Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MENAJEMEN MODAL BANK

Disusun Oleh :

NAMA : DIPA SUDARTA


NIM : 2261201060

SEKOLAH TINGGI ILMU MENAJEMEN


MAKASSAR
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang
ditunjukkan dalam pos modal (modal saham) surplus dan laba yang ditahan, atau
kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya
(Munawir, 2001:19). Perusahaan pada dasarnya membutuhkan modal yang cukup dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya. Tanpa adanya modal aktivitas usaha tidak dapat
dijalankan. Menurut Sudarsono dan Edilius (1994:169) modal merupakan barang-barang
yang kongkrit yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca
sebelah debet maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-barang itu yang
tercatat di sebelah kredit. Modal tersebut berasal dari kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut.
Modal mempunyai peranan yang sangat penting bagi perusahaan, karena modal
digunakan untuk membelanjai operasional sehari-hari perusahaan secara langsung dan
kontinu, berputar selama perusahaan tersebut beroperasi sesuai dengan tujuannya
memperoleh keuntungan.
Untuk dapat menghindari bahaya adanya krisis keuangan ataupun kelebihan dana,
perusahaan perlu mengatur penggunaan modalnya dengan seekonomis dan seefisien
mungkin sehingga terciptakesesuaian antara kebutuhan dan jumlah dana yang tersedia.
Penggunaan modal yang dilaksanakan secara efisien berarti bahwa setiap jumlah yang
tertanam dalam modal aktif dan modal pasif harus dapat digunakan sebaik mungkin
untuk menghasilkan tingkat keuntungan investasi, karena efisiensi penggunaan modal
secara langsung akan menentukan besar kecilnya tingkat keuntungan yang dihasilkan dari
investasi tersebut.
Perusahaan pada umumnya sangat memperhatikan masalah laba atau keuntungan.
Hal ini sangat penting agar perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidup
usahanya. Rentabilitas atau profitability menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh
secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan
faktor yang sangat penting dalam menilai rentabilitas atau profitability suatu perusahaan.
Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam
suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan
dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan
merupakan ukuran bahwa perusahaan itu rendabel. Oleh karena itu bagi manajemen atau
pihak-pihak lain, rentabilitas yang tinggi lebih penting dari pada keuntungan yang besar
(Munawir, 2001:33).
Cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam dan
tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu
dengan yang lainnya. Secara keseluruhan pengukuran terhadap rentabilitas perusahaan
akan memungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat earning dalam
hubungannya dengan volume penjualan yang menghasilkan laba, jumlah aktiva dan
investasi tertentu dari pemilik perusahaan. 
Manfaat dan Tujuan

1. Dapat mengklasifikasikan macam-macam modal pada Bank


2. Dapat mengetahui fungsi modal Bank
3. Dapat menghitung Ratio kecukupan modal

1. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dan macam-macam moadal pada Bank ?
2. Sebutkan dan jelaskan  fungsi-fungsi modal pada Bank ?
3. Bagaimana cara menghitung Ratio kecukupan  modal ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Modal Bank


           
Modal adalah dana yang ditempatkan pihak pemegang saham, pihak pertama pada bank
yang memiliki peranan sangat penting sebagai penyerap jika timbul kerugian (risk loss). Modal
juga merupakan investasi yang dilakukan oleh pemegang saham  yang harus selalu berada dalam
bank dan tidak ada kewajiban pengembalian atas penggunaannya.
Pengertian modal menurut Dahlan Siamat (2000;56) :
“Modal  bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian
badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank disamping memenuhi
peraturan yang ditetapkan”
Adapun pengertian modal menurut Komaruddin Sastradipoera (2004;297) :
“Modal bank sebagai sejumlah dana yang diinvestasikan dalam berbagai jenis usaha
(ventura) perbankan yang relevan”
Sedangkan pengertian modal menurut N.Lapoliwa (2000;137) :
“Modal bank merupakan modal awal pada saat pendirian bank yang jumlahnya telah
ditetapkan  dalam suatu ketentuan atau pendirian bank”
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa modal bank merupakan dana yang
diinvestasikan oleh pemilik  untuk membiayai kegiatan usaha bank  yang jumlahnya telah
ditetapkan.

Komponen - komponen Modal Bank

1. Modal Inti (primary capital)


Komponen modal inti pada prinsipnya  terdiri atas modal disetor dan cadangan-
cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak. Dengan perincian sebagai berikut:
1. Modal disetor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh    pemiliknya.
2. Agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat
harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
3. Cadangan Umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau
dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan Rapat Umum
Pemegang Saham atau Rapat Anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau anggaran
dasar masing -masing bank.
4. Cadangan Tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan
tertentu dan telah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat
Anggota.
5. Laba yang ditahan (retained earnings), yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak
yang oleh Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota diputuskan untuk tidak
dibagikan.
6. Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak, dan belum
ditetapkan penggunaannya oleh Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota.
Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50 %.
Dalam hal bank mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu, maka seluruh kerugian tersebut
menjadi faktor pengurang dari modal inti.
1. Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah
dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan yang
diperhitungkan sebagai modala inti hanya sebesar 50%. Dalam hal pada tahun
berjalan bank mengalami kerugian, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor
pengurang dari modal inti.
2. Bagian kekayaaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan
(minority interest), yaitu modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan dengan
nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. Yang dimaksud dengan anak
perusahaan adalah bank lain, lembaga keuangan atau lembaga pembiayaan yang
mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank.

1. Modal Pelengkap (secondary capital)


Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak    dari laba setelah
pajak serta pinjaman yang sifatnya dipersamakan dengan modal. Secara rinci modal
pelengkap dapat berupa :
1. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangna yang dibentuk dari selisih penilaian
kembali aktiva tetap yang telah medapat persetujuan Direktorat Jendral Pajak
2. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, yaitu cadangan yang dibentuk
dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, denga maksud untuk menampung
kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagain
atau seluruh aktiva produktif. Dalam kategori, cadangan ini termasuk cadangan piutang
ragu-ragu dan cadangan penurunan nilai surat-surat berharga. Jumlah cadangan
penghapusan aktiva yang diklasifikasikan yang dapat diperhitungkan adalah maksimum
sebesar 1,25% dari jumlah aktiva tertimbang menurut resiko.
3. Modal kuasi yang menurut BIS disebut hybrid (debt/equity) capital instrumen, yaitu
modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal atau
utang dan mempunyai ciri-ciri :
a. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan dengan modal
(subordinated) dan telah dibayar penuh.
b. Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan Bank
Indonesia.
c. Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank
melebihi retained earnings dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti,
meskipun bank belum dilikuidasi pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila
bank dalam keadaan rugi atau laba tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.
d. Dalam pengertian modal kuasi ini termasuk cadangan modal yang berasal dari
penyetoran modal yang efektf oleh pemilik bank yang belum didukung oleh modal
dasar (yang sudah mendapat pengesahan dari instansi yang berwenang) yang
mencukupi.

1. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :


a. Ada perjanjian tetulis antara bank dengan pemberi pinjaman.
b. Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia. Dalam hubungan ini pada
saat bank mengajukan permohonan persetujuan, bank harus menyampaikan program
pembayaran kembali pinjaman subordinasi tesebut.
c. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah dibayar penuh. Minimal
berjangka waktu 5 (lima) tahun.
d. Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari BI, dan dengn
pelunasan tersebut permodalan bank tetap sehat.
Hak tagihnya dalam hal terjadinya likuidasi berlaku paling akhir dari segala
pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan modal).
Jumlah pinjaman subordinasi yang diperhitungkan sebagai modal untuk sisa
jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir adalah jumlah pinjaman subordinasi dikurangi
amortisasi yang dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (prorata).
Maksimum pinjaman subordinasi yang dapat dijadikan komponen modal pelengkap
adalah sebesar 50% dari modal inti.
Sesuai dengan ketentuan pada Pasal 4 Ayat 3 Surat Keputusan Direksi BI No.
23/67/KEP/DIR tanggal 28 februari 1991 di atas, seluruh modal pelengkap tersebut
pada nomer 1 sampai dengan nomer 4 hanya dapat diperhitungkan sebagai modal
yang setinggi-tingginya 100% dari jumlah modal inti.

B. Fungsi Modal Bank


Modal bank pada prinsipnya memiliki tiga macam fungsi utama yaitu :
1. Fungsi operasional
2. Fungsi perlindungan
3. Fungsi pengaturan.
Dari tiga fungsi utama  tersebut, maka fungsi modal dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Untuk melindungi deposan dengan menyanggah semua kerugian atau bila terjadi
insolvensi  dan dilikuidasi, terutama bagi sumber dana yang tidak diasuransikan.
b. Untuk memenuhi kebutuhan gedung, inventaris guna menunjang kegiatan operasional
dan aktiva tidak produktif lainnya.
c. Memenuhi ketentuan permodalan minimum yaitu untuk menutupi kemungkinan terjadi
kerugian pada aktiva yang memiliki risiko yang tidat dapat diperkirakan sehingga operasi
bank dapat tetap berjalan tanpa mengalami gangguan yang berarti.
d. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat mengenai kemampuan bank memenuhi
kewajibannya yang telah jatuh tempo dan memberi keyakinan mengenai kelanjutan
operasi bank meskipun terjadi kerugian.
Menurut Johnson and Johnson , modal bank mempunyai tiga fungsi. Pertama, sebagai
penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian lainnya. Dalam fungsi ini modal
memberikan perlindungan terhadap kegagalan atau kerugian bank dan perlindungan terhadap
kepentingan para deposan. Kedua, sebagai dasar bagi menetapan batas maksimum pemberian
kredit. Hal ini adalah merupakan pertimbangan operasional bagi bank sentral, sebagai
regulator, untuk membatasi jumlah pemberian kredit kepada setiap individu nasabah bank.
Melalui pembatasan ini bank sentral memaksa bank untuk melakukan diversifikasi kredit
mereka agar dapat melindungi diri terhadap kegagalan kredit dari satu individu debitur. Ketiga,
modal juga menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi tingkat
kemampuan bank secara relatif untuk menghasilkan keuntungan. Tingkat keuntungan bagi para
investor diperkirakan dengan membandingkan keuntungan bersih dengan ekuitas. Para
partisipan pasar membandingkan return on investment diantara bank-bank yang ada.
Brenton C. Leavitt, staf Dewan Gubernor Federal Reserve , menekankan pada empat
fungsi dari modal bank yaitu :
1. Untuk melindungi deposan yang tidak diasuransikan, pada saat bank dalam keadaan
insolvable dan likuidasi
2. Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan guna menjaga kepercayaan masyarakat
bahwa bank dapat terus beroperasi.
3. Untuk memperoleh sarana fisik dan kebutuhan dasar lainnya yang diperlukan untuk
menawarkan pelayanan bank.
4. Sebagai alat pelaksanaan peraturan pengendalian ekspansi aktiva yang tidak tepat.
Sehingga keseluruhan fungsi modal Bank tersebut dapat dijelaskan sebgai berikut:
a. Memberikan perlindungan kepada nasabah
b. Modal bank dapat mencegah terjadinya kejatuhan bank
c. Untuk memenuhi kebutuhan gedung kantor dan inventaris
d. Untuk memenuhi ketentuan permodalan minimum
e. Meningkatkan kepercayaan masyarakat
f. Untuk menutupi kerugian aktiva produktif bank
g. Sebagai indikator kekayaan bank
h. Meningkatkan efisiensi operasional bank
C. Rasio Kecukupan Modal
a. Faktor - faktor dalam menilai kecukupan modal bank
Faktor - faktor dalam menilai kecukupan modal bank  sebagai berikut :
a. Kualitas manajemen
b. Likuiditas
c. Kualitas aktiva
d. Hasil usaha dan laba ditahan
e. Kualitas dan integritas manajemen bank
f. Pembebanan biaya
g. Fluktuasi struktur simpanan masyarakat
h. Kualitas prosedur operasi
i. Kemampuan bank memenuhi kebutuhan keuangan dalamkaitannya dengan
kompetisi yang dihadapi.
b. Kecukupan modal
Kecukupan modal adalah suatu regulasi perbankan yang menetapkan suatu kerangka kerja
mengenai bagaimana bank dan lembaga penyimpanan harus menangani permodalan mereka.
Kategorisasi aktiva dan modal sudah sangat distandardisasi sehingga diberi bobot risiko. Dalam
lingkup internasional, Komite Basel dalam Bank Penyelesaian Internasional mendorong
persyaratan modal di tiap-tiap negara. Pada tahun 1988, Komite Basel memutuskan untuk
memperkenalkan suatu sistem pengukuran modal yang secara umum dikenal sebagai Basel
Capital Accords. Kerangka kerja ini telah digantikan oleh suatu sistem kecukupan modal yang
jauh lebih kompleks yang dikenal sebagai Basel II.
Walaupun Basel II telah mengubah perhitungan bobot risiko secara signifikan, ia tidak
menyentuh segi perputaran modal. Rasio modal adalah persentase modal bank terhadap aktiva
tertimbang menurut risiko (ATMR). Bobot didefinisikan dengan rasio sensitivitas risiko yang
perhitungannya ditentukan oleh aturan yang sesuai
Tingkat kecukupan modal bank dinyatakan dengan suatu rasio tertentu yang disebut
rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR). CAR dapat diukur dengan cara:
1. Membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga
Modal dan Cadangan = Giro + Deposito + Tabungan
1. Membandingkan modal dengan aktiva berisiko

CAR= MODALATMR×100%
ATMR : Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
Perhitungan CAR yang harus diikuti bank diseluruh dunia sebagai aturan main dalam
kompetisi yang fair di pasar keuangan global, yaitu rasio minimum 8% permodalan terhadap
aktiva berisiko
Misalnya : berapa jumlah minimum yang harus dimilik bank apabila bank central menetapkan
minimal CAR = 8 % bank memiliki ATMR sebesar Rp 2000 Milyar
Modal bank ( minimal ) = ATMR x CAR
= 2000 x 0.08
= 160 Milyar  
Hasil perhitungan rasio diatas, kemudian dibandingkan dengan kewajiban penyediaan
modal minimum ( yakni  sebesar 8 % ). Berdasarkan hasil perbadingan tersebut, dapatlah
diketahui apakah bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR ( kecukupan modal )
atau tidak. Jika hasil perbandingan antara perhitungan rasio modal dan kewajiban penyediaan
modal minimum sama dengan 100% atau lebih, modal bank yang bersangkutan telah
memenuhi ketentuan CAR ( kecupan modal ). Sebaliknya, bila hasilnya kurang dari 100%,
modal bank tersebut tidak memenuhi ketentuan CAR
c. Rasio Permodalan
Menurut Dahlan Siamat (2000; 271) rasio permodalan yang digunakan untuk mengukur
kemampuan dan kecukupan modal bank adalah  sebagai berikut :
a. Rasio modal terhadap dana pihak ketiga
 Rumus= Modal sendiriTotal Dana Pihak ketiga
b. Rasio modal terhadap total aktiva berisiko
         Rumus= Modal sendiriTotal Aktiva-(Kas+Sekuritas)
c. Rasio modal terhadap total aktiva
Rumus= Modal sendiriTotal Aktiva
d. Rasio kredit terhadap modal
     Rumus= Modal sendiriTotal Kredit
 Perhitungan Rasio Kecukupan Modal
Hal yang perlu diperhatikan dalam rasio kecukupan modal meliputi :
1. Dasar perhitungan kecukupan modal minimum atau kecukupan modal bank (Capital
Adequacy Ratio) didasarkan kepada rasio atau perbandingan antara modal yang dimiliki
bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Aktiva dalam
perhitungan ini mencakup aktiva yang tercantum dalam neraca atau aktiva yang bersifat
akministratif sebagaimana tercemin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan
atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga. Terhadap masing – masing jenis –
jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot resiko yang besaranya didasarkan pada kadar
resiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot resiko yang  didasarkan pada
golongan nasabah, penjamin atau sifat barang jaminan.
2. Menghitung ATMR
Langkah – langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank adalah sebagai berikut:
a. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalihkan niali nominal masing – masing
aktiva yang bersangkutan dengan bobot resiko dari masing – masing pos aktiva neraca
tersebut
b. ATMR aktiva adminstratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening
administratif yang bersangkutan dengan masing – masing pos rekening tersebut.
c. Langkah terakhir dalam menghitung ATMR yaitu menjumlahkan semua perkalian
nominal pos – pos aktiva neraca dengan bobot resiko.
Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif

Tabel 5.1. Persentase Bobot Resiko


Persentase
Pos-Pos dalam Neraca Bank
Bobot Resiko
1. Kas
2. Emas dan Mata uang emas
3. Tagihan kepada, atau tagihan yang dijamin oleh atau surat berharga
yang diterbitkan atau dijamin oleh :
0%
a. Pemerintah Pusat RI
b. Bank Indonesia
c. Bank Sentral Negara OECD dan non-OECD
d. Pemerintah Pusat Negara OECD dan non-OECD
1. Tagihan kepada, atau tagihan yang dijamin oleh,atau surat berharga
yang diterbitkan atau dijamin oleh :
a. Bank-bank didalam negeri (termasuk kantor cabang bank
asing)
b. Pemerintah daerah di Indonesia
20%
c. Lembaga non-departemen di RI
d. Bank-bank pembangunan multilateralseperti :
ABD,IDB,IBRD,AFDB dan EIB
e. Bank-bank diluar negeri
f. Perusahaan milik pemerintah pusat Negara OECD
Tagihan dalam rangka inkaso kredit kepemilikan rumah (KPR) yang
50% dijamin oleh hipotek pertama dengan tujuan untuk dihuni kredit pada real
esatate tidak termasuk didalam criteria ini.
1. Tagihan kepada, atau tagihan yang dijamin oleh,atau surat
berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh :
a. Perum atau Perjan
b. BUMN atau BUMD
c. Perusahaan milik pemerintah pusat Negara non-OECD
d. Koperasi
100% e. Perusahaan swasta
f. Perorangan
g. Lain-lain
2. Penyetoran yang tidak dikonsolidasikan
3. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku)
4. Rupa-rupa aktiva
5. Antar kantor aktiva

Berdasarkan tabel 5.1 terlihat bahwa pos-pos aktiva dengan tingkat likuid yang
tinggi memiiki bobot yang lebih kecil demikian sebaliknya. Untuk mengetahui faktor
konversi aktiva administrative disajikan dalam tabel 5.2 berikut ini :

Tabel 5.2. Faktor Konversi Aktiva Administratif Rupiah dan Valuta Asing
(Valas)
Persentase
Bobot Resiko
Jenis Aktiva Administratif
(Dalam Neraca
Bank)
0% Fasilitas yang di sediakan bagi atau dijamin oleh pemerintah pusat RI dan
bank Indonesia serta bank central dan pemerintah pusat Negara OECD
dan non-OECD, yang meliputi :
1. Fasilitas kredit yang belum digunakan
2. Jaminan (termasuk stanby L/C) dan risk sharing dalam rangka
pemberian kredit seperti bid bonds, perfonmance bonds dan
advance payment bonds.
3. Jaminan bank yang diterbitkan bukan dalam rangka pemberian
kredit seperti bid bons dan advance bonds
4. L/C yang masih berlaku (tidak termasuk standby L/C)
1. L/C yang masih berlaku (tidak termasuk standby L/C dan dibuka atas
permintaan pemerintah daerah dan lembaga Negara non-departemen
di Indonesia serta bank –bank pembangunan multilateral dan
4%
perusahaan milik pemerintah pusat Negara OECD)
2. Posisi netto kontrak berjangka valuta asing dan swap bunga
(exchange rate dan interest rate contracts)
Jaminan bank yang diterbitkan bukan dalam rangka kredit seperti bid
bond, performance bonds dan advance payment bond dan diterbitkan
10% atas permintaan pemerintah daerah dan lembaga non departemen di
Indonesia serta bank-bank pembangunan multilateral dan perusahaan
milik pemerintah pusat Negara OECD.
1. Fasilitas yang disediakan bagi atau dijamin oleh bank dalam negeri,
pemerintah daerah dan lembaga non departemen di Indonesia serta
bank-bank pembangunan multilateral dan perusahaan milik
pemerintah pusat Negara OECD, yang meliputi :
a. Fasilitas kredit yang digunakan
b. Jaminan (termasuk standby L/C dan risk sharing dalam rangka
pemberian kredit)
1. L/C yang masih berlaku (tidak termasuk standby L/C) dan dibuka
20%
atas permintaan :
a. Perum atau Perjan
b. BUMN atau BUMD
c. Perusahaan milik pemerintah pusat Negara non-OECD
d. Koperasi
e. Perusahaan swasta
f. Perorangan
g. Lain-lain
1. Fasilitas kredit yang belum digunakan disediakan dalam rangka KPR
yang dijamin oleh hipotek pertama dengan tujuan untuk dihuni fasiitas
kepada real estate yang belum digunakan tidak termasuk didalam
criteria ini dan tergolong dalam bobot resiko 100 %.
2. Jaminan bank yang diterbitkan bukan dalam rangka kredit seperti bid
bonds, perfonmance bonds dan advance payment bond dan diterbitkan
atas permintaan :
50%
a. Perum atau Perjan
b. BUMN atau BUMD
c. Perusahaan milik pemerintah pusat Negara non-OECD
d. Koperasi
e. Perusahaan swasta
f. Perorangan
g. Lain-lain
100% 1. Fasilitas yang disediakan bagi atau dijamin oleh perum,perjan,
BUMN, BUMD, Perusahaan milik pemerintah pusat Negara non-
OECD, koperasi,perorangan dan lain-lain yang meliputi :
a. Fasilitas kredit yang digunakan
b. Jaminan (termasuk standby L/C dan risk sharing dalam rangka
pemberian kredit)
1. Kewajiban membeli kembali aktiva bank yang dijual
kepada pihak lain dengan syarat repurchase agreement.

Berdasarkan uraian tentang langkah perhitungan CAR (Capital Adequacy Ratio) dan
ketentuan bobot resiko tersebut maka format perhitungan CAR adalah sebagai berikut :
Aktiva Neraca x Bobot Resiko =ATMR
Aktiva Administrasi x Bobot Konversi x Bobot Resiko =ATMR
Σ ATMR
Modal Inti = Rp XXX
Modal Pelengkap = Rp XXX
Σ Modal = Rp XXX
CAR= Σ MODALΣ ATMR
1. Latar belakang dan Standar CAR (Capital Adequacy Ratio)

Pada dekade 1980-an Nampak ketimpangan struktur system perbankan internasional


dengan indikasi :
Pertama, krisis pinjaman Negara-negara Amerika Latin telah mengganggu arus putaran
uang nternasional.
Kedua, persaingan yang “unfair” antara bank-bank jepang dan bank-bank yang ada di
Amerika serta Eropa dipasar internasional. Bank-bank jepang memberikan pinjaman amat
lunak (bunga rendah) karena ketentuan CAR dinegara tersebut amat ringan, yaitu antara 2
sampai 3 %. Sampai tahun 1990 (ekspansi kredit lunak diawal tahun 1984) bank-bank Jepang
telah melepas sedikitnya 2 Triliyun dollar dengan menghasilkan emisi saham baru sebesar 35
Milyar dollar.
Ketiga, sebagai akibat dari persaingan yang tidak fair tersebut, maka situasi pinjaman
internasional menjadi terganggu dan turut pula mempengarui situasi perdagangan internasional.
Hal ini bisa membahayakan situasi likuiditas internasional.
Berdasarkan ketiga indikasi moneter ini maka Bank For Internasional Settlement (B.I.S)
menetapkan ketentuan dan perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang harus di ikuti oleh
bank-bank diseluruh dunia, sebagai suatu level permainan dalam kopetisi yang fair dalam pasar
keuangan global. Formula yang ditentukan oleh BIS adalah “rasio minimum” 8% permodalan
terhadap aktiva yang mengandung resiko.
Di Indonesia, perkembangan standar CAR (Capital Adequacy Ratio) yang ditetapkan
Bank Indonesia senantiasa mengalami perubahan, mengikuti perkembangan dan kebutuhan
perbankan nasional. Untuk member kesempatan kepada bank-bank di Indonesia dapat
melaukan penyesuaian maka perkembangan ketentuan CAR oleh Bank Indonesia Nampak
sebagai berikut :
a. Sejak akhir Maret 1992 CAR minimal 5%
b. Sejak akhir Maret 1992 CAR minimal 7%
c. Sejak akhir Desember 1993 CAR  minimal 8%
d. Sebagai krisis moneter dan krisis perbankan tahun 1997/1998 ketentuan CAR :
1. CAR = 4%                   Bank kriteria “A”
2. CAR = -25%                          Bank kriteria “B”
3. CAR < - 25%                         Bank kriteria “C”

Ketentuan CAR (Capital Adequacy Ratio) yang harus di capai oleh bank terus dipantau
dan diadakan penyesuaian trehadap situasi perekonomian maupun perbankan khususnya.

1. Faktor Yang Mempengaruhi Kecukupan Modal

Besar kecilnya kecukupan modal sebuah bank dipemngaruhi oleh :


a. Tingkat kualitas manajemen bank yang bersangkutan apabila suatu bank
dipimpin/dikelola oleh suatu kelompok manajemen yang berkualitas tinggi yang ditinjau
dari berbagai aspek, maka hasilnya tentu akan berlainan dengan bank yang dikelola oleh
suatu kelompok manajemen yang berkualitas rendah dan tidak kompak.
b. Tingkat likuiditas yang dimilikinya.

Suatu bank yang memiliki alat-alat likuid yang sangat terbatas dalam memenuhi
kewajiban-kewajibannya, akan ada kemungkinan penyediaan likuiditas tersebut akan
diambil dari permodalannya. Dengan demikian akan dirasakan oleh manajemen bank
yang bersangkutan betapa terbatasnya modal yang dimiliki oleh bank.
c. Tingkat kualitas dari asset

Suatu bank yang banyak memiliki debitur dan non earning asset lainnya yang kurang
produktif maka sudah dapat dipastikan bank tersebut tidak dapat melaksanakan
kegiatannya secara lancar. Dan sebaliknya bagi bank yang mempunyai earning assets
yang memadai maka kebutuhan modalnya akan dapat diperoleh dari laba usaha bank
yang bersangkutan, yang akan berkembang secara komulatif. Dan sebaliknya apabila
bank tersebut rugi terus-menerus maka akan ada kemungkinan pula modalnya akan
terkikis sedikit demi sedikit.
d. Struktur deposito

Apabila bank memperoleh dana sebagian besar berupa deposito berjangka dan dana-
dana mahal lainnya, tentu akan menimbulkan pula biaya yang tinggi. Apabila biaya itu
tidak dapat ditutup dari penghailan operasionil/ non operasionil dari bank yang
bersangkutan, tentu kerugian tersebut harus diserap oleh modal/kapital yang dimiliki
hingga akan terasa modal manajemen bank yang bersangkutan terjadinya kekuarangan
modal.
e. Tingkat kualitas dari sistem dan prosedurnya

Sistem dan prosedur operasi suatu bank yang baik tentu akan menunjang kegiatan
usaha bank yang bersangkutan pada tingkat efisiensi yang tinggi. Dengan efisiensi
yang tingggi in akan memungkinkan bank untuk memperoleh laba yang akan
memperkuat capital dari bank yang bersangkutan.
f. Tingkat kualitas dan karakter para pemilik saham

Para pemilik saham yang berorientasi kemasa depan bank yang dimilikinya agar lebih
baik dikemudian hari tentu akan berusaha membentuk akumulasi modal secara
maksimal hingga capital/modal bank yang bersangkutan akan semakin kuat. Tentu
yang terjadi akan sebaliknya apabila para pemilik saham tersebut menghendaki agar
laba yang diperoleh langsung dibagikan saja, maka capital dari bank yang
bersangkutan tentu tidak akan mengalami perkembangan.
g. Kapasitas untuk memenuhi kebutuhan keuangan jangka pendek maupun jangka
panjang.
h. Riwayat pemupukan modal dan peraturan pembagian laba yang dperolehnya.

Pada bank-bank pemerintah telah ditetapkan tata cara pembagian laba yang diperoleh
tiap tahun secara pasti, tentu tidak ada keleluasaan lagi bagi bank yang bersangkutan
dalam memupuk modalnya sesuai dengan keinginan maupun kebutuhan investasi
pengembangan bank tersebut dikemudian hari.
Hal ini tentu berbeda dengan bank-bank swasta yang pembagiannya dapat diatur lebih
bebas, maka bank-bank ini akan mempunyai kesempatan mengembangkan capitalnya
secara maksimal.

D. Bank Syariah
Dalam menelaah ATMR pada bank syariah, terlebih dahulu harus dipertimbangkan
bahwa aktiva bank syariah dapat dibagi atas:
 Aktiva yang didanai oleh modal sendiri atau kewajiban
 Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil
Berdasarkan pembagian jenis aktiva tersebut, maka prinsip bobot risiko bank syariah terdiri
dari:
 Aktiva yang dibiayai oleh modal bank sendiri dn atau dana pinjaman (wadiah, qard dll)
adalah 100%
 Aktiva yang dibiayai oleh pemegang rekening bagi hasil adalah 50%
Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Bank Syariah
Kualitas piutang penjualan (murabahah) dana sewa (ijarah) didasarkan pada
kemampuan membayar, kondisi keuangan dan prospek usaha.
Kualitas investasi pada musyarakah dan mudharabah dapat didasarkan pada tingkat
kesesuaian antara realisasi bagi hasil dengan proyeksinya, kondisi keuangan dan prospek usaha.
Dalam pembiayaan mudharabah, bank dapat menolak untuk menanggung risiko, bila
disebabkan oleh kesengajaan, kelalaian atau pelanggaran nasabah. Faktor jaminan dalam
pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan untuk menutup risiko itu.
Sumber Permodalan Bank
George H Hempel membagi modal bank dalam tiga bentuk utama yaitu pinjaman
subordinasi, saham preferen dan saham biasa. Beberapa jenis pinjaman subordinasi dan saham
preferen dapat dikonversikan menjadi saham biasa, dan saham biasa dapat dikembangkan, baik
secara eksternal maupun internal.
Pinjaman Subordinasi terdiri dari semua bentuk kewajiban berbunga yang dibayar
kembali dalam jumlah yang pasti (fixed) dalam jangka waktu tertentu. Bentuk pinjaman
subordinasi bervariasi dari Capital Notes sampai debenture dengan jangka waktu yang lebih
panjang. Surat hutang dalam jumlah kecil dapat diterbitkan dan dijual langsung kepada nasabah
bank. Capital Notes lain dan beberapa debenture kecil dapat diterbitkan dan dijual kepada bank
koresponden. Debenture dalam jumlah besar dengan jangka waktu yang lebih panjang
ditempatkan secara private atau dapat dijual melalui investment bank kepada masyarakat
(lembaga keuangan seperti Asuransi, dan Dana Pensiun) .
Penentuan sumber-sumber permodalan bank yang tepat adalah didasarkan atas beberapa
fungsi penting yang dapat diperani oleh modal bank . Misalnya, bila modal harus berfungsi
menyediakan proteksi terhadap kegagalan bank, maka sumber yang paling tepat adalah modal
ekuitas (equity capital). Modal ekuitas merupakan penyangga untuk menyerap kerugian dan
kecukupan penyangga itu adalah kritikal bagi solvabilitas bank. Oleh karena itu bila kerugian
bank melebihi net worth maka likuidasi harus terjadi. Bila modal itu disediakan untuk
memberikan proteksi terhadap kepentingan para deposan, maka pinjaman subordinasi dan
debentures juga berfungsi seperti equity capital. Bila kerugian melebihi modal ekuitas maka
bank harus dilikuidasi, tetapi dana yang dipasok oleh pemberi modal pinjaman dan pemilik
debentures harus menjadi penyangga untuk melindungi kepentingan para deposan. Jadi modal
pinjaman tidak secara langsung melindungi kegagalan atau kerugian bank.

Sumber Permodalan Bank Syariah


Pengkategorian modal pinjaman sebagai salah satu sumber permodalan bank seperti
diuraikan di atas adalah konsensus yang dianut oleh perbankan kovensional. Dalam pandangan
syariah, modal pinjaman (subordinated loan) itu termasuk dalam kategori qard, yaitu pinjaman
harta yang dapat diminta kembali. Dalam literatur fiqh Salaf Ash Shalih, qard dikategorikan
dalam aqad tathawwu’ atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial . Pemberi
pinjaman tidak boleh meminta imbalan atas pemberian pinjaman tersebut, karena setiap
pemberian pinjaman yang disertai dengan permintaan imbalan termasuk kategori riba.
Penerima pinjaman wajib menjamin pengembalian pinjaman tersebut pada saat jatuh tempo.
Oleh karena itu qard mempunyai derajat preferensi yang tinggi, setara dengan kewajiban atau
hutang lainnya. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka tidak beralasan bagi qard untuk ikut
menanggung resiko atau memberikan proteksi terhadap kegagalan atau kerugian bank ataupun
memberikan proteksi terhadap kepentingan deposan. Dengan demikian pinjaman subordinasi
tidak dapat dipertimbangkan untuk diperhitungkan sebagai modal bagi bank syariah.
Sebagaimana diuraikan pada tulisan sebelumnya, sumber utama modal bank syariah
adalah modal inti (core capital) dan kuasi ekuitas. Modal inti adalah modal yang berasal dari
para pemilik bank, yang terdiri dari modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan
dan laba ditahan. Sedangkan kuasi ekuitas adalah dana-dana yang tercatat dalam rekening-
rekening bagi hasil (mudharabah). Modal inti inilah yang berfungsi sebagai penyangga dan
penyerap kegagalan atau kerugian bank dan melindungi kepentingan para pemegang rekening
titipan (wadi’ah) atau pinjaman (qard), terutama atas aktiva yang didanai oleh modal sendiri
dan dana-dana wadi’ah atau qard.
Rekening bagi hasil (mudharabah) dapat juga dikategorikan sebagai modal, yang oleh
karenanya disebut kuasi ekuitas. Namun demikian rekening ini hanya dapat menanggung resiko
atas aktiva yang dibiayai oleh dana dari rekening bagi hasil itu sendiri. Pemilik rekening bagi
hasil dapat menolak untuk menanggung resiko atas aktiva yang dibiayainya, apabila terbukti
bahwa resiko tersebut timbul akibat salah urus (mis management), kalalaian atau kecurangan
yang dilakukan oleh manajemen bank selaku mudharib.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan kemajuan bank sekaligus
menjaga kepercayaan masyarakat. Adapun fungsi dari modal yaitu antara lain :
Pertama, sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian lainnya.
Kedua, sebagai dasar bagi penetapan batas maksimum pemberian kredit. 
Ketiga, modal juga menjadi dasar  perhitungan bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi
tingkat kemampuan bank secara relatif dalam menghasilkan keuntungan.
Sumber utama modal bank syariah adalah modal inti dan kuasiekuitas. Modal inti adalah modal
yang berasal dari para pemilik bank, yang terdiri dari modal yang disetor oleh para pemegang saham,
cadangan dan laba ditahan. Sedangkan kuasi ekuitas adalah dana-dana yang tercatat dalamrekening-
rekening bagi hasil.
Tingkat kecukupan modal bank dinyatakan dengan suatu ratio tertentu yang disebut dengan
ratio kecukupan modal atau capital edequacy ratio (CAR). Tingkat kecukupan modal ini dapat diukur
dengan cara membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga danmembandingkan modal dengan
aktiva berisiko.

B. Saran
Manajemen permodalan pada hakekatnya sangatlah penting sebagai penopang untuk
berjalannya sebuah bank. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa kita patut memahami lebih dalam sebagai
bekal di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

http://rumahartikelkeuangan.blogspot.com/2009/05/permodalan-bank.html.diakses 16/09/2012

http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=23662 diakses 16/09/2012

http://peperonity.com/go/sites/mview/manajemen.perbankan/25893836 diakses 16/09/2012

http://shariahlife.wordpress.com/2007/01/16/manajemen-permodalan-bank-syariah-1/ diakses
16/09/2012
http://eprints.undip.ac.id/17663/1/yudi_sarwono.pdf diakses 16/09/2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Kecukupan_modal diakses 16/09/2012

Anda mungkin juga menyukai