlah penemuan Pasien TB baik dari BTA Positif, maupun dari

pemeriksaan TB lainnya yang dirujuk dan diobati di Puskesmas 34 pasien.


2. Tidak Lanjut Kegiatan “KADER TB CINTA SATU LIMA” Puskesmas
Ngrambe

Tb paru merupakan salah satu program prioritas kesehatan. Tiga penyakit


yang masih menjadi perhatian utama masyarakat dunia termasuk Indonesia
adalah HIV/AIDS, Tuberkulosis (TB), dan Malaria

Besarnya tantangan dalam penanggulangan penyakit TB dapat dilihat dari


hasil survey prevalensi TB yang dilakukan oleh Badan Litbangkes Kemenkes
tahun 2013-2014, angka insiden TB adalah 399 per 100.000 penduduk, dan
angka prevalensi TB sebesar 647 per 100.000 penduduk (WHO, 2015). Jika
jumlah penduduk Indonesia berkisar 250 juta orang, maka diperkirakan ada
sekitar 1 juta pasien TB baru dan ada sekitar 1,6 juta pasien TB setiap tahunnya.
Sedangkan jumlah kematian karena TB 100.000 orang per tahun, atau 273 orang
per hari.

Berdasarkan laporan WHO (2015) juga dipaparkan bahwa angka kasus TB


baru yang tidak ditemukan hanya 32% atau 324.000 kasus dari total 1.000.000
kasus TB. Berdasarkan data tersebut berarti masih ada sekitar 676.000 atau 68%
kasus TB baru yang masih belum ditemukan, diobati dan dilaporkan.

Sebagai tindak lanjut pada permasalahan tersebut diatas, Puskesmas Ngrambe

bersama-sama melakukan peningkatan penemuan kasus TB baru, agar TB dapat

segera didiagnosis dan diobat sampai sembuh, dan untuk mewujudkan perubahan

perilaku di Masyarakat menuju Kecamatan Ngrambe Eliminasi TB di tahun 2035,

Program TB Puskesmas Ngrambe membuat sebuah inovasi gerakan yang

melibatkan masyarakat dan lintas sector dengan gerakan Masyarakat

“GEMMA ABUSEMI (GErakan Masyarakat memakai MAsker ketikA BatUk

dan SEMangat Identifikasi TB)” melalui pendekatan ETIKA BATUK di tahun

2018, sebagai kelanjutan kegiatan inovasi Program di Tahun 2017 yaitu KADER TB

CINTA SATU LIMA


3. Kegiatan gerakan Masyarakat “GEMMA ABUSEMI (GErakan Masyarakat

memakai MAsker ketikA BatUk dan SEMangat Identifikasi TB)” melalui

pendekatan ETIKA BATUK

Awal dari kegiatan gerakan Masyarakat “GEMMA ABUSEMI” melalui

pendekatan etika batuk ini adalah kegiatan inovatif Puskesmas Ngrambe dengan

pemberdayaan masyarakat yang ada di desa melalui gerakan perubahan perilaku

sehat di masyarakat untuk menurunkan angka kejadian TB di masyarakat dan

untuk menemukan terduga TB di masyarakat sebagai kelanjutan dari kegiatan

“KADER TB CINTA SATU LIMA” (KADER TB Cari IdeNtifiksi sekiTar

penderitA lima belas orang terduga TB) ” bersama Lintas Sektor . Sedangkan

untuk kelanjutan kegiatan itu kader TB berupaya untuk menemukan sekitar

penderita TB yaitu terduga TB sejumlah 15 orang yang ditemukan dan diobati di

tahun 2017.

Strategi penemuan terduga TB dilakukan dengan 2 cara melibatkan lintas

program dan lintas sector yaitu :

1. Penemuan pasien TB secara pasif-intensif

Kegiatan penemuan yang dilaksanakan di fasilitas kesehatan dengan

memperkuat jejaring layanan TB dan memperkuat kolaborasi layanan.

Dalam jejaring layanan, fasyankes yang tidak memiliki alat TCM akan

merujuk pemeriksaan ke fasyankes yang memiliki alat TCM.

Penjaringan terduga TB melalui kolaborasi layanan adalah melalui

penapisan batuk oleh petugas yang meregistrasi pasien atau perawat


yang memberi layanan pada pasien yang didukung dengan kegiatan

promosi kesehatan

2. Penemuan pasien TB secara aktif dan/atau masif berbasis keluarga dan

masyarakat

Kegiatan ini melibatkan secara aktif semua potensi masyarakat yang

ada antara lain : kader kesehatan, kader posyandu, pos TB desa, tokoh

masyarakat, dan tokoh agama.

Kegiatan ini dapat berupa

a. investigasi kontak

b. penemuan di tempat khusus

c. penemuan di populasi resiko

d. penemuan aktif berbasis keluarga dan masyarakat

e. penemuan aktif berkala

f. skrining masal.

DATA PASIEN TB PUSKESMAS NGRAMBE S.D OKTOBER 2017

NO NAMA ALAMAT KETERANGAN


1 Yunus Setono Meninggal
2 Haryanto Hargomulyo Sembuh
3 Layza Layka Pucangan Sembuh
4 Indah Rahmawati Giriharjo Sembuh
5 Sarikem Krandegan Sembuh
6 Maksum Pucangan Sembuh
7 Nasrun Hargomulyo Meninggal
8 Abdul Syukur Wakah Sembuh
9 Sukino Pucangan Sembuh
10 Adi Prayetno Cepoko Pindah
11 Pujianto Tawangrejo Pindah
12 Tedi Manisharjo Sembuh
13 Reni Nursilowati Ngrambe Pengobatan
14 Nanang Budi Sidomulyo Pengobatan
15 Nugraha Ibnu Wakah Meninggal
16 Suparno Sidomulyo Pengobatan
17 Suroso Tawangrejo Pengobatan
18 Sunardi Sidomulyo Pengobatan
19 Agus Supriyanto Pucangan Pengobatan
20 Sutiyah Cepoko Pengobatan
21 Adi Prayitno Cepoko Pengobatan
22 Tutik Hargomulyo Pengobatan
23 Aan Suyatno Tawangrejo Pengobatan
24 Marto Pupon Pucangan Pengobatan
25 Yayuk Purwanto Sidomulyo Pengobatan
26 Djoyo Sumarto Wakah Pengobatan
27 Tutik Wulandari Mendiro Pengobatan
28 Suwarto Hargomulyo Pengobatan
29 Daniyel K Sidomulyo Pengobatan
30 Tumir Sidomulyo Pengobatan

Kasus TB-HIV Perdesa Kec Ngrambe s.d Oktober 2017

NO DESA KASUS KETERANGAN


1 Babadan 0
2 Cepoko 0
3 Giriharjo 0
4 Hargomulyo 0
5 Krandegan 0
6 Manisharjo 0
7 Mendiro 0
8 Ngrambe 0
9 Pucangan 0
10 Sambirejo 0
11 Setono 0
12 Sidomulyo 1 Kolaborasi TB-HIV
13 Tawangrejo 0
14 Wakah 1 Meninggal

Kasus TB-DM Perdesa Kec. Ngrambe s.d Oktober 2017

NO DESA KASUS KETERANGAN


1 Babadan 0
2 Cepoko 0
3 Giriharjo 0
4 Hargomulyo 1 Kolaborasi TB-DM
5 Krandegan 0
6 Manisharjo 0
7 Mendiro 0
8 Ngrambe 0
9 Pucangan 1 Kolaborasi TB-DM
10 Sambirejo 0
11 Setono 0
12 Sidomulyo 1 Kolaborasi TB-DM
13 Tawangrejo 0
14 Wakah 0

Dokumentasi komitmen bersama lintas program dan lintas sektor


Dokumentasi kunjungan Rumah Kader TB

BAB IV
PERMASALAHAN

Penyakit TB merupakan penyakit yang menular lewat udara, yang bi-


asanya menular lewat droplet ketika penderita batuk atau bersin. Namun ke-
sadaran dari masyarakat untuk segera memeriksakan diri jika mengalami gejala
TB masih kurang. Sehingga perlu kewaspadaan dalam menemukan masyarakat
yang terpapar langsung dengan penderita TB yang diobati maupun yang belum
diobati.
Budaya masyarakat untuk lebih memilih pengobatan di praktek swasta dan
berpindah-pindah tempat untuk berobat memungkinkan lamanya proses mendiag-
nosa penemuan penyakit TB, dan selama itulah terduga TB berpotensi tinggi
menularkan ke orang lain.
Selain itu, pengobatan yang tidak tepat akan memungkinkan semakin
tingginya resiko terjadinya TB Resistan Obat (TB RO) di masyarakat. Saat ini di
kabupaten Ngawi telah muncul penderita TB RO di wilayah kecamatan lain di
sekitar kecamatan Ngrambe.
Untuk itu perlu kerjasama lintas sector dan lintas program yang kuat yang
melibatkan masyarakat secara mandiri untuk segera menemukan dan merujuk
pasien terduga Tb ke fasilitas pelayanan kesehatan setempat untuk mempercepat
terdiagnosanya penyakit TB untuk menjalani pengobatan.
BAB V

PENUTUP

Masalah program TB merupakan masalah yang harus ditangani


dengan tepat untuk mengurangi resiko terjadinya TB RO, dan untuk segera
mungkin menemukan dan mengobati TB dengan melibatkan peran aktif
masyarakat yaitu Kader TB yang ada di desa bersama lintas sector serta
lintas program dari fasilitas pelayanan kesehatan. Penjaringan terduga TB
di masyarakat sangat penting manfaatnya untuk sesegera mungkin
mendiagnosa dan mengobati TB sehingga dapat menurunkan angka
penularan TB di masyarakat

Dengan Gerakan “KADER TB CINTA SATU LIMA” (kader Tb


Cari IdeNtifikasi sekiTar penderitA) bersama lintak sektor dan dilanjutkan
dengan Gerakan Masyarakat GEMMA ABUSEMI ini diharapkan dapat
menjaring segera terduga Tb dan dapat menurunkan angka penularan TB
di masyarakat, serta perubahan perilaku di Masyarakat yang lebih baik
sehingga target Program Nasional Penanggulangan TB yaitu Eliminasi TB
pada tahun 2035 dan Indonesia bebas TB tahun 2050 segera terwujud.

Anda mungkin juga menyukai