Anda di halaman 1dari 4

1.1.

Stroke
1.1.1. Definisi
Stroke adalah suatu penyakit yang ditimbulkan oleh mendadak penurunan
neurologi fokal yang berlangsung kurang lebih 24 jam dan dianggap berasal dari
pembuluh darah (Dipiro,2009). Stroke atau Cerebrovascular disease menurut World
Health Organization (WHO) adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal atau global karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh
darah di otak dengan gejala-gejala yang belangsung selama 24 jam atau lebih. Stroke
disebut juga dengan cerebrovasculer accident adalah suatu kondisi menurunnya aliran
darah ke SSP khususnya otak yang disebabkan oleh iskemik atau pendarahan (Widyati,
2019).

1.1.2. Klasifikasi
Berdasarkan etiologinya, stroke diklasifikasikan menjadi dua yaitu stroke iskemik
dan stroke hemoragik.
a. Stroke Iskemik
Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang
disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan
darah dan oksigen di jaringan otak (Misbach dkk, 2012). Sekitar 87% dari
segala jenis stroke adalah stroke non hemoragik. Stroke non hemoragik dapat
berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi
perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat menimbulkan edema sekunder (Misbach dkk, 2012).
Stroke iskemik disebabkan oleh pembentukan trombus atau emboli yang
menyumbat arteri serebral. Stroke iskemik terjadi karena adanya obstruksi pada
pembuluh yang mensuplai darah ke otak. Hal yang menyebabkan obstruksi
adalah peningkatan deposit lemak yang melapisi pembuluh darah atau disebut
juga dengan ateroskelrosis. Trombis serebral mengacu terhadap trombus
(bekuan darah) yang berkembang ke bagian pembuluh darah yang tersumbat.
Pada emboli selebral terjadi karena denyut jantung tidak teratur (fibrilasi
atrium) yang menyebabkan kondisi dimana bekuan darah terbentuk di jantung
kemudian lepas dan berjalan ke otak. Pembentukan trombus dan emboli
menyebabkan oklusi arteri, penurunan aliran darah ke otak dan menyebabkan
iskemia dan akhirnya infark di pembuluh distal (Dipiro, 2009).

Gambar 1. Stroke Iskemik (American Heart Assosition)

Penggolongan stroke iskemik atau infark menurut Junaidi (2011) dikelompokkan sebagai
berikut :
1. Transient Ischemic Attack (TIA)
Suatu gangguan akut dari fungsi lokal serebral yang gejalanya berlangsung kurang
dari 24 jam atau serangan sementara dan disebabkan oleh thrombus atau emboli. Satu
sampai dua jam biasanya TIA dapat ditangani, namun apabila sampai tiga jam juga
belum bisa teratasi sekitar 50 % pasien sudah terkena infark.

2. Reversible Ischemic Nerurological Defisit (RIND)


Gejala neurologis dari RIND akan menghilang kurang lebih 24 jam, biasanya RIND
akan membaik dalam waktu 24–48 jam.
3. Stroke In Evolution (SIE)
Pada keadaan ini gejala atau tanda neurologis fokal terus berkembang dimana terlihat
semakin berat dan memburuk setelah 48 jam. Defisit neurologis yang timbul
berlangsung bertahap dari ringan sampai menjadi berat.
4. Complete Stroke Non Hemorrhagic
Kelainan neurologis yang sudah lengkap menetap atau permanen tidak berkembang
lagi bergantung daerah bagian otak mana yang mengalami infark.

b. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik (13%) termasuk perdarahan subarachnoid (SAH), perdarahan
intraserebral, dan hematoma subdural. SAH dapat terjadi akibat trauma atau
aneurisma intrakranial atau malformasi arteriovenosa (AVM). Perdarahan
intracerebral terjadi ketika pembuluh darah yang pecah di dalam otak
menyebabkan hematoma. Hematoma subdural biasanya disebabkan oleh
trauma. Darah di parenkim otak dapat merusak jaringan di sekitarnya melalui
efek neurotoksisitas komponen darah dan produk degradasinya. Stroke
hemoragik dapat menyebabkan peningkatan tekanan intracranial secara tibatiba
yang menyebabkan kematian.

Gambar 2. Stroke Hemoragik (American Heart Assosiation, 2016)

Beberapa jenis stroke hemoragik yaitu :


1. Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural)
Stroke ini biasanya diikuti dengan fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah
atau arteri meningens lainnya. Pasien harus diatasi beberapa jam setelah mengalami
cedera untuk dapat mempertahankan hidup.
2. Hemoragi subdural (termasuk subdural akut)
Hematoma subdural yang robek adalah bagian vena sehingga pembentukan
hematomanya lebih lama dan menyebabkan tekanan pada otak.
3. Hemoragi subaraknoid (hemoragi yang terjadi di ruang subaraknoid) dapat terjadi
sebagai akibat dari trauma atau hipertensi tetapi penyebab paling sering adalah
kebocoran aneurisma.
4. Hemoragi interaserebral, yaitu hemoragi atau perdarahan di substansi dalam otak
yang paling umum terjadi pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral
karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur
pembuluh darah.

Gambar 3. Klasifikasi stroke berdasarkan mekanisme dengan berbagai kategori kelainan


(American Heart Assosiation, 2016)

Anda mungkin juga menyukai