Makalah Kelompok 2
Makalah Kelompok 2
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat-Nya sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok
blok Etika, Hukum dan Forensik dengan judul “Luka Bekas Gigitan”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada tutor,
yakni Prof. Dr. drg. Hasanuddin Thahir, MS yang telah membimbing penulis dalam
menyusun dan menyelesaikan makalah.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................1
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................18
3.1 Saran...................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................20
iii
iv
BAB I PENDAHULUAN
Klasifikasi ABFO 4:
1. Bekas gigitan manusia : Bekas gigitan yang terbentuk dari gigi manusia, pola
bekas gigitan yang terbentuk menunjukkan karakteristik kelas dan
karakteristik ideal dari gigi manusia
2. Suggestive : Pola yang terbentuk menyerupai bekas gigitan manusia akan
tetapi bukti yang ada tidak cukup untuk menyimpulkan apakah bekas gigitan
disebabkan oleh manusia atau bukan.
3. Bekas gigitan bukan karena manusia : Pola yang terbentuk bukan dari gigi
manusia
Klasifikasi JBR 5 :
1. Ringan : Tidak terdapat pendarahan akan tetapi bekas gigitan mudah dikenali
2. Sedang : Terdapat cedera pada jaringan lunak
3. Berat : Melibatkan jaringan lunak dan bagian tubuh serta cedera jaringan
keras seperti tulang.
2.3 Perbedaan bite mark dari gigitan hewan dan manusia
Jejas gigi binatang akan memberi pola yang amat berbeda dengan gigi
manusia karena anatominya yang berbeda.
Bite mark pada hewan:
a. Hewan seperti karnivora memiliki bite mark yang cukup dalam dan
menyebabkan kerusakan kulit bahkan sampai pada otot
b. Hewan memiliki susunan gigi terdiri atas 6 gigi incisor dan 2 gigi kaninus
yang panjang
c. Sangat bervariasi tergantung jenis hewan tertentu
d. Ukuran rahang yang besar
1. Karakteristik Kelas
1. Terdapat 12 teeth mark yang berasal dari maksila dan mandibula dari gigi
anterior
2. tanda gigi individual anterior maksila yang tercetak pada memar tersebut
seperti gigi insisivus sentral dan lateral memiliki penampang gigitan yang
cenderung berbentuk persegi panjang serta gigi kaninus cenderung
berbentuk melingar atau berbentuk segitiga / diamond.
3. tanda gigi individual anterior mandibula yang tercetak pada memar
tersebut seperti gigi insisivus sentral dan lateral memiliki penampang
gigitan yang terlihat sama panjang dan lebih kecil dibanding gigi anterior
maksila, serta gigi kaninus berbentuk kerucut.
4. membentuk jejas yang terpisah, garis kontinu, bias atau juga garis
intermiten
2. Karakteristik Individual
Data antemortem biasanya didapat dari kepolisian, coroner dan medical examiner.
berupa3 :
a. Dental record
b. Foto Roentgen gigi
c. Cetakan gigi
d. Prothesis gigi atau alat orthodonsi
e. Foto close up muka atau profil daerah mulut dan gigi
b. Radiograf
Dilakukan dengan mengisi chart dan dskripsi tertulis dari struktur gigi dan
radiograf. Setiap gigi dan struktur di sekitarnya diperiksa. Meskipun restorsi gigi
diperiksa secara signifikan, gambaran oral lainnya juga ikut diperiksa. Hal ini
memiliki peran penting untuk kasus dengan restorasi minimal.
Pemeriksaan gigi post-mortem3;
a. Gigi yang ada dan yang tidak ada. Bekas gigi yang tidak ada apakah baru atau
lama
b. Gigi yang ditambal, jenis bahan dan klasifikasi tambalannya
c. Anomali bentuk dan posisi gigi
d. Karies atau kerusakan gigi yang ada
e. Jenis dan bahan restorasi, perawatan rtehabilitasi yang mungkin ada; crown,
bridge, basis orthodonti, gigi protesa, dsb.
f. Atrisi atau keausan yang sebanding dengan usia
g. Gigi M3 sudah tumbuh atau belum
h. Kepala yang tinggal tengkorak dapat diperiksa langsung setelah dibersihkan.
i. Rahang yang lepas mudah diperiksa dengan cermat, bila perlu dipotret atau
dibuat foto roentgennya. Apabila kepala rusak akibat kekerasan, maka luka-
lukaperlu diperiksa dengan cermat dan teliti.
Masalah yang dapat terjadi saat menganalilis bekas gigitan, antara lain:
a. Terdapat kecurigaan terkait akurasi dari bekas gigitan sebab kulit
merupakan medium yang buruk untuk mendapatkan akurasi dari
pencetakan karena bentuk irregular serta lekukan yang dapat
menyebabkan distorsi intrinsik. Perbandingan anatara gigi manusia pada
bekas gigitan pada tubuh korban rentan terhadap kesalahan yang dapat
meyebabkan kesalahan dalam menentukan pelaku penyebab.
b. Tidak seperti sidik jari, yang bentuknya stabil dari waktu ke waktu, gigi
dapat mengalami perubahan dalam konfigurasinya, dengan atau tanpa
intervensi dari professional, kehilangan gigi karena ekstraksi, perubahan
ukuran, serta hubungan antara rahang arena prosedur ortodontik,
gangguan dari permukaan yang digigit oleh bahan restorasi, karies, serta
perubahan posisi karena penyakit periodontal.
c. Keunikan dari gigi manusia dapat bersifat tidak stabil. Selain itu bekas
gigitan tidak dapat menjadi representatif keadaan dalam rongga mulut
secara keseluruhan, dimana lidah serta pergerakan dari rahang ikut
mempengaruhi.
d. Reabilitas dari bekas gigitan juga dapat dipertanyakan ketika
pemeriksaan dilakukan oleh orang yang berbeda sehingga dapat
menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Sampai saat itu tidak ada
prosedur pembanding standar untuk bekas gigitan. Hasil akhir bergantun
pada objektivitas pemeriksa dan metode yang digunakan.1,3
Menurut H.M. Soedjatmiko, sebagai suatu keterangan tertulis yang berisi hasil
pemeriksaan seorang dokter ahli terhadap barang bukti yang ada dalam suatu
perkara pidana, maka visum et repertum mempunyai peran sebagai berikut:
a) Sebagai alat bukti yang sah Hal ini sebagaimana disebutkan dalam KUHAP
pasal 184 ayat (1)
b) Bukti penahanan Tersangka Didalam suatu perkara yang mengaharuskan
penyidik melakukan penahanan tersangka pelaku tindak pidana, maka
penyidik harus mempunyai buktibukti yang cukup untuk melakukan tindakan
tersebut. Salah satu bukti adalah akibat tindak pidana yang dilakukan oleh
tersangka terhadap korban. Visum Et Repertum yang dibuat oleh dokter dapat
dipakai oleh penyidik sebagai pengganti barang bukti untuk melengkapi surat
perintah penahanan tersangka.
c) Sebagai bahan pertimbangan hakim Meskipun bagian kesimpulan Visum Et
Repertum tidak mengikat hakim, namun apa yang diuraikan di dalam bagian
pemberitaan sebuah Visum Et Repertum adalah merupakan bukti materiil
dari sebuah akibat tindak pidana, disamping itu bagian pemberitaan ini adalah
dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti yang telah dilihat dan
ditemukan oleh dokter. Dengan demikian dapat dipakai sebagai bahan
pertimbangan bagi hakim yang sedang menyidangkan perkara tersebut.2
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1 Saran
Sebagai calon dokter gigi, kita harus mengetahui dan mengenal segala
sesuatu yang berkaitan dengan identifikasi luka pada suatu bencana maupun
tindakan kekerasan. Oleh karena itu, dari hasil diskusi diharapkan untuk lebih
banyak membaca dan mencari referensi mengenai luka bekas gigitan.
e. Memastikan akurasi dari cetakan tsb menurun karena permukaan tubuh yang
ireguler
f. Waktu pencetakan gigi
g. Bentuk dan konfigurasi yang mengalami perubahan
DAFTAR PUSTAKA
5. Rao DS, Ali IM, Annigeri RG. Bitemarks – A review. Journal of Dental
Research and Review. 2016 ; 3(1) : 32
6. Chintala L, Bhavya B, Chaitanya YC. Analysis of human bitemarks on
food stuffs by computer based superimposition technique. International
Journal of Applied Dental Sciences. 2017 ; 3(4) : 358
7. Taylor JA, Kieser JA. Forensic Odontology Principles and Practice. UK :
Wiley Blackwell ; 2016 : 234
8. Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry. London : Springer ;
2013. 97-8
9. Senn DR, Weems RA. Manual of forensic odontology. 5th ED. London:
CRC Press. 2013. Pp. 261
10. Sunil Mk, Malik U, Malhotra S, et all. Bite marks: an indispensible tool
for forensic odontological evidence. Medico-legal Update.2019; 19(1) : p
43-44
11. Kaur S, Krishan K, Chatterjee M, et all. Analysis and Identification of
Bite Marks in Forensic Casework. Oral Health Dent Manag. 2013 ; 12(3) :
p 1-2
12. Nivashini GSV, Gheena S, Dhanraj M, Kumar V. Human bite mark
analysis – review. IJSDR. 2020; 5(2): 7-9
13. Kawulusan FR, Kalangi SJR, Kaseke MM. Gambaran reaksi radang luka
antemortem yang diperiksa 1 jam postmortem pada hewan coba. PAAI
2014 ; 2 (1) : 394.
14. Wijaya YA, Kalangi SJR, Kaseke MM. Gambaran reaksi radang luka
postmortem pada hewan coba. Jurnal e-Biomedik (e-Bm).2015;3(1):540-2
15. David TJ, Lewis JM. Forensic odontology principles and practice. London
: Elsevier ; 2018. pp. 29-35.
16. Yadav N, Srivastava PC. Bite marks an indispensable forensic
odontological evidence in rape cases. J Indian Acad Forensic Med 2014 ;
36 (3) : 304-6
17. David TJ, Lewis JM. Forensic odontology principles and practice. London
: Elsevier ; 2018. pp. 29-35.
18. Ardhyan Y. Analisis Atas permintaan penyidik untuk dilakukannya visum
et reoertum menurut KUHAP. Lex administratrym 2017 ; 5(2) : 111-3
19. Cahyani NP, Sujana N, Widyantra M. Visum et repertum sebagai alat
bukti dala, Tindakan pidana penganiaayaan. J. Analogi Hukum 2021 ; 3(1)
: 122-4