Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH NUTRACEUTICAL

“PROTEIN”

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Nutraceutical

Disusun Oleh

KELOMPOK 2

PRADANI DWI LESTARI (2108010010)

SAL SABILA NADHIFAH KUROCHMAN (2108010017)

SHIFA RAMADHANI (2108010047)

MEISEL DWI KURSIASIH (2108010066)

DEWI NISA AULIA (2108010076)

VALENCIA NAELY E (2108010141)

FATHIA NISA FAUZIAH (2108010167)

FARRAS DWI LESTARI (2108010173)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

i
2023

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami. Makalah ini
kami tulis dengan bahasa sederhana bertujuan agar mudah dijangkau oleh pembaca. Kami
berterima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu hingga selesainya makalah ini.
Adapun makalah yang akan kami presentasikan pada kesempatan kali ini mengenai materi
“Protein Dalam Nutraceutical”

Dengan demikian InsyaAllah makna dan tujuan makalah ini akan tersalurkan. Akan
tetapi, tidak menutup kemungkinan dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, diharapkan baik bagi dosen pembimbing maupun pembaca untuk memberi
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kelengkapan makalah ini. Atas
perhatian para pembaca, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Purwokerto, 10 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR .............................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................................1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat .....................................................................................................2

BAB II PROTEIN

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................................17
B. Saran ............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Nutraceutical merupakan istilah gabungan dari nutrient dan pharmaceutical.
Istilah nutraceutical pertama kali diperkenalkan oleh Stephen DeFelice, pendiri dan
pimpinan The Foundation For Innovation In Medicine. Menurut DeFelice
nutraceutical adalah zat makanan atau bagian dari makanan yang memiliki manfaat
medis atau kesehatan termasuk pengobatan dan pencegahan penyakit Nutraceutical
dapat dibuat dari bahan-bahan alami seperti tanaman, buah dan sayur yang
mengandung fitokimia. Meskipun seluruh makanan bermanfaat karena menyediakan
zat gizi, nutrisetikal mengandung bahan-bahan yang meningkatkan kesehatan atau
komponen-komponen alamiah yang memiliki manfaat kesehatan potensial terhadap
tubuh. Atribut “fungsional” sejumlah makanan tradisional telah ditemukan, saat
produk-produk makanan baru sedang dikembangkan dan mengandung komponen
yang bermanfaat.
Dalam proses pengambangan obat, hasil tes klinis dari studi terhadap hewan
dan studi-studi lain adalah suatu prasayarat untuk membuktikan efek atau khasiat obat.
Di sisi lain, pada kasus nutrisi, tidak ada metode verifikasi untuk makanan dalam
mencegah penyakit di masa lalu. Namun dalam beberapa tahun terakhir, karena
komposisi makanan telah dibuktikan secara ilmiah dapat menyebabkan penyakit
berkaitan dengan gaya hidup, maka komposisi makanan telah menjadi suatu masalah
social. Konsep nutrisetikal sudah mulai dikenali sebagai salah satu ukuran dalam
mencegah penyakit-penyakit semacam itu.
Konsep nutrisetikal bukanlah suatu yang baru. Meskipun telah berkembang
selama bebrapa tahun. Diawal tahun 1900an, pabrik makanan Amerika Serikat mulai
menambahkan yodium ke garam sebagai upaya untuk mencegah gondok (pelebaran
kelenjar teroid), sebagai salah satu upaya untuk mencimpatakan komponen fungsional
melalui fortifikasi. Saat ini, para peneliti telah menemukan ratusan nyawa yang
memiliki kualitas fungsional, dan mereka terus menciptakan temuan-temuan baru
seputar manfaat fitokimia (zat kimia tanaman non-nutritive yang memiliki khasiat
perlindungan atau khasiat pencegah penyakit ) didalam makanan.

1
Nutrisetikal adalah salah satu segmen industry makanan yang berkembang
paling cepat, khususnya dikalangan baby boomer. Di Jepang, Inggris, dan beberapa
Negara lainnya, nutrisetikal telah menjadi bagian dari lansekap makanan. Minat
konsumen terhadap hubungan antara makanan dan kesehatan telah meningkatkan
permintaan terhadap informasi tentang nutrisetikal.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan biaya pelayanan
kesehatan, perubahan undang-undang makanan yang mempengaruhi lebel dan klaim
atas produk, populasi yang semakin tua dan peningkatan minat untuk memperbaiki
kesehatan melalui makanan adalah beberapa faktor yang mempengaruhi minat rakyat
terhadap nutrisetikal. Penelitian Ilmiah menunjukkan bahwa banyaknya manfaat
kesehatan potensial dari komponen makanan. Manfaat ini dapat meningkatkan hak
atas makanan yang saat ini bias diidentifikasi oleh food And Drug Administration
(FDA).
Nutraceutical memiliki banyak macamnya yaitu nutraceutical berupa
karbohidrat, nutraceutical berupa protein, nutraceutical berupa lipid, nutraceutical
berupa prebiotik, nutraceutical berupa probiotik, nutraceutical berupa jamur, dan
nutraceutical berupa vitamin dan mineral. Nutraceutical berupa protein adalah
nutraceutical dengan kandungan utama yang berkhasiat adalah protein.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berkut.

1. Apa pengertian dari nutraceutical?


2. Apa pengertian dari protein?
3. Apa saja manfaat protein?
4. Bagaimana hubungan nutraceutical dengan protein?
5. Bagaimana interaksi nutraceutical dengan obat?
6. Apa saja produk nutraceutical yang berkaitan dengan protein?
C. Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengertian dari nutraceutical


b. Untuk mengetahui pengertian dari protein

2
c. Untuk mengetahui hubungan antara nutraceutical dengan protein
d. Untuk mengetahui interaksi antara nutraceutical dengan obat
e. Untuk mengetahui produk-produk nutraceutical yang berkaitan dengan protein

BAB II

NUTRACEUTICAL BERUPA PROTEIN

A. Pengertian Nutraceutical
Nutrasetikal atau nutraceutical merupakan neologisme yang berasal dari kata
nutrition (gizi) dan pharmaceutical (obat-obatan) yang dikemukakan pertama kali oleh
M.D. Stephen DeFelice pada tahun 1989 (Trifkovic dan Benkovic, 2009).
Nutraseutikal sendiri berasal dari kata nutrion dan pharmaceutical.
Diperkenalkan pada 1989 oleh Stephen DeFelice, MD, pendiri dan ketua Yayasan
Inovasi Medis. Nutraseutikal didefinisikan sebagai suatu produk hasil dari isolasi dan
purifikasi pangan, yang pada umumnya dijual dalam bentuk serupa obat, biasanya
tidak dianggap sebagai makanan. Sebagai ciri dari nutraseutikal ditunjukkan dengan
mempunyai manfaat fisiologis atau dapat melawan penyakit- penyakit kronis.
Health Canada (1998) mendefinisikan nutrasetikal sebagai suatu produk yang
diisolasi dari bahan pangan yang umumnya disajikan dalam bentuk sediakan obat dan
bukan diasosiasikan sebagai pangan, yang memiliki manfaat fisiologis atau
memberikan perlindungan terhadap penyakit kronis. Pengertian senada dikemukakan
oleh Zeisal (1999) menyatakan bahwa nutrasetikal adalah suplemen makanan yang
terbuat dari komponen bioaktif yang diekstrak dari bahan pangan, disajikan sebagai
matriks non-pangan dan digunakan untuk meningkatkan kesehatan dalam dosis
melebihi yang didapatkan dari pangan normal. Lockwood (2007) mengatakan bahwa
nutrasetikal merupakan suatu komponen medisinal atau nutrisional yang terdapat
dalam pangan, tanaman, atau bahan alam yang telah dimurnikan atau dipekatkan, dan
digunakan untuk meningkatkan kesehatan, dengan mencegah dan mengobati suatu
penyakit. Dari tiga definisi tadi, dapat dikatakan bahwa nutrasetikal adalah berupa
matriks non-pangan, bukan berupa pangan (makanan/minuman). Jadi dalam
pengertian ini pangan fungsional tidak termasuk dalam kelompok nutrasetikal.
Konsep nutrasetikal ini sejalan dengan filosofi Bapak Kedokteran,
Hippocrates, yang mengatakan "Let food be thy medicine and medicine be thy food",
nutrasetikal dipandang sebagai suatu cara untuk menjaga kesehatan dan mencegah

3
penyakit. Menurut Merriam Webster Dictionary, nutrasetikal diartikan sebagai pangan
(seperti pangan yang di fortifikasi atau suplemen makanan) yang memberikan manfaat
kesehatan di samping nilai nutrisional dasarnya. Berdasarkan definisi-definisi di atas
dapat digaris-bawahi bahwa bentuk nutrasetikal itu dapat berupa matriks pangan
(makanan dan minuman) ataupun juga berupa matriks non-pangan (tablet, kapsul,
bubuk, cairan) seperti suplemen makanan, maupun obat-obatan herbal. Berdasarkan
pengertian ini maka pangan fungsional (pangan yang mempunyai manfaat fisiologis
dan berkemampuan mengurangi risiko penyakit kronis), seperti sarapan sereal,
yoghurt, jamu, pikel bawang putih dan lain-lain, termasuk ke dalam kelompok
nutrasetikal.
Konsep nutraseutikal merupakan gabungan dari nutrisi yang ada pada
"functional food" dengan efek fisiologis yang ada pada "complementary medicine"
(suatu substansi yang berada diantara nutrisi dan farmasetikal.
Selama beberapa tahun terakhir, nutraceutical telah menarik minat yang cukup
besar karena potensi nutrisi, keamanan, dan efek terapeutiknya. Produk-produk ini
dapat berperan dalam banyak proses biologis, termasuk pertahanan antioksidan,
proliferasi sel, ekspresi gen, dan perlindungan integritas mitokondria.
Oleh karena itu, nutraceutical dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan,
mencegah penyakit kronis, menunda proses penuaan, dan pada gilirannya
meningkatkan harapan hidup, atau sekedar mendukung fungsi dan keutuhan tubuh.
Produk-produk ini dianggap sebagai sumber yang sehat untuk pencegahan penyakit
yang mengancam jiwa seperti diabetes, gangguan ginjal dan pencernaan, serta
berbagai infeksi.
Berbagai macam nutraceutical telah terbukti memaksakan peran penting dalam
status kekebalan dan kerentanan terhadap keadaan penyakit tertentu. Nutraceuticals
juga menunjukkan indikasi pengubah penyakit yang terkait dengan stres oksidatif
termasuk alergi, penyakit Alzheimer, penyakit kardiovaskular, kanker, kondisi mata,
penyakit Parkinson, dan obesitas.
Nutraceutical memiliki banyak macamnya yaitu nutraceutical berupa
karbohidrat, nutraceutical berupa protein, nutraceutical berupa lipid, nutraceutical
berupa prebiotik, nutraceutical berupa probiotik, nutraceutical berupa jamur, dan
nutraceutical berupa vitamin dan mineral. Nutraceutical berupa protein adalah
nutraceutical dengan kandungan utama yang berkhasiat adalah protein.
B. Pengertian Protein

4
Protein berasal dari bahasa Yunani yaitu proteos, artinya yang utama apa yang
di dahulukan. Proses ditemukan oleh ahli kimia Belanda, Geraldus Mulder (1802-
1880). Protein merupakan salah satu kelompok dari bahan makronutrien (nutrisi yang
dibutuhkan dalam jumlah banyak), tidak seperti bahan makronutien lain misalnya
karbohidrat dan lemak. Protein memiliki peran lebih penting dalam pembentukan
biomolekul daripada sumber energi (penyusun bentuk tubuh) (Rismayanthi, 2015).
Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh manusia
sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan. Dalam protein terdapat
sumber energi dan zat pengatur jaringan tubuh (Muchtadi, 2010).
Protein adalah zat makanan berupa asam asam amino yang berfungsi sebagai
pembangun dan pengatur bagi tubuh. Protein mengandung unsur karbon, hidrogen,
oksigen dan nitrogen yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein
juga mengandung fosfor, belerang serta beberapa protein memiliki unsur logam
seperti besi dan tembaga (Budianto, 2009).
1. Fungsi Protein
Fungsi dari protein sendiri yaitu sebagai zat utama pembentuk dan
pertumbuhan tubuh dan digunakan sebagai sumber energi jika karbohidrat dan
lemak didalam tubuh berkurang (Azhar, 2016). Protein dapat dijadikan sumber
energi jika terdapat organisme yang kekurangan energi. Fungsi protein dalam
tubuh manusia yaitu pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, sehingga tubuh
dapat mendukung dan pemeliharaan jaringan. Terdapat beberapa fungsi lain
dari protein yaitu sebagai sumber utama energi selain karbohidrat dan lemak,
sebagai zat pembangun, zat pengatur. Protein juga mengatur proses
metabolisme berupa enzim dan hormon untuk melindungi tubuh dari zat
beracun atau berbahaya serta memelihara sel dan jaringan tubuh. Berbagai
manfaat protein untuk kesehatan tbuh memerlukan protein agar tetap sehat dan
organ tubuh berfungsi dengan baik. Berikut ini adalah berbagai manfaat
protein bagi kesehatan:
a) Menurunkan berat badan karena makanan kaya akan protein diyakini dapat
memberikan efek kenyang lebih lama. Hal ini karena kandungan protein di
dalam makanan dapat menekan produksi hormon yang membuat mudah
lapar.
b) Mengonsumsi protein dalam jumlah yang tepat dapat menambah massa
otot dan meningkatkan kekuatan otot.

5
c) Mencegah kerontokan rambut, keratin merupakan jenis protein yang
membentuk rambut. Apabila seorang kekurangan protein, maka rambut
akan terlihat tidak sehat dan mudah rontok.
d) Menjaga kekuatan tulang. dengan emenuhi asupan protein dapat
menurunkan risiko terkena osteoporosis dan patah tulang.
e) Mempercepat penyembuhan luka, karena protein merupakan unsur utama
pembentuk jaringan dan organ di tubuh. Oleh karena itu, mengonsumsi
lebih banyak protein dapat mempercepat pemulihan luka saat seorang
mengalami cedera.
2. Nutraceutical protein
a. Arginin
Arginin adalah suplemen ergogenik (peningkat kinerja), termasuk
dalam kelas nitric oxide (NO), merupakan asam amino semi-esensial yang
terlibat dalam berbagai proses fisiologi dan metabolisme dalam tubuh
manusia. L-arginin telah diuji di banyak negara untuk terapi penyakit akut
dan kronis, seperti hipertensi arteri paru, penyakit jantung koroner,
danpreeklampsia, karena memiliki aktivitas bronkodilator (melegakan
pernapasan) dan vasodilator (melebarkan pembuluh darah). Arginin
ditemukan pada berbagai jenis pangan seperti: makanan laut, telur, produk
susu, kedelai, kacang lentil, buncis, spirulina, biji labu, bawang merah,
bawang putih, dan tepung gandum.
b. Peptida bioaktif
Peptida bioaktif merupakan peptida yang terdiri dari 2-20 urutan asam
amino dengan massa molekul kurang dari 6 kDa (Milan et al., 2014).
Sumber peptida bioaktif dapat berasal baik dari pangan hewani maupun
pangan nabati. Sumber peptida bioaktif nabati meliputi kacang-kacangan
(kedelai, lentil, buncis, kacang polong); serealia (gandum, beras, jagung,
oat); biji bunga matahari, biji labu, biji kanola, biji rami, jamur dan lain-
lain, sedangkan sumber hewani meliputi susu dan produk yang
dihasilkannya, telur, darah sapi, kolagen, gelatin, dan berbagai spesies ikan
(tuna, sarden, hering, dan salmon). Daging merupakan salah satu sumber
yang paling banyak diteliti untuk isolasi peptida bioaktifnya. Bukan saja
protein miosin dan aktin pada daging yang digunakan untuk menghasilkan
peptida, protein jaringan ikat seperti kolagen juga digunakan. Hidrolisis

6
protein secara enzimatik adalah teknik yang banyak digunakan untuk
mengisolasi peptida yang bersumber dari daging, dan jenis enzim yang
paling umum digunakan adalah pepsin, tripsin dan kimotripsin. Hidrolisis
secara fermentasi menggunakan bakteri baik digunakan untuk isolasi
peptida bioaktif dari protein susu, namun tidak berhasil dengan baik dalam
memperoleh peptida dari sumber daging (Ryan, et al., 2011). Sifat-sifat
turunan peptida bioaktif baik dalam kondisi in vitro maupun in vivo telah
dilaporkan oleh banyak peneliti. Senyawa ini memiliki sifat-sifat yang
bermanfaat untuk kesehatan, seperti antioksidan, antimikroba,
antihipertensi, antitrombotik, sitomodulator, antikanker, imunomodulator,
agonis opioid, pengikat mineral, hipokolesterolemia, dan antiobesitas.
Aktivitas peptida bioaktif dipengaruhi oleh komposisi dan urutan asam
amino (Shahidi dan Zhong, 2008). Salah satu manfaat penting peptida
bioaktif adalah untuk menurunkan tekanan darah (antihipertensi).
Angiotensin I-converting enzyme (ACE) merupakan enzim yang berperan
penting dalam pengaturan tekanan darah, karena mendorong terjadinya
konversi angiotensin I menjadi angiotensin II, serta menonaktifkan hormon
bradikinin. Angiotensin II memiliki kemampuan sebagai vasokonstriktor
(menyebabkan penyempitan pembuluh darah), sedangkan bradikinin
memiliki efek sebagai vasodilator (melebarkan pembuluh darah).
Penghambatan aktivitas ACE akan berdampak pada penurunan tekanan
darah. Protein susu (laktoglobulin) dan protein otot daging babi merupakan
sumber peptida inhibitor ACE yang sangat potensial. Sumber utama
peptida penghambat ACE antara lain: susu, ikan, kedelai, gandum, daging
dan telur. Peptida inhibitor ACE yang potensial yang bersumber dari
kasein dan protein whey berturut-turut adalah casokinin dan laktokinin
(Erdmann, et al., 2007). Ratnayani, et al., 2019) melaporkan fraksi peptida
dari kecambah kacang gude berpotensi inhibitor ACE.
c. L-Karnitin
L-Karnitin Karnitin (β-hidroksi-γ-trimetilaminobutirat), diekstrak
pertama kali dari jaringan otot pada tahun 1905 dan namanya berasal dari
bahasa latin, carnis, yang berarti daging, merupakan senyawa amino
kuartener yang ada hampir di semua spesies hewan, beberapa spesies
mikroba dan tanaman tinggi. Pangan sumber L-karnitin yang penting

7
adalah daging merah, khususnya daging domba dan daging sapi, sedangkan
kandungan karnitin yang lebih rendah ditemukan pada ikan, daging babi,
unggas, dan produk susu seperti susu utuh dan keju. Pangan nabati
umumnya bukan sumber L-karnitin yang baik. Dalam buah dan sayuran L-
karnitin terdapat hanya dalam jumlah sedikit (atau tidak terdapat sama
sekali). Hanya pada alpukat dan asparagus L-karnitin ditemukan dalam
jumlah yang patut diperhatikan. Mekanisme kerja L-karnitin adalah
berperan sebagai kofaktor dalam transformasi asam lemak bebas rantai
panjang menjadi asilkarnitin yang selanjutnya ditransportasikan ke dalam
matriks mitokondria untuk diubah menjadi energi. Karnitin juga terlibat
dalam metabolisme keton menjadi energi dan konversi asam amino rantai
cabang (valin, leusin, dan isoleusin) menjadi energi.aplikasi L-karnitine
sering direkomendasikan untuk perawatan infertilitas pada pria. Terapi L-
karnitin ternyata efektif dalam meningkatkan kualitas semen,
meningkatkan viabilitas (daya hidup) dan motilitas (pergerakan) ke depan
sperma, terutama pada kelompok orang yang memiliki keterbatasan jumlah
sperma. Terapi menggunakan L-karnitin merupakan terapi non hormonal
baru yang rasional.
d. Laktoferin
Laktoferin adalah protein konjugasi yang mengandung zat besi.
Laktoferin ditemukan dalam susu pada tahun 1939, dan karena sifat dan
komposisinya dianggap sebagai protein yang aman, laktoferin dimasukkan
dalam daftar GRAS (Generally Recognized As Safe). Laktoferin memiliki
peran positif pada respons imun baik bawaan maupun adaptif. Di samping
itu, laktoferin juga memiliki aktivitas melawan virus, bakteri, mikroba,
parasit, jamur, dan alergi tertentu (Lodhi et al., 2019). Laktoferin
memainkan peran penting dalam mekanisme pertahanan tubuh. Dalam
kasus cedera jaringan dan infeksi, laktoferin dianggap sebagai protein
polivalen terbaik yang ada dalam sistem pertahanan. Human Lactoferrin
(hLF), yang terdapat pada ASI, dan Bovine Lactoferrin (bLF), yang
terdapat pada susu sapi, keduanya memiliki peran penting untuk kesehatan.
Kedua senyawa ini memiliki banyak fungsi serupa. Bovine Lactoferrin
dilaporkan memiliki efek penghambatan terhadap pertumbuhan banyak sel

8
tumor. Senyawa ini juga menginduksi apoptosis (kematian) sel kanker
payudara.
3. Interaksi Obat dengan Protein

Obat Nutrient Interaksi

Warfarin Diet tinggi protein Kadar serum albumin meningkat,


penurunan international normalized
ratio (INR)

Propranolol Makanan yang mengandung Kadar dalam serum kemungkinan


protein tinggi meningkat

Antibiotika Susu dan produknya Membentuk kompleks dengan


beberapa antibiotika dan mengganggu
absorpsinya, bioavaibilitasnya
menurun

Mercaptopuri Susu sapi Bioavaibilitas berkurang


n

4. Produk nutraceutical protein


a. Protein Whey Susu
Fraksi protein whey susu (dijual sebagai bubuk whey), diperoleh selama
pembuatan keju, mengandung senyawa yang dapat meningkatkan
kekebalan alami kita, mengurangi risiko pembentukan kanker, mengurangi
keparahan degenerasi jaringan otot yang terkait dengan penyakit hati dan
mengurangi kerentanan terhadap diare.
Contoh produknya yaitu :
 L-Men Platinum
 L-Men Advanced Whey Protein
 Evolene Isolate
 PURO WPRO Whey Protein
 BSN Syntha-6 Isolate
 Muscle First Gold Pro Isolate
 FITlife WPRO Concentrate
9
 Rimbalife Whey
 Sportigo Whey Protein
 Optimum Nutrition Gold Standard Whey
 The protein Works

Contoh produk diatas merupakan suplemen whey protein yang menjadi


asupan baik untuk pembentukan massa otot.

b. Protein Imunomodulator Jamur


Jamur adalah bahan pangan fungsional, baik yang bersifat sebagai
nutraceutical (jamur segar) maupun nutriceutical (bahan olahan/ekstrasi
jamur). Relevansi biologis protein imunomodulator jamur (FIP) untuk
mitigasi alergi terletak pada pengamatan bahwa mereka mampu
menghambat alergi makanan dan reaksi alergi pernafasan pada model tikus
ketika diterapkan secara oral atau nasal. Jamur dapat diolah menjadi
makanan kaleng yang masih segar. Jamur tersebut salah satunya adalah
jamur tiram putih.
c. Protein Susu
Protein susu merupakan kelompok molekul yang sangat heterogen,
terdiri dari lima kategori yaitu kasein, protein whey, protein globul lemak
susu, enzim dan protein minor lainnya (Ng-Kwai-Hang, 2003). Protein
utama adalah kasein dan protein whey. Protein kasein baik untuk
mengontrol tekanan darah agat tetap stabil, sedangkan protein whey baik
untuk pertumbuhan dan kesehatan otot anak. Protein susu diketahui
mengerahkan berbagai aktivitas gizi, fungsional dan biologis. Selain
sebagai sumber asam amino berharga yang seimbang, protein susu
berkontribusi pada konsistensi dan sifat sensoris dari berbagai produk susu.
Lebih-lebih lagi, banyak protein susu memiliki sifat biologis spesifik yang
menjadikannya bahan potensial untuk makanan yang meningkatkan
kesehatan. Sifat-sifat ini dikaitkan dengan molekul protein asli dan peptida
aktif fisiologis yang dienkripsi dalam molekul protein. Kemajuan yang
cukup besar telah dibuat selama dua puluh tahun terakhir dalam teknologi
yang ditujukan untuk pemisahan, fraksinasi dan isolasi dalam bentuk murni
dari banyak protein menarik yang terjadi pada kolostrum dan susu sapi.

10
Pada peptida bioaktif yang berasal dari protein susu yang berbeda. Peptida
aktif dapat dibebaskan selama pencernaan gastrointestinal atau fermentasi
susu dengan enzim proteolitik. Peptida semacam itu dapat memberikan
sejumlah efek fisiologis in vivopada gastrointestinal, kardiovaskular,
endokrin, kekebalan tubuh, saraf dan sistem tubuh lainnya. Komponen
bioaktif berbeda yang berasal dari makanan, susu sapi dan telur unggas
mengandung serangkaian bioaktivitas karena protein dan peptida hadir
dalam bentuk aktif, seperti laktoferin, imunoglobulin, faktor pertumbuhan
dan hormon dan banyak bioaktivitas adalah aktivitas peptida biofungsional
yang saat ini paling banyak dipelajari dalam protein makanan. dan
tampaknya mereka yang menghambat enzim pengubah Angiotensin (ACE)
yang memainkan peran sentral dalam pengaturan tekanan darah. Banyak
peptida penghambat ACE telah diisolasi dari protein susu. Nutraceutical
yang berupa protein dalam susu bisa berupa minuman maupun makanan
seperti susu sapi, kambing, kerbau, dan domba. Susu juga dapat diolah
menjadi yogurt, kefir, keju, Whey Protein Isolate (WPI), Whey Protein
Concentrate (WPC) dan produk berbasis susu lainnya. (Suciati,2021)
d. Protein Kedelai
Beberapa fungsi fisiologis dari protein makanan telah dibuktikan hingga
saat ini adalah pengurangan kolesterol, peningkatan kekebalan dan efek
anti-hipertensi dan bahkan meningkatkan rasa kenyang. Sehubungan
dengan terapi kanker, peptida hidrofobik dari protein kedelai ditemukan
memiliki aktivitas antikanker. Galvez menemukan pada tahun 2001 sebuah
peptida asam amino 43 yang disebut lunasin yang memiliki motif
yang mengikat secara khusus pada histon H3 dan H4 non-asetilasi dan oleh
karena itu dapat digunakan untuk terapi kanker. Pengikatan ini mencegah
asetilasi H3 dan H4 dan memungkinkan penargetan lunasin ke sel kanker
tertentu. Lunasin sekarang dianggap sebagai peptida baru yang dapat
menekan transformasi karsinogenik yang diinduksi secara kimiawi pada sel
mamalia dan kulit tikus. Hasil yang menjanjikan telah ditemukan dalam
studi klinis jangka pendek saat menggunakan diet yang mengandung
protein kedelai dalam pengelolaan obesitas.
Contoh protein yang berasasal dari kedelai yaitu :
 Tempe
11
 Tahu
 Susu Kedelai
 Oncom
 Tauco

Contoh tersebut merupakan contoh dari protein kedelai yang sering


dijumpai oleh orang Indonesia, apabila contoh produk tersebut diolah
dengan baik maka protein kandungan protein yang diinginkan akan
terpenuhi. (Sohaimy, 2012)

e. Mikroalga
Seafood processing by-products (SPBs) dan mikroalga menjadi sumber
daya untuk mengatasi adanya kesenjangan permintaan protein. Secara
global, 32 juta ton SPB diperkirakan diproduksi setiap tahun yang
merupakan sumber daya yang tidak mahal untuk pemulihan protein,
sementara keuntungan teknis dalam produksi biomassa mikroalga akan
menghasilkan pasokan protein yang aman dengan persaingan minimal
untuk sumber daya lahan subur dan air tawar. Selain itu, biomaterial ini
merupakan sumber protein yang kaya dengan kualitas nutrisi tinggi
sementara hidrolisat protein dan biopeptida yang berasal dari protein laut
ini memiliki beberapa bioaktivitas yang berguna untuk aplikasi komersial
di berbagai industri. Pemanfaatan yang efisien dari biomaterial laut ini
untuk pemulihan protein tidak hanya akan melengkapi permintaan global
dan menyelamatkan sumber daya hayati alami, tetapi juga akan berhasil
mengatasi beban keuangan dan lingkungan dari limbah bio, membuka jalan
bagi produksi yang lebih hijau dan ekonomi sirkular. (Nguyen, 2020)
Mikroalga tersebut dapat diproses menjadi salah satu bahan makanan
dalam pembuatan produk lain. Beberapa mikroalga yang dapat digunakan
seperti Dunaliella salina, D. tertiolecta, Nannochloropsis occulata,
Tetraselmis suecica, Tisochrysis lutea. (Bendif, 2013)

12
13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nutraceutical merupakan zat makanan atau dapat juga berupa bagian dari
makanan yang bermanfaat bagi medis dalam pengobatan maupun pencegahan
penyakit. Bahan-bahan nutraceutical dapat diperoleh dari alam seperti tanaman, buah
dan sayur yang mengandung fitokimia. Nutraceutical berupa protein merupakan
salah satu macam dari nutraceutical yang kandungan utamanya adalah protein.
Fungsi dari protein yaitu sebagai zat utama pembentuk dan pertumbuhan
tubuh, sebagai sumber energi jika karbohidrat dan lemak didalam tubuh berkurang,
dan membantu memelihara jaringan. Produk nutraceutical berupa protein diantaranya
adalah Ekstrak Whey Susu, Imunomodulator Jamur, Protein Susu, Mikroalga dan
Protein Kedelai.
Protein sangat penting bagi tubuh dan ada banyak sumber nutraceutical berupa
protein yang dapat dikonsumsi sehingga memudahkan untuk memperoleh asupan
protein. Oleh karena itu penting bagi tubuh mengonsumsi makanan yang
mengandung protein agar lebih sehat, aman, dan juga untuk mendapatkan manfaat
dari protein.
B. Saran
Makalah ini ditulis masih jauh dari kata sempurna serta tidak lepas dari
kekurangan sehingga perlu penulis perbaiki karena minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
dapat membangun makalah ini lebih baik lagi agar dapat menghasilkan karya tulis
yang dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bermanfaat bagi banyak orang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bendif, E.M.; Probert, I.; Schroeder, D.C.; de Vargas, C. (2013). On the description of
Tisochrysis lutea gen. nov. sp. nov. and Isochrysis nuda sp. nov. in the Isochrysidales,
and the transfer of Dicrateria to the Prymnesiales (Haptophyta). Journal Appl.
Phycol, 25, 1763–1776

Nguyen TT, Heimann K, Zhang W. (2020). Protein Recovery from Underutilised Marine
Bioresources for Product Development with Nutraceutical and Pharmaceutical
Bioactivities. Marine Drugs.18(8):391

Ng-Kwai-Hang KF. 2003. Milk proteins-heterogeneity, fractionation and isolation. In:


Roginski H, Fuquay JW, Fox PF, editors, Encyclopedia of Dairy Sciences. London:
Academic Press. pp. 1881- 1894.

Sohaimy S.A. El,. (2012). Functional Foods and Nutraceuticals-Modern Approach to Food
Science. World Applied Sciences Journal 20 (5): 691-708

Suciati, Fitri, dan Laras Sirly Safitri. (2021). Pangan Fungsional Berbasis Susu dan Produk
Turunannya. Journal of Surimi (Sustainable Research In Management of
Agroindustry). 1(1).

15
16

Anda mungkin juga menyukai